2.17. Hipertensi
Hipertensi adalah kelainan pada sistem kardiovaskular dimana terjadi
peningkatan tekanan darah. Hiperlipidemia merupakan salah satu faktor yang
dapat menyebabkan hipertensi. Hipertensi dapat didiagnosis melalui pengukuran
tekanan darah (sistol dan diastol). Sistol terjadi saat jantung berkontraksi,
sedangkan diastol terjadi saat jantung selesai berkontraksi dan mulai terisi dengan
darah kembali. Diagnosis hipertensi dapat diketahui dari pemeriksaan tekanan
darah.
Tabel 6. Kriteria Hipertensi.
2.18. Strok
Strok adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat
menimbulkan cacat atau kematian. Diperlukan pemeriksaan bagi pasien yang
terkena strok seperti:
Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab strok secara
spesifik seperti perdarahan, obstruksi arteri atau adanya titik oklusi/ruptur.
CT-scan: memperhatikan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya
infark.
Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada
trombosis, emboli serebral, dan TIA (transient ischaemia attack) atau
serangan iskemia otak sepintas. Tekanan meningkat dan cairan yang
mengandung darah menunjukkan adanya hemoragik subaraknoid atau
perdarahan intrakranial. Kadar protein total meningkat pada kasus
trombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi.
MRI (magnetic resonance imaging): menunjukkan daerah yang
mengalami infark, hemoragik, dan malformasi arteriovena.
EEG (electroencephalography): mengidentifikasi penyakit didasarkan
pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang
spesifik.
Sinar-X: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat
pada trombosis serebral.
2.19. Elektrokardiogram (EKG)
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu alat pencatat grafis aktivitas listrik
jantung. Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut sebagai
gelombang P, QRS, dan T, sesuai dengan penyebaran eksitasi listrik dan
pemulihannya melalui sistem hantaran dan miokardium.
Karena aktivitas listrik memicu aktivitas mekanis, kelainan pola listrik
biasanya disertai oleh kelainan aktivitas kontraktil jantung. Evaluasi terhadap
EKG dapat memberikan informasi yang berguna mengenai status jantung,
termasuk kecepatan denyut, irama dan kesehatan otot-ototnya.
Kelainan kecepatan
Jarak antara dua kompleks QRS yang berurutan di sebuah rekaman
EKG dikalibrasikan ke kecepatan jantung. Kecepatan denyut jantung yang
melebihi 100 denyut per menit dikenal sebagai takikardia (cepat),
sedangkan denyut yang lambat yang kurang dari 60 kali per menit disebut
bradikardi (lambat).
Kelainan irama
Irama mengacu pada keteraturan gelombang EKG. Setiap variasi
irama normal dan urutan eksitasi jangtung disebut aritmia.
o Flutter atrium ditandai oleh urutan depolarisasi atrium yang reguler
tetapi cepat dengan kecepatan antara 200 sampai 300 denyut per
menit.
o Fibrilasi atrium ditandai oleh depolarisasi atrium yang cepat,
ireguler, dan tidak terkoordinasi tanpa gelombang P yang jelas.
o Fibrilasi ventrikel adalah kelainan irama yang sangat serius dengan
otot-otot ventrikel memperlihatkan kontraksi yang kacau dan tidak
terkoordinasi.
Miopati jantung
Gelombang EKG abnormal juga penting dalam mengenali dan
menilai miopati jantung (kerusakan otot jantung).
Kegunaan EKG adalah:
Mengetahui kelainan-kelainan irama jantung (aritmia).
Mengetahui kelainan-kelainan miokardium (infark, hipertrofi atrial, dan
ventrikel).
Mengetahui adanya pengaruh atau efek obat-obat jantung.
Mengetahui adanya gangguan elektrolit.
Mengetahui adanya gangguan perikarditis.
Pada umumnya pemeriksaan EKG berguna untuk mengetahui: aritmia,
fungsi alat pacu jantung, gangguan konduksi interventrikuler, pembesaran
ruangan-ruangan jantung, IMA, iskemik miokard, penyakit perikard, gangguan
elektrolit, pengaruh obat-obatan seperti digitalis, kinidin, kinin, dan berbagai
kelainan lain seperti penyakit jantung bawaan, korpulmonal, emboli paru,
miksedema.
Gambar 5. Pola Elektrokardiogram Normal.
Suatu pulsa jantung normal manusia memiliki nilai magnitud sebesar 1,1
mV, hal ini dapat dilihat dengan menghitung jumlah kotak dari titik Q ke titik R,
dimana jumlah kotak tersebut ada 11 kotak. Masing-masing kotak sama dengan
0,1 mV, sehingga 11 kotak sama dengan 1,1 mV.
Defleksi Deskripsi
Gelombang yang timbul karena depolarisasi atrium dari
Gelombang P
nodus sinoatrial ke nodus atrioventrikular.
Defleksi negatif pertama sesudah gelombang P dan yang
Gelombang Q mendahului defleksi R, dibangkitkan oleh depolarisasi
permulaan ventrikel.
Defleksi positif pertama sesudah gelombang P dan yang
Gelombang R
ditimbulkan oleh depolarisasi utama ventrikel.
Defleksi negatif sesudah defleksi R. Keseluruhan
Gelombang S depolarisasi ventrikel ini membangkitkan gelombang QRS
kompleks.
