Dosen Pengampu :
Fatkhul Sani Rohana, M.Sc.
Dosen Pengampu:
Oleh:
1. Tri Candra Buana Tunggal Dewi (201200407)
2. Weli Artensia Atanani (201200422)
3. Wahyu Dani Saputra (201200418)
4. Triana Devi Ratna Sari (201200408)
1
dilakukan demi menarik perhatian konsumen dan menjaga kepuasan
konsumen yang telah menggunakannya. Oleh sebab itu identifikasi
perilaku konsumen jasa pendidikan perlu dilakukan, sehingga arah
pemasaran pendidikan sejalan dengan keinginan dan harapan konsumen
jasa pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perilaku konsumen dalam konteks pemasaran?
2. Bagaimana Bauran Pemasaran Tradisional (4P) dan contohnya pada
produk barang dan jasa?
3. Bagaimana Bauran Pemasaran Modern (7P) dan contohnya pada
produk barang dan jasa?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perilaku konsumen dalam konteks pemasaran.
2. Untuk mengetahui Bauran Pemasaran Tradisional (4P) dan contohnya
pada produk barang dan jasa.
3. Untuk mengetahui Bauran Pemasaran Modern (7P) dan contohnya pada
produk barang dan jasa.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Hawkins, Mothersbough Consumer Behavior; Building Marketing Strategy (New York:
McGraw-Hill Education. 2013)
3
keyakinan mengenai tingkat kinerja yang seharusnya ia terima dari merk
tertentu.
4. Atributional Definition, yaitu kepuasan tidak hanya ditentukan oleh ada
tidaknya diskonfirmasi harapan, namun juga oleh sumber penyebab
diskonfirmasi.
5. Procedural Fairnes Definition, yaitu kepuasan merupakan fungsi dari
keyakinan atau persepsi konsumen bahwa ia telah diperlakukan secara adil.
Kalau dalam dunia bisnis, kepuasan konsumen merupakan salah satu
hal yang memiliki peranan penting, karena kepuasan konsumen merupakan
tonggak utama dalam tolak ukur keberhasilan sebuah perusahaan. Demikian
pula dalam dunia pendidikan, kepuasan konsumen itu juga menjadi tujuan
utama dan menjadi tolak ukur berhasil atau tidaknya proses pendidikan yang
dijalankan oleh sekolah tersebut.
Situasi ketidakpuasan konsumen itu terjadi manakala konsumen
telah menggunakan produk atau mengalami jasa yang telah dibeli dan
merasakan bahwa kinerja produk atau jasa ternyata tidak memenuhi
harapannya. Maka ketidakpuasan ini bisa menimbulkan dampak atau sikap
negatif terhadap merk, maupun produsen/penyedia jasa. Kondisi ini bisa
berakibat pada berkurangnya kemungkinan pembelian atau penggunaan
ulang, peralihan merk (brand switching), dan berbagai macam prilaku
komplain. Oleh karena itu, dalam melakukan pengukuran kepuasan
pelanggan tersebut, Kotler mengemukakan beberapa cara di antaranya
adalah : 2
a. Complaint and suggestion system (sistem keluhan dan saran), informasi
dari saran dan keluhan ini akan dijadikan data dalam melakukan
antisipasi dari pengembangan perusahaan
b. Customer satisfaction surveys (survei kepuasan pelanggan), tingkat
keluhan konsumen dijadikan data dalam mengukur tentang kepuasan hal
itu bisa melalui survei, pos, telpon, atau angket.
2
Kotler, Philip & Fox, F.A. Karen, Strategic Marketing for Educational Institutions, New
(Jersey: Prentice Hall. 1995)
4
c. Ghost shopping (pembeli bayangan), dengan mengirimkan orang untuk
melakukan pembelian di perusahaan orang lain maupun diperusahaan
sendiri untuk melihat secara jelas keunggulan dan kelemahan
pelayanannya.
d. Lost customer analysis (analisis pelanggan yang beralih), yaitu kontak
yang dilakukan kepada pelanggan yang telah beralih pada perusahaan
lain untuk dijadikan perbaikan kinerja dalam meningkatkan kepuasan.
