Anda di halaman 1dari 391

PRESIDEN

REPUBUK INDONESIA
- 2904 -

8 BIDANG PARIWISATA
8.1 Arah Kebijakan
Arah Kebijakan diarahkan untuk meningkatkan produktivitas ekonomi
masyarakat dan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor Pariwisata melalui
dukungan pembangunan 84 Daya Tarik Wisata (DTW) yang di dukung
pengembangan sentra Industri Kecil dan Menengah (IKM), Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM), peningkatan aksesibilitas jalan, perbaikan sarana
pengelolaan sampah, dan pembangunan pas€rr tematik dalam satu kawasan
yang terintegrasi. Terdapat 4 poin utama dalam hal ini, yaitu:
1. Mendukung Major Project Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP).
2. Mendorong penyelesaian pembangunan DTW pada kawasan inti DPP dan
pengembangan DTW pada kawasan non-inti DPP.
3. Peningkatan diversifikasi atraksi dan amenitas pariwisata untuk
meningkatkan lama tinggal (Length of Stay) dan pengeluaran harian
wisatawan (Dailg Spending).
4. Peningkatan jumlah dan omzet UMKM dan IKM yang mendukung rantai
pasok pariwisata dalam suatu ekosistem destinasi pariwisata.
Pembangunan daya tarik wisata di d.aerah diarahkan memberikan manfaat
mendukung Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Tematik Penguatan Destinasi
Pariwisata Prioritas untuk pencapaian sasaran nasional tahun 2023, yaitu:
1. Meningkatnya kontribusi PDB Pariwisata tahun 2023 menjadi sebesar
4,4 persen.
2. Meningkatnya Tenaga Kerja Pariwisata tahun 2023 menjadi sebesar 14,85
juta orang.
3. Meningkatkan jumlah kunjungErn wisatawan nusantara tahun 2023 menjadi
6OO juta perjalanan.

8.2 Tujuan dan Sasaran


A.2.L Tujuan
Mendukung Tematik Penguatan Destinasi Pariwisata Prioritas, yaitu:
1. mendorong penyelesaian pembangunan DTW pada kawasan inti DPP dan
pengembangan DTW pada kawasan non-inti DPP.
2. peningkatan diversifikasi atraksi dan amenitas pariwisata untuk
meningkatkan lama tinggal (length of stay) dan pengeluaran harian
wisatawan (dailg spending).
3. peningkatan aksesibilitas, amenitas dan atraksi pariwisata pada 19 destinasi
pariwisata sesuai RPJMN 2O2O-2O24.

SK No 1748764
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 2905 -

8.2.2 Sasaran
1. Penyelesaian Pembangunan 84 DTW secErra terintegrasi lintas sektor.
2. Peningkatan rantai pasok pariwisata dengan perdagangan, sentra IKM, dan
UMKM.
3. Peningkatan kualitas jalan menuju DT4W.
4. Pengelolaan sampah yang berkelanjutan pada destinasi pariwisata.

8.3 Ruang Lingkup Kegiatan


8.3.1 Deskripsi Menu dan Rincian Kegiatan
DAK Fisik Bidang Pariwisata mencakup pembangunan fasilitas pariwisata
terintegrasi pada destinasi pariwisata yang diharapkan dapat menciptakan
kenyamanan, kemudahan, keamanan, dan keselamatan wisatawan dalam
melakukan kunjungan wisata dan dapat meningkatkan jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara. Pembangunan Fasilitas
Pariwisata melalui DAK Fisik Bidang Pariwisata terdiri dari menu kegiatan
Pembangunan Amenitas dan Atraksi (Daya Tarik Wisata) Kawasan Pariwisata
dalam upaya mendukung kesiapan destinasi pariwisata dan meningkatkan daya
saing pariwisata. Menu kegiatan ini terbagi kedalam 4 (empat) jenis kawasan
pariwisata; sebagai berikut:
l. Pembangunan Amenitas dan Atraksi Kawasan Pariwisata, dengan rincian
kegiatan:
a. Bangunan Tourism Informntion Centre (TIC) dan perlengkapannya.
1) Bangunan TIC, termasuk rLlang serbaguna dan kantor pengelola;
2) Perlengkapan TIC;
3) Perlengkapan kantor pengelola; dan
4) Papan Pusat Informasi Pariwisata.
b. Fasilitas Kebersihan.
1) Tempat sampah tamanf outdoor metal wooden dan perlengkapannya;
2) Pendaraan pengumpul sampah tipe motor;
3) Kendaraan pengumpul sampah tipe gerobak besar;
4) Kendaraan pengumpul sampah tipe sepeda; dan
5) Bangunan tempat penampungan sementara (TPS) sampah.
c. Penataan Lanskap dan Perlengkapannya.
1) Pekerjaan media tanam;
2) Pekerjaan penanaman pohon;

SK No 174877 A
PRESIDEN
EEPUEUK INDONESIA
- 2906 -

3) Pekerjaan pen€rn€unan semak dan tanaman penutup tanah; dan


4) Pekerjaan penanarnan rumput.
d. Panggung Kesenian/ Pertunjukan/Amfiteater.
ll Plaza amfiteater;
2) Amfiteater;
3) Panggung kesenian/pertunjukkan; dan
4) Bangunan (ruang ganti/ruang tunggu, ruang kontrol, dan gudang).
e. Diue Center dan Peralatannya.
1) Bangunan Diue Cente1
2) Peralatan selam; dan
3) Perlengkapan Diue Center.
f. SuffirW Center dan Peralatannya.
1) Bangunan SurJing Centeri
2l Peralatan SurJing; darr
3) Perlengkapan SurJing Center.
g. Titik Labuh/Singgah Kapal Yacht dan perlengkapanya.
1) Titik labuh;
2) Tambat apung (mooring buogl tipe 1 (untuk kapal ukuran kecil); dan
3) Tambat apung (moorirq buogl tipe 2 (untuk kapal ukuran besar).
h. Dermaga Wisata.
1) Boardwalk Dermaga Wisata;
2) Tempat naik perahu dermaga wisata; dan
3) Bangunan dermaga wisata/ruang tunggu.
i. Fasilitas Mitigasi Bencana Alam.
1) Alat komunikasi darurat;
2) Rambu bencana/papan informasi bencana;
3) Rambu titik kumpul;
a) Rambu jalur evakuasi;
5) Sirena tsunami; dan
6) Talud.
j. Fasilitas Rekreasi Penunjang Kegiatan Wisata.
l) Plaza Area Pengunjung;

SK No 174878 A
PRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
- 2907 -

2) Bangku Taman;
3) Gazebo;
4l Plaza Kuliner;
5) Kios Kuliner;
6) Kios Cindera Mata; dan
7l Menara Pandang.
k. Fasilitas Umum.
1) Tempat Parkir;
2) Tempat Ibadah; dan
3) Toilet dan Perlengkapannya.
1. Fasilitas Aksesibilitas.
1) Jalur Pejalan Kaki;
2l Jalan dalam Kawasan;
3) Broadwalk;
4) Lampu Taman;
5) Papan Interpretasi Kawasan; dan
6) Rambu Petunjuk Arah di dalam Kawasan DTW
m. Visibilitas Geopark.
1) Gapura/gerbang utama geopark;
2) Totem geopark; dan
3) Papan interpretasi geopark.
n. Perahu Wisata.
1) Perahu berlantai kaca (glass bottom boat);
2) Perahu wisata susur sungai/danau/mangrove tipe 1 (perahu bahan
fiber);
3) Perahu wisata susur sungai/danau/mangrove tipe 2 (perahu
ketinting / longboa4; dan
4) Jaket penolong (life jackets).
2. Pembangunan Amenitas dan Atraksi Kawasan Pariwisata Alam/Nonbahari,
dengan rincian kegiatan:
a. Bangunan TIC dan perlengkapannya.
1) Bangunan TIC, termasuk ruang serbaguna dan kantor pengelola;

SK No 174879 A
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
- 2908 -

2) Perlengkapan TIC;
3) Perlengkapan kantor pengelola; dan
4) Papan Pusat Informasi Pariwisata.
b. Fasilitas Mitigasi Bencana Alam.
1) Alat komunikasi darurat;
2l Rambu bencana/papan informasi bencana;
3) Rambu titik kumpul;
4) Rambu jalur evakuasi;
5) Sirene tsunami; dan
6) Talud.
c. Fasilitas Kebersihan.
1) Tempat sampah taman/ outdoor m.etal wooden dan perlengkapannya;
2) Kendaraan pengumpul sampah tipe motor;
3) Kendaraan pengumpul sampah tipe gerobak besar;
4) Kendaraan pengumpul sampah tipe sepeda; dan
5) Bangunan tempat penampungan sementara (TPS) sampah.
d. Penataan Lanskap dan Perlengkapannya.
1) Pekerjaan media tanam;
2l Pekerjaan penanaman pohon;
3) Pekerjaan penanannan semak dan tanaman penutup tanah; dan
4) Pekerjaan penanaman rumput.
e. Panggung Kesenian/ Pertunjukan/Amfiteater.
1) Plazaamfiteater;
2) Amfiteater;
3) Panggung kesenian/pertunjukkan; dan
4) Bangunan (ruang ganti/ruang tunggu, rLlang kontrol, dan gudang).
f. Fasilitas Hiking.
1) Bangunan Hking Cente4
2) Perlengkapan Hking;
3) Perlengkapan bangunxr Hiking Center, darrr;
4) Hilcers Hut/ slrclter.

SK No 174880 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESTA
- 2909 -

g. Fasilitas Rekreasi Penunjang Kegiatan Wisata.


Ll Plaza / area pengunjung;
2) Bangku Taman;
3) Gazebo;
4l Plaza Kuliner;
5) Kios Kuliner;
6) Kios Cindera Mata; dan
7) Menara Pandang.
h. Fasilitas Umum.
1) Tempat Parkir;
2) Tempat lbadah; dan
3) Toilet dan Perlengkapannya.
i. Fasilitas Aksesibilitas.
1) Jalur Pejalan Kaki;
2) Jalan dalam Kawasan;
3l Broadwalk;
4) Lampu Taman;
5) Papan Interpretasi Kawasan; dan
6) Rambu Petunjuk Arah di dalam Kawasan DTW
j. Visibilitas Geopark.
1) Gapura/gerbarrg Utama Geopark;
2) Totem Geopark;
3) Papan Interpretasi Geopark;
3. Pembangunan Amenitas dan Atraksi Kawasan Pariwisata Budaya dan
Perkotaan, dengan rincian kegiatan:
a. Bangunan TIC dan perlengkapannya.
1) Bangunan TIC, termasuk ruang serbaguna dan kantor pengelola;
2) Perlengkapan TIC;
3) Perlengkapan kantor pengelola; dan
4) Papan Pusat Informasi Pariwisata.
b. Fasilitas Mitigasi Bencana Alam.
1) Alat komunikasi darurat;

SK No 174881 A
PRESIDEil
REPUEL|K INDONESIA
- 29LO -

2) Rambu bencana/papart informasi bencana'


3) Rambu titik kumpul;
4) Rambu jalur evakuasi;
5) Sirene tsunami; dan
6) Talud.
c. Fasilitas Kebersihan.
1) Tempat sampah taman/outdoor metal wooden dan perlengkapannya;
2) Kendaraan pengumpul sampah tipe motor;
3) Kendaraan pengumpul sampah tipe gerobak besar;
4) Kendaraan pengumpul sampah tipe sepeda; dan
5) Bangunan tempat penampungan sementara (TPS) sampah.
d. Penataan Lanskap dan Perlengkapannya.
1) Pekerjaan media tanam;
2) Pekerjaan penanaman pohon;
3) Pekerjaan penanaman semak dan tanaman penutup tanah; dan
4) Pekerjaan penanarnan rrrmput.
e. Panggung Kesenian/Pertunjukan / Amphiteater.
Ll Plaza amfiteater;
2) Amfiteater;
3) Panggung kesenian/pertunjukkan; dan
4) Bangunan (rrang ganti/ruang tunggu, ruang kontrol, dan gudang).
f. Pusat Kreasi Destinasi Pariwisata.
1) Bangunan pusat kreasi destinasi pariwisata 1 lantai;
2) Bangunan pusat kreasi destinasi pariwisata 2lantat;
3) Perlengkapan bangunan Pusat Kreasi Destinasi Pariwisata;
4) Perlengkapan ruang bengkel kreasi;
5) Perlengkapan ruang kelas;
6) Perlengkapan ruang keq'a bersama;
7l Perlengkapan kantor pengelolaan;
8) Perlengkapan rLlang serbaguan;
9) Perlengkapan rLlang klinik Hak Kekayaan Intelektual;
10) Perlengkapan ruang tempat ibadah;

SK No 174882 A
PRESIDEN
REPUELTK TNDONESIA
- 2911 -

11) Letter sign/huruf timbul; dan


l2l Papan nama Rrsat Kreasi Destinasi Pariwista.
g. Fasilitas Rekreasi Penunjang Kegiatan Wisata.
ll Plaza Area Pengunjung;
2) Bangku Taman;
3) Gazebo;
4l Plaza Kuliner;
5) Kios Kuliner;
6) Kios Cindera Mata; dan
7) Menara Pandang.
h. Fasilitas Umum.
1) Tempat Parkir;
2) Tempat lbadah; dan
3) Toilet dan Perlengkapannya.
i. Fasilitas Aksesibilitas.
1) Jalur Pejalan Kaki;
2l Jalan dalam Kawasan;
3l Broadwalk;
4) Lampu Taman;
5) Papan Interpretasi Kawasan; dan
6) Rambu Petunjuk Arah di dalam Kawasan DTW.
j. Taman Wisata Olahraga.
1) Jalur sepeda;
2l Joggittg track;
3) Jalur refleksi;
4) Bangku taman;
5) Lapangan olahraga multifungsi;
6) Outdoor fitness;
7l Wallclimbing; dan
8) Skatepark.
4. Pembangunan Amenitas dan Atraksi Kawasan Pariwisata Perdesaan dan
Desa Wisata, dengan rincian kegiatan:

SK No 174883 A
PRESIDEN
REPUEL|K INDONESIA
- 2972 -

a. Bangunan TIC dan perlengkapannya.


1) Bangunan TIC, termasuk ruang serbaguna dan kantor pengelola;
2) Perlengkapan TIC;
3) Perlengkapan kantor pengelola; dan
4l Papan Pusat Informasi Pariwisata.
b. Fasilitas Mitigasi Bencana Alam.
1) Alat komunikasi darurat;
2) Rambu bencana/papan informasi bencana;
3) Rambu titik kumpul;
4) Rambu jalur evakuasi;
5) Sirene tsunami; dan
6) Talud.
c. Fasilitas Kebersihan.
1) Tempat sampah tamanf outdoor metal wooden dan perlengkapannya;
2) Kendaraan pengumpul sampah tipe motor;
3) Kendaraan pengumpul sampah tipe gerobak besar;
4) Kendaraan pengumpul sampah tipe sepeda; dan
5) Bangunan tempat penampungan sementara (TPS) sampah.
d. Penataan l,anskap dan Perlengkapannya.
1) Pekerjaan media tanam;
2) Pekerjaan penanaman pohon;
3) Pekerjaan pen€rnaman semak dan tanaman penutup tanah; dan
4) Pekerjaan penanarnan rumput.
e. Panggung Kesenian/Pertunjukan / Amfiteater.
ll Plaza amfiteater;
2) Amfiteater;
3) Panggung kesenian/pertunjukkan; dan
a) Bangunan (ruang ganti/ruang tunggu, ruang kontrol, dan gudang).
f. Fasilitas Rekreasi Penunjang Kegiatan Wisata.
l) Plaza Area Pengunjung;
2) Bangku Taman;
3) Gazebo;

SK No 1748844
PRESIDEN
REPUBUK TNDONESIA
- 2913 -

4l PlazaKuliner;
5) Kios Kuliner;
6) Kios Cindera Mata; dan
7) Menara Pandang.
g. Fasilitas Umum.
1) Tempat Parkir;
2) Tempat lbadah; dan
3) Toilet dan Perlengkapannya.
h. Fasilitas Aksesibilitas.
1) Jalur Pejalan Kaki;
2) Jalan dalam Kawasan;
3l Broad"walk;
a) Lampu Taman;
5) Papan Interpretasi Kawasan; dan
6) Rambu Petunjuk Arah di dalam Kawasan DTW.

8.4 l(riteria Lokasi Prioritas


Lokasi prioritas DAK Fisik Bidang Pariwisata berdasarkan lokasi Prioritas yang
ditetapkan pada DAK Tematik Penguatan DPP, yaitu:
1. Berfokus pada kawasan inti 1O Destinasi Pariwisata Prioritas, 8 Destinasi
Pariwisata Pengembangan dan I Destinasi Pariwisata Revitalisasi (dengan
total 19 DPP) sesuai dengan amanat RPJMN 2O2O-2O24 terkait
pengembangan Pariwisata.
2. Dukungan terhadap 6lokasi Unesco Global Geopark.
3. Amanat Peraturan Perundangan yang berkaitan dengan pembangunan
pariwisata di daerah (antara lain: Penyelamatan Danau Prioritas,
Pengembangan Kewirausahaan Nasional, World Heritage, Perhutanan
Sosial, Percepatan Pembangun€rn Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat,
Pusat Kawasan Strategis Nasional, Taman Wisata Alam, Taman Nasional,
Geopark, dll.).
4. Ditetapkan 84 Kabupaten/Kota lokasi prioritas berdasarkan amanat dan
dukungan peraturan perundangan tersebut dan mempertimbangkan arahan
Major Project Destinasi Pariwisata Prioritas.
5. Tiap Kabupaten/Kota lokasi prioritas dapat mengusulkan 1 (satu) DTW yang
akan menjadi kawasan terintegratif, dengan dukungan bidang lainnya yakni
sentra IKM, UMKM, jalan, lingkungan hidup, dan sarana prasarana
perdagangan, serta dilengkapi dengan dukungan pelayanan kepariwisataan.

SK No 174885 A
PRESIDEN
REPUEUK TNDONESIA
- 2914 -

8.5 Tata Cara Pelaksanaan Kegiatan


8.5.1 Ketentuan Umum
Penilaian pengusulan DAK Fisik Bidang Pariwisata dilakukan dengan
memperhatikan kriteria umum sebagai berikut:
1. Merupakan kawasErn peruntukan pariwisata sesuai dokumen Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW);
2. Ketersediaan Dokumen Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Kabupate n / Kota (Ripparkab / Ripparkot) (Perda / Lap or an Akhir) ;
3. Ketersediaan Daya Tarik Wisata Alam, Daya Tarik Wisata Budaya, Daya
Tarik Wisata Buatan;
4. Ketersedian aksesibilitas jalan menuju Daya Tarik Wisata;
5. Ketersediaan aksesibilitas bandara menuju Daya Tarik Wisata;
6. Ketersediaan aksesibilitas pelabuhan menuju Daya Tarik Wisata;
7. Jarak dari pusat kota menuju Daya Tarik Wisata;
8. Jarak dari bandara terdekat menuju Daya Tarik Wisata;
9. Jarak dari pelabuhan laut/danau terdekat menuju Daya Tarik Wisata;
10. Kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sektor Pariwisata terhadap total
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2O2O;
11. Kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sektor Pariwisata terhadap total
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2O2l;
12. Kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sektor Pariwisata terhadap total
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2022;
13. Jumlah Kunjung€rn Wisatawan Mancanegffa ke Daya Tarik Wisata;
14. Jumlah KunjungErn Wisatawan Nusantara ke Daya Tarik Wisata;
15. Terdapat dokumen perencanaErn teknis Daya Tarik Wisata Detailed
Engineering Design (DED) ;
16. Surat kesanggupan pengelolaan asset DAK Fisik dari Kepala daerah sesuai
Juknis DAK;
17. Terdapat Dokumen Rencana Pengelolaan Daya Tarik Wisata;
18. Besar Penyerapan DAK Fisik pada tahun 2O2O;
19. Besar Penyerapan DAK Fisik pada tahun 2O2l;
20. Besar Penyerapan DAK Fisik pada tahun 2022;
21. Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk sektor
pariwisata tahun 2022 (o/ol;
22. Termasuk dalam klasifikasi Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN);
23. Termasuk dalam Unesco Gtobal Geopark;
24. Termasuk dalam Geopark Nasional;
25. Indeks Rawan Bencana Indonesia (IRBI);
26. Daerah 3T afirmasi (daerah transmigrasi, daerah perbatasan, daerah
tertinggal, pulau kecil terluar).
Usulan pendanaan kegiatan DAK Fisik Bidang Pariwisata mengacu kepada
standar biaya yang disampaikan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kepada Pemerintah Daerah.

SK No 174886 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 2975 -

Dalam hal Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) di daerah lain lebih tinggi dari
standar biaya dimaksud, maka daerah harus melampirkan dokumen
kelengkapan yaitu standar kemahalan harga yang ditetapkan oleh Peraturan
Gubernur/Bupati/Walikota, rincian anggaran biaya yang disahkan oleh dinas
yang mengurusi urusan Pemerintah Daerah bidang pekerjaan umum, dan surat
pernyataan tanggung jawab Gubernur/Bupati/ Walikota tentang kemahalan
harga di daerah.
8.5.2 Ketentuan Teknis (Readiness Criterial
Merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi oleh pemerintah daerah
dalam mengusulkan DAK Fisik Pariwisata:
l. Tanah CleanandClear
a. Lahan milik Pemerintah Daerah yang dibuktikan dengan sertifikat
kepemilikan atau dokumen kepemilikan lahan lainnya yang sah;
b. Lahan pribadi/yayasan/swasta yang diserahkan ke Pemerintah Daerah
dibuktikan dengan Akta Hibah yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta
Tanah (PPAT);
c. Surat ijin penggunaan lahan dari Intansi Pemerintah Pusat/ Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) yang berwenang mengelola lahan dan Naskah
Kerjasama antara Kepala Daerah dengan Instansi yang berwenang, untuk
lahan pemerintah daerah/pusat yang tidak dibawah pengelolaan/
kewenangan OPD / Instansi yang membidangi pariwisata;
d. Lahan pemerintah desa yang dapat dibuktikan dengan sertifikat atas
nama desa atau dokumen kepemilikan lahan lainnya yang sah dan
dikerjasamakan kepada pemerintah daerah untuk di kelola dengan
membuat Naskah kerjasama antara kepala daerah dengan pemerintah
desa;
e. Khusus untuk provinsi Papua dan Papua Barat, bentuk kepemilikan
tanah selain tersebut diatas, dibuktikan dengan surat pernyataan
pelepasan hak atau surat bukti dipinjamkan hasil musyawarah adat dan
diakui oleh kepala daerah untuk dikelola oleh OPD yang membidangi
pariwisata.
2. Memiliki OPD yang membidangi Pariwisata (terdapat OPD dengan
nomenklatur pariwisata, memiliki tugas dan fungsi pengembangan
pariwisata dan telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah).
3. Memiliki Rencana Induk /Master Plan Pengembangan DTW yang merupakan
rencana umum pembangunan daya tarik wisata, di dalamnya juga memuat
Rencana Tapak/ Site Plan yang mendetailkan rencana zonasi kawasan dan
desain tapak di lokasi DTW.

SK No 174887 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 29t6 -

8.6 Mekanisme Pengadaan Barang Jasa


Metode Pengadaan Barang dan Jasa Kegiatan DAK Fisik Bidang Parwisata dapat
dilalnrkan melalui:
l. Pengadaan Langsung
2. Lelang
Dalam pemilihan metode pelaksanaan kegiatan DAK Fisik Bidang Pariwisata
daerah penerima alokasi DAK Fisik Bidang Pariwisata sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan mengenai pengadaan barang dan jasa
pemerintah.

8.7 Spesifikasi dan/atau Standar Teknis Target Keluaran


Pembangunan Fasilitas Pariwisata melalui DAK Fisik Bidang Pariwisata terdiri
dari rincian kegiatan yang telah disusun untuk memenuhi kebutuhan di dalam
4 (empat) menu Pembangunan Amenitas dan Atraksi Kawasan Pariwisata sesuai
dengan daya tariknya masing-masing. Perencanaan dan pembangunan daya
tarik wisata melalui DAK Fisik Bidang Pariwisata harus memperhatikan tiga hal
penting untuk setiap rincian kegiatan, yaitu: a. konsep dasar; b. ketentuan
teknis; dan c. panduan perancangan.
8.7.L Bangunan TIC dan perlengkapannya
8.7.1.1 Konsep Dasar
TIC adalah bangunan yang menyediakan fasilitas layanan informasi pariwisata
yang akurat dan terbaru kepada siapa saja yang membutuhkan. Fungsi dan
manfaat TIC:
1. Promosi: TIC berperan aktif dalam mendatangkan pengunjung ke sebuah
destinasi pariwisata dengan cara menyediakan dan mengomunikasikan
informasi pariwisata yang akurat dan terbaru kepada wisatawan, seperti
informasi mengenai atraksi, amenitas, aksesibilitas, dan aktivitas wisata,
baik di lokasi TIC maupun secara daring;
2. Trauel Adube and Support: TIC berperan aktif dalam memberikan saran
kepada wisatawan tentang kunjungan wisata yang akan dilakukan ke sebuah
destinasi pariwisata sesuai dengan motivasi dan tujuan kunjungan
wisatawan; dan
3. Edukasi: TIC berperan aktif mengedukasi wisatawan tentang nilai-nilai
kearifan lokal dan adat-istiadat yang berlaku di daerah tersebut, termasuk
kekayaan sumber daya alam yang harus dilestarikan.
Bangunan TIC dan perlengkapannya terdiri dari bangunan TIC (termasuk ruang
serbaguna dan kantor pengelola), perlengkapan TIC, perlengkapan kantor
pengelola, dan papan Pusat Informasi Pariwisata.

SK No 174888 A
PRESIDEN
REPUELIK INDONESTA
- 29t7 -

A.7.L.2 Ketentuan Teknis Bangunan TIC


Secara umum, dimensi TIC dapat disesuaikan dengan ketersediaan ruang dan
kapasitas kegiatan yang direncanakan pada kawasan pariwisata.
1. Standar dimensi TIC dengan perlengkapannya memiliki luas minimum 150
m2, mencakup entrance, resepsionis, ruang dbplag, ruang serbaguna, kantor
pengelola /ruang stafI, gudang, dan toilet.
2. Program Ruang TIC:
a. Entrance, merupakan area pintu masuk.
b. Ruang displag, pada area ini pengunjung dapat mencari informasi melalui
brosur dan materi cetak maupun elektronik secara mandiri. Ruang
displag dapat juga berfungsi sebagai rLrang tunggu pengunjung, bersifat
multifungsi (dapat dimanfaatkan untuk hal lain terutama ketika kondisi
darurat. Ruang ini dilengkapi dengan rak media promosi, display
informasi elektronik, memiliki akses internet, dan dilengkapi fasilitas P3K.
c. Ruang serbaguna: ruang ini memiliki fungsi utama untuk mewadahi
kegiatan pertemuan, baik pelatihan maupun pemberian penjelasan
kepada wisatawan, tetapi juga dapat mewadahi kegiatan lain sesuai
kebutuhan, hendaknya dilengkapi dengan meja dan kursi untuk
pertemuan, proyektor dan layarnya;
d. Toilet: rLlang ini memiliki sesuai dengan standar toilet sehat Indonesia,
dilengkapi dengan janitor, dipisahkan sesuai jenis kelamin, dan ketentuan
lainnya sesuai ketentuan perundang-undangan.
e. Gudang (ruang penyimpanan) digunakan sebagai tempat penyimpanan
persed.iaan brosur serta barang lainnya.
f. Kantor Pengelola merupakan kantor untuk pengelola kawasan pariwisata,
yang jumlah dan besarnya menyesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah
staf pengelola disertai fasilitas kantor seperti telepon, meja, kursi,
komputer, internet, dan cctv (opsional). Kantor pengelola ukuran besar
dapat dilengkapi dengan ruang staf, ruang rapat, ruang pimpinan dan
ruang arsip.
3. Desain Arsitektural TIC : desain arsitektur bangunan TIC harus dirancang
oleh seorang Tenaga Ahli Arsitektur. Desain Arsitektur yang diterapkan harus
selaras dengan lingkungan sekitar, mempertimbangkan iklim (tropis),
mengangkat identitas lokal, dan merefleksikan elemen-elemen arsitektur
masyarakat lokal pada masing-masing destinasi pariwisata. Stmktur
bangunan TIC harus merupakan hasil analisis dari Tenaga Ahli Sipil
Bangunan (terkait penggunaan beton, ka5ru, dan lain-lain) dengan tetap
semaksimum mungkin mempertahankan dan merefleksikan elemen-elemen
arsitektur masyarakat lokal hasil rancangan Tenaga Ahli Arsitektur.

SK No 174889 A
PRESIDEN
REPUBUK TNDONESIA
- 2918 -

4. Aksesibilitas: TIC harus mudah diakses untuk lalu lintas pejalan kaki dan
kendaraan bermotor (mobil, bus atau sepeda motor) dengan dilengkapi jalan
akses bagr pejalan kaki dan area parkir. Aksesibilitas harus
mempertimbangkan kebutuhan bagr penyandang disabilitas, seperti
menyediakan jalan khusus bagi lansia dan pengguna kursi roda.
8.7.1.3 Panduan Perancangan
Panduan Perancangan disusun untuk komponen Bangunan TIC dan Papan
Pusat Informasi Pariwisata pada Kawasan Pariwisata.
l. Bangunan TIC (Tourism Information Center/Pusat Informasi Pariwisata)
Bangunan TIC memiliki luas minimum 150 m2, tinggi 6O cm dari permukaan
tanah/panggung, teras-tangga-ramp 20 m2, dapat berupa bangunan satu
atau dua lantai (sesuai luasan minimum), tipe bangunan tertutup, struktur
beton, dinding dari susunan bata, lantai keramik, bukaan alumunium dan
artiftciat unod/ composite utood, rangka atap baja ringan, atap genteng
(catatan: penutup atap diutamakan dari material alami yang bisa didapatkan
dari sekitar lokasi), plafond gypsum/GRc.
2. Papan Pusat Informasi Pariwisata
Berikut ini adalah panduan visual perancangan Papan Pusat Informasi
Pariwisata di kawasan pariwisata:
a. Papan Pusat Informasi yang dirancang memiliki tiga tipikal alternatif
bentuk atau tipe dengan ukuran yang relatif mirip sesuai dengan standar
teknis yang dijelaskan sebelumnya:
1) Ukuran 0,5 x 0,5 m, tipe Gatewag Signs ditempatkan di dekat pintu
masuk bangunan TIC;
2l Ukuran 0,6 x 0,45 m, tipe Gatewag Srgns ditempatkan di dekat pintu
masuk bangunan TIC;
3) Ukuran 1 x 0,3 m, tipe Position Srgns menunjukkan posisi masuk atau
arah menuju ke TIC.
b. Papan Pusat Informasi Pariwisata dirancang mengacu pada Standar Teknis
Papan R.rsat Informasi Pariwisata (ukuran dan bentuk). Papan Pusat
Informasi Pariwisata pada contoh ilustrasi panduari visual perancangan
terdiri dari daun dan tiang papan. Daun papan memiliki bentuk bervariasi,
terbuat dari matenal metal sheet bahan 0,8 - 1 mm yang diberi cat, daun
papan dilengkapi dengan bingkai daun papan dan cat keterangan papan
pusat informasi pariwisata. Tiang papan memiliki tinggi minimum 3 m
terbuat dari pipa galvalum yang diberi cat.
c. Ukuran papan pusat informasi pariwisata pada setiap destinasi pariwisata
dapat berbeda sesuai dengan kebutuhan masing-masing destinasi
pariwisata, pilihan ukuran papan pusat informasi pariwisata dapat dilihat
pada standar teknis papan pusat informasi pariwisata.

SK No 174890 A
PRESIDE]f
REPUBLIK INDONESTA
- 2919 -

Gambar 1
Contoh ilustrasi panduan visual perancangan bangunan TIC (Tourism Information
Center/Pusat Informasi Pariwisata) bangunan satu lantai (luas minimum 150 m2) di
Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara

A.7.2 Fasllitas Mitigasi Bencana Alam


A.7.2.1 Konsep Dasar
Fasilitas Mitigasi Bencana Alam adalah fasilitas yang disediakan sebagai
serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana alam. Fungsi dan manfaat Fasilitas Mitigasi
Bencana Alam:
1. meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat dan wisatawan
dalam mitigasi bencana;
2. meningkatkan upaya mitigasi bencana pada kawasan pariwisata;
3. untuk mengurangi risiko bencana pada kawasan pariwisata.
a.7.2.2 Ketentuan Teknis
Fasilitas Mitigasi Bencana Alam mencakup komponen Alat Komunikasi Darurat,
Rambu Bencana lPapan Informasi Bencana, Rambu Titik Kumpul, Rambu Jalur
Evakuasi, dan Sirene Tsunami.

SK No 174891 A
FRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 2920 -

Fasilitas Mitigasi Bencana Alam pada Kawasan Pariwisata mencakup:


1. Alat komunikasi darurat, yaitu alat komunikasi yang efektif dan mudah
digunakan oleh pengelola pada situasi darurat;
2. Rambu bencana/papan informasi bencana; rambu bencana adalah
keterangan yang ditempatkan atau dipasang di kawasan rawan bencana,
berupa lambang, huruf, angka, kalimat, dan/atau perpaduannya yang
berfungsi untuk menjelaskan atau memberi petunjuk, peringatan, dan
larangan bagi setiap orang yang berada di kawasan rawan bencana; papan
informasi bencana adalah papan yang digunakan untuk memberikan
informasi atau imbauan mengenai ancaman bencana tertentu bagi setiap
orang yang berada pada kawasan rawan bencana;
3. Rambu titik kumpul, yaitu papan petunjuk yang menandai lokasi area atau
titik berkumpul, rambu ini ditetakkan pada area aman dalam kawasan
rawan bencana, umumnya berupa lambang, kata, dan/atau perpaduannya
yang berfungsi untuk menjelaskan atau memberi petunjuk lokasi titik
kumpul;
4. Rambu jalur evakuasi, yaitu papan petunjuk yang menandai jalur yang
mengarahkan wisatawan dan masyarakat menuju lokasi yang aman dari
bencana dan/atau lokasi titik kumpul;
5. Sirene tsunami, yaitu media yang dapat digunakan di udara terbuka dan
berperan penting untuk menyampaikan peringatan tsunami. Sirene tsunami
juga berfungsi untuk memberikan petunjuk kepada masyarakat agara
menyelamatkan diri ke dataran yang lebih tinggi atau ke tempat yang lebih
aman. Sirene tsunami sebaiknya terpasang di lokasi-lokasi rawan tsunami
di seluruh Indonesia;
6. Talud, yaitu tumpukan yang memisahkan daratan dan perairan pantai, yang
terutama berfungsi sebagai dinding pelindung pantai terhadap erosi dan
limpasan gelombang ke darat.
8.7.2.3 Panduan Perancangan
Panduan Perancangan Fasilitas Mitigasi Bencana Alam pada Kawasan
Pariwisata disusun untuk Rambu Bencana/Papan Informasi Bencana, Rambu
Titik Kumpul, dan Rambu Jalur Evakuasi.
1. Rambu Bencana /Papan Informasi Bencana
Panduan visual perancangan rambu dan papan informasi bencana dalam
Kawasan Pariwisata menampilkan contoh untuk rancang€rn Rambu
Bencana lPapan Informasi Bencana pada Destinasi Super Prioritas
Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat,
sebagai berikut:
a. Rambu petunjuk, peringatan, dan larangan bencana dirancang sesuai
dengan arahan dan standar (ukuran, tata letak, dan ilustrasi) yang

SK No 174892 A
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
- 292L -

dijelaskan pada bagian Standar Teknis Rambu Bencana. Contoh


panduan tipikal ilustrasi rambu petunjuk bencana dengan kata (ukuran
min 1,3 m x 0,4 m). dengan material metalsheet bahan 0,8 -l mm dengan
dilapis cat anti korosif, termasuk tiang dan bingkainya
b. Papan Informasi Bencana dirancang sesuai dengan arahan dan standar
(ukuran, tata letak, dan ilustrasi) yang dijelaskan pada bagian Standar
Teknis Papan Informasi Bencana. Contoh panduan tipikal ilustrasi papan
informasi bencana adalah contoh papan informasi memasuki kawasan
rawan bencana (ukuran 1,4 rn x 1,05 m) dan papan informasi penanda
tempat lokasi pengungsian (ukuran 0,9 m x 0,45 m). dengan material
m.etal sheet bahan O,8 -1 mm dengan dilapis cat anti korosif, termasuk
tiang dan bingkainya.

Gambar 2
Contoh Ilustrasi Panduan Visual Perancangan Rambu Bencana dengan Kata (ukuran min 1,3 m x
0,4 m) di Destinasi Super Prioritas Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara
Barat.

2. Rambu Titik Kumpul


Panduan visual perancangan rambu titik kumpul di Kawasan Pariwisata
sebagai berikut:
a. Rambu titik kumpul mengikuti Standar Teknis Rambu Bencana sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. Rambu titik kumpul pada
contoh ilustrasi panduan visual perancangan terdiri dari daun dan tiang
rambu. Daun rambu berbentuk persegi panjang, terbuat dari material
metal sheet bahan 0,8 - 1 mm yang diberi cat, dilengkapi dengan bingkai
daun rambu, dan cat keterangan rambu titik kumpul sesuai contoh
ilustrasi panduan visual perancangan. Tiang rambu memiliki tinggi
minimum 3 m, terbuat dari pipa galvalum yang diberi cat.
b. Ukuran rambu titik kumpul pada setiap kawasan dapat berbeda sesuai
dengan kebutuhan, pilihan ukuran rambu titik kumpul dapat dilihat
pada Standar Teknis Rambu Titik Kumpul.

SK No 174893 A
FRESIDEN
REPUBUK INDONESTA
- 2922 -

Gambar 3
Contoh Ilustrasi Panduan Visual Rambu Titik Kumpul (Assembly Point) di Kawasan Pariwisata

3. Rambu Jalur Evakuasi


Panduan visual perancangan Rambu Jalur Evakuasi pada Kawasan
Pariwisata sebagai berikut:
a. Rambu jalur mengikuti Standar Teknis Rambu Bencana sesuai ketentuan
peraturan pe nndang-undangan. Rambu jalur evakuasi pada contoh
ilustrasi panduan visual perancangan terdiri dari daun dan tiang rambu.
Daun rambu berbentuk persegi panjang, terbuat dari material metal
sheet bahan 0,8 - 1 mm yang diberi cat, dilengkapi dengan bingkai daun
rambu, dan cat keterangan rambu jalur evakuasi sesuai contoh ilustrasi
panduan visual pera.ncangan. Tiang rambu memiliki tinggi minimum 3
m, terbuat dari pipa galvalum yang diberi cat.
b. Ukuran rambu jalur evakuasi pada setiap kawasan pariwisata dapat
berbeda sesuai kebutuhan, pilihan ukuran rambu titik kumpul dapat
dilihat pada Standar Teknis Rambu Jalur Evakuasi.

Gambar 4
Contoh Ilustrasi Panduan Visual Rambu Jalur Evakuasi (Evacuation Route) di
Kawasan Rawan Bencana Tsunami (atas) dan Kawasan Rawan Bencana Lainnya
(bawah)

SK No 174894 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 2923 -

4. Talud
Panduan visual perancangan Talud tepi air merupakan contoh tipikal
rancangan talud tepi air dari pasangan batu kali atau batu belah. Talud tepi
air dari pasangan batu kali atau batu belah ini dirancang dengan tinggi talud
(H) 1 m, dengan bagian talud dibawah tanah minimal 0,25 m untuk talud
tinggi 1 m. Untuk Talud dengan tinggi satu meter, lebar penampang fondasi
O,7 m atau 70 cm, kemudian lebar sisi penampang atas talud minimal 0,3m
atau 30 cm. Talud ini tersusun dari pasangan batu kali atau batu belah
dengan campuran 1 pc : 3 pp (l portland cement: 3 pasir pasang), pada
bagian dasar fondasi batu belah diberi pasir urug minimal setinggi 0,lm atau
10 cm. Tinggi talud dari pasangan batu kali atau batu belah ini dapat
disesuaikan dengan kebutuhan pada setiap Kawasan Wisata Bahari dan
Perairan. Tinggr talud jenis pasarlgan batu kali atau batu belah disarankan
memiliki tinggi maksimum 4 m, untuk area tepi air yang membutuhkan
talud dengan tinggi lebih dari 4 m sebaiknya menggunakan talud jenis lain
sesuai hasil analisis Tenaga Ahli Sipil.

Gambar 5
Contoh Ilustrasi Panduan Visual Perancangan Talud Tepi Air

8.7.3 Fasilitas Kebersihan


8.7.3.1 Konsep Dasar
Fasilitas Kebersihan adalah Tempat Sampah, Kendaraan Pengumpul Sampah,
dan Bangunan TPS:
l. Tempat sampah, yaitu tempat untuk menyimpan sampah sementara di
sumber sampah, pada kawasan pariwisata pola pewadahan s€rmpah pada
umumnya adalah pola pewadahan komunal;

SK No 174895 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 2924 -

2. Kendaraan pengumpul sampah, yaitu kendaraan yang digunakan untuk


kegiatan membawa dan mengumpulkan sampah dari sumber sampah dan
tempat sampah untuk diangkut menuju TPS;
3. Bangunan TPS, yaitu bangunan penampingan sampah sebelum sampah
diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat
pengolahan sampah terpadu.
a.7.3.2 Ketentuan Teknis
Ketentuan teknis untuk Fasilitas Kebersihan pada Kawasan Pariwisata
mencakup ketentuan teknis pengadaan tempat sampah dan kendaraan
pengumpul sampah, serta bangunan Tempat Penampungan Sementara (TPS).
1. Tempat Sampah
a. Kriteria Lokasi Peletakan Tempat Sampah:
1) diletakkan pada halaman belakang (untuk tempat sampah dengan
sumber sampah dari hotel, restoran, dan kios kuliner);
2l Sedekat mungkin dengan sumber sampah;
3) tidak meng€rnggu pemakai jalan atau sarana umum lainnya;
4l di pusat keramaian;
5) pada lokasi yang memudahkan untuk pengoperasiannya.
b. Standar Teknis Tempat
1) Kriteria tempat sampah mengacu pada SNI No l9-2454-2OO2
tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah
Perkotaan, yaitu tidak mudah rusak dan kedap air, ekonomis dan
mudah diperoleh/dibuat oleh masyarakat, mudah dikosongkan.
2l Syarat sarana pewadahan sampah atau tempat sampah, yaitu
jumlah sarana harus sesuai dengan jenis pengelompokan sampah,
diberi label atau tanda, dan dibedakan berdasarkan warna, bahan,
dan bentuk.
3) Pada umumnya label atau warna tempat sampah pada kawasan
pariwisata cukup 2 (dua) atau 3 (tiga) label dan warna tempat
sampah, sesuai dengan sampah dominan yang sering ada, yaitu:
Warna Hijau
Label
sampah yang mudah
I Sampah
terurai
Organik

2 L"abel Warna Kuning sampah yang dapat


Sampah

SK No 174896 A
FRESIDEN
REPUBUK INDONESTA
- 2925 -

Guna digunakan kembali


Ulang

Warna Biru
Label
Sampah sampah yang dapat
3
Daur didaur ulang
Ulang

2. Kendaraan Pengumpul Sampah


a. Standar Teknis Kendaraan Pengumpul Sampah
1) Kebutuhan fienis dan volume) kendaraan pengumpulan sampah
harus disesuaikan dengan kondisi setempat. Perhitungan
kebutuhan kendaraan pengumpul sampah mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan, salah satu contohnya
adalah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3/PRT/M /2013
tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan
dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Rumah Tangga.
2) Berdasarkan peraturan yang berlaku jenis sararra pengumpulan
sampah dapat berupa:
a) motor sampah;
b) gerobak sampah;
c) sepeda sampah.
3. Bangunan TPS
a. Kriteria L,okasi Penempatan TPS
1) lokasinya mudah diakses;
2) tidak mencemari lingkungan; dan
3) penempatan tidak mengganggu estetika dan lalu lintas.
b. Standar Teknis TPS harus memenuhi kriteria teknis sebagai
berikut:
1) luas bangunan TPS minimum 49 m2;
2) luas lokasi dan kapasitas sesuai kebutuhan;
3) jenis pembangunan penampung sampah sementara bukan
merupakan wadah permanen;

SK No 174897 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESTA
- 2926 -

4) tersedia sarana untuk mengelompokkan sampah menjadi paling


sedikit tiga jenis sampah;
5) tersedia kontainer sampah;
6) memiliki jadwal pengumpulan dan pengangkutan.
c. Klasifikasi TPS berdasarkan jumlah sampah yang dikelola pada
kawasan mengacu pada SNI 3243-2008. Ukuran TPS yang
dimaksud adalah tipe ukuran kecil, dengan luas lahan minimum 49
m2. TPS ukuran kecil ini merupakan tempat pemindahan sampah
dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang dilengkapi dengan:
1) Ruang pemilahan;
2) Gudang;
3) Tempat pemindahan sampah yang dilengkapi dengan landasan
container.
8.7.3.3 Panduan Perancangan
Panduan Perancangan untuk Fasilitas Kebersihan di Kawasan Pariwisata terdiri
dari panduan visual tempat sampah dan kendaraan pengumpul sampah, serta
panduan perancangan Bangunan TPS.
l. Tempat Sampah
Panduan visual tempat sampah pada Kawasan Pariwisata menampilkan
contoh untuk tempat sampah pada Destinasi Super Prioritas Mandalika,
Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat:
a. Panduan visual yang diberikan merupakan contoh tipikal tempat sampah
outdoor dengan tiga kompartemen atau tiga label tempat sampah sesuai
standar peraturan yang berlaku:
1) Label sampah organik (warna hijau);
2l Label sampah daur ulang (warna biru);
3) Label sampah guna ulang (warna kuning).
b. Ukuran dimensi tempat sampah 104 cm x 40 cm x 100 cm. Material yang
digunakan bisa berupa frber atau m.etal wooden. Tempat sampah ini
dapat diperuntukan bagi penggunaan di dalam ruangan maupun di luar
ruang€rn. Tempat sampah pada panduan visual memadukan aksen
budaya lokal berupa ragam pola ornamen budaya/motif batik yang
diterapkan menggunakan laminate sticker (tahan cuaca) pada sisi kiri dan
kanan tempat sampah.

SK No 174898 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 2927 -

Gambar 6
Contoh rancangan tempat sampah di Destinasi Super Prioritas Mandalika, Kabupaten
Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat

2. Kendaraan Pengumpul Sampah


Panduan visual Kendaraan Pengumpul Sampah pada Kawasan Pariwisata
Bahari dan Perairan menyajikan tiga contoh sesuai dengan tipe kendaraan,
yaitu tipe motor, tipe gerobak besar, dan tipe sepeda.
a. Kendaraan Pengumpul Sampah Tipe Motor: contoh ilustrasi panduan
visual yang diberikan merupakan. contoh tipikal kendaraan pengumpul
sampah tipe motor yang dilengkapi bak plat besi 1,5 mm, per spiral, bak
jungkit dengan hidrolik.

Gambar 7
Contoh kendaraan pengumpul sampah tipe motor dengan bak sampah

b. Kendaraan Pengumpul Sampah Tipe Gerobak Besar: panduan visual


yang diberikan merupakan tipikal kendaraan pengumpul sampah tipe
gerobak besar ukuran 160 cm x 8O cm x 100 cm, dilengkapi rangka besi,
ban roda karet, dan diberi cat warna.

SK No 174899 A
FRESIDEN
EEPUBLIK TNDONESIA
- 2928 -

Gambar 8
Contoh kendaraan pengumpul sampah tipe gerobak sampah besar

c. Kendaraan Pengumpul Sampah Tipe Sepeda: panduan visual yang


diberikan merupakan tipikal kendaraan pengumpul sampah tipe sepeda
dilengkapi bak sampah, rangka besi, dan ban roda karet.

Gambar 9
Contoh kendaraan pengumpul sampah tipe sepeda dengan bak sampah besar

3. Bangunan TPS
Bangunan TPS yang dapat dibangun adalah Bangunan TPS dengan
kapasitas atau ukuran kecil sesuai standar teknis peraturan perundang-
undangan mengenai persarnpahdii. Bangunan dapat dikombinasikan
dengan pola atau ornamen budaya lokal (contoh pada ilustrasi panduan
dikombinasikan dengan mural budaya). Bangunan TPS yang dirancang
memiliki luas bangunan minimum yang direkomendasikan 49 rn2,
panjang bangunan 7 m, lebar bangunan 7 m, 1,5 lantai, tipe bangunan
terbuka, dari struktur baja yang diberi cat, rangka atap baja ringan
dengan penutup atap zincalum (catatan: penutup atap juga dapat
diutamakan dari material alami yang bisa didapatkan dari sekitar lokasi).
Dengan program ruang terdiri dari kontainer sampah, ruang pemilihan
sampah, tempat pemindahan sampah, dan gudang.

SK No 174900 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 2929 -

Denah

Gambar 10
Contoh visual TPS dengan luas minimum 49 m2

8.7.4 Penataan Lanskap


8.7.4.1 Konsep Dasar
Penataan lanskap mempakan kegiatan perencanaan penataan lingkungan yang
fokus pada penataan elemen lunak (softscape), seperti pohon, perdu, semak,
tanaman penutup tanah dan rumput. Penataan elerren lunak (softscape) terdiri
dari pekerjaan media tanam, penanaman pohon, penanarnan semak dan
tanaman penutup tanah, dan penanarnan rumput. Penataan elemen lunak
(softscape) menyesuaikan dengan ekosistem asli yang tumbuh pada kawasan
pariwisata, sebaiknya dihindari penataan tanaman menggunakan spesies yang

SK No 174901 A
FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 2930 -

tidak sesuai dengan ekosistem dan kondisi alam kawasan. Fungsi dan manfaat
penataan lanskap pada Kawasan Pariwisata:
1. memperkuat perlindungan ekologis pada kawasan pariwisata;
2. memperkuat identitas lokal kawasan dengan keberadaan tanaman atau
vegetasi sesuai ekosistem masing-masing kawasan pariwisata;
3. mengembangkan dan memperkuat keanekaragaman flora dan fauna dalam
kawasan;
4. dimanfaatkan sebagai koridor pergerakan atau habitat satwa liar;
5. meningkatkan keamanan dan kenyamanan wisatawan;
6. mengendalikan perubahan bentang alam;
7. meningkatkan fungsi ekologis, sosial, dan budaya; dan
8. meningkatkan estetika dan daya tarik wisata.
A.7.4.2 Ketentuan Teknis
Penataan Lanskap mencakup penataan elemen lunak (softscape) terdiri dari
pekerjaan media tanam, penanaman pohon, penanaman semak dan tanaman
penutup tanah, penanaman rumput di dalam kawasan Pariwisata.
1. Penataan Elemen Lunak (Softscape) mencakup med.ia tanam, pohon, semak,
tanaman penutup tanah.
2. Pekerjaan Media Tanam mencakup pekerjaan tanah subur, urlrgan tanah
setebal 1O cm, serta pembersihan dan perataan lahan.
3. Pekerjaan Penanaman Pohon adalah penanaman mohon dengan tinggi 2 m -
2,5 m.
4. Pekerjaan elemen lunak (softscape) lainnya berupa penanaman semak dan
tanaman penutup tanah dan penanaman rumput disesuaikan dengan
ekosistem dan kondisi alam yang tumbuh di kawasan pariwisata.
8.7.5 Panggung Kesenian/Pettunjukan/Amfiteater
8.7.5.1 Konsep Dasar
Panggung kesenian/pertunjukan/amfiteater merupakan bentuk dari tempat
berkumpul yang di dalamnya tersedia tempat duduk dengan kapasitas besar
serta area panggung untuk pertunjukan dan hiburan untuk pengunjung.
Panggung kesenian/ pertunjukan/amfiteater dapat digunakan untuk
pertunjukan-pertunjukan yang berbasis budaya masyarakat atau kesenian
teradisonal. Selain itu pembangunan panggung kesenian/
pertunjukan/amfiteater diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagr
pengembangan destinasi pariwisata sebagai upaya peningkatan kualitas
pengalaman berwisata, lama tinggal, serta distribusi wisatawan. Fungsi dan
manfaat panggung kesenian/ pertunjukan/ amfiteater:

SK No 174902 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 2937 -

1. tempat melaksanakan pertunjukan dan hiburan untuk pengunjung;


2. tempat untuk mempromosikan budaya dan kegiatan dari suatu destinasi
pariwisata;
3. tempat untuk melaksanakan kegiatan yang membutuhkan kapasitas peserta
atau pengunjung yang besar.
8.7.5.2 Ketentuan Teknis Panggung kesenian/PertunJukan/Amfiteater
Komponen pada Panggung kesenian/Pertunjukan/Amfiteater di Kawasan
Pariwisata terdiri dari:
L. Plaza amfiteater
Plaza ini berada pada akses masuk area panggung kesenian/ pertunjukan/
amfiteater dan pada area di antara panggung dan amfiteater.
a. Luas plaza amfiteater dapat berbeda pada masing-masing destinasi
pariwisata tergantung dari kebutuhan dan ketersediaan lahan.
b. Plaza yang terletak antara amfiteater dan panggung pertunjukan harus
terbuka dan memiliki pandangan bebas.
c. Material plaza sebaiknya menggunakan jenis material lokal seperti pauing
block/porous pauement, grass block dan material lainnya yang mampu
menyerapkan air, hams antislip, tidak licin, rata dan dipasang datar.
2. Amfiteater
a. Bangunan yang berfungsi sebagai tempat duduk penonton atau
pengunjung.
b. Kapasitas tempat duduk pada amfiteater dapat disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing Kawasan Pariwisata, lebar minimum tempat
duduk yang dibutuhkan untuk satu orang adalah 55 cm, tinggi area
duduk ideal adalah 45 cm.
c. Lebar antarteras sebagai bordes dan sirkulasi minimum selebar 100 cm
atau 1 meter.
d. Amfiteater ini rancang berteras atau bertingkat (jumlah tingkat dapat
disesuaikan kebutuhan dan kondisi bentang alam eksisting kawasan
pariwisata). Amfiteater minimum memiliki tiga tingkat teras untuk tempat
duduk.
e. Pada bagian teras amfiteater paling bawah harus disediakan area atau
tempat duduk untuk penyandang disabilitas.
f. Amfiteater terletak berhadapan dengan panggung kesenian/pertunjukan.
g. Amfiteater harus memiliki struktur yang kuat dan kokoh (disesuaikan
dengan hasil analisis tenaga ahli sipil bangunan).
h. Amfiteater dapat dikombinasikan dengan penataan lanskap dalam

SK No 174903 A
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
- 2932 -

rancangannya.
3. Panggung kesenian/pertunjukan
a. Berfungsi sebagai area pertunjukan.
b. Panggung umumnya berbentuk teratur dan berada pada lokasi dengan
visibilitas terbaik agar penonton dapat melihat pertunjukan dengan baik.
c. Panggung umumnya terletak pada 'as'atau bagian tengah berhadapan
dengan amfiteater.
d. Ukuran panggung harus diperhitungkan sesuai dengan batas
penglihatan dan pendengaran manusia. Jarak antara panggung dan
amfiteater disarankan antara 8 meter sampai dengan 20 meter. Batas
maksimum jarak terjauh antara panggung dan amfiteater adalah 20
meter.
e. Panggung dapat dilengkapi dengan backdrop sesuai dengan kebutuhan
masing-masing Kawasan Pariwisata. Backdrop panggung juga dapat
memanfaatkan borrowing uiew dari pemandangan alami terbaik di
sekitarnya.
f. Panggung harus memiliki struktur yang kuat dan kokoh (disesuaikan
dengan hasil analisis tenaga ahli sipil bangunan).
g. Material lantai panggung harus menggunakan material hams antislip,
tidak licin, kuat, tahan terhadap cuaca, dan dipasang datar. Disarankan
juga menggunakan material yang mudah ditemukan disekitar lokasi.
h. Panggung dapat dilengkapi dengan shelter atau struktur penaung,
dengan catatan struktur penaung harus kuat dan kokoh.
4. Bangunan penunjang
a. Bangunan ini memiliki panjang bangunan 9 m dan lebar bangunan 3 rn,
terdiri dari ruang ganti/ruang tunggu berukuran 3 m x 3 m (ruang
menunggu dan mang mengganti kostum, sebelum dan sesudah
pertunjukan), ruang kontrol 3 m x 3 m (ruang pengendali sound system,
panel pencahayaan, dan lain-lain), serta gudang 3 m x 3 m (ruang
penyimpanan alat dan komponen pendukung pertunjukan).
b. Peletakan bangunan penunjang ini disarankan berada di belakang area
amfiteater/ tempat duduk.
c. Tipe bangunan tertutup, harus memiliki struktur yang kuat dan kokoh,
disesuaikan dengan hasil analisis tenaga ahli sipil bangunan.
5. Sistem drainase
Panggung kesenian/ pertunjukan/ amfiteater harus dilengkapi dengan sistem
drainase yang baik untuk mencegah terjadinya genangan dan banjir.

SK No 174904 A
PRESIDEN
REPUEUK INDONESTA
- 2933 -

6. Keselamatan, keamanan dan mitigasi bencana


a. Panggung kesenian/pertunjukan/amfiteater yang berada pada lokasi
rawan bencana harus menyediakan rambu dan papan informasi bencana
sesuai standar peraturan yang berlaku. Plaza dan amfiteater pada area
panggung kesenian/pertunjukan/ amfiteater yang berada pada area
aman dapat difungsikan sebagai titik kumpul saat tedadi bencana. Area
yang berfungsi sebagai titik kumpul harus dilengkapi dengan rambu titik
kumpul.
b. Bangunan penunjang panggung kesenian / pertunjukan / amfiteater harus
memenuhi persyaratan struktur bangunan, persyaratan kemampuan
bangunan terhadap bahaya kebakaran, dan persyaratan kemampuan
bangunan terhadap bahaya kelistrikan.
c. Tersedia hydrant pada plaza amfiteater.
8.7.5.3 Panduan Perancangan
l. PlazaAmfiteater
Plaza ini berada pada area masuk ketika pengunjung atau wisatawan tiba di
area Panggung Kesenian/Pertunjukan dan pada area di antara panggung dan
amfiteater. Plaza Amfiteater pada contoh ilustrasi panduan visual
perancangan memiliki luas 777,56 m2. Matenal plaza yang digunakan pada
panduan perancangan merupakan jenis material lokal pauing block/porous
pauem.ent setara K-20O s.d K-350, antislip, tidak licin, dapat meresapkan air,
rata, dan dipasang datar. Pada sekeliling plaza dibatasi dengan kanstein.
2. Amfiteater
Amfiteater ini ranc€rng berteras atau bertingkat ffumlah tingkat dapat
disesuaikan dengan kondisi lahan eksisting kawasan pariwisata) berfungsi
sebagai tempat duduk penonton. Amfiteater memiliki luas 2OT m2. Amfiteater
pada panduan visual perancangan menggunakan struktur batu kali yang
dilapisi dengan plester dan acian kasar yang dapat dikombinasikan dengan
hamparan rumput pada area duduknya.
3. Panggung Kesenian/Pertunjukan
Panggung Kesenian/Pertunjukan dirancang dekat dengan plaza amfiteater,
berfungsi sebagai area pertunjukan. Panggung Kesenian/Pertunjukan
memiliki ukuran (2,75 m x 1,1 m) + (7,2 m x 3,6 m) atau seluas 28,9 m2,
dilengkapi dengan tangga sebagai akses menuju panggung. Panggung
Kesenian/Pertunjukan merupakan tipe struktur terbuka dari struktur beton,
bagian lantai dari matenal artiftcialwood/composite unod dengan kedalaman
fondasi 2m-
3 m.
4. Bangunan penunjang panggung kesenian/pertunjukan/ amliteater
Bangunan ini dirancang denganpenerapan arsitektur lokal setempat.
Bangunan penunjang memiliki panjang bangunan 9 m dan lebar bangunan

SK No 174905 A
PRESIDEH
REPUBL|K TNDONESIA
- 2934 -

3 m, terdiri dari ruang ganti/ruang tunggu 3 m x 3 m yang berfungsi sebagai


ruang menunggu dan ruang mengganti kostum, sebelum dan sesudah
pertunjukan, rLlang kontrol 3 m x 3 m yang berfungsi sebagai rrang
pengendali sound system, panel pencahayaan, dan lain-lain, serta Gudang 3
m x 3 m yang berfungsi sebagai ruang penyimpanan alat dan komponen
pendukung pertunjukan. Bangunan ini menrpakan tipe bangunan tertutup,
struktur beton, dinding bata, lantai keramik, bukaan alumunium & artiftcial
wood/composite wood, rangka atap baja ringan, atap genteng, plafond
gypsum/GRc. Bangunan ini dapat diakses dariPlaza Amfiteater.

A. Plaza Amfiteater; B. Amfiteater; C. Panggung Kesenian; D. Bangunan Penunjang


(ruang ganti/ruang tunggu, ruang kontrol, dan gudang)

A. Plaza Amfiteater; B. Amfiteater; C. Panggung Kesenian; D. Bangunan


(Ruang ganti/ruang tunggu, Ruang Kontrol, dan Gudang)
Gambar 11
Contoh rancangan Panggung Kesenian/Pertunjukan /Amfiteater

SK No 174906 A
PRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
- 2935 -

8.7.6 Ditte Center dan peralatannya


8.7.6.1 Korsep Dasar
Diue centermerupakan pusat kegiatan selam/ diuing, yang dapat digunakan juga
untuk pelatihan, sertifikasi, wisata penyelaman, penjualan peralatan selam,
kegiatan pelayanan (pemeliharaan, perbaikan) alat se1am, pengisian tabung
udara, dan penyewaan alat selam. Pendapatan utamanya berasal dari penjualan
peralatan dan kursus menyelam (Training & Diue Center Standards Ol/2O12,
Scuba Schools International (SSI)). Fungsi dan Manfaat Diue Center adalah
sebagai berikut:
l. sebagai pusat kegiatan selam/diving;
2. tempat masyarakat mendapatkan pelatihan selam dari instruktur selam
professional;
3. area wisata penyelaman yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas selam dan
instruktur selam profesional bersertifikat.
A.7.6.2 Ketentuan Teknis Dlve Center dan Peralatannya
l. Standar dimensi Diue Center, luas bangunan minimum 154 m2 termasuk
teras, rarnp, dan tangga. Standar dimensi ini dapat masih dapat lebih luas
disesuaikan dengan kebutuhan dan peraturan yang berlaku termasuk
disesuaikan berdasarkan Konstanta Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien
Lantai Bangunan (KLB) yang berlaku.
2. Program Ruang Diue Centen
a. Ruang Pengelola, merupakan kantor pengelola, yang jumlah dan
besarnya menyesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah staf pengelola
disertai fasilitas kantor seperti telepon, meja, kursi, komputer, dan
internet.
b. Ruang Informasi atau Lobbg, merupakan area pintu masuk dan ruang
tunggu pengunjung.
c. Ruang Ganti atau Tempat Bilas harus bersih, rapi, tidak berbau, dan
dilengkapi dengan perlengkapan standar seperti tisu, sabun, dan
handuk.
d. Ruang Pelatihan, harus memiliki peralatan presentasi yang modern
seperti LCD, televisi, dan peralatan presentasi berbasis computer, dengan
kondisi yang bersih dan terorganisir. Layout rurangan harls didesain agar
kondusif untuk mempelajari materi yang diberikan.
e. Ruang Penyewaan Alat, harus mencerrninkan tempat yang bersih dan
terorganisir dengan baik, dan memiliki produk yang modern serta tidak
cacat.
f. Ruang Perbaikan Alat, sebagai nr€rngan untuk perbaikan alat, ruangan
ini harus terorganisir, bersih, dan perlengkapannya tertata dengan baik.

SK No 174907 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 2936 -

Setiap barang yang diperbaiki harus diberi tanda khusus sesuai dengan
produsen yang memproduksi alat tersebut.
g. Ruang Pengisian Tangki Udara, harus bersih dan terorganisir, terbebas
dari dari kotoran dan minyak mesin kompresor pengisian udara. Ventilasi
udara hanrs terbuka sehingga buangan udara dari mesin kompresor
tidak mengotori ruangan lain.
3. Peralatan Scuba Diuing
Dalam kegiatan Scuba Diuing peralatan menjadi sangat penting. Peralatan
Scuba Diuing memiliki 10 (sepuluh) komponen untuk setiap setnya. Di
pasaran, peralatan ini dijual dengan berbagai merek dagang, yaitu:
a. Mask/Google,
b. Booti.es,
c. Snorlcels,
d. Fins,Gloues,
e. Regulator
f. Buogancg Control Deube (BCD)
g. Air Tank/Cglinder
h. Sumbersible Pressure Gauge (SPG), dan
i. Wet Suit.
4. Desain Arsitektural Diue Center: desain arsitektur bangunan Diue Center
hanrs dirancang oleh seorang Tenaga Ahli Arsitektur. Desain Arsitektur yang
diterapkan hanrs selaras dengan lingkungan sekitar, mempertimbangkan
iklim (tropis), mengangkat identitas lokal, dan merefleksikan elemen-elemen
arsitektur masyarakat lokal pada masing-masing destinasi pariwisata.
Struktur bangunan harus merupakan hasil analisis dari Tenaga Ahli Sipil
Bangunan Diae Center (terkait penggunaan beton, ka5ru, dan lain-lain)
dengan tetap semaksimum mungkin mempertahankan dan merefleksikan
elemen-elemen arsitektur masyarakat lokal hasil rancangan Tenaga Ahli
Arsitektur.
5. Aksesibilitas: Diue Centerharus mudah diakses untuk lalu lintas pejalan kaki
dan kendaraan bermotor (mobil, bus atau sepeda motor) dengan dilengkapi
jalan akses bagr pejalan kaki dan area parkir. Aksesibilitas harus
mempertimbangkan kebutuhan bagr penyandang disabilitas, seperti
menyediakan jalan khusus bagi lansia dan pengguna kursi roda.
8.7.6.3 Panduan Peraacangan
l. Panduan visual perancangan Diue Center merupakan contoh tipikal
rancang€rn yang terinsipirasi dari arsitektur lokal setempat. Rancangan atap
bangunan Diue Center pada contoh ilustrasi panduan merujuk atau

SK No 174908A
FRESIDEH
EEPUEUK INDONESIA
- 2937 -

merupakan transformasi dari arsitektur lokal. Mempertimbangkan peletakan


bangunan yang kemungkinan besar berada di wilayah pantai dan
dipengaruhi pasang surut air laut maka bangunan dirancang panggung atau
dinaikan dari permukaan tanah.
2. Dtue Centeryang dirancang sebagai panduan memiliki panjang bangunan 12
m, lebar bangunan 12 m, teras-tangga-ramp 20 m2, satu lantai, tipe
bangunan tertutup, tinggi 60 cm dari permukaan tanah, struktur beton,
dinding bata, lantai keramik, bukaan alumunium & artificial wood/ composite
wood, rangka atap baja ringan, atap genteng (catatan: penutup atap
diutamakan dari material alami yang bisa didapatkan dari sekitar lokasi),
plafond gypsum/GRc. Dengan program ruang sesuai standar teknis dan
peraturan yang berlaku. Pembangunan Diue Center pada umumnya
dilengkapi dengan penyediaan dan pengadaan perlengkapannya yang terdiri
dari diving set (pakaian dan perlengkapan diving), meja resepsionis dan kursi,
meja dan kursi kantor, TV LED 42", paket komputer lengkap, printer dan
scanner, set sofa, white board stand, layar proyektor, projector, dan lain-lain.
Perlengkapan ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan Diue Center pada
masing-masing Kawasan Pariwisata. Desain atap hanrs merujuk atau
merupakan transformasi dari bangunan arsitektur tradisional setbmpat.

Gambar 12
Contoh ilustrasi panduan visual perancangan Dive Center di Kawasan Pariwisata, Kabupaten
Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara.

SK No 174909 A
PRESIDEN
REPUEL|K INDONESIA
- 2938 -

8.7.7 Surting Center dan peralatannya


8.7.7.L Konsep Dasar
Sufing Center merupakan pusat aktivitas wisata selancar air yang terletak di
sekitar area selancar atau sekitar pantai yang setidaknya dilengkapi/memiliki
tempat/bErngunan untuk pelayanan wisatawan dan penanganan keselamatan.
Fungsi dan manfaat SurJing Centen
1. Pusat aktivitas wisata selancar air yang terletak disekitar area selancar atau
sekitar pantai;
2. Tempat masyarakat dapat menyewa peralatan /papan selancar dan
mendapatkan berbagai informasi mengenai berbagai kegiatan surfing pada
suatu destinasi pariwisata.
a.7.7.2 Ketentuan Teknis Surflng Center dan Perdatannya
Secara umum, dimensi SufrrW Center dapat disesuaikan dengan kebutuhan
ruang dan kapasitas yang direncanakan pada setiap Kawasan Pariwisata.
1. Standar dimensi Sufing Center, luas bangunan sekitar 136 m2. Standar
dimensi ini masih dapat disesuaikan dengan peraturan yang berlaku
termasuk disesuaikan berdasarkan Konstanta Dasar Bangunan (KDB) dan
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang berlaku di wilayah administrasi
destinasi pariwisata tersebut.
2. Program Ruang Suffing Centen
a. Ruang Pengelola, merupakan kantor pengelola, yang jumlah dan
besarnya menyesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah staf pengelola
disertai fasilitas kantor seperti telepon, meja, kursi, komputer, dan
internet.
b. Ruang Informasi atau Lobby, merupakan area pintu masuk dan ruang
tunggu pengunjung. Fungsi ruangan ini adalah memberikan informasi
yang dibutuhkan oleh wisatawan mengenai situasi dan kondisi Kawasan
Pariwisata setempat, seperti daya tarik wisata, amenitas, aksesibilitas,
aspek teknis yang terkait dengan wisata selancar air (karakter ombak dan
arus), dan lain-lain.
c. Ruang Ganti atau Tempat Bilas harus bersih, rapi, tidak berbau, dan
dilengkapi dengan perlengkapan standar seperti tisu, sabun, dan
handuk.
d. Ruang Pelatihan, harus memiliki peralatan presentasi yang modern
seperti LCD, televisi, dan peralatan presentasi berbasis computer, dengan
kondisi yang bersih dan terorganisir.
e. Ruang penyewaan alat surfirW/papan selancar, harus mencenninkan
tempat yang bersih dan terorganisir dengan baik, dan memiliki produk
barr serta tidak cacat. Seluruh barang yang ada dikelola dengan baik,

SK No 174910 A
FRESIDEN
NEPUBUK INDONESIA
- 2939 -

dibersihkan secara teratur, dan peralatan dirawat secara berkala dan


tercatat.
3. Peralatan Surfing
Surfing Centre menyediakan peralatan yang dibutuhkan oleh wisatawan
selancar air antara lain:
a. Pakaian surfing I sufrng wet suite: pakaian khusus yang digunakan saat
berselancar.
b. Leash atau tali kaki: sebuah tali yang menempel di kaki, jika bermain di
ombak besar tali ini melindungi agar tidak terpisah terlalu jauh saat
kontak dengan ombak atau dikenal dengan istilah gagal take off. Tali ini
umumnya memiliki panjang yang sama dengan panjang papan yang
dipakai.
c. Wa-n alat yang terbuat dari bahan seperti lilin yang digunakan pada
surfboard sebelum sufrW, agar saat surfing tidak terpeleset atau licin
maka membutuhkan wax.
d. Surfboard atau Papan Selancar: Secara umum, ada tiga jenis papan
selancar, dua di antaranya diperuntukan bagi pemula. Busa papan pada
gambar berikut ini adalah busa papan untuk pemula dan dapat disewa
di sebagian besar pantai surfittg.
e. Untuk mengatur laju dan arah papan selancar, banyak jenis fns yang
bisa dipergunakan, tergantung karakter ombak dan kekuatan ombak,
para peselancar profesional memiliki karakter sendiri dan sering
berekpserimen setiap sesi latihan untuk mendapatkan hasil dan
kenyamanan berselancar.
f. First Kit Aid for Surfers atau Peralatan Penanganan Keselamatan untuk
Peselancar.
4. Desain Arsitektural Suffing Center: desain arsitektur bangunxr Diue Center
harus dirancang oleh seor€rng Tenaga Ahli Arsitektur. Desain Arsitektur yang
diterapkan harus selaras dengan lingkungan sekitar, mempertimbangkan
iklim (tropis), mengangkat identitas lokal, dan merefleksikan elemen-elemen
arsitektur masyarakat lokal pada masing-masing destinasi pariwisata.
Struktur bangunan harus merupakan hasil analisis dari Tenaga Ahli Sipil
Bangunan Sufrrtg Center (terkait penggunaan beton, ka5ru, dan lain-lain)
dengan tetap semaksimum mungkin mempertahankan dan merefleksikan
elemen-elemen arsitektur masyarakat lokal hasil rancangan Tenaga Ahli
Arsitektur.
5. Aksesibilitas: Surfing Center harus mudah diakses untuk lalu lintas pejalan
kaki dan kendaraan bermotor (mobil, bus atau sepeda motor) dengan
dilengkapi jalan akses bagr pejalan kaki dan area parkir. Aksesibilitas harus
mempertimbangkan kebutuhan bagi penyandang disabilitas, seperti
menyediakan jalan khusus bagi lansia dan pengguna kursi roda.

SK No l749ll A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 2940 -

a.7.7.3 Panduan Perancangan


Panduan visual perancangan Surfing Center dan Peralatannya pada Kawasan
Pariwisata menarnpilkan contoh untuk Destinasi Pariwisata Prioritas Morotai
dan Sekitarnya, Provinsi Maluku Utara:
1. Mempertimbangkan peletakan bangunan yang kemungkinan besar berada di
wilayah pantai dan dipengaruhi pasang surut air laut maka bangunan
dirancang panggung atau dinaikkan dari permukaan tanah.
2. Surfing centeryang dirancang pada panduan memiliki luas minimum 154 m2
dengan panjang bangunan 12 m, lebar bangunan 12 m, teras-tangga-ramp
20 rn2, satu lantai, tipe bangunan tertutup, tinggi 6O cm dari permukaan
tanah, stnrktur beton, dinding bata, lantai keramik, bukaan alumunium &
artificial unod/composite wood, rangka atap baja ringan, atap genteng.
Penutup atap diutamakan dari material alami yang bisa didapatkan dari
sekitar lokasi), plafond ggpsum/GRc. Program ruang SufrrW Centermengacu
pada standar teknis dan peraturan yang berlaku. Pembangunan SurJing
Center pada umumnya dilengkapi dengan penyediaan dan pengadaan
perlengkapannya yang terdiri dari pakaran suffiW/ surfilg wet suite, leash
atau tali kaki, wax, papan selancar/ surfboard, fins, peralatan Penanganan
Keselamatan lOutdoor First Aid), meja resepsionis dan kursi, meja dan kursi
kantor, TV LED 42", paket komputer lengkap, pinter dan scanner, set sofa,
dan lain-lain. Perlengkapan ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan Sufing
Center pada setiap Kawasan Pariwisata.

SK No 174912 A
PRESIDEN
REPUBL|K INDONESIA
- 2947 -

Gambar 12
Contoh ilustrasi panduan visual perancangan Dive Center pada Kawasan Pariwisata
di Destinasi Pariwisata Prioritas Morotai dan Sekitarnya, Provinsi Maluku Utara

8.7.8 Titik labuhAinggah kapal gacht dan perlengkapannya


8.7.8.1 Konsep Dasar
Titik Labuh/Singgah Kapal Layar (Yachtl merupakan bangunan tempat singgah
dan penambatan khusus untuk Kapal Layar (Yacht) menaikturunkan wisatawan
dan melakukan muat bongkar barang. Titik Labuh/Singgah Kapal Layar (Yachfl
umumnya terletak pada tepi air, seperti'di tepi pantai. Titik Labuh/Singgah
Kapal Layar (Aachl dapat terdiri dari reef house, floating bridge, dan ponton.
l. Reef house menrpakan bangunan pada Titik Labuh/Singgah Kapal Layar
(Yacht) yang difungsikan sebagai pusat informasi, pelayanan suplai, sebagai
tempat istirahat.
2. Floating bridge merupakan jembatan yang dirancang di atas perairan
berfungsi untuk menghubungkan ponton atau floating dockdengan sirkulasi
(dermaga, dek, dan lain-lain) di sekitarnya. Dapat bempa konstruksi struktur
pernanen atau struktur nonpennanen.