Gelombang T Gelombang yang timbul oleh repolarisasi ventrikel.
Tabel 7. Ciri-Ciri EKG Normal.
Gelombang EKG Amplitudo Interval EKG Durasi
P < 0,3 mV P-R 0,12-0,20 detik
R 1,6-3 mV Q-T 0,35-0,44 detik
Q 25% dari R S-T 0,05-0,15 detik
T 0,1-0,5 mV Q-R-S 0,06-0,10 detik
2.20. Exercise Stressed Test (ETT)
Exercise stressed test atau tes treadmill atau uji beban jantung merupakan
tes noninvasif yang digunakan untuk mengevaluasi respon klinis dan
kardiovaskular terhadap olahraga. Pemeriksaan ini dapat memberikan informasi
apakah jantung memiliki asupan darah dan oksigen dari sirkulasi saat terjadi stres
fisik yang mungkin tidak muncul pada EKG saat istirahat. Pemeriksaan ini juga
dapat memberikan informasi penting apabila ada kelainan dari irama jantung dan
tekanan darah. Berikut ini merupakan beberapa kondisi yang membutuhkan tes
treadmill, yaitu:
Apabila dicurigai memiliki penyakit jantung koroner (PJK), yang
terkadang tidak muncul pada EKG saat istirahat.
o Pasien yang risiko tinggi memiliki PJK.
o Untuk mengevaluasi toleransi saat beraktivitas saat pasien
mengeluhkan kelelahan yang tidak diketahui penyebabnya dan
napas pendek.
o Untuk mengevaluasi respon tekanan darah pasien yang memiliki
kecenderungan hipertensi saat beraktivitas.
o Untuk mencari adanya irama jantung yang tidak teratur (ireguler)
yang dipicu oleh aktivitas.
Akan tetapi, tes treadmill sebaiknya tidak dilakukan pada beberapa kasus
seperti pasien yang baru saja mengalami serangan jantung, atau saat pasien
baru saja mengalami nyeri dada, dengan kecurigaan atau kemungkinan
serangan jantung, tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol,
gagal jantung yang belum diobati, gangguan irama jantung yang tidak
terkontrol.
Proses tes treadmill memakan waktu sekitar 20-40 menit tergantung dari
kapasitas latihan dan waktu munculnya gejala. The Bruce Protocol memakan
waktu total 21 menit, periode pemulihan 10 menit, dan persiapan 10 menit.
Pasien dibawa ke ruang treadmill dimana nadi dan tekanan darah saat
istirahat akan direkam. Elektroda ditempelkan pada dada dan dihubungkan
dengan EKG pada mesin pemeriksaan.
Tes ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama yaitu exercise stress test,
pasien akan diminta untuk berjalan di atas treadmill dengan prosedur
latihan spesifik, dimulai dari langkah lambat. The Bruce Protocol,
protokol yang paling sering digunakan, memiliki total 7 tahapan dengan
peningkatan kecepatan secara periodik dan inklinasi kecuraman setiap 3
menit. Tekanan darah, denyut jantung, dan EKG akan dipantau dan
direkam secara bersamaan, pada saat istirahat, dan setiap 3 menit dalam
setiap tahapan latihan. Dokter akan bertanya kepada pasien sebelum suatu
tahapan berakhir, apakah pasien masih sanggup untuk melanjutkan ke
tahapan berikutnya.
Ada beberapa pertimbangan yang harus diikuti apabila tes ini akan
dihentikan dan pasien tidak perlu menyelesaikan 7 tahapan. Tahapan 4-6
sudah memerlukan usaha yang intens, dan tahapan 7 memerlukan usaha
maksimal. Tes ini akan dihentikan apabila target denyut nadi telah
tercapai, atau apabila pasien mengalami gejala seperti nyeri dada, pusing,
kenaikan tekanan darah yang berlebihan, atau kelelahan yang ekstrim.
Bagian kedua dari tes ini adalah periode pemulihan atau fase slowing
down. Kecepatan akan diturunkan secara bertahap dalam 10 menit.
Tekanan darah, denyut jantung, dan EKG pasien akan tetap dipantau
selama bagian kedua ini berlangsung.
Persiapan sebelum menjalani tes treadmill:
Puasa makan dan minum selama 2-3 jam sebelum prosedur dilakukan. Hal
ini akan menurunkan risiko mual yang dapat terjadi pada kelelahan akibat
latihan berat setelah makan. Pada penderita diabetes yang mendapat terapi
insulin, akan ada instruksi khusus dari dokter.
Konsumsi beberapa obat jantung spesifik mungkin perlu dihentikan oleh
dokter selama 1-2 hari sebelum tes dilakukan. Instruksi ini biasanya
diberikan saat tes dijadwalkan.
Kenakan pakaian yang nyaman dan sepatu yang sesuai untuk latihan
(olahraga).
Penjelasan mengenai tes ini akan diberikan oleh dokter dan pasien akan
diminta untuk menandatangani surat persetujuan tindakan.
Bagian dada dibersihkan dengan kasa dan alkohol untuk memastikan
kualitas sadapan EKG yang baik. Bulu dada sebaiknya dicukur agar stiker
sadapan dapat melekat dengan sempurna di dada.
Bagi wanita sebaiknya menggunakan bra dengan kait yang mudah dibuka,
dan apabila memungkinkan, kenakan kaos atau kemeja dengan kancing
depan.