Selanjutnya yang tidak kalah penting harus dipahami oleh madrasah
dalam rangka untuk memberikan kepuasan kepada konsumennya adalah
madrasah harus mengetahui faktor-faktor apa saja bisa membuat
konsumen itu puas. Menurut Irawan, faktor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan pelanggan adalah sebagai berikut: 3
a) Kualitas produk atau jasa, biasanya pelanggan puas setelah
menggunakan produk atau jasa tersebut, yang kualitas produknya
baik.
b) Harga, untuk pelanggan yang sensitif, biasanya harga murah adalah
sumber kepuasan yang penting karena pelanggan akan mendapatkan
value for money yang tinggi.
c) Service quality, kepuasan terhadap kualitas pelayanan biasanya sulit
ditiru. Kualitas pelayanan merupakan driver yang mempunyai banyak
dimensi.
d) Emotional factor, pelanggan akan merasa puas karena adanya
emotional value yang diberikan oleh brand dari produk tersebut.
e) Pelanggan akan semakin puas apabila relatif mudah, nyaman dan
efisien, dalam mendapatkan produk atau pelayanan.
Yusuf Al-Qardhawi mengatakan bahwa sebagai pedoman untuk
mengetahui tingkat kepuasan yang dirasakan oleh konsumen, sebuah
lembaga atau organisasi yang bergerak dibidang barang atau jasa harus
melihat kinerja lembaganya berdasarkan hal-hal berikut:
3
Irawan, H, 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan (Jakarta: Elex Media Komputindo. 2009)
5
1. Sifat jujur dan benar, Lembaga harus menanamkan sifat jujur kepada
seluruh personil yang terlibat dalam lembaga tersebut, termasuk kepada
konsumen. Islam dengan tegas mengecam adanya dusta dalam
perdagangan, apalagi disertai dengan sumpah palsu atas nama Allah.
Karena salah satu prinsip bermu‟amalah dalam Islam itu adalah suka
sama suka, atau senang sama senang.
2. Sifat amanah, yaitu tidak mengambil sesuatu melebihi haknya dan tidak
mengurangi hak orang lain, serta mengembalikan hak apapun kepada
pemiliknya. Penjual yang amanah adalah penjual yang menjelaskan ciri,
kualitas, dan harga barang dagangan kepada konsumen tanpa melebih-
lebihkan. Dengan demikian, lembaga pendidikan harus memberikan
pelayanan yang memuaskan kepada konsumennya, dengan cara
menjelaskan segala sesuatu yang berkaitan dengan jasa yang akan
dijualnya. Hal tersebut dilakukan agar tidak timbul keraguan dalam diri
konsumen terhadap jasa yang kita tawarkan.
6
Pemimpin harus mengetahui cara untuk mencapai dan mempertahankan
keunggulan kompetitif adalah melalui pemanfaatan unsur-unsur bauran
pemasaran jasa pendidikan yang disebut marketing mix. Unsur-unsur utama
dalam strategi pemasaran jasa pendidikan dikenal dengan sebutan “4P”, yaitu
product (produk jasa pendidikan), place (tempat/metode penyampaian), price
(harga jasa pendidikan), dan promotion (promosi jasa pendidikan). Namun
demikian, pendekatan bauran pemasaran 4P tradisional hanya dapat diterapkan
untuk produk. Penjelasan secara rinci pendekatan bauran pemasaran 4P yaitu:
1. Produk jasa pendidikan (product), merupakan unsur yang paling penting
dalam program pemasaran jasa pendidikan.4 Produk jasa pendidikan dalam
pemasaran jasa pendidikan dapat berupa fasilitas dan pelayanan yang
ditawarkan lembaga pendidikan .
2. Harga jasa pendidikan (price), yaitu pembiayaan (costing) yang
membandingkan pengeluaran dengan pendapatan pelanggan jasa pendidikan
dan penentuan harga jasa pendidikan atau harga yang dikenakan ke
pelanggan jasa pendidikan.