SK No 174913 A
PRESIDEN
REPUEL|K INDONESIA
- 29+2 -

3. Ponton atau Jloating dock merupakan bangunan konstruksi di atas perairan


yang dirancang untuk memberikan daya apung, konstruksi ini dapat
ditenggelamkan atau diapungkan dalam arah vertikal, dan dilengkapi dengan
perlengkapan tambat kapal.
Fungsi dan manfaat Titik Labuh/Singgah Kapal Layar (Yachtl:
1. mendukung pergerakan wisatawan yang ingin berekreasi dari satu tempat ke
tempat lain pada suatu wilayah perairan;
2. tempat menambatkan Kapal Yacht untuk naik-turun wisatawan;
3. tempat melakukan muat bongkar barang dari kapal layar (yacht) saat
persinggahan, kapal layar lyachfl dapat merapat ke tepian
8.7.A.2 Ketentuan Teknis Titik Labuh/Singgah Kapat Layar (YcchQ dan
Perlengkapanrya
Pembangunan titik labuh/singgah Kapal I.ayar (Yachtl termasuk ke dalam
pembangunan dermaga wisata. Dermaga wisata merupakan dermaga yang
dibangun dan dijalankan untuk menunjang kegiatan yang bersifat khusus
tujuan wisata. Titik labuh/singgah Kapal Layar (Yacht) yang dimaksud memiliki
fasilitas utama sebagai berikut:
1. DermagaTipe Pier
Merupakan salah satu Tipe Dermaga atau bangunan/konstmksi yang berada
pada garis pantai dan posisinya tegak lurus dengan garis pantai (berbentuk
jari). Pier dapat digunakan pada satu sisi atau dua sisinya sehingga dapat
digunakan untuk merapat lebih banyak kapal. Bangunan ini
menghubungkan antara floating dock, flexible bridge sampai ke daratan.
2. Ponton atau Floating Dock
Merupakan bangunan konstruksi di atas perairan yang dirancang untuk
memberikan daya apung, dan dilengkapi dengan perlengkapzrn tambat kapal.
3. Floating bidge
Jembatan yang dirancang di atas perairan, berfungsi untuk menghubungkan
ponton atau floating dock dengan sirkulasi (dermaga, dek, dan lain-lain) di
sekitarnya.
8.7.8.3 Panduan Perancangan
Panduan visual perancangan Titik Labuh/Singgah Kapal Layar (Yacht) pada
Kawasan Pariwisata yang dirancang memiliki luas minimum 52O m2 dengan
dimensi (110 m x 2 ml + (25 m x 12 m x 1 m) sesuai dengan standar dan
peraturan yang berlaku. Bangunan ini merupakan tipe bangunan dengan
struktur terbuka, dapat berupa struktur apung lfloating pontonl ataupun
struktur beton (tiang pancang), bagian lantai dari material artifrcial
wood/ composite unod dengan kedalaman fondasi dari muka tanah 2 m - 3 m
dan asumsi jarak dari muka air 2 m - 3 m. Titik Labuh/Singgah Kapal Layx

SK No 174914 A
PRESIDEN
NEPUBUK INDONESIA
- 2943 -

(Yacht)dapat dilengkapi dengan sarana dan prasarana pelengkap sesuai dengan


kebutuhan setiap Kawasan Pariwisata.
Tambat apung (mooing buog) terdiri dari beberapa jenis, ukuran dan warna
tergantung dari jenis perahu yang akan singgah, dua jenis Tambat Apung
(Mooring Buogl yang diusulkan digunakan khususnya untuk Kawasan
Pariwisata, yaitu:
1. Tambat Apung (Mooring Buoyl Tipe Satu: tambat apung ini memiliki
spesifikasi diameter 343 mm dan panjang 457 mm, terbuat dari material
polyform (sejenis material sintetik jenis plastik), umumnya memiliki warna
merah atau jingga atau putih, diameter tube 16 mm, berat sekitar kurang
lebih 11,5 kg.

Contoh Ilustrasi panduan visual tambat apung (mooring buoy) tipe satu (diameter 343 mm, berwarna merah
atau jingga)

2. Tambat Apung (Mooring Buoyl Tipe tambat apung


memiliki
spesifikasi diameter 75 Omm dan panjang 1.880 mm, terbuat dari material
polgform (sejenis material sintetik jenis plastik), umumnya memiliki warna
putih, eye diameter 4O mm, berat sekitar kurang lebih 23kg. Dikenal sebagai
Polgform Buog Fender F I l.

SK No 174915 A
PRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
- 2944 -

Gambar 14
Contoh Tambat Apung (Mooring Buoy) Tipe 2 (Diameter 750 mm, Berwarna Putih)

SK No 174916 A
PRESIDEN
REPUBUK TNDONESIA
- 2945 -

Gambar 15
Contoh Ilustrasi Panduan Visual Perancangan Titik Labuh/Singgah Kapal Layar (Yacht)

A.7.9 Dermaga trIisata


4.7.9.1 Konsep Dasar
Dermaga wisata adalah bangunan terminal khusus dan/atau terminal untuk
kepentingan sendiri untuk menunjang kegiatan pariwisata yang menyediakan
tempat, fasilitas, dan aktivitas bertambat kapal wisata di wilayah perairan.
Dermaga Wisata umumnya terletak pada tepi air baik ditepi pantai, tepi danau,
tepi sungai, maupun tepi waduk. Fungsi dan manfaat Dermaga Wisata:
l. mendukung pergerakan wisatawan dari satu tempat ke tempat lain pada
suatu wilayah perairan;
2. tempat menambatkan kapal untuk naik dan turun wisatawan'
3. tempat melakukan muat-bongkar barang.
Dalam pembangunan dermaga wisata pemerintah daerah wajib melampirkan
dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL/UKL) atau AMDAL dan tata cara perizinan merujuk pada ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.

SK No 174917 A
PRESIDEN
REPUELIK INDONESTA
- 2946 -

8.7.9.2 Ketentuan Teknis Dermaga Wisata


1. Panjang Dermaga
Panjang standar dermaga ditentukan dengan menambahkan panjang yang
dibutuhkan oleh tali tambatan haluan dan buritan dengan panjang
keseluruhan kapal rencana. Jika kapal ditambatkan sejajar dengan dermaga,
konfigurasi tali tambat ditunjukkan pada gambar di bawah. Tali tambat
haluan dan buritan biasanya diatur pada sudut 30" sampai 45" terhadap
muka dermaga karena tali ini digunakan untuk mencegah pergerakan kapal
pada arah longitudinal (pada arah haluan dan arah buritan) dan pada arah
lateral (pada arah daratan dan lautan). Panjang dermaga untuk satu
tambatan sama dengan panjang kapal terbesar yang menggunakan dermaga
ditambah ruang bebas (clearance) sebesar 10% dari panjang kapal terbesar
yang bersandar di dermaga. Secara matematis, panjang dermaga untuk satu
tambatan dinyatakan dalam persamaan berikut:
Lp= 1,2 x Loa
Keterangan:
Lp: panjang dermaga;
Loa parrjang kapal terbesar yang dilayani;
Apabila dermaga digunakan oleh lebih dari satu tambatan kapal, di antara
dua kapal yang berjajar diberi jarak sebesar 10% kali panjang kapal terbesar
yang menggunakan dermaga. Secara matematis, panjang dermaga untuk
beberapa tambatan dinyatakan dalam persamaan berikut:
Lp= nx Loa+ (n+ 1) tO%o x Loa"
Keterangan:
Lp: panjang dermaga
n:jumlah tambatan
Loa: panjang kapal terbesar yang dilayani.

Gambar 16
Ilustrasi ukuran dermaga untuk satu kapal

SK No 174918 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESTA
- 2947 -

2. Elevasi Dermaga
Elevasi lantai dermaga ditentukan dengan mempertimbangkan ukuran
kapal rencana dan kondisi alam. Elevasi muka air yang digunakan sebagai
datum dalam penentuan elevasi dermaga adalah MHWL (Monthlg-Highest
Water Leuel).

T\.rnggang Pasang Tunggang Pasang


Jenis Dermaga
>3,0m <3,0m
Dermaga untuk kapal besar +0,5- 1,5 +7,O-2,O
(kedalaman kolam > 4,5 m)

Dermaga untuk kapal kecil +0,3- 1,0 +o,5- 1,5


(kedalaman kolam < 4,5 m)

3. Lebar Dermaga atau Lebar Apron


Lebar dermaga atau lebar apron yang memadai harus disediakan antara
garis muka dermaga dan gudang atau lapangan penumpukan untuk
memastikan keselamatan dan kelancaran kegiatan bongkar muat barang,
naik dan turun penumpang, serta lalu lintas kendaraan. l,ebar apron
harus dirancang sedemikian rupa sesuai dengan ukuran dan penggunaan
dermaga, dan struktur gudang di belakang dermaga dan penggunaannya.
Tabel Standar Lebar Dermaga atau Lebar Apron

Kedalaman kolam dermaga (Dpi Lebar apron minimum (Wa/

Dpt < 4,5 m 10m


4,5<Dp<7,5m 15m
Dp>7,5m 20m
4. Kedalaman Dermaga
Pada umumnya kedalaman dari dasar kolam dermaga ditetapkan
berdasarkan sarat maksimum (maximum draft) kapal yang bertambat
ditambah jarak aman (clearence) sebesar O,8 m - 1 m di bawah lunas kapal
dan perbedaan pasang surut. Taraf dermaga ditetapkan antara 0,5 m - 1,5
m di atas permukaan laut (mdpl) dengan memperhatikan ketinggian
gelombang maksimum di depan dermaga.

SK No 174919 A
FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 2948 -

Gambar 17
Ilustrasi Kedalaman Dermaga Wisata

8.7.9.3 Panduan Perancangan


Panduan visual perancangan Dermaga Wisatatipe jetfgr dengan struktur terbuka
dalam Kawasan Pariwisata menarnpilkan contoh untuk Destinasi Pariwisata
Prioritas Morotai dan Sekitarnya, Provinsi Maluku Utara. Dermaga Wisata yang
dirancang pada panduan visual perancangan terdiri dari boardwalk dermaga
wisata, tempat naik perahu dermaga wisata, dan bangunan dermaga wisata.
L. Boardwalkdermaga wisata yang d.irancang pada panduan merupakan contoh
tipikal rancangan boardwalk (struktur terbuka) yang berfungsi sebagai
sirkulasi penghubung dengan wilayah daratan. Pada panduan perancanan
boardwalk dermaga wisata memiliki luas minimum 43,75 m2 dengan panjang
77,5 m, lebar boardwalk 2,5 m, merupakan tipe struktur terbuka dari
stnrktur beton, bagian lantai dari material artiftcial wood/composite wood
dengan kedalaman fondasi dari muka tanah 2 m - 3 m dan asumsi jarak dari
muka air 2 m - 3 m. Boardwalk dapat dilengkapi dengan sarana dan
prasarana pelengkap sesuai dengan kebutuhan setiap Kawasan Pariwisata.
2. Tempat naik perahu Dermaga Wisata yang dirancang pada contoh ilustrasi
panduan merupakan contoh tipikal rancangan tempat naik perahu (struktur
terbuka)yang berfungsi sebagai pelataran tempat naik dan turun penumpang
dari perahu. Pada contoh ilustrasi panduan tempat naik perahu dermaga
wisata memiliki panjang 1O m, lebar 5 m, merupakan tipe struktur terbuka
dari struktur beton, bagian lantai dari material artifrcial wood/composite
utood dengan kedalaman fondasi dari muka tanah 2 m - 3 m dan asumsi
jarak dari muka air 2 m - 3 m. Tempat naik perahu dapat dilengkapi dengan
sarana dan prasarana pelengkap sesuai dengan kebutuhan setiap Kawasan
Pariwisata.
3. Bangunan Dermaga Wisata yang dirancang pada contoh ilustrasi panduan
merupakan contoh tipikal rancangan bangunan dermaga yang berfungsi
sebagai area tunggu dan tempat berteduh para wisatawan. Rancangan atap

SK No 174920 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESTA
- 2949 -

bangunan dermaga wisata pada contoh ilustrasi panduan merujuk atau


merupakan transformasi dari arsitektur atap rumah adat suku Sahu di
Kabupaten Pulau Morotai, yaitu Sasadu. Bangunan dermaga wisata memiliki
ukuran panjang 10 m, lebar 5 m, merupakan bangunan panggung satu lantai
dengan tipe bangunan struktur terbuka, struktur beton, rangka atap baja
ringan, atap genteng, plafond ggpsum/GRC, dengan kedalaman fondasi 2 m
- 3 m dan asumsi jarak dari muka air 2 rn - 3 m. Penutup atap diutamakan
dari material alami yang bisa didapatkan dari sekitar lokasi. Bangunan
Dermaga Wisata dapat dilengkapi dengan sarana dan prasarana pelengkap
sesuai dengan kebutuhan setiap Kawasan Pariwisata.

Gambar 18
Contoh ilustrasi panduan visual perancangan Dermaga Wisata tipe jetty dengan struktur terbuka
pada Kawasan Pariwisata di Destinasi Pariwisata Prioritas Morotai dan Sektiarnya, Provinsi
Maluku Utara

8.7.10 Fasilitas Rekreasi Penunjang Kegiatan trIisata


8.7.10.1 Konsep Dasar
Fasilitas rekreasi penunjang kegiatan wisata adalah semua jenis sarana yang
secara khusus ditujukan kebutuhan wisatawan yang bersifat rekreatif selama
berada di daya tarik wisata. Fungsi dan manfaat fasilitas rekreasi penunjang
kegiatan wisata:
1. Sebagai tempat berkumpul, berinteraksi, berkegiatan wisata, sekaligus

SK No 174921 A
PRESIDEH
REPUBUK INDONESIA
- 2950 -

beristirahat bagi wisatawan;


2. Sebagai pusat penyediaan dan penjualan produk lokal, seperti kuliner dan
cendera mata;
3. Dapat difungsikan juga sebagai fasilitas keselamatan dan keamanan
wisatawan, seperti plaza/area pengunjung dapat menjadi salah satu titik
kumpul pada saat terjadi bencana, serta menara pandang dapat menjadi pos
penjagaan keselamatan dan keamanan wisatawan.
Dalam peraturan ini, fasilitas rekreasi penunjang kegiatan wisata terdiri dari
plaza/area pengunjutrg, bangku taman, gazebo, plaza kuliner, kios kuliner, kios
cendera mata, dan menara pandang.
A.7.1O.2 Ketentuan Teknis
Fasilitas rekreasi penunjang kegiatan wisata mencakup plaza/area pengunjung,
bangku taman, gazebo, plaza kuliner, kios kuliner, kios cendera mata, menara
pandang dengan struktur baja, dan menara pandang dengan struktur beton.
A.7.1O.2.1 Standar Teknis Plazal Atea Pengunjung
l. Plaza/area pengunjung pada umumnya berbentuk teratur, yaitu persegi
panjang, persegi, lingkaran dan bentuk lainnya, namun memungkinkan
bentuk yang lebih organik menyesuaikan dengan kondisi aktual bentang
alam dan keselarasan dengan keselumhan rancangan kawasan pariwisata;
2. Pada area yang lebih kecil, maka proporsi plaza/area pengunjung dibatasi
maksimum 25%o dari total luas keseluruhan area;
3. Minimum 25 o/o dari area plaza/area pengunjung harus terbuka atau terkena
sinar matahari, dapat disediakan juga naungan yang memadai pada
plaza/area pengunjung, naungan tersebut dapat berupa pergola atau shelter
ataupun naungan pohon;
4. Bagian plaza/area pengunjung yang ternaungi harus memiliki ntang vertikal
minimum 3 m, untuk memberikan kenyamanan bagi pengunjung.
a.7.1O.2.2 Standar TeLnis Bangku Taman
1. Dalam menata bangku taman perlu mempertimbangkan dengan cermat
variasi, dimensi, lokasi, dan konfigurasi dari bangku taman. Hal tersebut
untuk menciptakan area duduk yang nyarnan, agar interaksi sosial pada
suatu ruang luar semakin meningkat atau ruang luar tersebut dapat
berfungsi maksimum.
2. Pada suatu plaza minimum 50% dari bangku taman berada pada areaplaza
harus dipasang pernanen. Bangku taman yang dipasang pernanen
bertuj uan untuk meminimumisir pencurian furnitur.
3. Untuk bangku taman yang akan diletakkan dekat dengan trotoar jalan raya,
bangku taman dapat diletakkan 4,5 m dari tepi trotoar.

SK No 174922 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESTA
- 295t -

4. Material yang digunakan untuk bangku taman pada harus kuat, kokoh,
tahan terhadap cuaca, dan tahan terhadap vandalisme (contoh: material
beton, arttftciat wood/composite wood, besi, atau kombinasinya, dan lain-
lain).

8.7.LO.2.3 Standar Teknis Gazebo


Secara umum, dimensi gazebo dapat disesuaikan dengan kebutuhan rrang dan
kapasitas yang direncanakan pada Kawasan Pariwisata. Material yang
digunakan sebaiknya menggunakan material lokal (kayu alami, kayu
buatan/ artifrcial utood, dan lain-lain) dan jenis material yang digunakan harrs
keras, kuat, stabil, dan tahan lama.
a.7.LO.2.4 Standar Teknls Plaza Kuliner
1. Standar Umum
a. Luas plaza pada masing-masing Kawasan Pariwisata Bahari dan
Perairan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan
jumlah kios yang akan dibangun pada plaza kuliner tersebut;
b. Bentuk atau rancangan plaza dapat disesuaikan dengan.bentang alam
pada masing-masing Kawasan Pariwisata, serta harus selaras dengan
perancangan kawasan pariwisata secara menyeluruh;
c. Materi at plaza sebaiknya menggunakan jenis material lokal seperti pauing
block/ porous pauement, grass block, dan material lainnya yang mampu
menyerapkan air, harus anti slip, tidak licin, rata, dan dipasang datar;
d. Plaza harus menyediakan area makan minum yang dilengkapi dengan
tempat duduk dan meja, jumlah tempat duduk dan meja dapat
disesuaikan dengan rencana penataan, rencana kapasitas, kebutuhan,
dan jumlah kios.
e. Plaza dilengkapi dengan sistem drainase yang baik;
f. Untuk keselamatan, keamanan, dan mitigasi bencana tersedia akses
khusus darurat dan tempat berkumpul.
2. Standar Khusus
a. Akses utama menuju Plaza Kuliner dari jalan umum dapat dilalui bus
pariwisata medium dengan kapasitas 6O orang;
b. Jalan utama bisa berpapasan 2 (dua) bus;
c. Area naik turun penumpang yang memadai;
d. Jumlah parkir mobil, bus, dan motor dapat disesuaikan dengan
kebutuhan dan perhitungan kapasitas pengunjung masing-masing
Kawasan Pariwisata;
e. Loading dock dan area bongkar muatan (bahan makanan bersih);

SK No 174923 A
FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 2952 -

f. Jalur truk sampah yang tidak boleh digabung dengan jalur bongkar
muatan (bahan makanan bersih) agar tidak terkontaminasi bakteri;
g. Sumber air bersih panas dan dingin;
h. Drainase atau saluran pembuangan air lengkap dengan proses
pemeliharaan sebelum dibuang ke saluran kota;
i.
Drainase/saluran air hujan dan resapannya hanrs diperhatikan dengan
baik untuk menghindari genangan air di halaman bangunan; dan
j. Tersedia fasilitas untuk penyandang disabilitas.
8.7.1o.2.5 Standar Teknis Kios Kuliner
1. Satu unit bangunan kios kuliner memiliki luas 9 m2 atau panjang bangunan
3 m dan lebar bangunan 3 m, di dalamnya tersedia dapur dan wastafel (dua
bak cuci). Area cuci piring dapat dilengkapi dengan meja area pengering dan
rak simpan.
2. Kios kuliner dapat dirancang persatuan unit atau berkelompok (terdiri dari
beberapa unit kecil kios dalam Plaza Kuliner).
3. Kios kuliner harus dirancang dengan menerapkan arsitektur lokal (contoh
bentuk transformasi atap dari rumah adat setempat dan lain-lain) dan
menggunakan material lokal yang mudah ditemukan dilokasi.
4. Kios kuliner menggunakan struktur yang kuat dan kokoh (contoh: struktur
beton, atap rangka baja, dan lain-lain)
5. Material penutup atap, dinding, dan lantai disarankan menggunakan
material alami yang mudah didapatkan dilokasi.
6. Kios ini dapat dilengkapi dengan furnitur dan peralatan sesuai dengan
kebutuhan masing-masing penjual.
7. Memiliki sistem sirkulasi udara, pencahayaan, pintu masuk dan keluar
harts sesuai standar dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Petunjuk arah dan papan nama kios kuliner memiliki tulisan yang terbaca
dengan jelas dan mudah terlihat.
9. Ketersediaan sumber air bersih.
10. Tersedia loading dock dan area bongkar muat (bahan makanan bersih).
11. Kios kuliner yang ditata berkelompok pada suatu area dalam kawasan
pariwisata:
a. ditata berhadapan antara kios kuliner baris pertama dan baris kedua;
b. harus menyediakan sirkulasi pejalan kaki dan area makan minum pada
bagian tengah antara dua baris kios dengan lebar minimum 6 m;
c. jarak antara unit kuliner satu dan lainnya memiliki jarak minimum 3,5
m (yang juga berfungsi sebagai akses).

SK No 174924 A
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
- 2953 -

8.7.LO.2.6 Standar Teknis Kios Cendera Mata


1. Luas ruangan sesuai dengan kebutuhan jenis cendera mata;
2. Kios Cendera Mata dapat dirancang persatuan unit kecil atau berkelompok
(terdiri dari beberapa unit kecil kios pada);
3. bentuk rakyang ideal untuk cendera mata adalah rak single wall minimarket
dan rak double dengan ukuran panjang papan antara 30 cm - 4O cm;
4. jenis bahan ideal untuk cendera mata adalah besi dengan ketebalan plat
antara 0,5 mm - 0,6 mm dan mampu menahan berat barang sebesar 30 kg
- 5O kg;
5. pintu harus menghadap ke ruang kosong, tidak boleh ada lemari, tirai, atau
furnitur yang menghalangi pengunjung masuk;
6. panjang lemari dan meja dalam kios harus sesuai dengan sudut letak lemari;
7. tidak menempatkan lemari dan meja pada sisi tajam yang mengarah ke pintu
masuk;
8. memiliki sistem sirkulasi udara, pencahayaan, pintu masuk dan keluar
harus sesuai standar dan/atau ketentuan peraturan pemndang-undangan;
9. petunjuk arah dan papan nama Kios Cendera Mata memiliki tulisan yang
terbaca dengan jelas dan mudah terlihat;
10. Kios Cendera Mata yang ditata berkelompok harus memenuhi ketentuan
berikut ini:
a. ditata berhadapan antara kios cendera mata baris pertama dan baris
kedua;
b. harus menyediakan sirkulasi atau akses pejalan kaki (sirkulasi utama
pejalan kaki) pada bagian tengah antara dua baris kios dengan lebar
minimum 6 m;
c. jarak antara unit kios cendera mata satu dan lainnya memiliki jarak
minimum 3,5 m.
8.7.LO.2.7 Standar Teknis Menara Pandang
l. Dimensi
Dimensi Menara Pandang harus diperhitungkan secara akurat untuk
menentukan persyaratan minimum ruang dan ruang untuk instalasi dan
pemeliharaan. Menara Pandang dapat terdiri dari 3 lantai atau lebih. Dengan
luasanya disesuaikan dengan kebutuhan dan kapasitas.
2. Struktur Menara
Ahli teknik bangunan gedung khusus struktur bangunan dibutuhkan untuk
memperhitungkan jenis struktur yang sebaiknya digunakan sesuai kondisi
tanah, ukuran struktur, tebal lantai, dan lainnya dalam analisis struktur

SK No 174925 A
PRESIDEH
REPUBUK TNDONESIA
- 2954 -

kapasitas menara. Struktur yang digunakan harus kuat, kokoh, dan aman
(contoh seperti: struktur baja, beton dan lain-lain).
3. Ukuran dan Bentuk Menara
Menara pandang disarankan memiliki panjang bangunan 9 m dan lebar
bangunan 4 m, atau dapat disesuaikan sesuai kebutuhan masing-masing
Kawasan Pariwisata. Disarankan hanya terdiri dan 2lantai sampai dengan
3lantai.
4. Akses
Tangga akses menara juga harus disesuaikan dengan jumlah tingkatan dan
tinggi menara.
5. Pemeliharaan Listrik dan Mekanis
Pemeliharaan listrik dan mekanis ditujukan untuk menyediakan
pencahayaan pada area pandang (ruang utama pengamatan) dan pada akses
tangga.
6. Legalitas
Pembangunan menara, harus mendapatkan izin tertulis dari Pemerintah
Daerah. Pembangunan menara ini juga harus mengikuti peraturan berlaku
temtama yang terkait dengan (KDB, KLB dan KDH kawasan).
7. Alat Pelengkap
Menara Pandang dapat dilengkapi dengan alat komunikasi dan beberapa
peralatan tambahan seperti teropong pandang, pengeras suara, dan lain-
lain.
8. Penempatan
Pada kawasan pantai, Menara Pandang berada pada area yang aman dari
pasang surut air dan bencana.
9. Keselamatan dan keamanan
Bangunan Menara Pandang harus memenuhi persyaratan struktur
bangunan, persyaratan kemampuan bangunan terhadap bahaya kebakaran,
dan persyaratan kemampuan bangunan terhadap bahaya petir dan bahaya
kelistrikan.
lO. Internatianal Code Building (ICB) 2OO7
Sesuai dengan International Code Building (ICB) 2OO7 menara pandang
merupakan bangunan dengan klasifikasi kepemilikan dan kegunaan
bangunan dengan fungsi tertentu atau bangunan lain, maka dalam hal ini
menara pandang dapat dibangun dengan kepemilikan pribadi terkait dengan
pengelola destinasi pariwisata dan atau pemerintah.

SK No 174926 A
PRESIDEH
REPUEUK INDONESIA
- 2955 -

I 1. Memiliki IMB
Pembangunan Menara Pandang harus memiliki daftar lzin Mendirikan
Bangunan (IMB) serta mengikuti kaidah pembangunan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di daerah
8.7.1O.3 PanduanPeraacangan
Panduan perancangan disusun untuk Fasilitas Rekreasi Penunjang Kegiatan
Wisata, mencakup plazaf area pengunjung, bangku taman, gazebo, plaza
kuliner, kios kuliner, kios cendera mata, menara pandang dengan struktur baja,
dan menara pandang dengan struktur beton pada Kawasan Pariwisata.
l. Plaza/Area Pengunjung
Panduan visual perancangan plazaf area pengunjung pada Kawasan
Pariwisata menampilkan contoh untuk Destinasi Super Prioritas Mandalika,
Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Plaza dirancang
untuk mengangkat identitas dan budaya daerah dengan menerapkan
transformasi pola budaya lokal, seperti pola-pola batik khas Lombok. Pola
batik tersebut membentuk pola perkerasan, pola penataan area hijau, pola
penataan pohon, dan pola penataan furnitur plaza (yaitu bangku taman).
Plaza pada panduan perancangan memiliki luas minimum 4OO m2 dengan
ukuran panjang 20 m dan lebar 20 m, berbentuk persegi. Material plazayang
digunakan pada contoh ilustrasi panduan perancangan merupakan jenis
material lokal pauing block/porous pauement setara K-200 s.d. K-350,
antislip, tidak licin, dapat meresapkan air, rata, dan dipasang datar. Pada
sekeliling plaza dibatasi dengan kanstein.

Penerapan pola batik khas Pola batik membentuk Contoh penerapan


Lombok pada pola kombinasi pola perkerasan, ilustrasi plaza/area
perkerasan plaza/area penataan area hijau dan pengunjung
pengunjung
Gambar 19
Contoh ilustrasi panduan visual perancangan Plaza/Area Pengunjung pada Kawasan Wisata Bahari dan
Perairan di Destinasi Super Prioritas Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat

SK No 174927 A
FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 2956 -

2. Bangku Taman
Panduan visual perancangan bangku taman pada Kawasan Pariwisata
menampilkan contoh untuk Bangku Taman di PlazalArea Pengunjung
Destinasi Super Prioritas Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi
Nusa Tenggara Barat. Bangku taman pada contoh ilustrasi panduan visual
perancang€rn tipikal bangku taman yang diusulkan pada plazaf atea
pengunjung. Bangku taman yang diusulkan menggunakan material dasar
beton dan artiftcial/ composite wood dengan ukuran panjang bangku taman
125 cm, lebar 55 cm, dan tinggi 45 cm sesuai panduan visual perancang€rn.

Gambar 20
Contoh rancangan bangku taman di Plaza/Area Pengunjung pada Kawasan Wisata Bahari dan
Perairan, Destinasi Super Prioritas Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara
Barat

3. Gazebo
Penerapan arsitektur lokal berupa bentuk atap dan bentuk bangunan.
Arsitektural gazebo dapat disesuaikan dengan arsitektural setempat pada
masing-masing Kawasan Pariwisata. Ukuran satu unit banguraan gazebo tipe
dua memiliki panjang bangunan 3 m dan lebar bangunan 2 m, | (satu) lantai,
tipe bangunan terbuka, tinggi 15 cm dari permukaan tanah, struktur beton,
plafond ggpsum/GRc, atap rangka baja, atap genteng, lantai batu alam, dan

SK No 174928 A
PRESIDEN
REPI,IELIK INDONESIA
- 2957 -

tersedia bangku dari batu bata yang diberi acian plester, dapat dilengkapi
dengan ornamen dan komponen pelengkap sesuai dengan kebutuhan masing-
masing Kawasan Pariwisata.

Gambar 21
Contoh ilustrasi panduan visual perancangan Gazebo Tipe Dua pada Kawasan Wisata
Bahari dan Perairan di Destinasi Pariwisata Prioritas Morotai dan Sekitarnya, Provinsi
Maluku Utara

SK No 174929 A
FRESIDEN
HEPUBUK INDONESIA
- 2958 -

4. Plaza Kuliner
Panduan visual perancangan Plaza Kuliner pada Kawasan Pariwisata
menampilkan contoh untuk Destinasi Pariwisata Prioritas Morotai dan
Sekitarnya, Provinsi Maluku Utara. Plaza yang dirancang untuk minimal
sepuluh unit kios kuliner. Bagian tengah plaza dapat digunakan sebagai jalur
pejalan kaki atau area makan (dapat diletakkan meja dan kursi makan). Luas
minimum plaza adalah 578 mz dengan ukuran panjang 34 m dan lebar 17 m.
Material plaza yang digunakan pada contoh ilustrasi panduan perancangan
merupakan jenis material lokal pauing block/porous pauement setara K-2OO
s.d. K-350, antislip, tidak licin, dapat meresapkan air, rata, dan dipasang
datar. Pada sekeliling plaza dibatasi dengan kanstein. PIaza dilengkapi juga
dengan sistem drainase yang baik. Luas plaza pada masing-masing Kawasan
Pariwisata, sesuai dengan kebutuhan dan jumlah kios yang akan dibangun
pada Plaza Kuliner tersebut.

Gambar 22
Contoh ilustrasi perancangan Plaza Kuliner pada Kawasan Wisata Bahari dan Perairan di
Destinasi Pariwisata Prioritas Morotai dan Sekitarnya, Provinsi Maluku Utara

5. Kios Kuliner
a. Panduan visual perancangan Kios Kuliner pada Kawasan Pariwisata
menampilkan contoh untuk Destinasi Pariwisata Prioritas Morotai dan
Sekitarnya, Provinsi Maluku Utara. Kios kuliner ditata berkelompok pada
suatu plaza sesuai ilustrasi panduan visual perancangan.
b. Luas minimum satu unit bangunan kios kuliner adalah 9 m2 dengan
ukuran panjang bangunan 3 m dan lebar bangunan 3 m, merupakan tipe
bangunan semi terbuka, dengan struktur beton, lantai keramik, plafond
ggpsum/GRc, atap rangka baja, atap genteng, serta telah disediakan
saniter tempat cuci piring (wastafel), kios ini dapat dilengkapi dengan
teralis pengaman, furnitur dan peralatan sesuai dengan kebutuhan

SK No 174930A
PRESIDEH
REFUBUK INDONESTA
- 2959 -

masing-masing penjual pada kios kuliner.


c. Kios kuliner ditata secara berkelompok dengan jumlah sebanyak sepuluh
unit dalam suatu plaza, saling berhadapan, lima kios di sisi utara dan lima
kios di sisi selatan. Jumlah kios ini merupakan jumlah minimum yang
dapat diajukan, dan dapat diajukan lebih banyak sesuai kebutuhan
masing-masing Kawasan Pariwisata. Kios kuliner ditata saling berhadapan
dan pada bagian tengah plaza dapat digunakan sebagai sirkulasi atau area
makan.

Gambar 23
Contoh ilustrasi panduan visual perancangan kios kuliner (satu unit) pada Plaza Kuliner
di Kawasan Wisata Bahari dan Perairan, Destinasi Pariwisata Prioritas Morotai dan
Sekitarnya, Provinsi Maluku Utara

6. Kios Cendera mata


a. Kios Cendera Mata adalah 9 m2 dengan ukuran panjang bangunan 3 m
dan lebar bangunan 3 m, merupakan tipe bangunan semi terbuka, dengan
struktur beton, lantai keramik, plafond ggpsum/GRc, atap rangka baja,
atap genteng, kios ini dapat dilengkapi dengan furnitur dan peralatan
sesuai dengan kebutuhan masing-masing penjual pada Kios Cendera
Mata
b. Pada panduan visual perancangan Kios Cendera Mata ditata secara
berkelompok sebanyak sepuluh unit dalam suatu area, saling
berhadapan, lima kios di sisi utara dan lima kios di sisi selatan. Jumlah

SK No 174931 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 2960 -

kios ini merupakan jumlah minimum yang dapat diajukan, dan dapat
diajukan lebih banyak sesuai kebutuhan masing-masing Kawasan. Bagian
tengah area dapat digunakan sebagai sirkulasi atau jalur pejalan kaki.

Gambar 24
Contoh rancangan Kios Cendera Mata (satu unit) pada Kawasan Wisata Bahari dan
Perairan di Destinasi Super Prioritas Labuan Bajo, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara
Timur

7. Menara Pandang
Bangunan menara pandang ini menrpakErn bangunan dengan stmktur
utama baja (salah satu struktur yang direkomendasikan karena
konstruksinya lebih kuat dan kokoh sehingga aman jika digunakan
wisatawan). Luas minimum bangunan menara pandang tipe satu (struktur
baja) ini 108 m2 dengan panjang bangunan 9 m dan lebar bangunan 4 m, 3
lantai dengan 4 bordes, tipe bangunan struktur terbuka, selasar 15 cm dari
permukaan tanah, stmktur utama baja, lantai artificial wood/composite
wood, dan material pagar pembatas dari material besi galvalum atau baja
yang dicat antikorosif/menggunakan material stainless steel. Titik pandang
pada menara pandang ini berada pada setiap lantai bordes di kedua sisi yang
berlawanan. Bangunan menara pandang dapat dilengkapi dengan ornamen
dan komponen pelengkap sesuai dengan kebutuhan masing-masing
destinasi.

SK No 174932 A
PRESIDEN
REPUBUK TNDONESIA
- 296t -

Struktur
bangunan menara
pandang pada
Denah gambar
Menara menggunakan
struktur utama
Pandang
baja. Struktur
Struktur harus dipastikan,
Baja kuat, kokoh dan
aman.

Desain arsitektural harus


merujuk pada identitas
budaya lokal. Gambar di
samping ini adalah hanya
sekedar contoh ilustrasi
menara pandang yang
menerapkan pola batik
ikat kepala khas Lombok
pada fasad arsitektural
bangunan.

Gambar 25
Contoh rancangan Menara Pandang Tipe Satu (Struktur Baja) di Kawasan Wisata Bahari dan
Perairan Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

8.7.11 Fasilitas Umum


8.7.11.1 Konsep Dasar
Fasilitas umum di daya tarik wisata adalah sarana pelayanan yang dibutuhkan
oleh wisatawan untuk memenuhi kebutuhan dasar ketika berwisata di daya
tarik wisata. Fungsi dan manfaat fasilitas umum:

SK No 174933 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESTA
- 2962 -

l. fungsi: sarana bagi wisatawan untuk memenuhi kebutuhan dasar yang biasa
dilakukan dalam kehidupan keseharian pada saat berada di daya tarik
wisata.
2. manfaat:
a. Memberikan rasa aman dan nyaman secara psikologis kepada wisatawan
dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehariannya ketika
berada di daya tarik wisata;
b. Memberikan fasilitas istirahat bagi kendaraan wisatawan sehingga tidak
mengganggu kelancaran dan keselamatan lalu lintas secara umum.
Fasilitas umum terdiri dari tempat parkir, tempat ibadah, serta toilet dan
perlengkapErnnya.
A.7.Lt.2 Ketentuan Teknis Fasilitas Umum
A.7.LL.2.L Staadar Teknis Tempat Parkir
Dalam teknis perencanaan tempat parkir harus memperhatikan, satuan ruang
pakir (SRP) dan pola parkir kendaraan. Satuan Ruang Parkir (SRP) merupakan
standar ukuran luas atau dimensi efektif untuk meletakan kendaraan (mobil
penumpang, bus/truk atau sepeda motor), termasuk nrang bebas dan lebar
buka pintu. Dalam penentuan satuan ruang parkir (SRP) mempertimbangkan
beberapa hal, yaitu:
1. Dimensi kendaraan standar untuk mobil penumpang.

Gambar 26
Ilustrasi Dimensi Kendaraan Standar untuk Mobil Penumpang

2. Ruang Bebas Kendaraan Parkir


Ruang ini diberikan pada arah lateral dan longitudinal kendaraan. Ruang
bebas arah lateral ditetapkan pada posisi pintu kendaran terbuka, yang

SK No 174934 A
PRESIDEH
REPUBUK TNDONESIA
- 2963 -

diukur dari ujung paling luar pintu ke badan kendaraan parkir yang ada di
sampingnya. Ruang bebas ini diberikan agar tidak te{adi benturan antara
pintu kendaraan dan kendaraan yang parkir di sampingnya pada saat
penumpang turun dari kendaraan. Ruang bebas arah memanjang diberikan
di depan kendaraan untuk menghindari benturan dengan dinding atau
kendaraan yang lewat jalur gang (ablel. Jarak bebas arah lateral diambil
sebesar 5 cm dan jarak bebas arah longitudinal sebesar 30 cm.
3. Lebar Bukaan Pintu Kendaraan
Ukuran lebar bukaan pintu merupakan fungsi karakteristik pemakai
kendaraan yang memanfaatkan tempat parkir. Sebagai contoh, lebar bukaan
pintu kendaraan untuk pengguna dan atau pemntukan tempat parkir pusat
hiburan atau rekreasi, hotel, dan pusat perdagangan eceran atau swalayan
untuk pintu depan atau belakang terbuka penuh adalah 75 cm (tujuh puluh
lima centimeter). Sedangkan untuk lebar bukaan pintu kendaraan untuk
pengguna dan atau peruntukan tempat parkir orang cacat ditambahkan
dengan lebar untuk pergerakan kursi roda.
4. Satuan Ruang Parkir (SRP) Kendaraan
Penentuan satuan nrang parkir (SRP) terbagi atas tiga jenis kendaraan, yaitu
SRP untuk mobil penumpang diklasifikasikan menjadi tiga golongan (golongan
I, II, dan III), bus/tmk, dan sepeda motor
Tabel Penentuan Satuan Ruang Parkir (SRP)

Satuan Ruang Parkir


No. Jenis Kendaraan
(m')

a. Mobil penump€rng untuk golongan I 2,3O x 5,OO


1 b. Mobil penumpang untuk golongan II 2,5O x 5,00
c. Mobil penump€rng untuk golongan III 3,OO x 5,00

2. Bus/truk 3,40 x I2,5O

3. Sepeda motor O,75 x2,OO

5. Jalur Sirkulasi, Gang, dan Modul


Jalur sirkulasi dan jatur gang memiliki perbedaan pada penggunaannya.
Secara umum panjang sebuah jalur gang tidak lebih dari 100 m, jalur gang
ini diperuntukan untuk melayani lebih dari 50 kendaraan dan dianggap
sebagai jalur sirkulasi. Lebar minimum jalur sirkulasi tempat parkir untuk
jalan satu arah adalah 3,5 m, sedangkan lebar minimum jalur sirkulasi
tempat parkir untuk jalan dua arah adalah 6,5 m.

SK No 174935 A
FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 2964 -

6. Jalan Masuk dan Keluar


Ukuran atau dimensi lebar pintu keluar masuk dapat ditentukan yaitu lebar
3 m dan panjangnya hanrs dapat menampung tiga mobil berurutan dengan
jarak antar mobil atau spacing sekitar 1,5 meter, sehingga panjang pintu
keluar masuk minimum 1Smeter. Jalan keluar masuk sebaiknya
penempatannya jauh dari persimpangan jalan atau minimum 25meter
sebelum atau sesudah persimpangan jalan.

7. Material Perkerasan Tempat Parkir


Lapisan permukaan jalan atau tempat parkir umumnya terbagi kedalam tiga
jenis perkerasan, yaitu:
a. perkerasa.n lentur: dengan bahan pengikat aspal atau sering disebut
campuran aspal panas atau hot mix;
b. perkerasan kaku: tipe perkerasan kaku dengan agregat sebagai tulangan
dan bahan pengikat berupa semen;
c. perkerasan dengan pauing block atau grass block: perkerasan yang terdiri
dari campuran pasir semen ditambah atau tanpa campuran lainnya,
perkerasan jenis ini umumnya lebih sering dipakai untuk perkerasan
tempat parkir pada kawasan pariwisata karena pengerjaan mudah, biaya
relatif murah, estetis (karena ada pola dan warna yang dapat disesuaikan
dengan rencana atau rancangan), serta dapat meresapkan air. Saat ini juga
sudah ada pauing blockyartg dapat meresapkan air cukup banyak ke dalam
tanah atau lebih dikenal porous pauement Pada umumnya pauing block
atau gra^ss block yang digunakan pada tempat parkir adalah pauing block
dengan tebal 6 cm dengan mutu kelas II.
A.7.11.2.2 Standar Teknis Tempat Ibadah
Kriteria Lokasi Penempatan Tempat Ibadah sebagai berikut:
l. tempat ibadah mudah diakses dan dekat dengan lokasi kegiatan wisatawan;
2. pada lokasi yang cenderung alami perlu dipertimbangkan agar tidak
menimbulkan tekanan atau dampak negatif terhadap lingkungan;
3. dekat dengan sumber air;
4. bangunan diletakkan agar merespon terhadap kiblat (posisi atau sudut
kemiringan peletakan bangunan mushola mengikuti arah kiblat).

SK No 1749364
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 2965 -

Gambar 27
Contoh posisi peletakan bangunan tempat ibadah terhadap arah kiblat

Standar teknis bangunan tempat ibadah pada Kawasan Pariwisata sebagai


berikut:
l. desain arsitektur yang diterapkan harus selaras dengan lingkungan sekitar,
mempertimbangkan iklim (tropis), mengangkat identitas lokal, dan
merefleksikan elemen-elemen arsitektur masyarakat lokal pada masing-
masing destinasi pariwisata;
2. struktur bangunan tempat ibadah harus merupakan hasil analisis dari
Tenaga Ahli Sipil Bangunan (terkait penggunaan beton, baja, dan lain-lain)
dengan tetap semaksimum mungkin mempertahankan dan merefleksikan
elemen-elemen arsitektur masyarakat lokal hasil rancangan Tenaga Ahli
Arsitektur (Arsitek);
3. luas nangan mampu menampung maksimal 30 (tiga puluh) orang;
4. memiliki sistem sirkulasi udara atau air conditioner (AC) dan pencahayaan,
pintu masuk dan keluar sesuai standar;
5. penanda arah dengan tulisan yang terbaca jelas dan mudah terlihat;
6. bangunan tempat ibadah memiliki ukuran panjang bangunan 9 m dan lebar
bangunan 9 m, dilengkapi dengan teras atau selasar;
7. penutup atap diutamakan dari material alami yang bisa didapatkan dari
sekitar lokasi;
8. bukaan bangunan dari alumunium atau artificial unod;
9. lantai menggunakan material yang bertekstur, anti slip, dan tidak licin;
10. tersedia saniter wudhu pada tempat wudhu;
1 1. tersedia saniter toilet pada toilet tempat ibadah.

SK No 174937 A
PRESIDEH
REPUBUK INDONESTA
- 2966 -

Perancangan Tempat Ibadah untuk wisatawan muslim memperhatikan aspek


spiritual berikut ini:
1. rancangan tempat ibadah harus dapat memotivasi manusia agar senantiasa
beribadah;
2. dzikir dan menjauhi maksiat adalah bentuk ibadah paling dasar untuk
muslim;
3. konsep spiritual pada Tempat Ibadah:
a. konsep dzikin agar penghuni berdzikir/doa/tafakur, sehingga mengurangi
kemungkinan bermaksiat;
b. konsep wara': agar penghuni untuk berhati-hati terhadap kesalahan kecil
karena tidak tahu/lalai;
c. konsep ihsan: uniuersaldesign (rancangan tempat ibadah yang ramah bagi
selunrh pengunjung), pengelolaan tempat ibadah sesuai syariah, dan lain-
lain.
Penerapan aspek spiritual pada perancangan tempat ibadah sebagai berikut:
1. Penerapan Konsep Dzikir pada Bangunan Tempat Ibadah:
a. kaligrafi (terutama transformasinya) pada fasad arsitektural tempat
ibadah;
b. tulisan kaligrafi doa-doa setiap aktivitas sekitar tempat ibadah;
c. doa masuk dan keluar tempat ibadah, doa bercermin dan lain-lainnya;
d. tulisan motivasi islami untuk wisatawan muslim.
2. Penerapan Konsep Wara pada Bangunan Tempat Ibadah
a. pintu keluar masuk pria dan wanita terpisah;
b. pintu masuk wanita diberi pintu;
c. tempat wudhu terpisah (aurat wanita terjaga);
d. toilet pria dan wanita terpisah;
e. tersedia area transisi antara area basah dan kering (ruang untuk
mengeringkan k"t i)t
f. batas suci hanrs jelas;
g. pada bagian teras atau selasar mushola disediakan fasilitas tempat
duduk (untuk pengguna melepaskan dan memasangkan alas kaki) serta
fasilitas rak sepatu (untuk pengguna meletakan sepatunya);
h. tersedia rak penyimpanan mukena, sarung dan Al-Qur'an;
i. motif karpet dengan motif per shaf (untuk efisiensi jumlah jamaah).

SK No 1749384
FRESIDEN
REPUBLIK TNDONESTA
- 2967 -

3. Penerapan Konsep Ihsan pada Bangunan Tempat Ibadah.


Penerapan uniuersal design pada rancangan tempat ibadah yang ramah bagi
seluruh pengunjung atau wisatawan (contoh: ramp pada akses keluar masuk
masjid, dan lain-lain).
8.7,77.2.3 Standar Teknis Toilet dan perlengkapaturya, termasuk jaringan
air bersih, sumur, pompa, jaringan listrik, dan jalur
pembuan gan, I septic to;nk.
1. Ikiteria Lokasi penempatan Toilet Umum
L,okasi penempatan toilet disesuaikan dengan luas kawasan pariwisata.
Lokasi toilet disarankan tidak mengganggu bangunan di sekitarnya tetapi
mudah terlihat. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam penempatan
bangunan toilet pada suatu kawasan pariwisata sebagai berikut:
a. dekat dengan sumber air bersih atau mudah dalam menyediakan air
bersih;
b. tidak merusak keindahan lingkungan;
c. mudah diketahuidan dicapai keberadaannya;
d. memberikan kenyamanan dan perasaan am€rn;
e. keadaan sekitar toilet harus tertata indah, asri, bersih, dan nyaman;
f.
mudah dalam membuat saluran pembuangan, termasuk septb tank; darr
g. mudah dalam proses pemeliharaan kebersihan.
2. Prinsip Teknis Umum
a. Akses menuju toilet laki-laki dan perempua.n perlu dibuat terpisah untuk
pertimbangan keamanan.
b. Penempatan dan desain toilet sebaiknya merupakan satu kesatuan
dengan fungsi ruang lain yang ada dalam kawasan.
c. Toilet dilengkapi dengan penanda yang jelas dan informatif.
d. Setiap toilet umum harr.s menyediakan paling sedikit 1 (satu) buah toilet
untuk penyandang disabilitas.
3. Standar Ukuran Toilet
a. Ukuran standarjuga menjadi halyang perlu dipenuhi agar kebutuhan dan
kenyamanan wisatawan dalam menggunakan toilet menjadi maksimal.
Ukuran standar Toilet Umum:
1) luas ruang dalam toilet paling sedikit berukuran 80 cm x 155 cm;
2) ukuran wastafel cuci tangan minimum 45 x 60 cm, disarankan
menggunakan kran dengan sistem sensor.
3) ketinggian wastafel untuk orang dewasa 85 cm dan untuk anak-anak
disarankan 70 cm;

SK No 174939 A
FRESIDEH
REPUEUK INDONESTA
- 2968 -

4) ruang bebas untuk pengguna wastafel cuci tangan setidaknya 60 cm


dari tepi wastafel dengan sirkulasi 60 cm;
5) dekat wastafel cuci tangan disediakan tempat sabun (berisi sabun cuci
tangan), tempat tisu, hand drier (pengering tangan) dan tempat
sampah;
6) urinal untuk orang dewasa dipasang dengan ketinggian 60 cm dari
lantai, harus dilengkapi dengan tombol flushdan/atau peralatan flush
otomatis untuk menyiram urinal setelah digunakan;
7) jarak antarurinal paling kurang 70 cm dengan sekat pemisah (modesty
boarQ yang memiliki ukuran setidaknya 40 cm x 80 cm;
8) urinal perlu dilengkapi dengan pelindung (urine protector) untuk
menjaga kesucian badan atau pakaian dari cipratan urin;
9) spraA urinal harus dapat diaktivasi dengan sistem ganda (sensor dair
manual) agar pengguna dapat bersuci setelah menggunakan urinal;
1O) sekat pemisah harus menggantung dan tidak menyentuh lantai untuk
menjaga privasi pengguna dan menjamin kebersihan area di bawah
urinal;
11) ruang bebas untuk pengguna urinal setidaknya 60 cm dari tepi sekat
pemisah dengan sirkulasi 60 cm.
Tabel Standar ukuran toilet umum dan ukuran penataan komponennya

Fasilitas Standar Minimum Standar Rekomendasi

Pintu masuk utama 9O - 120 cm 110 - 120 cm

Pintu kubikal toilet 70 - I2O cm 110 - 120 cm

Kubikal 8O x 155 cm 9O x 165 cm

Jarak antara pintu dan


tempat duduk toilet
60 cm 60 cm

Area wastafel (2 wastafel) 165 x 200 cm 165 x 200 cm

Ketinggian wastafel 75 cm 85 cm

Jarak antar-as wastafel 1OO cm 1OO cm

Jarak antar-as urinal 7O cm 90 cm

Jarak antarsekat urinal 70 cm 90 cm

SK No 174940 A
PRESIDEN
REFUBLIK INDONESIA
- 2969 -

Gambar 28
Standar ukuran dan penataan satu unit ruang atau kubikal toilet umum dengan toilet duduk

SK No 174941 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 2970 -

Gambar 29
Standar ukuran dan penataan area wastafel cuci tangan

SK No 174942 A
PRESIDE}f
REPUBLIK INDONESIA
- 297L -

Gambar 30
Standar ukuran dan penataan area urinal

b. Ukuran Toilet Penyandang Disabilitas:


1) luas mang dalam toilet penyandang disabilitas paling sedikit memiliki
ukuran tiZ,s cm x 227:5 cm dengan mempertimbangkan ruang gerak
pengguna kursi roda;
2) daun pintu toilet penyandang disabilitas pada dasarnya membuka ke
arah luar toilet dan memiliki ruang bebas sekurang-kurangnya 152,5
cm antara pintu dan permukaan terluar kloset;
3) jika daun pintu toilet penyandang disabilitas membuka ke arah dalam
toilet, maka harus memberikan ruang bebas yang cukup untuk
pengguna kursi roda melakukan manuver berputar f 8O0 dan
membuka/menutup daun pintu;
4) pintu toilet penyandang disabilitas perlu dilengkapi dengan plat
tendang di bagian bawah pintu untuk pengguna kursi roda dan
penyandang disabilitas netra;
5) pintu toilet penyandang disabilitas dilengkapi dengan engsel yang
dapat menutup sendiri;
6) toilet penyandang disabilitas harus dilengkapi dengan pegangan
rambat untuk memudahkan pengguna krrrsi roda berpindah posisi dari
kursi roda ke atas kloset ataupun sebaliknya;
7l pada bagian atas luar pintu toilet penyandang disabilitas disediakan
lampu alarm (panic lamp) yang akan diaktifkan oleh pengguna toilet
dengan menekan tombol bunyr darurat (emergencg sound button).
Ketinggian wastafel untuk pengguna kursi roda adalah 75 cm.

SK No 174943 A
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
- 2972 -

Tabel. Standar Ukuran Toilet Penyandang Disabilitas


dan Ukuran Penataan Komponennya
Standar
Fasilitas Standar Minimum
Rekomendasi

Jenis Pintu Pintu Geser Pintu Geser

Pintu toilet untuk


penyandang disabilitas
90- 120 cm 120 cm

Kubikal Penyandang 152,5 x227,5 cm 152,5 x227,5 cm


Disabilitas

Sirkulasi Penyandang
92 crn 184 cm
Disabilitas

Ketinggian Wastafel 75 cm 85 cm

Gambar 31
Standar ukuran dan penataan satu unit ruang ataukubikal toilet untuk penyandang
disabilitas

4. Komponen Bangunan Toilet


a. Atap: struktur disarankan menggunakan struktur yang kokoh, kuat dan
tahan lama (contoh: rangka baja ringan dan lain-lain). Penutup atap
diutamakan dari material alami yang bisa didapatkan dari sekitar lokasi.
b. Lantai: lantai toilet memiliki kelandaian paling sedikit 3%-5% dari panjang
atau lebar lantai. Lantai toilet harus memiliki ketinggian yang lebih rendah
daripada lantai ruangan di luar toilet. Lantai toilet diberi lapisan kedap air
(waterprooftngl.Material penutup lantai untuk toilet dipitih dari material
bertekstur, tidak licin, dan tidak meresapkan air.

SK No 174944 A
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
- 2973 -

c. Dinding: dinding dengan warna terang memudahkan mengontrol


kebersihan toilet. Ubin keramik dapat dijadikan pilihan untuk melapisi
dindingyang terbuat dari ggpsumtahan air atau batu bata dengan lapisan
kedap air. Dinding Toilet harr's diberi lapisan kedap arr (waterproofingl.
Dinding pembatas antara nrang toilet satu dengan lainnya harus tahan
air dan menggantung 20 crn dari atas lantai.
d. Langit-Langit atau Plafon: langit-langit atau plafon terbuat dari bahan
yang cukup kaku dan rangka yang kuat sehingga memudahkan dalam
perawatan dan tidak mudah kotor. Apabila langit-langit toilet terdapat
pipa-pipa air, maka disarankan membangun lubang (man-holel untuk
memudahkan petugas dalam melakukan perawatan dan perbaikan.
Langit-Langit atau Plafon harus diberi cat kedap atr lwaterproofingl.
e. Pintu: pintu pada toilet harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap air,
agar ringan, tidak lapuk, dan mudah dibersihkan. Material pintu bisa
menggunakan bahan fiber yang dilaminasi dengan bahan tahan air
maupun terbuat dari aluminium. Untuk daun pintu kloset harus memiliki
kunci yang dapat dikunci dari dalam. Daun pintu terpasang disebelah
kanan dan membuka kearah dalam agtr menghindari benturan dengan
aktifitas di luar ruangan dan menyediakan gantungan pakaian atau tas
yang diletakkan pada sisi dalam pintu. i

f. Jendela: toilet perlu diberi sirkulasi udara yang memadai melalui jendela
atau bouentbht Jendela ventilasi pada toilet harus terbuat dari bahan
yang tahan terhadap air, tidak lapuk dan mudah dibersihkan.
8.7.11.3 Panduan Perancangan
Panduan Perancangan disusun untuk fasilitas umum mencakup tempat parkir,
tempat ibadah, serta toilet dan perlengkapannya, termasuk jaringan air bersih,
sumur, pompa, jaringan listrik, dan jalur pembuangan/ septb tank.
1. Tempat Parkir
Panduan visual perancangan tempat parkir di Kawasan Pariwisata sebagai
berikut:
a. Panduan perancangan yang diberikan merupakan tipikal rancang€rn
tempat parkir dengan luas minimum 72 m2 yang terdiri dari tiga modul
parkir mobil (panjang total 7,5 m, lebar total 5 *), jalur sirkulasi parkir
(satu jalur, panjang sirlnilasi 11,5 m, lebar sirkulasi 3 *), menggunakan
material Pauing Block/ Porous Pauement setara K-2OO s.d. K-35O dilengkapi
dengan kanstein mengelilingi Pauirry Block/Porous Pauement tempat
parkir.
b. Kebutuhan modul parkir yang dibutuhkan dan jalur sirkulasi parkir akan
berbeda-beda pada masing-masing daya tarik wisata, penentuan jumlah
modul parkir dan jalur sirkulasi parkir yang dibutuhkan harus
berdasarkan hasil analisis oleh tenaga ahli, disesuaikan dengan rencana

SK No 174945 A
PRESIDEN
REPUBLTK INDONESIA
- 2974 -

kapasitas tempat parkir dan harus terintegrasi dengan sistem lalu lintas
di sekitarnya.

Denah Tipikal

Gambar 32
Contoh ilustrasi rancangan Tempat Parkir (tiga modul parkir mobil dan jalur sirkulasi parkir
satu jalur) pada Kawasan Wisata Bahari dan Perairan

2. Tempat Ibadah
Panduan visual perancangan Tempat Ibadah pada Kawasan Pariwisata
menampilkan contoh untuk rancangan tempat ibadah pada Destinasi Super
Prioritas Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara
Barat:
a. Contoh ilustrasi panduan yang diberikan merupakan contoh tipikal
rancangan Tempat Ibadah (muslim) yang terinsipirasi dari arsitektur lokal
setempat pada Destinasi Super Prioritas Mandalika. Penerapan arsitektur
lokal berupa bentuk atap dan penyelesaian pola dinding.

SK No 174946 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 2975 -

b. Bangunan tempat ibadah pada panduan perancangan merupakan tempat


ibadah umat muslim dengan luas minimum 9l m2 dan dengan panjang
bangunan 9 m, lebar bangunan 9 m, teras-tangga-ramp 20 m2, satu lantai,
tipe bangunan tertutup, tinggi 60 cm dari permukaan tanah, struktur
beton, dinding bata, lantai keramik, bukaan alumunium dan artiftcial
wood/composite utood, rangka atap baja ringan, atap genteng, plafond
ggpsum/GRc, terdiri dari ruang shalat wanita kapasitas 24 orang dan
ruang shalat pria kapasitas 24 orarrg, dilengkapi dengan saniter (keran
dan lain-lain) pada tempat wudhu, serta toilet untuk pria dan wanita,
sumber air bangunan tempat ibadah ini menyambung ke pipa sumber air
yang sudah ada. Pada bagian depan bangunan atau teras disarankan
dilengkapi dengan fasilitas tempat duduk untuk pengguna melepaskan
dan memasangkan alas kaki, serta fasilitas rak sepatu untuk pengguna
meletakkan sepatu. Pembangunan tempat ibadah di dalam area daya tarik
wisata untuk umat agama lain memungkinkan diajukan narnun
disesuaikan dengan karakteristik wisatawan yang banyak berkunjung ke
daya tarik wisata.

Penutup atap diutamakan dari


Denah material alami yang bisa
didapatkan dari sekitar lokasi.

Tangga

Desain atap harus merujuk atau merupakan transformasi dari bangunan


arsitektur tradisional setempat. Gambar di atas ini adalah hanya sekedar
contoh ilustrasi dari bangunan dengan desain atap transformasi dari
Rumah Adat Suku Sasak, Mandalika, Pulau Lombok.

SK No 174947 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 2976 -

Gantbar -13
Corttolt perancct,tqett Rutqunart Tt:n4tol lbaclctl't KcLtL;ascut Pctriu'isata r/i l)esfinasr Supt'r
Prioritas Mandalikrt Kriltu1:ttttt,tt Lornbok Tettgrth, Prouinsi Nusa Tertggara Barat

3. Toilet dan perlengkapannya


a. Mempertimbangkan peletakan bangunan yang kemungkinan besar berada
di wilayah pantai dan dipengaruhi pasang surut air laut, maka bangunan
dirancang panggung atau dinaikkan dari permukaan tanah.
b. Bangunan Toilet pada panduan perancangan memiliki luas minimum 46
m2 dengan panjang bangunan 6 m, lebar bangunan 6 m, teras-tangga-
ramp 20 m2, satu lantai, merupakan tipe bangunan tertutup, diangkat 60
cm dari permukaan tanah, struktur beton, dinding bata dilapisi
waterprooJ pintu dan jendela alumunium, keramik toilet setara roman,
atap genteng (catatan: penutup atap diutamakan dari material alami yang
bisa didapatkan dari sekitar lokasi), plafond ggpsum/GRc dilapisi
waterprool Saniter setara amerban standard (termasuk kloset duduk dan
jongkok, urinoar, toilet penyandang disabilitas, janitor), sumber air
bangunan toilet ini menyambung ke pipa sumber air yang sudah ada.
Bangunan toilet juga dapat dilengkapi dengan sarana dan prasarana lain
pelengkap bangunan, disesuaikan dengan kebutuhan Kawasan
Pariwisata.

SK No 174948 A
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
- 2977 -

Gambar 34
Contoh Panduan Visual Perancangan Bangunan Toilet Kawasan Wisata Bahari
dan Perairan di Destinasi Pariwisata Prioritas Kawasan Wisata Bahari dan
Perairan Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara

8.7.12 Fasilitas Aksesibilitas


8.7.12.L Konsep Dasar
Fasilitas aksesibilitas di daya tarik wisata adalah semua jenis sarana dan
prasarana transportasi dan pendukungnya yang disediakan untuk memenuhi
kebutuhan pergerakan wisatawan selama berada di daya tarik wisata. Fungsi
dan manfaat fasilitas aksesibilitas:
l. fungsi:
a. untuk melakukan pergerakan dari satu
sebagai prasarana bagi wisatawan
tempat ke tempat lain selama berada di daya tarik wisata, dilengkapi
sarana yang mendukung kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
wisatawan;
b. sebagai sarana bagi wisatawan untuk mendapatkan informasi mengenai
lokasi tempat-tempat yang ada di daya tarik wisata.

SK No 174949 A
PRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
- 2978 -

2. manfaat:
a. memberikan pelayanan kepada wisatawan sehingga dapat meningkatkan
kelancaran, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam melakukan
pergerakan di dalam kawasan daya tarik wisata;
b. mengarahkan dan mengelola pergerakan pengunjung di area daya tarik
wisata agar sesuai dengan daya dukung lingkungan;
c. menghubungkan tempat-tempat di dalam daya tarik wisata.
Fasilitas aksesibilitas terdiri dari jalur pejalan kaki (pedestrian), jalan dalam
kawasan, boardwalk, lampu taman, papan interpretasi kawasan, dan rambu
petunjuk arah (stgnagel di dalam kawasan daya tarik wisata.
8.7 .12.2 Ketentuan Telrnis Fasilitas Aksesibilitas
8.7.12.2.1 Standar Teknis Jdur Pejalan Kaki (Pedestrianf
Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian) harus memenuhi standar teknis berikut ini:
1. Memperhatikan dimensi tubuh manusia untuk memberikan ruang gerak yang
ideal. Dimensi tubuh manusia yang lengkap berpakaian adalah 45 untuk
tebal tubuh sebagai sisi pendeknya dan 6O cm untuk lebar bahu sebagai sisi
panjangnya.
2. Kebutuhan ruang gerak minimum pejalan kaki:
a.tanpa membawa barang dan keadaan diam, yaitu O,27 m2;
b.tanpa membawa barang dan keadaan bergerak, yaitu 1,08 m2; dan
c.membawa barang dan keadaan bergerak yaitu antara 1,35 m2 -1,6 m2.
3. Kebutuhan ruang gerak untuk pejalan kaki berkebutuhan khusus:
a. jalur pejalan kaki memiliki lebar minimum 1,5 m dan luas minimum 225
rn';
b. tingkat kelandaian tidak melebihi dari 8% atau 1 banding 72l' dan
c. jalur yang landai harls memiliki pegangan tangan setidaknya untuk satu
sisi (disarankan untuk kedua sisi).
4. Kemiringan Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian):
a. kemiringan memanjang, kriterianya ditentukan berdasarkan kemampuan
berjalan kaki dan tujuan desain; kemiringan maksimal sebesar 87o dan
disediakan bagian yang mendatar dengan panjang minimum 1,2 m pada
setiap jarak maksimal 9 m;
b. kemiringan melintang, kriterianya ditentukan berdasarkan kebutuhan
untuk drainase serta material yang digunakan pada jalur pejalan kaki,
kemiringan minimum sebesar 2o/o, dan kemiringan maksimal sebesar 4%o;
dan

SK No 174950 A
PRESIDEN
REPUBL|K INDONESIA
- 2979 -

c. Dalam kondisi tidak memungkinkan untuk menyediakan kemiringan


memanjang, kemiringan dimaksud dapat digantikan dengan penyediaan
anak tangga.
5. Aksesibilitas:
a. sistem jaringan sirkulasi jalur pejalan kaki (pedestrian) harus
direncanakan terintegrasi dengan perencanaan zotta kegiatan wisata
untuk optimalisasi akses antarfasilitas maupun akses dari dan menuju
lokasi kawasan pariwisata; dan
b. lokasi fasilitas berada dalam cakupan jarak pejalan kaki, yaitu antara 300
m - 400 m, apabila jarak lebih dari 400 m, harus diberikan jeda untuk
tempat istirahat pejalan kaki.
6. Material Perkerasan Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian)
a. material yang digunakan pada Jalur Pejalan Kaki (pedestrian) sebaiknya
menggunakan material lokal (pauing block, grass block, porous pauement,
dan sebagainya);
b. permukaan material harus antislip, tidak licin, rata, dan datar;
c. material yang digunakan juga dapat menampilkan estetika khas budaya
lokal seperti pola batik dan warna khas daerah;
d. sebaiknya diusulkan penggunaan material perkerasan yang dapat
menyerapkan air.
7. Sarana dan Prasarana Pelengkap Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian)
e. Rambu dan marka
Penempatan rambu dan marka jalur pejalan kaki harus diperhitungkan
secara efisien untuk memastikan keselamatan pengguna. Rambu
diletakkan pada titik interaksi sosial, pada jalur dengan arus orang padat,
dengan besaran sesuai kebutuhan, serta bahan yang digunakan terbuat
dari bahan yang memiliki daya tahan yang tinggi dan tidak menimbulkan
efek silau. Khusus untuk Kawasan Pariwisata Pantai karena lingkungan
yang korosif maka material rambu yang digunakan harus tahan terhadap
korosif.
f. Area istirahat (tempat duduk)
Merupakan fasilitas berhenti sementara pejalan kaki, umumnya
dilengkapi dengan tempat duduk untuk beristirahat. Area beristirahat ini
dapat disediakan setiap jarak 10 m atau lebih. Tempat duduk pada area
istirahat pejalan kaki dimaksudkan untuk meningkatkan kenyamanan
pejalan kaki. Tempat duduk diletakkan pada jalur dan tidak boleh
menganggu pergerakan pejalan kaki.

SK No 174951 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 2980 -

g. Pagar Pengaman
Pagar Pengaman dapat ditempatkan pada titik tertentu yang berbahaya
dan memerlukan perlindungan. Tinggi pagar pengaman minimum 90 cm,
terbuat dari bahan yang tahan terhadap cuaca.
h. Pelindung atau Penaung
Jenis pelindung atau penaung jalur pejalan kaki dapat disesuaikan
dengan fasilitas pejalan kaki, dapat berupa pohon, atap, dan lain
sebagainya.
1) sebagai Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian), penaung berfungsi
menghubungkan antarfasilitas atau area aktivitas di dalam taman;
2l sebagai gazebo, berfungsi sebagai area berkumpul untuk beraktivitas
maupun beristirahat.
i. Tempat Sampah
Penempatan tempat sampah pada jalur pejalan kaki hanya untuk
menampung sampah yang dihasilkan oleh pejalan kaki dan bukan untuk
menampung sampah rumah tangga di sekitar jalur pejalan kaki. Tempat
sampah diletakkan pada jalur pejalan kaki, tidak boleh menganggu
pergerakan pejalan kaki, terletak setiap 20 m dengan besaran sesuai
dengan kebutuhan dan sesuai standar dalam peraturan pemndang-
undangan yang berlaku terkait persampahan.
j. Lampu atau Penerangan
Lampu atau penerangan jalur pejalan kaki yang disarankan berkisar
antara 50 lux - 15O lux tergantung pada intensitas pemakaian, tingkat
bahaya, dan kebutuhan keamanan. Lampu diletakkan setiap 10 m dengan
tinggi maksimal 4 m. Bahan lampu atau penerangan sebaiknya memiliki
durabilitas tinggi.
k. Bollard
Pemasangan bollard dimaksudkan agar kendaraan bermotor tidak masuk
ke jalur pejalan kaki (pedestrian) sehingga pejalan kaki merasa aman dan
nyaman bergerak. Bollard diletakan sekitar 3O cm dari kerb, dimensi
bollard adalah diameter 30 cm dengan ketinggian antara O,6 m - 1,2 m.
Jarak penempatan antar bollard tidak lebih dari O,9 m.
1. Drainase
Drainase jalur pejalan kaki (pedestrian) terletak berdampingan atau
dibawah jalur pejalan kaki. Drainase ini berfungsi sebagai penampung dan
jalur aliran air, untuk mencegah terjadinya banjir dan genangan-
genangErn air pada saat hujan.

SK No 174952 A
FRESItrEN
REPUBLIK INDONESIA
- 298t -

m. Jalur Pemandu atau Penanda


Jalur ini berfungsi sebagai jalur sirkulasi bagi penyandang disabilitas
netra termasuk penyandang gangguan penglihatan yang hanya mampu
melihat sebagian, yang terdiri atas ubin pengarah dan ubin peringatan.
n. Ramp
Ramp diletakkan pada setiap akses keluar masuk antararea atau pada
pintu keluar masuk menuju bangunan.
A.7.L2.2.2 Standar Teknls Jalan dalam l(awasan
Standar lebar minimum jalan, kecepatan rencana, peruntukan kendaraan, dan
jumlah lajur minimum memiliki ketentuan:
1. didesain berdasarkan kecepatan 10 km per jam;
2. lebar badan jalan paling sedikit 6,5 m;
3. syarat teknis diperuntukan bagi kendaraan bermotor beroda tiga atau lebih;
4. jalan lingkungan sekunder yang tidak diperuntukan bagr kendaraan
bermotor mempunyai lebar badan jalan paling sedikit 3,5 meter.
5. ruang pengawasan jalan (ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang
diperuntukan bagr pandangan bebas pengemudi dan pengamanan
konstruksi jalan serta pengamanan fungsi jalan) untuk jalan lingkungan
sekunder paling sedikit 2 (dua) m.
8.7. 72.2.3 Standar Teknis Boo;rduu,alk
1. Dimensi Boardwalk
Lebar efektif minimum untuk pejalan kaki orang dewasa berdasarkan
kebutuhan adalah 6O cm ditambah 15 cm untuk bergerak tanpa membawa
barang, sedangkan kebutuhan minimum dua orang pejalan kaki yang
berpapasan adalah 150 cm. Namun, untuk arcade dan promenade yang
berada di kawasan pariwisata dan komersial harus tersedia area dengan
ukuran minimum 2 meter. Ukuran lebar minimum jalur adalah 136 cm
untuk jalur satu arah dan 200 cm untuk jalur dua arah. Untuk penyandang
disabilitas jalur harus bebas dari pohon, tiang, atau benda yang dapat
menghalangi.

Gambar 35
Panduan rancangan Boardwalk dengan lebar minimum 2.000 milimeter (2 meter)

SK No 174953 A
PRESIDEN
REPUEL|K TNDONESIA
- 2982 -

2. Kemiringan Boardwalk
a. kemiringan memanjang boardwalk maksimal 8o/o darr disediakan bagian
yang mendatar dengan panjang minimum 1,2 m pada setiap jarak
maksimal 9 m;
b. kemiringan melintang boardwalk minimum sebesar 2o/o dan kemiringan
maksimal sebesar 4Yo; darr
c. dalam kondisi tidak memungkinkan untuk menyediakan kemiringan
memanjang, kemiringan dimaksud dapat digantikan dengan penyediaan
anak tangga.
3. Material Boardwalk:
a. material yang digunakan pada boardwalk sebaiknya menggunakan
material lokal (kayu alami, kayu buatan/ aftificial utood, dan lain-lain);
b. jenis material yang digunakan harus kuat, stabil, tidak licin, dan cepat
kering.
a.7.12.2.4 Staudar Teknis Lampu Taman
1. Lampu Taman yang dimaksud adalah suatu unit lengkap yafig terdiri dari
sumber cahaya, elemen optik, elemen elektrik dan struktur penopang serta
fondasi tiang lampu.
2. Pencahayaan untuk penerangan taman dan area sekitarnya adalah
pencahayaan untuk memberikan kesan hangat dan nyaman, yaitu dengan
pemilihan lampu benvarna orange/jingga. Pengecualian pada beberapa titik
utama yang membutuhkan tingkat keamanan lebih tinggi sehingga dapat
menggunakan lampu dengan cahaya benvarna putih.
3. Tiang Lampu Taman yang berada pada lingkungan yang bersifat korosif,
seperti pinggir pantai dan dermaga, dapat dibuat dari bahan beton cor atau
ka5ru, pada prinsipnya material dari logam tidak berinteraksi langsung
dengan tanah pada lingkungan korosif.
4. Lampu Taman yang berada pada jalur pejalan kaki atau pedestrian taman
dipasang setiap jarak 10 m dengan tinggi lampu taman maksimal 4 m.
5. Lampu taman untuk jalur pejalan kaki dalam suatu taman disarankan
memiliki kemampuan 50- 15O lux disesuaikan dengan intensitag pengunaan
suatu taman atau kawasan
6. Komponen lampu taman menggunakan material yang memiki durabilitas
tinggi (contoh: metal, beton cetak, dan lain-lain).
7. Kapasitas, kemampuan lampu, dan spesifikasi komponen pelengkap
lainnya untuk lampu taman (panel, kabel, saklar dan lain-lain) harus sesuai
hasil analisis tenaga ahli serta sesuai standar dan peraturan yang berlaku.
8. Dapat diusulkan penggunaan lampu ramah energi (lampu solar panel atau

SK No 174954A.
FRESIDEH
REPUBLIK INDONESIA
- 2983 -

lampu tenaga surya) atau jenis-jenis lampu LED.


9. Lampu taman yang memiliki tiang pendek (0,6 m - I,2 m) atau berbentuk
seperti bollard (komponen pembatas agar kendaraan tidak masuk ke jalur
pejalan kaki dalam taman). Penempatan bollard sebagai bagian lampu
taman dapat diletakkan 30 cm dari tepian jalur pejalan kaki atau plaza,
dengan jarak yang dapat diatur sesuai kebutuhan.
10. Lampu taman yang berada pada elemen taman seperti gazebo atau pergola
dan elemen taman lainnya dapat ditata sesuai kebutuhan desain.
A.7.L2.2.5 Standar Teknis Papan Intetpretasi Kawasan
Papan interpretasi terdiri dari daun papan dan tiang penyangga papan. Standar
teknis untuk daun papan dan tiang papan interpretasi sebagai berikut:
1. Ukuran daun papan interpretasi disesuaikan dengan kebutuhan pada
masing-masing kawasan pariwisata. Beberapa ukuran daun papan antrira
lain:
a. ukuran 60 cm x 60 cm;
b. ukuran 60 cm x 90 cm;
c. ukuran 60 cm x 105 cm.

Gambar 36
Contoh Ilustrasi Panduan Ukuran Dimensi Daun Papan Interpretasi

2.Papan interpretasi wisata minimum mencantumkan informasi yang terdiri


dari:
a. nama kawasan pariwisata/daya tarik wisata (dalam ukuran besar dan
dapat terbaca dengan jelas);
b. tema interpretasi, bisa menyatu dengan nama kawasan pariwisata/daya
tarik wisata;
c. paragraf penjelasan interpretatif dari kawasan pariwisata yang
menjelaskan keunggulan dan nilai penting dari kawasan pariwisata dan
pesan yang ingin disampaikan kepada wisatawan;
d. grafis pendukung (dapat berupa foto daya tarik wisata, infografis yang
merupakan visualisasi dari penjelasan, dan gambar lainnya);

SK No 174955 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 2984 -

e. disarankan mencantumkan Logo Wonderful Indonesia; dsb.


A.7.12.2.6 Standar Tekais Rambu Petunjuk Arah lstgnagel di dalam
Kawasan Daya Tarik trIisata
Rambu petunjuk arah diatur dengan latar belakang coklat dan tulisan putih.
Berbagai standar yang bersifat teknis sebagai berikut:
l. Aduance Sign
Aduance Srgln dibuat berupa tulisan dengan huruf putih dan latar belakang
berwarna coklat. Aduance stgn menyediakan informasi terkait arah
perjalanan menuju Daya Tarik Wisata atau fasilitas pariwisata.
2. Intersection Sign
Rambu persimpangan juga dibuat berupa tulisan dengan huruf putih dan
latar belakang coklat. Rambu persimpangan ditempatkan di persimpangan
untuk menunjukkan arah belokan atau arah berputar untuk satu atau lebih
Daya Tarik Wisata atau Fasilitas Pariwisata.
3. Position Sign (Rambu Tanda Masuk, huruf putih dengan latar belakang
coklat)
Rambu tanda masuk ini dibuat dalam bentuk tulisan dengan latar belakang
benrarna coklat. Rambu ini bertujuan untuk menunjukkan posisi masuk
menuju Daya Tarik Wisata atau Fasilitas Pariwisata.
4. Tiang penyangga
Tiang penyangga merrrpakan bagian yang menentukan kelnratan dari sebuah
papan petunjuk arah. Selain untuk menopang papan gambar petunjuk arah
tiang bisa dijadikan sebagai hiasan untuk memperindah tampilan dari
sebuah papan petunjuk arah. Adapun desain tiang penyangga secara lebih
rinci ddelaskan pada bagian berikut:
a. bahan yang digunakan adalah bahan yang kokoh (besi);
b. cat yang digunakan adalah silver (tidak perlu memantulkan cahaya saat
terkena cahaya kendaraan dimalam hari);
c. di puncak tiang penyangga dapat diberi ornamen tertentu yang
melambangkan daerah setempat; dan
d. posisi papan gambar diletakkan sedikit lebih di bawah ujung tiang
penyangga.
A.7.L2.3 PanduanPerancangan
Panduan Perancangan disusun untuk fasilitas aksesibilitas mencakup jalur
pejalan kaki (pedestrian), jalan dalam kawasan , boardwalk, lampu taman, papan
interpretasi kawasan, dan rambu petunjuk arah (stgnagel di dalam kawasan
daya tarik wisata.
1. Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian)
a. Lebar jalur pejalan kaki minimum 2 rneter (sesuai standar agar dapat
difungsikan sebagai jalur evakuasi) serta panjang jalur pejalan kaki
(pedestrian) sepanjang 100 m (seperti pada contoh ilustrasi panduan

SK No 174956 A
PRESIDEN
REPUBLIK TNDONESIA
- 2985 -

perancangan). Jika kondisi bentang alam tidak memungkinkan untuk


lebar minimum 2 m, lebar minimum yang dapat diterapkan adalah 1,5 m,
dengan luas minimum 2OO m2. Jalur pejalan kaki (pedestrian) dapat
dilengkapi dengan jalur pemandu berupa tactile paving sebagai pengarah
penyandang disabilitas netra, lampu peneranga.n, pelindung/peneduh
dapat berupa pohon atau shelter dan fasilitas pelengkap lainnya sesuai
kebutuhan.
b. Material yang digunakan jalur pejalan kaki (pedestrian) merupakan
pada
material lokal pauing block/porous pauement setara K-2OO s.d K-350,
antislip, tidak licin, rata, dan datar. Material yang digunakan juga dapat
menampilkan estetika khas budaya lokal, seperti pola batik dan warna
khas daerah (seperti pada contoh panduan perancangan). Pada sisi kiri
dan kanan sepanjang jalur pejalan kaki diberikan kanstein Jalan dalam
Kawasan.

Gambar 37
Contoh perancangan Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian) di Kawasan Pariwisata

2. Jalan dalam Kawasan


a. Jalan dalam Kawasan dengan lebar jalan minimum 6,5 m sesuai dengan
standar peraturan yang berlaku (Jalan Lingkungan Sekunder) serta
panjang jalan sepanjang 100 m. Material jalan dalam kawasan yang
diusulkan untuk digunakan adalah aspal hotmix dengan tebal aspal
minimum 2 cm (pengaspalan jalan baru - hotmi$.

SK No 174957 A
FRESIDEN
REPUBL|K INDONESIA
- 2986 -

b. Pada kiri dan kanan jalan untuk rancangan ideal jalan dalam kawasan
sebaiknya menyediakan RTH Jalur Hijau Jalan dengan lebar minimum 1
m, dan ditanami semak dan pohon sesuai dengan ekosistem pantai
(contoh: Pohon Keben (Barringtonia asiatical, Pohon Cemara Angin
(Cas suaina e qui.setifolin) dan lainnya.
c. Jalan dalam kawasan ideal juga harus dilengkapi dengan sarana dan
prasarana jalan dalam kawasan, yaitu lampu penerangan jalan, rambu
lalu lintas jalan, marka jalan, jalur pejalan kaki/pedestrian dilengkapi
dengan tactile kuning pengarah kaum difabel, jalur pesepeda, cermin
tikungan, alat pembatas tinggi dan lebar kendaraan dan papan iklan dan
informasi jika dibutuhkan.

Gambar 38
Contoh ilustrasi panduan visual perancangan Jalan dalam Kawasan pada Kawasan
Wisata Bahari dan Perairan (khususnya kawasan wisata pantai)

3. Boardwalk
a. Broardwalk memiliki lebar 2 meter (sesuai standar agar dapat difungsikan
sebagai jalur evakuasi bencana) serta panjang boardwalk sepanjang 100
m. Boardwalk pada panduan merupakan tipe struktur terbuka dari
struktur beton, dengan kedalaman fondasi dari muka tanah 2-3 m dan
asumsi jarak dari muka air 2-3 m. Boardwalk dapat dilengkapi dengan
sarana dan prasarana pelengkap boardwalk (seperti: rambu dan marka,
edging stip/edging kerbs, lampu atau penerangan, drainase, tangga,
ramp, handrails, dan lain-lain), disesuaikan dengan kebutuhan pada
masing-masing Kawasan.

SK No 174958 A
FRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 2987 -

b. Material yang digunakan pada lantai boardwalk seperti pada panduan


perancangan meru.pakan jenis material lokal artifrcial unod/composite
utood, kuat, stabil, antislip, tidak licin, cepat kering, rata, dan dipasang
datar.

Gambar 39
Contoh ilustrasi rancangan Boardwalk di Kawasan Wisata Bahari dan Perairan

4. Lampu Taman
a. Lampu taman pada contoh ilustrasi panduan merupakan jenis lampu
taman tanpa solar panel (bukan lampu tenaga surya) untuk jalur pejalan
kaki dan lampu dalam kawasan dengan tinggi minimum 3,5 meter,
menggunakan material stafnless steel.
b. Jenis dan bentuk lampu yang digunakan pada masing-masing Kawasan
dapat berbeda sesuai dengan kebutuhan dan mengikuti ornamen budaya
khas masing-masing destinasi yang disematkan pada tiang lampu taman.

Gambar 40
Contoh ilustrasi panduan visual lampu taman tanpa solar panel di Destinasi Super Prioritas
Danau Toba, Provinsi Sumatera Utara

SK No 174959 A
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
- 2988 -

5. Papan Interpretasi Kawasan


a. Papan interpretasi kawasan dirancang mengikuti standar teknis papan
interpretasi kawasan. Papan interpretasi kawasan pada contoh ilustrasi
panduan visual perErncangan terdiri dari daun dan tiang papan. Daun
papan interpretasi kawasan memiliki panjang 90 cm dan lebar 60 cm,
berbentuk persegi panjang, terbuat dari mateial metal sheet bahan O,8
mm - 1 mm yang diberi cat, dilengkapi dengan bingkai daun papan, stiker,
dan laminating sesuai contoh ilustrasi panduan visual perancangan. Tiang
papan memiliki tinggi O,8 m terbuat dari pipa galvalum yang diberi cat.
b. Ukuran papan interpretasi kawasan pada setiap daya tarik wisata dapat
berbeda sesuai dengan kebutuhan masing-masing, pilihan ukuran papan
interpretasi dapat dilihat pada standar teknis papan interpretasi kawasan.

SK No 174960 A
FRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
- 2989 -

6. Rambu Petunjuk Arah (stgnagel di dalam Kawasan Daya Tarik Wisata


a. Rambu petunjuk arah (stgnage) dirancang mengikuti standar teknis
rambu petunjuk arah (stgnage) (ukuran dan bentuk). Rambu petunjuk
arah (srgnage) pada pada contoh ilustrasi panduan visual perancangan
terdiri dari daun dan tiang papan. Daun rambu petunjuk arah (srgnage)
memiliki panjang 1 m dan lebar 0,3 m, berbentuk persegi panjang, terbuat
dari matenal metal sheet bahan 0,8 m - 1 mm yang diberi cat, dilengkapi
dengan bingkai daun papan, keterangan rambu petunjuk arah dan logo
wonderful Indonesia sesuai contoh ilustrasi panduan visual perancangan.
Tiang papan memiliki tinggi minimum 2,5 m terbuat dari pipa galvalum
yang diberi cat atau disesuaikan sesuai kebutuhan masing-masing
Kawasan Pariwisata.
b. Ukuran dan jenis rambu petunjuk arah (srgnage) pada setiap kawasan
pariwisata dapat berbeda sesuai dengan kebutuhan masing-masing,
pilihan ukuran dan jenis rambu petunjuk arah (stgnage) dapat dilihat
pada standar teknis rambu- rambu petunjuk arah (srgnage).

Gambar 42
Contoh Ilustrasi Panduan Visual Perancangan Rambu Petunjuk Arah (Signage) di Kawasan
Wisata Bahari dan Perairan Pantai, Kawasan Pantai Nunuhu Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi
Maluku Utara
8. Pusat Kreasi Destinasi Pariwisata
8.7.13.1 Konsep Dasar
Pusat Kreasi Destinasi Pariwisata adalah suatu infrastruktur dalam bentuk

SK No 174961 A
PRESIDEH
REPUBL|K INDONESIA
- 2990 -

bangunan dan perlengkapannya guna mendukung pelaku kreatif untuk


membangun jejaring, berorganisasi, mengembangkan bisnis, serta mempererat
ikatan antaranggota komunitas maupun antarkomunitas pada sektor kreatif
yang mendukung pengembangan destinasi pariwisata berdaya saing dan
berkelanjutan. Fungsi dan manfaat Pusat Kreasi Destinasi Pariwisata:
1. menyediakan fasilitas-fasilitas untuk mengembangkan ekonomi kreatif
Indonesia;
2. menyediakan ruang bagi para pelaku kreatif yang membutuhkan tempat
untuk mengerjakan dan mengembangkan kreativitas dan produktivitasnya
3. menyediakan infrastruktur bagi para pelaku kreatif untuk mengembangkan
bisnis kreatifnya;
4. mengadakan program aktivasi dalam bidang-bidang sektor kreatif;
5. mengintegrasikan keseluruhan kegiatan sektor kreatif sehingga terbentuk
jaringan kreatif yang mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat
Indonesia dan wisatawan mengenai produk-produk kreatif Indonesia.
A.7.13.2 Ketentuan Teknis
8.7.13.2.1 Standar Teknis hrsat l(reasi Destinasi Pariwisata
1. Ikiteria lokasi penempatan Pusat Kreasi Destinasi Pariwisata
a. bangunan Pusat Kreasi Destinasi Pariwisata harls terletak pada lokasi
yang strategis dan mudah dijangkau oleh pengunjung, disarankan dipilih
lokasi yang aksesibilitasnya mudah dicapai, baik menggunakan
transportasi umum maupun transportasi pribadi;
b. bangunan hrsat Kreasi Destinasi Pariwisata terletak dalam Kawasan
Wisata Budaya dan Perkotaan, baik di rest area, kompleks istana/candi,
kawasan wisata buatan/tematik, dan kawasan wisata religi.
2. Prograrn Ruang Pusat Kreasi Destinasi Pariwisata:
a. Ruang Bengkel Kreasi merupakan ruang yang diperuntukkan untuk
ruang seni budaya dan ruang uji coba/eksperimen. Fasilitas yang
diperuntukan dalam area ini dapat menunjang komunitas untuk
melakukan aktivitas seni budaya dan uji coba eksperimen. Fasilitas yang
diperlukan mencakup peralatan dan perlengkap4n pengembangan desain
produk dan kemasan serta peralatan dan perlengkapan produksi,
disesuaikan dengan sektor kreatif unggulan daerah.
b. Ruang Kelas merupakan ru€rng bagi individu maupun komunitas untuk
mengikuti proses belajar mengajar. Satu Ruang Kelas dapat menampung
minimal 16 (enam belas) orang. Fasilitas yang diperlukan dalam ruang
kelas, antara latn white board, kursi dan meja pengajar, serta kursi dan
meja murid.

SK No 174962 A
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
- 2991 -

c. Ruang Kerja Bersama merupakan ruang bagi individu maupun komunitas


untuk dapat berdiskusi, berkolaborasi, maupun melakukan kerja
bersama dengan memiliki tujuan memperluas jejaring dari individu dan
komunitas. Ruang Kerja Bersama dapat menampung minimal 20 (dua
puluh) or€rng. Ruang Kerja Bersama harus dilengkapi dengan meja, kursi,
fasilitas internet, listrik, dan alat tulis kantor untuk mempernudah para
komunitas berdiskusi maupun bekerja.
d. Ruang Kantor Pengelola merupakan kantor untuk pengelola gedung Pusat
Kreasi Destinasi Pariwisata, yang jumlah dan besarnya menyesuaikan
dengan kebutuhan dan jumlah staf pengelola disertai fasilitas kantor
seperti telepon, meja, kursi, komputer, internet, dan CCTV. Kantor
pengelola dilengkapi dengan:
1) ruang staf untuk 4 (empat) orang staf;
2) ruang pimpinan untuk 1 (satu) orang pimpinan;
3) ruang arsip;
untuk 11 (sebelas) orang;
4) ruang rapat kapasitas maksimum
e. Ruang Serba Guna merupakan ruang multifungsi yang dapat
diperuntukan untuk ruang seminar atau galeri serta dapat dimanfaatkan
untuk hal lain terutama ketika kondisi darurat. Ruang Serba Guna ini
dapat digunakan untuk seminar dengan kapasitas minimal 35 (tiga puluh
lima) orang. Pada ru€rng ini produk-produk ekonomi kreatif dapat
dipamerkan. Ruang Serba Guna dilengkapi fasilitas antara lain:
1) memiliki sketsel/papan panil untuk pamera.n;
2) memiliki sarana displag informasi elektronik, dapat berupa TV, atau
Infocus Proyektor lengkap dengan layar proyektor dan komputer yang
dilengkapi dengan petunjuk pemakaian untuk masing-masing unit.
Sarana display informasi ini bisa dilengkapi pula dengan kelengkapan
materi promosi elektronik (CD dan/atau DVD);
3) memiliki fasilitas dan akses internet berupa jaringan internet pita lebar
berbasis Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL), 3G, atau 4G;
a) memiliki tata lampu dan pencahayaan;
b) dilengkapi dengan fasilitas P3K (bermanfaat ketika kondisi darurat);
c) dilengkapi dengan fasilitas APAR.
f. Ruang Klinik Hak Kekayaan Intelektual merupakan tempat yang
disediakan oleh pengelola sebagai sarana konsultasi bagr komunitas
ekonomi kreatif terkait hak kekayaan intelektual dari setiap karya yang
dihasilkan oleh komunitas. Ruang Klinik Hak Kekayaan Intelektual ini
dilengkapi fasilitas antara lain meja dan kursi untuk konsultasi, jaringan
internet, dan layar proyektor. Ruang Klinik Hak Kekayaan Intelektual

SK No 175981 A
PRESIDEH
REPUBL|K INDONESIA
- 2992 -

Intelektual dilengkapi ruang konsultasi; ruang kerja staf untuk 4 (empat)


orang staf; dan ruang rapat kapasitas maksimum 11 (sebelas) orang.
g. Toilet: Pusat Kreasi Destinasi Pariwisata disarankan memiliki toilet yang
sesuai dengan standar toilet, dilengkapi dengan janitor, sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan dan dipisahkan sesuai jenis kelamin.
Selain itu juga disarankan memiliki toilet bagi penyandang disabilitas.
h. Ruang Tempat Ibadah merupakan ruangan yang disediakan untuk
wisatawan yang hendak menunaikan kewajiban beribadah. Ruang tempat
ibadah yang dimaksud adalah mushola yang ditujukan untuk wisatawan
muslim untuk menjalankan kewajiban ibadah sholat lima waktu. Ruang
Tempat Ibadah ini dipisahkan untuk laki-laki dan perempuan, sesuai jenis
kelamin. Ruang Tempat Ibadah laki-laki dilengkapi tempat wudhu
kapasitas 2 (dua) orErng dan tempat sholat kapasitas 8 (delapan) orang.
Ruang Tempat Ibadah perempuan dilengkapi tempat wudhu kapasitas 2
(dua) orang dan tempat sholat kapasitas 8 (delapan) orang.
i. Gudang (ruang penyimpanan) digunakan sebagai tempat penyimpanan
persediaan brosur bahan produksi, peralatan dan perlengkapan
seminar/pameran, serta barang lainnya.
3. Desain Arsitektural Surfing Center: desain arsitektur bangunan Diue Center
harus dirancang oleh seorang Tenaga Ahli Arsitektur. Desain Arsitektur yang
diterapkan harus selaras dengan lingkungan sekitar, mempertimbangkan
iklim (tropis), mengangkat identitas lokal, dan merefleksikan elemen-elemen
arsitektur masyarakat lokal pada masing-masing destinasi pariwisata.
Struktur bangunan harus merupakan hasil analisis dari Tenaga Ahli Sipil
Bangunan Surfing Center (terkait penggunaan beton, ka5ru, dan lain-lain)
dengan tetap semaksimum mungkin mempertahankan dan merefleksikan
elemen-elemen arsitektur masyarakat lokal hasil rancangan Tenaga Ahli
Arsitektur.
4. Aksesibilitas: Suding Center harus mudah diakses untuk lalu lintas pejalan
kaki dan kendaraan bermotor (mobil, bus atau sepeda motor) dengan
dilengkapi jalan akses bagi pejalan kaki dan area parkir. Aksesibilitas harus
mempertimbangkan kebutuhan bagr penyandang disabilitas, seperti
menyediakan jalan khusus fagi lansia dan pengguna kursi roda.
A.7.L3.2.2 Standar Teknis Letter sign/huruf timbul nama hrsat Kreasi
Destinasi Pariwisata
1. Konstruksi yang digunakan harus memperhatikan lingkungan sekitarnya
baik bangunan, jaringan listrik, dan lain sebagainya;
2. Konstnrksi harus memperhatikan keamanan bagi wisatawan/pengunjung
baik pejalan kaki maupun pengguna kendaraan bermotor;
3. Konstmksi harus terbuat dari struktur yang kokoh, kuat, tahan lama dan
aman;

SK No 174964 A
PRESIDEN
BL|K INDONESIA
- 2993 -

4. Konstruksi yang digunakan dapat berupa pondasi batu belah, pondasi beton
atau pondasi lainnya disesuaikan dengan ukuran letter sign/h:uruf timbul
dan hasil analisis dari tim tenaga ahli sipil;
5. Pemilihan jenis bahan letter sign/humf timbul harus memiliki durabilitas
tinggi, tahan terhadap cuaca, tahan terhadap kerusakan, mudah dipelihara
dan tidak memberikan efek silau;
6. Pemilihan jenis material letter srgn/huruf timbul sbbisa mungkin
menggunakan material-material yang dominan pada lingkungan sekitar
destinasi pariwisata yang dapat meningkatkan estetika lingkungan. Material
lain yang dapat digunakan adalah pelat metal (galvanis, kuningan, stainless
steel, atau material logam lainnya) ataupun menggunakan material
acrytblfrber dengan ketebalan dan warna tertentu.
7. Bentuk dan ukuran Letter sign/huruf timbul harus memperhatikan
keselarasan dengan lingkungan sekitarnya baik arsitektural bangunan
maupun lanskap;
8. Jenis huruf atau tipografi atau bentuk Letter sign/huruf timbul sebisa
mungkin menerapkan tipografi/huruf lokal khas masing-masing daerah
(dapat berupa transformasi huruf maupun huruf asli khas masing-61.4sirrt
daerah dengan memperhatikan efektifitas penyampaian informasi dari Lei:tter
sign/}nuruf timbul tersebut), penerapan huruf lokal khas masing-masing
daerah pada Letter sign/h:untf timbul dalam upaya membentuk
identitas/branding hrsat Kreasi dan Kawasan Destinasi Pariwisata;
9. Bentuk Letter signlhuruf timbul dapat dipadukan dengan ragam hias lokal
daerah masing-masing dengan memperhatikan efektifitas penyampaian
informasi dari Letter sign/huruf timbul tersebut;
10. Ukuran Letter sign/}euruf timbul harus proporsional dan dapat disesuaikan
dengan kebutuhan dengan tetap memperhatikan proporsi dengan
arsitektural bangunan dan lanskap sekitarnya;
11. Ukuran maksimum Letter sign/ln'uruf timbul adalah 25yo d,ari lua d
keseluruhan bangunan Pusat Kreasi Destinasi Pariwisata, Letter srgln/huruf
timbul tidak boleh menutupi fasad bangunan hrsat Kreasi Destinasi
Pariwisata.
l2.Pada Letter srgln/huruf timbul minimal memiliki informasi "Pusat Kreasi
Destinasi Pariwisata ....... (nama destinasi pariwisata)', informasi lainnya
dapat ditambahkan sesuai kebutuhan
8.7.13.2.3 Standar Teknis Papan Nama Rrsat Kreasi Destinasi Pariwisata
1. Papan R.rsat Kreasi Destinasi Pariwisata dirancang sesuai ketentuan teknis
dan standar rambu petunjuk arah destinasi pariwisata.
2. Ukuran tulisan menyesuaikan ukuran papan gambar, ditulis dengan huruf
jelas dan mudah dibaca.

SK No 174965 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 2994 -

3. Papan n€rma mencantumkan informasi minimum "Pusat Kreasi


(Lokasi Destinasi Pariwisatal", dapat dilengkapi dengan informasi lainnya
sesuai kebutuhan.
4. Disarankan mencantumkan logo Wonderful Indonesia.
5. Pemilihan jenis material papan narna Pusat Kreasi Destinasi Pariwisata
sebisa mungkin menggunakan material-material yang dominan pada
lingkungan sekitar destinasi pariwisata yang dapat meningkatkan estetika
lingkungan. Material lain yang dapat digunakan atau disarankan adalah
pelat metal (galvanis, kuningan, stainless steel, atau material logam lainnya)
dengan tebal tertentu sesuai kebutuhan.
6. Material papan nama Pusat Kreasi Destinasi Pariwisata harus memiliki
durabilitas tinggi, tahan terhadap cuaca, tahan terhadap kerusakan, mudah
dipelihara dan tidak memberikan efek silau. Khusus papan yang berada
pada lingkungan korosif seperti pantai sebaiknya di finishing dengan cat anti
korosif.
7. Papan nama Pusat Kreasi Destinasi Pariwisata dapat diberi ragam hias
tertentu yang menjadi ciri khas masing-masing daerah.
8. Ukuran papan petunjuk disarankan proporsional dengan bentuk
disesuaikan dengan kebutuhan.
8.7. 13.3 Panduan Perancangan
1. Bangunan Pusat Kreasi Destinasi Pariwisata
a. Pada bangunan 1 (satu) lantai penerapan arsitektur lokal berupa bentuk
atap joglo dan ragam hias motif tradisional batik ceplok kopi pecah pada
bagian daun pintu lipat utama dan fasad bangunan. Bangunan Pusat
Kreasi Destinasi Pariwisata berupa bangunan 1 (satu) lantai memiliki luas
75O m2, tinggi 60 cm dari permukaan tanah/panggung, teras-tangga-ramp
350 m2, tipe bangunan tertutup, struktur beton, dinding dari susunan
bata, lantai keramik, bukaan alumunium dan artiftcial wood/ composite
wood, rangka atap baja ringan, atap genteng (catatan: penutup atap
diutamakan dari material alami yang bisa didapatkan dari sekitar lokasi),
plafond ggpsum/GRc.

SK No 174966 A
FRESIDEN
REFUBL|K INDONESIA
- 2995 -

1) Denah Bangunan

2) Bentuk Atap Merujuk Arsitektur Tradisional Setempat

SK No 174967 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 2996 -

3) Fasad Bangunan

Gambar 43
Contoh Ilustrasi Panduan Visual Perancangan Pusat Kreasi Destinasi Pariwisata bangunan satu
lantai (luas 750 m2) di Kawasan Wisata Budaya dan Perkotaan Borobudur dan sekitarnya,
Provinsi Jawa Tengah

b. Pada bangunan 2 lantai penerapan arsitektur lokal berupa bentuk atap


dan fasad bangunan dari stupa Candi Borobudur dan ragErm hias motif
tradisional batik ceplok kopi pecah pada bagian daun pintu lipat utama
serta langit-langit. Bangunan Pusat Kreasi Destinasi Pariwisata berupa
bangunan 2 Lantat memiliki luas 750 m2, tinggi 60 cm dari permukaan
tanah/panggung, teras-tangga-ramp 525 rlr2, tipe bangunan tertutup,
struktur beton, dinding dari susunan bata, lantai keramik, bukaan
artificial unod/composite utood, rangka atap baja ringan, atap genteng
(catatan: penutup atap diutamakan dari material alami yang bisa
didapatkan dari sekitar lokasi), plafond gypsum/GRc.

SK No 174968 A
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
- 2997 -

1) Denah Bangunan
a) Denah Lantai 1

b) Denah Lantai 2

SK No 174969 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 2998 -

2) Bentuk Atap Merujuk Arsitektur Tradisional Setempat

3) Fasad Bangunan

Gambar 44
Contoh Ilustrasi Panduan Visual Peran cangan Pusat Kreasi Destinasi Pariwisata bangunan dua
lantai (luas 750 m2) di Kawasan Wisata Budaya dan Perkotaan Borobudur dan sekitarnya,
Provinsi Jawa Tengah

SK No 174970 A
PRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
- 2999 -

2. Letter Sign/Huruf Timbul Pusat Kreasi Destinasi Pariwisata


a. Contoh panduan visual perancangan letter sign/huruf timbul Pusat Kreasi
Destinasi berupa letter sign/huruf timbul dengan material acrylb/fiber
dengan pemilihan warna putih (sebagai warna netral), pencahayaan
menggunakan pencahayaan internal dengan lampu khusus atau lampu
strip light, dengan fondasi dan pedestal dari batu belah di plester dan
diberi finishing cat. Letter sign/}nuruf timbul dirancangan dengan tinggi
1,3 m dengan memperhatikan keselarasan dengan arsitektural bangunan
dan lanskap sekitarnya.
b. Konstruksi, material, ukuran dan bentuk letter sign/l:ruruf timbul Pusat
Kreasi pada setiap destinasi pariwisata dapat berbeda sesuai dengan
kebutuhan masing-masing destinasi pariwisata.

Gambar 45
Contoh Ilustrasi Panduan Visual Rancangan Letter Sign/Huruf Timbul Pusat Kreasi Destinasi Super
Prioritas Borobudur dan Sekitarnya dengan bentuk transformasi dari Huruf Sansekerta (huruf/tipografi
khas Jawa Tengah)

3. Papan Rrsat Kreasi Destinasi Pariwisata


Contoh panduan visual perancar_rgan Papan Pusat Kreasi Destinasi dengan
material metal sheet tebal 0,8 s.d 1 mri.r dan diberi cat. Papan Pusat Kreasi
dirancang dengan tinggi t,3S in, lebai 0,78 m dan'tebal 0,1 m dengan
memperhatikan keselarasan dengan arsitektural bangunad dan lanskap
sekitarnya. Material, ukuran dan bentuk letter sign/huruf timbul Pusat
Kreasi pada setiap destinasi pariwisata dapat berbeda sesuai dengan
kebutuhan masing-masing destinasi pariwisata.
Contoh ilustrasi panduan visual perancangan Papan Pusat Kreasi Destinasi

SK No 174971 A
PRES]DEN
REPUEUK INDONESIA
- 3000 -

Super Prioritas Borobudur dengan material metal sheet tebal 0,8 s.d 1 mm
dan diberi cat. Papan Pusat Kreasi dirancang dengan tinggi 1,55 m, lebar
O,78 m dan tebal O,1 m dengan memperhatikan keselarasan dengan
arsitektural bangunan dan lanskap sekitarnya. Material, ukuran dan bentuk
letter sign/huruf timbul Pusat Kreasi pada setiap destinasi pariwisata dapat
berbeda sesuai dengan kebutuhan masing-masing destinasi pariwisata.

Gambar 46
Contoh Ilustrasi Panduan Visual Rancangan Papan Pusat Kreasi Destinasi Super Prioritas Borobudur
dengan material metal sheet dengan dilapisi cat

Visibilitas @opark
8.7.14.1 Konsep Dasar
Visibilitas Geopark adalah fasilitas yang menjadi penanda dan memberikan
informasi tentang kawasan Geopark dan/atau area geosite/situs geologi.
Visibilitas Geoparkpada Petunjuk Teknis ini mencakup Gapura/Gerbang Utama
Geopark, Totem Geopark, dan Papan Interpretasi Geopark.
l. Gapura/Gerbang Utama Geopark adalah tempat awal memasuki Kawasan
Geopark atau tempat akhir keluar meninggalkan kawasan tersebut.
Gapura/Gerbang Utama Geopark berfungsi sebagai berikut:
a. sebagai identitas/penanda bahwa pengunjung memasuki Kawasan
Geopark;
b. sebagai focal point bagi suatu Kawasan Geopark;
c. memperkuat brandting Kawasan Geopark;
d. sarana meningkatkan kesadaran masyarakat dan rasa memiliki geopark.

SK No 174972 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3001 -

2. Totem Geopark adalah penanda akses masuk area geosite/situs geologi


dalam Kawasan Geopark, Totem Geopark berfungsi sebagai berikut:
a. sebagai identitas/penanda dan focal point suatu area geosite/situs
geologi dalam Kawasan Geopark;
b. memperkuat branding area geosite/situs geologi;
c. sarana meningkatkan kesadaran masyarakat dan rasa memiliki
geosite / situs geologi.
3. Papan Interpretasi berisikan informasi mengenai objek, data, fenomena dan
aktivitas kawasan geosite di sekitar lokasi pemasangan yang informatif,
akurat, terbam dan mengundang secara visual. Papan interpretasi Geopark
memiliki fungsi dan manfaat sebagai berikut:
a. memberikan informasi mengenai fenomena dan hal apa saja yang dapat
ditemukan di area sekitar papan tersebut ditempatkan;
b. mengedukasi pengunjung tentang nilai-nilai warisan geologi, keragaman
flora dan fauna serta adat istiadat yang berlaku di suatu geosite/situs
geologi.
8.7.74.2 KetentuanTetnis
8.7.14.2.1 Standar teknis Gapura/Gerbang Utama @opark
1. bentuk Gapura/Gerbang Utama Geopark harus mencerminkan fiIosofi
budaya dan kearifan lokal;
2. ukuran standar tinggi Gapura/Gerbang Utama Geopark 12 - 15 meter serta
memperhatikan proporsionalitas ;
3. material utama menggunakan material lokal endemik dan tidak dilindungi
yang kuat dan tahan cuaca. Material lainnya yang juga dapat digunakan
seperti batu alam, beton, concrete wood, kayu besi, besi anti karat,
aluminium composite panel, baja, dan batu bata;
4. warna yang dominan digunakan adalah warna Alam (batu alam, ka5ru, daun,
air dsb), sedangkan warna khas daerah masing-masing dapat digunakan
sebagai warna aksen, hindari warna mencolok yang mengganggu
kenyamanan pandangan;
5. fondasi dan struktur harus kuat, efektif, efisien, dan tahan cuaca, serta
disesuaikan dengan karakteristik dan daya dukung tanah;
6. harus menggunakan jenis huruf yang mudah terbaca serta mudah dalam
pembuatan dan perawatan, dapat ditambahkan jenis huruf/aksara lokal,
serta memiliki nilai estetis;
7. konten minimal dalam Gapura/Gerbang Utama Geopark, yaitu nama
geopark, logo geopark, logo UNESCO fiika berstatus UNESCO Global
Geopark), dan logo mitra fika terdapat kerja sama pengelolaan situs);

SK No 174973 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3002 -

8. dilengkapi pencahayaan yang memadai di malam hari;


9. keberadaan tidak terganggu oleh bangunan/objek lain dalam radius minimal
2 meter.
A.7.14.2.2 Standar teknis Totem @opork
l. bentuk Totem Geopark harus mencerrninkan filosofi budaya dan kearifan
lokal;
2. ukuran standar tinggi Totem Geopark 3 m - 5 m dan dibangun pada lahan
terbuka dengan luas tapak 1,5 m2 - 2,5 m2 serta memperhatikan
proporsionalitas;
3. material utama menggunakan material lokal endemik dan tidak dilindungi
yang kuat dan tahan cuaca. Material lainnya yang juga dapat digunakan
seperti batu alam, beton, concrete wood, kayu besi, besi anti karat,
aluminium composite panel, baja, dan batu bata;
4. warna yang dominan digunakan adalah warna alam (batu alam, ka5ru, daun,
air dsb), sedangkan warna khas daerah masing-masing dapat digunakan
sebagai warna aksen, hindari warna mencolok yang mengganggu
kenyamanan pandangan;
5. fondasi dan struktur harus kuat, efektif, efisien, dan tahan cuaca, serta
disesuaikan dengan karakteristik dan daya dukung tanah;
6. harus menggunakan jenis huruf yang mudah terbaca serta mudah dalam
pembuatan dan perawatan, dapat ditambahkan jenis huruf/aksara lokal,
serta memiliki nilai estetis;
7. konten minimal dalam Totem Geopark, yaitu nama geopark, nama
geosite/situs geologi, logo geopark, logo UNESCO fiika berstatus UNESCO
Global Geoparkl, dan logo mitra ffika terdapat kerja sama pengelolaan situs);
8. logo UNESCO dan logo Geopark diletakkan sejajar di posisi paling atas;
9. dilengkapi pencahayaan yang memadai di malam hari.
8.7.14.2.3 Standar teknis Papan Interpretasi Gieopark
l. material dari bahan ramah lingkungan setempat;
2. dimensi dengan minimal tinggi I m, panjang 1,5 m, dan lebar 1 m, dengan
ketebalan papan O,2 m;
3. warna yang dominan digunakan adalah warna alam (batu alam, ka5ru, daun,
air dsb), sedangkan warna khas daerah masing-masing dapat digunakan
sebagai warna aksen. Hindari warna mencolok yang mengganggu
kenyamanan pandangan;
4. pencantuman nama geosite/situs geologi atau Kawasan Geopark
menyesuaikan jenis huruf UNESCO, selanjutnya untuk teks informasi dapat
menggunakan jenis huruf yang mudah terbaca serta mudah dalam

SK No 1749744
PRESIDEN
REPUELII( INDONESIA
- 3003 -

pembuatan dan perawatan, dapat ditambahkan jenis huruf/aksara lokal,


serta memiliki nilai estetis;
5. metode pemasangan yang praktis dan kuat terhadap cuaca, adanya
penggambaran yang menunjukkan "point of interest' di masing-masing
lokasi;
6. konten minimal dalam Papan Interpretasi Geopark, yaitu nama geopark,
narna geosite/situs geologi, logo geopark, logo UNESCO (iika berstatus
UNESCO Global Geopark), logo mitra fika terdapat kerja sarra pengelolaan
situs), serta narasi yang dapat disajikan berupa infografis dan gambar-
gambar menarik menjelaskan keterangan ilmiah/fakta menarik dari
objek/situs, keterkaitan dengan Geopark, dilengkapi peta orientasi serta
dapat dilengkapi tautan ke sistem informasi digital;
7. logo UNESCO dan logo geopark diletakkan sejajar di posisi paling atas;
8. dilengkapi pencahayaan yang memadai di malam hari;
9. keberadaan tidak terganggu oleh bangunan/objek lain dalam radius
minimal 2 meter.
8.7.14.3 PanduanPerancaugan
Panduan Perancangan disusun untuk visibilitas geopark mencai<up
gapura/gerbang utama geopark, totem geopa*, dan papan interpretasi geopark.
l. Gapura/Gerbang Utama Geopark
Perancangan Gapura/Gerbang Utama pada Kawasan Geoparkmenampilkan
contoh tipikal rancangan minimalis secara umum (setiap daerah
meny€suaikan ciri khas daerah masing-masing). Gapura/Gerbang Utama
memiliki luas area tiang/sisi sebesar 4,368 m2, tinggi 12 rn dari permukaan
tanah, dengan lebar jalan sebesar 10 m, struktur beton, dinding dari
susunan bata, cover dinding artificial wood/composite utood, atap genteng
(catatan: penutup atap diutamakan dari material alami yang bisa
didapatkan dari sekitar lokasi), dan nama geopark menggunakan huruf
timbul material sfainless steel aluminium.
2. Totem Geopark
Perancangan Totem Geopark pada area geosite/situs geologi menampilkan
contoh tipikal rancangan minimalis secara umum (setiap daerah
menyesuaikan ciri khas daerah masing-masing). Totem Geopark memiliki
luas area 1,5 m2 - 2,5 mz, tinggi 3 m2 - 5 m2 m dari permukaan tanah,
stnrktur beton, dinding dari susunan bata, cover dinding artificial
wood/composite wood, (catatan: material diutamakan dari material alami
yang bisa didapatkan dari sekitar lokasi), narna geosite/situs geologi
menggunakan huruf timbul material stainless steel alumunium.

SK No 174975 A
PRESIDEN
REPUEL|K INDONESIA
- 3004 -

3. Papan Interpretasi Geopark


Perancangan Papan Interpretasi Geopark menampilkan contoh tipikal
rancangan minimalis secara umum (setiap daerah menyesuaikan ciri khas
daerah masing-masing). Papan Interpretasi Geopark pada pada contoh
ilustrasi panduan visual peranc€rngan terdiri dari daun dan tiang papan.
Daun papan interpretasi kawasan memiliki panjang minimal 150 cm dan
lebar minimal 100 cm, berbentuk persegi panjang, terbuat dari material
metal sheet bahan 0,8 mm - 1 mm yang dicat, tidak mudah pudar (tahan
cuaca dan gangguan manusia), dengan konten yang cetak langsung
dimaterial @rtnt on materiall, dilapisi akrilik l0 mm dilengkapi dengan
bingkai daun papan. Tiang papan memiliki tinggi 0,8 m terbuat dari pipa
galvalum yang diberi cat cat yang berkualitas tidak mudah pudar (tahan
cuaca dan gangguan manusia). Ukuran Papan Interpretasi Geopark dapat
berbeda sesuai dengan kebutuhan.
Papan Interpretasi Geopark memiliki luas area I m2 - 3 m2, tinggi 1 m2 - 1,5
m dari permukaan tanah, struktur beton, dinding dari susunan bata, cover
dinding artificial wood/composite utood, (catatan: material diutamakan dari
material alami yang bisa didapatkan dari sekitar lokasi).

8.7.15 Perahu Wisata


8.7.15.1 Konsep Dasar
Perahu wisata merupakan sarana transportasi air pada lokasi daya tarik wisata
untuk keperluan layanan pergerakan wisatawan di perairan. Perahu wisata
disediakan untuk memberikan pengalaman menarik kepada wisatawan melalui
kegiatan menJrusuri pantai, laut, sungai, danau, dan/atau hutan mangrove.
Perahu Wisata umumnya dibuat dari material kayu (tradisional) atau fiber.
Perahu Wisata hanrs dilengkapi dengan peralatan keselamatan penumpang
yang disediakan di perahu, yaitu jaket penolong (life jackets) yang dilengkapi
lampu.
Perahu Wisata terdiri Perahu Berlantai Kaca (Glass Bottom Boat), Perahu Wisata
Susur Sungai/Danau/Mangrove tipe 1 (perahu bahan fiber), Perahu Wisata
Susur Sungai/Danau/Mangrove tipe 2 (perahu ketinting /lorqboatbahan kayu),
dan jaket penolong (ltfe jacketsl. Perahu Berlantai Kaca /Glass Bottom Boat)
merupakan kapal atau perahu yang bagian bawah/dasar atau bottom tertentu
dipasangi kaca transparan yang berfungsi sebagai jendela untuk melihat
langsung biota laut, baik ikan maupun karang secara visual. Perahu Wisata
Susur Sungai/Danau/Mangrove merupakan perahu yang digunakan oleh
wisatawan untuk men5rusuri sungai / danau/hutan mangrove.
8.7.15.2 Panduan Perancangan
Panduan Perancangan disusun untuk perahu wisata mencakup perahu
berlantai kaca (glass bottom boaA; perahu wisata susur

SK No 174976A
FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3005 -

sungai/danaufmangrove tipe I (perahu bahan fiber); perahu wisata susur


sungai/danau/mangrove tipe 2 (perahu ketinting/longboat); jaket penolong (life
jackets).
1. Perahu Berlantai Kaca (Glass Bottom BoaQ
Panduan pengadaan Perahu Berlantai Kaca yang harus diperhatikan agar
arnan, antara lain:
a. Ukuran dimensi jendela kaca tidak boleh terlalu besar yang bisa
mengurangi kekuatan hull (bagian bawah kapal), juga tidak terlalu kecil
untuk bisa melihat ke bawah. Struktur gilder dan frame tetap harus
dipertahankan. Ketebalan kaca juga harus diperhitungkan agar mampu
menahan tekanan buogancy dari bawah.
b. Safefu Wall merupakan tembok sekitar area glass bottom. Tembok ini
sebagai antisipasi bila te{adi kebocoran pada kaca bawah.
c. Daerah Pelayaran Sedapat mungkin harus dijaga daerah yang dilayari
adalah perairan yang tidak terlalu dangkal untuk mencegah
kemungkinan terjadinya grounding atau kaca menyentuh dasar laut
yang beresiko te{adi pecah.
d. Penggunaan eksklusif Perahu Berlantai Kaca digunakan hampir secara
eksklusif untuk kegiatan wisata dan tidak sesuai untuk kegunaan lain,
karena biasanya dirancang untuk memungkinkan sebanyak mungkin
wisatawan melihat bagian bawah kaca.

Gambar 47
Contoh ilustrasi panduan visual Perahu Berlantai Kaca (Glass Bottom Boat) di Tanjung
Benoa Bali.

2. Perahu Wisata
Perahu Wisata Susur Sungai/Danau/Mangrove Tipe l, merupakan Perahu
Wisata dengan material fiber dengan atap:
a. penumpang kapasitas kurang lebih 8 orang;
b. material perahu dari fiber;

SK No 174977 A
PRESIDEN
REPUEUK INDONESTA
- 3006 -

c. dilengkapi dengan mesin diesel

Gambar 48
Contoh ilustrasi panduan visual

Perahu Wisata Wisata Susur Sungai/Danau/Mangrove Tipe 2, berbentuk


perahu ketinting (bngboatl dengan material kayu:
a. penumpang kapasitas maksimum 6 (enam) orang;
b. material perahu dari kayu;
c. dilengkapi dengan mesin di6sel;
d. dapat dibenamkan ke dalam air atau diangkat ke permukaan air;
e. salah satu jenis perahu tradisional khas nusantara; dan
f. jenis perahu ini dapat ditemukan di berbagai daerah, masing-masing
daerah memiliki kekhasan dalam bentuk dan teknik pembuatannya.

Gambar 49
Contoh ilustrasi panduan visual Perahu Wisata Susur Sungai/Danau/Mangrove Tipe 2
(perahu ketinting kayu)

SK No 174978 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3007 -

3. Jaket Penolong (Life Jackets)


a. Jaket Penolong (Life Jackets/ atau lebih dikenal dengan jaket pelampung
disediakan untuk selumh penumpang dan awak perahu wisata, baik
untuk dewasa maupun anak-anak;
b. setiap Jaket Penolong (Life Jackets) harus dilengkapi dengan lampu
otomatis;
c. pada setiap perahu minimum menyediakan Jaket Penolong (Life Jackets)
sejumlah kapasitas normal perahu ditambah dengan awak Perahu
Wisata, dengan tambahan dua Jaket Penolong (Life Jackets) untuk anak-
anak.

Gambar 50
Contoh ilustrasi panduan visual Jaket Penolong (Life Jackets) yang dilengkapi lampu

a.7.16 Fasilitas Hiking


8.7.16.1 Konsep Dasar
Fasilitas Hiking merupakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan wisatawan
untuk menyelenggarakan kegiatan wisata pendakian. Fungsi dan manfaat
Fasilitas Hkirtg adalah sebagai tempat wisatawan mendapatkan pelayanan
selama melakukan kegiatan wisata pendakian. Manfaat dari fasilitas ini
memberikan rasa aman dan nyaman serta pengetahuan dan wawasan kepada
wisatawan selama melakukan kegiatan wisata pendakian
A.7.L6.2 Ketentuan Teknis
8.7.76.2.I Standar Tekals Bangunan Hlking Center
Secara umum, dimensi Hking Center dapat disesuaikan dengan kebutuhan
ruang dan kapasitas yang direncanakan pada masing-masing Kawasan

SK No 174979 A
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
- 3008 -

Pariwisata Alam (Nonbahari). Fasilitis Hikingn memiliki ketentuan sebagai


berikut :
l. Standar dimensi Hiking Center, luas bangunan minimum 154 m2 termasuk
teras, ramp, dan tangga. Standar dimensi ini dapat masih dapat lebih luas
disesuaikan dengan kebutuhan dan peraturan yang berlaku termasuk
disesuaikan berdasarkan Konstanta Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien
Lantai Bangunan (KLB) yang berlaku di wilayah administrasi Kawasan
Pariwisata Alam (Nonbahari).
2. Program Ruang Hiktng Center:
a. Ruang Pengelola, merupakan kantor pengelola, yang jumlah dan
besarnya menyesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah staf pengelola
disertai fasilitas kantor seperti telepon, meja, kursi, komputer, dan
internet. Kantor Pengelola ini diperuntukkan bagr staf pengelola.
Penampilan staf harus bersih dan rapi, profesional, serta menggunakan
tanda pengenal agff mudah dikenali. Pegawai harus memperlakukan
wisatawan dengan baik, sopan, dan ramah. Setiap pegawai harus
menguasai pengetahuan tentang produk dan layanan yang disediakan
pada Hkirtg Center tersebut.
b. Ruang Informasi atau Lobby, merupakan area pintu masuk dan ruang
tunggu pengunjung hendaknya memenuhi persyaratan antara lain
sebagai berilnrt:
1) memiliki dua pintu masuk (double doors) Pintu masuk dan lobby
hendaknya memiliki ukuran yang cukup luas untuk memberi ruang
gerak lebih kepada pengunjung. Apabila memungkinkan hendaknya
pintu yang digunakan adalah jenis pintu dua (double doors), hal ini
untuk mengantisipasi banyaknya jumlah pengunjung yang datang.
2) Desain ruang€rn dibuat nyaman dengan hiasan yang mencerninkan
kearifan local.
3) terdapat tulisan Selamat Datang (Welcomel;
4) papan rambu arah petunjuk mangan; dan
5) fasilitas aksesibilitas bagi penyandang disabilitas dan lansia.
c. Ruang penyewaan pakaian dan perlengkapan hking (hiktng set/, harus
mencerninkan tempat yang bersih dan terorganisir dengan baik, dan
memiliki produk yang modern serta tidak cacat. Seluruh barang yang ada
dikelola dengan baik, dibersihkan secara teratur, dan peralatan dirawat
secara berkala dan tercatat.
d. Toilet Pria dan Wanita yang disediakan terpisah untuk memberikan
kenyamanan kepada pengunjung.
e. Perlengkapan Bangunan Hiking Center, Furnitur yang disediakan
disesuaikan dengan program ruang yang disediakan pada Hiking Center

SK No 174980 A
PRESIDEN
REFUBLIK INDONESIA
- 3009 -

tersebut yaitu:
1) meja resepsionis dan kursi;
2l meja resepsionis dan kursi;
3) TV LE,D 42";
4) paket komputer lengkap;
5l printer dan scannel;
6) set sofa;
7) white board stand;
8) rak arsip.
f. Perlengkapan Hking, Dalam kegiatan hiking/ pendakian, perlengkapan
atau peralatan hiking menjadi sangat penting. Peralatan ini dijual dengan
berbagai merk dagang. Perlengkapan atau peralatan minimal yang harus
disediakan pada Hiking Center terdiri dari :
1) Sepatu Hiking;
2) Tas Ransel Gunung (Carriefi;
3) Jas Hujan (Raincoafl Hiking;
4l Sleephg Bog;
5) Matras;
6) Tenda;
7l Perlengkapan Masak (Hikingl;
8) Trekking Pole;
9) Senter; Headlamp;
lOl Hammock;
lll Gaiiters,'dan
12) Outdoor First Ai.d..
e.7.L6.2.2 Standar Teknls Bangunan Hlker's Hut/Shelter
Secara umum, dimensi hiker's hut/ shelterdapat disesuaikan dengan kebutuhan
ruang dan kapasitas yang direncanakan pada masing-masing lokasi/destinasi
pariwisata.
1. Hiker's hut/shelter mempakan tipe bangunan sederhana terbuka, satu
lantai, dan diangkat 30 cm dari permukaan tanah.
2. Struktur/konstruksi bangunan memiliki strukturyang kuat dan tahan lama
(disarankan menggunakan stnrktur beton atau stnrktur lain hasil analisis
dari tenaga ahli sipil bangunan).

SK No 174981 A
PRESIDEN
REFUEL|K INDONESIA
- 3010 -

3. Rangka atap disarankan dari baja ringan atau struktur lain hasil analisis
dari tenaga ahli sipil bangunan, plafond rypsum/GRc dan penutup atap
diutamakan dari material alami yang bisa didapatkan dari sekitar lokasi.
4. Lantai dari dari material alami yang bisa didapatkan dari sekitar lokasi.
5. Material:
a. material yang digunakan sebaiknya menggunakan material lokal; dan
b. jenis material yang digunakan harus kuat dan tahan lama.
8.7.16.3 PanduanPerancangan
Panduan Perancangan disusun untuk fasilitas hiking mencakurp Bangunan
Hking Center, dan Bangunan Hiker's Hut/ Shelter pada Kawasan Pariwisata
Alam (Nonbahari).
l. Bangunan Hiking Center
Bangunan Hking Center yang dirancang sebagai panduan memiliki panjang
bangunan 12 m, lebar bangunan 12 m, teras-tangga-ramp 20 m2, satu lantai,
tipe bangunan tertutup, tinggi 60 cm dari permukaan tanah, struktur beton,
dinding bata, lantai keramik, bukaan alumunium & artificial wood/ composite
wood, rangka atap baja ringan, atap genteng (catatan: penutup atap diutamakan
dari material alami yang bisa didapatkan dari sekitar lokasi), plafond
ggpsum/GRc. Dengan program ruang sesuai standar teknis dan peraturan yang
berlaku. Pembangunan Hikirry Center pada umumnya dilengkapi dengan
penyediaan dan pengadaan perlengkapannya yang terdiri dari hking set
(pakaian dan perlengkapan hikingl, meja resepsionis dan kursi, meja dan kursi
kantor, TV LED 42",paket komputer lengkap, printer dan scanner, set sofa, White
Board Stand, Layar Proyektor,. projector, dan lain-lain. Perlengkapan ini dapat
disesuaikan dengan kebutuhan hikirry center pada masing-masing Kawasan
Pariwisata Alam (Nonbahari).

SK No 174982 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3011 -

Gambar 51
Contoh ilustrasi panduan visual perancangan Hiking Center pada Kawasan Pariwisata Alam
(Nonbahari) di Destinasi Pariwisata Prioritas Bromo-Tengger-Semeru, Provinsi Jawa Timur

Bangunan Hker's Hut/ Shelter


Bangunan Hiker's Hutshelteryang dirancang sebagai panduan memiliki luas
minimum 7 ,5 m2 dengan panjang bangunan 3 m, lebar bangunan 2,5 meter,
satu lantai, menrpakan tipe bangunan terbuka, diangkat 30 cm dari
permukaan tanah, struktur beton, rangka atap baja ringan, atap genteng
(catatan: penutup atap diu.tamakan dari material alami yang bisa didapatkan
dari sekitar lokasi), dan plafond S/psum/GRC. Bqngunan Hiker's
Hut/ Shelter juga dapat dilengkapi dengan sarana dan prasarana lain
pelengkap bangunan, disesuaikan dengan kebutuhan pada masing-masing
Kawasan Pariwisata Alam (Nonbahari).

SK No 174983 A
FRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3012 -

Gambar 52
Contoh panduan visual perancangan bangunan Hiker’s Hut/Shelter pada Kawasan Wisata Alam
(Nonbahari) di Destinasi Pariwisata Prioritas Bromo-Tengger-Semeru, Provinsi Jawa Timur

Taman trIisata Olahraga


8.7.L7.1 Konsep Dasar
Taman Wisata Olah Raga mempakan kawasan yang memiliki berbagai sarana
kegiatan olah raga dan dimanfaatkan untuk kegiatan rekreasi atau pariwisata.
Sarana olah raga dalam Taman Wisata Olah Raga meliputi berbagai jenis
kegiatan olah raga, yaitu jalur seqeda, lapangan olah raga, panjat tebing, dll.
Jenis-jenis sarana dalam Taman Wisata Olah Raga dapat disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing kawasan pariwisata. Fungsi dan manfaat Taman
Wisata Olah Raga.
1. sebagai sarana kegiatan olah raga dan rekreasi;
2.meningkatkan kesehatan masyarakat;
3.sebagai tempat berkumpul komunitas;
4.sebagai ruang terbuka kota;
5.meningkatkan kegiatan ekonomi kawasan.
Taman Wisata Olah Raga mencakup jalur sepeda, jogging track, jalur refleksi,
bangku taman, lapangan olah raga multifungsi, outdoor fttness, wallclimbing,
dan skatepark.

SK No 174984A
PRESIDEN
REPUBL|K INDONESIA
- 3013 -

8.7.17.2 Standar Teknis Taman Wisata Olah Raga


1. Dimensi Taman Wisata Olah Raga
Taman Wisata Olah Raga memiliki luas minimal2,4 ha untuk skala 120.000
penduduk (O,2 m2/penduduk) dan minimal I4,4 ha untuk skala 480.000
penduduk (0,3 m2 /penduduk). Hitungan ini dapat diterapkan untuk
menentukan luas Taman Wisata Olah Raga. Selain itu dimensi Taman Wisata
Olah Raga harus disesuaikan dengan jenis olah raga yang diwadahi dalam
taman. Masing-masing jenis olah raga memiliki standar dimensi.
2. Sarana dan Prasarana Taman Wisata Olah Raga
a. Jogging Track
1) Jogging track adalah jalur yang digunakan pejalan kaki untuk berlari
kecil/joggirry dengan ritme yang relatif statis.
2l Prinsip teknis yang harus dipenuhi:
a) memenuhi kriteria pemenuhan kebutuhan kapasitas;
b) memilih konstruksi atau bahan yang memenuhi syarat keamanan
dan relatif mudah dalam pemeliharan;
c) kebutuhan ruang gerak untuk masyarakat jogging memiliki lebar
minimum 1,5 m, dalam petunjuk operasional ini lebar jogging
track disarankan 2 m; minimum memiliki panjang jogging track
1OO m;
d) aksesibilitas: sirkulasi jogging track harus direncanakan
terintergrasi dengan akses pejalan kaki maupun akses kedalam
Taman Wisata Olah Raga.
3) Material Jogging Track
a) material yang digunakan pada jogging track sebaiknya
menggunakan material lokal Qtauing block, gra^ss block, porous
paueffLent, dsb);
b) permukaan material harus antislip, tidak licin, rata dan datar;
c) material yang digunakan juga dapat menampilkan estetika khas
budaya lokal seperti pola batik dan wanla khas daerah
d) sebaiknya diusulkan penggunaan material perkerasan yang dapat
menyerapkan air.
4l Tanaman atau vegetasi disepanjang atau sekitar Jogging Track
a) pohon besar rimbun yang dapat berfungsi sebagai peneduh dan
pengarah, untuk area tanpa penutup atau pergola;
b) variasi kombinasi penanaman pohon, semak, groundcouer dart
mmput;

SK No 174985 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3014 -

c) tanaman native atau sesuai dengan ekosistem setempat.


5) Jogging track dapat dilengkapi dengan sarana prasarana pelengkap
berupa: rambu/marka, tempat duduk, pelindung/peneduh, tempat
sampah, lampu penerangan, drainase, bollard, dan ramp.
b. Jalur Sepeda, Mengacu pada penjelasan pembuatan Jalur Sepeda.
c. Jalur Refleksi
1) jalur refleksologi adalah jalur dengan lantai yang dipenuhi susunan
batu koral dengan tujuan memberikan pijatan pada bagian kaki
untuk melemaskan otot dan menghilangkan pegal;
2l dalam pembuatannya sangat dianjurkan dilengkapi dengan railing
sebagai pegangan;
3) kebutuhan ruang untuk jalur refleksi minimal memiliki lebar I (satu)
meter, dalam petunjuk operasional ini lebar jalur refleksologi
disarankan maksimal2 (dua) meter;
4l aksesibilitas: sirkulasi jalur refleksi harus direncanakan terintergrasi
dengan akses pejalan kaki maupun akses ke dalam Taman Wisata
Olah Raga;
5) material jalur refleksi umumnya dari batu koral atau pebble stonedan
beton;
6) tanaman atau vegetasi di sepanjang atau sekitar Jalur Refleksi:
a) pohon besar rimbun yang dapat berfungsi sebagai peneduh dan
pengarah, untuk area tanpa penutup atau pergola;
b) dianjurkan untuk tidak menanam pohon berbuah, berbunga atau
yang menggugurkan daun didekat jalur refleksi;
c) variasi kombinasi penanaman pohon, semak, groundcouer dan
rumput.
d) tanaman native atau sesuai dengan ekosistem setempat;
7) jalur refleksi dapat dilengkapi dengan sarana prasarana pelengkap
berupa: rambu/marka, tempat duduk, pelindung/peneduh, lampu
penerangan, dan drainase.
d. Bangku Taman
1) Bangku taman merupakan fasilitas pelengkap Taman Wisata Olah
Raga yang berfungsi sebagai tempat duduk bagi masyarakat dan
wisatawan yang akan berolah raga di Taman Wisata Olah Raga.
2) Dalam peranc€rngan Taman Wisata Olah Raga, peranc€rng atau tenaga
ahli harus mempertimbangkan dengan cermat variasi, dimensi, lokasi
dan konfigurasi dari bangku taman. Hal tersebut untuk menciptakan
area duduk pada Taman Wisata Olah Raga yang nyaman, agff

SK No 174986A
I'RESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3015 -

interaksi sosial dalam kawasan semakin meningkat dapat berfungsi


maksimum.
3) Minimum 50% dari bangku taman pada Taman Wisata Olah Raga
harus dipasang permanen. Bangku taman yang dipasang perrnanen
bertujuan untuk meminimalisir pencurian furnitur pada Taman
Wisata Olah Raga.
4) Untuk bangku taman yang terletak pada area Taman Wisata Olah
Raga yang paling dekat dengan trotoar jalan raya, bangku tempat
duduk dapat diletakan 4,5 m dari tepi trotoar.
5) Material yang digunakan untuk bangku taman pada Taman Wisata
Olah Raga harus kuat, kokoh, tahan terhadap cuaca dan tahan
terhadap vandalisme (contoh: material beton, artifrcial
wood/composite u,aod, besi, atau kombinasinya, dan lain-lain).
6) Bangku taman yang diusulkan pada petunjuk operasional ini
memiliki dimensi panjang 125 cm, lebar 55 cm, dan tinggi 45 cm.
Material dasar beton daa artiftcial/composite uood.
e. Lapangan Multifungsi
1) Lapangan rnultifungsi merupakan lapangan yang mengkombinasikan
berbagai jenis olah raga diatas satu lantai lapangan untuk
memaksimakan penggunaan sarana lapangan dan mengefektifkan
lahan.
2l Dimensi atau ukuran lapangan multifungsi pada pentunjuk
operasional memiliki panjang maksimum 42 m dan lebar maksimum
25 m. Ukuran lapangan ini mengacu pada standar ukuran
maksimum lapangan futsal (lapangan terbesar pada lapangan
multifungsi).
3) Lapangan mutifungsi ini dapat digunakan multifungsi sebagai satu
lapangan futsal, dua lapangan basket 3 on 3, lapangan voli, dan
lapangan bulu tangkis.
4) Material lantai lapangan multifungsi menggunakan floor hard.ener
dengan diberi cat (dengan warna pilihan sesrrai kebutuhan).
5) Kelengkapan lapangan multifungsi seperti pagar tinggi, net, ripg
basket, dan kelengkapan lainnya tidak termasuk pada petunjuk
operasional ini.
6) Outdoor Fitness
Outdoor fitness merupakan peralatan ggm/fitness yang dibangun di
luar ruangan, pada umumnya merupakan produk pabrikasi yang
terstandardisasi. Peralatan ini dirancang dengan material tahan
terhadap cuaca. Umumnya outdoor fitness diletakkan pada
permukaan rata. Material perkerasan peralatan outdoor litness

SK No 174987 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3016 -

disarankan menggunakan permukaan dari material seperti rubber


floor, rubberma( pasir atau material lainnya disesuaikan dengan
rencana perancang/tenaga ahli, atau standarisasi dari pabrik
peralatan tersebut. Peralatan Outdoor fitness terdiri dari berbagai
tipe di antaranya:
a) Triple Pull Up Bar: peralatan outdoor fitness untuk melatih
kekuatan tubuh bagian atas. Terdiri dari tiga variasi ketinggian
untuk menyesuaikan tinggi pengguna.
b) Horizontal Ladden peralatan outdoor fitness yang dapat
digunakan untuk latihan pull up, wide grip, atau step gnp.
Terdapat dua step up bar yang terpasang di bagian bawah tiang
untuk memudahkan pengguna naik turun.
c) Parallel Bars: peralatan outdoor fitness yang digunakan untuk
gerakan full bodg weigltt strength seperti d,ps, knee and leg rabe,
incline press up, full bodg strengtlt holding, trauersing, d11. Alat ini
dapat pula digunakan untuk fisioterapi. Dimensinya yang sedang
memungkinkan untuk digunakan banyak orang.
7) Wall Climbing /Panjat Tebing
Wall Climbing/Panjat Tebing adalah olah raga ekstrim memanjat
dinding buatan menye npai tebing-tebing dan dilengkapi.dengan
bebatuan buatan untuk pijakan kaki dan tangan.
Standarisasi wall climbing /panjat tebing telah distandardisasi oleh
Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), pihak yang membuat Wall
Climbirtg harus memiliki sertifikat atau keterangan dari Federasi
Panjat Tebing Indonesia (FPTI) yang menyatakan pihak tersebut dapat
membuat Climbing Wall. Pada perancangan di setiap Kawasan
Pariwisata Budaya dan Perkotaan dapat menerapkan rancangan
dengan identitas budaya atau pola masing-masing kawasan
pariwisata yang dapat diterapkan pada wall climbing atau panjat
tebing.
a) Spesifikasi minimw wall climbing atau panjat tebing yaitu;
(1) dinding terbuat dari resin fiber blok dengan tebal 6-7 mm;
(2) konstruksi connecting dari besi rel dari besi siku 6, horizontal
besi siku 6, diagonal besi siku 5 dengan finishing cat.
(3) Konstruksi tower utama dari besi siku, spandek, plat, pipa 1,5
inci tebal 2,8mm.
(4) Fondasi trauss pall/cakar ayam dengan kedalaman .3-4m
dengan jumlah titik fondasi 14 (empat belas) titik, base plate
40x40 cm.
(5) Sistem konstruksi dapat pennanen atau full knock down
(bongkar pasang)

SK No 174988A
PRESIDEN
REFUBLIK INDONESTA
- 3017 -

b) Tipe wall climbing atau panjat tebing terdiri dari:


(1) Panjat Tebing Tipe Lead; merupakan tipe panjat tebing yang
diperuntukkan bagi pemanjat tebing ahli/profesional. Tingkat
kecuraman yang ekstrim. Panjat tebing tipe lead memiliki
dimensi lebar 6m, tinggi 15,4m, dan tebal 3m.
8) Skatepark
Skatepark merupakan tempat olah raga ekstrim dimana pemain
bermain dan berlatih mengembangkan kemampuan skateboard pada
rintangan atau obstacle, rintangan dan obstacle ini dirancang dalam
suatu skatepark Klasifikasi skateparkpada petunjuk operasional ini
adalah Skatepark outdoor yaitu skatepark dengan fasilitas bermain
yang berada pada luar bangunan atau ruang terbuka. Standarisasi
skatepark di Indoensia oleh Indonesian Skateboarder Associ.ation
(ISA). Skatepark umumnya terbuat dari material beton perrnanen,
material skatepark pada petunjuk operasional ini menggunakan
material beton.
Skatepark Tipe Bowl, merupakan arena bermain skateboard yang
dibuat menyerupai kolam. Kolam bowl skatepark biasanya memiliki
berbagai bentuk dan ukuran. Untuk kedalaman sebuah bowl
biasanya berukuran 2,75m. Material yang digunakan untuk
membuat bowladalah beton bertulang, dengan atau tanpa finishing
cat tahan terdapat cuaca.
8.7.17.3 Panduan Perancangan
Taman Wisata Olah Raga yang dapat diterapkan pada Kawasan Pariwisata
Budaya dan Perkotaan minimal terdiri dari jatur sepeda, joggirg track, jalur
refleksi, bangku taman, lapangan olah raga multifungsi, outdoor fitness,
wallclimbing, dan skatep ark.
l. Jalur Sepeda
a. Lebar Jalur Sepeda minimum 2 meter (sesuai standar agar dapat
difungsikan sebagai jalur evakuasi bencana) serta panjang jalur sepeda
sepanjang 100 m. Jalur sepeda dapat dilengkapi dengan sarana dan
prasarana pelengkap Jalur Sepeda, seperti marka jalur sepeda, rambu
jalur sepeda, lampu penerangan, dan sarana prasarana lainnya,
disesuaikan dengan kebutuhan pada masing-masing destinasi
pariwisata.
b. Material yang digunakan pada jalur sepeda seperti pada panduan
perancangan merupakan jenis material lokal pauing block/porous
pauerrcnt setara K-200 s.d K-350, antislip, tidak licin, dapat meresapkan
air, rata, dan dipasang datar. Pada sisi kiri dan kanan sepanjang jalur
sepeda diberikan kanstein.

SK No 174989 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3018 -

2. Jogging Track
a. Lebar Jogging Track minimum 2 meter serta panjang jogging track
minimum 100 m. Joggirq Track dapat dilengkapi dengan sarana dan
prasarana pelengkap, seperti rambu/marka, tempat duduk,
pelindung/peneduh, tempat sampah, lampu penerangan, drainase,
bollard, dan ramp, disesuaikan dengan kebutuhan pada masing-masing
daya tarik wisata di Kawasan Budaya dan Perkotaan.
b. Material yang digunakan pada jogging track seperti pada panduan
perancangan merupakan jenis material lokal pauing block/porous
paueffLent setara K-200 s.d K-350, antislip, tidak licin, dapat meresapkan
air, rata, dan dipasang datar.
3. Jalur Refleksi
a. Lebar Jalur Refleksi minimum 2 meter serta panjang jogging track
minimum 1O0 m. Jalur refleksi dapat dilengkapi dengan sarana
prasarana pelengkap berupa: rambu/marka, tempat duduk,
pelindung/peneduh, lampu penerangan, dan drainase, disesuaikan
dengan kebutuhan pada masing-masing daya tarik wisata di Kawasan
Budaya dan Perkotaan.
b. Material yang digunakan pad.a Jalur Refleksi adalah batu koral.. atau
pebbl.e stone dan beton.
4. Bangku Taman
a. Bangku taman yang dirancang untuk Taman Wisata Olah Raga memiliki
dimensi minimum dengan ukuran panjang 125 cm, lebar 55 cm, dan
tinggi 45 cm.
b. Material dasar yang digunakan beton dan artificial/composite wood agar
bangku taman kuat, kokoh, tahap terhadap cuaca dan vandalism.
c. Jumlah Bangku Taman yang disediakan untuk Taman Wisata Olah Raga
ini minimal adalah 1O unit.
5. Lapangan Olah Raga Multifungsi
a. Luas minimum l.a.pangan Olah Raga Multifungsi yang dirancang di
Taman Wisata Olah Raga adalah 1.050 m2 dengan ukuran panjang 42 m
dan lebar 25 m. Volume struktur beton untuk lapangan multifungsi ini
dengan tebal beton 15 cm adalah 157,5 ms.
b. Material lantai lapangan multifungsi menggunakan floor hardenerdengan
diberi cat (dengan warna pilihan sesuai kebutuhan).

SK No 174990A
FRESIDEN
REPUEL|K TNDONESIA
- 3019 -

Gambar 53
Contoh ilustrasi panduan visual perancangan Lapangan Multifungsi

6. OutdoorFftness
Panduan untuk peralatan outdoor fitness diarahkan pada minimal empat
jenis, yaitu Triple Pull Up Bar, Horizontal Ladder, Parallel Bars, dan Cross
Trainer / Spinning Bike.
a) Triple h.tll Up Bar: peralatan outdoor fttness untuk melatih kekuatan
tubuh bagian atas. Terdiri dari tiga variasi ketinggian untuk
menyesuaikan tinggi pengguna.

SK No 174991 A
PRESIDEN
REPUBLIK TNDONESIA
- 3020 -

Gambar 54
Contoh Ilustrasi Panduan Visual Outdoor Fitness Tipe Triple Pull Up Bar

b) Horizontal Ladd.en peralatan outd.oorfitnessyang dapat digunakan untuk


latihan pull up, wide gnp, ataru step grip. Terdapat dua step up bar yang
terpasang di bagian bawah tiang untuk memudahkan pengguna naik
turun.

Gambar 55
Contoh ilustrasi panduan visual Outdoor Fitness Tipe Horizontal Ladder

c) Parallel Bars: peralatan outdoor fitness yang digunakan untuk gerakan


full bodg weight strength seperti dips, knee and leg rai.se, incline press up,
full body strength holdirry, trauersing, d11. Alat ini dapat pula digunakan
untuk fisioterapi. Dimensinya yang sedang memungkinkan untuk
digunakan banyak.orang.

SK No 174992 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 302t -

Gambar 56
Contoh Ilustrasi Panduan Visual Outdoor Fitness Tipe Paralel Bars

d) Cross Trainer: peralatan outdoor fitness yang dapat digunakan untuk


melatih otot kaki dan lengan. Gerakan yang dilakukan dengan alat ini
juga dapat meningkatkan kekuatan jantung.

Gambar 57
Contoh Ilustrasi Panduan Visual Outdoor Fitness Tipe Cross Trainer

e) Spinntng Bike: peralatan outdoor fitness yang digunakan untuk


melakukan gerakan bersepeda. Latihan dengan alat ini dapat
meningkatkan kekuatan otot badan fagian bawah serta melatih
kekuatan jantung dan paru-paru.

SK No 174993 A
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
- 3022 -

Gambar 58
Contoh ilustrasi panduan visual Outdoor Fitness Tipe Spinning Bike

7. Wall Climbing/Panjat Tebing


Panduan untuk tipe WaltClimbing/Panjat Tebing diarahkan pada penyediaan
tiga tipe dinding panjat, yaitu tipe lead (untuk pemanjat tebing
ahli/professional), tipe speed (untuk pemanjat tebing menengah dan
ahli/professional), dan tipe boulder (untuk pemanjat tebing pemula).

Gambar 59

SK No 174994 A
Nfots3ud
vrssNooNt InEndEu
- tzoe -

Contoh ilustrasi panduan visual Wall Climbing atau Panjat Tebing Tipe Lead

Gambar 60
Contoh Ilustrasi Panduan Visual Wall Climbing atau Panjat Tebing Tipe Speed

ys 966nLt oN v
PRESIDEN
REPUEL|K INDONESIA
- 3024 -

Gambar 61
Contoh Ilustrasi Panduan Visual Wall Climbing atau Panjat Tebing Tipe Boulder

8. Skatepark
Panduan untuk tipe Skatepark diarahkan pada penyediaan skatepark tipe
Street Plaza ltipe 2 dalam standar teknis). Luas minimum skatepark adalah
564 ,16 m2 dengan panjan g 34 ,4 m dan lebar 16,4 m. Material yang digunakan
untuk membuat street plaz,a adalah beton bertulang, dengan atau tanpa cat
tahan terdapat cuaca. Volume struktur beton untuk skatepark dengan luas
564,16 m2 adalah 159,1 m3 dengan ketebalan beton yang berbeda-beda
sesuai dengan rancangan skatepark.

8.8 Penilaian KlnerJa Pelaksanaan Kegiatan


8.8.1 Pelaporan Kinerja Pelaksaan Kegiatan
Sebagai alat untuk melaksanakan kegiatan pemantauan dan evaluasi, pelaporan
memiliki per€rnan penting dalam memberikan informasi terkait sejauh mana
perkembangan pelaksanaan pembangunan Fasilitas Pariwisata melalui DAK
Fisik Bidang Pariwisata telah dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Selain itu,
pelaporan dimaksudkan sebagai fungsi kendali dalam optimalisasi efektivitas
keikutsertaan daerah penerima anggaran DAK Fisik Bidang.Pariwisata dari

SK No 174996A.
REPUELIK INDONESIA
- 302s -

tahun ke tahun..Pelaporan pengelolaan DAK Fisik Bidang Pariwisata dilakukan


sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Laporan pelaksanaan DAK Fisik yang disusun oleh Pemerintah Daerah wajib
dilaporkan kepada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi lfteatif/Badan
Pariwisata dan Ekonomi IGeatif c.q. Sekretariat Kementerian/Sekretariat Utama
secara berkala terdiri atas:
1. Laporan Pelaksanaan Teknis Kegiatan.
Dilaporkan setiap Triwulan, paling lambat disampaikan 10 (seputuh) hari
kerja setelah triwulan berkenaan berakhir.
2.Laporan capaian hasil jangka pendek (immediate outcome).
Dilaporkan melalui sistem informasi perencanaan dan penganggaran yang
terintegrasi paling lambat bulan Juni 2024.

8.9 Capaian Hasil Jangka Pendek IIilIMDDIATE OUfiCOMD)


Sarana
Bld.Egl Targct t:tlfiTm Iadltetor/ Cara
Capafu Pcacrlne

Pariwisata Seluruh Menu Persentase lOo/o Persen Wisatawan (Kunjungan


Peningkatan Mancanegara Wisman di
Kunjungan DTW tahun
Wisatawan Berkenaan -
Mancanegara Kunjungan
Wisman di
DTW tahun
sebelumnya)
- Kunjungan
Wisman di
DTW tahun
sebelumnya
* looo/o.

Seluruh Menu Persentase 2oo/o Persen Wisatawan (Kunjungan


Peningkatan Nusantara Wisnus di
Kunjungan DTW tahun
Wisatawan Berkenaan -
Nusantara Kunjungan
Wisnus di
DTW tahun
sebelumnya)
- Kuniungan

SK No 174997 A
PRESIDEH
REPUEUK INDONESIA
- 3026 -

Wisnus di
DTW tahun
sebelumnya
* 100%.

Indikator Capaian Hasil Jangka Pendek (Immediate Outcomei adalah presentase


kenaikan jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan presentase kenaikan
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada Daya Tarik Wisata yang
dibangun melalui DAK Fisik Bidang Pariwisata.

SK No 174998 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3027 -

9. BIDANG JALAN
9.1 Arah Kebijakan
1. Arah kebijakan mendukung konektivitas Daerah (non tematik) yaitu
meningkatkan konektivitas, kualitas dan kapasitas jalan di Daerah (Provinsi,
Kabupaten dan Kota) menuju fasilitas-fasilitas pelayanan dasar publik,
pusat-pusat perekonomian Daerah dan simpul transportasi.
2 Arah kebijakan mendukung tematik penguatan destinasi pariwisata priotitas
yaitu meningkatkan produktivitas ekonomi masyarakat dan Produk
Domestik Bruto (PDB) sektor pariwisata melalui dukungan pembangunan 81
daya tarik wisata yang didukung pengembangan sentra Industri Kecil dan
Menengah (IKM), Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), peningkatan
aksesibilitas ja1an, perbaikan sarana pengelolaan sampah, dan
pembangunan pasar tematik dalam satu kawasan yang terintegrasi.
3 Arah kebijakan mendukung tematik peningkatan konektivitas dan
elektrifikasi di daerah afirmasi yaitu meningkatkan konektivitas,
aksesibilitas dan mobilitas penumpang dan barang terhadap pusat
pelayanan dasar dan pusat kegiatan perekonomian wilayah serta penyediaan
energi di daerah afirmasi.
4. Arah kebijakan mendukung tematik pengembangan food estate yaitu
memfasilitasi dan mendukung pengembangan food estate dan Daerah
pendukungnya secara terintegrasi hulu-hilir dalam rangka penguatan
ketahanan pangan dan pemulihan ekonomi nasional, melalui peningkatan
kualitas penanganan jalan menuju Kawasan Food Estate.
5. Arah kebijakan mendukung tematik penguatan kawasan sentra produksi
pangan (pertanian, perikanan dan hewani) yaitu memfasilitasi dan
mendukung penguatan jaminan usaha serta pembentukan Korporasi Petani
dan Nelayan dalam rangka penguatan ketahanan pangan, serta peningkatan
produktifitas utuk mendorong transformasi ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan, melalui peningkatan kualitas penanganan jalan menuju
Kawasan Sentra Produksi Pangan.