3. Lokasi (place), yaitu kemudahan akses, penampilan dan kondisi lembaga
pendidikan secara keseluruhan, sebab pelanggan jasa pendidikan semakin
mengharapkan layanan dan kenyamanan yang semakin memuaskan. 5
4. Promosi jasa pendidikan (promotion), yaitu menyangkut baik periklanan
maupun penjualan jasa pendidikan secara pribadi. Tujuannya adalah
mengomunikasikan manfaat yang diperoleh lembaga pendidikan ke
pelanggan potensial jasa pendidikan. Iklan mengomunikasikan manfaat jasa
pendidikan melalui media massa. Penjualan jasa pendidikan secara pribadi
melibatkan seni membujuk dalam penjualan jasa pendidikan dengan dasar
tatap muka.6
4
Warren J, Keegan, Manajemen Pemasaran Global, (Jakarta: PT.Prenhalindo,1997), Jilid
II, Ed. V, h. 95
5
Thomas W. Zimmerer, dkk., Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil, (Jakarta:
Salemba Empat, 2008), Ed. V, Buku I, h. 77-78
6
Ibid., h.418
7
Namun bagi sektor jasa, 4P terlalu terbatas untuk menyediakan kerangka
pemikiran pemimpin dalam pemasaran jasa pendidikan dan perencanaan
strategi pemasaran jasa pendidikan. Oleh karena itu, James dan Phillips
menyarankan 3P tambahan dalam pemasaran jasa pendidikan, yaitu people
(orang/tenaga pendidik dan kependidikan), physical evidence (bukti fisik jasa
pendidikan), dan process (proses jasa pendidikan).7
C. Bauran Pemasaran Modern (7P) dan contohnya pada produk barang dan
jasa
Dalam konteks pendidikan, manajemen pemasaran bukan merupakan
kegiatan bisnis agar madrasah mendapatkan siswa, tetapi merupakan bentuk
tanggung jawab madrasah kepada masyarakat luas tentang jasa pendidikan
yang telah, sedang dan akan dilakukan. Artinya manajemen pemasaran jasa
pendidikan menjadi keharusan bagi madrasah untuk melakukannya. Karena
dalam manajemen pemasaran jasa pendidikan tujuannya adalah semata-mata
berorientasi kepada peserta didik, yaitu merealisasikan kepuasan mereka,
dengan mewujudkan harapan-harapan mereka. 8
Marketing mix merupakan serangkaian alat yang digunakan untuk
mencapai suatu tujuan. Marketing mix atau bisa di sebut dengan bauran
pemasaran adalah alat untuk pemasar yang terdiri dari berbagai unsur program
pemasaran yang perlu untuk dipertimbangkan agar implementasi strategi
pemasaran dan positioning yang telah ditetapkan dapat berjalan dengan sukses.
Marketing mix merupakan seperangkat alat pemasaran yang dapat dikontrol
yang digunakan lembaga untuk menghasilkan respon yang diinginkan dari
berbagai target pasar. Jasa sebagai target pasar menggunakan pendekatan 7p
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan penyedia layanan seperti produk, harga,
tempat, promosi, orang, fasilitas fisik, dan proses.
7
David Wijaya, Pemasaran Jasa Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2016) h.75
8
Nurliyati Rahayu, “IMPLEMENTASI STRATEGI MARKETING MIX DALAM
PEMASARAN JASA PENDIDIKAN DI TK NEGERI 2 YOGYAKARTA”, Jurnal Qurroti : Jurnal
Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Vol.2 No. 1, April 2020
8
Maka lebih lanjut menurut Imam Machali dan Ara Hidayat, mengatakan
bahwa dalam konteks implementasi pemasaran jasa pendidikan ini strategi
Marketing Mix (bauran pemasaran) memiliki beberapa unsur yang sangat
penting dan dapat dipadukan sedemikian rupa sehingga bisa memenangkan
persaingan antar lembaga pendidikan dan memuaskan konsumen. Unsur-unsur
utama yang terdapat dalam marketing mix (bauran pemasaran) ini dikenal
dengan istilah 7P, yaitu: product (produk), price (harga), place (tempat/lokasi),
promotion (promosi), people (sumber daya manusia), physical evidence (bukti
fisik/sarana) dan process (proses/layanan yang diberikan). Adapun uraian
teoritis secara singkat dan pembahasan hasil studi kasus mengenai aspek 7P ini,
dapat penulis uraikan sebagai berikut:9
9
Imam Machali dan Ara Hidayat, The Hand Book of Education Management; Teori dan
Praktik Pengelolaan Sekolah/Madrasah di Indonesia (Jakarta: Prenadamedia Group. 2018) h.98
9
konsumen, bisa dalam bentuk reputasi (nama baik madrasah), prospek, dan
macam-macam pilihan program lain yang terdapat di dalam madrasah.