9.2 Sasaran dan Target


1. Sasaran
Meningkatkan konektivitas, kualitas dan kapasitas jalan pada daerah-
daerah yang menjadi prioritas nasional mendukung Tematik Penguatan
Destinasi Pariwisata Prioritas, Tematik Peningkatan Konektivitas dan
Elektrilikasi di Daerah Afirmasi, Tematik Pengembangan Food
Bstate dan Tematik Penguatan Kawasan Sentra Produksi Pangan (Pertanian,
Perikanan dan Hewani) melalui:

SK No 174999 A
PRESIDEN
REPUEUK TNDONESIA
- 3028 -

a) penanganan jalan dan jembatan di provinsi;


b) penanganan jalan dan jembatan di kabupaten/kota.
2. Target
a) Non Tematik mendukung konektivitas Daerah:
meningkatkan persentase kondisi mantap jalan daerah pada 319
kabupaten/kota dan 15 provinsi.
b) Tematik penguatan destinasi pariwisata priotitas:
meningkatkan kemantapan jalan pada ruas yang ditangani di 6l
kabupaten/kota dan 20 provinsi lokasi prioritas tematik Destinasi Wisata
Prioritas.
ci Tematik peningkatan konektiuitas dan elektrifikasi di daerah afirmasi:
meningkatkan kemantapan jalan pada ruas jalan yang ditangani di 80
kabupaten dan LT provinsi lokasi prioritas tematik Peningkatan
Konektivitas dan Elektrifikasi di daerah afirmasi.
d) Tematik pengembangan food estate:
meningkatkan kemantapan jalan pada ruas jalan yang ditangani di 37
kabupaten dan 6 provinsi lokasi prioritas tematik Pengembangan Food
Estate.
e) Tematik penguatan kawasan sentra produksi pangan (pertanian,
perikanan dan hewani):
meningkatkan kemantapan jalan pada ru.as yang ditangani di 7l
kabupaten/kota dan 27 provinsi lokasi prioritas tematik Penguatan
Kawasan Sentra Produksi Pangan.

9.3 Ruang Lingkup Kegiatan


9.3.1 Deskripsi Menu dan Rincian Kegiatan
Menu kegiatan DAK Fisik Bidang Jalan untuk provinsi/kabupaten/kota adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.3.1 Deskripsi Menu Kegiatan DAK Fisik Bidang Jalan

NO MENU KEGIATAN RINCIAN MENU KEGIATAN

Penanganan Long Segment


merupakan penanganan jalan dalam batas
satu panjang segmen yang menerus (bisa le
1 Jalan dari satu ruas) yang dilaksanakan
tujuan untuk mendapatkan kondisi jalan
seragam yaitu jalan mantap dan
s

SK No 175000A
PRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
- 3029 -

NO MENU KEGIATAN RINCIAN MENU KEGIATAN


segffEnt mencakup: pemeliharaan rutin,
pemeliharaan berkala,
peningkatan/rekontruksi, sesuai dengan
kondisi jalan.

b Pembangunan Jalan (Khusus DAK Fisik


Bidang Jalan mendukung Tematik)
merupakan kegiatan membangun jalan
tanah/jalan setapak menjadi standar jalan
minimum sesuai dengan tingkat kebutuhan
lalu lintas dan sesuai dengan
standar/ pedoman yang berlaku.

a. Pemeliharaan Berkala Jembatan


merupakan kegiatan penanganan terhadap
setiap kerusakan yang diperhitungkan dalam
desain agar penurunan kondisi jembatan
dapat dikembalikan pada kondisi kemantapan
sesuai rencana.

b. Penggantian Jembatan
Penanganan merupakan pekerjaan mengganti bagian
2
Jembatan elemen atau struktur yang telah mengalami
kerusakan berat dan tidak berfungsi.

c. Pembangunan Jembatan (Khusus DAK Jalan


mendukung Tematik)
merupakan pekerjaan yang menghubungkan
dua ruas jalan yang terputus akibat adanya
rintangan atau pemindahan lokasi jembatan
mulai dari pekerjaan pondasi, bangunan
bawah, dan bangunan atas.

9.3.2 Kriteria Lokasi Prioritas


1. Kriteria lokasi prioritas mendukung konektivitas Daerah (non tematik), yaitu
sebagai berikut:
a. Daerah yang memiliki kemantapan jalan daerah dibawah 75/o;

SK No 175001 A
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
- 3030 -

b. Daerah yang memiliki indeks kapasitas fiskal daerah sangat rendah,


rendah dan sedang;
c. bukan Daerah yang dalam 3 Tahun berturut-turut tidak mengusulkan
DAK Fisik Bidang Jalan; dan
d. Daerah yang menyelesaikan proses pemutakhiran data teknis bidang
jalan oleh K/L Teknis melalui verifikasi data teknis.
2. Kriteria lokasi prioritas mendukung tematik penguatan destinasi pariwisata
prioritas, yaitu Daerah yang masuk dalam lokasi prioritas tematik, dan
memenuhi kriteria tambahan sebagai berikut:
a. kabupaten/kota yang memiliki indeks kapasitas fiskal daerah sangat
rendah, rendah dan sedang;
b. provinsi yang memiliki kabupaten/kota sebagai lokasi prioritas
berdasarkan point 1; dan
c. Daerah yang menyelesaikan proses pemutakhiran data teknis bidang
jalan oleh K/L Teknis melalui verifikasi data teknis.
3. Kriteria lokasi prioritas mendukung tematik peningkatan konektivitas dan
elektrifikasi di daerah afirmasi, yaitu:
a. seluruh Daerah yang termasuk dalam lokasi prioritas tematik; dan
b. Daerah yang menyelesaikan proses pemutakhiran data teknis bidang
jalan oleh K/L Teknis melalui verifikasi data teknis.
4. Kriteria lokasi prioritas mendukung tematik pengembangan Food Estate,
yaitu:
a. seluruh Daerah yang termasuk dalam lokasi prioritas tematik
pengembangan food estate (7 kabupaten dan 5 provinsi) dan/atau 41
kabupaten/kota penyangga dalam provinsi prioritas food estate;
b. Daerah yang memiliki indeks kapasitas fiskal sangat rendah, rendah dan
sedang; dan
c. Daerah yang menyelesaikan proses pemutakhiran data teknis bidang
jalan oleh K/L Teknis melalui verifikasi data teknis.
5. Kriteria lokasi prioritas mendukung tematik penguatan kawasan sentra
produksi pangan, yaitu seluruh Daerah yang termasuk dalam lokasi prioritas
tematik, dan memenuhi kriteria tambahan sebagai berikut:
a. kabupaten/kota yang memiliki indeks kapasitas fiskal sangat rendah,
rendah dan sedang;
b. provinsi yang memiliki kabupaten/kota sebagai lokasi prioritas
berdasarkan poin 1; dan
c. Daerah yang menyelesaikan proses pemutakhiran data teknis bidang
jalan oleh K/L Teknis melalui verifikasi data teknis.

SK No 175002 A
PRESIDEN
REPUEL|K INDONESTA
- 3031 -

9.3.3 Kriteria Teknis


1. Ruas jalan provinsi/kabupaten/kota yang dapat ditangani adalah nas-ruas
jalan sebagaimana telah ditetapkan melalui keputusan
gubernur/bupati/walikota tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan sebagai
Jalan Provinsi/ Kabupaten/ Kota.
2. Prinsip penanganan jalan dilakukan dengan pendekatan koridor, untuk
memastikan asas kemanfaatan yang memberikan dampak secara langsung
dan lebih cepat terhadap kegiatan ekonomi dan pencapaian sasaran tematik.
Adapun kriteria koridor adalah sebagai berikut:
a. Koridor Penanganan Jalan DAK Non Tematik
1) Kriteria koridor penanganan jalan kabupaten/kota:
a) menghubungkan antar kecamatan;
b) menghubungkan simpul transportasi;
c) menghubungkan pusat pemerintahan kabupaten/kota;
d) menghubungkan antara pemukiman dan pusat kegiatan ekonomi
dan pusat pelayanan dasar;
e) menghubungkan jalan kabupaten/kota dengan jalan provinsi atau
jalan nasional.
2) Kriteria koridor penanganan jalan provinsi:
a) menghubungkan antar kabupaten/kota;
b) menghubungkan simpul transportasi;
c) menghubungkan pusat pemerintahan provinsi;
d) menghubungkan pusat kegiatan ekonomi dan pusat pelayanan
dasar;
e) menghubungkan jalan provinsi dengan jalan nasional.
b. Koridor penanganan tematik penguatan destinasi pariwisata prioritas:
1) Kriteria koridor jalan kabupaten/kota:
a) akses langsung dari lokasi Daya Tarik Wisata (DTW) prioritas
menuju pusat kabupaten / kota;
b) akses langsung dari lokasi DTW prioritas menuju simpul-simpul
transportasi dalam kabupaten / kota;
c) akses langsung dari lokasi DTW prioritas menuju IKM Prioritas.
2l Kriteria koridor jalan provinsi:
a) akses langsung menuju DTW Prioritas atau kabupaten/kota lokasi
prioritas tematik penguatan destinasi pariwisata prioritas;

SK No 175003A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3032 -

b) jalan provinsi yang berada dalam wilayah kabupaten/kota lokasi


prioritas tematik penguatan destinasi pariwisata prioritas.
c. Koridor penanganan tematik peningkatan konektivitas dan elektrifikasi
di daerah afirmasi:
1) Kriteria koridor jalan kabupaten/kota:
a) akses langsung dari lokasi pusat kegiatan perekonomian menuju
pusat kabupaten/ kota, simpul transportasi atau permukiman;
b) akses langsung dari lokasi pelayanan dasar pusat
kabupatenfkota, simpul transportasi atau permukiman dalam
kabupaten/kota.
2l Kriteria koridor jalan provinsi:
a) akses langsung menuju pusat kegiatan perekonomian dan
pelayanan dasar pada lokasi tematik peningkatan konektivitas
dan elektrifikasi di daerah afirmasi;
b) jalan provinsi yang berada dalam wilayah kabupaten/kota lokasi
prioritas tematik peningkatan konektivitas dan elektrifikasi di
daerah afirmasi.
d. Koridor penanganan tematik pengembangan Food Estate:
1) Kriteria koridor jalan kabupaten/kota:
a) akses langsung dari kawasan pertanian prioritas atau kecamatan
pusat produksi pertanian yang ditetapkan oleh
tematik pengembangan Food Estate menuju pusat-pusat
pemasaran dalam wilayah kabupaten/kota;
b) akses langsung antar kawasan pertanian prioritas atau kecamatan
pusat produksi pertanian yang ditetapkan oleh
tematik pengembangan Food Estate;
c) akses langsung dari kawasan pertanian prioritas atau kecamatan
pusat produksi pertanian yang ditetapkan oleh
tematik pengembangan Food Estate menuju lokasi sarana
produksi pertanian dan industri pasca panen.
2l Kriteria koridor jalan provinsi:
a) akses langsung menuju kawasan pertanian prioritas atau
kecamatan pusat produksi pertanian atau Kabupaten/Kota lokasi
prioritas;
b) jalan provinsi yang berada dalam wilayah kabupaten/kota lokasi
prioritas tematik pengembangan Food Estate.
e. Koridor penangan tematik pengembangan kawasan sentra produksi
pangan

SK No 175004A
PRESIDEN
REPUBUK TNDONESIA
- 3033 -

1) Kriteria koridor jalan kabupaten/kota:


a) akses langsung dari kawasan pertanian prioritas atau kecamatan
pusat produksi pertanian yang ditetapkan oleh
tematik pengemb€rngan kawasan sentra produksi pangan menuju
pusat-pusat pemasaran dalam wilayah kabupaten / kota;
b) akses langsung antar kawasan pertanian prioritas atau kecamatan
pusat produksi pertanian yang ditetapkan oleh
tematik pengembangan kawasan sentra produksi pangan;
c) akses langsung dari kawasan pertanian prioritas atau kecamatan
pusat produksi pertanian yang ditetapkan oleh
tematik pengembangan kawasan sentra produksi pangan menuju
lokasi sarana produksi pertanian dan industri pasca panen.
2l Kriteria koridor jalan provinsi:
a) akses langsung menuju kawasan pertanian prioritas atau
kecamatan pusat produksi pertanian atau kabupaten/kota lokasi
prioritas;
b) jalan provinsi yang berada dalam wilayah kabupaten/kota lokasi
prioritas tematik pengembangan kawasan sentra produksi pangan.
3. Penanganan jalan dan jembatan harus sesuai dengan dokumen perencanaan
(RTRW, RPJMD, dsb);
4. Ruas jalan yang diusulkan telah dilengkapi dengan data kondisi yang diinput
dan diverifikasi dalam aplikasi SIPDJD (Sistem Pengelolaan Database Jalan
Daerah);
5. Kegiatan yang diusulkan telah memiliki dokumen perencanaan yang
diperlukan (DED, RAB, d11);
6. Lahan yang diusulkan untuk penanganan jalan harus sudah bebas, yang
dibuktikan dengan Surat Pernyataan Kepala Daerah;
7. Setiap Pemda wajib menyampaikan Surat Pertangung Jawaban Mutlak
(SPTJM) terkait validitas data yang disampaikan, ditandatangani oleh kepala
dinas terkait diatas materai;
8. Persetujuan Kementerian PUPR terhadap Rencana Kegiatan (RK) Pemda
adalah berupa opini teknis terhadap kesesuaian data yang disampaikan oleh
Pemda dengan persyaratan teknis. Persetujuan tidak mencakup kebenaran
Iisik, materil, dan formil terhadap data yang disampaikan oleh Pemda;
9. Pekerjaan penanganan jalan harus memenuhi ketentuan:
a. memiliki lapisan penutup aspal atau rigid pauement,
b. marka jalan terbuat dari bahan thermoplastic,
c. bahu jalan disarankan mempergunakan rabat beton;

SK No 175005A
PRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
- 3034 -

d. pelebaran jalan dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:


1) jalan provinsi yang mempunyai tingkat kemantapan jalan
keseluruhan ruas minimal 80% dan lebar jalan maksimal 7 meter;
2l jalan kabupaten/kota yang mempunyai tingkat kemantapan jalan
keseluruhan ruas minimal 7Oo/o dan lebar jalan maksimal 5,5 meter.
e. pekerjaan penanganan jembatan harus tuntas bangunan atas dan
bangunan bawah di tahun anggaran yang sama.

9.4 Tata Cara Pelaksanaan Kegiatan


9.4.1 Tahapan pelaksanaan kegiatan
1. Perencanaan dan Pemrogram€rn;
a. perencanaan kegiatan berupa pen5rusunan dokumen perencanaan teknis
dilaksanakan oleh Pemda paling lambat pada T-2 DAK, dengan mengacu
pada Kriteria Perencanaan dan Norma Standar Prosedur dan Kriteria
(NSPK) yang berlaku. Untuk penJrusun€rn dokumen lingkungan dan
LARAP dilaksanakan oleh pemda paling lambat pada T-1 DAK. Seluruh
proses penyiapan readiness criteria (dokumen perencanaan, lahan, dsb)
dibiayai oleh APBD Non DAK;
b. pemrograman kegiatan DAK berupa pengusulan, penilaian dan
persetujuan Rencana Kegiatan DAK yang diusulkan Pemda oleh
Kementerian PUPR mengacu pada ketentuan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku;
c. persetujuan Kementerian PUPR terhadap Rencana Kegiatan (RK) Pemda
adalah berupa opini teknis terhadap kesesuaian data yang disampaikan
oleh Pemda dengan persyaratan teknis. Persetujuan tidak mencakup
kebenaran fisik, materil, dan formil terhadap data yang disampaikan oleh
Pemda.
2. Pelaksanaan Konstruksi
Tahap pelaksanaan konstruksi, dimulai dari persiapan pengadaan, hingga
serah terima pekerjaan mengacu pada ketentuan peraturan perundangan
berlaku. Lingkup pelaksanaan konstruksi untuk pekerjaan rehabilitasi/
pemeliharaan berkala/ rekontruksi/ peningkatan jalan dan jembatan secara
umum dijabarkan sebagai berikut:
a. rapat koordinasi dalam rangka penyelanggaraan pekerjaan dengan
pihak-pihak terkai t (stakeholder) ;
b. sosialisasi kepada warga setempat terkait pekerjaan konstruksi yang
akan dilakukan;
c. pekerjaan persiapan Qtre-constructionl, terdiri dari :

SK No 175006 A
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
- 3035 -

1) pembuatan metode pelaksanaan dan rencana kerja dengan metode


arna.n dan bersih (clean constructionl;
2) penyelesaian administratif termasuk perizinan dan kesiapan lahan;
3) penyediaan jalan akses;
4) program dan jadwal pekerjaan;
5) pembuatan gambar kerja (shop drawing)dan perubahan desain bila
te{adi perbedaan dengan lapangan;
6) mendirikan bangunan kantor dan gudang (direksikeet);
7l mobilisasi peralatan dan tenaga kerja;
8) pengawasan kualitas dan Pengendalian kualitas/ Qualitg Control darr
Kepastian Qualitg As surance/ QA-QC ;
9) penelahaan spesifikasi teknis; dan
d. pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
e. penyerahan hasil pekerjaan dengan melampirkan dokumen pendukung
antara lain:
1) Berita Acara Serah Terima Pertama (ProuisianalHandOuer/PHO); dan
2l Berita Acara Serah Terima Akhir (Final Hand Ouer/FHO);
3) Gambar As Built Drawing;
9.4.2 Ketentuan Kegiatan PenunJang
Kegiatan penunjang yang dapat dilaksanakan terbatas pada:
1. jasa konsultan pengawas (superwisi) kegiatan kontraktual;
2. perjalanan dinas ke/dari lokasi kegiatan untuk pengendalian, dan
pengawasan;
3. penyelenggaraan rapat koordinasi di Pemerintah Daerah (khusus untuk
Pemerintah Provinsi).

9.5 Mekanisme Pengadaan Barang dan Jasa


1. Seluruh kegiatan konstruksi serta pengawasannya (superwisi) dilaksanakan
secara kontraktual, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku;
2. Kegiatan dari biaya penunjang selain jasa konsultan pengawas (supervisi)
dapat dilaksanakan secara swakelola.
3. Pekerjaan penanganan jalan dan jembatan mengoptimalkan peran Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM), tenaga kerja, dan produk dalam negeri
seperti material aspal buton. Khusus Pulau Sulawesi dapat mengoptimalkan

SK No 175007 A
PRESIDEN
REFUEL|K INDONESIA
- 3036 -

penggunaan aspal buton dengan mempertimbangkan kondisi geografis dan


lapangan.

9.6 Standar Teknis Target Keluaran


Pelaksanaan kegiatan DAK Fisik Bidang Jalan diatur dan/atau berdasarkan
pada standar teknis sebagai berikut:
Tabel I - 1 NSPK Pelaksanaan DAK Fisik Bidang Jalan
No Judul Nomor Penerbit
Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Kementerian
1 13/PRT/M l2OLr
tentang Tata Cara Pemeliharaan PUPR
dan Penilikan Jalan

Peraturan Menteri Pekerjaan


Umum dan Perumahan Rakyat
tentang Pedoman Pen5rusunan Kementerian
2
Perkiraan Biaya Pekerjaan
o1IPRT/Ml2022 PUPR
Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum dan Perumahan Ralryat
Manual Desain Perkerasan Jalan Kementerian
3
(MDP) Revisi 2Ol7 PUPR

Suplemen Manual Desain Kementerian


4
Perkerasan Jalan (MDP) 2OL7 PUPR

Bridge Management System (BMS)


7 Peraturan Perencanaan Teknik
Kementerian
5 Jembatan (Bridge Design Code)
PUPR
Volume 1 Section 3, 4,5 Revisi
20L7

Brid.ge Management System (BMS)


Panduan Perencanaan Jembatan Kementerian
6
Volume 2 (Bridge Design Manual PUPR
SectionS,9&10)
Pedoman Survey Pengumpulan Kementerian
7
Data Kondisi Jaringan Jalan PUPR

Manual Aplikasi Sistem Program Kementerian


8 04lM/BM/2O2r PUPR
Pemeliharaan Jalan

SK No 175008 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3037 -

No Judul Nomor Penerbit


Provinsi/ Kabupaten atau
Provincial/Kabupaten Road
Management System (PKRMS)

Spesifikasi Khusus Pekerjaan


Bangunan Pelengkap dan Kementerian
9 sKh-2.9.3
Perlengkapan Jalan Serta PUPR
Lingkungan

9.7 Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan


9.7.L Pelaporan Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan
1. Pemerintah Daerah penerima alokasi DAK Fisik Bidang Jalan menJrusun
laporan kemajuan pelaksanaan yang terdiri dari:
a. realisasi penyerapan dana;
b. capaian keluaran kegiatan;
c. pelaksanaan teknis/kegiatan; dan
d. capaian hasil jangka pendek.
2. Laporan sebagaimana dimaksud pada poin 1 d, b, c disampaikan kepada
Kementerian PUPR melalui sistem eMonitoring DAK Fisik Infrastruktur PUPR
setiap bulan, paling lambat 7 ha:.i kerja setelah bulan yang bersangkutan
berakhir.
3. Laporan sebagaimana dimaksud pada poin 1 d disampaikan kepada
Kementerian PUPR melalui sistem eMonitoring DAK Fisik Insfrastruktur
PUPR paling lambat akhir bulan Mei setelah tahun anggaran berakhir, dan
melalui aplikasi KRISNA DAK paling lambat bulan Juni setelah tahun
anggaran berakhir dengan melalui metode berbagi pakai data.
9.7.2 Penilaian Kinerja Pelaksanaan Kegiatan
Kinerja pelaksanaan teknis adalah hasil pelaksanaan kegiatan DAK Fisik Bidang
Jalan yang sesuai dengan spesifikasi teknis dan peraturan perundangan yang
berlaku. Adapun indikator output dan outcome sebagai berikut:
f . indikator output panjang jalan/jembatan (km/meter);
2. indikator outcome: meningkatnya persentase kondisi mantap jalan daerah (%);
dan

SK No 175009A
PRESIDEN
*ur_tt#DoNEsrA

9.8 Capaian Hasil Jangka Pendek


Pemerintah Daerah diminta melaporkan capaian hasil jangka pendek untuk
kebutuhan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan DAK Fisik dan menjadi input
kebijakan dan pengalokasian tahun selanjutnya. Indikator capaian jangka
pendek DAK Fisik Bidang Ja1an yaitu:
1. kondisi kemantapan jalan daerah, yaitu ruas-ruas jalan dengan kondisi baik
atau sedang sesuai umur rencana yang diperhitungkan serta mengikuti
suatu standar tertentu pada ruas jalan yang termasuk dalam koridor
prioritas atau jalur distribusi;
2. kecepatan rata-rata waktu tempuh pada ruas jalan yang ditangani;
3. kemantapan jembatan yang ditangani.
Detail perhitungan capaian hasil jangka pendek dapat dilihat di tabel berikut:

SK No 175010 A
PRES IDEN
REPUELIK INDONESIA
- 3039 -

Tabel 9-3 Indikator Capaian Jangka Pendek Bidang Jalan


Sasaran
Bidang/ Menu/Rincian Indikator/
Indikator Capaian Target Satuan Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Penerima
Manfaat*

Jalan/Mendukung Penanganan 1. Kondisi 1. 15 Provinsi 1. Perhitungan untuk kondisi


Konektivitas Jalan kemantapan jalan dan 319 Kab/ kemantapan jalan daerah:
Daerah daerah Kota yang
a. (Panjang Jalan Mantap (KM) +
meningkat
2. Kecepatan rata- Panjang Penanganan Jalan
persentase
rata waktu tempuh Tahun N Melalui DAK
kondisi
pada ruas jalan (KM))/Panjang Jalan Total (KM)
mantap Masyarakat
yang ditangani.
jalannya persen pengguna b. Persentase kondisi mantap jalan
jalan yang ditangani pada tahun N
2. 15 Provinsi
dikurangi tahun N-1.
dan 319 Kab/
Kota yang 2. Kecepatan rata-rata jalan pada tahun
kecepatan N dikurangi tahun N-1
rata-rata
waktu
tempuh ruas

SK No 053339 C
PRE S I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3040 -

Sasaran
Bidang/ Menu/Rincian Indikator/
Indikator Capaian Target Satuan Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Penerima
Manfaat*
jalannya
meningkat.

Penanganan Kemantapan 100% (Jumlah Kegiatan Jembatan DAK Tahun


Jembatan Jembatan yang Penanganan N + Jumlah Jembatan Terbangun)/Total
buah
ditangani Jembatan Kebutuhan Jembatan Daerah
Tahun N

Jalan/ Tematik Penanganan 1. Kondisi 1. 20 Provinsi 1. Perhitungan untuk kondisi


Masyarakat
Penguatan Jalan kemantapan jalan dan 61 Kab/ kemantapan jalan daerah:
persen pengguna
Destinasi daerah Kota yang
jalan a. (Panjang Jalan Mantap (KM) +
meningkat
Panjang Penanganan Jalan

SK No 053340 C
PRE S I OEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3041 -

Sasaran
Bidang/ Menu/Rincian Indikator/
Indikator Capaian Target Satuan Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Penerima
Manfaat*
Pariwisata 2. Kecepatan rata- persentase Tahun N Melalui DAK
Prioritas rata waktu kondisi (KM))/Panjang Jalan Total (KM)
tempuh pada ruas mantap
b. Persentase kondisi mantap jalan
jalan yang jalannya
yang ditangani pada tahun N
ditangani.
2. 20 Provinsi dikurangi tahun N-1.
dan 61
2. Kecepatan rata-rata jalan pada tahun
Kab/Kota
N dikurangi tahun N-1Kecepatan
yang
rata-rata jalan pada tahun N
kecepatan
dikurangi tahun N-1
rata-rata
waktu
tempuh ruas
jalannya
meningkat

SK No 053341 C
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3042 -

Sasaran
Bidang/ Menu/Rincian Indikator/
Indikator Capaian Target Satuan Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Penerima
Manfaat*

Penanganan Kemantapan 100% (Jumlah Kegiatan Jembatan DAK Tahun


Jembatan Jembatan yang Penanganan N + Jumlah Jembatan Terbangun)/Total
Buah
ditangani Jembatan Kebutuhan Jembatan Daerah
Tahun N

Jalan/ Tematik Penanganan 1. Kondisi 1. 17 Provinsi 1. Perhitungan untuk kondisi


Peningkatan Jalan kemantapan jalan dan 80 Kab. kemantapan jalan daerah:
Konektivitas dan daerah yang
a. (Panjang Jalan Mantap (KM) +
Elektrifikasi di meningkat
2. Kecepatan rata- Panjang Penanganan Jalan
Daerah Afirmasi persentase
rata waktu Tahun N Melalui DAK
kondisi Masyarakat
tempuh pada ruas (KM))/Panjang Jalan Total (KM)
mantap persen pengguna
jalan yang
jalannya. jalan b. Persentase kondisi mantap jalan
ditangani.
yang ditangani pada tahun N
2. 17 Provinsi
dikurangi tahun N-1.
dan 80 Kab.
yang 2. Kecepatan rata-rata jalan pada tahun
kecepatan N dikurangi tahun N-1
rata-rata

SK No 053312 C
PRES IDEN
REPUELIK INDONESIA
- 3043 -

Sasaran
Bidang/ Menu/Rincian Indikator/
Indikator Capaian Target Satuan Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Penerima
Manfaat*
waktu
tempuh ruas
jalannya
meningkat

Penanganan Kemantapan 100% (Jumlah Kegiatan Jembatan DAK Tahun


Jembatan Jembatan yang Penanganan N + Jumlah Jembatan Terbangun)/Total
Buah
ditangani Jembatan Kebutuhan Jembatan Daerah
Tahun N

Jalan/ Tematik Penanganan 1. Kondisi 1. 6 Provinsi dan 1. (Perhitungan untuk kondisi


Pengembangan Jalan kemantapan jalan 37 Kab yang kemantapan jalan daerah:
Food Estate daerah meningkat Masyarakat
a. (Panjang Jalan Mantap (KM) +
persentase persen pengguna
2. Kecepatan rata- Panjang Penanganan Jalan
kondisi jalan
rata waktu Tahun N Melalui DAK
mantap
tempuh pada ruas (KM))/Panjang Jalan Total (KM)
jalannya.

SK Nc 053343 C
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3044 -

Sasaran
Bidang/ Menu/Rincian Indikator/
Indikator Capaian Target Satuan Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Penerima
Manfaat*
jalan yang 2. 6 Provinsi dan b. Persentase kondisi mantap jalan
ditangani. 37 Kab. yang yang ditangani pada tahun N
kecepatan dikurangi tahun N-1.
rata-rata
2. Kecepatan rata-rata jalan pada tahun
waktu tempuh
N dikurangi tahun N-1Kecepatan
ruas jalannya
rata-rata jalan pada tahun N
meningkat
dikurangi tahun N-1

Penanganan Kemantapan 100% (Jumlah Kegiatan Jembatan DAK Tahun


Jembatan Jembatan yang Penanganan N + Jumlah Jembatan Terbangun)/Total
buah
ditangani Jembatan Kebutuhan Jembatan Daerah
Tahun N

Jalan/ Tematik Penanganan 1. Kondisi 1. 27 Provinsi 1. Perhitungan untuk kondisi


Masyarakat
Penguatan Jalan kemantapan jalan dan 71 Kab/ kemantapan jalan daerah:
persen pengguna
Kawasan Sentra daerah Kota yang
jalan a. (Panjang Jalan Mantap (KM) +
Produksi Pangan meningkat
Panjang Penanganan Jalan

SK No 053344C
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3045 -

Sasaran
Bidang/ Menu/Rincian Indikator/
Indikator Capaian Target Satuan Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Penerima
Manfaat*
(Pertanian, 2. Kecepatan rata- persentase Tahun N Melalui DAK
Perikanan, dan rata waktu kondisi (KM))/Panjang Jalan Total (KM)
Hewani) tempuh pada ruas mantap
b. Persentase kondisi mantap jalan
jalan yang jalannya
yang ditangani pada tahun N
ditangani.
2. 27 Provinsi dikurangi tahun N-1.
dan 71
2. Kecepatan rata-rata jalan pada tahun
Kab/Kota
N dikurangi tahun N-1
yang
kecepatan
rata-rata
waktu
tempuh ruas
jalannya
meningkat

SK No 053345 C
PRES IDEN
REPUBLIK INOONESIA
- 30+6 -

Sasaran
Bidang/ Menu/Rincian Indikator/
Indikator Capaian Target Satuan Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Penerima
Manfaat*

Penanganan Kemantapan 100% (Jumlah Kegiatan Jembatan DAK Tahun


Jembatan Jembatan yang Penanganan N + Jumlah Jembatan Terbangun)/Total
Buah
ditangani Jembatan Kebutuhan Jembatan Daerah
Tahun N

SK No 053346 C
El:FE{ff.Til'l
rrd{Et

10. ffi
10.1 Arah KebiJakan
1. Mendukung tematik pengembanganpod estate (FE) yaitu memfasilitasi dan
mendukung pengembangan FE dan daerah pendukungnya secara
terintegrasi hulu-hilir dalam rangka penguatan ketahanan p€ulgan dan
pemulihan ekonomi nasional, dan meningkatkan ownership dan kapasitas
daerah dalam pengembangan FE dan daerah pendukungnya.
2 Mendukung tematik penguatan Kawasan Sentra Produksi Pangan
(Pertanian, Perikanan, dan Hewani), yang selanjutnya disingkat menjadi
KSPP, yaitu memfasilitasi dan mendukung penguatan jaminan usaha serta
pembentukan Korporasi Petani dan Nelayan dalam rangka penguatan
ketahanan pang€rn, serta peningkatan produktifitas untuk mendorong
transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, serta meningkatkan
ownership dan kapasitas daerah dalam rangka penguatan jaminan usaha
dan pembentukan Korporasi Petani dan Nelayan.
3 DAK Fisik Bidang Irigasi juga mendukung RPJMN 2O2O-2O24 daJam Major
Project 18 waduk multiguna melalui strategi pembangunan infrastruktur
pelayanan dasar waduk multiguna dan modernisasi irigasi.

lO.2 Sasaran dan Target


1. Sasaran
a. Terlaksananya pembangunan/peningkatan jaringan irigasi untuk
penyediaan air pada daerah irigasi.
b. Terlaksananya rehabilitasi jaringan irigasi untuk penyediaan air pada
daerah irigasi.
c. Terlaksananya pembangunan infrastruktur pengendali banjir untuk
mengurangi luas genangan banjir di daerah irigasi.
2. Target
DAK Fisik Bidang Irigasi berkontribusi dalam pencapaian sasaran dan
target tematik pengembangan FE dan penguatan KSPP yaitu tersedianya
jaringan irigasi dalam pengembangan FE dan penguatan KSPP, dengan
rincian sebagai berikut:
a. Tematik pengembangan Food Estate:
1) terlaksananya pembangunan/peningkatan jaringan irigasi untuk
penyediaan air pada daerah irigasi seluas 6.321 Hektar; dan
2l terlaksananya rehabilitasi jaringan irigasi untuk penyediaan air
pada daerah irigasi seluas 17.375 Hektar.

SK No l750l l A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3048 -

b. Tematik penguatan Kawasan Sentra Produksi Pangan (pertanian,


perikanan, dan hewani):
1) terlaksananya pembangunan/peningkatan jaringan irigasi untuk
penyediaan air pada daerah irigasi seluas 2L.L41 Hektar;
2l terlaksananya rehabilitasi jaringan irigasi untuk penyediaan air
pada daerah irigasi seluas 77.779 Hektar; dan
3) terlaksananya pembangunan infrastruktur pengendali banjir
sepanjang 11 Km untuk mengurangi luas genangan banjir di daerah
irigasi seluas 1.384 Hektar.

1O.3 Ruang Lingkup Kegiatan


10.3.1 Deskripsi Menu dan Rincian Kegiatan
Menu kegiatan DAK Fisik Bidang Irigasi untuk Provinsi/Kabupaten/Kota adalah
sebagai berikut:
Tabel 2- 1 Deskripsi Menu dan Rincian Kegiatan Bidang Irigasi

No Menu Kegiatan Rincian Kegiatan


1 Pembangunan Jaringan Irigasi Pembangunan Jaringan Irigasi

2 Peningkatan Jaringan Irigasi Peningkatan Jaringan Irigasi

3 Rehabilitasi Jaringan Irigasi Rehabilitasi Jaringan Irigasi

4 Pembangunan Infrastruktur Pembangunan Infrastruktur


Pengendali Banjir Pengendali Banjir

1) Pembangunan Jaringan Irigasi merupakan seluruh kegiatan penyediaan


jaringan irigasi di wilayah tertentu yang belum ada jaringan irigasinya;
2l Peningkatan Jaringan Irigasi merupakan kegiatan meningkatkan fungsi
dan kondisi jaringan irigasi yang sudah ada atau kegiatan menambah luas
areal pelayanan pada jaringan irigasi yang sudah ada dengan
mempertimbangkan perubahan kondisi lingkungan daerah irigasi;
3) Rehabilitasi Jaringan lrigasi merupakan kegiatan perbaikan jaringan irigasi
guna mengembalikan fungsi dan kondisi pelayanan irigasi seperti semula;
dan
+l Pembangunan Infrastruktur Pengendali Banjir merupakan kegiatan
menyediakan/membangun infrastruktur pengendali banjir sehingga dapat
melindungi daerah irigasi dari resiko banjir.

SK No 175012 A
PRESIDEN
RSFUBLIK INDONESIA
- 3049 -

10.3.2 Kriteria Lokasi Prioritas


1. Iftiteria Lokasi Prioritas Tematik Pengembangan Food Estate:
a. 7 Kabupaten Food Estate yang sudah ditetapkan di dalam Rapat
Terbatas Kabinet tanggal 23 September 2O2O;
b. 41 Kabupaten/Kota Pendukung Food Estate yang memiliki keterkaitan
geospasial (dalam satuan lanskap ekologis, hidrologis), on farm
(keterkaitan sarana produksi), serta off farm (konektivitas pasar);
c. Pemda yang memiliki kewenangan Daerah Irigasi dan Pemda yang
memiliki Kewenangan Wilayah Sungai, dalam mendukung
Pengembangan Food Estate;
d. Pemda disekitar lokasi Pengembangan Food Estate yang memilki
Kewenangan Daerah Irigasi; dan
e. Pemda yang memenuhi readiness citeia dalam mendukung
Pengembangan Food Estate.
2. Kriteria Lokasi Prioritas Tematik Penguatan Kawasan Sentra Produksi
Pangan (Pertanian, Perikanan, dan Hewani):
a. Provinsi, Kabupaten dan Kota yang mempunyai Indeks Ketahanan
Pangan dan Indeks Ketahanan Iklim tinggi;
b. Provinsi, Kabupaten dan Kota yang merupakan sentra produksi
pertanian dan atau perikanan;
c. Provinsi, Kabupaten dan Kota yang ditetapkan sebagai lokasi KSPP
berdasarkan Permentan dan Kepmentan;
d. Provinsi, Kabupaten dan Kota yang telah menetapkan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (LP2B|;
e. Provinsi, Kabupaten dan Kota yang menjadi lokasi penuntasan
pencapaian target Prioritas Nasional; Korporasi Petani dan Nelayan;
Penuntasan untuk MP integrasi Pelabuhan perikanan dan Fish Market
serta MP Revitalisasi tambak; Penguatan rantai pasok/logistik pangan;
model pembangunan pangan, pertanian dan perikanan; penyediaan
infrastruktur irigasi; serta lokasi afirmatif;
f. Pemda memiliki luas Kewenangan Daerah Irigasi yang relatif besar
dalam mendukung Penguatan Kawasan Sentra Produksi Pangan;
g. Pemda dengan karakteristik kepulauan yang memiliki luas Kewenangan
Daerah lrigasi yang relatif besar dalam mendukung Penguatan Kawasan
Sentra Produksi Pangan lokal;
h. Pemda yang memiliki Kewenangan Wilayah Sungai; dan
i. Pemda yang memenuhi readiness criteria dalam mendukung Penguatan
Kawasan Sentra Produksi Pangan.

SK No 175013 A
PRESIDEN
REPUEL|K TNDONESIA
- 3050 -

3. Kriteria L,okasi Prioritas Bidang Irigasi


a. Provinsi, Kabupaten dan Kota dengan luasan daerah irigasi kewenangan
relatif besar;
b. Provinsi, Kabupaten dan Kota yang memiliki kesiapan pemenuhan
readiness criteia yang telah dibahas dengan Rrsat Fasilitasi
Infrastruktur Daerah, Kementerian Pekerjaan Umum dan Pemmahan
Ralryat; dan
c. Provinsi, Kabupaten dan Kota yang memiliki kegiatan pembangunan
irigasi yang sedang berjalan lon-goingl melalui pendanaan DAK Fisik
Bidang Irigasi sebelum tahun 2023 agar tuntas dan dapat berfungsi.
10.3.3 Kriteria Teknis
1. Kriteria Teknis Pembangunan Jaringan Irigasi
a. Daerah Irigasi belum tercantum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Ralryat Nomor \4/PRT/M l2ol5 tentang Kriteria
dan Penetapan Status Daerah Irigasi;
b. Daerah Irigasi merupakan kewenangan Pemda sesuai dengan UU
Nomor 23 Tahun 2Ol4 tentang Pemerintahan Daerah;
c. Merupakan daerah irigasi yar:g menjadi prioritas pengembangan
budidaya pertanian Pemerintah Daerah sesuai dokumen perencanaan
(RPJMD/ Renstra SKPD/Renstra DAK) ;

d. Mempunyai kesuburan lahan, sesuai untuk tanaman padi/pangan;


e. Tersedianya potensi air dengan kualitas sesuai, dan kuantitas yang
mencukupi;
f. Adanya penduduk, atau petani penggarap lahan pertanian;
g. Ada akses jalan ke lokasi;
h. Status tanah untuk jaringan irigasi dan areal pengembangan adalah
milik petani (daerah budidaya dan bukan hutan lindung);
i. Tidak ada banjir dan genangan air;
j. Lahan yang dikembangkan sudah sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW);
k. Tidak ada masalah sosial (pembebasan tanah, dll.); dan
1. Memiliki dokumen teknis (SID/DED) dan dokumen pendukung yang
lengkap.
2. Kriteria Teknis Peningkatan Jaringan Irigasi
a. Merupakan daerah irigasi yang sudah terdaftar dalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Ralryat, Nomor

SK No 175014 A
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
- 3051 -

|4/KPTS /M/2OLS tentang Kriteria dan Penetapan Status Daerah


Irigasi;
b. Dilakukan untuk: meningkatkan Indeks Pertanaman (IP); dan /ata:u
menambah luasan areal fungsional;
c. Merupakan daerah irigasi yang menjadi prioritas pengembangan
budidaya pertanian Pemerintah Daerah sesuai dokumen perencanaan
(RPJMD/ Renstra SKPD/Renstra DAK) ;
d. Pekerjaan peningkatan wajib tuntas/menyeluruh dalam satu sistem
daerah irigasi, sebelum beralih ke daerah irigasi lainnya, langsung
berfungsi (dapat ditanami) setelah kegiatan dilaksanakan; dan
e. Memiliki dokumen teknis (SID/DED) dan dokumen pendukung yang
lengkap.
3 Kriteria Teknis Rehabilitasi Jaringan Irigasi
a. Merupakan daerah irigasi yang sudah terdaftar dalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Pemmahan Ralryat No.
|4/KPTS /M/2O15 tentang Kriteria dan Penetapan Status Daerah
Irigasi;
b. Dilakukan untuk mengembalikan fungsi dan kemampuan layanan
jaringan irigasi sesuai dengan desain dan/atau kondisi semula
(maksimal yang pernah dicapai);
c. Dilakukan pada daerah irigasi dengan indeks kondisi fisik jaringan di
bawah 60;
d. Merupakan daerah irigasi yang menjadi prioritas penanganan
Pemerintah Daerah sesuai dokumen perencanaan (RPJMD/Renstra
SKPD/Renstra DAK);
e. Pekerjaan rehabilitasi wajib tuntas/menyeluruh dalam satu sistem
daerah irigasi, sebelum beralih ke daerah irigasi lainnya, serta harus
dapat langsung fungsional (dapat ditanami) setelah kegiatan
dilaksanakan; dan
f. Memiliki dokumen teknis (SID/DED) dan dokumen pendukung yang
lengkap.
4 Kriteria Teknis Pembangunan Infrastruktur Pengendali Banjir
a. Kegiatan pembangunan infrastruktur pengendali banjir yang diusulkan
berada pada wilayah sungai kewenangan Pemerintah Daerah sesuai
dengan Permen PUPR Nomor 4 /PRT /M / 2Ol5 tentang Kriteria dan
Penetapan Wilayah Sungai;
b. Dilakukan untuk melindungi daerah irigasi khususnya daerah irigasi
kewenangan Pemerintah Daerah dari risiko banjir dengan frekuensi
lebih dari 2 kali dalam 5 tahun terakhir;

SK No 175015 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3052 -

c. Memiliki peta genangan banjir;


d. Memiliki dokumen teknis (Rencana Induk Pengendalian
Banjir/SID/DED) dan dokumen pendukung yang lengkap; dan
e. Memiliki surat keterangan dampak bencana dari BPBD serta mendapat
verifikasi dari BBWS/BWS setempat.
5. Untuk dapat menJrusun perencanaan kegiatan
Pembangunan/Peningkatan/Rehabilitasi Jaringan Irigasi, diperlukan
penyiapan data kondisi teknis yang akurat dan terbaru, meliputi seluruh
daerah irigasi yang menjadi kewenangannya. Khusus untuk daerah irigasi
yang akan diusulkan penanganannya melalui DAK Fisik Bidang lrigasi,
Pemerintah Daerah wajib melaksanakan pengumpulan data inventarisasi
aset dan penilaian kinerja sistem irigasi. Pengumpulan data dan penilaian
kinerja tersebut dapat dilaksanakan melalui 2 metode, yaitu:
a. Digital, melalui aplikasi e-PAKSI (Elektronik Pengelolaan Aset dan
Kinerja Sistem Irigasi). e-PAKSI adalah sebuah sistem elektronik (digital)
yang dibangun dengan tujuan menggabungkan pelaksanaan
Pengelolaan Aset Irigasi (PAI) dengan penilaian Indeks Kinerja Sistem
Irigasi (IKSI) dalam satu sistem informasi.
b. Manual, dalam hal belum tersedianya SDM yang memahami
pengumpulan data secara digital. Pengumpulan data secara manual
dilakukan melalui pengisian blangko/format yang terdapat dalam
lampiran Permen PUPR yang mengatur tentang Pengelolaan Aset Irigasi
dan Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, yaitu:
a) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Ralryat Nomor
n/PRf /MI2OI5, tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan
Irigasi; dan
b) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Ralryat Nomor
23 / PRT / M I 2O1 5, tentang Pengelolaan Aset lrigasi.
6. Penilaian usulan juga mempertimbangkan kinerja dan capaian DAK Fisik
Bidang Irigasi pada Tahun Anggaran sebelumnya.
1O.4 Tata Cara Pelaksanaan Kegiatan
1O.4.1 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
Tahapan pelaksanaan kegiatan DAK Bidang Irigasi meliputi:
1. Perencanaan dan Pemrograman
a. Perencanaan kegiatan berupa penJrusunan dokumen perencanaan
teknis dilaksanakan oleh Pemda paling lambat pada T-2 DAK, dengan
mengacu pada Kriteria Perencanaan dan Norma Standar Prosedur dan
Kriteria (NSPK) yang berlaku. Untuk pen5rusunan dokumen lingkungan
dan LARAP dilaksanakan oleh pemda paling lambat pada T-1 DAK.

SK No 175016 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESTA
- 3053 -

Seluruh proses penyiapan readiness criteria (dokumen perencanaan,


lahan, dsb) dibiayai oleh APBD Non DAK;
b. Pemrograman kegiatan DAK berupa pengusulan, penilaian dan
persetujuan Rencana Kegiatan DAK yang diusulkan Pemda oleh
Kementerian PUPR mengacu pada ketentuan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku;
c. Persetujuan Kementerian PUPR terhadap Rencana Kegiatan Pemda
adalah berupa opini teknis terhadap kesesuaian data yang disampaikan
oleh Pemda dengan persyaratan teknis. Persetujuan tidak mencakup
kebenaran fisik, materil, dan formil terhadap data yang disampaikan
oleh Pemda
2 Pelaksanaan Konstruksi
Tahap pelaksanaan konstruksi, dimulai dari persiapan pengadaan, hingga
serah terima pekerjaan mengacu pada ketentuan peraturan pemndangan
berlaku. Lingkup pelaksanaan konstruksi untuk pekerjaan
rehabilitasi/peningkatan/pembangunan baru irigasi dan infrastruktur
pengendali banjir secara umum dijabarkan sebagai berikut:
a. Rapat koordinasi dalam rangka penyelanggaraan pekerjaan dengan
pihak-pihak terkait (stakeholder) ;
b. Sosialisasi kepada warga setempat terkait pekerjaan konstnrksi yang
akan dilakukan;
c. Pekerjaan persiapan (pre-constructionl, terdiri dari:
1) Pembuatan metode pelaksanaan dan rencana kerja dengan metode
aman dan bersih (clean constructionl;
2) Penyelesaian administratif termasuk perizinan dan kesiapan lahan;
3) Penyediaan jalan akses;
4) Program dan jadwal pekerjaan;
5) Pembuatan gambar kerja (shop drawing) dan perubahan desain bila
terjadi perbedaan dengan lapangan;
6) Mendirikan bangunan kantor dan gudang (direksi keet);
7) Mobilisasi peralatan dan tenaga kerja;
8) Pengawasan kualitas dan Pengendalian kualitas/ Quality Controldan
Kepastian Qualitg Assurance/ QA-QC ;
9) Penelahaan spesifikasi teknis; dan
l0)Pembongkaran dan penempatan kembali jaringan utilitas setempat.
d. Pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan persiapan Operasi dan
Pemeliharaan (OP);

SK No 175017 A
PRESIDEN
REPUBL|K INDONESIA
- 3054 -

e.
Penyerahan hasil pekerjaan dengan melampirkan dokumen pendukung
antara lain:
1) Berita Acara Serah Terima Pertama (Proubianal Hand Ouer/PHO);
dan
2) Berita Acara Serah Terima Akhir (Final Hand Ouer/FHOI;
3) Gambar As Built Drawing;
4) Manual OP.
LO.4.2 Ketentuan Kegiatan Penunjang
Kegiatan penunjang yang dapat digunakan antara lain:
a. Desain perencanaan untuk kegiatan kontraktual, yang dibatasi pada
kegiatan pengumpulan data kondisi dan kinerja Daerah Irigasi melalui
aplikasi Pengelolaan Aset Irigasi dan Kinerja Sistem Irigasi berbasis
elektronik (ePAKSI) dalam rangka pen5rusunan desain perencanaan;
b. Jasa konsultan pengawas (superwisi) kegiatan kontraktual;
c. Penyelenggaraan rapat koordinasi di Pemerintah Daerah dalam rangka
penguatan kapasitas Pemerintah Daerah; dan
d. Perjalanan dinas ke/dari lokasi kegiatan dalam rangka perencanaan,
pengendalian, dan pengawasan.
1O.5 Mekanisme Pengadaan Barang dan Jasa
1. Seluruh kegiatan konstruksi dilaksanakan secara kontraktual.
2. Kegiatan penunjang, dapat dilaksanakan secara kontraktual atau
swakelola. Khusus untuk Jasa konsultan pengawas (supervisi) dilakukan
secara kontraktual.
3. Pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan dengan mengoptimalkan peran
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), tenaga kerja setempat khususnya
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), dan penggunaan produk dalam
negeri.
4. Seluruh kegiatan pengadaan barang dan jasa dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
10.6 Standar Teknis Target Keluaran
1. Pelaksanaan kegiatan Pembangunan/Peningkatan/Rehabilitasi Jaringan
Irigasi diatur dan/atau berdasarkan pada standar teknis sebagai berikut:

SK No 175018 A
FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3055 -

Tabel 2- 2 NSPK Pelaksanaan DAII Fisik Bidang Irigasi Kegiatan lrigasi

No Judul Nomor Penerbit

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


dan Penrmahan Ralryat tentang
1 14lPRT/M l2ors Kementerian PUPR
Kriteria dan Penetap€rn Status
Daerah Irigasi

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


dan Perumahan Rakyat tentang
2
Pengembangan dan Pengelolaan
30/PRT/M l2ots Kementerian PUPR
Sistem Irigasi

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


dan Perumahan Rakyat tentang
3 08/PRT/M l2ors Kementerian PUPR
Penetapan Garis Sempadan Jaringan
Irigasi

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


dan Perumahan Ralryat tentang
4 2t /PRT lMl20ts Kementerian PUPR
Eksploitasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi Tambak

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


dan Perumahan Rakyat tentang
5 16/PRT/M /2OLs Kementerian PUPR
Eksploitasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi Rawa Lebak

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


dan Perumahan Ralryat tentang
6 1olPRT/M 12021 Kementerian PUPR
Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


dan Perumahan Rakyat tentang
Pedoman PenSrusunan Perkiraan
7
Biaya Pekerjaan Konstruksi Bidang
01/PRr/M /2022 Kementerian PUPR
Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat

Kriteria Perencanaan - Perencanaan


8 KP-O 1 Kementerian PUPR
Jaringan Irigasi

Kriteria Perencanaan - Bangunan


9 KP-O2 Kementerian PUPR
Utama (Headworks)

10 Kriteria Perencanaan - Saluran KP-O3 Kementerian PUPR

SK No 175019 A
FRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
- 3056 -

No Judul Nomor Penerbit

l1 Kriteria Perencanaan - Bangunan KP-04 Kementerian PUPR

t2 Kriteria Perencanaan - Petak Tersier KP-o5 Kementerian PUPR

Kriteria Perencanaan - Parameter


l3 Bangunan
KP-06 Kementerian PUPR

Kriteria Perencanaan - Standar


t4 Penggambaran
KP-07 Kementerian PUPR

Kriteria Perencanaan - Standar Pintu


Pengatur Air Irigasi: Perencanaan,
l5 Pemasangan, Operasi dan
KP-08 Kementerian PUPR
Pemeliharaan

Kriteria Perencanaan - Standar Pintu


L6 Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi KP-09 Kementerian PUPR
Teknis

Gambar Bangunan Irigasi - Tipikal


t7 Bangunan Irigasi
BI-O 1 Kementerian PUPR

Gambar Bangunan Irigasi - Standar


r8 Bt-02 Kementerian PUPR
Bangunan Irigasi

Gambar Bangunan Irigasi - Standar


19 BI-03 Kementerian PUPR
Pintu Pengatur Air Irigasi

Persyaratan Teknis - Perencanaan


20 PT-o1 Kementerian PUPR
Jaringan Irigasi

2t Persyaratan Teknis - Topografi m-02 Kementerian PUPR

Persyaratan Teknis - Penyelidikan


22 PT-03 Kementerian PUPR
Geoteknik

Persyaratan Teknis - Penyelidikan


23 PT-04 Kementerian PUPR
Model Hidrolis

Tata cara perhitungan debit banjir


24 SNI 2415:2016 BSN
rencana

Tata cara perencanaan umum


25 sNr 03-2401-1991 BSN
bendung

SK No 175020 A
PRESTDEH
REFUELII( INDONESTA
- 3057 -

No Judul Nomor Penerbit

Tata cara desain hidraulik tubuh


26 bendung tetap dengan peredam SNI 8063:2015 BSN
energi tipe MDO dan MDS

Analisis hidrologi, hidraulik dan


27 SNI 1724:2015 BSN
kriteria desain bangunan di sungai
Tata cara desain hidraulik tubuh
28 bendung tetap dengan peredam sNI 03-7043-2004 BSN
energi tipe MDL

Metode Pengukuran Debit Pada


29 Saluran Terbuka Dengan Bangunan SNI 6455.2:2000 BSN
Ukur Ambang V-Rata

30 Spesifikasi Alat Ukur Debit Orifice SNI 6395:2OOO BSN

Spesifikasi bangunan ukur debit


31 sNI 03-6381-2000 BSN
Cipoletti

Perhitungan debit andalan sungai


32 SNI 6738:2015 BSN
dengan kurva durasi debit

Pengukuran debit pada saluran


33 terbuka menggunakan bangunan SNI 8137:2O15 BSN
ukur tipe pelimpah atas
Peralatan irigasi - Pencurah
(sprinkler) Bagran 1 : Definisi istilah SNI ISO 15886-
34 BSN
dan klasifikasi (ISO 15886-1 :2O2L, l:2O21
rDT)

Peralatan Irigasi
(Sprinkler) - Pencurah
Bagran 2 : Persyaratan SNI ISO 15886-
35 -
desain dan operasi (ISO 15886- 2:2O21
BSN
2:2021, IDT)

Peralatan irigasi - Pencurah


(sprinkler) - Bagian 3 : Karakterisasi SNI ISO 15886-
36 BSN
distribusi dan metode uji (ISO 3:202L
15886-3:2021, IDT)

SK No 175021 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3058 -

2. Pelaksanaan kegiatan Pembangunan Infrastruktur Pengendali Banjir diatur


dan/atau berdasarkan pada standar teknis sebagai berikut:
Tabel 2- 3 NSPK Pelaksanaan DAK Fisik Bidang Irigasi Kegiatan Infrastnrktur
Pengendali Banjir

No Judul Nomor Penerblt

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


Dan Perumahan Rakyat Republik Kementerian
1
Indonesia tentang Kriteria dan
04lPRr lMl2ots PUPR
Penetapan Wilayah Sungai

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


Dan Perumahan Rakyat Republik
Kementerian
2 Indonesia tentang Penetapan Garis 28lPRr /M/2ots PUPR
Sempadan Sungai dan Garis
Sempadan Danau

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


Dan Perumahan Ralryat Republik
Kementerian
3 Indonesia tentang Analisa Harga 28|PRT lMl2OL6
PUPR
Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan
Umum

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


tentang Pedoman Tata Cara
Kementerian
4 Pemasangan Batu Kosong untuk l3/PRT/M l2OO8 PUPR
Perlindungan Lereng Tanggul Sungai
Bagian Luar

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


Kementerian
5 tentang Penyelenggaraan Sistem t2lPRT lMl2or4 PUPR
Drainase Perkotaan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


dan Perumahan Rakyat tentang Kementerian
6 1o/PRT/M l2O2t
Pedoman Sistem Manajemen PUPR
Keselamatan Konstruksi

Peraturan Menteri Pekedaan Umum


dan Perumahan Rakyat tentang
Pedoman Pen5rusunan Perkiraan Biaya Kementerian
7
Pekerj aan Konstruksi Bidang
o1/PRr/M 12022 PUPR
Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat

8 Tata Cara Perhitungan Debit Banjir sNI 2415-20t6 BSN

SK No 175022 A
FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3059 -

No Judul Nomor Penerbit

Tata Cara Perencanaan Umum Krib


9
Sungai Bagian 1 : Perencanaan Umum
sNI 2400.7-20t6 BSN

Perhitungan Debit Andalan Air Sungai


10 SNI 6738:2015 BSN
dengan Kurva Durasi Debit

Analisis hidrologi, hidraulik dan


11 SNI 1724:2OLs BSN
kriteria desain bangunan di sungai
Tata cara pengukuran air pada saluran
t2 terbuka secara tidak langsung dengan SNI 6467.2:2012 BSN
metode kemiringan luas

Tata cara perhitungan tinggi muka air


13 sungai dengan cara pias berdasarkan SNI 2830:2OO8 BSN
rumus Manning

Metode perhitungan debit sungai


L4 sNI 03-34t2-t994 BSN
harian

Tata cara perencanaan teknik


15
pelindung sungai dari pasangan batu sNI 03-344r-L994 BSN

Tata cara perhitungan tiang pancang


16
beton pada krib di sungai
sNI 03-2406-r991 BSN

lO.7 Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan


10.7.1 PelaporanKemajuanPelaksanaanKegiatan
1. Pemerintah Daerah penerima alokasi DAK Fisik Bidang Irigasi menJrusun
laporan kemajuan pelaksanaan yang terdiri dari:
a. realisasi penyerapan dana;
b. capaian keluaran kegiatan;
c. pelaksanaan teknis/kegiatan; dan
d. capaian hasil jangka pendek.
2. Laporan sebagaimana dimaksud pada poin 1 4, b, c disampaikan kepada
Kementerian PUPR melalui sistem eMonitoring DAK Fisik Infrastruktur
PUPR setiap bulan, paling lambat 7 hari kerja setelah bulan yang
bersangkutan berakhir.
3. Laporan sebagaimana dimaksud pada poin 1 d disampaikan kepada
Kementerian PUPR melalui sistem eMonitoring DAK Fisik Infrastruktur
PUPR paling lambat akhir bulan Mei setelah tahun anggaran berakhir, dan

SK No 175023 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESTA
- 3060 -

melalui aplikasi KRISNA DAK paling lambat bulan Juni setelah tahun
anggaran berakhir melalui metode berbagi pakai data.
LO.7.2 Penilaian Kinerja Pelaksanaan Kegiatan
Kinerja pelaksanaan kegiatan DAK Fisik Bidang Irigasi dinilai sesuai dengan
pemenuhan spesifikasi teknis dan pemenuhan administrasi proyek sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku. Adapun indikator output dan
outcome sebagai berikut:
1. Menu kegiatan pembangun€rn, peningkatan dan rehabilitasi jaringan
irigasi:
a. Indikator output yaitu panjang saluran (meter), jumlah bangunan
(buah); dan
b. Indikator outcome yaitu luas daerah irigasi yang ditangani (hektar).
2. Menu kegiatan pembangunan infrastruktur pengendali banjir:
a. Indikator ou@ut yaitu panjang bangunan pengendali banjir (kilometer),
jumlah bangunan (buah); dan
b. Indikator outcome yaitu luas daerah irigasi yang terlindungi banjir
(hektar).
1O.8 Capaian Hasil Jangka Pendek
Pemerintah daerah diminta melaporkan capaian hasil jangka pendek untuk
kebutuhan pemantauan dan evaluasi pelaksarlaan DAK Fisik dan menjadi input
kebijakan dan pengalokasian tahun selanjutnya. Detail indikator dan tata cara
perhitungan capaian hasil jangka pendek dapat dilihat pada tabel berikut:

SK No 175024 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3061 -

Tabel 2- 4 Indikator Capaian Jangka Pendek Bidang Irigasi


Bidang/Subbidang Menu/Riaclan Indikator Capaian Target Satuaa Sasaran Cara Perhitungatr
Keglataa Indlkator
Irigasi/Tematik Pembangunan Luasan lahan yang 1.498 Hektar Daerah Hitung luasan terdampak berdasarkan redisasi output pekerjaan
Pengembangan Food Estate Jaringan terlayani air dari Irigasi
Irigasi pembangunan jaringan
irigasi

Peningkatan Luasan lahan yang 4.823 Hektar Daerah Hitung luasan terdampak berdasarkan realisasi output pekerjaan
Jaringan terlayani air dari Irigasi
Irigasi peningkatan jaringan irigasi

Rehabilitasi Luasan lahan yang 17.315 Hektar Daerah Hitung luasan terdampak berdasarkan realisasi output pekerjaan
Jaringan terlayani air dari Irigasi
Irigasi rehabilitasi jaringan irigasi

Irigasi/Tematik Kawasan Pembangunan Luasan lahan yang 3.314 Hektar Daerah Hitung luasan terdampak berdasarkan realisasi output pekerl'aan
Sentra Produksi Pangan Jaringan terlayani air dari Irigasi
Irigasi pembangunan jaringan
irigasi

Peningkatan Luasan lahan yang t7.827 Hektar Daerah Hitung luasan terdampak berdasarkan realisasi output pekerjaan
Jaringan terlayani air dari Irigasi
Irigasi peningkatan jaringan irigasi

SK No 053347 C
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3062 -

Btdaag/Subbidang Menu/Rincian Iadikator Capalan Target Satuan Sasaran Cara Perhltuagan


Kegiatan Ilrdikator

Rehabilitasi Luasan lahan yang 77.779 Hektar Daerah Hitung luasan terdampak berdasarkan realisasi output pekerjaan
Jaringan terlayani air dari Irigasi
Irigasi rehabilitasi jaringan irigasi

Pembangunan Luas DI yang terlindungi 1.384 Hektar Daerah Plot titik kejadian banjir beserta deliniasi areal genangan pada peta
Infrastruktur dari genangan banjir Irigasi rencana pengurangan luas genangan banjir
Pengendali
Banjir

SK No 053348 C
FRESIDEN
RSPUBUK INDONESIA
- 3063 -

11. BIDANG AIR MINUM


11.1 Arah Kebijakan
Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Bidang Air Minum mempunyai 2
dukungan antara lain:
1. mendukung Pemulihan Ekonomi dan Pembangunan Infrastruktur -
Tematik Pengentasan Permukiman Kumuh Terpadu; dan
2. mendukung Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) -
Penurunan Jumlah dan Prevalensi Balita Sfimting Tertinggi.
Dengan arah kebijakan sebagai berikut:
1. mempercepat penyediaan akses air minum dalam rangka mendukung
Program Prioritas 1 Infrastruktur Pelayanan Dasar dan Program
Prioritas 3 Infrastruktur Perkotaan pada Prioritas Nasional 5
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangarr
Ekonomi dan Pelayanan Dasar pada RKP 2023;
2. mendukung pelaksanaan Major Project Akses Air Minum Jaringan
Perpipaan (10 juta sambungan rumah) dan Major Project Percepatan
Penurunan Angka Kematian Ibu dan Stunting;
3. menyediakan layanan intervensi sensitif bidang air minum untuk
mencapai persentase rumah tangga yang mendapatkan akses air
minum layak di Kabupaten/Kota lokasi prioritas TOOo/o di tahun 2024
dalam rangka mewujudkan Strategi Nasional Percepatan Penurunan
Stunting; dan
4. mewujudkan akses layanan air minum yang layak, aman, dan
berkelanjutan sesuai dengan Tlrjuan 6 Target 6.1 pada Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB).
ll.2 Sasaran dan Target
1. Mendukung Pemulihan Ekonomi dan Pembangunan Infrastruktur -
Tematik Pengentasan Permukiman Kumuh Terpadu
a. Sasaran: Penanganan kawasan permukiman kumuh secara tuntas
termasuk penyediaan permukiman baru bagi rumah tangga
berpenghasilan rendah di lokasi terpilih melalui integrasi Bidang
Perumahan dan Permukiman, Bidang Sanitasi serta Bidang Air
Minum.
b. Target: Terpenuhinya akses perumahan dan permukiman layak
termasuk air minum dan sanitasi di kawasan permukiman kumuh
prioritas (100% rumah layak serta l0oyo akses air minum layak,
907o sanitasi layak dan looyo akses sampah yang terkelola dengan
baik di perkotaan (80% penanganan dan 2Oo/o pengurangan)).

SK No 175025 A
FRESIOEN
REPUEL|K INDONESIA
- 3064 -

2. Mendukung Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) -


Penurunan Jumlah dan Prevalensi Balita Stunting Tertinggi
a. Sasaran: Desa/kelurahan yang menjadi lokasi fokus intervensi
Stunting di tahun 2023 dengan cakupan akses air minum layak
kurang dari 1O0%
b. Target: Terpenuhinya looyo akses air minum layak pada 12 Provinsi
prioritas penumnan jumlah dan prevalansi Stunting.
11.3 Ruang Lingkup Kegiatan
Terdapat 2 (dua) lingkup kegiatan pada DAK Fisik Bidang Air Minum yaitu
Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Jaringan Perpipaan
dan Pembangunan SPAM Bukan Jaringan Perpipaan.
1. SPAM Jaringan Perpipaan
a. Perluasan SPAM melalui pemanfaatan kapasitas Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM) terbangun (idle capacitg);
b. Pembangunan SPAM apabila idle capacity sudah tidak ada lagi
atau daerah yang belum memiliki Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM), dengan Modul:
. Pembangunan lPA/BroncapteringlSumur Dalam Terlindungi
(dilengkapi unit air baku/ broncaptering/ penangkap mata
air/Instalasi Pengolahan Air Sederhana (IPAS), unit pengolahan,
bak pengumpul, jaringan distribusi, dan Sambungan Rumah
(SR), serta komponen lainnya).
c. Peningkatan SPAM Jaringan Perpipaan melalui penambahan
kapasitas dan/atau volume dari sarana dan prasarana SPAM
terbangun, apabila i.dle capacitg sudah tidak ada lagi dan masih
ada kapasitas IPA yang dapat ditingkatkan, dengan modul:
. Uprating lPA/Penambahan sumur dalam
terlindungi/broncapteing dilengkapi Jaringan Distribusi dan
Sambungan Rumah (SR)
d. Pembangunan Transmisi Air Curah untuk SPAM Regional.
2. SPAM Bukan Jaringan Perpipaan Komunal
Pembangunan baru SPAM Bukan Jaringan Perpipaan Komunal bagi
Kabupaten/Kota atau daerah yang tidak dapat dilayani dengan SPAM
Jaringan Perpipaan, dengan pilihan modul:
. Sumur Dalam Terlindungi/Bak Penampungan Air Hujan
(PAH)/Bangunan Penangkap Mata Air Terlindungi, dilengkapi
dengan bangunan hidran umum/kran umum.

SK No 175026 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3065 -

11.3.1 Deskripsi Menu dan Rincian Kegiatan


Tabel 3- 1 Deskripsi Menu dan Rinciaa Kegiatan Bidang Air Minum
IIo Menu Kegiatan Rincian Menu Kegiatan
A. Mendukung Pemulihan Ekonomi dan Pembangunan Infrastnrktur - Tematik
Pengentasan Permukiman Kumuh Terpadu
1 Perluasan SPAM Jaringan Perpipaan Pengembang€rn Jaringan Distribusi
dan Sambungan Rumah (SR)
2 Peningkatan SPAM Jaringan Uprattng Instalasi Pengolahan Air
Perpipaan (IPA)/ Penambahan Sumur Dalam
Terlindun $ / Broncaptering
3 Pembangunan Baru SPAM Jaringan Pembangunan Instalasi Pengolahan
Perpipaan Air (IPA) / Broncaptering/ Sumur Dalam
Terlindungi
B. Mendukung Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia ISDMI - Penunrnan
Jumlah dan Prevdensi Balita Stuntlng Terttnggi
1 Perluasan SPAM Jaringan Perpipaan Pengembangan Jaringan Distribusi
dan Sambungan Rumah (SR)
2 Peningkatan SPAM Jaringan Uprating Instalasi Pengolahan Air
Perpipaan (IPA)/ Penambahan Sumur Dalam
Terlindun gi / Broncapteing
3 Pembangunan Baru SPAM Jaringan Pembangunan Instalasi Pengolahan
Perpipaan Air (IPA) / Broncaptering/ Sumur Dalam
Terlindungi
4 Pembangunan Baru SPAM Bukan Pembangunan Sumur Dalam
Jaringan Perpipaan Komunal Terlindungi / Penampungan Air Hujan
(PAH) / Penangkap Mata Air (PMA)
5 Pembangunan Transmisi Air Curah Pengembangan Jaringan Distribusi
untuk SPAM Regional Utama (JDU)

11.3.2 Kriteria Lokasi Prioritas


1. Mendukung Pemulihan Ekonomi dan Pembangunan Infrastruktur -
Tematik Pengentasan Permukiman Kumuh Terpadu:
Pemerintah Kabupaten/Kota yang telah memiliki Program Pengetasan
Permukiman Kumuh Terpadu dan memenuhi readiness criteria.
2. Mendukung Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Penurunan Jumlah dan Prevalensi Balita Stunting Tertinggi
a. 246 Kabupaten/Kota lokasi fokus intervensi penurunan Stunting
terintegrasi dalam 12 (dua belas) provinsi prioritas dengan jumlah
dan prevalensi balita Stunting tertinggi yang ditetapkan oleh Menteri
PPN/Kepala Bappenas, antara lain: Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa

SK No 175027 A
FRESIDEN
INDONESIA

Tengah, Sumatera Utara, Banten, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi


Barat, Aceh, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tenggara, Kalimantan
Selatan, dan Kalimantan Barat;
b. Provinsi prioritas yang sedang melaksanakan pembangunan SPAM
Regional dan Kabupaten/Kota dalam pelayanan SPAM Regional
tersebut, antara lain: Umbulan (Provinsi Jawa Timur), Mebidang
(Provinsi Sumatera Utara), Banjarbakula (Provinsi Kalimantan
Selatan), dan Keburejo (Provinsi Jawa Tengah); dan
c. Kabupaten/Kota sebagaimana disebutkan pada poin a yang menjadi
daerah layanan SPAM Kabupaten/Kota Prioritas, termasuk SPAM
Kabupaten/Kota yang dibangun melalui kegiatan APBN
Kementerian PUPR.
11.3.3 Kriteria Teknis
1. Perluasan SPAM Jaringan Perpipaan:
a. Masih memiliki idle capacitg yang belum termanfaatkan pada SPAM
yang terbangun di kawasan yang akan dilayani.
2. Pembangunan Baru SPAM Jaringan Perpipaan:
a. Diperuntukkan bagi desa/kelurahan prioritas yang belum menjadi
daerah layanan SPAM Jaringan Perpipaan terbangun; dan
b. Mencantumkan komitmen pemerintah daerah dan rencana
pemanfaatan SPAM Jaringan Perpipaan terbangun pada SPTJM
pemerintah daerah apabila di kabupaten/kota masih terdapat i.dle
capacitg, yang meliputi rencana/tahapan pembangunan
sambungan rumah, sumber pembiayaan (tidak termasuk dukungan
dari pemerintah pusat) serta keterangan pemanfaatan air baku.
3. Peningkatan SPAM Jaringan Perpipaan:
a. Diperuntukkan bagi desa/kelurahan yang sudah mempunyai SPAM
terbangun namun idle capacity sudah tidak mencukupi untuk
pelayanan.
4. Pembangunan SPAM Bukan Jaringan Perpipaan Komunal:
a. Merupakan desa rawan air/potensi kekeringan berdasarkan data
BNPB tahun terbaru yang belum pernah mendapatkan penanganan;
b. Menrpakan Kabupaten/Kota dengan indeks kapasitas fiskal daerah
rendah dan sangat rendah;
c. Mencantumkan kondisi di lokasi yang menyebabkan tidak dapat
dilayani dengan SPAM Jaringan Perpipaan; dan
d. Jarak sumber air harus berjarak minimal 10 meter dari sumber
pencemar.

SK No 175028A
FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3067 -

5. Persetujuan Kementerian PUPR terhadap Rencana Kegiatan (RK)


pemerintah daerah adalah berupa opini teknis terhadap kesesuaian
data yang disampaikan oleh pemerintah daerah dengan persyaratan
teknis. Persetujuan tidak mencakup kebenaran fisik, materil, dan formil
terhadap data yang disampaikan oleh pemerintah daerah.
Lt.4 Tata Cara Pelaksanaan Kegiatan
11.4.1 Penyedia (Kontraktual)
1. Persiapan dan Perencanaan
Perencanaan pelaksanaan kegiatan DAK Fisik Bidang Air Minum
yang dilakukan melaui penyedia (kontraktual) diawali melalui
pemilihan dan penetapan Lokasi Kegiatan, pen)rusunan dokumen
lelang yang terdiri dari: Detail Engineeing Design (DED), Kerangka
Acuan Kerja (KAK), dan Harga Perkiraan Sendiri (HPS).
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan melalui penyedia (kontraktual) sesuai dengan ketentuan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi sebagaimana diatur dalam
perundang-undangan pengadaan barang/j asa pemerintah.
Lt.4.2 Swakelola
1. Persiapan dan Perencanaan
Perencanaan pelaksanaan kegiatan DAK Fisik Bidang Air Minum
yang dilaksanakan secara swakelola, diawali dengan pembentukan
Kelompok Swadaya Masyarakat dan Penguatan Kelompok Pengelola
Sistem Penyediaan Air Minum (KPSPAM). Kelompok Masyarakat akan
bertugas mulai tahap persiapan, perencanaan dan pelaksanaan
sampai dengan sarana terbangun dan semua kegiatan selesai
dilaksanakan. KPSPAM akan bertugas melakukan' pengelolaan, yaitu
pengoperasian dan pemeliharaan sarana air minum dan sanitasi.
Kelompok Masyarakat yang sudah dibentuk harus dikukuhkan
dengan Surat Pengukuhan. Surat Pengukuhan dikeluarkan oleh
Pejabat yang berwenang dalam hal ini dapat dikeluarkan oleh Kepala
Desa/Lurah, atau Camat, atau Notaris setempat, atau Pejabat yang
berwewenang lainnya. Kelompok Swadaya Masyarakat pada Kegiatan
Pamsimas sebagai penyelenggara Kegiatan Pamsimas terdiri atas
Ketua, Sekretaris, Bendahara, Tim Persiapan, Tim Pelaksana, dan
Tim Pengawas.Pedoman pembentukan dan penguatan kelompok
masyarakat dan KPSPAM dapat mengikuti Petunjuk Teknis Program
PAMSIMAS.
Kegiatan swakelola lainnya diawali dengan penunjukan Tenaga
Fasilitator Lapangan (TFL), sosialisasi desa kepada masyarakat, dan
pen5rusunan RKM.