10
sudah teruji. Sebaliknya, ada juga madrasah yang secara lokasi cukup bagus
dan strategis, misalnya berada di tengah kota, bisa diakses dengan
transportasi umum, lokasinya yang nyaman karena tidak berada di dekat
keramaian, tetapi madrasah tersebut tetap kurang diminati oleh konsumen
madrasahnya. Lebih ironisnya lagi, jika calon konsumennya tersebut berada
di sekitar lokasi madrasah tersebut. Kondisi ini, sesungguhnya apa yang
terjadi dan apa masalah madrasah ini sehingga kurang atau bahkan tidak
diminati oleh konsumennya.
11
langsung ke tengah-tengah masyarakat, misalnya mengadakan Bakti Sosial,
Safari Dakwah Ramadhan, dan sosialisasi ke sekolah-sekolah yang berada
di bawah MAN.
12
yaitu nilai tambah yang bila berdiri sendiri tidak akan berperan apa-apa,
seperti rapor, catatan siswa dan lain-lain.
Jadi sarana fisik madrasah merupakan komponen sentral dalam
keberlangsungan suatu madrasah. Faizin juga menegaskan bahwa pada
lembaga pendidikan, gedung atau bangunan dengan segala sarana dan
fasilitas pendukungnya, dapat dikatakan sebagai physical evidence. 10
Oleh karena itu, ketersediaan sarana prasarana madrasah sangat
berkontribusi besar terhadap ketertarikan calon konsumen untuk memilih
madrasah tersebut sebagai tempat belajarnya. Bagi calon konsumen,
ketersediaan sarana prasarana madrasah menjadi bukti permulaan, bahwa
madrasah ini siap untuk menerima dan memproses dirinya. Karena tidak
bisa dinafikan, bahwa belajar yang baik dan efektif itu sangat membutuhkan
fasilitas pendukung yang memadai, ruang kelas, perpustakaan, laboratorium,
fasilitas olah raga dan seni, dan sebagainya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa betapa besar pengaruh keberadaan sarana prasarana bagi
kelangsungan sebuah madrasah, karena itu menjadi salah satu tolak ukur
kesiapan madrasah.
10
Imam Faizin, Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan dalam Meningkatkan Nilai Jual
Madrasah. Jurnal Madaniyah. Volume 7. Nomor 2. Agustus 2017
13
pendidikan harus selalu memperhatikan kualitas guru dalam proses
pembelajarannya, karena proses belajar yang baik sangat menunjang
keberhasilan pemasaran dan pemuasan konsumen.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Memahami prilaku konsumen adalah merupakan tugas penting bagi para
produsen. Untuk itu lembaga pendidikan harus memahami konsep prilaku
konsumen agar konsumen dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya
dengan melakukan transaksi pembelian dan merasakan kepuasan terhadap
produk jasa pendidikan yang ditawarkan sehingga konsumen menjadi
pelanggan tunggal (loyal).
Pemimpin harus mengetahui cara untuk mencapai dan mempertahankan
keunggulan kompetitif adalah melalui pemanfaatan unsur-unsur bauran
pemasaran jasa pendidikan yang disebut marketing mix. Unsur-unsur utama
dalam strategi pemasaran jasa pendidikan dikenal dengan sebutan “4P”, yaitu
product (produk jasa pendidikan), place (tempat/metode penyampaian), price
(harga jasa pendidikan), dan promotion (promosi jasa pendidikan).
Unsur-unsur utama yang terdapat dalam marketing mix (bauran
pemasaran) ini dikenal dengan istilah 7P, yaitu: product (produk), price
(harga), place (tempat/lokasi), promotion (promosi), people (sumber daya
manusia), physical evidence (bukti fisik/sarana) dan process (proses/layanan
yang diberikan).
15
DAFTAR PUSTAKA
16