SK No 175029 A
PREgIDEN
]TEFUBUK TNDONESIA
- 3068 -

Pen5rusunan RKM adalah Survei Teknis (Survei Lapangan dan Survei


Harga), Penetapan Harga Satuan dan Pen5rusunan Detail Engineering
Design (DED), Pen5rusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan
Pen5rusunan Jadwal Pelaksanaan Konstruksi. RKM yang sudah
selesai kemudian dievaluasi oleh pemerintah daerah serta diverifikasi
dan disahkan oleh pemerintah pengelola dana DAK Fisik Bidang Air
Minum. Mengacu pada Petunjuk Teknis Perencanaan Tingkat
Masyarakat Program PAMSIMAS.
2 Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan untuk swakelola dilakukan dengan Kontrak
Swakelola/ Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) dan Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) yang
dibentuk melalui musyawarah masyarakat dan ditetapkan melalui
Surat Keputusan (SK) Pengguna Anggaran (PA) / Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) / Kepala OPD yang membidangi air minum. Setelah
kegiatan selesai, diserahterimakan dari KSM kembali kepada PPK
yang selanjutnya aset fisik akan diserahkan kepada KPSPAM atau
masyarakat selaku pengelola. Pelaksanaan kegiatan secara swakelola
dapat mengacu Petunjuk Teknis Pelaksanaan Tingkat Masyarakat
Program PAMSIMAS. Ketentuan terkait in-cash dan in-kind tidak
diwajibkan dalam kegiatan DAK Fisik Bidang Air Minum.
11.4.3 Ketentuan Kegiatan Penunjang
1 Kegiatan penunjang yang dapat digunakan antara lain:
a. biaya tender, tidak termasuk honor pejabat pengadaan barang
dan jasa/unit layanan pengadan dan pengelola keuangan;
b. jasa pendamping/fasilitator non-aparatur sipil negara untuk
kegiatan DAK Fisik yang dilakukan secara swakelola;
c. jasa konsultan pengawas kegiatan kontraktual;
d. penyelenggaraan rapat koordinasi di pemerintah daerah, yang
dapat digunakan untuk rapat dalam rangka peningkatan
kapasitas tenaga fasilitator maupun kelompok swadaya
masyarakat;-dan/atau
e. perjalanan dinas ke/dari lokasi kegiatan untuk pengendalian dan
pengawasan.
2 Kegiatan penunjang desain perencanaan tidak dapat digunakan dalam
DAK Fisik Bidang Air Minum, karena merupakan kewajiban
pemerintah daerah dalam proses penyusunannya.
3 Pemerintah daerah yang tidak menggunakan alokasi DAK Fisik Bidang
Air Minum untuk kegiatan penunjang, wajib mengalokasi kegiatan

SK No 175030 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESTA
- 3069 -

penunjang pada Rencana Kerja Anggaran Pemerintah Daerah,


minimal untuk:
a. Jasa pendamping/fasilitator non-aparatur sipil negara untuk
kegiatan DAK Fisik yang dilakukan secara swakelola;
b. Jasa konsultan pengawas kegiatan yang dilakukan melalui
penyedia (kontraktual).
11.5 Mekanisme Pengadaan Barang dan Jasa
Semua kegiatan di DAK Fisik Bidang Air Minum dapat dikerjakan secara
swakelola atau melalui penyedia (kontraktual). Khusus menu
pembangunan baru untuk desa baru program PAMSIMAS diutamakan
menggunakan swakelola. Untuk pelaksanaan kegiatan secara swakelola
berdasarkan pada Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Pemerintah Untuk
Masyarakat Program PAMSIMAS dan Petunjuk Teknis Pengadaan
Barang/Jasa di Tingkat Masyarakat Program PAMSIMAS.
Semua kegiatan pengadaan Barang/Jasa mengacu pada Peraturan
Perundangan terkait Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

11.6 Standar Teknis Target Keluaran


Pelaksanaan kegiatan DAK Fisik Bidang Air Minum diatur dan/atau
berdasarkan pada standar teknis sebagai berikut:
Tabel 3- 2 NSPK Pelaksanaan DAII Fistk Bidang Air Minum
No Judul Nomor Penerbit
Peraturan Menteri Pekedaan Umum
dan Perumahan Rakyat tentang
1 27|PRTlMl2ot6 Kementerian PUPR
Penyelenggaraan Sistem Penyediaan
Air Minum
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Penrmahan Ralryat tentang
2 Pencegahan dan Peningkatan ,4IPRT/Ml2Ot8 Kementerian PUPR
Kualitas Terhadap Perumahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
3 dan Perumahan Ralryat tentang o4IPRT/M l2O2O Kementerian PUPR
Prosedur Operasional Standar

SK No 175031A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3070 -

No Judul Nomor Penerbit


Penyelenggaraan Sistem Penyediaan
Air Minum
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Penrmahan Ralryat tentang
4 1o/PRT/M /2021 Kementerian PUPR
Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan Konstmksi
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Ratryat tentang
Pedoman Pen5rusunan Perkiraan
5 o1IPRT/M 12022 Kementerian PUPR
Biaya Pekerjaan Konstnrksi Bidang
Pekerjaan Umum dan Perumahan
Ralryat
Pedoman Teknis Pelaksanaan
6 Kegiatan Padat Karya Direktorat Kementerian PUPR
Jenderal Cipta Karya
Standar Teknis Modul Instalasi
7 Pengolahan Air Minum Struktur Kementerian PUPR
Baja
Pedoman umum PAMSIMAS
8 (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Kementerian PUPR
Berbasis Masyarakat)
Petunjuk Teknis Penyaluran
9 Bantuan Pemerintah Untuk Kementerian PUPR
Masyarakat Program PAMSIMAS
Petunjuk Teknis Pengadaan
t0 Barang/Jasa di Tingkat Masyarakat Kementerian PUPR
Program PAMSIMAS

SK No 175032 A
PRESIDEN
REPUEUK INDONESTA
- 307L -

lL.7 Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan


LL.7.1 Pelaporan Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan
1. Pemerintah daerah penerima alokasi DAK Fisik Bidang Air Minum
men5rusun laporan kemajuan pelaksanaan yang terdiri dari:
a. realisasi penyerapan dana;
b. capaian keluaran kegiatan;
c. pelaksanaan teknis/kegiatan; dan
d. capaian hasil jangka pendek.
. 2. Laporan sebagaimana dimaksud pada poin 1 a, b, c disampaikan
kepada Kementerian PUPR melalui sistem eMonitoring DAK PUPR
setiap bulan, paling lambat 7 hari kerja setelah bulan yang
bersangkutan berakhir.
3. Laporan sebagaimana dimaksud pada poin 1 d disampaikan kepada
Kementerian PUPR melalui sistem eMonitoring DAK PUPR paling
lambat sesuai dengan ketentuan dalam Batang Tubuh.
LL.?.2 Penilaian Kinerja Pelaksanaan Kegiatan
1. Kinerja pelaksanaan teknis adalah hasil pelaksanaan DAK Fisik Bidang
Air Minum yang sesuai dengan spesifikasi teknis dan peraturan
perundang yang berlaku. Adapun indikator output dan outcome masing-
masing bidang sebagai berikut:
Rincian Menu Indikator output Indikator lmmcdlate
Kegiatan outcome
SPAM jaringan perpipaan
Perluasan SPAM jumlah sarana Jumlah jiwa terlayani
Jaringan prasar€rna air minum sesuai standar mutu
Perpipaan (Unit SR) layanan air minum
(memenuhi aspek
sumber air, kuantitas,
kualitas, dan
kontinuitas)
Peningkatan jumlah sarana Jumlah jiwa terlayani
SPAM Jaringan prasarana air minum sesuai standar mutu
Perpipaan (Unit SR) layanan air minum
(memenuhi aspek

SK No 175033 A
PRESIDEN
REPUBLII( INDONESIA
- 3072 -

Rincian Menu Indikator output Indikator immediate


Kegiatan outcome
sumber air, kuantitas,
kualitas, dan
kontinuitas)
Pembangunan jumlah sarana Jumlah jiwa terlayani
Baru SPAM prasarana air minum sesuai standar mutu
Jaringan (Unit SR) layanan air minum
Perpipaan (memenuhi aspek
sumber air, kuantitas,
kualitas, dan
kontinuitas)
SPAM jaringan perpipaan regional
Pembangunan Jumlah debit air yang
Transmisi Air dialirkan (liter/ detik)
Curah untuk
SPAM Regional
SPAM bukan jaringan perpipaan
Pembangunan jumlah rumah tangga Jumlah jiwa terlayani
Baru SPAM (RT) terlayani sesuai standar mutu
Bukan Jaringan layanan air minum
Perpipaan (memenuhi aspek
Komunal sumber air, kuantitas,
kualitas, dan
kontinuitas)

2. Kinerja pelaksanaan DAK Fisik Bidang Air Minum dalam mendukung


tematik pengentasan permukiman kumuh terpadu, ditargetkan dapat
rnenyelesaikan secara tuntas permasalahan air minum, sesuai dengan
usulan proposal pemerintah daerah yang telah disepakati bersama
dengan Pemerintah Pusat.

SK No 175034A
FRESIDEN
REPUEL|K INDONESIA
- 3073 -

11.8 Capaian Hasil Jangka Pendek


Pemerintah daerah diminta melaporkan capaian hasil jangka pendek
untuk kebutuhan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan DAK Fisik dan
menjadi input kebijakan dan pengalokasian tahun selanjutnya. Detail
indikator dan tata cara perhitungan capaian hasil jangka pendek dapat
dilihat di tabel berikut:

SK No 175035A
PRES IDEN
REPUELIK INDONESIA
- 3074 -

Tabel 3- 3 Capaian Hasil Jangka Pendek Bidang Air Minum

Bidang/ Menu/Rincian Sasaran Indikator/


Indikator Capaian Target Satuan Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Penerima Manfaat*
Mendukung Pemulihan Ekonomi dan Pembangunan Infrastruktur - Tematik Pengentasan Permukiman Kumuh Terpadu
Air Minum Perluasan SPAM Persentase Realisasi 100% Jiwa Penduduk di lokasi [Realisasi jiwa terlayani sesuai standar mutu
Jaringan jiwa terlayani sesuai prioritas yang belum layanan air minum (memenuhi aspek sumber
Perpipaan standar mutu layanan terlayani akses air air, kuantitas, kualitas, dan kontinuitas) /
air minum (memenuhi minum layak target jiwa terlayani] x 100%
aspek sumber air,
kuantitas, kualitas, dan
kontinuitas)

Air Minum Peningkatan SPAM Persentase Realisasi 100% Jiwa Penduduk di lokasi [Realisasi jiwa terlayani sesuai standar mutu
Jaringan jiwa terlayani sesuai prioritas yang belum layanan air minum (memenuhi aspek sumber
Perpipaan standar mutu layanan terlayani akses air air, kuantitas, kualitas, dan kontinuitas) /
air minum (memenuhi minum layak target jiwa terlayani] x 100%
aspek sumber air,
kuantitas, kualitas, dan
kontinuitas)

SK No 053349 C
PRES IDEN
REPUELIK INDONESIA
- 3075 -

Tabel 3- 3 Capaian Hasil Jangka Pendek Bidang Air Minum

Bidang/ Menu/Rincian Sasaran Indikator/


Indikator Capaian Target Satuan Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Penerima Manfaat*
Air Minum Pembangunan Persentase Realisasi 100% Jiwa Penduduk di lokasi [Realisasi jiwa terlayani sesuai standar mutu
Baru SPAM jiwa terlayani sesuai prioritas yang belum layanan air minum (memenuhi aspek sumber
Jaringan standar mutu layanan terlayani akses air air, kuantitas, kualitas, dan kontinuitas) /
Perpipaan air minum (memenuhi minum layak target jiwa terlayani] x 100%
aspek sumber air,
kuantitas, kualitas, dan
kontinuitas)

Mendukung Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) - Penurunan Jumlah dan Prevalensi Balita Stunting Tertinggi

Air Minum Perluasan SPAM Persentase Realisasi 100% Jiwa Penduduk di lokasi [Realisasi jiwa terlayani sesuai standar mutu
Jaringan jiwa terlayani sesuai prioritas yang belum layanan air minum (memenuhi aspek sumber
Perpipaan standar mutu layanan terlayani akses air air, kuantitas, kualitas, dan kontinuitas) /
air minum (memenuhi minum layak target jiwa terlayani] x 100%
aspek sumber air,
kuantitas, kualitas, dan
kontinuitas)

Sl( No 053350 C
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3076 -

Tabel 3- 3 Capaian Hasil Jangka Pendek Bidang Air Minum

Bidang/ Menu/Rincian Sasaran Indikator/


Indikator Capaian Target Satuan Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Penerima Manfaat*
Air Minum Peningkatan SPAM Persentase Realisasi 100% Jiwa Penduduk di lokasi [Realisasi jiwa terlayani sesuai standar mutu
Jaringan jiwa terlayani sesuai prioritas yang belum layanan air minum (memenuhi aspek sumber
Perpipaan standar mutu layanan terlayani akses air air, kuantitas, kualitas, dan kontinuitas) /
air minum (memenuhi minum layak target jiwa terlayani] x 100%
aspek sumber air,
kuantitas, kualitas, dan
kontinuitas)

Air Minum Pembangunan Persentase Realisasi 100% Jiwa Penduduk di lokasi [Realisasi jiwa terlayani sesuai standar mutu
Baru SPAM jiwa terlayani sesuai prioritas yang belum layanan air minum (memenuhi aspek sumber
Jaringan standar mutu layanan terlayani akses air air, kuantitas, kualitas, dan kontinuitas) /
Perpipaan air minum (memenuhi minum layak target jiwa terlayani] x 100%
aspek sumber air,
kuantitas, kualitas, dan
kontinuitas)

SK l,lo 053351 C
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3077 -

Tabel 3- 3 Capaian Hasil Jangka Pendek Bidang Air Minum

Bidang/ Menu/Rincian Sasaran Indikator/


Indikator Capaian Target Satuan Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Penerima Manfaat*
Air Minum Pembangunan Persentase Realisasi 100% Jiwa Penduduk di lokasi [Realisasi jiwa terlayani sesuai standar mutu
Baru SPAM Bukan jiwa terlayani sesuai prioritas yang belum layanan air minum (memenuhi aspek sumber
Jaringan standar mutu layanan terlayani akses air air, kuantitas, kualitas, dan kontinuitas) /
Perpipaan air minum (memenuhi minum layak target jiwa terlayani] x 100%
Komunal aspek sumber air,
kuantitas, kualitas, dan
kontinuitas)

SK No 053352 C
FRESIDEH
REPUELTK INDONESTA
- 3078 -

T2. BIDANG SANITASI


12.1 Arah Kebijakan
Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Bidang Sanitasi mempunyai 2 dukung€rn
antara lain:
1. mendukung Pemulihan Ekonomi dan Pembangunan Infrastruktur -
Tematik Pengentasan Permukiman Kumuh Terpadu; dan
2. mendukung Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Penurunan Jumlah dan Prevalensi Balita Stunting Tertinggi.
Dengan arah kebijakan sebagai berikut:
1. mendukung terwujudnya layanan sanitasi yang berkelanjutan menuju
target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) bidang sanitasi serta
pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Air Limbah;
2. mempercepat pembangunan sanitasi melalui peningkatan akses
layanan sanitasi dalam rangka mendukung Program Prioritas: 1)
Infrastruktur Pelayanan Dasarpada Prioritas Nasional 5) Memperkuat
Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi dan
Pelayanan Dasar;
3. meningkatkan akses layanan sanitasi yang dilakukan melalui kegiatan
Pengembangan dan Pembangunan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik (SPALD) Terpusat dan Setempat, serta Penyediaan Sarana
dan Prasarana Pengelolaan Sampah;
4. meningkatkan akses masyarakat secara bertahap terhadap
perumahan dan permukiman layak dan aman yang terjangkau melalui
pembangunan sanitasi, terutama memperbaiki kehidupan masyakarat
di permukiman kumuh; dan
5. mewujudkan pembangunan sanitasi sebagai salah satu bentuk
interwensi penurunan prevalensi balita stunting yang dilakukan pada
lokasi prioritas penangan an Stunting.
L2.2 Sasaran dan Target
1. Mendukung Pemulihan Ekonomi dan Pembangunan Infrastruktur -
Tematik Pengentasan Permukiman Kumuh Terpadu
a. Sasaran: Penanganan kawasan permukiman kumuh secara tuntas
termasuk penyediaan permukiman baru bagi rumah tangga
berpenghasilan rendah di lokasi terpilih melalui integrasi Bidang
Perumahan dan Permukiman, Bidang Sanitasi serta Bidang Air
Minum.
b. Target: Terpenuhinya akses perurmahan dan permukiman layak
termasuk air minum dan sanitasi di kawasan permukiman kumuh
prioritas (100% rumah layak serta looo/o akses air minum layak,

SK No 175036A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3079 -

9O7o sanitasi layak dan 100% akses sampah yang terkelola dengan
baik di perkotaan (80% penanganan dan 2O%o pengurangan)).
2. Mendukung Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) -
Penurunan Jumlah dan Prevalensi Balita Stttnting Tertinggi
a. Sasaran: Desa/kelurahan yang menjadi lokasi fokus intervensi
Sfitnting di tahun 2023 dengan cakupan akses sanitasi layak
kurang dari 9Oo/o.
b. Target: Terpenuhinya 9Ooh akses sanitasi layak dan 100% akses
sampah yang terkelola dengan baik di perkotaan (8O% penanganan
dan 2Ooh pengurangan) dalam 12 provinsi prioritas.
12.3 Ruang Lingkup Kegiatan
Terdapat 2 (dua) lingkup kegiatan pada DAK Fisik Bidang Sanitasi yaitu
sektor air limbah dan sektor persampahan.
1. Sektor air limbah
a. PengembErngan dan Pembangunan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik Terpusat (SPALD-T) skala permukiman, dengan rincian
menu kegiatan berupa pembangunan Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) skala permukiman minimal 50 KK, pembangunan IPAL
skala permukiman kombinasi MCK minimal 50 KK, dan penambahan
pipa pengumpul dan SR untuk kabupaten/kota yang telah memiliki
SPALD-T Skala Perkotaan/Permukiman; dan
b. Pembangunan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat
(SPALD-S), dengan rincian menu kegiatan berupa pembangunan
tangki septik skala komunal (5-10 KK), pembangunan tangki septik
individual pedesaan minimal 50 KK, pembangunan tangki septik
individual perkotaan minimal 50 KK, pengadaan truk tinja, dan
pembangunan / peningkatan / rehabilitasi IPLT.
2. Sektor persampahan
Penyediaan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Sampah, dengan rincian
menu kegiatan berupa pembangunan TPS3R.
L2.3.L Deskripsi Menu dan Rincian Kegiatan
Tabel4- 1 Dlskripsi Menu dan Rincian Kegiatan Bidang Sanitasi
No Menu Keglatan Rincian Menu Kegiatan
Mendukung Pemulihan Ekonomi dan Pembangunan Infrastnrktur - Tematik
A
Pengentasan Permukiman Kumuh Terpadu
Pembangunan IPAL Skala Permukiman
minimal 50 KK

SK No 175037 A
PRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
- 3080 -

No Menu Kegiatan Rincian Menu Kegiatan


Pengembangan dan Pembangunan Pembangunan IPAL Skala Permukiman
Sistem Pengelolaan Air Limbah kombinasi MCK minimal 50 KK
Domestik Terpusat (SPALD-T)
Penambahan pipa pengumpul dan SR
untuk Kabupaten/Kota yang telah
memiliki SPALD-T Skala Perkotaan/
Permukiman
Pembangunan Sistem Pengelolaan Air Pembangunan tangki septik komunal
Limbah Domestik Setempat (SPALD-S) (s-10 KK)

Penyediaan Sarana dan Prasarana Pembangunan TPS3R


Pengelolaan Sampah
Mendukung Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDMI - Penunrnan
B
Jumlah dan Prevalensi Balita Stuntlng Tertinggi
1 Pengembangan dan Pembangunan Pembangunan IPAL Skala Permukiman
Sistem Pengelolaan Air Limbah minimal 50 KK
Domestik Terpusat (SPALD-T) Pembangunan IPAL Skala Permukiman
kombinasi MCK minimal 50 KK
Penambahan pipa pengumpul dan SR
untuk Kabupaten/Kota yang telah
memiliki SPALD-T Skala Perkotaan/
Permukiman
2 Pembangunan Sistem Pengelolaan Air Pembangunan tangki septik komunal
Limbah Domestik Setempat (SPALD-S) (s- 10 KK)
Pembangunan tangki septik skala
individual perkotaan minimal 50 KK
Pembangunan tangki septik skala
individual perdesaan minimal 50 KK
Pengadaan truk tinja
Pembangunan / Peningkatan / Rehabilit
asi IPLT
3 Penyediaan Sarana dan Prasarana Pembangunan TPS3R
Pengelolaan Sampah

12.3.2 Krlteria Lokasi Prioritas


1. Mendukung Pemulihan Ekonomi dan Pembangunan Infrastruktur -
Tematik Pengentasan Permukiman Kumuh Terpadu

SK No 175038A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3081 -

Pemerintah Kabupaten/Kota yang telah memiliki Program


Pengentasan Permukiman Kumuh Terpadu dan memenuhi readiness
criteia.
2. Mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)
penurunan jumlah dan prevalensi balita sfitnting tertinggi, yaitu:
a. 246 Kabupaten/Kota prioritas dalam 12 provinsi prioritas yang
menjadi lokasi fokus intervensi stunting di tahun 2023, yaitu
provinsi dengan jumlah dan prevalensi balita stunting tertinggi,
antara lain: Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera
Utara, Banten, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Aceh, Nusa
Tenggara Barat, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Selatan, dan
Kalimantan Barat) yang ditetapkan oleh Menteri PPN/Kepala
Bappenas, serta belum pernah mendapatkan inter',rensi dari
pemerintah pusat dan DAK untuk penanganan stunting
sebelumnya.
b. Rincian menu pembangunan tangki septik individual perkotaan,
pengadaan truk tinja, dan
pembangunan/peningkatan/rehabilitasi IPLT (kegiatan
peningkatan/rehabilitasi) diperuntukkan bagi Kabupaten/Kota
yang sudah memiliki IPLT yang berfungsi dan/atau sedang/sudah
menJrusun sistem pengelolaan lumpur tinja (reguler/ on-call bast^s)
yang juga termasuk dalam 246 Kabupaten/Kota prioritas di 12
provinsi intervensi stunting serta belum pernah mendapatkan
intervensi dari pemerintah pusat dan DAK untuk penanganan
stunting sebelumnya.
12.3.3 Kriteria Teknis
1. Tematik Pengentasan Permukiman Kumuh Terpadu:
a. Menu Pengembangan dan Pembangunan SPALD Terpusat Skala
Permukiman dan Rincian Menu Pembangunan Tangki Septik
Komunal dilaksanakan pada kabupaten/kota yang mempunyai
kawasan/kluster permukiman dengan kepadatan > 150 jiwa/Ha;
b. Menu Pengembangan dan Pembangunan SPALD Terpusat Skala
permukiman dengan atau tanpa prasarana Mandi, Cuci, Kakus
(MCK) terdiri dari Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)
permukiman, jaringan pengumpul, dan SR; dan
c. Rincian menu pembangunan tangki septik komunal terdiri dari
tangki septik, SR, jamban dan bilik toilet. Penambahan bilik toilet
dapat dilakukan dengan syarat posisi berada di dalam rumah atau
jarak maksimal 2 meter apabila berada di luar rumah.
2. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

SK No 175039A
PRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
- 3082 -

a. Menu Pengembangan dan Pembangunan SPALD Terpusat Skala


Permukiman dan Rincian Menu Pembangunan Tangki Septik
Komunal dilaksanakan pada kabupaten/kota yang mempunyai
kawasan/kluster permukiman dengan kepadatan > 1 50 jiwa/Ha;
b. Menu Pengembangan dan Pembangunan SPALD Terpusat Skala
permukiman dengan atau tanpa prasarana Mandi, Cuci, Kakus
(MCK) terdiri dari Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)
permukiman, jaringan pengumpul, dan Sambungan Rumah;
c. Rincian menu pembangunan tangki septik komunal dan tangki
septik skala individual perdesaan terdiri dari tangki septik, SR,
jamban dan bilik toilet. Penambahan bilik toilet dapat dilakukan
dengan syarat posisi berada di dalam rumah atau jarak maksimal 2
meter apabila berada di luar rumah; dan
d. Rincian menu pembangunan/peningkatan/rehabilitasi IPLT
diperuntukan bagi Kabupaten/Kota yang sudah memiliki DED dan
mendapatkan pendampingan dan persetujuan dari BPPW Provinsi,
Ditjen Cipta Kar3ra, Kementerian PUPR.
3. Persetujuan Kementerian PUPR terhadap Rencana Kegiatan (RK)
pemerintah daerah adalah berupa opini teknis terhadap kesesuaian
data yang disampaikan oleh pemerintah daerah dengan persyaratan
teknis. Persetujuan tidak mencakup kebenaran fisik, materil, dan formil
terhadap data yang disampaikan oleh pemerintah daerah.
L2.4 Tata Cara Pelaksanaan Kegiatan
L2.4.L Penyedia (Kontraktualf
1. Persiapan dan Perencanaan
Perencanaan pelaksanaan kegiatan DAK Fisik Bidang Sanitasi yang
dilakukan melalui penyedia (kontraktual) diawali melalui Pemilihan dan
Penetapan Titik Lokasi Kegiatan, penJrusunan dokumen lelang yang
terdiri dari: Detail Engineeing Design (DED), Kerangka Acuan Kerja
(KAK), dan Harga Perkiraan Sendiri (HPS); serta membentuk panitia
pengadaan.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan melalui penyedia (kontraktual) sesuai dengan ketentuan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi sebagaimana diatur dalam
perundang-undangan pengadaan barang/jasa pemerintah, khusus
untuk Kontraktual Padat Karya pelaksanaan melalui penyedia
(kontraktual) memaksimalkan pemanfaatan tenaga kerja setempat.

SK No 175040 A
PRESIDEN
REPUELIK TNDONESIA
- 3083 -

L2.4.2 Swakelola
1. Persiapan
Untuk kegiatan swakelola sub bidang air limbah domestik dan
perszrmpahan setelah dilakukan Pen5rusunan Rencana Kegiatan DAK
Fisik Bidang Sanitasi, kegiatan persiapan dimulai dengan pembukaan
seleksi/perekrutan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL). Selanjutnya
dilakukan kegiatan peningkatan kapasitas bagi Tenaga Fasilitator
Lapangan (TFL) Teknis dan Pemberdayaan, kemudian dilanjutkan
sosialisasi rencana kegiatan di tingkat Kabupaten/Kota dan serah tugas
Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) dari PPK Sanitasi kepada Pemerintah
Desa/Kelurahan serta memberikan surat tugas dan memobilisasi TFL ke
lokasi pendampingan untuk melakukan pemberdayaan masyarakat
melalui tahapan-tahapan pembelajaran yang telah ditentukan dalam
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan DAK Infrastruktur Bidang Sanitasi.
2. Perencanaan
Perencanaan pelaksanaan kegiatan DAK Fisik Bidang Sanitasi sub
bidang air limbah domestik diawali dengan sosialisasi awal rencana
pelaksanaan kegiatan di tingkat Desa/Kelurahan dalam rangka
menyampaikan pesan proses pembelajaran yang dapat menimbulkan
kesadaran kritis masyarakat melalui tahapan-tahapan swakelola yang
telah diarahkan oleh program DAK Fisik Bidang Sanitasi. Selanjutnya
dilalorkan proses pemetaan sanitasi untuk mengidentifikasi potensi dan
permasalahan sanitasi dan proses selotip di masing-masing
Dusun/RW/RT dalam wilayah Desa/Kelurahan, setelah memperoleh
data yang akurat tentang rencana penang€ulan perbaikan sanitasi dan
menemukan titik lokasi yang semangat warganya paling tinggi untuk
menerima program maka tahap selanjutnya dapat diteruskan dengan
proses pemilihan Pengurus Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya
Masyarakat (TPS-KSM) melalui proses pemilihan utusan/bakal calon di
tingkat basis dan dilanjutkan dengan proses saling memilih, setelah TPS-
KSM terbentuk maka dibuatkan surat pengantar Permohonan Penetapan
dari Kepala Desa /Lura}r yang ditujukan kepada Kepala Dinas terkait
untuk ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) PA/KPA yang
membidangi sanitasi. Kemudian dilanjutkan penJrusunan Dokumen
Rencana Kerja Masyarakat (DED dan RAB) oleh TPS KSM bersama
dengan TFL serta dilakukan kontrak kerja antara Ketua TPS-KSM dengan
PPK Sanitasi atau PPK yang ditetapkan sebagai pelaksana DAK Fisik
Bidang Sanitasi.
Sedangkan perencanaan pelaksanaan kegiatan DAK Fisik Bidang
Sanitasi sub bidang persampahan diawali dengan sosialisasi awal
rencana pelaksanaan kegiatan di tingkat Desa/Kelurahan dalam rangka
menyampaikan pesan proses pembelaj aran yang dapat menimbulkan
kesadaran kritis masyarakat melalui tahapan-tahapan swakelola yang

SK No 175041 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3084 -

telah diarahkan oleh program DAK Fisik Bidang Sanitasi. Selanjutnya


dilakukan proses pemilihan Pengurus Tim Pelaksana Swakelola
Kelompok Swadaya Masyarakat (TPS-KSM) melalui proses pemilihan
utusan/bakal calon di tingkat basis dan dilanjutkan dengan proses
saling memilih, setelah TPS-KSM terbentuk maka dibuatkan surat
pengantar Permohonan Penetapan dari Kepala Desa/Lurah yang
ditujukan kepada Kepala Dinas terkait untuk ditetapkan melalui Surat
Keputusan (SK) PA/KPA yang membidangi sanitasi. Kemudian
dilanjutkan dengan tahapan sunrei timbulan dan komposisi sampah,
penJrusunan Dokumen Rencana Kerja Masyarakat (DED dan RAB) oleh
TPS KSM bersama dengan TFL serta dilakukan kontrak kerja antara
Ketua TPS-KSM dengan PPK Sanitasi atau PPK yang ditetapkan sebagai
pelaksana DAK Fisik Bidang Sanitasi.
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan konstruksi dilaksanakan dengan mengacu kepada
dokumen RKM yang telah disusun dalam pedoman pelaksanaan kegiatan
DAK Fisik Bidang Sanitasi di tahun anggaran berjalan.
4. Serah Terima Sarana dan Prasarana
Setelah kegiatan selesai, proses serah terima dilakukan oleh pengurus
TPS-KSM kepada PPK sanitasi atau PPK yang ditetapkan sebagai
pelaksana DAK Fisik Bidang Sanitasi, PPK Sanitasi melaporkan kepada
Penguasa Anggaran (PA) kemudian PA menyerahkan aset fisik terbangun
kepada Kelompok Pemanfaat Pemeliharaan (KPP) atau masyarakat
selaku pengelola.
L2.4.3 Ketentuan Kegiatan Penunjang
1. Kegiatan penunjang yang dapat digunakan antara lain:
a. biaya tender, tidak termasuk honor pejabat pengadaan barang
dan jasa/unit layanan pengadan dan pengelola keuangan;
b. jasa pendamping/fasilitator non-aparatur sipil negara untuk
kegiatan DAK Fisik yang dilakukan secara swakelola;
c. jasa konsultan pengawas kegiatan kontraktual;
d. penyelenggaraan rapat koordinasi di pemerintah daerah, yang
dapat digunakan untuk rapat dalam rangka peningkatan
kapasitas tenaga fasilitator maupun kelompok swadaya
masyarakat; dan/atau
e. perjalanan dinas ke/dari lokasi kegiatan untuk pengendalian dan
pengawasan,
2. Kegiatan penunjang desain perencanaan tidak dapat digunakan dalam
DAK Fisik Bidang Sanitasi, karena merupakan kewajiban pemerintah
daerah dalam proses penJrusunannya.

SK No 175042 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESTA
- 3085 -

3. Pemerintah daerah yang tidak mempergunakan alokasi DAK Fisik


Bidang Sanitasi untuk kegiatan penunjang, wajib mengalokasi
kegiatan penunjang pada Rencana Kerja Anggaran pemerintah daerah
minimal:
a. jasa pendamping/fasilitator non-aparatur sipil negara untuk
kegiatan DAK Fisik yang dilakukan secara swakelola;
b. penyelenggaraan rapat koordinasi di pemerintah daerah, yang
dapat digunakan untuk rapat dalam rangka peningkatan
kapasitas tenaga fasilitator maupun kelompok swadaya
masyarakat untuk kegiatan DAK Fisik yang dilakukan secara
swakelola; dan/atau
c. jasa konsultan pengawas kegiatan yang dilakukan melalui
penyedia (kontraktual).
L2.S Mekanisme Pengadaan Barang dan Jasa
Mekanisme pengadaan barang dan jasa kegiatan DAK Fisik Bidang
Sanitasi terdiri dari:
1. Penyedia (Kontraktual)
Menu dan rincian kegiatan yang dapat dilaksanakan dengan penyedia
(kontraktual) yaitu:
a. pengadaan Truk Tinja; dan
b. penambahan pipa pengumpul dan SR untuk kabupaten/kota yang
telah memiliki SPALD-T Skala Perkotaan;
c. pembangunan/ peningkatan / rehabilitasi IPLT; dan
d. untuk semua menu pada kegiatan yang dilaksanakan pada lokasi
afirmasi dapat dilaksanakan dengan penyedia (kontraktual) padat
karya.
2. Swakelola
Semua menu dan rincian menu kegiatan DAK Fisik Bidang Sanitasi
wajib dikerjakan secara swakelola selain untuk menu dan rincian
menu kegiatan yang dapat dikerjakan melalui penyedia (kontraktual)
dan/atau pengadaan barang melalui e-Purchasing (Katalog Elektronik
dan Toko Daring) pada situs LKPP.
Semua kegiatan pengadaan Barang/Jasa mengacu pada Peraturan
Perundangan terkait Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah.

t2.6 Staadar Teknis Target Keluaran


Pelaksanaan kegiatan DAK Fisik Bidang Sanitasi diatur dan/atau
berdasarkan pada standar teknis sebagai berikut:

SK No 175043 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3086 -

Tabel 4 - 2 NSPK Pelaksanaan DAK Fisik Btdang Sanitasi


No Judul Nomor Penerbit
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Pemmahan Rakyat tentang
Penyelengg€rraan Prasarana dan
I Sarana Persampahan Dalam 03/PRT/M 12013 Kementerian PUPR
Penanganan Sampah Rumah Tangga
dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat tentang
Penyelenggaraan Sistem Air Limbah
2 Domestik (Ketentuan teknis o4lPRT/M /2Or7 Kementerian PUPR
perencanaan SPALD Terpusat,
prasarana MCK, dan tangka septik
komunal)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Penrmahan Rakyat tentang
3 Pencega.han dan Peningkatan 14lPRT/M /2018 Kementerian PUPR
Kualitas Terhadap Pemmahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Ralryat tentang
Pedoman Pen5rusunan Perkiraan
4 01/PRT/M 12022 Kementerian PUPR
Biaya Pekerjaan Konstruksi Bidang
Peke{aan Umum dan Perumahan
Rakyat
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Ralryat tentang
5 10/PRT/M l2o2t Kementerian PUPR
Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi

SK No 175044A
PRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
- 3087 -

No Judul Nomor Penerbit


Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan
6 Kementerian PUPR
DAK Fisik Bidang Sanitasi

t2.7 Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan


12,7.1 Pelaporan Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan
1. Pemerintah Daerah penerima alokasi DAK Fisik Bidang Sanitasi
menJrusun laporan kemajuan pelaksanaan yang terdiri dari:
a. realisasi penyerapan dana;
b. capaian keluaran kegiatan;
c. pelaksanaan teknis/kegiatan; dan
d. capaian hasil jangka pendek.
2.l"aporan sebagaimana dimaksud pada poin I 4, b, c disampaikan
kepada Kementerian PUPR melalui sistem eMonitoring DAK PUPR
setiap bulan, paling lambat 7 hari kerja setelah bulan yang
bersangkutan berakhir.
3. Laporan sebagaimana dimaksud pada poin 1 d disampaikan kepada
Kementerian PUPR melalui sistem eMonitoring DAK PUPR paling
lambat sesuai dengan ketentuan dalam Batang Tubuh.
12.7.2 Penilaian KinerJa Pelaksanaan Kegiatan
1. Kinerja pelaksanaan teknis adalah hasil pelaksanaan DAK Fisik
Bidang Sanitasi yang sesuai dengan spesifikasi teknis dan peraturan
perundangan yang berlaku. Adapun indikator output dan outcome
bidang sanitasi adalah sebagai berikut:
Rincian Menu Indikator output Indikator immedlate
Kegiatan outcome
SPALD.T
Pembangunan jumlah sambungan Jumlah jiwa yang terlayani
IPAL Skala rumah/SR air limbah sesuai standar mutu
Permukiman layanan air limbah
minimal 50 KK (memenuhi aspek
penggunaan, jenis kloset,
dan pengolahan air limbah)

SK No 175045 A
PRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
- 3088 -

Rincian Menu Indikator output Indikator lmmed.iate


Keglatan outcome
dan peran serta
kelembagaan pengelola
Pembangunan jumlah sambungan Jumlah jiwa yang terlayani
IPAL Skala rumah/SR air limbah sesuai standar mutu
Permukiman layanan air limbah
kombinasi MCK (memenuhi aspek
minimal 50 KK penggunaan, jenis kloset,
dan pengolahan air limbah)
dan perzrn serta
kelembagaan pengelola
Penambahan jumlah sambungan Jumlah jiwa yang terlayani
pipa pengumpul rumah/SR air limbah sesuai standar mutu
dan SR untuk layanan air limbah
kabupaten /kota (memenuhi aspek
yang telah penggunaan, jenis kloset,
memiliki dan pengolahan air limbah)
SPALD-T Skala dan peran serta
Perkotaan/ kelembagaan pengelola
Permukiman

SPALD S
Pembangunan jumlah sambungan Jumlah jiwa yang terlayani
tangki septik rumah/SR air limbah sesuai standar mutu
komunal (5-10 layanan air limbah
KK) (memenuhi aspek
penggunaan, jenis kloset,
dan pengolahan air limbah)
dan peran serta
kelembagaan pengelola

SK No 175046A
PRESIDEN
REPUBUK TNDONESIA
- 3089 -

Rincian Menu Indikator output Indikator immediate


Kegiatan outcome
Pembangunan jumlah sarana Jumlah jiwa yang terlayani
tangki septik prasarana air limbah sesuai standar mutu
skala individual (Unit) layanan air limbah
perkotaan (memenuhi aspek
minimal 50 KK penggunaan, jenis kloset,
dan pengolahan air limbah)
dan peran serta
kelembagaan pengelola
Pembangunan jumlah sarana Jumlah jiwa yang terlayani
tangki septik prasarana air limbah sesuai standar mutu
skala individual (Unit) layanan air limbah
perdesaan (memenuhi aspek
minimal 50 KK penggunaan, jenis kloset,
dan pengolahan air limbah)
dan peran serta
kelembagaan pengelola
Pengadaan truk jumlah sarana
tinja prasarana air limbah
(Unit)
Pembangunilrl jumlah sarana
Peningkatan/ prasarana air limbah
Rehabilitasi IPLT (Unit)

Persampahan
Pembangunan jumlah sarana Jumlah jiwa yang terlayani
TPS3R prasarana sesuai standar mutu
persampahan (Unit) layanan air limbah
(memenuhi aspek
penggunaan, jenis kloset,

SK No 175047 A
PREISIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3090 -

Rincian Menu Indikator output Indikator immedlate


Kegiatan outcom.e
dan pengolahan air timbah)
dan peran serta
kelembagaan pengelola

2. Kinerja pelaksanaan Bidang Sanitasi dalam mendukung tematik


pengentasan permukiman kumuh terpadu, ditargetkan dapat
menyelesaikan secara tuntas permasalahan sanitasi, sesuai dengan
Rencana Kegiatan pemerintah daerah yang telah disepakati bersama
dengan pemerintah pusat.

SK No 175048A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3091 -

l2,A Capalr.r Haltl J.ngta Pctldct


Pemerintah daerah diminta melaporkan capaian hasil jangka pendek untuk kebutuhan pemantaunn darr evaluasi pelaksanaaa DAK
Fisik dan menjadi input kebijakan dan pengalokasian tahun selanjutnya. Detail indikator dan tata ca.ra perhitungan capaia! hasil
jangka pendek dapat dilihat di tabel berikut:
Tsbcl 4-3 Caprt.! H..ll J.!d.. P6Ed.L
Bidang/ Menu/Rincian Sasaran Indikator/
Indikator Capaian* Target Satuan Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Penerima Manfaat*
Mendukung Pemulihan Ekonomi dan Pembangunan Infrastruktur - Tematik Pengentasan Permukiman Kumuh Terpadu
Sanitasi Pengembangan dan Persentase Realisasi jiwa 100% Jiwa Penduduk di lokasi [Realisasi jiwa terlayani sesuai standar mutu
Pembangunan yang terlayani sesuai prioritas yang belum layanan air limbah (memenuhi aspek
Sistem Pengelolaan standar mutu layanan air terlayani akses sanitasi penggunaan, jenis kloset, dan pengolahan air
Air Limbah Domestik limbah (memenuhi aspek layak dan aman limbah) / target jiwa terlayani sesuai standar
Terpusat (SPALD-T) penggunaan, jenis kloset, mutu layanan air limbah] x 100%
dan pengolahan air
limbah)

Bobot 80 %
Persentase Realisasi peran 100% Kelompok Penduduk di lokasi [Realisasi peran serta kelembagaan yang
serta kelembagaan yang Msyarakat prioritas yang belum mengelola SPALD-T / target peran serta
mengelola SPALD-T terlayani akses sanitasi kelembagaan yang mengelola SPALD-T] x 100%
layak dan aman

Bobot 20 %
Sanitasi Pembangunan Persentase Realisasi jiwa 100% Jiwa Penduduk di lokasi [Realisasi jiwa terlayani sesuai standar mutu
Sistem Pengelolaan yang terlayani sesuai prioritas yang belum layanan air limbah (memenuhi aspek

SK No 053353 C
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3092 -
Bidang/ Menu/Rincian Sasaran Indikator/
Indikator Capaian* Target Satuan Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Penerima Manfaat*
Air Limbah Domestik standar mutu layanan air terlayani akses sanitasi penggunaan, jenis kloset, dan pengolahan air
Setempat (SPALD-S) limbah (memenuhi aspek layak dan aman limbah) / target jiwa terlayani sesuai standar
penggunaan, jenis kloset, mutu layanan air limbah] x 100%
dan pengolahan air
limbah)

Bobot 80 %
Persentase Realisasi peran 100% Kelompok Penduduk di lokasi [Realisasi peran serta kelembagaan yang
serta kelembagaan yang Msyarakat prioritas yang belum mengelola SPALD-S / target peran serta
mengelola SPALD-S terlayani akses sanitasi kelembagaan yang mengelola SPALD-S] x 100%
layak dan aman

Bobot 20 %
Sanitasi Penyediaan Sarana Persentase Realisasi jiwa 100% Jiwa Penduduk di lokasi [Realisasi jiwa terlayani sesuai standar mutu
dan Prasarana yang terlayani sesuai prioritas yang akses layanan persampahan / target jiwa terlayani
Pengelolaan Sampah standar mutu layanan sampah belum sesuai standar mutu persampahan] x 100%
persampahan terkelola dengan baik

Bobot 80 %
Persentase Realisasi peran 100% Kelompok Penduduk di lokasi [Realisasi peran serta kelembagaan yang
serta kelembagaan yang Msyarakat prioritas yang akses mengelola TPS3R / target peran serta
mengelola TPS3R sampah belum kelembagaan yang mengelola TPS3R] x 100%
terkelola dengan baik
Bobot 20 %

SK No 053354 C
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3093 -

Bidang/ Menu/Rincian Sasaran Indikator/


Indikator Capaian* Target Satuan Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Penerima Manfaat*
Mendukung Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) - Penurunan Jumlah dan Prevalensi Balita Stunting Tertinggi
Sanitasi Pengembangan dan Persentase Realisasi jiwa 100% Jiwa Penduduk di lokasi [Realisasi jiwa terlayani sesuai standar mutu
Pembangunan yang terlayani sesuai prioritas yang belum layanan air limbah (memenuhi aspek
Sistem Pengelolaan standar mutu layanan air terlayani akses sanitasi penggunaan, jenis kloset, dan pengolahan air
Air Limbah Domestik limbah (memenuhi aspek layak dan aman limbah) / target jiwa terlayani sesuai standar
Terpusat (SPALD-T) penggunaan, jenis kloset, mutu layanan air limbah] x 100%
dan pengolahan air
limbah)

Bobot 80 %

Persentase Realisasi peran 100% Kelompok Penduduk di lokasi [Realisasi peran serta kelembagaan yang
serta kelembagaan yang Msyarakat prioritas yang belum mengelola SPALD-T / target peran serta
mengelola SPALD-T terlayani akses sanitasi kelembagaan yang mengelola SPALD-T] x 100%
layak dan aman

Bobot 20 %

Sanitasi Pembangunan Persentase Realisasi jiwa 100% Jiwa Penduduk di lokasi [Realisasi jiwa terlayani sesuai standar mutu
Sistem Pengelolaan yang terlayani sesuai prioritas yang belum layanan air limbah (memenuhi aspek
Air Limbah Domestik standar mutu layanan air terlayani akses sanitasi penggunaan, jenis kloset, dan pengolahan air
Setempat (SPALD-S) limbah (memenuhi aspek layak dan aman limbah) / target jiwa terlayani sesuai standar
penggunaan, jenis kloset, mutu layanan air limbah] x 100%
dan pengolahan air
limbah)

SK No 053355 C
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3094 -

Bidang/ Menu/Rincian Sasaran Indikator/


Indikator Capaian* Target Satuan Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Penerima Manfaat*
Bobot 80 %

Persentase Realisasi peran 100% Kelompok Penduduk di lokasi [Realisasi peran serta kelembagaan yang
serta kelembagaan yang Msyarakat prioritas yang belum mengelola SPALD-S / target peran serta
mengelola SPALD-S terlayani akses sanitasi kelembagaan yang mengelola SPALD-S] x 100%
layak dan aman
Bobot 20 %
Sanitasi Penyediaan Sarana Persentase Realisasi jiwa 100% Jiwa Penduduk di lokasi [Realisasi jiwa terlayani sesuai standar mutu
dan Prasarana yang terlayani sesuai prioritas yang akses layanan persampahan / target jiwa terlayani
Pengelolaan Sampah standar mutu layanan sampah belum sesuai standar mutu persampahan] x 100%
persampahan terkelola dengan baik

Bobot 80 %
Persentase Realisasi peran 100% Kelompok Penduduk di lokasi [Realisasi peran serta kelembagaan yang
serta kelembagaan yang Msyarakat prioritas yang akses mengelola TPS3R / target peran serta
mengelola TPS3R sampah belum kelembagaan yang mengelola TPS3R] x 100%
terkelola dengan baik
Bobot 20 %

*Untuk menu yang memiliki lebih dari 1 indikator capaian, diperlukan pembobotan. Untuk bidang sanitasi, masing-masing menu
memiliki dua indikator capaian yaitu: realisasi jiwa dan realisasi peran serta kelembagaan sehingga perlu dibuat pembobotan.

SK No 053356 C
PRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
- 3095 -

13 BIDANG LINGKUNGAN HIDUP


13.1 ' Arah Kebijakan
a. DAK Fisik Penugasan Bidang Lingkungan Hidup TA 2023 bertujuan untuk
mengendalikan pencemaran lingkungan pemantauan kualitas air, dan
pengelolaan sampah untuk mendukung peningkatan kualitas lingkungan;
dan mendukung pencapaian target tematik program penguatan Destinasi
Wisata Prioritas (DPP).
b. DAK Fisik Penugasan Bidang Lingkungan Hidup TA 2023 mendukung
Prioritas Nasional Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan
yang Berkualitas dan Berkeadilan serta Membangun Lingkungan Hidup,
Meningkatkan Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim melalui .Major
Project Destinasi Pariwisata Prioritas dan Penguatan Sistem Peringatan Dini
Bencana;
c. DAK Fisik Penugasan Bidang Lingkungan Hidup TA 2023 mendukung upaya
pengendalian pencemzrran lingkungan dan upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup melalui:
1) peningkatan circular economA pengelolaan persampahan; dan
2) peningkatan earlA warning sgstem dalam pengendalian bencana
lingkungan hidup di Daerah Tujuan Wisata (DTW).

Lg.2 Tujuan dan Sasaran


L3.2.L Tujuan
1. Peningkatan kapasitas pengelolaan sampah di daerah di dalam mendukung
penguatan kawasan DPP terltama di DTW.
2. pengurangan dan penanganan sampah yang disesuaikan dengan kondisi
karakteristik masing-masing daerah yang menjadi kewenangan daerah di
Daerah T\rjuan Wisata (DTW).
3. Peningkatan pemanfaatan data kualitas air sebagai pengambilan kebijakan di
dalam penguatan Kawasan DPP terutama di DTW.
L3.2.2 Sasaran
1. Peningkatan persentase capaian pengur€rngan sampah secara nasional
untuk mencapai target Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (Jakstranas)
sebesar 260/o di dalam mendukung penguatan kawasan DPP terutama di
DTW.
2. Peningkatan persentase penanganan sampah untuk mencapai target
Jakstranas sebesar 73o/o di dalam mendukung penguatan Kawasan DPP
terutama di DTW.

SK No 175049 A
PRESIDEN
REPUELIK TNDONESIA
- 3096 -

3. Terbangunnya earlg warning sgstem pengendalian bencana lingkungan


hidup melalui penyediaan informasi kualitas air untuk masyarakat dalam
penguatan Kawasan DPP terutama di DTW.

13.3 Ruang Lingkup Kegiatan


13.3.1 Menu dan Rincian Menu Kegiatan
1) Pengelolaan sampah serta sarana prasarana pendukung dalam upaya
peningkatan persentase capaian pengurangan sampah secara nasional
untuk mencapai target Jakstranas sebesar 260/0 di dalam mendukung
penguatan Kawasan DPP:
a) pembangunan Bank Sampah Induk (BSI);
b) pembangunan Rumah Kompos;
c) penyediaan Mesin press hidrolik; dan
d) penyediaan Mesin pencacah organik.
2) Pengelolaan sampah serta sarana prasararra pendukung dalam upaya
Peningkatan persentase penanganan sampah untuk mencapai target
Jakstranas sebesar 73o/o di dalam mendukung penguatan Kawasan DPP:
a) pembangunan Pusat Daur Ulang (PDU) kapasitas paling kecil 10 ton/hari;
b) penyediaan alat angkut sampah arm roll truck kapasitas paling kecil 6 m3;
c) peyediaan alat angkut sampah Kontainer Sampah kapasitas paling kecil 6
m3 (arm roll truckl;
d) penyediaan alat angkut sampah motor sampah roda-3 dan/atau gerobak
pilah;
e) penyediaan alat angkut sampah compactor truck kapasitas paling kecil 6
m3.
3) Terbangunnya earlg warning system pengendalian bencana lingkungan
hidup melalui penyediaan informasi kualitas air untuk masyarakat dalam
mendukung penguatan Kawasan DPP:
a) pengadaan alat/sistem pemantauan kualitas air secara kontin5ru,
otomatis, dan online;
b) pengadaan peralatan laboratorium untuk uji kualitas air dan merkuri.

13.3.2 Kriteria Lokasi Prioritas


1. Menu pengelolaan persarnpahan serta sarana dan prasaran pendukung
dalam upaya mendukung penguatan DPP, diprioritaskan di kawasan DTW
pada daerah yang merupakan Kabupaten/kota yang memiliki Peraturan

SK No 175050 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESTA
- 3097 -

Bupati/Peraturan Walikota tentang Kebijakan dan Strategi Daerah dalam


Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga (Jakstrada).
2. Menu pengadaan early warning system pengendalian bencana lingkungan
hidup dalam upaya mendukung penguatan Kawasan DPP:
a. rincian menu Pengadaan alat/sistem pemantauan kualitas air secara
kontinyu, otomatis, dan online untuk Kabupaten/Kota pada DAS prioritas
dan sungai tercemar berat dan sungai dengan kualitas air memenuhi
kriteria kelas l;
b. rincian menu alat laboratorium uji kualitas air dan merkuri:
1) kabupaten/kota pada DAS prioritas dan sungai tercemar berat;

2) kabupaten/kota yang merupakan lokus rencana aksi penErnganan


merkuri sesuai Peraturan Menteri LHK No. 81 Tahun 2019;
3) kabupaten/kota yang memiliki laboratorium lingkungan telah
terakreditasi.

13.4 Tata Cara Pelaksanaan Kegiatan


13.4.1 Ketentuan Umum
13.4.1.1 Ruang lingkup
l. Pengelolaan sampah: Pembangunan Bank Sampah Induk, Rumah Kompos,
dan Pusat Daur Ulang dan sarana pendukungnya terdiri dari kegiatan
Pembangunan insfrastruktur persampahan berupa bangunan dan sarpras
pendukung (di luar biaya pembebasan lahan).
2. Pembangunan sistem pemantauan kualitas air permukaan secara kontin5ru,
otomatis, online dan terintegrasi terdiri dari kegiatan:
a. penentuan lokasi pemantauan/pembangunan;
b. penetapan parameter yang akan dipantau;
c. pengadaan peralatan pemantauan kualitas air permukaan serta
bangunan pelindung;
d. pembangunan sistem transfer data;
e. pengelolaan data dan publikasi.
Sarana dan prasarana pemantauan kualitas air secara kontinyu, otomatis,
dan online dilaksanakan dengan penentuan lokasi yang tepat dengan
mempertimbangkan kuantitas atau debit airnya dan jenis sumber pencemar
yang masuk ke badan air atau sumber pencemar setempat Qtotnt sourcel.
3. Peralatan laboratorium dan sarana pendukung laboratorium difokuskan
untuk peralatan laboratorium untuk mendukung pemantauan kualitas air

SK No 175051 A
PRESIDEN
FEPUBUK INDONESTA
- 3098 -

dan merkuri. Peralatan laboratorium tersebut terdiri dari peralatan utama dan
peralatan pendukung.
L3.4.2 Persyaratan Teknis
1. Menu Pengelolaan sampah: Pembangunan Bank Sampah Induk, Rumah
Kompos, dan Pusat Daur Ulang dan sarana pendukungnya:
a. diadakan dengan komponen utuh/tidak dipisah-pisah untuk mendirikan
bangunan dan sarana prasarananya;
b. lahan /tana}e dari Pemerintah Daerah (Pemda) atau hibah masyarakat dan
bebas sengketa, yang dilengkapi dengan surat pernyataan/surat
persetujuan dari pemilik lahan/tanah;
c. ada kepastian biaya operasional, pemeliharaan, dan penunjang kegiatan
tahunan dari APBD; dan
d. mempertimbangkan bentuk pengelolaan sampah yang efektif dan
beberapa variabel antara lain: beban rumah tangga, beban pengumpulan
dan ramah lingkungan.
2. Menu Pembangunan sistem pemantauan kualitas air permukaan secara
kontin5ru, otomatis, online dan terintegrasi:
a. diadakan dengan komponen utuh /tidak dipisah-pisah untuk alat, sensor
dan bangunan pelindungnya,
b.lahan/tanah dari instansi pemerintah atau hibah masyarakat dan bebas
sengketa, yang dilengkapi dengan surat pernyataan/ijin pemanfaatan dari
pemilik lahan/tanah;
c. lokasi penempatan memenuhi persyaratan garis sempadan sungai
dilengkapi dengan surat izin penggunaan sumber daya air;
d. ada kepastian biaya operasional, pemeliharaan, dan penunjang kegiatan
tahunan dari APBD dilengkapi dengan surat persyaratan dari Kepala
Daerah.
3. Menu Peralatan laboratorium dan sarana pendukung laboratorium:
a.laboratorium yang sudah terakreditasi; dan
b. ada kepastian biaya operasional, pemeliharaan, dan penunjang kegiatan
tahunan dari APBD.

13.5 Mekanisme Pengadaan Barang dan Jasa


Pengadaan barang dan jasa untuk sarana dan prasarana yang diadakan dari
DAK dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai pengadaan barang dan jasa dengan memprioritaskan pengadaan
secara e katalog/e purchasing untuk pengadaan sarana dan prasarana melalui

SK No 175052 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3099 -

sistem padat karya serta mendahulukan penggunaan tenaga kerja dan bahan
baku lokal.

13.6 Spesifikasi dan/atau Standar Teknis Target Keluaran


l. Pengelolaan sampah serta sarana prasar€rna pendukung dalam upaya
peningkatan persentase capaian pengurangan sampah secara nasional
untuk mencapai target Jakstranas sebesar 260/o di dalam mendukung
penguatan Kawasan DPP.
a. Pembangunan Bank Sampah Induk (BSI) kapasitas 3 ton/hari
Bangunan fisik dan sarpras pendukung BSI mengacu pada Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 14 Tahun 2O2I tentang
Pengelolaan Sampah pada Bank Sampah.
b. Pembangunan Rumah Kompos kapasitas 1 ton/hari
Anggaran DAK Fisik Penugasan Bid. LHK untuk membangun Rumah
Kompos diadakan dengan komponen utuh/ tidak dipisah-pisah untuk
mendirikan 1 (satu) unit Rumah Kompos yang paling sedikit terdiri dari:
1) bangunan Rumah Kompos Kapasitas 1 (satu) ton/hari paling sedikit
memuat beberapa hal sebagai berikut:
1) pagar;
2) hanggar;
3) area penerimaan/dropping area;
4l area pemilahan/ separasi;
5) area pencacahan dengan mesin pencacah;
6) area komposting dengan metode yang dipilih;
7l area pematangan kompos/angin;
8) mempunyai gudang penyimpanan kompos dan lapak serta tempat
residu;
9) mempunyai minimum kantor; dan
l0) mempunyai sarana air bersih dan sanitasi.
2) Mesin dan peralatan terdiri dari:
ll crusher unit pencacah dan unit motor penggerak;
2l ayakan;
3) sekop;
4) pacul;
5) garu;

SK No 175053 A
FRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
- 3100 -

6) motor sampah; dan


7) gerobak celeng.
3) Papan informasi tambahan
c. Penyediaan Mesin press hidrolik
Spesifikasi mesin press hidrolik sekurang-kurang sebagai berikut:
1) panjang minimal L.26O mm;
2) lebar minimal 1.050 mm;
3) tinggi minimal 2.830 mm;
4) kapasitas / hasil press minimal 600 x 600 x 6O0 mm/press;
5) penggerak minimal mesin diesel 8,5 hp;
6) pompa minimal 24 cc;
7) type silinder = single;
8) daya tekan minimal 150 bar; dan
9) power pack = lengkap aksesoris.
d. Penyediaan Mesin pencacah organik
Mesin Pencacah Sampah Plastik
1) panjang minimal 1.500 mm;
2) lebar minimal 900 mm;
3) tinggi minimal 1.800 mm;
4) bahan tabung minimal plat eser 6 mm, 8 mm;
5) bahan rangka minimal unp 10 dan unp 8;
6) penggerak minimal motor diesel 20 hp;
7) kapasitas 1OO-130 kgljam;
8)jumlah pisau minimal 10 buah;
9) dudukan pisau minimal plat eser 25 mm; dan
lO)kekerasan pisau minimal 55 hrc.
Mesin Pencacah Sampah Organik
a) panjang minimal f .750 mm;
b) lebar minimal 1.000 mm;
c) tinggi minimal 1.050 mm;
d) kapasitas minimal 1 .25O kg/jam;
e) penggerak minimal mesin diesel 15 hp;

SK No 1750544
PRESIDEN
REPUBUK INDONESTA
- 3101 -

f) bahan tabung minimal plat eser 2 mm,3 mm dan 5 mm;


g) bahan rangka minimal siku 4 dan unp 8;
h)jumlah pisau 8 hingga 2l pc;
i) ketebalan pisau minimal 10 mm; dan
j) kekerasan pisau minimal 54 hrc.
2. Pengelolaan sampah serta sarana prasarana pendukung dalam upaya
Peningkatan persentase penanganan sampah untuk mencapai target
Jakstranas sebesar 73%o di dalam mendukung penguatan Kawasan DPP.
a. Pembangunan R.rsat Daur Ulang (PDU) kapasitas 10 ton/hari:
1) kapasitas minimal 10 ton sampah/hari;
2) bangunan PDU Hanggar;
3) mesin dan peralatan terdiri dari:
a) hopper uibrator;
bl crusher: unit pencacah dan unit motor penggerak;
c) conueAor pemilah I (satu);
dl conuegor pemilah 2 (dua);
e) conueAor: motor penggerak, reducer, belt conueAor, silinder belt
conueAor, roll penyangga belt conueyor;
0 lori;
g) mesin press sampah; dan
h) timbangan.
4l papan informasi tambahan.
b. Penyediaan alat angkut sampah arm roll truck
Sistem penggerak hidrolis dan bak tertutup (arm roll) merupakan bagian
yang tidak terpisahkan (integrated), volume kontainer/bak minimal 6
(enam) m3, dilengkapi dengan sabuk keselamatan pengemudi dan
penumpang. Pengadaan alat pengumpul dan pengangkut sampah
ditambahkan identitas kegiatan.
c. Penyediaan alat angkut sampah Kontainer Sampah kapasitas 6 m3 larm
roll truckl
Pola pengangkutan sampah dapat dilakukan berdasarkan sistem
pengumpulan sampah. Jika pengumpulan dan pengangkutan sampah
menggunakan sistem pemindahan (TPS/TPS 3R) atau sistem tidak
langsung, proses penganglmtannya dapat menggunakan sistem kontainer
angkat (Hauted Container Sgstem = HCS) ataupun sistem kontainer tetap

SK No 175055A
PRESIDEN
REPUBLIK TNDONESIA
- 3102 -

(Stationary Container System = SCS). Sistem kontainer tetap dapat


dilakukan secara mekanis maupun manual. Sistem mekanis
menggunakan compactor truck dan kontainer yang kompatibel dengan
jenis truknya, sedangkan sistem manual menggunakan tenaga kerja dan
kontainer dapat berupa bak sampah atau jenis penampungan lainnya.
d. Penyediaan alat angkut sampah motor sampah roda-3 dan gerobak pilah
sampah :
1) motor sampah roda-3
Spesifikasi alat angkut motor roda tiga:
a) kapasitas silinder sekurang - kurangnya 150 cc;
b) daya angkut 300 - 500 kg;
c) volume bak muatan I - 2 rn3;
d)bak muatan dilengkapi dengan hidrolis dan berbahan stainless steel;
e) tipe mesin minimal 4 langkah ohc, water cooler (radiator) single
cylinder uertical; dan
f) gardan gear box, rninimal 5 (lima) kecepatan bertautan tetap dengan
I (satu) mundur.
2) Gerobak pilah sampah, dengan spesifikasi:
a) gerobak pilah sampah;
b) rangka besi pipa minimal I inch;
c) ban roda karet hidup I ban motor felek minimal type 275/17;
d) ram tralis (dinding atas) terbuat dari besi begel minimal diameter 8
mm jarak 7x7 crn;
e) dinding dan lantai terbuat dari plat ezer tebal minimal 1,2 mm
f) sambungan pipa dilas penuh;
g) gagang terbuat dari besi pipa minimal 1 I /4 inch di roll tanpa
sambungan; dan
h)dimensi minimal: 140 x 60 x 100 cm.
e. Penyediaan alat angkut sampah compactor truck
1) Spesifikasi teknis nya sebagai berikut:

a) kapasitas bodi compactor 6 m3;


b)kapasitas tail gate O,8 m3 - 1 m3;
c) material plat pemadat dan lantai tailgate hardox 400;
d)tangki air lindi minimal 50 liter;

SK No 175056 A
PRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
- 3103 -

e) pengoperasian otomatis dan manual;


f) sistem keamanan tombol berhenti darurat, katup pengaman hidrolik;
dan
g) pengait tempat sampah dilapisi material galvanis.
3. Terbangunnya earlg warning sgstem pengendalian bencana lingkungan
hidup melalui penyediaan informasi kualitas air untuk masyarakat dalam
mendukung penguatan Kawasan DPP.
a. Pengadaan alat/sistem pemantauan kualitas air secara kontin5ru,
otomatis, dan online;
Berikut adalah spesifikasi minimum peralatan yang dibutuhkan. Penyedia
dapat memberikan penawarErn dengan spesifikasi dan teknologi yang tebih
baik:
1) Spesifikasi Teknis Sensor
Sensor merupakan alat online dan terbukti sudah digunakan untuk
memantau kualitas air secara kontin5ru dan online di berbagai tempat,
baik di dalam maupun di luar negeri. Para Penyedia diharuskan
menyampaikan spesifikasi teknis sensor terkait dengan metode
pengukuran, rarqe pengukuran maupun akurasi hasil pengukuran
sesuai dengan yang dikeluarkan secara resmi oleh manufaktur yang
memproduksi sensor.
Sensor dapat mengukur minimal 11 (sebelas) parameter : BOD, COD,
Temperatur, DO, pH, Nitrat, TSS, TDS, Turbidity, Amonium, Depth
(pressure/kedalaman/tinggi muka air. Spesifikasi teknis yang harus
dipenuhi untuk setiap sensor:

NO PARAMETER RENTANG PENGUKURAN ALAT KETERANGAN

1 Biochemical O:<ygen Demand (BOD) range 0.1 - 60 mg/l Alat sensor


harus memiliki
nilai batas
2 Chemical Oxygen Demand (COD) range 0.1 - 500 mg/l
terbawah
kurang dari
3 Temperature range 0" - 50'C nilai baku mutu
PPRI Nomor 22
Tahun 2O2L,
4. Dissolved Orygen (DO/RDO) range O - 12rnglL atau 0 - 2OOo/o Lampiran VI.
Kelas 1. Nilai
5 pH range0- 14units batas bawah
diperoleh dari

6 Nitrat rangeO-5Omg/l

SK No 175057 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3104 -

NO PARAMETER RENTANG PENGUKURAN ALAT KETERANGAN

7 TSS range0-5O0mg/l hasil validasi


alat sensor

8 TDS / conductivity/ salinity range O - IOO.OOO


pS/cm atau
atau0- 100mS/cm

9 Turbidity range0-lO0ONTU

10 Ammonium range 0 - 100 mg/L as N

11 Depth (pressure/ range0- l0mataulebih


kedalaman /tinggj muka
air

Agar hasil pengukuran sensor sahih secara ilmiah (valid), maka


penyedia harus menyampaikan pernyataan tingkat akurasi sensor yang
dikeluarkan secara resmi oleh manufaktur yang memproduksi sensor
(self declarationl.
2) Data Logger dan Telemetry Sistem
Data Logger merupakan alat yang dirancang untuk mencatat,
menyimpan dan mengirim ke pusat data. Agar data logger dapat
berfungsi untuk mencatat, menyimpan dan mengirim data hasil
pemantauan ke Pusat Data secara efektif dan efisien, maka perlu
persyaratan teknis data logger, sebagai berikut:
a) mampu beroperasi 24 (dua puluh empat) jam tanpa pengawasan
dengan jangka waktu lama;
b) menggunakan sistem memori yang telah tertanam di dalam data
logger untuk merekam data sensor, storage minimum 200 (dua
ratus) mb dengan periode perekaman minimal 1 (satu) tahun; dan
c) data logger harus memiliki daya tahan dalam penggunaan jangka
waktu minimal 5 (lima) tahun dan handal dalam beroperasi di
bawah kondisi lingkungan yang ekstrim dengan rentang hingga 50
(lima puluh) derajat celcius.
3) Perangkat outdoor CCTV minimal 2 karnera
4l Sumber energi yang terdiri dari panel surya, aki kering, dan pembatas
arus

SK No 175058 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3105 -

a) Baterai/Aki Kering: minimal 12 DC, 12 Ah


b) Panel Surya : minimal 50 WP
5) Spesifikasi Teknis Sistem Pengambilan Sampling dengan 2 (dua)
alternatif, yaitu
(1) Sistem Pompa :
(a) Sistem Perpipaan : minimal PVC 1 inch.
(b) Bak Penampung Air : minimal 10 liter dengan lubang
ouerflow.
(c) TipePompa : Submersible atau hisap.
(d) Daya Pompa : Sesuai jarak dan ketinggian
lokasi ke intake air.
(e) Kendali Pompa : Timer Panel Kontrol yang
dikendalikan oleh data logger.
(0 Interval Pemompaan : 5 - l0 menit.
(g) Sirkulasi Air di Bak : Otomatis selama waktu
pengisian.

(2) Celup Langsung :


(a) Ukuran casing pipa pengaman : minimal PVC 4
inch.
(b) Lubang pada pipa pengaman : miring dengan
lubang 2 mm di
sepanjang pipa.
(c) Pemasangan pipa pengaman : vertical.
(d) Penguat pipa pengaman : diletakkan dalam
kolom U dan diklem
besi.
(e) Ukuran pipa pelampung sensor : minimal PVC 4
inch, jika diperlukan.
(f) Isi pipa pelampung :foam jika
diperlukan.

SK No 175059A
FRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3106 -

(g) Pengait pipa pelampung/ slink pengaman sensor : minimal


kabel sling 3 mm diikat pada pengait sensor.
(h) Panjang penguat pipa pelampung : mengikuti panjang
kabel data sensor.
*Panjang penguat pipa pelampung: mengikuti panjang
kabel data sensor.

6) Spesilikasi Bangunan Pelindung


Berkenaan dengan bangunan pelindung tidak dipersyaratkan
menggunakan tipe bangunan tertentu, naunun menyesuaikan
kondisi lapangan. Bangunan pelindung diperlukan untuk
melindungi RTU dari gangguan manusia, hewan maupun
melindungi dari sengatan matahari serta wajib memasang papan
penanda informasi permanen yang dipasang di dinding depan
bangunan pelindung yang memuat informasi nama Instansi Pemilik,
DAS (Daerah Aliran Sungai), Nama Sungai, Nama Lokasi,
Desa/ Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/ Kota dan Titik Koordinat.
7l Spesifikasi Teknis Bangunan Pelindung
a) Bangunan Pelindung
Pilihan 1. Bangunan Pelindung Permanen

Gambar 1. Contoh Bangunan Pelindung Permanen

SK No 175974 A
PRESIDEN
REPUEL|K INDONESIA
- 3107 -

STASIUN ONTIMO
(srsTEM oNUNE MONTTORTNG KUAUTAS ArR)

DANA ALOKASI KHUSUS FISIK TINGKUNGAN HIDUP TA2023

IOKASI: Sungai Sekampung - PDAM Way Rilau lampung

Gambar 2. Contoh papan penanda informasi permanen bangunan


pelindung

SK No 175975 A
PRESIDEN
REPUEL|K INDONESIA
- 3108 -

Gambar 3. Contoh Detail Bangunan Pelindung Permanen


Pilihan 2. Bangunan Pelindung Tidak Permanen

SK No 175976 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3109 -

Gambar 4. Contoh Bangunan Pelindung Tidak Permanen


Pilihan 3 Bangunan Pelindung Semi Permanen

Gambar 5. Contoh Bangunan Pelindung Semi Permanen

SK No 175977 A
PRESIDEN
REPUtsUK INDONESTA
- 3110 -

b) Bangunan Pelindung di atas air.


Gambar 6 memperlihatkan contoh bangunan pelindung tidak
permanen di atas air.
CONTOH BANGUNAN PELINDUNG (PONTON)

Tinggi Bangunan 180 cm X Lebar Bangunan


120 cm
Gambar 6. Contoh Bangunan Pelindung di Atas Air

uji kualitas air dan merkuri.


b. Pengadaan peralatan laboratorium untuk
Peralatan laboratorium diadakan sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan teknis laboratorium dalam melakukan pengujian serta
menyesuaikan dengan kebutuhan metode pengujian yang digunakan di
laboratorium (SNI I Standard Methods/ASTM/JIS dan lain-lain). Peralatan
yang diadakan diutamakan untuk pengujian parameter Indeks Kualitas
Air dan pengujian merkuri sesuai dengan metode standar. Spesifikasi
teknis peralatan tersebut antara lain :
1) Spektrophotometer UV - Vis
a) wavelength range meliputi range panjang gelombang daerah uv dan
visible;
b)wavelength accuracy <+ O.1 nm; dan
c) memiliki sole agent/agen resmi di indonesia.

SK No 175978A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3111 -

2) AAS (Flame dan atau Graphite Furnacel


a) wavelength range meliputi range panjang gelombang daerah uv dan
visible;
b) wavelength accuracy <t 0.1 nm;
c) lampu katoda berongga (hcl) sesuai kebutuhan elemen yang akan
druji;
d) tabung gas dan gas oksidan; contoh : aas-fame: acetylene (c2h2)
dan nitrous oxide (n2o) dan kompresor. aas-gf : argon (ar);
e) hgdride generaton untuk analisis as, se, sb dll jika menggunakan
aas-flame;
0 mercury uapour unit: untuk analisis hg jika menggunakan aas-
flame;
g) graphitetube ; untuk analisis dengan aas-gf;
h)Iarutan standar induk dan crm logam sesuai kebutuhan elemen
yang diuji; dan
i) memiliki sole agent/agen resmi di indonesia.
3) Spectrophotometer Portable
a) wavelength range meliputi range panjang gelombang daerah uv dan
visible;
b) wavelength reproducibility : 0.1 nm;
c) wavelength accuracy : <2 nm (range 340 - 800nm);
d) spectral bandpass : <5 nm;
e) power supply portable : battery;
f) power supply : 1 10 - 24O v; 50/60 hz; dan
g) memiliki sole agent/agen resmi di indonesia.
4l Mercury analgzer benchtop
a) limit deteksi 0.O01 rg;
b) autosampler;
c) tabung gas oxygen;
d) metode deteksi menggunakan spektrometer atom uap dingin (cvas);
dan
e) memiliki sole agent/agen resmi di indonesia.
5) Mercury Analgzer Portable
a) limit deteksi 0.001 ,g;

SK No 175060A
PRESIDEN
REFUEUK INDONESIA
- 3Lt2 -

b) metode deteksi menggunakan spektrometer atom uap dingin (cvas);


c) memiliki sole agent/agen resmi di indonesia.
6) pH meter Benchtop dan portable
a) kalibrasi ph otomatis dengan buffer tertelusur pada nist;
b) resolusi ph : 0.O1 ph unit;
c) temperature compensation;
d) terdapat fungsi kalibrasi suhu;
e) dilengkapi dengan buffer ph: 4.00, 7.OO, 10.00 untuk uji kinerja
alat dan 3.33 m kcl untuk elektrolit acuan; dan
f) elektroda ph dapat diisi ulang dan dilengkapi dengan sensor suhu
terintegrasi.
7) Conductimeter/TDS meter benchtop/ portable
a) parameter : conductivity, tds, salinit5r, resistivity;
b) dilengkapi dengan temperature compensation;
c) dilengkapi larutan kalibrator kcl dengan konsentrasi sesuai dengan
persyaratan metode standar; dan
d) dilengkapi dengan carrging case.
8) Lemari asam dengan scrubber
a) meja kerja resin epory tahan tumpahan bahan kimia;
b) dilengkapi dengan scrubber penetral uap asam untuk lemari asam
anorganik; dan
c) dilengkapi kran, instalasi air, exhaust fan dan instalasi pipa
pembuangan sesuai persyaratan laboratorium lingkungan.
9) Autoclaue
a) range temperature 105oC -135"C; dan
b) tekanan minimal I Psi.
lol COD reactor
a)Range temperature 37"C - 165"C, sehingga dapat di set untuk suhu
digestion pada 1SO"C; dan
b) Akurasi Temperatur <=loC.
LLI BOD Inkubator
a) Set temperature range: ambient up to 80"C
b) Akurasi Temperatur: <0. l"C

SK No 175061 A
FRESIDEN
REPUBUK TNDONESIA
- 3113 -

l2l Ouen
a) Set temperature range: ambient up to 300"C; dan
b) Akurasi Temperatur: < 1"C.
l3l Water Purifier
a) Menghasilkan air dengan konduktivitas/Daya Hantar Listrik s 1
pS/cm.
14) Flow meter
a) Display tahan air;
b) Hanging Water Impeller;
' c) Akurasi Laju Alir < 2o/o.

l5l Rotary Euaporator


a) Pengaturan suhu dapat dilakukan digital.

13.7 Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan


Laporan triwulan I-IV dan capaian hasil jangka pendek limmediate outcomel
disampaikan melalui sistem pelaporan online sebagai berikut:
1. Laporan dalam bentuk softcopy yang diunggah di aplikasi MONEVDAK
Kementerian LHK
2. Laporan capaian hasil jangka pendek diinput di aplikasi KRISNA, diisi pada
form yang sudah disediakan sistem
L3.7.L Laporan yang diunggah di aplikasi MONEVDAK
Diisi pada formyang sudah disediakan sistem sebagaimana berikut:
Bab I. PDNDAHULUAN
Menyajikan permasalahan utama tentang pengelolaan lingkungan hidup dan
kehutanan di daerah; serta latar belakang pelaksanaan DAK.
Bab II. PERENCANAAN KINERJA
Pada bab ini OPD menyajikan ringkasan/ikhtisar rencana kerja dan anggaran
DAK tahun 2022 (penjelasan singkat dari RK DAK).
Bab III. AKUNTABILITAS KINERJA 2022
1. Capaian Kinerja
Subbab ini menyajikan capaian kinerja sesuai Rencana Kegiatan dan
Anggaran DAK Tahun 2022 secara numerik (perbandingan), maupun
deskripsi substantif berdasarkan hasil analisis.

SK No 175062 A
PRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
- 3114 -

l.l Merujuk pada Peraturan Presiden Pasal X ayat X tentang


Petunjuk
Teknis DAK Fisik Penugasan TA. 2023 bahwa laporan capaian hasil
jangka pendek sekurang-kurangnya memuat:
a. Capaian Indikator;
b. Kendala;
c. Data dukung.
1.2 Membandingkan:
a. antara target dan realisasi kinerja tahun ini;
b. antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun
lalu dan beberapa tahun terakhir (iika ada);
c. realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional fiika ada);
1.3 Analisis
a. penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/ penurulnan
kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan;
b. efisiensi penggunaan sumber daya;
c. hal-hal yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian pernyataan kinerja.
2. Realisasi Anggaran
Menjelaskan realisasi anggaran yang telah digunakan untuk melaksanakan
kegiatan DAK sesuai dengan Rencana Kerja DAK (RK-DAK).
Bab IV. PENUTUP
Pada bab ini OPD menjelaskan kesimpulan umum atas capaian kinerja serta
langkah-langkah rekomendasi pelaksanaan kegiatan DAK di masa mendatang.
a. Laporan dibuat dengan ringkas dan jelas serta tidak diperkenankan salin
tempel lcopa pastel tabel dari excel atau word ke dalam sistem MONEVDAK.
b. Satker OPD kemudian mengunggah foto pelaksanaan kegiatan DAK di
aplikasi pelaporan DAK dilengkapi geo tagging. Foto-foto yang diunggah
menggambarkan aktivitas masyarakat yang sedang memanfaatkan hasil
kegiatan DAK (bukan hanya foto-foto barang yang diadakan), disertai dengan
narasi singkat yang menjelaskan lokasi foto, masyarakat yang
memanfaatkan, dan testimoni masyarakat.
c. Form pengesahan laporan diisi oleh identitas Kepala OPD dengan
mengunggah scan tanda tangan dan cap digital.
Dalam rangka meminimalisasi penggunaan kertas Qtaperless) dan mendukung
penurunan emisi, bentuk laporan yang diterima hanya berupa data yang
diunggah di aplikasi MONEVDAK. Laporan berbentuk hardcopy tidak perlu
disampaikan.

SK No 175063 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESTA
- 3115 -

13.7.2 Laporan yang diinput di aplikasi KRISNA diisi pada form yang
sudah disediakan sistem
Laporan yang diinput melalui aplikasi KRISNA dan diisi pada form yang sudah
disediakan oleh sistem yaitu laporan capaian hasil jangka pendek.
13.8 Capaian Hasil Jangka Pendek
Rincian Menu
Subbldang Menu
Keglatan
Indikator Capaian Cara Perhitungan

Lingkurngan Pengelolaan Pembangunan Jumlah Sampah terkelola


Hidup sampah serta Bank Sampah peningkatan tonase di Bank Sampah
sarana Induk (BSI) sampah yang Induk yang
praserrana kapasitas 3 dikurangi dengan dibangun melalui
pendukung ton/hari terbangunnya DAK TA.2023.
dalam upaya fasilitas BSI,
peningkatan Rumah Kompos,
persentase serta dengan Pemerintah
capaian tambahan fasilitas daerah diminta
pengurangan mesin press menyiapkan data:
sampah secara hidrolik dan mesin
nasional untuk pencacah organik a. Rata-rata
mencapai target sampah
Jakstranas terkelola per
sebesar 260/o di Jumlah hari dari
dalam peningkatan tonase masing-masing
mendukung rincian menu
sampah yang
penguatan (ton/hari)
dikurangi (ton) =
Kawasan DPP Sampah terkelola b. Jumlah hari
di Bank Sampah operasional dari
Induk terbangun + rincian menu
Sampah terkelola tersebut dari
di Rumah Kompos bulan Januari
terbangun + 2024 - Juni
Peningkatan 2024
sampah terkelola
karena ada c. Rata-rata
penambahan mesin sampah
pencacah organik + terkelola per
Peningkatan
hari dari
sampah terkelola
masing-masing
karena ada rincian menu
penambahan mesin (ton/hari) pada
press hidrolik tahun sebelum
mendapatkan
rincian menu
tersebut

Sampah terkelola
rata-rata per hari Perhitungan
dari bulan Januari Sampah Terkelola

SK No 175064A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3116 -

Subbidang Menu Rlncian Menu


Kegiatan Indikator Capaian Cara Perhitungan

hingga Juli 2024 per unlt Bank


(dilaporkan pada Sampah Induk:
bulan J:uni 20241
Sampah terkelola
per unit Bank
Sampah Induk (ton)
Catatan:
= Sampah terkelola
Perlu disusun per hari (ton/hari) x
baseline data jumlah hari
sebelum dan operasional (hari)
sesudah untuk
memperbandingka
n efektivitas dan *) Catatan:
efisiensi DAK yang Perhitungan
bisa terkelola per dilakukan dari
rincian menu akumulasi bulan
kegiatan Januari 2024
sampai Juni 2024
(dilaporkan pada
bulan Juni 2024)

Jika Bank Sampah


Induk yang
dibangun lebih dari
1 (satu) unit, maka
jumlah total
sampah terkelola
adalah
penjumlahan dari
seluruh unit Bank
Sampah Induk
yang dibangun
melalui DAK
TA.2023.

Pembangunan Sampah terkelola


Rumah di Rumah Kompos
Kompos yang dibangun
kapasitas melalui DAK
kapasitas I TA.2023.
ton/hari

Pemerintah
daerah diminta
men5riapkan data:
a. Rata-rata
sampah

SK No 175065A
FRESIDEN
REPUBUK TNDONESIA
- 3177 -

Subbldang Menu Rinclan Menu


Kegiatan Indikator Capaian Cara Perhitungan

terkelola per
hari dari
masing-masing
rincian menu
(ton/hari)
b. Jumlah hari
operasional dari
rincian menu
tersebut dari
bulan Januari
2024 - J:uni
2024
c. Rata-rata
sampah
. terkelola per
hari dari
masing-masing
rincian menu
(ton/hari) pada
tahun sebelum
mendapatkan
rincian menu
tersebut

Perhitungan
Sampah Terkelola
per unit Rumah
Kompos:

Sampah terkelola
per unit Bank
Sampah Induk (ton)
= Sampah terkelola
per hari (ton/hari) x
jumlah hari
operasional fian)

*) Catatan:
Perhitungan
dilakukan dari
akumulasi bulan
Januari 2024
sampai Juni 2024

SK No 175066 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3118 -

Rincian Menu Indikator Capaian Cara Perhltungan


Subbidang Menu
Kegiatan

(dilaporkan pada
bulan Juni 2O24)

Jika Rumah
Kompos yang
dibangun lebih dari
1 (satu) unit, maka
jumlah total
sampah terkelola
adalah
penjumlahan dari
seluruh unit
Rumah Kompos
yang dibangun
melalui DAK
TA.2023.

Penyediaan Peningkatan
mesin press Sampah Terkelola
hidrolik karena ada
penambahan mesin
press hidrolik
melalui DAK
TA.2023.

Pemeriatah
daerah diminta
menyiapkan data:
a. Lokasi
penempatan
mesin press
hidrolik
tersebut,
misalnya di
Pusat Daur
Ulang, Bank
Sampah Induk,
TPST, atau
fasilitas daur
ulang lainnya.
b. Rata-rata
sampah
terkelola per
hari dari
masing-masing

SK No 175067 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3119 -

Rinclan Menu Indikator Capaian Cara Perhitungan


Subbidang Menu
Kegiatan

fasilitas
sebelum
ditambahkan
mesin press
hidrolik
(ton/hari)
(baseline).
c. Rata-rata
sampah
terkelola per
hari dari
masing-masing
fasilitas setelah
ditambahkan
mesin press
hidrolik
(ton/hari).
d. Jumlah hari
operasional dari
fasilitas tersebut
dari bulan
Januari 2024 -
Juni 2024.

Perhltungan
Sampah Terkelola
per unit fasilitas
setelah
ditambahkan
mesin press
hidrolil:

Sampah terkelola
per unitfasilitas
setelah
ditambahkan alat
(ton)
= Sampah terkelola
per hari (ton/hari) x
jumlah hari
operasional fian)
*)Perhitungan
dilakukan dai
akumulosi bulan
Januari 2O24

SK No 175068A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3120 -

Riaclan Menu
Subbldang Menu
Kegiatan
Indikator Capaian Cara Perhitungan

sampai Juni 2O24


(dilaporkan pada
bulan Juni 2O24)

Peningkatan
sampah terkelola
setelah
ditambahkan
mesin press
hldrolik:

Peningkatan
sampah terkelola
(ton)
= Sampah terkelola
setelah
ditambahkan alat
(ton)- Sampah
terkelola sebelum
ditambahkan alat
(ton)

Jika jumlah
fasilitas yang
ditambahkan
mesin press
hidrolik lebih dari 1
(satu) unit, maka
jumlah total
peningkatan
sampah terkelola
adalah
penjumlahan dari
seluruh unit
fasilitas yang
ditambahkan alat
mesin press
hidrolik melalui
DAK TA.2023.

Penyediaan Peningkatan
mesin Sampah Terkelola
pencacah karena ada
organik penambahan mesin
pencacah organik

SK No 175069A
PRESIDEN
tsUK INDONESIA
- 3t2t -

Subbidang Menu Rincian Menu


Kegiatan Indikator Capaian Cara Perhitungan

melalui DAK
TA.2023.

Pemerintab
daerah diminta
menyiapkan data:
a. lakasi
penempatan
mesin pencacah
organik
tersebut,
misalnya di
rumah kompos,
TPS 3R, atau
fasilitas
pengolahan
sampah organik
lainnya.
b. Rata-rata
sampah
terkelola per
hari dari
masing-masing
fasilitas
sebelum
ditambahkan
mesin pencacah
organic
(ton/hari)
(baseline).
c. Rata-rata
sampah
terkelola per
hari dari
masing-masing
fasilitas setelah
ditambahkan
mesin pencacah
organik
(ton/hari).
d. Jumlah hari
operasional dari
fasilitas tersebut
dari bulan

SK No 175070 A
PRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
- 3122 -

Rinclan Menu
Subbidang Menu
Keglatan
Indikator Capaian Cara Perhitungan

Januari 2024 -
Jtuni 2024.

Perhitungan
Sampah Terkelola
per unit fasilitas
yang ditambahkan
mesin pencacah
organik:

Sampah terkelola
per unitfa.silitos
setelah
ditambahkan alat
(ton)
= Sampah terkelola
per hari (ton/hai) x
jumlah hari
opera"sional (hari)

*)Catatan:
Perhitungan
dilakukan dai
akumulasibulan
Januari 2O24
sampai Juni 2O24
(dilaporkan pada
bulan Juni 2024)

Peningkatan
sampah terkelola
setelah
ditambahkan
mesin pencacah
organik:

Peningkatan
sampah terkelola
(ton)
= Sampah terkelola
setelah
ditambahkan alat
(ton/hari)- Sampah

SK No 175071 A
PRESIDEN
INDONESIA
1 23-

Subbidang Menu
Rincian Menu Indikator Capaian Cara Perhitungan
Kegiatan

terkelola sebelum
ditambahkan alat
(ton/ hari)

Jika jumlah
fasilitas yang
ditambahkan
mesin pencacah
organik lebih dari 1
(satu) unit, maka
jumlah total
peningkatan
sampah terkelola
adalah
penjumlahan dari
seluruh unit
fasilitas yang
ditambahkan alat
mesin pencacah
organik melalui
DAK T4.2023.

Pengelolaan Pusat Daur Jumlah Sampah terkelola


sampah serta Ulang Sampah peningkatan tonase di Pusat Daur
sarana (kapasitas 1O sampah yang Ulang yang
prasarana ton/hari) ditangani dengan dibangun melalui
pendukung terbangunnya DAK T4.2023.
dalam upaya fasilitas PDU dan
Peningkatan tersedianya alat
persentase angkut sampah Pemerintah
penanganan Arm Roll, Kontainer daerah diminta
sampah untuk dan Alat angkut menyiapkan data:
mencapai target sampah motor roda
Jakstranas 3, gerobak pilah,
a. Rata-rata
sampah
sebesar 73o/o di RDF komunal, dan
terkelola per
dalam compottor truck
hari dari
mendukung
penguatan masing-masing
rincian menu
Kawasan DPP Jumlah (ton/hari)
peningkatan tonase
sampah yang b. Jumlah hari
ditangani (ton) = operasional dari
Sampah terkelola rincian menu
di Pusat Daur tersebut dari
Ulang terbangun + bulan Januari
Sampah 2024 - Juni
terkelola/terangkut 2024

SK No 175072 A
PRESIDEN
REPUBUK TNDONESIA
- 3t24 -

Menu
Rincian Menu Indikator Capaian
Subbldang Cara Perhitungan
Kegiatan

oleh arm roll truck c. Rata-rata


+ Sampah sampah
terkelola/terangkut terkelola per
di kontainer hari dari
sampah + Sampah masing-masing
terkelola/terangkut rincian menu
oleh motor roda 3 + (ton/hari) pada
Sampah tahun sebelum
terkelola/terangkut mendapatkan
oleh gerobak pilah rincian menu
+ Sampah tersebut
terkelola/terangkut
oleh RDF komunal
+ Sampah Perhitungan
terkelola/terangkut Sampah Terkelola
ole}: compactor per unlt Pusat
truck Daur [Ilang:

Sampah terkelola
per unit Pusat Daur
Sampah tertangani
Uang (ton)
rata-rata per hari
dari bulan Januari = Sampah terkelola
hingga Juli 2024 per hari (ton/hari) x
(dilaporkan pada jumlahhai
bulan Jruni 20241 operasional (hari)
*) Catatan:
Perhitungan
Catatan:
dilakukan dari
Perlu disusun akumula.si bulan
baseline data Januari 2024
sebelum dan sampai Juni 2024
sesudah untuk (dilaporkan pada
memperbandingka bulan Juni 2024)
n efektivitas dan
efisiensi DAK yang
bisa terkelola per Jika Pusat Daur
rincian menu Ulang yang
kegiatan dibangun lebih dari
I (satu) unit, maka
jumlah total
sampah terkelola
adalah
penjumlahan dari
seluruh unit Pusat
Daur Ulang yang

SK No 175073 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3125 -

Subbidang Menu
Riacian Menu Indikator Capaian Cara Perhltungan
Kegiatan

dibangun melalui
DAK TA.2023.

Pembangunan Sampah terkelola


RDF Komunal di RDF Komunal
yang dibangun
melalui DAK
TF'2023.

Pemerintah
daerah dimlnta
menyiapkan data:
a. Rata-rata
sampah
terkelola per
hari dari
masing-masing
rincian menu
(ton/hari)
b. Jumlah hari
operasional dari
rincian menu
tersebut dari
bulan Januari
2024 - Juni
2024
c Rata-rata
sampah
terkelola per
hari dari
masing-masing
rincian menu
(ton/hari) pada
tahun sebelum
mendapatkan
rincian menu
tersebut

Perhitungan
Sampah Terkelola
per unit RDF
Komunal:

SK No 175074A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3t26 -

Rincian Menu
Subbidang Menu
Kegiatan
Iadikator Capaian Cara Perhitungan

Sampah terkelola
per unit RDF
Komunal (ton)
= Sampah terkelola
per hai (ton/hari) x
jumlah hari
operasional fian)
*) Catatan:
Perhitungan
dilakukan dai
akumulasibulan
Januari 2024
sampai Juni 2O24
(dilaporkan pada
bulan Juni 2O24)

Jika RDF Komunal


yang dibangun
lebih dari I (satu)
unit, makajumlah
total sampah
terkelola adalah
penjumlahan dari
seluruh unit RDF
Komunal yang
dibangun melalui
DAK TA.2023.

Pengediaan Sampah terkelola


Compactor di compactor truck
Truck yang disediakan
melalui DAK
TA..2024.

Pemerintah
daerah diminta
menyiapkan data:
a. Rata-rata
sampah
terkelola per
hari dari
masing-masing

SK No 175075 A
fr:FF[I;I=N
fiIfrrorilErfl!
- 3127 -

Subbidang Menu Rinclan Menu


Kegiatan
Indikator Capaian Cara Perhitungan

nncran menu
(ton/hari)
b. Jumlah hari
operasional dari
rincian menu
tersebut dari
bulan Januari
2024 - J:uni
2024
c. Rata-rata
sampah
terkelola per
hari dari
masing-masing
rincian menu
(ton/hari) pada
tahun sebelum
mendapatkan
rincian menu
tersebut

Perhitungan
Sampah Terkelola
per unit
compactor trttckz

Sampah terkelola
per unit compactor
truck (ton)
= Sampah terkelola
per hari (ton/hari) x
jumlah hari
operasional ftan)
*) Catatan:
Perhitungan
dilakukan dai
akumulasi bulan
Januari 2024
sampai Juni 2O24
(dilaporkan pada
bulan Juni 2O24)

Jika compactor
truckyang

SK No 175076 A
PRESIDEN
REPUEUK TNDONESIA
- 3128 -

Rincian Menu
Subbidang Menu
Kegiatan
Indikator Capalan Cara Perhitungan

disediakan lebih
dari I (satu) unit,
maka jumlah total
sampah terkelola
adalah
penjumlahan dari
seluruh unit
compactor truck
yang disediakan
melalui DAK
TA.2023.

Penyediaan Sampah
alat angkut terkelola/terangkut
sampah arm oleh Arm Roll
roll Truck yang
disediakan melalui
DAK TA.2023.

Pemerintah
daerah dlminta
menylapkaa data:
a. Rata-rata
sampah
terkelola (yang
diangkut) per
hari dari
masing-masing
truck (ton/hari)
b. Jumlah hari
operasional dari
truck tersebut
dari bulan
Januari 2024 -
Jluni 2024
c. Rata-rata
sampah
terkelola (yang
diangkut) per
hari sebelum
mendapatkan
truck (ton/hari)

SK No 175077 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3L29 -

Rincian Menu
Subbidang Menu
Kegiatan
Indikator Capaian Cara Perhitungan

Jika ada jembatan


timbang

Pemerintah daerah
diminta
menyampaikan
sampah
terkelola/terangkut
(ton) berdasarkan
catatan/data dari
jembatan timbang
dari bulan Januari
2024 - Juni2024.

Sampah
terkelola/ terangkut
per hai (ton/hai)
= berat sampah
terangkut ntasi
pertama (an1 +
berat sampah
terangkut ntast
kedua (ton) + ...+
berat sampah
terangkut itasi ke-n

Total Sampah
terkelola/ terangkut
(ton)
= berat sampah
terangkut hari
pertama (ton) +
berat sampah
terangkut hari
kedua (nn)+ ... +
berat sampah
terangkut hari ke-n

Jika tidak ada


Jembatan timbang

SK No 175078A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3r30 -

Subbidang Menu
Rincian Menu Indikator Capaian Cara Perhitungan
Kegiatan

Sampah
terkelola/ terangkut
per hari (ton/hari)
= jumlah ritasi x
uolume sampah
gang diangkut
(ms/hari)x densitas
(ton/ms)

Total sampah
terkelola/ terangkut
(ton/hari)
= Sampah terkelola
per hari (ton/hari) x
jumlah hari
opera,sional (hari)

*)Catatan:
o Densitas
sampah
didapatkan
dai hasil
suruea
lapangan
(sampling).
Jika belum
melakukan
suruei
lapangan,
dapat
menggunakan
asumsi 0,33
ton/m3.
o Perhitungan
dilakukan dai
akumulasi
bulan Januari
2024 sampai
Juni 2024
(dilaporkan
padabulan
Juni 2O24).
Jika Arm Roll
Truck yang

SK No 175079 A
INDONESIA
-3 31 -

Subbidang l\rE tI Rlncian Menu


Kegiatan Indikator Capaian Cara Perhitungan

disediakan lebih
dari 1 (satu) unit,
maka jumlah total
sampah
terkelola/terangkut
adalah
penjumlahan dari
seluruh unit Arm
Roll Truck yang
disediakan melalui
DAK TA.2023.

Pengadaan Sampah
kontainer terkelola/terangkut
sampah (arm oleh Kontainer
roll) yang disediakan
melalui DAK
TA.2023.

Pemerintah
daerah dimiata
menyiapkan data:
a. Rata-rata
volume sampah
yang ditampung
di kontainer
tersebut
(ton/hari)
b. Jumlah hari
kontainer
tersebut
diangkut dari
bulan Januari
2024 - Juni
2024
c. Jumlah hari
kontainer
tersebut
diangkut dari
bulan Januari
2024 - Jtuni
2024 sebelum
mendapatkan
kontainer
tersebut

SK No 175080 A
EId{ljffll
REPUEUK INDONESTA
- 3132 -

Rincian Menu Indikator Capaian


Subbidang Lrt]:Trl Cara Perhltungan
Kegiatan

Jika ada jembatan


timbang

Pemerintah daerah
diminta
menyampaikan
sampah
terkelola/terangkut
(ton) dari kontainer
tersebut
berdasarkan
catatan/data dari
jembatan timbang
dari bulan Januari
2024 - Jtuni 2024.

Sampah
terkelola/ terangkut
per hari (ton/hari)
= berat sampah
terangkut rtta"si
pertama (ton) +
berat sampah
terangkut ntasi
kedua (ton) + "' +
berat sampah
terangkut itasi ke-n

Total Sampah
terkelola/ terangkut
(ton)
= berat sampah
terangkut hari
pertama (ton)+fis7a1
sampah terangkut
hari kedua (ton) + ...
+ berat sampah
terangkut hari ke-n
Jika tidak ada
jembatan timbang

SK No 175081 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3133 -

Rincian Menu
Subbldang Menu
Kegiatan
Indikator Capaian Cara Perhitungan

Sampah
terkelola/ terangkut
per hari (ton/hari)
= Jumlah ritasi x
uolume sampah di
kontainer (m3/hari)
x densitas (ton/ms)

Total sampah
terkelola/ terangkut
(ton)
= Sampah
terkelola/ terangkut
per hari (ton/hari) x
jumlah hai
kontainer diangkut

*)Catatan:
o Densitas
sampah
didapatkan
dari hasil
suruea
lapangan
(sampling).
Jika belum
melakukan
suruei
lapangan,
dapat
menggunakan
asumsi O,33
ton/m3.
o Perhitungan
dilakukan dai
akumulasi
bulan Januari
2024 sampai
Juni 2024
(dilaporkan
pada bulan
Juni 2024).

SK No 175082 A
EETIEIIIIIN
K INDONESIA
134 -

Rincian Menu
Subbldang Menu
Kegiatan
Indikator Capaian Cara Perhitungan

Jika kontainer yang


disediakan lebih
dari 1 (satu) unit,
maka jumlah total
sampah
terkelola/terangkut
adalah
penjumlahan dari
seluruh unit
kontainer yang
disediakan melalui
DAK TA.2023.

Yang perlu
diperhatlkan:
Agar tidak terjadi
perhitungan ganda
(double counting),
jumlah sampah
terkelola/ terangkut
yang dihitung
adalah sampah
terkelola/terangkut
dari kontainer DAK
TA.2O23 yang tidak
diangkut oleh Arm
Roll Truck yang
disediakan melalui
DAK TA.2023.

Penyediaan Sampah
alat angkut terkelola/terangkut
sampah motor oleh Motor Roda
roda 3 Tiga yang
disediakan melalui
DAK TA.2023.

Pemerintah
daerah diminta
menyiapkaa data:
a. Rata-rata
sampah
terkelola (yang
dikumpulkan/di
angkut) per hari

SK No 175083 A
Ml-{{lTIilI
INDONESIA
35-

Subbidang Menu
Rincian Menu Indikator Capaian Cara Perhitungan
Kegiatan

dari masing-
masing motor
roda 3
(ton/hari)
b. Jumlah hari
operasional dari
motor roda 3
tersebut dari
bulan Januari
2024 - J:uni
2024
c. Rata-rata
sampah
terkelola (yang
dikumpulkan/di
angkut) per hari
sebelum
mendapatkan
motor roda 3
(ton/hari)

Jika ada jembatan


timbang

Pemerintah daerah
diminta
menyampaikan
sampah
terkelola/terangkut
(ton) dari motor
roda 3 berdasarkan
catatan/data dari
jembatan timbang
dari bulan Januari
2024 - J:uni 2024.

Sampah
terkelola/ terangkut
per hari (ton/hai)
= berat sampah
terangkut ritasi
pertama (ton) +
berat sampah
terangkut itasi

SK No 175084 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3136 -

Rinclan Menu
Subbidang Menu
Kegiatan Indikator Capdan Cara Perhitungan

kedua (ton) + ...+


berat sampah
terangkut itasi ke-n

Total Sampah
terkelola/ terangkut
(ton)
= berat sampah
terangkut hari
pertama (ton) +
berat sampah
terangkut hari
kedua (ton)+ ...+
berat sampah
terangkut hari ke-n

Jika tidak ada


jembatan timbang

Sampah
terkelola/ terangkut
per hai (ton/hai)
= Jumlah ritasi x
uolume sampah
gang diangkut oleh
motor sampah (m3)
x densitas (ton/m3)

Total sampah
terkelola/ terangkut
(ton/hari)
=Sampah
terkelola/ terangkut
per hai (ton/hari)x
jumlah hai
opero,stonal ftan)

*)Catatan:
o Densitas
sampah
didapatkan
dari hasil

SK No 175085 A
H*{r;rfl't
INDONESIA
-31 37-

Menu
Rinclan Menu Indikator Capaian Cara Perhitungan
Subbidang
Kegiatan

suruea
lapangan
(sampltng).
Jika belum
melakukan
suruei
lapangan,
dapat
menggunakan
asumsi 0,25
ton/m3.
o Perhitungan
dilakukan dari
akumulasi
bulan Januari
2O24 sampai
Juni 2024
(dilaporkan
pa.da bulan
Juni 2024).

Jika Motor Roda 3


yang disediakan
lebih dari 1 (satu)
unit, maka jumlah
total sampah
terkelola/terangkut
adalah
penjumlahan dari
seluruh unit motor
roda 3 yang
disediakan melalui
DAK TA.2023.

Yang perlu
diperhatikan:
Agar tidak terjadi
perhitungan ganda
(double counting),
jumlah sampah
terkelola/terangkut
yang dihitung
adalah sampah
terkelola/terangkut
dari motor roda tiga
DAK TA.2023 yang

SK No 175086 A
PRESIDEN
REPUB_LUICSgoNEstA

Menu
Rincian Menu Indikator Capaian
Subbidang Cara Perhitungan
Kegiatan

tidak mengangkut
sampah ke fasilitas
pengelolaan
sampah yang
dibangun dari DAK
Tl..2023.

Penyediaan Sampah
alat angkut terkelola/terangkut
sampah oleh Gerobak Pilah
gerobak pilah yang disediakan
melalui DAK
TA.2023.

Pemerintah
daerah diminta
menyiapkan data:
o Rata-rata
sampah
terkelola (yang
dikumpulkan/
diangkut) per
hari dari
masing-masing
gerobak pilah
(ton/hari)
o Jumlah hari
operasional
dari gerobak
pilah tersebut
dari bulan
Januari 2024 -
Jwi2024
. Rata-rata
sampah
terkelola (yang
dikumpulkan/
diangkut) per
hari sebelum
mendapatkan
gerobak pilah
(ton/hari)

SK No 175087 A
PNESIDEN
REPUB_LUI
CSPoNES|A

Subbidang Menu Rincian Menu


Kegiatan Indikator Capaian Cara Perhitungan

Jika ada Jembatan


timbang

Pemerintah daerah
diminta
menyampaikan
sampah
terkelola/ terangkut
(ton) dari gerobak
pilah berdasarkan
catatan/data dari
jembatan timbang
dari bulan Januari
2024 - Jtuni2O24.

Sampah
terkelola/ terangkut
per hari (ton/hari)
= berat sampah
terangkut ntasi
pertama (ton)+6svqS
sampah terangkut
rita^si kedua (ton) +
...+ berat sampah
terangkut ritasi ke-n

Total Sampah
terkelola/ terangkut
(ton/hai)
= berat sampah
terangkut hai
pertama (ton) + ..- +
berat sampah
terangkut hari
kedua (ton)+ 6s7o1
sampah terangkut
haike-n

Jika tidak ada


jembatan timbang

SK No 175088A
PRESIDEN
REPUE_LUI4UPoNEsrA

Subbldang f/EfiM
Rincian Menu Indikator Capaian Cara Perhitungan
Kegiatan

Sampah
terkelola/ terangkut
per hari (ton/hai)
= Jumlahitasi x
uolume sampah
gang diangkut oleh
gerobak pilah (ms) x
densitas (ton/ms)

Total sampah
terkelola/ terangkut
(ton)
= Sampah
terkelola/ terangkut
per hari (ton/hari) x
jumlah hari
operasional ftan)
*)Catatan:
o Densitas
sampah
didapatkan
dari hasil
suruea
lapangan
(sampling).
Jika belum
melakukan
suruei
lapangan,
dapat
menggunakan
asumsi 0,25
ton/ms.
o Perhitungan
dilakukan dai
akumulasi
bulanJanuai
2024 sampai
Juni 2024
(dilaporkan
pada bulan
Juni 2024).

SK No 175089 A
PRESIDEN
REPUBLUq
4TgoNEsrA

Menu
Rincian Menu Indikator Capaian
Subbidang Cara Perhltungan
Keglatan

Jika Gerobak Pilah


yang disediakan
lebih dari I (satu)
unit, maka jumlah
total sampah
terkelola/terangkut
adalah
penjumlahan dari
seluruh unit
gerobak pilah yang
disediakan melalui
DAK TA.2023.

Yang perlu
diperhatikan:
Agar tidak terjadi
perhitungan ganda
(double countingl,
jumlah sampah
terkelola/terangkut
yang dihitung
adalah sampah
terkelola/terangkut
dari gerobak pilah
DAK TA.2O23 yang
tidak mengangkut
sampah ke fasilitas
pengelolaan
sampah yang
dibangun dari DAK
TA.2023.

Terbangunnya Alat/sistem Peningkatan Persentase status


earlg warning pemantauan persentase status mutu air harian
sgstem kualitas air mutu air yang memenuhi
pengendalian secara baku mutu dalam
bencana kontinlru, tiga bulan
lingkungan otomatis, dan
hidup melalui online = ((Jumlah
penyediaan status mutu air
harian yang
informasi
memenuhi baku
kualitas air
untuk mutu dalam tiga
masyarakat bulan)/(Jumlah
status mutu air
dalam
mendukung harian dalam

SK No 175090 A
PRESIDEN
REPUE_LUI
4rPoNEsrA

Subbldang Menu
Rincian Menu Indikator Capaian Cara Perhitungan
Kegiatan

penguatan tiga bulan)) x


Kawasan DPP lOOo/o

Selisih
persentase
status mutu air
harian yang
memenuhi baku
mutu pada
bulan3dan6=
((Persentase
status mutu air
harian yang
memenuhi baku
mutu bulan 4-6)
- (Persentase
status mutu air
harian yang
memenuhi baku
mutu bulan 1-
3))l

Target:
peningkatan
persentase
status mutu air
selama tiga
bulan minimal 5
persen

Keterangan:
Persentase
status mutu air
harian yang
memenuhi baku
mutu pada
Peraturan
Pemerintah
Nomor 22
Tahun2O2l
Lampiran VI
Kelas II

SK No 175091 A
PRESIDEN
REPUBIJfi
4S?oNEstA

Rinclan Menu
Subbldang Menu
Kegiatan
Indikator Capaian Cara Perhitungan

Peralatan Peningkatan Persentase kualitas


laboratorium persentase kualitas air per enam bulan
untuk uji air yang memenuhi
kualitas air baku mutu
dan merkuri
= ((Jumlah kualitas
air yang memenuhi
baku mutu dalam
enam
bulan)/(Jumlah
kualitas air dalam
satu tahun))x
lOOo/o

Target:
peningkatan
persentase kualitas
air selama enam
bulan dari baseline
tahun sebelumnya

Jumlah data hasil


uji kualitas air
termasuk merkuri
yang disampaikan
kepada stakeholder
terkait sebagai
informasi
peringatan dini
pencemaran hingga
Juni 2024
(dilaporkan pada
bulan Jluni2024)

SK No 175092 A
PRESIDEN
IIEPU E_trf
P o N Es I A
4t4{

14. BIDANG KEHUTANAN


14.1. Arah KebiJakan
1. DAK Fisik Penugasan bidang Kehutanan TA 2023 mendukung pencapaian
isu tematik lintas bidang, khususnya Tematik Pengembanga.n Food Estate.
2. Mendukung pemulihan kesehatan dan/peningkatan daya dukung dan daya
tampung Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam rangka mendukung Prioritas
Nasional Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana
dan Perubahan Iklim.
3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, temtama masyarakat sekitar
kawasan hutan dengan pemberian akses kepada masyarakat berupa sarana
dan prasarana produksi hasil hutan deilam rangka mendukung Prioritas
Nasional Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan Berdaya
Saing.

14.2. Tujuan dan Sasaran


14.2.1. Tujuan
1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan hutan dalam
mendukung target pengembangan Food Estate;
2. Meningkatkan pemulihan ekosistem dan/atau peningkatan daya dukung dan
daya tampung Daerah Aliran Sungai (DAS) di dalam mendukung target
pengembangan Food Estate.
a. Penanaman Hutan Ralryat;
b. Dam Penahan;
c. Gully Plug;
d. Sumur Resapan;
e. Pembangunan sumber benih unggul (5 ha/unit);
f. Penyediaan Sarana dan Prasarana (Sarpras) Alat Ekonomi Produktif.
14.2.2. Sasaran
1. Pengembangan sarana dan prasarana usaha ekonomi produktif melalui
kelompok tani hutan lKfH (unit KTH Madya dan KUPS Gold dan/atau Siluer);
2. Penurunan luasan lahan kritis di Kawasan Food Estate di luar Kawasan
hutan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah melalui:
a. Penanaman Hutan Ralryat
b. Dam Penahan
c. Gullg Plug

SK No 175093 A
PRESIDEN
REPUE_r{lf4$ponesn

d. Sumur Resapan
e. Pembangunan sumber benih unggul (5 ha/unit)

14.3. Ruang Lingkup Kegiatan


14.3.1. Deskripsi Menu dan Rincian Menu Kegiatan
1. Penyelenggaraan pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan secara vegetatif
dan sipil teknis di luar kawasan hutan, melalui:
a. Penanaman Hutan Ralryat
b. Dam Penahan
c. Gully Plug
d. Sumur Resapan
e. Pembangunan Sumber Benih Unggul (5 ha/unit)
2. Pengembangan sarana dan prasarana usaha ekonomi produktif melalui
Kelompok Tani Hutan (KTH) madya serta Kelompok Usaha Perhutanan
Sosial (KUPS) Gold dan/atau Siluer berupa alat ekonomi produktif.
L4.4. Kriteria Lokasi Prioritas
Prioritas lokasi untuk DAK Fisik Penugasan Bidang Kehutanan pada Tahun
2023 pada daerah-daerah:
1. Daerah yang masuk dalam lokasi prioritas (5 provinsi dan 7 kabupaten inti)
dan lokasi penyangga (provinsi/ kabupaten / kota) Pengembangan Food Estate
dalam satu kesatuan geospasial Daerah Aliran Sungai (DAS);
2. Provinsi memiliki Perangkat Daerah terkait urusan kehutanan (terdapat
Perangkat Daerah dengan nomenklatur kehutanan yang memiliki tugas dan
fungsi dalam pengelolaan hutan dan telah ditetapkan dalam Peraturan
Daerah);
3. Provinsi yang memiliki luasan lahan kritis di luar kawasan hutan yang
menjadi kewenangan Pemda berdasarkan peta lahan kritis nasional yang
termuat dalam Rencana Umum Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RU RHL),
memiliki Danau Prioritas, dan 15 DAS yang dipulihkan;
4. Provinsi yang memiliki Perangkat Daerah kelembagaan yang telah
menyiapkan prakondisi pembangunan sumber benih; dan
5. Provinsi yang memiliki izin perhutanan sosial yang terdiri dari Kelompok
Usaha Perhutanan Sosiat (KUPS) dengan peringkat gold atau silver dan
Kelompok Tani Hutan (KTH) dengan status kelompok Madya.

SK No 175094 A
FRESIDEN
REPUET#f4$poNesn

14.5. Tata Cara Pelaksanaan Kegiatan


14.5.1. Ketentuan Umum
Secara umum kegiatan DAK Fisik Penugasan Bidang Kehutanan dilaksanakan
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) kritis di luar kawasan hutan difokuskan
di daerah (provinsi) yang termasuk dalam lokasi inti dan penyangga Food
Estate yang memiliki keterkaitan geospasial (dalam satuan lanskap ekologis
dan hidrologis), onfarm (keterkaitan sarana produksil, off fann (konektivitas
pasar). Adapun ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan RHL mengacu
pada Peraturan Menteri LHK Nomor 23 tahun 2O2l tentang Pelaksanaan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan.
2. Fasilitasi alat ekonomi produktif untuk KTH dan KUPS difokuskan pada
sarana dan prasarana yang mendukung pengembangan komoditas yang akan
dikembangkan pada Food Estate dengan memperhatikan luasan lahan kritis
dan area yang memiliki izin Perhutanan Sosial. Adapun ketentuan lebih
lanjut mengenai penyediaan sarana dan prasarana alat ekonomi produktif
mengacu pada Peraturan Menteri LHK Nomor 9 tahun 2O2l tentang
Pengelolaan Perhutanan Sosial.
L4.5.2. Ketentuan Khusus
1. RHL (vegetatif dan sipil teknis) dilaksanakan di luar kawasan hutan yang
menjadi kewenangan Pemerintah Daerah;
2. Kegiatan-kegiatan RHLyang dilaksanakan berupa satu paket pekerjaan yang
meliputi penyediaan bibit, penan€unan, pengkayaan dan pemeliharaan
tanaman tahun berjalan (P0);
3. Kegiatan RHL wajib dilaksanakan dengan sistem padat karya bersama
masyarakat yang dilaksanakzur secara swakelola;
4. Pengembangan sarana dan prasarana usaha ekonomi produktif melalui KTH
dan/ atau KUPS dengan persyaratan sebagai berikut:
a. penerima bantuan sarana prasarana adalah KTH dan /atau KUPS yang
sudah memiliki kepengurusan yang berdomisili di desa/kelurahan
setempat dan memiliki dokumen perencanaan pengelolaan/ rencana kerja
usaha;
b. pengadaan sararla prasarana usaha ekonomi produktif dapat
dilaksanakan melalui mekanisme e-katalog, penyedia barang/jasa
(kontraktual) atau swakelola dengan mendahulukan penggunaan tenaga
kerja dan bahan baku lokal serta dibuat Berita Acara Serah Terima
(BAST) kepada kelompok masyarakat; dan
c. kelompok masyarakat penerima bantuan wajib mengelola aset yang
diberikan dan tidak memindahtangankan ke pihak lain.

SK No 175095 A
PRESIDEN
REPUET{rf
4lr{PoNEstA

14.6. Mekanisme Pengadaan Barang dan Jasa


Pengadaan barang dan jasa untuk sarana dan prasarana yang diadakan dari
DAK dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai pengadaan barang dan jasa dengan memprioritaskan pengadaan
secara e katalog/ e purchasing untuk pengadaan sarana dan prasarana melalui
sistem padat karya serta mendahulukan penggunaan tenaga kerja dan bahan
baku lokal.

14.7. Spesifikasi dan/atau Standar Teknis Target Keluaran


t4.7.1. Penyelenggaraan Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di
Luar Kawasan Hutan
I Penanaman Hutan Rakyat
Sasaran lokasi berada di:
a. tanah milik; atau
b. tanah desa/tanah marga /tanah adat.
Tahapan penanaman hutan ralryat meliputi pembuatan rancangan dan
pelaksanaan.
1) Pembuatan Rancangan
a) Pen5rusunan rancangan kegiatan dapat dilaksanakan secara
kontraktual atau swakelola. Pen5rusunan rancangan diutamakan
dilaksanakan satu tahun sebelum pelaksanaan kegiatan (T-1).
b) Rancangan kegiatan disusun oleh penyedia atau tim penyusun yang
diketuai oleh Pejabat Eselon IV pada Dinas Provinsi, dinilai oleh
Pejabat Eselon III yang membidangi rehabilitasi pada Dinas Provinsi,
disahkan oleh Kepala Satuan Kerja yang bersangkutan dan
disupervisi oleh BPDAS setempat.
c) Rancangan teknis kegiatan penanaman hutan ralryat paling sedikit
memuat: letak dan luas lokasi penanaman; jumlah dan jenis bibit;
skema penanaman; kondisi sosial ekonomi dan kelembagaan serta
kondisi fisik; rencana kegiatan; rencana anggaran biaya yang
memuat kebutuhan biaya bahan, peralatan, dan upah; tata waktu
pelaksanaan kegiatan; peta lokasi penanaman skala 1 : 5.000 (satu
berbanding lima ribu) sampai dengan 1 : 10.000 (satu berbanding
sepuluh ribu).
2) Pelaksanaan
1. Pelaksanaan seluruh tahapan kegiatan penanaman hutan rakyat
dilakukan dengan melibatkan masyarakat setempat.

SK No 175096 A
PRESIDEN
REPuBrc[4u{PoNEstA

2. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan meliputi: penyediaan bibit,


penanaman dan pemeliharaan tanaman.
a. Penyediaan bibit diutamakan dengan membuat persemaian di
lokasi penanaman atau dekat lokasi penanaman dengan jenis
tanaman kayu-kayuan dan/atau pohon Hasil Hutan Bukan Kayu.
Bibit harus memenuhi standar teknis minimal bibit layak tanam
berdasarkan penilaian oleh tim yang dibentuk kepala satker. (No.
SNI 8420 :2OL8, prosedur pemeriksaan mengacu pada Peraturan
Direktur Jenderal BDASPS Nomor P.OS/V-SET / 2OO9l.
b. Penanaman dilaksanakan melalui tahapan kegiatan:
1) pembersihan lahan;
2l pemasangan patok dan pembuatan jalur tanaman;
3) pembuatan dan pemasangan ajir;
4l pembuatan lubang tanaman;
5) pemberian pupuk dasar/tambahan media tanam;
6) distribusi bibit ke lubang tanam; dan
7l penanaman.
3. Penanaman hutan ralryat dilaksanakan dalam 2 (dua) pola yaitu
tumpang sari atau murni, dengan jumlah tanaman paling sedikit 400
(empat ratus) batang/hektare. Sedangkan jarak tanam bervariasi
sesuai dengan ketentuan teknis dan kondisi lapangan. Penanarnan
Hutan Rakyat pola tumpang sari dilaksanakan dengan kombinasi
tanaman pokok kayu-kayuan dan/atau pohon Hasil Hutan Bukan
Kayu dengan tanaman pakan ternak atau tanaman semusim.
Penanaman Hutan Rakyat pola murni merupakan pola tanaman
kayu-kayuan atau pohon Hasil Hutan Bukan Kayu yang
mengutamakan produk tertentu.
4. Penanaman hutan ralryat dilaksanakan pada areal lahan terbuka,
semak belukar, atau kebun campuran.
a. Penanaman Hutan Ralryat pada lahan terbuka dilakukan dengan
teknik:
1) Baris dan larikan tanaman lurus;
Teknik tanaman baris dan larikan tanaman lurus,
dilakukan pada lahan dengan tingkat kelerengan datar, tanah
peka terhadap erosi serta larikan tanaman dibuat lurus
dengan jarak tanam teratur.

SK No t75097 A
PRESIDEN
REPUEtrf
4$poNesre

2) Tanaman jalur dengan sistem tumpangsari;


Teknik penan€rman tanaman jalur dengan sistem tumpang sari
dilakukan pada lahan dengan ketentuan:
a) tingkat kelerengan datar sampai dengan landai dan tanah
tidak peka terhadap erosi;
b) larikan tanaman dibuat lurus dengan jarak tanam teratur;
c) jarak tanaman antar jalur lebih lebar; dan
d) di antara tanaman pokok dapat dimanfaatkan untuk
tumpangsari tanaman semusim, dan/atau tanaman sela.
3) Penanaman searah garis kontur;
Teknik penanaman searah garis kontur dilakukan pada lahan
dengan kelerengan agak curam sampai dengan curam dengan
sistem cemplongan.
4l Sistem pot pada lahan yang berbatu.
Teknik penanaman sistem pot pada lahan yang berbatu
dilakukan dengan membuat lubang tanam di antara batu-
batuan yang diisi dengan media tumbuh secukupnya.
b. Penanaman Hutan Ralryat pada kebun campuran dilakukan dengan
teknik:
1) Cemplongan:
a) pembuatan lubang tanam dan piringan tanaman;
b) pengolahan tanah hanya dilaksanakan pada piringan di
sekitar lubang tanaman;
c) dilaksanakan pada lahan-lahan yang miring dan peka
terhadap erosi; dan
d) merupakan cara penanarnan dengan pembersihan lahan di
sekitar lubang tanaman.
2) Jalur:
a) dilaksanakan dengan pembuatan lubang tanam dalam jalur
larikan dengan pembersihan lapangan sepanjang jalur
tanaman; dan
b) dipergunakan di lereng bukit dengan tanaman sabuk gunung
(counhtr plantingl.
3) Tugal (zero tillagel:
a) dilaksanakan dengan tanpa olah tanah (zero tillagel;

SK No 175098A
ffiEFrf,T5N
REPUB_!{T5$poNrsn

b) lubang tanaman dibuat dengan tugal (batang kayu yang


diruncingi ujungnya); dan
c) cocok untuk pembuatan tanaman dengan benih langsung
terutama pada areal dengan kemiringan lereng yang cukup
tinggi, namun tanahnya subur dan peka erosi.
5. Keberhasilan tumbuh tanaman pada akhir tahun paling sedikit 75%
(tujuh puluh lima persen) dari jumlah tanaman awal pada saat
penanarnan.
6. Serah terima hasil kegiatan penanaman hutan ra\rat dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bidang
keuangan negara.
2. Pembangunan Dam Penahan
Spesifikasi teknis pembangunan Dam Penahan adalah sebagai berikut:
1. Luas DTA 10 - 3O hektare;
2. Kemiringan alur < 35% (tiga puluh lima persen);
3. Tinggi maksimum 4 (empat) meter;
4. Kemiringan rata-rata DTA 10 - 35%o;
5. Tingkat erosi dan sedimentasi yang tinggi dan mampu menampung
aliran permukaan yang besar;
6. Merupakan lokasi penanganan dampak bencana alam; dan/atau
7. Dam Penahan dapat dibangun secara seri dalam satu alur sungai dengan
ketentuan persyaratan luas DTA setiap bangunan mengikuti kondisi
lapangan.
3. Pembangunan Gully Plug
Spesifikasi teknis pembangunan Gully Plug adalah sebagai berikut:

parit/alur;
2. Pengelolaan lahan sangat intensif atau lahan terbuka;
3. Luas DTA 1 s.d. 5 hektare;
4. Kemiringan alur < 1O% (sepuluh persen);
5. Tingkat erosi dan sedimentasi yang tinggi dan mampu menampung
aliran permukaan yang besar;
6. Merupakan lokasi penanganan dampak bencana alam; dan/atau
7. DPn dapat dibangun secara seri dalam satu alur sungai dengan
ketentuan persyaratan luas DTA setiap bangunan mengikuti kondisi
lapangan.

SK No 175099 A
PRESIDEN
REPUBr.trf
srPoNEstA

4. Pembangunan Sumur Resapan


Spesifikasi teknis pembangunan Sumur Resapan adalah sebagai berikut:
1. daerah pemukiman padat penduduk dengan curah hujan tinggi;
2. aliran permukaan (surface ntn oJfl tinggi;
3. vegetasi penutup tanah < 3oo/o (tiga puluh persen);
4. struktur tanah yang dapat digunakan harus mempunyai nilai
permeabilitas tanah > 2,O centimeter / jam;
5. kedalaman air tanah minimum 1,50 (satu dan lima) meter pada musim
hujan;
6. diutamakan pada morfologi hulu dan tengah DAS; dan
7. jarak penempatan SRA terhadap bangunan yaitu:
a. terhadap sumur air bersih 3 (tiga) meter;
b. terhadap resapan tangki septik, saluran air limbah, cubluk, dan
pembuang€rn sampah 5 (lima) meter; dan
c. terhadap pondasi bangunan 1 (satu) meter.
5. Pembangunan Sumber Benih Unggul
Tahapan pembangunan sumber benih unggul meliputi perencanaan,
pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi.
1. Perencanaan
Tahapan perencanaan meliputi konsultasi dan koordinasi, perjanjian
pemanfaatan lahan fika dilaksanakan di luar kawasan hutan),
pemilihan lokasi, pemilihan jenis tanaman, serta pengukuran dan
risalah lapangan.
a. Konsultasi dan koordinasi
Konsultasi dan koordinasi dilakukan untuk memperoleh informasi
calon lokasi pembangunan sumber benih unggul, kelas sumber benih
unggul, dan pemilihan jenis tanaman. Konsultasi dan koordinasi juga
dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman fungsi dan manfaat
sumber benih unggul, serta untuk mendapatkan dukungan dari para
pihak.
b. Perjanjian pemanfaatan lahan
Dalam hal pembangunan sumber benih unggul dilakukan di luar
kawasan hutan (tanah pemerintah), diperlukan perjanjian antara
Dinas Provinsi/UPTD dengan instansi yang ditunjuk untuk mengelola
aset lahan tersebut untuk bisa dibangun dan dikelola sebagai sumber
benih unggul dan dilengkapi pernyataan bermaterai yang
ditandatangani oleh pejabat penanggung jawab BMN di daerah yang

SK No 175100 A
PRESIDEN
REPUBUT5U{_DoNEstA

menyatakan tidak akan diubah peruntuka.nnya dalam jangka waktu


minimal 2O (dua puluh) tahun.
c. Pemilihan lokasi
Pemilihan lokasi pembangunan sumber benih unggul harus
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Kesesuaian lahan.
Lokasi memiliki kesesuaian tempat tumbuh dengan jenis
tanaman yang akan dikembangkan sehingga mampu menjamin
berlangsungnya sistem reproduksi (site-m atching).
2l Status lahan.
Status peruntukan atau kepemilikan lahan calon lokasi sumber
benih harus jelas dan bebas dari sengketa lahan (konflik tenurial),
baik di dalam kawasan maupun di luar kawasan hutan.
3) Kondisi fisik area.
Kondisi lahan subur dan drainase baik. Topografi relatif datar
sampai bergelombang sehingga memudahkan untuk
pemeliharaan.
4l Keamanan.
Tegakan arnan dari ancaman kebakaran, penebangan liar,
perladangan berpindah, penggembalaan, dan penjarahan
kawasan.
5) Aksesibilitas.
Lokasi sumber benih harus mudah dijangkau dan memudahkan
untuk pemeliharaan, pengunduhan buah, mempercepat waktu
pengangkutan, serta untuk menjamin mutu fisik-fisiologis benih.
d. Pemilihan jenis tanaman
Jenis tanaman yang dapat dipilih berupa jenis tanaman penghasil
kayu atau hasil hutan bukan kayu (HHBK) atau Multi Purpose Trees
Species (MPTS).
Kriteria pemilihan jenis tanaman:
1) Batang berkayu;
2l Nilai ekonomi yang tinggi;
3) Potensi pasar besar;
4l Sesuai agroklimat setempat; dan

SK No l75l0l A
PRESIDEN
REPUETCf
sSPoxEsrA

5)Khusus untuk tanaman HHBK mengacu pada Peraturan Menteri


Kehutanan Nomor P.35/Menhut-ll/2OO7 tentang Hasil Hutan
Bukan Kayu.
e. Pengukuran dan risalah lapangan
Kegiatan pengukuran meliputi:
1) Penetapan lokasi diperoleh dari hasil orientasi peta dan ground
check lapangan.
2) Pengukuran dan pemancangan patok batas lokasi dengan
menggunakan pal beton atau kayu awet dengan ukuran 8 cm X 8
cm x 100 cm. Jarak antar pal/patok 1O0 (seratus) meter dan/atau
pada setiap sudut.
3) Dari hasil pengukuran lapangan selanjutnya dibuat peta lokasi
dengan skala minimal 1 : 5.000 (satu berbanding lima ribu) yang
didalamnya memuat informasi tepi peta fudul peta, skala peta,
orientasi, Iuas areal, legenda peta, sumber peta, sumber data,
pembuat peta, peta situasi, angka koordinat geografis UTM). Peta
lokasi disusun oleh bagian perencanaan Dinas/UPTD, dinilai oleh
Kepala UPTD pelaksana pembangunan sumber benih, disahkan
oleh Kepala Dinas.
4) Dalam kegiatan risalah lapangan, dilakukan identifikasi lokasi
serta pengumpulan data dan informasi yang meliputi nama lokasi
(blok/dusun, desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten/kota),
koordinat lokasi, status lahan, aksesibilitas, biofisik (kondisi
tutupan lahan, tipe ekosistem yang merupakan kesimpulan dari
informasi tinggi tempat, iklim, dan jenis tanah), serta topografi.
f. Pelaksanaan.
Tahapan pelaksanaan meliputi: penyiapan materi genetik,
pembuatan bibit, pembuatan desain, persiapan areal penanarnan,
pembangunan sarana dan prasarana, penanaman, pemeliharaan
tanaman, dan pengukuran tanaman.
1) Penyiapan benih/materi genetik
Penyiapan benih dilaksanakan melalui eksplorasi
benih/pengadaan benih dan labelisasi. . Eksplorasi benih
merupakan langkah awal dari pekerjaan pembangunan sumber
benih unggul yang bertujuan untuk mengumpulkan benih/materi
genetik dari paling sedikit (seratus) pohon plus. Untuk
mendapatkan benih dalam jumlah yang mencukupi dan masak
fisiologis, eksplorasi benih harus dilakukan pada saat musim
buah/panen raya dari jenis target yang akan ditanam.
Pengunduhan benih dilakukan pada saat cuaca cerah, ag?r

SK No 175102 A
PRESIDEN
REPUE_{}I5fpoNrsn

kualitas buah dapat terjaga sehingga mempunyai viabilitas yang


tinggi. Materi genetik yang diperoleh segera dilakukan pencatatan
mengenai informasi asal usul benih.
Untuk jenis tanaman yang tidak mempunyai waktu
berbuah/panen raya secara periodik (seperti meranti) atau waktu
eksplorasi terlambat maka eksplorasi dapat dilakukan dengan
pengumpulan anakan alam (wildlings) di bawah pohon plus.
Pembangunan sumber benih unggul juga dapat dilakukan melalui
pengadaan benih dengan memanfaatkan benih/bibit dari sumber
benih unggul yang telah ada atau varietas atau klon unggul yang
tersedia di pasar. Cara ini lebih mudah dan lebih efisien dari segi
waktu dan biaya.
Satu unit sumber benih unggul dibangun seluas 5 (lima) hektare
yang terdiri atas beberapa blok. Apabila jumlah materi genetiknya
tidak mencukupi maka dalam satu unit sumber benih dapat terdiri
dari beberapa jenis tanaman dengan syarat satu blok harus terdiri
dari jenis tanaman yang sama. Benih atau materi vegetatif yang
dikumpulkan dari setiap pohon plus harus dipisahkan dan diberi
label.
2) Pembuatan bibit.
a) Pembuatan persemaian.
Pembuatan persemaian dilakukan beriringan dengan
pelaksanaan eksplorasi benih. Hal ini dimaksudkan agar ketika
benih tiba dapat segera dilakukan penyemaian. Tahapan
kegiatan ini sebagai berikut:
(1) penentuan lokasi persemaian. Kriteria lokasi persemaian
yaitu dekat lokasi penanaman, aksesibilitas baik, terdapat
tenaga kerja terlatih, air tersedia dengan cukup baik dari
segi kualitas dan kuantitas, topografi landai dan bebas dari
gangguan alam seperti angin kencang;
(21 penentuan dan pembuatan bedengan, yang meliputi
bedeng tabur/semai dan bedeng sapih;
(3) pengadaan media tumbuh berupa top soil yang dapat
dicampur dengan sekam, gambut, tanah hutan, kompos,
atau bahan organik lainnya;
(4) pengadaan bahan peneduh. Peneduh dapat berupa
anyaman daun atau kain sarlon;
(5) pengadaan pupuk, pestisida, herbisida;
(6) pengadaan dan pengisian polgbag; dan

SK No 175103 A
Ereta[ilil]
REPuErd[5$poNesrr

(71 pengadaan label dan perlengkapan persemaian. Pelabelan


bibit dilakukan untuk memberikan informasi identitas asal
usul tanaman (nomor bedeng, nomor famili, nama spesies,
tanggal proses pembibitan, jumlah bibit).
b) penaburan/penyemaian benih.
Ekstraksi dilakukan terhadap benih yang masih menyatu
dengan buahnya. Selanjutnya dilakukan sortasi benih untuk
menyeleksi benih berdasarkan kualitasnya untuk kemudian
disemai/ditabur di bedeng tabur. Untuk benih ukuran sedang
sampai dengan besar, dapat langsung dikecambahkan di
polybag yang telah diisi media tanam. Penyiraman dilalnrkan 2
(dua) kali sehari pada waktu pagi dan sore. Apabila kondisi
hujan, penyiraman dapat dilakukan bila perlu saja.
Penyemprotan insektisida, pestisida, atau fungisida dapat
dilakukan untuk menanggulangi gangguan hama dan penyakit.
Kelembaban dan aerasi media tumbuh harus dijaga selalu
seimbang (tidak kering ataupun becek).
Materi genetik yang diperoleh dengan pengambilan anakan
alam (wildlings), dapat disemaikan terlebih dahulu atau
langsung ditempatkan di polybag, namun sebaiknya terlebih
dahulu diberi perlakuan khusus seperti pemangkasan akar dan
pengurangan sebagian daun, pemberian zat
perangsang/penumbuh akar dan pemberian sungkup plastik
pada bedengannya. Penyiraman dilakukan secukupnya dengan
tetap memperhatikan kelembaban media tumbuh. Setelah akar
dan tunas baru tumbuh, sungkup dapat dibuka secara
bertahap sehingga bibit dapat menyesuaikan diri dengan iklim
atau kondisi alam di lingkungan sekitarnya. Bibit dipelihara
hingga mencapai kondisi siap tanam.
3) Pembuatan desain.
Desain tanaman berisi informasi antara lain metode yang
digunakan (Randomized Complete Block Design, Single Tree Plot,
Multiple Tree Plotl, layout tanaman, jumlah tanaman dalam plot,
jumlah ulangan serta jarak antar blok. Desain dibuat sesuai
dengan ketersediaan materi genetik.
Multiple Tree Plot akan memberikan hasil yang lebih akurat
dibandingkan Sirqle Tree Plot. Namun demikian, untuk
pertimbangan efisiensi dan kemudahan pelaksanaan di lapangan,
disarankan menggunakan metode Single Tree Plot.

SK No 175104 A
ffitrEIIitill
REPUEUK INDONESIA
- 3156 -

4) Persiapan areal pena.naman.


Persiapan areal pena.na.man dimaksudkan untuk mempersiapkan
areal atau lokasi tanam supaya penanaman berjalan sesuai
dengan rencana. Persiapan areal penanaman meliputi kegiatan:
(1) pembersihan lahan dapat dilakukan secara total/land clearing
atau secara jalur.
(21 penentuan arah larikan mengikuti kontur.
(3) pemasangan ajir dilakukan sesuai dengan jarak tanam yang
telah ditentukan. Ajir yang digunakan terbuat dari kayu
setempat/bambu dengan panjang t 1 (satu) meter dan
diameter 1-2 centimeter.
(4) pembuatan lubang tanaman, dengan ukuran 3O x 30 x 30 cm
atau disesuaikan dengan jenis tanaman. Tanah bagian atas
(yang mengandung humus) dipisahkan dari tanah lapisan
bawah, agar dapat dimasukkan secara terpisah ke dalam
lubang tanam pada saat penanaman.
(5) pemberian label pada ajir/lubang tanam sesuai peta desain
tanaman.
5) Pembangunan sarana dan prasarana
Pembangunan sarana dan prasarana sumber benih unggul
dilaksanakan pada tahun berjalan. Sarana dan prasarana yang
dibangun pada lokasi sumber benih unggul meliputi:
(1) papan nama kegiatan. Papan nama kegiatan harus memuat
informasi nama spesies (lokal dan ilmiah), kelas sumber benih,
asal populasi, jarak tanam, Iuas areal penanaman, lokasi
penanaman, koordinat lokasi penanaman, waktu penanaman
(bulan dan tahun) dan informasi penting lainnya;
(2) pondok kerja; dan
(3) pagar pengaman dapat berupa pagar hidup
(bambu/aren/kaliandra/pinang/ gamal d11.) atau dari kawat
berduri.
6) Penanaman.
Penanaman dilakukan pada awal musim penghujan. Tahapan
penanaman sebagai berikut:
(1) pemberian pupuk dasar dalam bentuk pupuk kandang atau
kompos pada lubang tanam, dilakukan paling lambat 1 (satu)
hari sebelum penanaman;

SK No 175105 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3157 -

(21 bibit yang sudah dipasangi label dan siap tanam ditempatkan
di dekat lubang tanam sesuai dengan rancangan;
(3) bibit dikeluarkan dari polgbag dan ditempatkan pada lubang
tanam yang telah tersedia sebatas leher akar tanaman;
(41 bibit ditimbun dengan top soildan dipadatkan;
(5) polgbag digantung pada ajir sebagai tanda telah dilakukan
penanaman; dan
(6) pemeliharaan tahun berjalan (P0) berupa penyiangan,
pendangiran, pemupukan, dan pen5rulaman dilakukan
terhadap tanaman yang mati. Untuk kebutuhan penyulaman
tahun berjalan perlu disediakan bibit sebanyak 30%o (tiga
puluh persen).
7) Pemeliharaan.
a) Pemeliharaan tahun pertama (Pl).
Kegiatan pemeliharaan tahun pertama (P1) meliputi tahapan:
(1) penyiangan dilakukan 3 (tiga) kali dalam 1 (satu) tahun
terhadap tanaman pengganggu/gulma secara total atau
secara jalur;
(21 pendangiran dilakukan paling sedikit 2 (dua) kali dalam 1
(satu) tahun dengan menggemburkan tanah disekitar
tanaman dengan radius 5O (lima puluh) centimeter;
(3) pemupukan dilakukan paling sedikit 2 (dua) kali dalam 1

(satu) tahun pada sekeliling tanaman dengan


menggunakan pupuk organik dan/atau pupuk anorganik
dengan dosis yang disesuaikan dengan jenis tanaman.
Pemberian pupuk dilakukan pada awal musim penghujan,
pertengahan, dan menjelang akhir musim penghujan;
(41 penyiraman dapat dilakukan 2 (dua) kali dalam 1 (satu)
hari pada musim kemarau atau disesuaikan dengan
kebutuhan;
(5) pengendalian hama dan penyakit tanaman, dilakukan
apabila ada tanda-tanda serangan hama dan penyakit
tanaman dengan menggunakan insektisida dan fungisida
dengan jenis dan dosis yang sesuai dengan jenis hama dan
penyakit tanaman;
(6) pengamanan dari gangguan ternak dan pencegahan
terjadinya kebakaran; dan
(71 pemeliharaan label dilakukan pada label tanaman yang
hilang atau terhapus tulisannya.

SK No 175106 A
PRESIDEN
FEPUBUK TNDONESIA
- 3158 -

(71 Pemeliharaan tahun kedua (P2).


(8) Pemeliharaan tahun ketiga (P3) sampai dengan
pemeliharaan tahun keempat (P4), dst.
8) Pengukuran dan penjarangan.
(1) Pengukuran dilakukan untuk memonitor pertumbuhan
tanaman. Pada kegiatan ini dilakukan pengukuran tinggi
pohon, diameter batang setinggi dada (dbh), tinggi batang
bebas cabang, serta kenampakan/fenotip tanaman seperti
kelurusan batang dan kesehatan tanaman. Pengukuran
tanaman dilakukan setiap tahun, paling sedikit 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) tahun, dan dimulai pada pemeliharaan tahun
pertama.
(21 Penjarangan/seleksi yaitu kegiatan menghilangkan tanaman
inferior. Sumber benih dapat dijarangi berdasarkan seleksi
fenotipe (seleksi massa) atau berdasarkan hasil dari uji
keturunan (roguirryl. Tujuan dari penjarangan yaitu untuk
memberikan ruang tumbuh optimal pada tanaman terpilih
yang ditinggalkan, sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh
dengan baik. Kegiatan penjarangan dilakukan mulai pada
pemeliharaan tahun kedua.

14.8. Monitoring dan evaluasi


a. Kegiatan Monitoring dan Evaluasi diawali dengan pembentukan tim
monitoring dan evaluasi yang ditetapkan oleh Kepala Dinas/Kepala UPTD,
dengan personel sebagai berikut:
1) koordinator: Kepala Seksi yang menangani kegiatan monitoring dan
evaluasi pada Dinas/UPTD.
2l Anggota: Dinas Kehutanan Provinsi, Pemangku kawasan/lahan, dan
dapat ditambah dari unsur Perguruan Tinggi atau Litbang.
b. Kegiatan Monitoring dilaksanakan minimal 2 (dua) kali setahun sedangkan
kegiatan evaluasi dilaksanakan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau
menyesuaikan kebutuhan dan ketersediaan anggaran.
c. Monitoring dan evaluasi bertujuan untuk memantau kemajuan pelaksanaan
kegiatan, identifikasi permasalahan, dan mengetahui tingkat keberhasilan
pembangunan sumber benih unggul.
d. Laporan monitoring dan evaluasi disampaikan kepada Pembina Teknis
Kegiatan dengan output berupa keberhasilan tanaman dan seleksi tanaman.

SK No 175107 A
PRESTDEN
REPUBUK INDONESTA
- 3159 -

1) Keberhasilan tanaman
Monitoring dan evaluasi keberhasilan tanaman dilakukan melalui
metode sensus terhadap seluruh tanaman dengan diukur diameter
tanaman, tinggi tanaman dan dihitung persentase tumbuh tanaman.
Persen tumbuh tanaman dihitung dengan membandingkan jumlah
tanaman yang hidup dengan jumlah tanaman yang ditanam. Adapun
rumus persen tumbuh tanaman sebagai berikut:
T =
(Eh /En) x 1OO%
dimana:
T = Persen (%) tumbuh tanaman
h = Jumlah tanaman yang hidup (meliputi : tanaman yang sehat dan
kurang sehat. Tanaman merana tidak dihitung)
n = Jumlah tanaman yang ditanam
No Blok/ Jumlah Tinggi Diameter Ket
Luas/ pohon pohon
Jenis Tanaman
Tanl (bte)
Koordinat
/ Plot/No
Tanaman
Rencana Trrmbuh

Rata-rata tinggi
Rata-rata diameter
Persen tumbuh :

2l Seleksi tanaman
Monitoring dan evaluasi pada kegiatan seleksi diawali dengan
pengukuran dan pengamatan pada seluruh pohon di lapangan yang
meliputi tinggi, diameter, percabangan dan bentuk batang. Tahap
selanjutnya dilakukan penandaan pohon untuk membedakan pohon
yang akan dijarangi dan yang akan dipertahankan. Penandaan
dilakukan dengan membandingkan penampakan fisiologis tanaman dan
memperhatikan peta serta desain tanaman. Tanaman inferior, bengkok,
batang utama menggarpu, terserang hama dan penyakit ditandai sebagai
tanaman yang akan dijarangi. Sedangkan tanaman yang superior,
batang lurus dan tidak menggarpu, sehat ditandai sebagai tanaman yang
akan dipertahankan.

SK No 175108 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3160 -

14.8.1. Pengembangan Sarana dan Prasarana Usaha Ekonomi Produktif


melalui Kelompok Tani Hutan (KTHI dan/atau Kelompok Usaha
Perhutanan Sosial (KUPSI.
l. Sasaran calon penerima bantuan alat ekonomi produktif:
a. kelompok masyarakat pemegang Persetujuan Pengelolaan Hutan
Kemasyarakatan;
b. kelompok masyarakat pemegang Persetujuan Pengelolaan Hutan
Kemasyarakatan;
c. kelompok Masyarakat Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD);
d. koperasi Hutan Tanaman Ralryat;
e. kelompok masyarakat Mitra Persetujuan Kemitraan Kehutanan;
f. kelompok masyarakat Pemegang lzin Pemanfaatan Hutan Perhutanan
Sosial (IPHPS);
g. kelompok Tani Hutan Ra\yat (HR);
h. kelompok Masyarakat Hutan Adat yang telah ditetapkan oleh Menteri;
i. masyarakat Hukum Adat yang telah memperoleh penetapan dari
Pemerintah Daerah;
j. kelompok Tani Hutan (KTH) untuk pengembangan usaha ekonomi
produktif masyarakat yang telah dibentuk dan difasilitasi oleh KPH/
Cabang Dinas Kehutanan dan UPT Pusat.
2. Pelaksanaan
a. Calon penerima telah memenuhi kualifikasi KUPS Gold dan/atau Siluer,
KTH Madya, serta untuk KTH (Kelompok Tani Hutan) yang telah memiliki
rancangan usaha ekonomi;
b. Pelaksana kegiatan pengembangan sarana prasarana usaha ekonomi
produktif adalah Kepala Perangkat Daerah yang menangani urusan
bidang kehutanan;
c. Kegiatan peningkatan sarana dan usaha ekonomi produktif dilakukan
melalui penyediaan alat/mesin pengolahan untuk peningkatan nilai
tambah hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu (rotan, madu,
bambu, ulat sutera, gaharu, cendana, obat-obatan, minyak atsiri dan
lain-lain antara lain alat kegiatan budidaya, pemanenan, pengolahan
hasil, keperluan pemasaran untuk komoditas hasil hutan kayu dan hasil
hutan bukan kayu bagi Kelompok Tani Hutan (KTH) dan/-atau kelompok
usaha perhutanan sosial;
d. Penerima bantuan sarana prasarana yaitu kelompok tani hutan (KTH)
dan/atau kelompok usaha perhutanan sosial yang sudah memiliki
kepengurusan yang berdomisili di desa/ kelurahan setempat di sekitar

SK No 175109 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3161 -

hutan dan memiliki dokumen perencanaan pengelolaan/rencana kelola


perhutanan sosial (RKPS);
e. Berdasarkan usulan dari kelompok masyarakat, Kepala Perangkat
Daerah membentuk tim verifikasi administrasi (misal: organisasi
kelompok, keabsahan kelompok dan jumlah anggota, rencana biaya,
usulan jenis kegiatan) dan teknis (misal: kesesuaian rencana kegiatan,
lokasi);
f. Penerima sarpras ekonomi produktif ditetapkan oleh OPD bidang
kehutanan;
g. Pengadaan sarana prasarana usaha ekonomi produktif dapat
dilaksanakan melalui penyedia barang/jasa (kontraktual) atau swakelola
dan dibuat berita acara serah terima kepada kelompok masyarakat;
h. Kelompok masyarakat penerima bantuan wajib mengelola aset yang
diberikan dan tidak memindahtangankan ke pihak lain; dan
i. Sarana dan prasarana dipergunakan untuk kegiatan budidaya dan pasca
panen sesuai kebutuhan masing-masing KTH dan/kelompok usaha
perhutanan sosial.

L4.8.2. Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan


Laporan triwulan I-IV dan capaian hasil jangka pendek (immediate outcomel
disampaikan melalui sistem pelaporan online sebagai berikut:
t. laporan dalam bentuk sofycopg yang diunggah di aplikasi MONEVDAK
Kementerian LHK;
2. laporan capaian hasil jangka pendek diinput di aplikasi KRISNA, diisi pada
form yang sudah disediakan sistem.

L4.8.2.1. Laporan yang diunggah di aplikasi MONEVDAK diisi pada form


yang sudah disediakan sistem sebagaimana berikut:
Bab I. PENDAHULUAN
Menyajikan permasalahan utama tentang pengelolaan lingkungan hidup dan
kehutanan di daerah; serta latar belakang pelaksanaan DAK.
Bab II. PERENCANAAN KINERJA
Pada bab ini OPD menyajikan ringkasan/ikhtisar rencana kerja dan anggaran
DAK tahun 2022 (penjelasan singkat dari RK DAK).
Bab III. AKUNTABILITAS KINERJA 2022

SK No l75ll0A
PRESIDEN
REPUBUK TNDONESIA
- 3162 -

1. Capaian Kinerja
Subbab ini menyajikan capaian kinerja sesuai Rencana Kegiatan dan
Anggaran DAK Tahun 2022 secara numerik (perbandingan), maupun
deskripsi substantif berdasarkan hasil analisis.
1. 1 Merujuk pada Peraturan Presiden Pasal 9 ayat 9 tentang Petunjuk
Teknis DAK Fisik Penugasan TA. 2022 bahwa laporan capaian hasil
jangka pendek sekurang-kurangnya memuat:
l. capaian indikator;
2. kendala;
3. data dukung.
1.2 Membandingkan:
a. antara target dan realisasi kinerja tahun ini;
b. antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan
tahun lalu dan beberapa tahun terakhir fiika ada);
c. realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional fiika ada).
1.3 Analisis
a. penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/ penurunan
kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan;
b. efisiensi penggunaan sumber daya;
c. hal-hal yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian pernyataan kinerja.
2. Realisasi Anggaran
Menjelaskan realisasi anggaran yang telah digunakan untuk
melaksanakan kegiatan DAK sesuai dengan Rencana Kerja DAK (RK-
DAK)
Bab IV. PENUTUP
Pada bab ini OPD menjelaskan kesimpulan umum atas capaian kinerja serta
langkah-langkah rekomendasi pelaksanaan kegiatan DAK di masa mendatang.
a. Laporan dibuat dengan ringkas dan jelas serta tidak diperkenankan salin
tempel (copA pastel tabel dari excel atau word ke dalam sistem
MONEVDAK.
b. Satker OPD kemudian mengunggah foto pelaksanaan kegiatan DAK di
aplikasi pelaporan DAK. Foto-foto yang diunggah menggambarkan
aktivitas masyarakat yang sedang memanfaatkan hasil kegiatan DAK
(bukan hanya foto-foto barang yang diadakan), disertai dengan narasi
singkat yang menjelaskan lokasi foto, masyarakat yang memanfaatkan,
dan testimoni masyarakat.

SK No 175lll A
rfrlEFrlTIEN
REPUBUK INDONESIA
- 3163 -

c. Form pengesahan laporan diisi oleh identitas kepala OPD dengan


mengunggah scan tanda tangan digitat.
Dalam rangka meminimalisasi penggunaan kertas Qtaperless) dan mendukung
penurunan emisi, bentuk laporan yang diterima hanya berupa data yang
diunggah di aplikasi MONEVDAK. Laporan berbentuk hardcopy tidak perlu
disampaikan.

14.8.2.2. Laporan yang di-input di aplikasi KRISNA diisi pada form yang
sudah disediakan sistem.
Laporan yang di-input di aplikasi KRISNA diisi pada form yang sudah disediakan
sistem yaitu Laporan Capaian Hasil Jangka Pendek.

SK No l75ll2A
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
- 3164 -

14.8.2.2.1. Capaian Hasil Jangka Pendek.

Bidang Meau Rinclan Indlkator Cara PerhituDgan


Menu Capaian
Kegiataa

Kehutanan Pengembangan Sarpras 1. Peningkatan (I<2-r<LWl x TOOo/o


sarana dan ekonomi produktivitas
prasarana usaha produktif (kuantitas
ekonomi KTH Madya, produksi) Keterangan:
produktif KUPS Gold 2. Peningkatan
Kelompok Tani dan/atau Kl: Rata-rata produksi dalam I bulan
Hutan (KTH) Silver produktivitas sebelum penambahan AEP
Madya dan (kuantitas/n
ilai K2: Rata-rata produksi dalam 1 bulan
Kelompok Usaha setelah penambahan AEP
Perhutanan tambah/har
ga produk)
Sosial (KUPS)
Gold dan/atau (H2-IIlWt x 7oo%
Silver

Keterangan :

Hl: Harga jual produk sebelum


penambahan AEP
H2: Harga jual produk setelah
penambahan AEP
* Perhitungan dilakukan dari akumulasi
bulan Januari 2023 sampai Juni 2023
(dilaporkan pada bulan Juni 2023)

Rehabilitasi Bertambahnya 1. Pengukuran luas tanaman dilakukan


mangrove luas mangrove dengan cara memetakan hasil
yang di penErnam€rn menggunakan GPS,
rehabilitasi drone, atau alat ukur lainnya.
2. Perhitungan jumlah tanaman
dilakukan melalui teknik sampling
dengan metode sgstematic sampling
with random start
* Perhitungan dilakukan dari akumulasi
bulan Januari 2O23 sampai Juni 2023
(dilaporkan pada bulan Juni 2023)

SK No l75l13 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESTA
- 3165 -

Bidang Menu Rincian Indikator Cara Perhitungan


Menu Capaian
Kegiatan

Penanaman Bertambahnya 1. Pengukuran luas tanaman


hutan rakyat luasan dilakukan dengan cara memetakan
penanaman di hasil penanaman menggunakan
lahan kritis GPS, drone, atau alat ukur lainnya.
(dengan
2. Perhitungan jumlah tanaman
asumsi jumlah
dilakukan melalui teknik sampling
tanaman
dengan metode purposive sampling
sesuai dengan
dan/atau Systematic sampling with
tingkat
random start, stratified sampling.
keberhasilan
minimal 70%)

* Perhitungan dilakukan dari akumulasi


bulan Januari 2023 sampai Juni 2023
(dilaporkan pada bulan Juni 2023)

Dam Jumlah Menggunakan pendekatan rumus volume


penahan sedimen yang prisma (luas alas x tinggi)
tertampung
(Perhitungan dilakukan minimal satu kali
dalam satu tahun setelah musim
penghujan)

1
V = [ (𝑏1 + 𝑏2)ℎ]H
2

V = A .H. A

Keterangan:
b1 : panjang ujung alur (b1)
b2 : panjang bangunan tempat sedimen
tertampung (m)
h : panjang alur/ genangan tempat
sedimen tertampung (m)
H : tinggi sedimen tertampung (m)
* Perhitungan dilakukan dari akumulasi
bulan Januari 2023 sampai Juni 2023
(dilaporkan pada bulan Juni 2023)

SK No l75ll4 A
REPUEUK INDONESIA
- 3166 -

Bidang Menu Rincian Indikator Cara Perhitungan


Menu Capaian
Kegiatan

Gully Plug Jumlah Menggunakan pendekatan rumus volume


sedimen yang prisma (luas alas x tinggi)
tertampung 1
V = [ (𝑏1 + 𝑏2)ℎ]H
2

V = A .H A

Keterangan:
b1 : panjang ujung alur (b1)
b2 : panjang bangunan tempat sedimen
tertampung (m)
h : panjang alur/ genangan tempat
sedimen tertampung (m)
H : tinggi sedimen tertampung (m)

* Perhitungan dilakukan dari akumulasi


bulan Januari 2023 sampai Juni 2023
(dilaporkan pada bulan Juni 2023)

Sumur Jumlah air Perhitungan volume air hujan yang


Resapan yang meresap ke dalam tanah menggunakan
diresapkan rumus sebagai berikut:
dalam tanah

𝑡𝑒
Vrsp = ( )  A  K
24

Keterangan

Vrsp : volume air hujan


yang meresap (m3)

te : durasi hujan efektif


(jam) =0,9 R 0,92/60
(jam)

h : panjang alur/
genangan tempat
sedimen tertampung
(m)

H : tinggi sedimen
tertampung (m)

SK No l75l15A
I:ITFF{IEIEN
REPUEUK INDONESIA
- 3167 -

Bidang Menu Rincian Indikator Cara Perhitungan


Menu Capaian
Kegiatan

Atot"r : Luas dinding sumur +


luas alas sumur (mz)

K Koefisien
permeabilitas tanah
(m/hari)
(untuk dinding
sumur yang kedap,
nilai Ky = Kn , untuk
dinding tidak kedap
diambil nila.i Krata-rata)

Perhitungan dinding sumur resap€rn


tidak kedap sebagai berikut:

Krata+ata = Kr. A"+ K^. AV


A,a"t

Dimana:

Krata-rata = Koefisien
permeabilitas
tanah rata-rata
(m/hari)

Ky = Koefisien
permeabilitas
tanah pada dinding
sumur (m/hari)
= 2/kn

Kn = Koefisien
permeabilitas
tanah pada alas
sumur (m/hari)

Art = Luas alas sumur


dengan penamparrg
Lingkaran
1
rD2m2
4

= Luas alas sumur


dengan penampang
segi empat
= p.L.(m2)

SK No l75l 16 A
PRESIDEN
REPUBUI( INDONESIA
- 3168 -

Bidang Menu Rincian Indikator Cara Perhitungan


Menu Capaian
Kegiatan

A" = Luas dinding


sumur dengan
penampang
lingkaran
= n. D. H(m2)

= Luas dinding
sumur dengan
penampang segi
empat
= 2.P.L (mzl

Perhitungan rumus durasi hujan efektif :

te(jam) = 0,9xRo'ez
60

* Perhitungan dilakukan dari akumulasi


bulan Januari 2023 sampai Juni 2023
(dilaporkan pada bulan Juni 2023)

Sumber Bertambahnya Pengukuran luas sumber benih


benih unggul luasan sumber dilakukan dengan cara memetakan lokasi
(unit @ 5ha) benih unggul dan hasil penanarnan menggunakan
yang dibangun GPS, drone, atau alat ukut lainnya.

* Perhitungan dilakukan dari akumulasi


bulan Januari 2O23 sampai Juni 2023
(dilaporkan pada bulan Juni 2O23)

SK No l75ll7 A
PRESIDEN
REPUBL|K INDONESIA
- 3169 -

15. BIDANG TRANSPORTASI PERDESAAN


15.1. Subbidang Transportasi Perdesaan
15.1.1. Arah kebiJakan
Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Bidang Transportasi Perdesaan Tahun
Anggaran 2023 merupakan bagian dalam DAK Fisik Tematik 3 dengan tema
"Peningkatan Konektivitas dan Elektrifikasi untuk Pembangunan Inklusif di
Daerah Afirmasi" yang diarahkan untuk mendukung Prioritas NasionaL Ke-2
yaitu "Pengembangan Wilayah Untuk Mengurangi Kesenjangan dan Menjamin
Pemerataan" dan Prioritas Nasional Ke-S yaitu "Memperkuat Infrastruktur
Untuk Mendulnrng Pembangunan Ekonomi dan Pelayanan Dasar" melalui
penyediaan sarana dan prasarana transportasi perdesaan. Dengan demikian
diharapkan daerah akan tumbuh lebih cepat sehingga tercipta pemerataan
pembangunan nasional. Kebijakan penggunaan DAK Fisik Bidang Transportasi
Perdesaan diarahkan untuk meningkatkan konektivitas, aksesibilitas, dan
mobilitas penumpang dan barang terhadap pelayanan dasar dan pusat kegiatan
perekonomian di kabupaten yang merupakan daerah tertinggal, kawasan
perbatasan negara, pulau-pulau kecil terluar berpenduduk, dan kawasan
transmigrasi serta afirmasi terhadap kabupaten di wilayah Papua.

15.1.2. Tujuan dan Sasaran


Tujuan dan sasaran DAK Fisik Bidang Transportasi Perdesaan Tahun Anggaran
2023 yaitu untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan pergerakan penumpang
dan barang yang menghubungkan:
1. desa-desa di daerah tertinggal menuju fasilitas pelayanan dasar dan pusat
kegiatan perekonomian wilayah;
2. kawasan transmigrasi menuju fasilitas pelayanan dasar dan pusat kegiatan
perekonomian wilayah;
3. kecamatan lokasi prioritas perbatasan termasuk Pulau-Pulau Kecil Terluar
(PPKT) berpenduduk, Pos Lintas Batas Negara (PLBN), serta pusat produksi
di hrsat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) menuju fasilitas pelayanan dasar
dan pusat kegiatan perekonomian wilayah; dan
4. desa-desa di kabupaten wilayah Papua menuju fasilitas pelayanan dasar dan
pusat kegiatan perekonomian wilayah.

15.1.3. Ruang Lingkup Kegiatan


15.1.3.1. Menu Kegiatan
Menu DAK Fisik Bidang Transportasi Perdesaan Tahun Anggaran 2023 terdiri
dari:

SK No l75l18A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3170 -

1. Pembangunan dan Peningkatan Jalan Desa Strategis;


2. Pengadaan Sarana Transportasi Darat;
3. Pengadaan Sarana Transportasi Perairan Dibawah 7 Gross Tonnage (GT)
dan/atau Maksimal Kapasitas 25 Penumpang;
4. Pembangunan dan Rehabilitasi Dermaga Rakyat (Sungai/Danau) Untuk
Orang dan Barang; dan
5. Penggantian dan Renovasi Jembatan Gantung (Bentang Maksimal l2O
Meter).

15.1.3.2. Kriteria Lokasi Prioritas


Lokasi prioritas DAK Fisik Bidang Transportasi Perdesaan Tahun Anggaran 2023
meliputi 84 kabupaten yang merupakan daerah afirmasi di wilayah Sumatera,
Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua dengan kriteria
sebagai berikut:
1. daerah tertinggal berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2O2O
tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2O2O-2O24 dengan klasifikasi
Kabupaten yang memiliki Kapasitas Fiskal kategori sedang, rendah dan
sangat rendah dan memiliki skor Indeks Keterjangkauan s 3 berdasarkan
Data Potensi Desa tahun 2O2O (diotah) terkait aksesibilitas dan ketersediaan
fasilitas Pendidikan, Kesehatan, dan penunjang ekonomi;
2. kecamatan lokasi prioritas perbatasan negara dan pulau-pulau kecil terluar
berpenduduk berdasarkan RPJMN 2O2O-2O24 di Kabupaten dengan
klasifikasi Kapasitas Fiskal kategori sedang, rendah dan sangat rendah dan
memiliki skor Indeks Keterjangkauan < 3 berdasarkan Data Potensi Desa
tahun 2O2O (diolah) terkait aksesibilitas dan ketersediaan fasilitas
Pendidikan, Kesehatan, dan penunjang ekonomi;
3. kawasan transmigrasi prioritas RPJMN 2O2O-2O24 yang berlokasi di Daerah
Tertinggai, lokasi prioritas kawasan perbatasan negara dan kabupaten di
Wilayah Papua dengan klasifikasi Kapasitas Fiskal kategori sedang, rendah
dansangatrendahdanmemi1ikiskorIndeksKeterjangkauan<
berdasarkan Data Potensi Desa tahun 2O2O (diolah) terkait aksesibilitas dan
ketersediaan fasilitas Pendidikan, Kesehatan, dan penunjang ekonomi; dan
4. seluruh kabupaten di Wilayah Papua berdasarkanlnpres No. 9l2O2O
tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan
Papua Barat dengan klasilikasi Kabupaten yang memiliki Kapasitas Fiskal
kategori sedang, rendah dan sangat rendah dan memiliki skor Indeks
Keterjangkauan s 3 berdasarkan Data Potensi Desa tahun 2O2O (diolah)
terkait aksesibilitas dan ketersediaan fasilitas Pendidikan, Kesehatan, dan
penunjang ekonomi.

SK No 175l19A
PRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
- 3L7L -

15.1.4. Tata Cara Pelaksanaan Kegiatan


15.1.4.1. Pembangunan dan Peningkatan Jalan Desa Strategis
15. 1.4. 1. 1. Ruang Lingkup Kegiatan
1. Jalan desa strategis adalah jalan desa yang tidak tercatat sebagai jalan
nasional, jalan provinsi maupun jalan kabupaten/kota yang berfungsi
sebagai penghubung antar desa/kelurahan dan/atau antar kawasan yang
memiliki nilai strategis dalam percepatan pembangunan daerah untuk
membangkitkan pertumbuhan ekonomi, kesej ahteraan, dan keamanan.
2. Terdiri dari dua rincian kegiatan yaitu Pembangunan Jalan Desa Strategis
dan Peningkatan Jalan Desa Strategis dengan ruang lingkup sebagai berikut:
a. Pembangunan Jalan Desa Strategis merupakan kegiatan membuka trase
jalan baru atau membangun jalan setapak menjadi standar jalan
minimum sesuai dengan tingkat kebutuhan beban lalu lintas dan sesuai
dengan standar yang berlaku; dan
b. Peningkatan Jalan Desa Strategis merupakan kegiatan peningkatan
struktur jalan untuk meningkatkan kemampuan bagian ruas jalan yang
belum memiliki lapisan perkerasan sesuai dengan tingkat kebutuhan
beban lalu lintas dan sesuai dengan standar yang berlaku.
3. Prioritas Pembangunan dan Peningkatan Jalan Desa Strategis adalah ruas-
ruas jalan sebagai berikut:
a. ruas jalan penghubung dari desa menuju jalan
kabupaten/ provinsi / nasional ;

b. ruas jalan antar desa/kawasan yang menghubungkan ke fasilitas


pelayanan dasar pelayanan pendidikan dan kesehatan, pusat produksi,
pusat pertumbuhan ekonomi dan pusat administrasi;
c. ruas jalan yang menghubungkan jalan paralel perbatasan, jalan sabuk
perbatasan, dan Pos Lintas Batas Negara (PLBN);
d. ruas jalan lingkar/jalan poros di dalam pulau-pulau kecil terluar;
e. ruas jalan menuju atau penghubung ke kawasan dan di dalam kawasan
transmigrasi;
f. ruas jalan antar desa/kawasan yang menghubungkan pusat-pusat
produksi menuju pusat distribusi;
g. ruas jalan antar desa/kawasan yang menghubungkan ke kawasan
pariwisata; dan
h. rLlas jalan penghubung menuju desa terisolir.

SK No 175120 A
FRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
- 3172 -

15. 1.4. 1.2.Ketentuan Teknis


1. Dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan/peningkatan jalan desa
strategis diutamakan ketercapaian konektivitas antar wilayah dan
peningkatan aksesibilitas ke fasilitas dasar dan fasilitas yang menunjang
perekonomian daerah. Dalam penentuan spesifikasi teknis memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut:
a. analisa beban lalu lintas jalan;
b. karakteristik wilayah (kondisi tanah dan kontur tanah);
c. kebutuhan panjang ruas jalan yang perlu ditangani; dan
d. ketersediaan sumber pendanaan.
2. Dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan dan peningkatan jalan desa
strategis mengacu pada Norma Standar Prosedur Kriteria (NSPK) dari
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang spesifikasi
umum untuk pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan dan NSPK tentang
Manual Desain Perkerasan Jalan serta peraturan perundang-undangan lain
yang terkait.
3. Pembangunan dan peningkatan jalan desa strategis harus dilengkapi dengan
dokumen perencanaan meliputi:
a. Surat Keputusan/Surat Penetapan Kepala Daerah tentang penetapan
ruas Jalan Desa Strategis;
b. Peta Ruas Jalan Desa Strategis dalam format shapefile (SHP);
c. Detail Gambar Kerja lDetail Engineering Design/DEDI dan Rancangan
Anggaran Biaya (RAB);
d. Surat Pernyataan Kepala Daerah Tentang Kesiapan Lahan; dan
e. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang ditandatangani
di atas materai oleh Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
pelaksana kegiatan sebagaimana format terlampir.
4. Spesifikasi teknis untuk kegiatan pembangunan jalan desa strategis adalah
pembukaan badan jalan dan/atau pekerjaan lapis pondasi bawah (Sub Base
Course) berupa lapisan pasir dan batu (sirtu) atau lapisan lain yang sejenis
dengan kualitas serLlpa atau maksimal hingga perkerasan lapis permukaan
bempa Lapisan penetrasi (Lapen) Makadam mengacu pada SNI 675I:2016.
5. Spesifikasi untuk kegiatan peningkatan jalan desa strategis dalam
penentuan jenis perkerasan j alan mempertimbangkan :

a. volume lalu lintas jalan;


b. umur rencana perkerasan jalan;
c. kondisi fondasi jalan; dan

SK No l75l2l A
PRESIDEN
REPUBLTK INDONEST/I
- 3173 -

d. efisiensi biaya.
6. Spesifikasi untuk kegiatan peningkatan jalan desa strategis diutamakan
untuk jenis perkerasan jalan dengan lalu lintas rendah dan sedang, untuk
jenis perkerasan yang direkomendasikan adalah konstruksi perkerasan
lentur (flexible pauement) berupa Lapen Makadam mengacu pada SNI
6751:2076 dengan tahapan pengerjaan kegiatan mengacu pada Panduan
Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan yang diterbitkan oleh
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Ralryat.
7. Untuk ruas yang memerlukan peningkatan ruas jalan dengan konstruksi
perkerasan kaku (rigid pavement) perlu dilengkapi rekomendasi teknis yang
dikeluarkan oleh Tim Independen atau Perguruan Tinggi Negeri terkait ruas
jalan tersebut.
8. Untuk daerah yang membutuhkan perlakuan khusus dalam
pembangunan/peningkatan konstruksi jalan yang disebabkan lokasi
pekerjaan merupakan tanah problematik yang meliputi tanah lunak baik
organik maupun non organik, tanah ekspansif dan tanah gambut penentuan
standar spesifikasi konstruksi jalan pada tanah problematik dibuktikan
melalui tes in situ Calilornia. Bearing Ratio (CBR) sesuai SNI 03-L731-1989
atau CBR Laboratorium sesuai SNI 03-1744-1989.
9. Untuk ruas jalan desa strategis yang melewati sungai, saluran irigasi atau
jurang yang membutuhkan jembatan sehingga ruas jalan yang diusulkan
dapat fungsional maka jembatan tersebut dapat ditangani bersama ruas
jalan desa strategis yang telah diusulkan. Desain konstruksi jembatan dalam
ruas jalan desa strategis yang dibangun mengacu pada NSPK yang
diterbitkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Ralryat tentang
Kriteria Desain Jembatan Standar.

15. 1.4. 1.3. Pelaksanaan, Pengelolaan dan Pemeliharaan


1. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan oleh OPD yang memiliki tugas dan
fungsi di bidang pekerjaan umum atau perangkat daerah yang memiliki
tugas dan fungsi di bidang ketransmigrasian untuk ruas di kawasan
transmigrasi.
2. Pelaksanaan kegiatan pembangunan/peningkatan jalan desa strategis
mengoptimalkan penggunaan material lokal dan melibatkan tenaga kerja
lokal di lokasi kegiatan sesuai dengan jenis pekerjaan dan keahlian.
3. Jalan desa strategis yang telah selesai dibangun akan menjadi aset
pemerintah daerah.
4. Perangkat Daerah pelaksana berkewajiban untuk melakukan pengelolaan
dan pemeliharaan aset sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

SK No 175122 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3t74 -

t5.1.4.2. Pengadaan Sarana Transportasi Darat


L6.L.4.2.1. Ruang Lingkup Kegiatan
1. Sarana transportasi darat dipergunakan sebagai angkutan
penump€rng/barang berupa angkutan perdesaan untuk meningkatkan
mobilitas masyarakat desa atau angkutan untuk mendukung
pengembangan potensi daerah.
2. Pengadaan sarana transportasi darat dilaksanakan dengan memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut:
a. lokasi kegiatan diprioritaskan pada lokasi yang memiliki potensi untuk
mendukung pengembangan perekonomian daerah;
b. lokasi desa yang terisolir dan tidak dilewati sarana transportasi umum;
c. memperhatikan rencana induk jaringan trayek untuk angkutan
penumpang;
d. daerah memiliki komoditas/produk unggulan yang membutuhkan
dukungan sara.na transportasi angkutan; dan
e. ketersediaan dan kelayakan calon pengelola benrpa Badan Usaha Milik
(BUM) Desa/BUM Desa Bersama/Koperasi untuk mengelola sarana
transportasi.

15.1.4.2.2. Ketentuan Teknis


1. Rancang bangun dan rekayasa setiap tipe kendaraan bermotor untuk
angkutan barang dan/atau orang tersebut disusun dan ditetapkan oleh
Perangkat Daerah kabupaten/kota pengelola kegiatan.
2. Rancang bangun dan rekayasa kendaraan bermotor menyesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat dan sesuai standar kelayakan angkutan darat untuk
penumpang/barang yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
tentang lalu lintas dan angkutan jalan.
3. Pengadaan sarana transportasi darat perlu dilengkapi dokumen
perencanaan sebagai berikut:
a. profil BUM Desa/BUM Desa Bersama/Koperasi calon pengelola sarana
transportasi darat;
b. Surat Hasil Penilaian Kelayakan BUM Desa/BUM Desa
Bersama/Koperasi calon pengelola sarana transportasi darat oleh OPD
pembina BUM Desa/BUM Desa Bersama/Koperasi dan/atau oleh
Inspektorat Daerah;
c. Surat Pernyataan Kesanggupan Mengelola Sarana Transportasi dari
Kepa1a BUM Desa/BUM Desa Bersama/Koperasi calon pengelola sarana
transportasi;

SK No 175123 A
PRESIDEN
REPUBUK TNDONESIA
- 3175 -

d. Dokumen Rencana Induk Trayek untuk angkutan penumparlg oleh OPD


yang memiliki urusan perhubungan;
e. data ketersediaan jumlah sarana transportasi di daerah untuk angkutan
penumpang;
f. data ketersediaan jumlah produksi komoditas unggulan daerah yang
akan didukung melalui pengadaan sarana transportasi untuk angkutan
barang; dan
g. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang ditandatangani
di atas materai oleh Kepala OPD pelaksana kegiatan sebagaimana format
terlampir.
4. Terdapat dua jenis sarana transportasi darat yang diperbolehkan, yaitu:
a. Kendaraan Pbk Up (Single Cabinl
Sarana transportasi jalan kendaraan bermotor dengan bak dan kabin
tunggal untuk angkutan barang serta orang dengan 4 (empat) roda
dengan penggerak 2 (dua) roda Qxal/single gardan atau 4 (empat) roda
$xal/double gardan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik wilayah
penerima bantuan.
Rincian Spesifikasi Teknis Kendaraan Pbk-Up/ Single Cabin:
No Uraian Spesifikasi

1 Model Pbk-up kabin tunggal/ekstra kabin dengan


bak muatan terbuka dan/atau tertutup

2 GVW (JBB) <3,5 (tiga koma lima) Ton

3 Sistem Memiliki 4 (empat) roda yang digerakkan oleh:


Penggerak a. penggerak roda belakang atau dua roda
$x2l
b. penggerak empat roda $xal
4 Dimensi a. tinggi bak bagian dalam: maksimum 500
mm
b. tinggi kendaraan bermotor: ketentuan
tinggi kendaraan bermotor 1,7 (satu koma
tujuh) kali lebar kendaraan dan/atau
4.2OO (empat ribu dua ratus) milimeter
diukur dari permukaan tanah

SK No 175124 A
PRESIDEN
REPUEL|K INDONESTA
- 3176 -

b. Kendaraan Minibus/ Mbrobus


Sarana transportasi jalan berupa bus kecil untuk angkutan orang
dengan 4 (empat) roda dengan mesin penggerak dua roda Qxal atau 4
(empat) roda $xfl sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik wilayah
penerima bantuan.
Rincian Spesilikasi Teknis Kendaraan Microbus/ Minibus:
No Uraian Spesifikasi

1 Model Mbrobus/Minibus dengan kapasitas 10


(sepuluh) - 20 (dua puluh) kursi

2 GVW (JBB) <8 (delapan) Ton

3 Sistem a. penggerak roda belakang atau dua roda


Penggerak $x2)
b. penggerak empat roda $xal
4 Dimensi a. panjang kendaraan kurang lebih 5.505
(lima ribu lima ratus lima) mm
b. lebar kendaraan kurang lebih f.695
(seribu enam ratus sembilan puluh lima)
mm
c. tinggi kendaraan kurang lebih 2.095 (dua
ribu sembilan puluh lima) mm, diukur
dari permukaan tanah

L5.1.4.2.3. Pelaksanaan, Pengelolaan dan Pemeliharaan


1. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan oleh OPD yang memiliki tugas dan
fungsi di bidang perhubunganf transportasi.
2. Pengadaan sarana transportasi dilakukan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota melalui belanja hibah yang diserahkan kepada pemerintah
desa/kelurahan yang kemudian pengelolaan dan pemeliharaan moda akan
dilaksanakan oleh BUM Desa/BUM Desa Bersama/Koperasi yang memiliki
unit usaha/pelayanan di bidang transportasi atau unit usaha yang
mendukun! pengembangan komoditas unggulan atau potensi daerah.
3. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran sesuai
dengan target keluaran yang telah disepakati di dalam rencana kegiatan
pada sistem informasi perencanaan dan penganggaran yang terintegrasi.

SK No 175125 A
FRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
- 3t77 -

4. OPD pelaksana menetapkan trayek untuk kendaraan penumpang yang


berpedoman pada rencana induk jaringan lalu lintas dan angkutan jalan
kabupaten/kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
5. OPD pelaksana wajib berkoordinasi dengan OPD pembina BUM Desa/BUM
Desa Bersama/Koperasi penerima sarana trasnportasi untuk melakukan
pembinaan kepada penerima terkait tata cara pengelolaan, pemanfaatan dan
pemeliharaan sarana transportasi yang telah dihibahkan.
6. BUM Desa/BUM Desa Bersama/Koperasi penerima bantuan bersama
dengan OPD pelaksana dapat menetapkan tarif penggunaan sarana
transportasi angkutan penumpang dan angkutan barang untuk menunjang
biaya operasional.
7. BUM Desa/BUM Desa Bersama/koperasi penerima wajib melakukan
pengelolaan dan pemeliharaan moda transportasi agar dapat digunakan
secara berkelanjutan bagi kepentingan masyarakat.
8. BUM Desa/BUM Desa Bersama/koperasi pengelola moda wajib
menyampaikan laporan tiap bulan kepada OPD penanggung jawab kegiatan
paling sedikit memuat beberapa hal sebagai berikut:
a. jumlah penumpang tiap bulan yang memanfaatkan sarana transportasi;
dan
b. jumlah pendapatan tiap bulan yang dihasilkan dari pengelolaan sarana
transportasi.
9. OPD pelaksana berkoordinasi dengan OPD pembina BUM Desa/BUM Desa
Bersama/Koperasi untuk melakukan pengawasan pemanfaatan sarana
transportasi yang telah dihibahkan.

15.1.4.2.4. Ketentuan Khusus


l. Sarana transportasi dilarang untuk dipergunakan sebagai kendaraan dinas
pejabat atau kendaraan operasional instansi pemerintah atau kelompok
masyarakat tertentu.
2. Sarana moda transportasi darat wajib menggunakan plat kuning.
3. Setiap sarana transportasi wajib mencantumkan sumber pendanaan
kegiatan pada badan kendaraan f moda, yaitu: Dana Alokasi Khusus Fisik
Bidang Transportasi Perdesaan Tahun Anggaran 2023.

SK No 175126 A
PRESIDEN
REPUEUK TNDONESIA
- 3178 -

15.1.4.3. Pengadaan Sarana Transportasi Perairan Di Bawah 7 Gross


Tonnage (GTf dan/atau Maksimal Kapasitas 25 Penumpang
15. 1.4.3. 1. Ruang Lingkup Kegiatan
1. Sarana transportasi perairan dipergunakan sebagai angkutan
penumpErng/barang berupa angkutan perdesaan untuk meningkatkan
mobilitas masyarakat desa atau angkutan untuk mendukung
pengembangan potensi daerah.
2. Pengadaan sarana transportasi perairan dilaksanakan dengan
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
a. lokasi kegiatan diprioritaskan pada lokasi yang memiliki potensi untuk
mendukung pengembangan perekonomian daerah;
b. lokasi desa yang terisolir dan tidak dilewati sarana transportasi umum;
c. memperhatikan rencana induk jaringan trayek untuk angkutan
penumpang;
d. daerah memiliki komoditas/produk unggulan yang membutuhkan
dukungan sarana transportasi angkutan; dan
e. ketersediaan dan kelayakan calon pengelola berupa BUM Desa/BUM
Desa Bersama/Koperasi untuk mengelola sarana transportasi.

15. 1.4.3.2. Ketentuan Teknis


1. Pengadaan sarana transportasi perairan perlu dilengkapi dokumen
perencanaan sebagai berikut:
a. profil BUM Desa/BUM Desa Bersama/Koperasi calon pengelola sarana
transportasi darat;
b. Dokumen Detail Gambar Kerja Kapal (Detail Engineeing Design/DED)
dan Rencana Anggaran Biaya (RAB);
c. Surat Hasil Penilaian Kelayakan BUM Desa/BUM Desa
Bersama/Koperasi calon pengelola sarana transportasi darat oleh OPD
pembina BUM Desa/BUM Desa Bersama/Koperasi dan/atau oleh
Inspektorat Daerah;
d. Surat Pernyataan Kesanggupan Mengelola Sarana Transportasi dari
Kepala BUM Desa/BUM Desa Bersama/Koperasi calon pengelola sarana
transportasi;
e. Dokumen Rencana Induk Trayek untuk angkutan penumpang oleh OPD
yang memiliki urusan perhubungan;
f. data ketersediaan jumlah sarana transportasi di daerah untuk angkutan
penumpang;

SK No 175127 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3779 -

g. data ketersediaan jumlah produksi komoditas unggulan daerah yang


akan didukung mellaui pengadaan sarana transportasi untuk angkutan
barang; dan
h. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang ditandatangani
di atas materai oleh Kepala OPD pelaksana kegiatan sebagaimana format
terlampir.
2. Jenis sarana transportasi air yang diizinkan adalah kapal angkutan
penumpang dan/atau barang dengan ukuran dibawah 7 (tujuh) Gross
Tonnage (GT) dan/atau maksimal kapasitas 25 (dua puluh lima) penumpang.
3. OPD pelaksana kegiatan wajib menetapkan rancang bangun dan Rencana
Anggaran Biaya sarana transportasi perairan sebelum penyusunan Rencana
Kegiatan DAK.
4. Dalam penentuan rancang bangun sarana transportasi perairan
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
a. karakteristik perairan setempat;
b. kebutuhan masyarakat dan potensi daerah;
c. biaya operasional sarana transportasi; dan
d. standar keamanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5. Dalam hal keselamatan transportasi mengacu pada peraturan perundang-
undangan tentang Standar Kapal Nonkonvensi Berbendera Indonesia.

15.f .4.3.3. Pelaksanaan, Pengelolaan dan Pemeliharaan


1. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan oleh OPD yang memiliki tugas dan
fungsi di bidang perhubungan / transportasi.
2. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran sesuai
dengan target keluaran yang telah disepakati di dalam rencana kegiatan
pada sistem informasi perencanaan dan penganggaran yang terintegrasi.
3. Pengadaan sarana transportasi dilakukan melalui belanja hibah yang
diserahkan kepada pemerintah desa/kelurahan yang kemudian pengelolaan
dan pemeliharaan moda akan dilaksanakan oleh BUM Desa/BUM Desa
Bersama/Koperasi di lokasi kegiatan yang memiliki unit usahalpelayanan di
bidang transportasi.
4. OPD pelaksana wajib berkoordinasi dengan perangkat daerah pembina BUM
Desa/BUM Desa Bersama/Koperasi penerima moda transportasi untuk
melakukan pembinaan, pengelolaan, pemanfaatan dan pemeliharaan moda
transportasi yang telah dihibahkan.
5. BUM Desa/BUM Desa Bersama/Koperasi penerima bantuan bersama
dengan Perangkat Daerah pelaksana dapat menetapkan tarif penggunaan

SK No 175128 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3180 -

sarana transportasi angkutan penumpang dan angkutan barang untuk


menunjang biaya operasional.
6. BUM Desa/BUM Desa Bersama/Koperasi penerima wajib melakukan
pemeliharaan dan pengelolaan moda transportasi agar sarana moda
trasnportasi dapat digunakan secara berkelanjutan bagi kepentingan
masyarakat.
7. Dalam hal pengoperasian moda, pengelola berkewajiban mengurus ijin
operasional dan rekrutmen awak kapal berpengalaman sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
8. BUM Desa/BUM Desa Bersama/Koperasi pengelola moda wajib
menyampaikan laporan tiap bulan kepada OPD penanggung jawab kegiatan
paling sedikit memuat beberapa hal sebagai berikut:
a. jumlah penumpang tiap bulan yang memanfaatkan sarana transportasi;
dan
b. jumlah pendapatan tiap bulan yang dihasilkan dari pengelolaan sarana
transportasi.
9. OPD pelaksana berkoordinasi dengan OPD pembina BUM Desa/BUM Desa
Bersama/Koperasi untuk melakukan pengawas€rn pemanfaatan sarana
transportasi yang telah diihibahkan.

15. 1.4.3.4. Ketentuan Khusus


1. Sarana moda transportasi dilarang untuk dipergunakan sebagai kendaraan
dinas pejabat atau kendaraan operasional instansi pemerintah atau
kelompok masyarakat tertentu.
2. Setiap sarana moda transportasi wajib mencantumkan sumber pendanaan
kegiatan pada badan kendaraan f moda, yaitu: Dana Alokasi Khusus Fisik
Bidang Transportasi Perdesaan Tahun Anggaran 2023.

15.1.4.4. Pembangunan dan Rehabilitasi Dermaga Rakyat (Sungai/Danau)


untuk Orang Dan Barang
15. 1.4.4. 1. Ruang Lingkup Kegiatan
Dermaga rakyat berperan sebagai tempat pelayanan multifungsi untuk
mendukung kehidupan masyarakat yang berfungsi sebagai pengumpan/sub
pengumpan bagi dermaga/pelabuhan yang lebih besar di sungai/danau,
melalui:
a. pelayanan tambat dan labuh kapal;
b. pelayanan bongkar muat barang;
c. pelayanan perbaikan dan pemeliharaan kapal;

SK No 175129 A
PRESIDEN
REPUBL|K INDONESIA
- 3181 -

d. pelayanan logistik dan perbekalan kapal; dan


e. penyediaan dan/atau pelayanan jasa lainnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Ketentuan Teknis
15. 1.4.4.2.
Terdapat 2 (dua) jenis rincian kegiatan yaitu Pembangunan Dermaga Rakyat
(Sungai/Danau) dan Rehabilitasi Dermaga Rakyat (Sungai/Danau). Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam pembangunan/rehabilitasi dermaga rakyat (sungai/danau),
sebagai berikut:

15. 1.4.4.2. 1. Pembangunan Dermaga Rakyat (Sungai/Danauf


1. Lokasi dermaga rakyat yang dibangun tidak tercatat dalam Rencana Induk
Pelabuhan Nasional (RIPN).
2. Pembangunan dermaga ralryat (sungai/danau) harus merupakan bagian
dari sistem kepelabuhanan llalu lintas perairan yang komprehensif, baik
yang sudah ada maupun yang akan dibangun untuk mendukung jaringan
transportasi sungai/ danau.
3. Kegiatan pembangunan tidak diperkenankan berupa lanjutan atau
perluasan dari pembangunan tahun anggaran sebelumnya.
4. Ketersediaan lahan calon lokasi dermaga ralryat (sungai/danau) harus
berstatus bebas sengketa berdasarkan aspek regulasi.
5. Pembangunan dermaga ralryat (sungai/danau) harus dilengkapi dengan
dokumen perencanaan meliputi:
a. studi kelayakan /feasibility Shtdg (FS);
b. Detail Gambar Kerja (Detail Engineeing Design/DEDI dan Rancangan
Anggaran Biaya (RAB);
c. Surat Pernyataan Kepala Daerah tentang kesiapan lahan;
d. Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UKL-UPL); dan
e. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang ditandatangani
di atas materai oleh Kepala OPD pelaksana kegiatan sebagaimana format
terlampir.
6. Jenis dan rancang bangun dermaga rakyat (sungai/danau) yang dibangun
harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan kondisi
tebing sungai, perbedaan muka air pasang dan surut.
7. Pembangunan dermaga ra}ryat (sungai/danau) wajib dilaksanakan dalam
jangka waktu satu tahun anggaran.

SK No 175130 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3L82 -

8. Ketersediaan sumber daya manusia dalam operasional dan pengelolaan


dermaga rakyat (sungai/danau).
9. Dalam pen5rusunan rancang-bangun dermaga ralgrat (sungai/danau) harus
mengacu kepada ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan mendapat pengesahan dari instansi yang
berwenang.

Rehabilitasi Dermaga Rakyat (Sungai/ Danau)


I 5. 1.4.4.2.2.
1. Status kepemilikan dermaga rakyat (sungai/danau) yang direhabilitasi
merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota.
2. Dermaga ralryat yang direhabilitasi tidak tercatat dalam Rencana Induk
Pelabuhan Nasional (RIPN).
3. Dermaga ralryat (sungai/danau) yang direhabilitasi merupakan dermaga
yang memiliki fungsi strategis dalam mendukung aktifitas masyarakat dan
mendukung jaringan transportasi sungai/ danau.
4. Kegiatan rehabilitasi diutamakan untuk merehabilitasi fasilitas perairan
berupa dermaga ljet$, causewaA, trestle, dan kelengkapan pendukung
dermaga.
5. Lokasi dermaga rakyat (sungai/danau) yang direhabilitasi harus berstatus
bebas sengketa berdasarkan aspek regulasi.
6. Rehabilitasi dermaga rakyat (sungai/danau) harus dilengkapi dengan
dokumen perencanaan meliputi:
a. Detail Gambar Kerja (Detail Engineering Design/DEDI dan Rancangan
Anggaran Biaya (RAB);
b. dokumentasi kondisi dermaga;
c. data kerusakan dermaga;
d. data jumlah kapal sandar; dan
e. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang ditandatangani
di atas materai oleh Kepala OPD pelaksana kegiatan sebagaimana format
terlampir.

15. 1.4.4.3. Pelaksanaan, Pengelolaan dan Pemeliharaan


1. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan oleh OPD yang memiliki tugas dan
fungsi di bidang perhubunganf transportasi.
2. Dermaga ralryat yang telah dibangun menjadi aset pemerintah daerah.

SK No l75l3l A
PRESIDEN
REPUEUK INDONESTA
- 3183 -

3. Perangkat daerah pelaksana berkewajiban untuk melakukan pengelolaan


dan pemeliharaan dermaga ralqyat yang telah dibangun atau direhabilitasi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Pemerintah daerah diizinkan untuk memungut biaya terhadap pemanfaatan
dermaga ralryat yang ditetapkan melalui peraturan kepala daerah.

Ketentuan Khusus
15. 1.4.4.4.
1. Pekerjaan pembangunan atau rehabilitasi dermaga ralqyat harus selesai
dalam jangka waktu I (satu) tahun anggaran, tidak diperkenankan
dikerjakan dengan kontrak tahun jamak (multiyearsl.
2. Pekerjaan pembangunan atau rehabilitasi dermaga rakyat apabila tidak
selesai dalam 1 (satu) tahun anggaran berjalan sehingga menyebabkan
dermaga ralryat yang dibangun tidak fungsional maka pembangunan wajib
diselesaikan menggunakan pembiayaan dari Angg€rran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) pada tahun anggaran berikutnya setelah dilakukan
audit oleh pihak internal dan eksternal.
3. Pada saat pelaksanaan kegiatan, diletakkan papan informasi di lokasi
kegiatan yang memuat tentang nama kegiatan, volume fisik, nilai kontrak,
sumber dana, lokasi, waktu pelaksanaan, nama kontraktor pelaksana, dan
konsultan.
4. Pada dermaga rakyat yang dibangun atau direhabilitasi, terdapat prasasti
yang memuat informasi tentang nama kegiatan, volume fisik, nilai kontrak,
sumber dana, lokasi, dan waktu pelaksanaan.

15.1.4.5. Penggantian dan Renovasi Jembatan Gantung lBentang


Maksimal l2O Meter)
15. 1.4.5. 1. Ruang Lingkup Kegiatan
1. Renovasi jembatan gantung diutamakan bagi jembatan gantung yang dalam
kondisi rusak ringan maupun berat yang memiliki nilai strategis bagi
masyarakat terutama di desa yang terisolir yang merupakan akses utama
masyarakat menuju ke fasilitas pelayanan dasar (kesehatan & pendidikan)
dan menunjang kegiatan perekonomian.
2. Jembatan gantung atau jembatan penyeberanga.n orang dalam kondisi rusak
berat dan tidak dimungkinkan untuk direnovasi, dapat dibangun jembatan
gantung baru di lokasi yang sama menggantikan jembatan gantung yang
rusak.
3. Menu penggantian dan renovasi jembatan gantung (bentang maksimal 120
meter) terdiri dari dua rincian kegiatan, yaitu:

SK No 175132 A
FRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3184 -

a. Penggantian Jembatan Gantung, khususnya untuk jembatan gantung


yang mengalami kondisi rusak berat dan tidak dimungkinkan untuk
direnovasi dan jembatan penyeberangan orang dengan kondisi yang tidak
layak dan tidak memenuhi standar keamanan sehingga membahayakan
masyarakat; dan
b. Renovasi Jembatan Gantung, khususnya untuk jembatan gantung yang
mengalami kondisi rusak ringan sampai tingkat sedang dan tidak
memerlukan penggantian berat, contoh: rusak selasar jembatan, rusak
sebagian sling dan perbaikan sebagian rangka jembatan.

15.1.4.5.2. Ketentuan Teknis


1. Jembatan gantung yang akan direnovasi sudah menjadi aset pemerintah
daerah/ pemerintah desa.
2. Kegiatan penggantian dan renovasi jembatan gantung harus dilengkapi
dengan dokumen perencanaan meliputi:
a. Dokumen Detail Gambar Kerja (Detail Engineeing Design/DEDI dan
Rencana Anggaran Biaya (RAB);
b. dokumentasi kondisi eksisting jembatan yang akan direnovasi/diganti;
dan
c. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang ditandatangani
di atas materai oleh Kepala OPD pelaksana kegiatan sebagaimana format
terlampir.
3. Dalam menetapkan rancang bangun jembatan gantung untuk
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
a. karakteristik sungai untuk menentukan elevasi lantai jembatan, seperti:
1) lebar sungai, tinggi tebing dan kondisi tebing sungai;
2l rata-rata tinggi air normal sungai; dan
3) rata-rata frekuensi banjir dan tinggi air banjir maksimal;
b. kondisi tanah, untuk perkiraan letak dan jenis fondasi jembatan;
c. beban rencana jembatan, meliputi:
1) beban vertikal berupa beban mati/beban dari material jembatan itu
sendiri dan beban hidup dari pengguna jembatan (maksimal
kendaraan roda dua); dan
2l beban samping berupa beban angin yang terjadi pada sisi depan yang
terbuka dari batang-batang jembatan;
d. lokasi jembatan; dan
e. umur rencana jembatan gantung.

SK No 175133 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3185 -

4. Berdasarkan bentangnya, terdapat beberapa desain jembatan gantung yang


direkomendasikan untuk dapat digunakan:
a. Tipe asimetris (contoh: bentang 40 m < L < 60 m).

b. Tipe double asimetris (contoh: bentang 60 m < L < 120 m).

5. Pelaksanaan konstruksi jembatan gantung mengacu pada konstruksi


Jembatan Untuk Desa (JUDESA) yang diterbitkan oleh Puslitbang Jalan dan
Jembatan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun
2015 atau referensi lain dengan desain dan kualitas serupa serta mendapat
pengesahan dari instansi yang berwenang.
6. Dalam pelaksanaan untuk dapat mengoptimalkan penggunaan material
lokal dan melibatkan masyarakat lokal sebagai tenaga kerja sesuai dengan
jenis pekerjaan dan keahlian.

15. 1.4.5.3. Pelaksanaan, Pengelolaan dan Pemeliharaan


l. Pemerintah daerah menunjuk Perangkat Daerah yang memiliki tugas pokok
dan fungsi di bidang pekerjaan umum untuk melakukan pengelolaan dan

SK No 175134 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3186 -

pemeliharaan aset sesu€u dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan.
2. Pemeliharaan jembatan gantung mengacu kepada pedoman Manual
Pemeliharaan Jembatan Suspensi serta Pedoman Pemeriksaan dan
Pemeliharaan Jembatan Gantung sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Ketentuan Khusus
15. 1.4.5.4.
1. Pelaksanaan kegiatan selesai dalam 1 (satu) tahun anggararl, tidak
diperkenankan untuk menggunakan kontrak tahun jamak (multiyearsl.
2. Apabila pelaksanaan kegiatan tidak selesai dalam 1 (satu) tahun anggaran
sehingga menyebabkan bangunan jembatan gantung menjadi tidak
fungsional maka pelaksanaan kegiatan wajib dilanjutkan menggunakan
APBD pada tahun Eurggaran berikutnya setelah dilakukan audit oleh pihak
internal dan eksternal.
3. Pada saat pelaksanaan kegiatan, diletakkan papan informasi di lokasi
kegiatan yang memuat tentang narna kegiatan, volume fisik, nilai kontrak,
sumber dana, lokasi, waktu pelaksanaan, nama kontraktor pelaksana, dan
konsultan.
4. Pada Penggantian atau Renovasi Jembatan Gantung yang dibangun,
terdapat papan atau prasasti yang memuat informasi tentang nama
kegiatan, volume fisik, nilai kontrak, sumber dana, lokasi, waktu
pelaksanaan, dan kapasitas maksimal jembatan serta hal-hal yang perlu
diperhatikan terkait keamanan jembatan gantung.

15.1.5. Kegiatan Penunjang


Dalam hal kegiatan DAK Fisik Transportasi Perdesaan terdapat kegiatan
penunjang, untuk penggunaannya terbatas pada kegiatan sebagai berikut:
1. biaya tender;
2. jasa konsultan kegiatan kontraktual;
3. penyelenggaraan rapat koordinasi di pemerintah daerah; dan/atau
4. perjalanan dinas ke/dari lokasi kegiatan dalam rangka pengendalian dan
pengawasan.

SK No 175135 A
PRESIDEN
NEFUEUK INDONESIA
- 3187 -

15.1.6. Penilaian Kinerja Pelaksanaan Kegiatan


Penilaian kinerja kegiatan dinilai berdasarkan indikator sebagai berikut:
1. panjang jalan desa strategis yang dibangun/ditingkatkan sehingga
meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas di daerah tertinggal, kawasan
perbatasan negara, pulau-pulau kecil terluar berpenduduk, dan kawasan
transmigrasi serta seluruh kabupaten di Wilayah Papua;
2. jumlah sarana transportasi baik sarana transportasi darat dan perairan yang
tersedia sehingga masyarakat memperoleh kemudahan dalam mengakses
fasilitas pelayanan dasar dan pusat kegiatan perekonomian wilayah;
3. jumlah dermaga rakyat (sungai/danau) yang dibangun atau direhabilitasi
sehingga meningkatkan kualitas pelayanan transportasi di wilayah perairan
sungai/danau dan meningkatkan laju pergerakan barangf orang di daerah
tertinggal, kawasan perbatasan negara, pulau-pulau kecil terluar
berpenduduk, dan kawasan transmigrasi serta seluruh kabupaten di
Wilayah Papua;
4. jumlah jembatan gantung yang direnovasi atau diganti sehingga
meningkatkan aksesibilitas desa-desa di daerah tertinggal, kawasan
perbatasan negara, pulau-pulau kecil terluar berpenduduk, dan kawasan
transmigrasi serta seluruh kabupaten di wilayah Papua;
5. jumlah kabupaten yang realisasi output dan keuangan tercapai sesuai
dengan rencana kegiatan yang disepakati;
6. jumlah kabupaten yang menyerahkan laporan pelaksanaan kegiatan dengan
lengkap dan tepat waktu;
7. jumlah keterlibatan tenaga kerja lokal dalam pelaksanaan kegiatan DAK
Fisik Bidang Transportasi Perdesaan;
8. jumlah kabupaten yang melakukan sinergi kegiatan yang didanai oleh DAK
Fisik Bidang Transportasi Perdesaan dengan sumber-sumber pembiayaan
lainnya seperti (termasuk DAK Fisik bidang lain); dan
9. jumlah kabupaten yang menerapkan prinsip-prinsip good gouelrlance dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian DAK Fisik Bidang Transportasi
Perdesaan.

15.1.7. Mekanisme Pengadaan Barang Jasa


Mekanisme pengadaan barang dan jasa pada menu kegiatan Bidang
Transportasi Perdesaan dilaksanakan melalui penyedia barang/jasa. Pemilihan
metode pelaksanaan menyesuaikan dengan karakteristik menu kegiatan dan
mengutamakan pada ketercapaian output yang disepakati dalam rencana
kegiatan.

SK No 175136 A
FRESIDEN
REPUBLIK INDONESTA
- 3188 -

Untuk kegiatan konstruksi dapat dilakukan menggunakan mekanisme


lelang/kontraktual dan untuk kegiatan pengadaan sarana transportasi dapat
menggunakan mekanisme e-purchasing atau lelang/kontraktual. Pengadaan
barang dan jasa dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai pengadaan barang dan jasa.

15.1.8. Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan


1. Laporan kegiatan terdiri dari 3 (tiga) jenis sebagai berikut:
a. Laporan Semester (Laporan Perkembangan Pelaksanaan);
b. Laporan Akhir; dan
c. Laporan Capaian Hasil Jangka Pendek.
2. Laporan Semester dan Laporan Akhir paling sedikit memuat beberapa hal
sebagai berikut:
a. menu kegiatan;
b. lokasi kegiatan;
c. rencana target keluaran kegiatan;
d. nilai kontrak keluaran kegiatan;
e. realisasi keuangan;
f. realisasi fisik;
g. jumlah tenaga kerja; dan
h. dokumentasi perkembangan dan hasil akhir kegiatan.
3. Laporan perkembanga.n pelaksanaan kegiatan dilaporkan per semester 1
(satu) paling lambat dilaporkan pada minggu pertama Bulan Agustus Tahun
2023 sesuai format sebagaimana terlampir.
4. Laporan akhir pelaksanaan kegiatan dilaporkan paling lambat dilaporkan
pada Bulan Juni Tahun 2024 sesuai format sebagaimana terlampir.
5. Laporan Capaian Hasil Jangka Pendek dilaporkan melalui sistem informasi
perencanaan dan penganggaran yang terintegrasi.
6. Laporan pelaksanaan kegiatan disusun oleh OPD pelaksana kegiatan
dilaporkan kepada Badan Perencanaan Pembangun€rn Daerah (Bappeda) dan
disahkan oleh Kepala Daerah kemudian dilaporkan kepada Sekretaris
Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Cq. Kepala Biro Perencanaan dan Kerja Sama.

SK No 175137 A
PRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
- 3189 -

15.1.9. Capaian Hasil Jangka Pendek


Dampak yang diharapkan dengan dilaksanakannya DAK Transportasi
Perdesaan adalah meningkatnya kualitas pelayanan dan pergerakan
penumpang dan barang dari Pulau-Pulau Kecil Terluar berpenduduk, kawasan
perbatasan negara, daerah tertinggal, kawasan transmigrasi dan desa-desa di
84 kabupaten yang merupakan Daerah Afirmasi di Wilayah Sumatera,
Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Dampak tersebut
dinilai berdasarkan indikator dampak jangka pendek sebagai berikut:
Indikator Penilaian Imme diate Outco me Kegiatan

Rincian Indikator Target Capaian


No. Satuan Cara Perhitungan
Kegiatan Jangka Pendek
(b-c\
1 Pembangunan Meningkatny Diklasifikasikan Persentase
d
Jalan Desa a persentase berdasarkan
Strategis desa dengan pagu alokasi Ket:
jalan antar per kegiatan: a = o/o peningkatan
desa terluas jumlah desa
diperkeras dengan
hasil DAK < 3Milyar:2oh
permukaan
Transportasi jalan antar desa
Perdesaan terluas
3-6 Milyar:4o/o
diperkeras
6 =jumlah desa
> 6 Milyar: 5% dengan
permukaan
jalan antar desa
terluas
diperkeras
tahun 2O2l
c : jumlah desa
dengan
permukaan
jalan antar desa
terluas
diperkeras
tahun 2O2O
d = total jumlah
desa di
kabupaten/kota

SK No 175138 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3190 -

Rincian Target Capaian


No
Kegiatan Indikator Jangka Pendek
Satuan Cara Perhitungan

(b-c\
2 Peningkatan Meningkatny Diklasifikasikan Persentase
Jalan Desa d
a persentase berdasarkan
Strategis desa dengan pagu alokasi Ket:
jalan antar per kegiatan: a= o/o peningkatan
desa terluas jumlah desa
aspal/lapen/ dengan
beton hasil < 3Mllyar:2o/o
permukaan
DAK jalan antar desa
Transportasi terluas aspal
Perdesaan 3-6 Milyar: 4o/o
b = jumlah desa
dengan
> 6 Milyar: 5% permukaan
jalan antar desa
terluas aspal
tahun 2O2l
c = jumlah desa
dengan
permukaan
jalan antar desa
terluas aspal
tahun 2O2O
d = total jumlah
desa di
kabupaten/kota

(b-c\
3 Pengadaan Meningkatny 5 o/o
Persentase
d
sarana a persentase
transportasi desa yang Ket:
darat dan terlayani oleh a= o/o peningkatan
perairan sarana jumlah desa
dibawah 7 GT transportasi yang terlayani
(gross tonnagel publik hasil transportasi
dan/atau DAK umum
maksimal Transportasi
kapasitas 25 Perdesaan b = jumlah desa
penumpang yang terlayani
transportasi
umum 2O2L

SK No 175139 A
PRESIDEN
REPUBL|K INDONESTA
- 3191 -

Rincian Target Capaian


No.
Kegiatan
Indikator Jangka Pendek
Satuan Cara Perhitungan

c = jumlah desa
yang terlayani
transportasi
umum 2O2O
d = total jumlah
desa di
kabupaten/kota

Meningkatny Rp3,5 Rp/Bulan a:b-c


a rata-rata Juta/Bulan Ket:
pendapatan
BUM a = Selisih
Desa/BUM Pendapatan
Desa rata-rata per
Bersama/Ko bulan BUM
perasi yang Desa/Koperasi
mengelola pengelola
sarana sebelum dan
transportasi setelah
hasil DAK mengelola
Transportasi sarana
Perdesaan transportasi
perdesaan
b = pendapatan
/bulan setelah
mengelola
sarana
transportasi
perdesaan
c = pendapatan
/bulan sebelum
mengelola
sarana
transportasi
perdesaan

SK No l75l40A
PRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
- 3L92 -

Rincian Target Capaian


No.
Kegiatan Indikator Jangka Pendek
Satuan Cara Perhitungan

4 Pembangunan Meningkatny 30 Kali/ Frekuensi Jumlah frekuensi


dan a frekuensi Bulan/ Sandar kapal bersandar
rehabilitasi sandar kapal Dermaga Kapal/ per bulan setelah
dermaga yang Bulan/ dibangunnya
ralryat memanfaatk Dermaga dermaga rakyat
(sungai/danau) an dermaga
untuk orang hasil DAK
dan barang Transportasi
Perdesaan

5 Penggantian Meningkatny Diklasifikasikan Persentase a=-bc


dan renovasi a persentase berdasarkan
jembatan desa yang karakteristik Ket:
gantung memanfaatk wilayah: a = oh Jumlah desa
(bentang an jembatan yang
maksimal 120 gantung memanfaatkan
meter) sebagai Sumatera - jembatan
sarana Jawa : 5o/o gantung di
penyeberang Kalimantan - kecamatan
an hasil DAK Sulawesi = 4o/o lokasi jembatan
Transportasi gantung
Perdesaan Nusra- Maluku
- Papua = 3o/o 6 = jumlah desa
yang
memanfaatkan
jembatan
gantung
c = total jumlah
desa di
kecamatan
lokasi jembatan
gantung

SK No l75l4l A
I,RESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3193 -

Target OutputTA2O2S dan Penerima Manfaat

Sasaran
Target
No.
Rincian
Indikator Output TA Indikator/
Kegiatan Penerima
2o23 Manfaat
1 Pembangunan Meningkatnya 152,9 KM Masyarakat
Jalan Desa persentase desa Desa
Strategis dengan jalan
antar desa terluas
diperkeras hasil
DAK Transportasi
Perdesaan

2 Peningkatan Meningkatnya 152,54 KM Masyarakat


Jalan Desa persentase desa Desa
Strategis dengan jalan
antar desa terluas
aspal/lapen/beton
hasil DAK
Transportasi
Perdesaan

3 Pengadaan Meningkatnya Sarana Masyarakat


sarana persentase desa Transportasi Desa dan
transportasi yang terlayani Darat: BUM Desa
darat dan oleh sarana 105 Unit / BUM
perairan transportasi Desa
dibawah 7 GT publik hasil DAK Sarana Bersama/
(gross tonnage) Transportasi Transportasi Koperasi
dan/atau Perdesaan Perairan:
maksimal 15 Unit
kapasitas 25 Meningkatnya
penumpang rata-rata
pendapatan BUM
Desa/BUM Desa
Bersama/Koperasi
yang mengelola
sarana
transportasi hasil
DAK Transportasi
Perdesaan

SK No 175142 A
PRESIDEN
REFT.IELIK INDONESTA
- 3194 -

Sasaran
Target Indikator/
No.
Rincian Indikator Output TA
Kegiatan Penerima
2o/23
Manfaat
4 Pembangunan Meningkatnya Pembangunan Masyarakat
dan frekuensi sandar Dermaga Desa
rehabilitasi kapal yang Ralryat:
dermaga memanfaatkan 19 Unit
ralryat dermaga hasil
(sungai/danau) DAK Transportasi
untuk orang Perdesaan Rehabilitasi
dan barang Dermaga
Ralryat:
1 Unit

5 Penggantian Meningkatnya 9 Unit Masyarakat


dan renovasi persentase desa Desa
jembatan yang
gantung memanfaatkan
(bentang jembatan gantung
maksimal l2O sebagai sarana
meter) penyeberangan
hasil DAK
Transportasi
Perdesaan

SK No 175143 A
FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3195 -

15.1.10. Format Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak Kepala


Organisasi Perangkat (OPD| Daerah Pelaksana DAK Transportasi
Perdesaan

KOP AURAT INSTIINSI


SURAT PERI.IYATAAN TAI.IGGUNG JAV/itB MUTI^AK
KEPAT.A ORGANISASI PERANGI(AT DAERAH
KABUPATEN/KOTA ...

Yang bertandatangan di bawah iai:


Nama Lengkap :
Jabatan :
Ala:nat Kantor :
Nomor Telepon :

MENYATAKAN
1. Bersedia melaksanakan kegiatan DAK Bidang Transportasi Perdesaan
Tahun Anggaran 2023 sesuai dengan Pehrnjuk Teknis yang ditetapkan
dan sesuai peraturan penrndang-undaagan yang bedaku.
2, Bahwa selunrh data dan informasi terkait Rencana Kegiatan DAK Bidang
Transportasi Perdesaan Tahun Anggaran 2023 adalah benar.
3. Segala konsekuensi yang muncul di kemudian hari akibat ketidakbenaran
data dan informasi yang diberikan serta ketidalcsesuaian pelaksanaan
kegiatan dengan Pehrnjuk Teknis yang ditetapkan akan menjadi tanggung
jawab saya.

Demikian surat pernyataan lnl dibuat dalam keadaan sadar, tanpa paksaan,
dan dibuat dengao sebenarnya.
"i;;il;;;;;;;;;;;l;;
Kepala OPD
Kabupaten/Kota
- ....
Md6iRP.
lO-mO &n
3tEapd bEsl. TTD

Nama.
NIP

SK No l75l44A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3196 -

15.1.11. Format Laporan Semester dan Laporan Akhir Pelaksanan


Kegiatan
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PER SEMESTER / LAPORAN AKHIR
PELAKSANAAN KEGIATAN DAK FISIK TRANSPORTASI PERDESAAN TAHUN
ANGGARAN 2023

Provinsi :

lhbupaten/kota :

(Halaman U

hrcncanoan Kcaiatan Realisari

Nilai Nitai Kcuangan Fisik


Volume
No. tok!d Volume K"giatan Kegiatan Jumlah
Menu Bctdasatkan
(Nama Berdacsrken tatuon &rdasarkan Badnwkan Tenaga
lGgiatan RK KRISNA Nilsi Rtranlalc R?arf,'nt!!c
Ruur/Kcc./Dcsa| Kontrok RK KRISNA Nilai Kcrjo Volumc
DAK IRPI Pl,l V"l
DAK tRpl l(ontra& (Rp)

tl) tI lJt $ ls) 6t o Irl t9 tlq ll r)-t royt7| ttrt trJHr2)/t{l

2023
Kepala OPD ..... Kepala Bappeda
Ihbupaten ........ Kabupaten.....
(rrdl (ttdl
N.I.P N.I.P

SK No 175145 A
PRESIDEN
REPUEL|K INDONESIA
- 3197 -

DOKUMENTASI LAPORAN KEGIATAN PER SEMESTER/LAPORAN AKHIR


PELAKSANAAN KEGIATAN DAK FISIK TRANSPORTASI PERDESAAN TAHUN
ANGGARAN 2023
Provinsi
Kabupaten/kota
lHolaman 2l
No. Jenis Kegiatan Lokasi Kegiatan Realisosi Dokumentasi lforo pcrkemban gan hasil
Fisik f/"1 pelaksanaanf

I Ru43.,.., o% Foto
Desa..., Kecamatan
2g% Foto

7SV" Foto

IOOP/o Foto

Kepola OPD Kepala Boppeda


Provinsi / Kabupaten / l(ota Provinsi/ Kabupaten/ Kota
(rrdl (ttdf
N.t.P.:..,....... N.I.P.:..........

SK No 175146 A
PNESTDEN
REPUEUK INDONESIA
- 3198 -

16. BIDANG TRANSPORTASI PERAIRAN


16.1. Arah Kebijakan
1 Pemenuhan infrastruktur transportasi perairan yang memadai dalam
mendukung peningkatan konektivitas, aksesibilitas, dan mobilitas
penumpang dan barang pada daerah yang mengandalkan sarana dan
prasarErna transportasi perairan sebagai alat transportasi utama.
2 Meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas jaringan sistem transportasi
perairan dalam mendukung pengembangan Kawasan Strategis Prioritas
Nasional.
3 Meningkatkan konektivitas, aksesibilitas, dan mobilitas penumpang dan
barang dari pulau-pulau kecil terluar berpenduduk, kawasan perbatasan
negara, daerah tertinggal, dan kawasan transmigrasi terhadap pelayanan
dasar dan pusat kegiatan perekonomian wilayah.

L6.2. Tujuan dan Sasaran


L6.2,L, Tujuan
1. Meningkatkan konektivitas transportasi perairan melalui rehabilitasi
fasilitas pelabuhan.
2. Meningkatkan konektivitas, aksesibilitas, dan mobilitas penumpang dan
barang melalui pengadaan sarana (moda) transportasi perairan.
t6.2.2. Sasaran

I Meningkatnya kualitas pelayanan dan konektivitas transportasi perairan di


daerah berbasis perairan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
2 Meningkatnya pelayanan transportasi perairan untuk mendukung tematik
peningkatan konektivitas dan elektrifikasi untuk pembangunan inklusif di
daerah afirmasi.

16.3. Ruang Lingkup Kegiatan

Kementerian Perhubungan melalui Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal


Perhubungan Darat, dan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dalam
penJrusunan Dana Alokasi Khusus (DAK) Transportasi Perairan menjadi
pengampu teknis yang memberikan penilaian kelayakan teknis usulan yang
disampaikan oleh Pemerintah Daerah. Usulan Pemerintah Daerah disampaikan
melalui Aplikasi Krisna dengan memperhatikan menu kegiatan, rincian kegiatan
di dalam Aplikasi Krisna dan kriteria teknis yang sudah ditetapkan.

SK No 175147 A
PRESIDEN
REFUBLIK INDONESIA
- 3199 -

Deskripsi Menu dan Rincian Kegiatan DAK Fisik Bidang Transportasi Perairan
terdiri:
Menu Rincian Satuan Detail Komponen
No. Komponen
Kegiatan Kegiatan Output (opsional)
I Rehabilitasi a. Rehabilitasi 1) Rehabilitasi Paket
fasilitas fasilitas gedung
pelabuhan darat terminal
2) Rehabilitasi Paket
gudang
3) Rehablitasi Paket
lapangan
penumpukan
4) Rehabilitasi Paket a) Perkerasanjalan
jalan lingkungan
lingkungan pelabuhan.
dan areal b) Perkerasan areal
parkir parkir siap muat
kendaraan.
c) Rehabilitasi
pagar pelabuhan
5) Pengadaan Paket
perlengkapan
zonasi di
pelabuhan
6) Pengadaan Paket Pengadaan lampu
lampu penerangan di areal
penerangan pelabuhan
di areal
pelabuhan
b. Rehabilitasi 1) Rehabilitasi Paket a) Rehabilitasi
fasilitas dermaga dermaga (tipe
perairan ponton,
moueable bidge,
plengsengan dan
platform).
b) Rehabilitasi
breasting
dolphin.
c) Rehabilitasi
mooring dolphin.
d) Rehabilitasi
catwalk dan
railing dermaga.
e) Rehabilitasi
talud/
reuertment.

SK No 175148 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3200 -

Menu Rincian Satuan Detail Komponen


No. Komponen
Kegiatan Kegiatan Output (opsional)
2) Rehabilitasi Paket a) Rehabilitasi
trestle struktur bawah
trestle.
b) Rehabilitasi
struktur atas
trestle.
c) Rehabilitasi
pagar railing.
d) Pengadaan dan
pemasangan
lampu
penerangan.
3) Rehabilitasi Paket a) Rehabilitasi
causewaa struktur atas
b) Rehabilitasi
reuertment
causewaa.
c) Rehabilitasi
pagar railing.
4) Rehabilitasi Paket a) Pengadaan dan
kelengkapan pemasangan
dermaga frontalframe.
b) Pengadaan dan
pemasangan
rubberfender
c) Pengadaan dan
pemasangan
bollard.
d) Pengadaan dan
pemasangan
lampu
penerangan di
dermaga.
e) Pengadaan sign
post di
pelabuhan.
2 Pengadaan a. Pembangun Unit
Sarana an Bus Air
(Moda) Roro
Transportas
i Perairan
b. Pembangun Unit
an Bus Air

Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan
batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan

SK No 175149 A
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
- 320t -

pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun


penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat
berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan
pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan
intra dan antarmoda transportasi.
Pelabuhan sungai dan danau adalah pelabuhan yang digunakan untuk melayani
angkutan sungai dan danau, sedangkan pelabuhan penyeberangan adalah
pelabuhan yang digunakan untuk melayani angkutan penyeberangan.
Pelabuhan laut adalah pelabuhan yang dapat digunakan untuk melayani
kegiatan angkutan laut dan/atau angkutan penyeberangan.
Rehabilitasi fasilitas pelabuhan dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga) sesuai
dengan tingkat kerusakannya, yaitu:
1. Rehabilitasi berat adalah pekerjaan rehabilitasi sebuah fasilitas pelabuhan
dengan memperbaiki/ mengganti keseluruhan fasilitas tersebut.
2. Rehabilitasi sedang adalah pekerjaan rehabilitasi sebuah fasilitas
pelabuhan dengan memperbaiki/ mengganti sebagian fasilitas tersebut.
3. Rehabilitasi ringan adalah pekerjaan rehabilitasi sebuah fasilitas pelabuhan
dengan memperbaiki tanpa mengganti fasilitas tersebut.

16.3.1. Menu Kegiatan Rehabilitasi Fasilitas Pelabuhan

Menu kegiatan rehabilitasi fasilitas pelabuhan meliputi rincian kegiatan:


1. Rehabiltasi Fasilitas Darat
a. Rehabilitasi gedung terminal;
b. Rehabilitasi gudang;
c. Rehabilitasi lapangan penumpukan;
d. Rehabilitasi jalan lingkungan dan areal parkir;
1) Perkerasan jalan lingkungan pelabuhan;
2) Perkerasan areal parkir siap muat kendaraan;
3) Rehabilitasi pagar pelabuhan.
e. Pengadaan perlengkapan zonasi di pelabuhan;
f. Pengadaan lampu penerangan di areal pelabuhan.
2. Rehabilitasi Fasilitas Perairan
a. Rehabilitasi dermaga;
1) Rehabilitasi dermaga (tipe pontorL, trloueable bridge, plengsengan, dan
platforml;

SK No 175150 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3202 -

2) Rehabilitasi breasting dolphin;


3) Rehabilitasi mooring dolphin;
4) Rehabilitasi catwalk dan railing;
5) Rehabilitasi talud/ reuertment.
b. Rehabilitasi trestle;
1) Rehabilitasi struktur bawah trestle;
2) Rehabilitasi struktur atas trestle;
3) Rehabilitasi pagar railing;
4) Pengadaan dan pemasangan lampu penerangan.
c. Rehabilitasi causeway; dan
1) Rehabilitasi stnrktur atas;
2) Rehabilitasi reuertment causewag;
3) Rehabilitas.i pagar railing;
4) Pengadaan dan pemasangan lampu penerangan.
d. Rehabilitasi kelengkapan dermaga.
1) Pengadaan dan pemasangan frontalframe;
2) Pengadaan dan pemasangan rubber fender;
3) Pengadaan dan pemasangan bollard;
4) Pengadaan dan pemasangan lampu penerangan di dermaga;
5) Pengadaan signpost di pelabuhan.

L6.3.2. Menu Kegiatan Pengadaan Sarana (Modaf Transportasi Perairan

Menu kegiatan pengadaan sarana (moda) transportasi perairan meliputi rincian


kegiatan:
1. Pembangunan Bus Air RoRo
Bus Air RoRo adalah kapal dengan panjang tidak lebih dari 24 meter dari
tipe lambung katamaran yang digunakan untuk mengangkut kendaraan
kecil dan penumpang sebagai sarana angkutan umum bagi masyarakat,
dilengkapi pintu rampa untuk naik dan turun kendaraan.
Hal-hal yang harus dilaksanakan dalam pembangunan Bus Air RoRo adalah
antara lain:
a. Bus Air RoRo direncanakan, dibangun, dan dilengkapi agar laik laut
untuk dibperasikan di sungai, danau, dan laut dangkal dengan jarak

SK No 175151A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3203 -

pelayaran maksimal dari bibir pantai sejauh 6 nautical mile (NM)dengarr


kondisi gelombang paling tinggi 1,5 meter (shallow water), mempunyai
konstruksi kuat dan dengan kemampuan olah gerak yang baik.
b. Bus Air RoRo didesain untuk jarak pelayaran (crube range) paling jauh
40 nautical mile (NM).
c. Desain mengikuti persyaratan klasifikasi untuk kapal dengan panjang
sampai dengan 24 meter, baik dari Klasifikasi Indonesia (KI) atau dari
klas anggota International Association of Classificatbn Societies (IACS)
dan aturan pemerintah untuk kapal domestik sesuai tipe kapal yang
berlaku sebagai referensi dalam perencanaan, selanjutnya dalam
pembangunannya diawasi dan memenuhi persyaratan KI dan/atau IACS
serta mendapatkan notasi penuh KI dan/atau /ACS untuk konstruksi
dan sekurang-kurangnya notasi minimum klasifikasi untuk permesinan
sebagai kapal bangunan baru dengan panjang sampai dengan 24 meter.
d. Bus Air RoRo direncanakan sesuai dengan kondisi perairan operasional
dan derm aga / pelabuhan eksisting.
e. Perencanaan dilakukan dengan pertimbangan agar dapat dihasilkan Bus
Air RoRo yang dapat dioperasikan dengan aman dan selamat, mudah
dalam pemeliharaan, dan kemudahan mendapatkan suku cadang.
f. Bahan, mesin, dan perlengkapan kapal harus baru, tidak cacat, dan
cocok untuk dipakai di wilayah pengoperasiannya serta untuk keperluan
penggunaan di bidang maritim.
g. Bus Air RoRo dibangun dan dilengkapi surat-surat/dokumen-dokumen
kapal sesuai dengan persyaratan/peraturan yang berlaku.
h. Bus Air RoRo dirancang dengan persyaratan:
1) Lambung berbahan alumunium standar marine dan seluruh
permukaan alumunium di cat dengan marine paint, dan dilengkapi
dengan lapisan pelindung tahan api di kamar mesin.
2) Memiliki geladak tertutup sebagai ruang akodasi penumpang dengan
kapasitas penumpang sekurang-kurangnya untuk 30 (tiga puluh)
penumpang.
3) Dilengkapi dengan 2 (dua) buah pintu rampa yang terletak di haluan
dan buritan kapal yang mampu mengangkut kendaraan roda 2 (dua)
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) unit.
4) Memiliki peralatan keselamatan sesuai dengan jumlah pelayar,
minimal berupa inflatable life raft, life jacket, hfe buoy, dan lain-lain
sesuai dengan regulasi kapal penumpang.
5) Memiliki peralatan navigasi dan komunikasi sesuai dengan wilayah
operasi dengan jarak pelayaran 30 (tiga puluh) mil atau lebih.

SK No 175152 A
PRESIDEN
REPUSLIK INDONESIA
- 3204 -

6) Memiliki mesin induk dari tipe marine yang sesuai untuk


menghasilkan kecepatan operasional yang diinginkan.
7l Pada akhir pembangunan kapal dilengkapi dengan dokumen dan
sertifikat lain yang diperlukan dalam pengoperasian kapal, antara
lain meliputi sertifikat pembangunan, sertifikat klasifikasi lambung,
sertifikat garis muat, Surat Ukur, Gross Akta, dan Surat Tanda
Kebangsaan, sertifikat keselamatan, dan lain-lain.
i. Pembangunan Bus Air RoRo harus dapat diselesaikan dalam waktu 1
(satu) tahun anggaran.
2 Pembangunan Bus Air
Bus Air adalah kapal penumpang dengan panjang tidak lebih dari 24 meter
yang dioperasikan di sungai dan danau yang digunakan untuk mengangkut
penump€rng sebagai sarana angkutan umum bagi masyarakat.
Hal-hal yang harus dilaksanakan dalam pembangunan Bus Air adalah
antara lain:
a. Bus Air direncanakan, dibangun, dan dilengkapi agar laik laut untuk
dioperasikan di perairan pedalaman (sungai dan danau) Indonesia
linland waterwagsl dan perairan pelabuhan atau laut dangkal yang
mempunyai konstruksi kuat dan kemampuan olah gerak yang baik.
b. Desain mengikuti persyaratan klasifikasi untuk kapal dengan panjang
sampai dengan 24 meter, baik dari Klasifikasi Indonesia (KI) atau dari
klas anggota International Association of Classification Societies (IACS)
dan aturan pemerintah untuk kapal domestik sesuai tipe kapal yang
berlaku sebagai referensi dalam perencanaan, selanjutnya dalam
pembangunannya diawasi dan memenuhi persyaratan KI dan/atau IACS
serta mendapatkan notasi penuh KI dan/atau /ACS untuk konstruksi
dan sekurang-kurangnya notasi minimum klasifikasi untuk permesinan
sebagai kapal bangunan baru dengan panjang sampai dengan 24 meter.
c. Bus Air direncanakan sesuai dengan kondisi perairan operasional dan
dermaga/pelabuhan eksisting.
d. Perencanaan dilakukan dengan pertimbangan agar dapat dihasilkan bus
air yang dapat dioperasikan dengan aman dan selamat, mudah dalam
pemeliharaan, dan kemudahan mendapatkan suku cadang.
e. Bahan, mesin dan perlengkapan kapal harus baru, tidak cacat, dan
cocok untuk dipakai di wilayah pengoperasiannya serta untuk keperluan
penggunaan di bidang maritim.
f. Bus Air dirancang dengan persyaratan:
1) Lambung berbahan alumunium standar maine dan seluruh
permukaan alumunium di cat dengan marine paint dengan ukuran
minimum 7 (tujuh) GT.

SK No 175153 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3205 -

2) Memiliki geladak tertutup sebagai ruang akomodasi penumpang


dengan kapasitas penumpang minimal L2 (dua belas) penumpang.
3) Dilengkapi dengan akses untuk naik dan turun penumpsng, serta
m€rng untuk pemuatan barang.
4) Memiliki peralatan keselamatan, peralatan navigasi, dan komunikasi
sesuai dengan regulasi yang berlaku, baik berdasarkan jumlah
pelayar, area pelayaran, dan tonase kapal.
5) Memiliki mesin induk dari tipe marine yang sesuai untuk
menghasilkan kecepatan operasional yang diinginkan.
6) Pada akhir pembangunan kapal dilengkapi dengan dokumen dan
sertifikat kapal yang diperlukan dalam pengoperasian kapal, antara
lain meliputi sertifikat pembangun€rn, sertifikat klasifikasi lambung,
sertifikat garis muat, Surat Ukur, Gross Akta, dan Surat Tanda
Kebangsaan, sertifikat keselamatan, dan lain-lain.
g. Pembangunan Bus Air harus dapat diselesaikan dalam waktu I (satu)
tahun anggaran.

16.4. Kriteria Lokasi Prioritas


Lokasi prioritas transportasi perairan adalah lokasi prioritas dalam tematik
peningkatan konektivitas dan elektrifikasi di daerah afirmasi terdiri dari
kabupaten/kota yang merupakan daerah yang memiliki dan mengandalkan
transportasi perairan sebagai transportasi utama orang dan barang serta
menjadi outlet dan inlet bagi komoditas dan merupakan pelabuhan dengan
status operasi tercatat dalam RIPN dan aset merupakan kewenangan daerah.
16.5. Tata Cara Pelaksanaan Kegiatan
16.5.1. Ketentuan Umum
1. Pelaksana kegiatan DAK Fisik Bidang Transportasi Perairan ditentukan
oleh Kepala Daerah sesuai dengan tugas dan fungsi Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) berdasarkan mang lingkup kegiatan DAK Fisik Bidang
Transportasi Perairan.
2. DAK Fisik Bidang Transportasi Perarian tidak boleh dipergunakan untuk
membiayai operasionalisasi serta kegiatan-kegiatan lainnya yang tidak
berhubungan dengan sarana dan prasarana yang dibangun.
3. Rehabilitasi dan Pengadaan tidak diperkenankan kontrak tahun jamak
(multi A ears contract).
4. Lokasi yang menjadi kegiatan DAK Fisik harus dipastikan berstatus bebas
sengketa berdasarkan aspek regulasi.

SK No 175154 A
PRESIDEN
REPUBLIK TNDONESIA
- 3206 -

16.5.2. Ketentuan Teknis/Penilaian


16.5.2.1. Menu Rehabilitasi Fasilitas Pelabuhan
1. Status aset dan pengelolaan dermaga/pelabuhan milik Pemerintah Daerah
dengan dilengkapi dokumen sertifikat lahan dan/atau NPHD.
2. Rehabilitasi pelabuhan harus di lokasi pelabuhan yang eksisting sesuai
dengan Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN).
3. Pelabuhan harus mempunyai pengelola dilengkapi dengan dokumen SK
UPT provinsi/kabupaten/kota atau perangkat yang melaksanakan
operasional dan pemeliharaan aset.
4. Tidak dibiayai meialui anggaran K/L (pusat) pada tahun anggaran yang
sama.
5. Pelabuhan yang diusulkan harus dilengkapi dengan:
a. kesiapan dokumen perencanaan, yaitu DED Rehabilitasi (RAB, gambar
teknis, dan spesifikasi teknis) yang telah mendapat
pengesahan / legalitas dari Pejabat Pemerintah Daerah yang Berwenang;
b. Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang telah mendapat pengesahan/legalitas
dari Pejabat Pemerintah Daerah yang Berwenang; dan
c. gambar/foto eksisting fasilitas pelabuhan yang akan dilakukan
rehabilitasi.
6. Pelabuhan yang melayani angkutan penumpang, barang, dan kendaraan
beserta muatan untuk mendukung sistem transportasi dan logistik
nasional.
7. Kondisi pelabuhan (baik, rusak ringan, rusak berat).
8. Jumlah/frekuensi dan kondisi/spesifikasi kapal yang sandar.
9. Jumlah penumpang transportasi air per tahun per daerah.
10. Kepedulian daerah dalam mengalokasikan APBD untuk sektor Transportasi
Perairan.
11. Pernyataan kesanggupan dari Kepala Daerah untuk pengalokasian
anggaran pengoperasian/pemeliharaan aset yang telah didanai melalui
DAK Fisik.
Hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Dalam pelaksanaan rehabilitasi fasilitas pelabuhan khususnya pada sisi
darat berupa bangunan dan gedung harus dilakukan penilaian tingkat
kerusakan dengan menyampaikan hasil evaluasi dan rekomendasi dari
Dinas Pekerj aan Umum provinsi/ kabupaten / kota.
2. Pengelolaan dan pemeliharaan dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis
daerah provinsi/kabupaten/kota penerima. Setelah pelabuhan

SK No 175155 A
PRESIDEN
EEPUBUK INDONESIA
- 3207 -

diserahterimakan ke Pelaksana Teknis daerah


Unit
provinsi/kabupaten/kota penerima, Dinas Perhubungan terkait
berkewajiban melakukan pembinaan dalam pelaksanaan pengelolaan
pelabuhan serta melakukan pemeliharaan pelabuhan.
L6.5.2.2. Menu Pengadaan Sarana (Modaf Transportasi Perairan
Kriteria teknis/penilaian Pembangunan Bus Air dan Bus RoRo adalah:
Kriteria
No Kriteria Khusus Keterangan
Umum
1 Data Kesiapan data - TOR dan RAB yang
perencanaan perencanaan teknis ditandatangani oleh Kepala
teknis kapal pengadaan sarana (moda) Dinas;
transportasi perairan, - Gambar rencana umum dan
berupa: spesifikasi teknis yang di
a. TOR; tanda tangani oleh konsultan
b. RAB; perencana yang disetujui
c. Gambar rencana oleh Kepala Dinas.
umum;
d. Spesifikasi teknis;
2 Data dukung a. Surat penyataan - Ditandatangani oleh Kepala
teknis sub bahwa kapal akan di Dinas.
bidang bangun dengan
pengadaan regulasi Klas dan
sa-rana sesuai dengan aturan
(moda) yang berlaku
transportasi (konstnrksi,
perairan permesinan dan
perlistrikan,
perlengkapan
keselamatan, navigasi,
dan komunikasi)
b. Kesiapan operator - Dioperasikan oleh BUMD,
kapal (kelembagaan dibuktikan dengan akta
dalam perusahaan BUMD, NPWP,
mengoperasikan izin usaha BUMD (Surat izin
kapal) usaha Angkutan
Penyeberangan/ SIUAP),
neraca keuangan, memiliki
kinerja baik. Atau
- Dioperasikan oleh
Perusahaan Pelayaran,
dibuktikan dengan MOU
antara Pemerintah Daerah
dan perusahaan pelayaran

SK No 175156 A
PRESIDEN
REPUELIK INDONESTA
- 3208 -

Kriteria
No Kriteria Khusus Keterangan
Umum
(perjanjian kerjasama
pengelolaan dan operasional
kapal sebagai sarana
angkutan umum untuk
jangka waktu sekurang-
kurangnya 3 tahun dan
dapat diperpanjang kembali),
akta perusahaan, NPWP, izin
usaha, neraca keuangan,
memiliki kinerja baik. Atau
- Dioperasikan oleh UPTD
yang mempunyai tugas
pokok dan fungsi untuk
mengelola dan
mengoperasikan
moda/ sarana transportasi
perairan, dibuktikan dengan
Peraturan Gubernur atau
Peraturan Bupati/ Walikota
terkait Pembentukan UPTD.
c. Kesiapan SDM - MemilikiSDM dengan
kompetensi kecakapan
nautika (ANT) dan teknika
(ATT) sesuai dengan ukuran
kapal.
d. Kesiapan zrnggarr€rn - Dibuktikan dengan Surat
untuk operasional Pernyataan Kesanggupan
dan perawatan Pengelolaan Aset dan
moda/sarana Pengalokasian Anggaran
Dalam APBD setiap tahun
untuk operasional dan
perawatan moda/sarana
(ditandatangani diatas
materai oleh Kepala Daerah)
e. Data supply and - SK lintas/trayek/rute.
demand, serta - Rata-rata harian penumpang
perhitungan dan barang yang diangkut.
keuangan (financinl
analgsisl - Data jumlah kapal eksisting
yang beroperasi.
- Perhitungan potensi
muatan/penumpang
terhadap biaya operasional

SK No 175157 A
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
- 3209 -

Kriteria
No. Kriteria Khusus Keterangan
Umum
(ditandatangani oleh Kepala
Dinas).
f. Data kondisi perairan - Data jarak
lintas/trayek/rute.
- Data kondisi perairan (tinggi
gelombang rata-rata dan
tertinggi).
- Data kondisi cuaca ekstrim
yang pernah terjadi fiika
ada).
- Laporan gangguan alur
pelayaran (iika ada).
- Laporan kecelakaan yang
pernah terjadi fiika ada)
(ditandatangani oleh Kepala
Dinas).
g. Ketersediaan - Data layout dermaga.
dermaga/prasarana - Data konstruksi dermaga.
untuk sandar kapal
dan fasilitas (khusus - Data perairan disekitar
untuk Bus Air RoRo, kolam dermaga.
dermaga harus bisa - Data pasang surut.
untuk naik dan turun - Data/informasi ketersediaan
kendaraan). supply bahan bakar (bensin)
(ditandatangani oleh Kepala
Dinas).

16.6. Mekanisme Pengadaan Barang/Jasa


Proses pengadaan barang/jasa dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Presiden
Nomor 12 Tahun 2O2L Tentang Pembahan Atas Peraturan Presiden Nomor 16
Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah serta peraturan
perubahannya. Proses pengadaan barang/jasa dilaksanakan dengan
memperhatikan prinsip efektivitas dan efisiensi di dalam perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan, seperti dalam penentuan pelaksanaan lelang dan
pemaketan kegiatan.

SK No 175158 A
PRESIDEN
REPUELTK INDONESTA
- 32rO -

16.7. Penilaian Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Output


1 Jum1ah Fasilitas pelabuhan sisi darat dan perairan yang di rehabilitasi
untuk meningkatkan kualitas pelayanan transportasi di wilayah perairan
laut, sungai, danau dan penyeberangan.
2 Jumlah Bus Air dan Bus Air Roro yang dibangun untuk meningkatkan
kualitas pelayanan transportasi di wilayah perairan sungai, danau dan
penyeberangan.
3 Jumlah provinsi/kabupaten/kota yang melakukan sinergi kegiatan yang
didanai oleh DAK Fisik Bidang Transportasi Perairan dengan sumber-
sumber pembiayaan lainnya (temasuk DAK Fisik bidang lain).
4 Jumlah provinsi/kabupaten/kota yang menerapkan prinsip-prinsip good
gouerrlance dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian DAK Fisik
Bidang Transportasi Perairan.
5 Jumlah provinsi/kabupaten/kota yang menyerahkan laporan pelaksanaan
kegiatan dengan lengkap dan tepat waktu.

16.8. Spesifikasi Capaian Output


Target output/keluaran kegiatan DAK Fisik Bidang Transportasi Perairan adalah
sebagai berikut:
MENU KEGIATAN/RINCIAN MENU
BIDANG TARGET SATUAN
KEGIATAN
Transportasi Rehabilitasi Fasilitas Pelabuhan
Perairan Rehabilitasi Fasilitas Sisi Darat 24 Paket
Rehabilitasi Fasilitas Sisi Perairan 28 Paket
Pengadaan Sarana/ Moda Transportasi
Perairan
Pengadaan Bus Air Roro 11 Unit
Pengadaan Bus Air 1 Unit
Spesifikasi capaian output kegiatan DAK Fisik Bidang Transportasi Perairan
adalah sebagai berikut:
MENU
BIDANG KEGIATAN/RINCIAN TARGET
MENU KEGIATAN
Transportasi A. Rehabilitasi Fasilitas Pelabuhan
Perairan
1. Pekerjaan
Perkerasan penyiapan, penimbunan dan
Jalan pemadatan permukaan tanah dasar

SK No 175159 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESTA
- 3211 -

untuk penghamparan lapis pondasi


agregat
meliputi pemasokan,
pengangkutan, penghamparan dan
2. Perkerasan pemadatan bahan untuk
Lapis Pondasi pelaksanaan lapis pondasi jalan
Jalan dan suatu lapis permukaan
sementara pada permukaan tanah
dasar atau lapis pondasi bawah
Saluran drainase disesuaikan
dengan ketinggian dan luasan
3. Peke{aan permukaan tanah supaya air hujan
Drainase
mengalir secara gravitasi dengan
baik
4. Beton Bertulang
Beton insitu K-75 atau setara f c = 20,75 Mpa
Mooing Dolphin
Beton insitu K-75 atau setara f c = 20,75 Mpa
Breasting
Dolphin
Beton insitu K-75 atau setara fc = 20,75 Mpa
Breasting Trestle
Beton insitu K-75 atau setara fc = 20,75 Mpa
Breasting
Catwalk
Lantai Kerja K-t25
5. Tulangan baja mengikuti standar SNI 2052:2017
Kawat pengikat harus terbuat dari
6. Baja (kawat baja lunak panas yang
pengikat) memenuhii standar SNI 07-6401-
2000 dengan diameter minimum
2.03 mm
Baut mutu tinggi yang digunakan
untuk pengangkuran bollard harus
7. Baut-baut, dihasilkan pabrik yang disertai
paku-paku dan sertifikat standard mutu serta
mur-mur harus mendapat persetujuan dari
Pemberi Tugas dan/atau
Konsultan Pengawas. Untuk baut
dan mur direncanakan memenuhi

SK No 175160 A
PRESIDEN
REPUEUK TNDONESIA
- 32t2 -

ASTM A.325, seluruhnya di hot dip


galvanis
Untuk baja profil, plat baja dan
material baja struktural lainnya
8. Plat dan Baja mengacu kepada ASTM A36 Grade
Profil 75 dengan tegangan leleh minimum
24OO kglcm2. Khusus untuk baut
mengacu pada Grade 8.8
Tiang pancang pipa baja harus
mempunyai mutu sesuai standar
ASTM A252 grade 2 atau setara
9. Tiang Pancang dengan tegangan leleh minimal 240
Baja
MPa dan diproduksi dengan bentuk
las spiral dengan menggunakan
mesin las otomatis
Pelaksanaan pengelasan, kualifikasi
ahli las (welder) serta pelaksanaan
10. Pengelasan
pekerjaan pengelasan baja harus
Panjang Tiang
Pancang
memenuhi persyaratan yang ada
pada American Welding Societg
(AWS) Welding Code AWS D l. 1
Memenuhi spesifikasi BS 6349 Part
4. berkapasitas sebesar 25 ton
lL. Bollard dengan dimensi dan bentuk bollard
yang seperti tertera dalam gambar
rencana pekerjaan
Sistem fender mengikuti BS 6349
Part 4.
Produk fender harus mempunyai
garansi tertulis selama 5 tahun
12. Fender terhadap material karet fender dan
anchor-bolt yang dikeluarkan oleh
pabrik yang berpengalaman dan
banyak digunakan untuk menahan
beban tumbukan kapal sesuai
bobot kapal-kapal rencana
B. Pengadaan Sarana/ Moda Transportasi Perairan
- Pengadaan Bus Air
1. Panjang Kapal Maksimal 24 Meter

SK No 175161 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 32t3 -

2. Bahan Utama Alumunium Stan dar Marine


Kapal
3. Tonase Kapal Minimal 7 GT
4. Kapasitas Minimal 12 orang
Penumpang
Mesin induk dari tipe marine yang
sesuai untuk menghasilkan
5. Mesin kecepatan operasional yang
diinginkan
Memenuhi persyaratan Klas serta
mendapatkan notasi penuh Klas
6. Klasifikasi untuk konstruksi lambung dan
sekurang-kurangnya notasi
minimum KIas untuk permesinan
sebagai kapal bangunan baru
- Pengadaan Bus Air Roro
1. Panjang Kapal Maksimal24 Meter
2. Bahan Utama Alumunium Standar Maine dengan
Kapal tipe lambung katamaran
3. Tonase Kapal Minimal 7 GT
4. Kapasitas
Minimal 30 orang
Penumpang
5. Kapasitas Minimal 10 unit kendaraan roda
Kendaraan dua
Mesin induk dari tipe maine yang
sesuai untuk menghasilkan
6. Mesin
kecepatan operasional yang
diinginkan
Memenuhi persyaratan Klas serta
mendapatkan notasi penuh Klas
7. Klasifikasi
untuk konstruksi lambung dan
sekurang-kurangnya notasi
minimum Klas untuk permesinan
sebagai kapal bangunan baru

SK No 175162A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESTA
- 32L4 -

16.9. Target Outcome


I Meningkatnya kualitas pelayanan dan konektivitas transportasi perairan di
daerah berbasis perairan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
2 Terciptanya sinkronisasi kegiatan dan koordinasi kelembagaan antara
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) pengelola DAK Fisik Bidang
Transportasi Perairan dengan pemangku kepentingan terkait di provinsi
dan kabupaten/kota.
3 Meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian DAK Fisik Bidang Transportasi Perairan di
tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
4 Meningkatnya kepatuhan dalam penyampaian laporan sesuai dengan
aturan yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan dan Kementerian
Perhubungan.

16.10. Penyampaian Laporan Capaian Jangka Pendek (Immediote


Outcome)
1. Sebagai bentuk evaluasi terhadap hasil pelaksanaan kegiatan DAK Bidang
Transportasi Perairan, gubernur, bupati, atau wali kota diminta untuk
menyampaikan laporan Immediate Outcom.e (capaian jangka pendek) dari
pelaksanaan kegiatan dan penggunaan DAK Fisik Bidang Transportasi
Perairan kepada Direktur Transportasi Kementerian PPN/Bappenas,
Direktur Pengembangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, dan Sekretaris
Jenderal Kementerian Perhubungan.
2. Laporan Immediate Outcome yarrg disampaikan oleh Pemerintah Daerah,
memuat penjelasan atau informasi umum tentang pelaksanaan kegiatan
dengan memperhatikan dan menampilkan indikator capaian sebagai
berikut:

SK No 175163 A
PRESIDEN
REPUELTK INDONESIA
- 3215 -

INDIKATOR CAPAIAN
BIDANG/ RINCIAN
MENU OUTCOME
SUBBIDANG KEGIATAN OUTPUT IMMEDIATE OUTCOME

Transportasi Rehabilitasi Jumlah Meningkatkan pelayanan di Meningkatnya


Perairan fasilitas d,ermagaf pelabuhan dengan memperhatikan kualitas
pelabuhan pelabuhan produktivitas pelabuhan sebelum pelayanan dan
yang dan sesudah dilakukan kegiatan konektivitas
direhabilitasi rehabilitasi pelabuhan: transportasi
a) jumlah trip/ trayek yang perairan di
dilayani; daerah
berbasis
b) jumlah ship call; perairan untuk
c) jumlah penumpang; meningkatkan
d) jumlah kendaraan. pertumbuhan
ekonomi
Pengadaan - Bus Air Jumlah unit Meningkatnya Pelayanan Sarana
Sarana - Bus Air kapal yang (Moda) Transportasi Perairan
(Moda) RORO terbangun dengan memperhatikan indikator
Transportasi antara lain:
Perairan a) jumlah trip / trayek yang
dilayani;
b) jumlah penumpang;
c) jumlah kendaraan.

3. Perhitungan Immediate Outcome yang melalui Aplikasi Krisna DAK untuk pelaporan
Immediate Outcome Bidang DAK Fisik Transportasi Perairan sebagai berikut:
Sasaran
Indikator Indikator/ Cara Data
No Menu Rincian Target Satuan Kendala
Capaian Penerima Perhitungan Dukung
Manfaat
I Rehabilitasi Pelabuhan Persentase 5 Persen Masyarakat [((Rata-Rata Diisi oleh Melampirka
fasilitas sungai, peningkatan pengguna Trip Januari- Pemerintah n data
Pelabuhan danau dan jumlah jasa Mei 20241- Daerah dukung:
penyebran trip/trayek transportasi, (Rata-Rata dalam a. Menyertak
gan yang dilayani Pemerintah Trip Januari- pelaksanaan an data
Daerah, K/L Mei DAK Fisik manifes
2O23ll/Rata- Bidang yang
Rata Trip Transportasi disahkan
Januari-Mei Perairan oleh pihak
20231*100 yang
berwenang
Persentase 5 Persen [((Rata-Rata
peningkatan Jml (pemda/
jumlah Penumpang operator);
penumpang Januari-Mei b.Hasil
20241- (Rata- perhitunga
Rata Jml n indikator
Penumpang capaian;
Januari-Mei
c. Data
2o23ll/Rata-
Rata Jml
dukung
penunjang
Penumpang
(foto
Januari-Mei
20231"100
kegiatan).

Persentase 5 Persen [((Rata-Rata


peningkatan Unit
jumlah Kendaraan
kendaraan Januari-Mei

SK No 175164A
PRESIDEN
REPUELTK TNDONESIA
- 3276 -
20241- (Rata-
Rata Unit
Kendaraan
Januari-Mei
2O23ll/Rata-
Rata Unit
Kendaraan
Januari-Mei
2O23]"100
Pelabuhan Persentase 3 Persen [((Rata-Rata
laut peningkatan lml Ship Call
jumlah ship Januari-Mei
call 20241- lRata-
Rata Jml Ship
Call Januari-
Mei
2023))/RataRa
ta lml Ship Call
Januari-Mei
20231*r0O

Persentase 3 Persen [((Rata-Rata


peningkatan Jml Barang
jumlah Januari-Mei
barang 2024l.-
(RataRata Jml
Barang
Januari-Mei
2o23ll/Rata-
Rata Jml
Barang
Januari-Mei
2O23lLOO
Persentase 3 Persen [((Rata-Rata
peningkatan Jml
jumlah Penumpang
penumpang Januari-Mei
2024)- (Rata-
Rata Jml
Penumpang
Januari-Mei
2o23))/Rata-
Rata Jml
Penumpang
Januari-Mei
20231*100

2 Pengadaan Bus Air & Persentase 5 Persen [((Rata-Rata Diisi oleh Melampirka
Sarala Bus Air peningkatan Trip Januari- Pemerintah n data
(Moda) Roro jumlah Mei 20241- Daerah dukung:
Transportas trip/trayek (Rata-Rata dalam a. Menyertak
i Perairan yang dilayani Trip Januari- pelaksanaan an data
Mei DAK Fisik manifes
20231)/Rata- Bidang yang
Rata Trip Transportasi disahkan
Januari-Mei Perairan oleh pihak
2023]*l0O yang
Persentase 5 Persen berwenang
[((Rata-Rata (pemda/op
peningkatan Jml
jumlah Penumpang erator);
penumpanS Januari-Mei b.Hasil
20241-(Rara- perhitunga
Rata Jml n indikator
Penumpang capaian ;
Januari-Mei
2023))/Rata-

SK No 175165 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3277 -
Rata Jml c. Data
Penumpang dukung
Januari-Mei penunjang
20231"100 (foto
kegiatan).
Persentase 5 Persen [((Rata-Rata
peningkatan Unit
jumlah Kendaraan
kendaraan Januari-Mei
20241-(Rata-
Rata Unit
Kendaraan
Januari-Mei
2023))/Rata-
Rata Unit
Kendaraan
Januari-Mei
20231*100

4 Batas waktu penyampaian capaian jangka pendek (immediate outcome) dari


DAK Fisik Bidang Transportasi Perairan paling lambat 30 Juni 2024 serta
disampaikan melalui sistem informasi perencanaan dan pengarlggaran
yang terintegrasi.
5 Imm.ediate Outcome disampaikan setelah pelaksanaan DAK Fisik Bidang
Transportasi Perairan dan akan dijadikan dasar bagi Kementerian
Negara/Lembaga dan Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas dalam proses penilaian terhadap usulan daerah untuk
kegiatan DAK Fisik Bidang Transportasi Perairan Tahun selanjutnya.

16.11. Penerima Manfaat

1. Masyarakat pengguna Jasa Transportasi Perairan pada lokasi penerima


DAK.
2. Pemerintah provinsi/kabupaten/kota penerima DAK Bidang Transportasi
Perairan.
3. Kementerian Lembaga dalam penyelesaian target capaian pembangunan
infrastuktur Bidang Transportasi Perairan.

L6.12. Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan DAK Tahun 2o.23

Dalam mendukung pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang


Transportasi Perairan Tahun 2023, Kementerian Perhubungan melalui satuan
kerja/balai yang ada di Direktorat Jenderal Perhubungan Darat dan Unit
Pelaksana Teknis/Satt.an Kerja yang ada di Direktorat Jenderal Perhubungan
Laut akan melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan DAK Tahun 2023
untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah.

SK No 175166 A
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
- 3218 -

Tujuan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan DAK:


1. memastikan pelaksanaan DAK di daerah tepat waktu dan tepat sasaran
sesuai dengan penetapan alokasi DAK dan petunjuk teknis masing masing
bidang DAK;
2. mengidentifikasi permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan kegiatan
dalam rangka perbaikan pelaksanaan DAK tahun berjalan.
3. memastikan pelaksanaan DAK bermanfaat bagi masyarakat di daerah
sesuai dengan tujuan dan sasar€rn yang telah ditetapkan dalam dokumen
perencanaan pembangunan nasional;
4. memberikan masukan untuk penyempurnaan kebijakan dan pengelolaan
DAK yang meliputi aspek perencanaan, pengalokasian, pelaksanaan, dan
pemanfaatan DAK ke depan.

SK No 175167 A
PRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
- 3219 -

L7. BIDANG USAHA MIKRO I{ECIL DAN MENENGAH


L7.1. Arah KebiJakan
1. Sesuai dengan amanat Pasal 139 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 7
Tahun 2O2l tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi
dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, bahwa Pemerintah Pusat
mengalokasikan DAK untuk mendanai program/kegiatan kemudahan,
pelindungan, dan pemberdayaan koperasi, Usaha Mikro, dan Usaha Kecil di
daerah. Dalam rangka mendukung pemulihan perekonomian saat ini, masih
dibutuhkan pendampingan layanan usaha yang inklusif dan pemberdayaan
lainnya secara komprehensif untuk mendorong penguatan koperasi dan
usaha mikro dan kecil (UMK), penumbuhkembangan wirausaha melalui
peningkatan nilai tambah produk, kapasitas dan kualitas kerja serta
perluasan akses pasar dan pembiayaan. Oleh karena itu, diperlukan
pembangunan dan revitalisasi Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) untuk
meningkatkan produktivitas dan daya saing koperasi, UMK dan wirausaha.
2. DAK Fisik Bidang UMKM merupakan bagian dari DAK Tematik Penguatan
Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) yang mendukung pelaksanaan Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2023 dengan tema Peningkatan Produktivitas
untuk Transformasi Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan.
3. DAK Fisik Bidang UMKM difokuskan pada pengembangan daya tarik wisata
terintegrasi yang didukung pengembangan usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM), pengembangan sentra industri kecil dan menengah,
peningkatan aksesibilitas jalan, perbaikan sarana pengelolaan sampah, dan
pembangunan/revitalisasi pasar tematik dalam satu kawasan yang
terintegrasi.

17.2. Tujuan dan Sasaran


17.2.t. Tujuan
Tujuan pengelolaan DAK Fisik Bidang UMKM untuk:
1. meningkatkan produktivitas, nilai tambah, kapasitas dan kualitas kerja,
daya saing dan pemulihan usaha koperasi, UMK, dan wirausaha;
2. meningkatkan jangkauan dan kualitas layanan pendampingan bagi
koperasi, UMK, dan wirausaha;
3. meningkatkan jumlah koperasi, UMK, dan wirausaha yang didampingi;
4. mendorong percepatan digitalisasi koperasi, UMK, dan wirausaha;
5. menumbuhkembangkan wirausaha; dan
6. mendorong peran serta koperasi, UMK, dan wirausaha dalam pengembangan
DPP.

SK No 175168 A
PRESIDEN
PEPUEUK INDONESIA
- 3220 -

17.2.2. Sasaran
1. Pembangunan PLUT
a. Sasaran Keluaran
Terbangunnya PLUT di lokasi prioritas DAK Tematik Penguatan DPP
dan/atau mendukung lokasi Major Project (MP) Pengelolaan Terpadu
UMKM.
b. Sasaran Outcome
1) Terwujudnya pelayanan PLUT yang berkualitas bagi koperasi, UMK,
dan wirausaha;
2l Meningkatnya jangkauan dan kualitas pendampingan bagi koperasi,
UMK, dan wirausaha;
3) Meningkatnya kualitas dan daya saing koperasi, UMK, dan
wirausaha;
4l Meningkatnya pertumbuhan wirausaha pemula dan UMK naik kelas;
dan
5) Mendorong peran serta koperasi, UMK, dan wirausaha dalam
pengembangan DPP dan/atau MP Pengelolaan Terpadu UMKM.
2. Revitalisasi PLUT
a. Sasaran Keluaran
PLUT yang direvitalisasi di lokasi prioritas DAK Tematik Penguatan DPP
dan/atau mendukung lokasi MP Pengelolaan Terpadu UMKM.
b. Sasaran Outcome
1) Meningkatnya pelayanan PLUT yang berkualitas bagi koperasi, UMK,
dan wirausaha;
2) Meningkatnya jangkauan dan kualitas pendampingan bagi koperasi,
UMK, dan wirausaha;
3) Meningkatnya kualitas dan daya saing koperasi, UMK, dan
wirausaha;
4) Meningkatnya pertumbuhan wirausaha pemula dan UMK naik kelas;
dan
5) Mendorong kualitas peran serta koperasi, UMK dan wirausaha dalam
pengembangan DPP dan/atau MP Pengelolaan Terpadu UMKM.

L7.3. Menu Kegiatan dan Rincian Kegiatan


1. PLUT merupakan unit teknis yang memberikan layanan konsultasi dan
pendampingan usaha yang inklusif dan pemberdayaan lainnya kepada

SK No 175169 A
REPUEUK INDONESIA
- 322L -

koperasi, UMK, dan wirausaha secara komprehensif dan terpadu untuk


meningkatkan produktivitas, nilai tambah, kapasitas dan kualitas kerja,
daya saing dan pemulihan usaha koperasi, UMK dan wirausaha.
2. Kegiatan PLUT dilaksanakan untuk mendukung layanan usaha bagi
koperasi, UMK, dan wirausaha, meliputi:
a. konsultasi bisnis dan pendampingan usaha dari para
konsultan/pendamping kepada pelaku koperasi, UMK, dan wirausaha;
b. pendampingan dalam rangka pendaftaran usaha pada sistem perizinan
berusaha terintegrasi secara elektronik;
c.pelatihan teknis dan manajerial bagi para pelaku koperasi, UMK, dan
wirausaha sesuai bidangnya;
d. pendampingan dalam rangka pemenuhan sertifikasi dan standardisasi
produk bagi koperasi, UMK, dan wirausaha;
e. promosi dan pemasaran produk koperasi, UMK, dan wirausaha;
f. fasilitasi inkubasi bisnis bagi pelaku koperasi, UMK, dan wirausaha
untuk naik kelas;
g. pelaksanaan seleksi dan kurasi produk koperasi, UMK, dan wirausaha
termasuk yang akan melakukan usaha di lokasi infrastruktur publik;
h. peningkatan sinergi dengan kementerian/lembaga, OPD, perguruan
tinggi, asosiasi dan pemangku kepentingan lainnya dalam rangka
pendampingan dan peningkatan kemitraan usaha; dan/atau
i. pemberian fasilita-s lainnya yang mendukung pencapaian pemberdayaan
koperasi, UMK, dan wirausaha.
3. DAK Fisik Bidang UMKM terdiri dari:
a. pembangunan PLUT; dan
b. revitalisasi PLUT.
4. Pembangunan PLUT merupakan kegiatan pembangunan gedung beserta
kelengkapan sarana dan prasarana penunjang bagi kabupaten/kota yang
didasdrkan atas suatu perencanaan terpadu (bg design), meliputi:
a. tempat layanan konsultasi bisnis dan pendampingan usaha dari para
konsultan/pendapping kepada pelaku koperasi, UMK, dan wirausaha;
b. ruang kerja bersama /couorking space yang dimanfaatkan sebagai wadah
bertemunya pelaku koperasi, UMK, dan wirausaha untuk
mendiskusikan ide bisnis dan pengembangan usaha;
c. sarErna pelatihan teknis dan manajerial bagi para pelaku koperasi, UMK,
dan wirausaha sesuai bidangnya;

SK No 175170 A
PRESIDEN
REPUELTK INDONESIA
- 3222 -

d. sarana promosi dan pemasaran produk koperasi, UMK, dan wirausaha


melalui galeri produk;
e. tempat inkubasi bisnis bagi pelaku koperasi, UMK, dan wirausaha untuk
naik kelas; dan
f. penyediaan fasilitas lainnya yang mendukung pemberdayaan koperasi,
UMK, dan wirausaha.
5. Revitalisasi PLUT merupakan kegiatan perbaikan gedung, pembaruan
ruangan, dan penambahan sarana dan prasarana penunjang pada PLUT
yang telah ada bagr kabupaten/kota yang didasarkan atas suatu
perencanaan terpadu (bg design), meliputi:
a. revitalisasi tempat layanan konsultasi bisnis dan pendampingan usaha
dari para konsultan/pendamping kepada koperasi, UMK, dan wirausaha;
b. revitalisasi sarana pelatihan teknis dan manajerial bagi para pelaku
koperasi, UMK, dan wirausaha sesuai bidangnya;
c. revitalisasi sarana promosi dan pemasaran produk koperasi, UMK, dan
wirausaha melalui galeri produk;
d. penyediaan ruang inkubasi bisnis bagi pelaku koperasi, UMK, dan
wirausaha untuk naik kelas;
e. penyediaan rrang kerja bersama/ coworking space yang dimanfaatkan
sebagai wadah bertemunya para pelaku koperasi, UMK, dan wirausaha
untuk mendiskusikan ide bisnis dan pengembangan usaha; dan
f. penyediaan fasilitas lainnya yang mendukung pemberdayaan koperasi,
UMK, dan wirausaha.

L7.4. Kriteria Lokasi Prioritas


pAK Fisik Bidang UMKM tahun 2023 diprioritaskan untuk mendukung:
1. lokasi prioritas DAK Tematik Penguatan DPP tahun 2023 yang berada di
kabupaten/kota; dan/atau
2. lokasi MP Pengelolaan Terpadu UMKM.
Lokasi penerima DAK Fisik Bidang UMKM Tahun 2023 dikecualikan bagi
kabupaten/kota penerima DAK Fisik Penugasan Bidang UMKM Tahun 2022.

17.5. Tata Cara Pelaksanaan Kegiatan


17.5.1. Ketentuan Umum
1. Perencanaan kegiatan DAK Fisik Bidang UMKM dituangkan dalam rencana
kegiatan pada aplikasi KRISNA yang telah disepakati oleh OPD yang
membidangi koperasi, UMK, dan wirausaha kabupaten/kota.

SK No l75l7l A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3223 -

2. Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan anggaran transfer daerah


termasuk DAK Fisik Bidang UMKM mengikuti ketentuan yang telah diatur
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri dan Peraturan Menteri Keuangan.
3. Pembiayaan DAK Fisik Bidang UMKM didasarkan atas usulan
kabupaten/kota pada rincian menu kegiatan yang disesuaikan dengan
ketersediaan pagu anggaran.
4. Dalam hal kegiatan yang dibiayai oleh DAK Fisik Bidang UMKM namun tidak
diusulkan dan/atau tidak mencukupi dalam penyelesaian kegiatan sesuai
dengan perencanaan, pemerintah kabupaten/kota menyiapkan dana yang
bersumber dari APBD untuk membiayai kegiatan dimaksud.
5. Kegiatan penunjang DAK Fisik Bidang UMKM tidak dapat digunakan untuk
kegiatan perencanaan berupa Studi Kelayakan/Feasibitity Studg, Detail
Engineeing Design (DED), dokumen lingkungan hidup (dapat berupa SPPL,
UKL/UPL, dan Amdal) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan berlaku.
6. Pemerintah kabupaten/kota dapat menyediakan danaf anggaran yang
bersumber dari APBD maupun pembiayaan lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perulndang-undangan yang berlaku untuk mendukung
pembangunan dan revitalisasi PLUT.
7. Proses penyediaan dan pengadaan barang dan jasa dalam mendulmng
pembangunan dan revitalisasi serta kelengkapan sarana prasarana
pendukung PLUT sesuai dengan ketentuan peraturan yang terkait dengan
pengadaan barang/jasa pemerintah.
L7.5.2. Ketentuan Teknis
L7.5.2.1. Pelaksanaan Kegiatan DAK Fisik Pembangunan PLUT
1. Ruang lingkup
Ruang lingkup Pembangunan PLUT meliputi:
a. pematangan lahan;
b. pembangunan gedung PLUT; dan
c. fasilitasi sarana dan prasarana.
2. Ketentuan khusus
Pembangunan PLUT dialokasikan untuk kabupaten/kota yang memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Sertifikat lahan atas nama Pemerintah Kabupaten/Kota;
b. Dokumentasi foto dan video lokasi lahan;
c. Dokumen Feasibilitg Study (FS);
d. Dokumen Detailed Engineering Design (DED);

SK No 175172 A
PRESIDEN
REPUBL|K INDONESIA
- 3224 -

e. Dokumen lingkungan hidup, berupa Surat Pernyataan Kesanggupan


Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL) atau Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL/UPL)
atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal);
f. Surat pernyataan yang ditandatangani oleh Bupati/Wali Kota yang
menyatakan kesanggupan :

1) menyediakan lahan seluas minimal 2.OOO m2 dengan status tidak


dalam sengketa (clean and clear) yang disertai alamat, nomor
sertifikat, dan titik koordinat;
2l menjamin kelayakan lokasi PLUT yang meliputi a) infrastruktur jalan
menuju lokasi PLUT; b) ketersediaan jaringan listrik; dan c)
ketersediaan jaringan telekomunikasi;
3) desain gedung tidak menghilangkan ciri khas PLUT, mengandung
nilai kearifan lokal, ramah lingkungan, dan sesuai dengan prinsip
desain universal yang diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Ra\yat Nomor 14 Tahun 2Ol7 tentang
Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung;
4l menunjuk Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang membidangi
Koperasi dan UMKM sebagai koordinator pelaksana program PLUT;
5) mengoptimalkan fungsi dan peran PLUT guna pengembangan
koperasi, UMKM, dan wirausaha serta tidak mengalihfungsikan
gedung PLUT di luar fungsinya;
6) menyediakan call center pada PLUT untuk mempermudah pelayanan
bagi koperasi, UMKM, dan wirausaha;
7l membentuk kelembagaan PLUT berupa Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) atau Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) di bawah
koordinasi OPD yang membidangi koperasi dan UMKM paling lambat
31 Desember 2023;
8) mengalokasikan dana yang bersumber dari APBD untuk membiayai
komponen pada pematangan lahan dan/atau pembangunan PLUT
dan/atau fasilitasi sarana dan prasarana yang tidak diusulkan oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota atau tidak terdapat dalam komponen
DAK;
9) mengikuti proses perencanaan dan pelaksanaan DAK Fisik
Penugasan Tematik Penguatan Destinasi Pariwisata Prioritas dan
Major Project Pengelolaan Terpadu UMKM Bidang UMKM Menu
Pembangunan Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Tahun
Anggaran 2023 sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
' berlaku; dan

SK No 175173 A
PRESIDEN
REPUBLTK INDONESTA
- 3225 -

10) mendukung pelaksanaan program/kegiatan kementerian/lembaga


dalam pengembangarl koperasi, UMKM, dan wirausah.
g. Surat pernyataan yang ditandatangani Bupati/Wali Kota dan Ketua
DPRD kabupaten/kota yang menyatakan kesanggupan untuk
mengalokasikan kebutuhan anggaran bagi keberlangsungan dan
keberlanjutan fungsi dan peran PLUT yang bersumber dari APBD yang
dipergunakan untuk:
1) biaya pengeluaran rutin berupa listrik, air, internet, kebersihan,
keamanan, pemeliharaan, dan lain-lain yang menunjang kebutuhan
rutin operasional PLUT;
2) honorarium tenaga konsultan pendamping PLUT (minimal 5 orang);
dan
3) kegiatan teknis yang mendukung pelayanan, konsultasi, dan
pendampingan bagi pelaku koperasi, UMKM, dan wirausaha.
h. Kerangka Acuan Kerja (KAK)/Term of Reference (TOR) dan Rincian
Anggaran Biaya (RAB);
i. Rencana aksi pengembangan koperasi, UMK, dan wirausaha
kabupaten/kota tahun 2023 s.d. 2026;
j. Rencana aksi pengembangan PLUT kabupaten/kota tahun 2023 s.d.
2026.
k. Bangunan gedung PLUT memenuhi ketentuan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14 Tahun 2Ol7 tentang
Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung; dan
1. Desain gedung PLUT perlu mendapat persetujuan dari Kementerian
Koperasi dan UKM dan Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
3. Perencanaan
a. Kegiatan perencanaan berpedoman pada:
1) desain gedung PLUT yang secara fisik tidak menghilangkan ciri khas
PLUT yang ada (desain lengkung), mengandung nilai kearifan lokal
dari tiap-tiap daerah serta memenuhi ketentuan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14 Tahun 2OI7
tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung;

SK No 175174 A
PRESIDEN
NEPUBUK INDONESIA
- 3226 -

Gambar I Tampak Depan Gedung PLUT (Bagian dalam kotak A


merupakan ciri khas PLUT)

2l tata ruang gedung PLUT terdiri dari ruang pelatihan kapasitas 30


orang, aula, i.d"ea room (meliputi idea room priuate, open space, dant
fun spacel, sarana literasi bisnis, inkubator (meliputi inkubator bisnis
kuliner, agrobisnis, bisnis kriya, bisnis digital, dan bisnis pilihan
(sesuai dengan kebutuhan/potensi daerah), co-u,arking space, ruang
multimedia, ruang ibadah, toilet (laki-Iaki, perempuan, dan
disabilitas), ruang laktasi, jalur disabilitas, media center, galeri
produk, nrang pengelola, tempat parkir, pos keamanan, kantin/ caf€,
dan pantry;
3) kabupaten/kota dapat memenuhi 3 (tiga) jenis idea room
sebagaimana dimaksud di atas, atau memilih minimal 2 (dua) ruang
idea roomyang ada;
4l kabupaten/kota dapat memenuhi 5 (lima) jenis ruang inkubator
sebagaimana dimaksud di atas, atau dapat memilih minimal 3 (tiga)
nrang inkubator dengan salah satunya wajib memilih inkubator
bisnis digital;
5) warna bangunan sesuai dengan konsep desain yang mengusung tema
skandinavia;
6) dalam hal terdapat perubahan atas desain yang telah disetujui, perlu
mendapat persetujuan dari Kementerian Koperasi dan UKM;
b. Pengadaan sarana dan prasarana mencakup PC/komputer, mebeleur,
proyektor dan layar, perlengkapan ruang multimedia, LED TV minimal
32 inch, peralatan inkubator bisnis kuliner, peralatan inkubator
agrobisnis, peralatan inkubator bisnis kriya, peralatan inkubator bisnis
digital, peralatan inkubator bisnis pilihan, instalasi listrik dan genset,
dan CCTV.

SK No 175979 A
PRESIDEN
REPUEL|K INDONESIA
- 3227 -

c. Pengadaan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan peralatan


inkubator, harus disesuaikan dengan pemilihan rurang inkubator.
d. Pemerintah kabupaten/kota dapat mengalokasikan atau menambahkan
dana yang bersumber dari APBD untuk membiayai pematangan lahan,
pembangunan gedung PLUT dan fasilitasi sarana dan prasarana serta
komponen pendukung lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
e. Proses perencanaan pembangunan PLUT dan pertanggungjawaban
penggunaan keuangan dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/ kota
dan merupakan tanggung jawab mutlak pemerintah kabupaten/kota
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang
berlaku.
4. Pelaksanaan pembangunan PLUT
a. Kegiatan pembangunan PLUT yang menggunakan DAK Fisik Bidang
UMKM terdiri dari:
1) pematangan lahan;
2l pembangunan fisik gedung dengan standar desain gedung dan tata
nrang gedung PLUT merujuk pada nomor L7.5.2.1 angka 3 huruf a;
dan
3) fasilitas sarana dan prasarana pendukung PLUT merujuk pada pada
nomor 17.5.2.1 angka 3 huruf b dan c.
b. Kegiatan pembangunan fisik gedung dilakukan dengan berpedoman
pada hasil kegiatan perencanaan, melengkapi izin mendirikan bangunan,
dan kewajiban perizinan lainnya, serta melibatkan masyarakat sekitar
sebagai tenaga kerja.
c. Proses penyediaan kelengkapan sarana prasarana dan pengadaan
barang/jasa dalam rangka pembangunan PLUT, wajib menggunakan
barang/jasa koperasi dan UMK dari hasil produksi dalam negeri dengan
alokasi paling sedikit 4Oo/o (empat puluh persen) dari pagu anggaran
rincian menu fasilitas sarana dan prasarana PLUT pada rencana kegiatan
dan dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
d. Proses pengadaan pelaksana dan pelaksanaan pembangunan PLUT,
serta pertanggungiawaban penggunaan keuangan dilaksanakan
pemerintah kabupaten/kota dan merupakan tanggung jawab mutlak
pemerintah kabupatenlkota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
5. Pengawasan
a. Kegiatan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan PLUT
dilakukan oleh konsultan pengawas dengan mengevaluasi kesesuaian

SK No 175971 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3228 -

kemajuan pekerjaan dan realisasi pembayaran serta hasil akhir


pekerjaan dengan desain perencanaan yang dibuat oleh konsultan
perencana.
b. Proses penunjukan konsultan pengawas dan pertanggungjawaban
penggunaan keuangan dilaksanakan pemerintah kabupaten/kota dan
merupakan tanggung jawab mutlak pemerintah kabupaten/kota sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

17.5.2.2. Pelaksanaan Kegiatan DAK Fisik Revitdisasi PLUT


1. Ruang lingkup
Ruang lingkup Revitalisasi PLUT meliputi:
a. revitalisasi gedung PLUT; dan
b. fasilitasi sarana dan prasararla.
2. Ketentuan khusus
Revitalisasi PLUT dialokasikan untuk kabupaten/kota yang memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Sertifikat lahan atas nama Pemerintah Kabupaten/Kota;
b. Dokumentasi foto dan video lokasi lahan;
c. Dokumen Feasibilitg Sfudy (FS);
d. Dokumen Detailed Engineering Design (DED);
e. Dokumen lingkungan hidup, berupa Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL) atau Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL/UPL)
atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal);
f. Surat pernyataan yang ditandatangani oleh Bupati/Wali Kota yang
menyatakan kesanggupan :

1) menyediakan lahan dengan status tidak dalam sengketa (clean and


clear) yang disertai alamat, nomor sertifikat, dan titik koordinat;
2l menjamin kelayakan lokasi PLUT yang meliputi a) infrastruktur jalan
menuju lokasi PLUT; b) ketersediaan jaringan listrik; dan c)
ketersediaan jaringan telekomunikasi;
3) desain gedung tidak menghilangkan ciri khas PLUT, mengandung
nilai kearifan lokal, ramah lingkungan, dan sesuai dengan prinsip
desain universal yang diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14 Tahun 2Ol7 tentang
Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung;

SK No 175177 A
PRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
- 3229 -

4l menunjuk Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang membidangi


Koperasi dan UMKM sebagai koordinator pelaksana prograrn PLUT;
5) mengoptimalkan fungsi dan peran PLUT guna pengembangan
koperasi, UMKM, dan wirausaha serta tidak mengalihfungsikan
gedung PLUT di luar fungsinya;
6) menyediakan call center pada PLUT untuk mempermudah pelayanan
bagi koperasi, UMKM, dan wirausaha;
7l membentuk kelembagaan PLUT berupa Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) atau Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) di bawah
koordinasi OPD yang membidangi koperasi dan UMKM paling lambat
31 Desember 2023;
8) mengalokasikan dana yang bersumber dari APBD untuk membiayai
komponen pada pematangan lahan dan/atau revitalisasi) PLUT
dan/atau fasilitasi sarana dan prasarana yang tidak diusulkan oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota atau tidak terdapat dalam komponen
DAK;
9) mengikuti proses perencanaan dan pelaksanaan DAK Fisik
Penugasan Tematik Penguatan Destinasi Pariwisata Prioritas dan
Major Project Pengelolaan Terpadu UMKM Bidang UMKM Menu
Revitalisasi Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Tahun Anggaran
2023 sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
dan
10) mendukung pelaksanaan programfkegiatan kementerian/lembaga
dalam pengembangan koperasi, UMKM, dan wirausaha.
g. Surat pernyataan yang ditandatangani Bupati/Wali Kota dan Ketua
DPRD kabupaten/kota yang menyatakan kesanggupan untuk
mengalokasikan kebutuhan anggaran bagi keberlangsung€rn dan
keberlanjutan fungsi dan peran PLUT yang bersumber dari APBD yang
dipergunakan untuk:
1) biaya pengeluaran rutin berupa listrik, air, internet, kebersihan,
keamanan, pemeliharaan, dan lain-lain yang menunjang kebutuhan
rutin operasional PLUT;
2) honorarium tenaga konsultan pendamping PLUT (minimal 5 orang);
dan
3) kegiatan teknis yang mendukung pelayanan, konsultasi, dan
pendampingan bagi pelaku koperasi, UMKM, dan wirausaha.
h. Kerangka Acuan Kerja (KAK)/Term of Reference (TOR) dan Rincian
Anggaran Biaya (RAB);
i. Rencana aksi pengembangan koperasi, UMK dan wirausaha
kabupaten/kota tahun 2022 s.d. 2026;

SK No 175178 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3230 -

j. Rencana aksi pengembangan PLUT kabupaten/kota tahun 2023 s.d.


2026;
k. Bangunan gedung PLUT memenuhi ketentuan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Ralryat Nomor 14 Tahun 2Ol7 tentang
Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung; dan
l. Desain gedung PLUT perlu mendapat persetujuan dari Kementerian
Koperasi dan UKM dan Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
3. Perencanaan
a. Kegiatan perencanaan berpedoman pada:
1) desain gedung PLUT yang secara fisik tidak menghilangkan ciri khas
PLUT yang ada (desain lengkung), mengandung nilai kearifan lokal
dari tiap-tiap daerah serta memenuhi ketentuan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14 Tahun 2OI7
tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung;
2) tata ruang gedung PLUT terdiri dari ruang pelatihan kapasitas 30
orang, aula, idea room (meliputi i.d"ea room piuate, open space, dan
fun spacel, sarana literasi bisnis, inkubator (meliputi inkubator bisnis
kuliner, agrobisnis, bisnis kriya, bisnis digital, dan bisnis pilihan
(sesuai dengan kebutuhan/potensi daerah)1, co-working space, ruang
multimedia, ruang ibadah, toilet (laki-laki, perempuan, dan
disabilitas), rurang laktasi, jalur disabilitas, media center, galeri
produk, ruang pengelola, tempat parkir, pos keamanan, karrtin/caf€,
dan pantry;
3) kabupaten/kota dapat memenuhi 3 (tiga) jenis idea room
sebagaimana dimaksud di atas, atau memilih minimal 2 (dua) ruang
idea roomyang ada;
4) kabupaten/kota dapat memenuhi 5 (lima) jenis rLrang inkubator
sebagaimana dimaksud di atas, atau dapat memilih minimal 3 (tiga)
ruang inkubator dengan salah satunya wajib memilih inkubator
bisnis digital;
5) warna bangunan sesuai dengan konsep desain yang mengusung tema
skandinavia;
6) dalam hal terdapat pembahan atas desain yang telah disetujui, perlu
mendapat persetujuan dari Kementerian Koperasi dan UKM;
b. Pengadaan sarana dan prasarana mencakup PC/komputer, mebeleur,
proyektor dan layar, perlengkapan ruang multimedia, LED TV minimal
32 inch, peralatan inkubator bisnis kuliner, peralatan inkubator
agrobisnis, peralatan inkubator bisnis kriya, peralatan inkubator bisnis

SK No 175179 A
PRES]DEN
REPUBUK INDONESTA
- 323r -

digital, peralatan inkubator bisnis pilihan, instalasi listrik dan genset,


dan CCTV.
c. Pengadaan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan peralatan
inkubator, harus disesuaikan dengan pemilihan ruang inkubator.
d. Pemerintah kabupaten/kota dapat mengalokasikan atau menambahkan
dana yang bersumber dari APBD untuk membiayai revitalisasi gedung
PLUT dan fasilitasi sarana dan prasarana serta komponen pendukung
lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
e. Proses perencanaan revitalisasi PLUT dan pertanggungjawaban
penggunaan keuangan dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/ kota
dan merupakan tanggung jawab mutlak pemerintah kabupaten/kota
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang
berlaku.
4. Pelaksanaan revitalisasi PLUT
a. Kegiatan revitalisasi PLUT yang menggunakan DAK Fisik Bidang UMKM
terdiri dari:
1) revitalisasi fisik gedung dengan standar desain gedung dan tata ruang
gedung PLUT merujuk pada nomor 17.5.2.2 angka 3 huruf a; dan
2l fasilitas sarana dan prasarana pendukung PLUT merujuk pada
nomor 17.5.2.2 angka 3 humf b dan c.
b. Kegiatan revitalisasi fisik gedung dilakukan dengan berpedoman pada
hasil kegiatan perencanaan, melengkapi izin mendirikan bangunan, dan
kewajiban perizinan lainnya, serta melibatkan masyarakat sekitar
sebagai tenaga kerja.
c. Proses penyediaan kelengkapan sarana prasarana dan pengadaan
barang/jasa dalam rangka pembangunan PLUT, wajib menggunakan
barang/jasa koperasi dan UMK dari hasil produksi dalam negeri dengan
alokasi paling sedikit 4Oo/o (empat puluh persen) dari pagu anggaran
rincian menu fasilitas sarana dan prasarana PLUT pada rencana kegiatan
dan dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
d. Proses pengadaan pelaksana dan pelaksanaan revitalisasi PLUT, serta
pertanggungjawaban penggunaan keuangan dilaksanakan pemerintah
kabupaten/kota dan merupakan tanggung jawab mutlak pemerintah
kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
5. Pengawasan
a. Kegiatan pengawasan terhadap pelaksanaan revitalisasi PLUT dilakukan
oleh konsultan pengawas dengan mengevaluasi kesesuaian kemajuan

SK No 175972 A
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
- 3232 -

pekerjaan dan realisasi pembayaran serta hasil akhir pekerjaan dengan


desain perenc€rnaan yang dibuat oleh konsultan perencana.
b. Proses penunjukan konsultan pengawas dan pertanggungjawaban
penggunaan keuangan dilaksanakan pemerintah kabupaten/kota dan
merupakan tanggung jawab mutlak pemerintah kabupaten/kota sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

L7.6. Mekanisme Pengadaan Barang dan Jasa


Proses penyediaan dan pengadaan barang dan jasa dalam mendukung
pembangunan atau revitalisasi PLUT serta kelengkapan sarana prasarana
pendukung PLUT sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku dan
mengacu pada harga yang terdapat di katalog elektronik (E-Katalog) Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Apabila harga tidak
tercantum dalam E-Katalog LKPP, maka dapat digunakan mekanisme
pengadaan barang/jasa sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.
Proses pembangunan dan revitalisasi PLUT wajib mengutamakan penggunaan
produk dalam negeri, memperhatikan mekanisme pengadaan barang dan jasa
dengan alokasi paling sedikit 4Oohbagp Koperasi dan UMK serta memperhatikan
kebijakan penggunaan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

17.7. Spesifikasi Target Keluaran


1. PLUT yang selesai dibangun atau direvitalisasi sesuai dengan standar desain
gedung dan tata ruang gedung PLUT merujuk pada nomor 17.5.2.1 angka 3
huruf a atau nomor 17.5.2.2 angka 3 huruf a;
2. Fasilitas sarana dan prasararta pendukung PLUT merujuk pada nomor
17.5.2.1 angka 3 huruf b dan c atau nomor 17.5.2.2 angka 3 huruf b dan c.

L7.8. Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan


Kinerja pelaksanaan teknis adalah hasil pelaksanaan DAK Fisik Bidang UMKM
yang sesuai dengan spesifikasi teknis dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Kinerja pelaksanaan kegiatan DAK Fisik Bidang UMKM Tahun 2023
mencakup kinerja realisasi penggunaan keuangan yaitu kinerja penyaluran
dana, penyerapan dana, kinerja pencapaian keluaran (output), dan pencapaian
hasil jangka pendek dari penggunaan DAK Fisik Bidang UMKM. Laporan kinerja
tersebut difasilitasi melalui sistem informasi terkait pemantauan dan evaluasi
pada Kementerian yang membidangi urusan keuangan dan perencanaan.

SK No 175973 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
3233

17.9. Capalan Harll Jargkr Pcadcl


Batas wa.khr penyampaiar capaiar jangka petdek limmed-iate outconel dari DAK Fisik Bidang UMKM paling lambat 30 Juni 2024 serta
disampaikan melalui sistem informasi perencanaan dan penganggaran yarrg terintegrasi.
Sasaran
Bidang/ Menu/Rincian Indikator/
Indikator Capaian Target Satuan Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Penerima
Manfaat*

UMKM Pembangunan Persentase 20% Persen Koperasi, a. Bulan Januari 2024 dilakukan penetapan target tahunan
Pusat Layanan ketercapaian target UMK, dan masing-masing PLUT yang telah mendapat persetujuan
Usaha Terpadu jumlah koperasi, wirausaha. Kementerian Koperasi dan UKM.
(PLUT) UMK, dan
b. Rumus penghitungan capaian:
wirausaha yang
dilayani. Realisasi s. d. 23 Juni 2024
Capaian = x 100%
Target Tahunan

Persentase 20% Persen Koperasi, a. Bulan Januari 2024 dilakukan penetapan target tahunan
ketercapaian target UMK, dan masing-masing PLUT yang telah mendapat persetujuan
jumlah koperasi, wirausaha. Kementerian Koperasi dan UKM.
UMK, dan
b. Rumus penghitungan capaian:
wirausaha yang
didampingi Realisasi s. d. 23 Juni 2024
memperoleh Capaian = x 100%
Target Tahunan
perizinan.

SK No 053357 C
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
3234

Sasaran
Bidang/ Menu/Rincian Indikator/
Indikator Capaian Target Satuan Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Penerima
Manfaat*

Jumlah layanan 7 layanan Layanan Koperasi, Jumlah layanan PLUT yang tersedia dihitung per 23 Juni 2024.
PLUT yang tersedia UMK, dan
wirausaha.

Rehabilitasi Persentase 50% Persen Koperasi, a. Bulan Januari 2024 dilakukan penetapan target tahunan
Pusat Layanan ketercapaian target UMK, dan masing-masing PLUT yang telah mendapat persetujuan
Usaha Terpadu jumlah koperasi, wirausaha. Kementerian Koperasi dan UKM.
(PLUT) UMK, dan
b. Rumus penghitungan capaian:
wirausaha yang
dilayani. Realisasi s. d. 23 Juni 2024
Capaian = x 100%
Target Tahunan

Persentase 50% Persen Koperasi, a. Bulan Januari 2024 dilakukan penetapan target tahunan
ketercapaian target UMK, dan masing-masing PLUT yang telah mendapat persetujuan
jumlah koperasi, wirausaha. Kementerian Koperasi dan UKM.
UMK, dan
b. Rumus penghitungan capaian:
wirausaha yang
didampingi Realisasi s. d. 23 Juni 2024
memperoleh Capaian = x 100%
Target Tahunan
perizinan.

SK No 053358 C
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
3235

Sasaran
Bidang/ Menu/Rincian Indikator/
Indikator Capaian Target Satuan Cara Perhitungan
Subbidang Kegiatan Penerima
Manfaat*

Jumlah layanan 8 layanan Layanan Koperasi, Jumlah layanan PLUT yang tersedia dihitung per 23 Juni 2024.
PLUT yang tersedia UMK, dan
wirausaha.

SK No 053359 C
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3236 -

18. BIDANG PERDAGANGAN


18.1 Subbidang Perdagangan
18.1.1 Arah KebiJakan
Mempercepat penyelesaian pembangunan daya tarik wisata di kawasan inti
destinasi pariwisata prioritas pada RPJMN 2O2O-2O24 dan pengembangan daya
tarik wisata di kawasan penunjang destinasi pariwisata prioritas pada RPJMN
2O2O-2O24, dengan pembangunan/revitalisasi pasar ralryat tematik wisata
untuk meningkatkan nilai wisata niaga di daerah Daya Tarik Wisata (DTW).

l8.l.2 Tujuan dan Sasaran


18.1.2.1 TuJuan
1. Mendukung peningkatan diversifikasi atraksi dan amenitas pariwisata untuk
meningkatkan lama tinggal dan pengeluaran harian wisatawan dalam
mendukung pariwisata berkualitas.
2. Mendukung peningkatan jumlah dan ornzet UMKM dan IKM yang
mendukung rantai pasok pariwisata dalam suatu ekosisitem destinasi
pariwisata.
14.1.2.2 Sasaran
Peningkatan rantai pasok pariwisata dengan perdagangan, sentra IKM dan
UMKM.

18.1.3 Ruang Lingkup Kegiatan


Pembangunan/revitalisasi pasar ralryat'tematik wisata yang mendukung
amenitas dan atraksi pariwisata di kawasan daya tarik wisata.
18.1.3.1 Deskripsi Menu dan Rincian Kegiatan
Menu kegiatan Pembangunan/Revitalisasi Pasar Rat<yat Tematik Wisata, dengan
rincian kegiatan Pembangunan pasar ralryat tematik wisata.
18.1.3.2 Kriteria Lokasi Prioritas
Sebagai salah satu bidang yang mendukung Tematik Penguatan Destinasi
Pariwisata Prioritas, pemilihan lokasi Pembangunan Pasar Ralryat Tematik
Wisata berdasarkan kriteria sebagai berikut:
a. daerah ditetapkan sebagai lokasi prioritas pada tematik wisata;
b. akumulasi nilai kriteria teknis dan readiness criteia;
c. ualue propositionpembangun€rn pasar ralgrat tematik wisata yang dilihat dari
aspek keunikan/kebaruan produk, lokasi, desain dan promosi yang
ditawarkan melalui:

SK No 175182 A
PRESTDEN
REPUEUK TNDONESIA
- 3237 -

- gagasan narasi wisata yang diusulkan;


- variasi produk yang akan diperjualbelikan;
- menjadi bagian dari pola perjalanan wisatawan;
- lokasi strategis terhadap ekosistem wisata;
- desain awal pasar mengadopsi konsep dari wisata yang ada atau kearifan
lokal daerah tersebut; dan
- atraksi wisata potensial yang akan dihadirkan guna menarik pengunjung.
d. kesiapan daerah dalam melakukan pengelolaan pasar ralryat tematik wisata
yang meliputi analisis keuangan dan tinjauan manajemen.

18.1.4 Tata Cara Pelaksanaan Kegiatan


18.1.4.1 Ketentuan Umum
Pemerintah daerah melengkapi seluruh dokumen administrasi persyaratan
pembangunan yang dibutuhkan antara lain meliputi kajian AMDAL, Analisis
Dampak Lalu Lintas (Andalalin), rencana kerja syarat serta persyaratan
administrasi terkait lokasi pembangunan serta ketentuan lain dalam mekanisme
DAK. Untuk kelancaran pelaksanaan pembangunan, pemerintah daerah
diharapkan menjalin kerjasama dengan aparat penegak hukum (kejaksaan dan
kepolisian) serta BPK dalam proses perencanaan dan pembangunan pasar
rakyat tematik wisata dan didokumentasikan dalam bentuk MoU. Dukungan
APBD dan atau sumber pembiayaan lainnya diperkenankan guna menyiapkan
tempat relokasi pedagang sementara bagi pasar yang direvitalisasi ataupun
kegiatan lain yang dapat berupa perencanaanfoperasionalisasi/kolaborasi
pengelolaan pasar ralryat tematik wisata.
1A.1.4.2 KetentuanTeknis
Pembangunan pasar ralryat tematik wisata dilakukan dengan memperhatikan
hal sebagai berikut:
1. Teknis Bangunan
- Memenuhi persyaratan keandalan bangunan yang mencakup persyaratan
keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan bangunan sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 tentang Bangunan Gedung.
- Menerapkan prinsip Bangunan Gedung Hijau sesuai Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Ralryat Nomor 21 Tahun 2O2L tentang
Penilaian Kinerja Bangunan Gedung Hijau.
- Memenuhi standar Pasar Sehat sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 17 Tahun 2O2O tentang Pasar Sehat.
- Memenuhi kaidah SNI Pasar Ralryat 8152:2O2L.

SK No 175183 A
FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3238 -

- Desain bangunan wajib menjadi phgsbal marketing presence yang


kehadirannya diharapkan dapat menjadi atribut pemasaran dan penguat
narasi pasar wisata. Oleh karenanya, tiap pasar ralryat tematik wisata
yang dibangun di masing-masing lokasi akan berbeda sesuai dengan
narasi wisata yang diangkat.
- Aksentuasi pada struktur bangunan mengadopsi kebudayaan setempat
seperti ornamen khas daerah pada pintu masuk/gapura atau bentuk
bangunan yang diadaptasi dari bangunan khas daerah ataupun
penempatan aksen kebudayaan lokal pada sisi bangunan lainnya.
- Mengakomodir kebutuhan wisata kekinian melalui desain bangunan serta
ketersediaan infrastruktur penunjang sehingga dimungkinkan untuk
dilakukan pengadaan fasilitas pendukung lain serta karya seni guna
menambah estetika pasar rakyat tematik wisata.
- Terdapat pembagian zonasi yang jelas untuk setiap barang/jasa yang
diperdagangkan, memperhatikan kebutuhan teknis di masing-masing
zot:.a serta dilengkapi dengan sarana pendukung antara lain:
a. zotta pedagang utama yang terdiri dari zona pedagang bahan
kebutuhan pokok (tidak wajib), zor:^a pedagang kuliner, dan zona
pedagang souvenir;
b. zoraa jasa lainnya seperti jasa potong rambut/salon, refleksi, dan
lainnya;
c. zona galeri dan tempat pertunjukan pada pasar yang akan
mengangkat pertunjukan seni / budaya sebagai atraksi wisatanya;
d. zoraa ruang tunggu yang dapat dilengkapi pula dengan play ground
untuk menambah kenyamanan pengunjung;
e. koridor/gangway yang memberikan kemudahan untuk sirkulasi
pedagang dan pembeli termasuk penyandang disabilitas;
f. toilet dengan pemisahan yang jelas antara toilet pria dan Wanita serta
dapat dilengkapi dengan toilet disabilitas;
g. tempat Ibadah yang memadai dan mudah dijangkau;
h. ruang Men5rusui yang dilengkapi fasilitas menyimpan ASI dan
wastafel;
i. kantor Pengelola yang mudah dijangkau oleh pengunjung ataupun
pedagang;
j. lahan parkir baik untuk kendaraan roda dua maupun roda empat;
k. loading dock;
1. pengolahan sarnpah/limbah;
m. penyediaan peralatan kemetrologian (Peralatan UTTP) ;

SK No 175184 A
PRESIDEN
NEPUBUK INDONESI/I
- 3239 -

n. closed circuit teleuision yang ditempatkan pada lokasi yang dapat


memantau seluruh kegiatan pasar;
o. pos keamanan;
p. area merokok; dan
q. rLlang sanitasi;
Pemerintah daerah dapat menambahkan zonaffasilitas lainnya sesuai
kebutuhan seperti marketing poin, fasilitas kesehatan, Ruang Terbuka
Hijau dan zona lainnya yang dibutuhkan sesuai dengan narasi wisata yang
diangkat.
- Dilengkapi infrastruktur dasar berupa air bersih, listrik dan koneksi
internet/wifi.
2. Manajerial
Dalam perencanaa.n pembangunan dan pengelolaan pasar ralgrat tematik
wisata, pemerintah daerah memperhatikan 4 }:al terkait aspek manajerial
yang meliputi
a. Manajemen Operasional
Pemerintah daerah memberikan pendampingan pada pengelola pasar
dalam mengelola pasar rakyat tematik wisata. Pengelola pasar rakyat
tematik wisata yang ditunjuk agar dapat mengelola dan memelihara fisik
bangunan pasar, mengatur operasionalisasi pasar dan pedagang dengan
SOP yang jelas.
b. Manajemen Relasi
Pemerintah daerah dan pengelola pasar diharapkan dapat menjalin
Kerjasama dengan berbagai pihak baik instansi pusat, instansi daerah,
swasta maupun BUMN atau BUMD dan lainnya dalam pengelolaan dan
operasionalisasi pasar ralryat tematik wisata.
c. Manajemen Pemasaran
Pengelola pasar menciptakan dan mengembangkan inovasi untuk
menarik pengunjung datang dan berbelanja di pasar ralgrat tematik
',visata serta mampu menangkap peluang atas perubahan perilaku
konsumen yang dinamis. Pada aspek pemasaran ini juga menekankan
agar pemerintah daerah memberikan perhatian khusus pada branding
yang diangkat pada masing-masing pasar rakyat tematik wisata.
d. Manajemen Atraksi
Pemerintah daerah mempertimbangkan kearifan lokal, kebudayaan
setempat dan keunggulan kompetitif lainnya sebagai aspek utama dalam
pembangunan dan pengelolaan pasar ralryat tematik wisata. Pengelola

SK No 175185 A
PRESIDEN
REPUBLTK TNDONESIA
- 3240 -

pasar dapat memfasilitasi penyediaan tempat bagi pengisi atraksi yang


menarik bagi pengunjung.
e. Lain-lain
Dinas yang membidangi Perdagangan dalam hal melaksanakan
pembangunan fisik pasar dapat berkolaborasi dengan dinas teknis sesuai
dengan kompetensi yang dibutuhkan. Terkait dengan
pertanggungjawaban kinerja outcome, akan tetap dilaporkan oleh Dinas
yang membidangi Perdagangan.

18.1.5 Penilaian Kinerja


Penilaian kinerja pada T'ahun 2023 didasarkan atas aspek pembangunan fisik
(output), yang dilihat dari terbangunnya pasar rakyat tematik wisata sesuai
dengan petunjuk teknis ini. Pemerintah daerah memberikan laporan
perkembangan kemajuan pembangunan fisik dan persiapan pengelolaan secara
berkala dilaporkan secara tertulis kepada Kementerian Perdagangan c.q
Sekretariat Jenderal.

18.1.6 Mekanisme Pengadaan Barang Dan Jasa


Pemerintah daerah agar mempersiapkan perencanaan dengan efektif dan efisien
sehingga pembangunan/revitalisasi pasar rakyat tematik wisata dan pengadaan
peralatan serta perlengkapan pendukung dapat diselesaikan tepat waktu.
Adapun metode dalam pengadaan barang/ pekerj aan konstruksi /jasa dilakukan
sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2O2l tentang Perubahan
Atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2Ol8 tentang Pengadaan Barang lJasa
Pemerintah.

18.1.7 Spesifikasi Target Keluaran


Spesifikasi target keluaran kegiatan Tahun 2023 adalah sebagai berikut:

Menu Kegiatan Target Satuan

Pembangunan/Revitalisasi Pasar Ra\yat 2 Unit


Tematik Wisata

18.1.8 Capaian Hasil Jangka Pendek


Capaian hasil jangka pendek (Immediate outcomel dari
Pgmbangunan/revitalisasi Pasar Ra\yat Tematik Wisata yaitu meningkatnya
nilai wisata niaga di daerah daya tarik wisata dengan indikator sebagai berikut:
l. rata-rata jumlah pengunjung ke pasar ralgrat tematik wisata;

SK No 175186 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3241 -

2. rata-rata pengeluaran belanja warga dan wisatawan di pasar ralryat tematik


wisata; dan
3. indeks keberagaman variasi produk yang diperjualbelikan di pasar rakyat
tematik wisata.
Batas waktu penyampaian capaian jangka pendek (immediate outcome) dari DAK
Fisik Bidang Perdagangan dilakukan paling lambat 30 Juni 2024 serta
disampaikan melalui sistem informasi perencanaan dan penganggaran yang
terintegrasi.
Adapun target dan cara penghitungan masing-masing indikator immediate
outcome dari pembangunan pasar ralryat tematik wisata mengikuti tabel
berikut.

SK No 175187 A
PRES I OEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3242 -

Tabel indikator immediate outcome Pembangunan Pasar Rakyat Tematik Wisata

Bidang/ Indikator Penerima


Menu/Rincian Kegiatan Target Satuan Cara Perhitungan
Subbidang Capaian Manfaat

Perdagangan Pembangunan/Revitalisasi Rata-rata 1500 orang/hari Pedagang Melakukan pencatatan jumlah


pasar rakyat tematik jumlah pengunjung setiap harinya di pintu
wisata pengunjung ke masuk pasar.
pasar rakyat - Pencatatan dilakukan selama jam
tematik wisata operasional pasar (pada laporan IMO
agar diberikan keterangan waktu
pencatatan)
- Pencatatan dilakukan sejak hari
pertama pasar beroperasi hingga
minggu kedua Juni 2024
- Metode pengumpulan data diserahkan
kepada masing-masing pemda
- Hasil pencatatan disajikan ke dalam
tabel excel yang memuat minimal: hari

SK No 053360 C
PRES IDEN
REPIJBLIK INDONESIA
- 3243 -

Bidang/ Indikator Penerima


Menu/Rincian Kegiatan Target Satuan Cara Perhitungan
Subbidang Capaian Manfaat
dan tanggal pencatatan, jumlah
pengunjung dan keterangan. Hasil
dimaksud diunggah ke dalam aplikasi
KRISNA
- Nilai yang diinput dalam aplikasi
KRISNA adalah total pengunjung
periode pencatatan dibagi dengan
jumlah hari pencatatan (orang/hari)

Rata-rata 50.000 Rp/Orang Pedagang Melakukan survey kepada pengunjung


pengeluaran terkait jumlah pengeluaran beserta item
belanja warga belanja.
dan wisatawan - Pengumpulan data dapat dilakukan
di pasar rakyat sejak pasar beroperasi hingga minggu
tematik wisata kedua Juni 2024

SK No 053361 C
PRES IDEN
REPUBLIK INOONESIA
- 3244 -

Bidang/ Indikator Penerima


Menu/Rincian Kegiatan Target Satuan Cara Perhitungan
Subbidang Capaian Manfaat
- Pengambilan sampel dilakukan
dengan metode ramdom sampling
- Total jumlah sampel minimal sebanyak
100 orang
- Hasil pencatatan dimasukan ke dalam
tabel excel yang memuat minimal: hari
dan tanggal kunjungan, profil
responden (usia, jenis kelamin, daerah
asal responden), pengeluaran belanja,
item belanja, dan keterangan. Hasil
dimaksud diunggah ke dalam aplikasi
KRISNA
- Pemerintah daerah dapat
menambahkan item data dan atau
pertanyaan lain kepada responden
yang dianggap relevan dan bermanfaat

SK No 053362 C
PRES IDEN
REPLJELIK INDONESIA
- 3245 -

Bidang/ Indikator Penerima


Menu/Rincian Kegiatan Target Satuan Cara Perhitungan
Subbidang Capaian Manfaat
bagi pengembangan dan pengelolaan
pasar rakyat tematik wisata
- Nilai yang diinput dalam kolom
aplikasi KRISNA adalah total jumlah
pengeluaran belanja seluruh
responden dari seluruh kategori dibagi
dengan jumlah responden (Rp/orang)

Indeks Di atas - Pengelola - Melakukan perhitungan indeks


keberagaman 2 (dua) Pasar keberagaman pedagang yang
variasi produk dikelompokan berdasarkan jenis
yang pedagang:
diperjualbelikan 1. Kebutuhan Pokok:
di pasar tematik
wisata a. Jenis basah
b. Jenis Kering

SK No 053363 C
PRE S I DEN
REPUBLIK INOONESIA,
- 3246 -

Bidang/ Indikator Penerima


Menu/Rincian Kegiatan Target Satuan Cara Perhitungan
Subbidang Capaian Manfaat
2. Souvenir/Kerajinan
3. Kuliner
4. Jasa Lainnya
dengan menggunakan rumus

Dimana:
Pi = Jenis Pedagang i
∑ Total Pedagang

SK No 053263 C
PRE S IDE N
REPUELIK INDONESIA
- 3247 -

Bidang/ Indikator Penerima


Menu/Rincian Kegiatan Target Satuan Cara Perhitungan
Subbidang Capaian Manfaat
Keterangan:
H’ = Indeks Diversitas
Pi = Indeks kelimpahan

Penentuan Kriteria:
H’ < 1 = Keanekaragaman rendah
1<H’<3 = Keanekaragaman sedang
H’ > 3 = Keanekaragaman tinggi

- Penghitungan indeks keragaman


dilakukan pada pertengahan Juni
2024. Data dan hasil perhitungan
dimaksud diunggah ke dalam aplikasi
KRISNA

SK No 053264C
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3248 -

Bidang/ Indikator Penerima


Menu/Rincian Kegiatan Target Satuan Cara Perhitungan
Subbidang Capaian Manfaat
- Nilai yang diinput dalam kolom
aplikasi KRISNA adalah nilai indeks
hasil perhitungan keanekaragaman

SK No 053265 C
PRESIDEN
REPUBUK INDONESTA
- 3249 -

19. BIDANG INFRASTRUKTUR ENERGI TERBARUKAN


19.1. Subbidang Infrastruktur Energi Terbarukan-Tematik Peningkatan
Konektifitas dan Elektrillkasi di Daerah Afirmasi
L9.2. Arah Kebijakan
Kebijakan DAK Infrastruktur Energi Terbarukan yang selanjutnya disingkat
DAK-IET secara umum diarahkan untuk membantu mendanai kegiatan khusus
yang merupakan urusan daerah dalam rangka pencapaian sasaran Prioritas -
Prioritas Nasional dengan menu terbatas dan lokus yang ditentukan. Sedangkan
Kebijakan DAK Infrastruktur Energi Terbarukan secara khusus diarahkan
untuk percepatan peningkatan rasio elektrifikasi nasional, membantu
meningkatkan bauran EBT untuk mencapai target Kebijakan Energi Nasional
(KEN), mendorong pengembangan energi terbarukan di daerah dan mendukung
pelaksanaan Rencana Umum Energi Daerah (RUED).

19.3. Tujuan dan Sasaran


19.3.1. Tujuan
Tujuan dari kegiatan DAK-IET adalah:
1. mendorong peningkatan rasio elektrifikasi nasional dan penyediaan akses
bagi masyarakat terhadap energi bersih di daerah dengan memanfaatkan
energi terbarukan setempat;
2 membantu meningkatkan porsi energi terbarukan dalam bauran energi
nasional untuk mencapai target 23o/o (drua puluh tiga persen) porsi energi
baru terbarukan di tahun 2025, sesuai dengan target Kebijakan Energi
Nasional;
3. mengurangi ketergantungan dan menghemat biaya pengeluaran untuk
pengadaan energi fosil/konvensional;
4. meningkatkan kapasitas dan peran serta pemerintah daerah dalam upaya
pengembangan dan pemanfaatan energi terbarukan;
5 meningkatkan keberlanjutan pemanfaatan infrastruktur energi terbanrkan.

t9.3.2. Sasaran
Terwujudnya peningkatan rasio elektrifikasi dan tersedianya akses bagi
masyarakat terhadap energi bersih melalui pembangunan pembangkit listrik
yang bersumber dari energi terbarukan dan pemanfaatan energi terbarukan.
Sasaran tenrkur yang dapat dicapai melalui implementasi DAK-IET dapat
diilustrasikan melalui indikator berikut:

SK No 175188 A
PRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
- 3250 -

1. Tambahan kapasitas pembangkit listrik dari mikrohidro; dan


2. Tambahan kapasitas pembangkit listrik dari tenaga surya.

19.4. Ruang Lingkup Kegiatan


19.4.1. Deskripsi Menu dan Rincian Kegiatan
1. DAK-IET diarahkan untuk membiayai kegiatan fisik bidang energi baru
terbarukan yang meliputi:
a. pembangunan PLTMH Off Grid;
b. pembangunan PLTS Terpusat Off Grid.
2. Kegiatan pembangunan PLTMH Off Grid dan PLTS Terpusat Off Grid
merupakan kegiatan instalasi pembangkit untuk penyediaan akses energi di
daerah.
3. Kegiatan pembangunan PLTMH OIf Grid merupakan kegiatan prioritas.
4. Kegiatan pembangunan PLTS Terpusat OIf Grid diutamakan untuk daerah
yang tidak mempunyai potensi energi air skala kecil yang layak secara teknis
untuk dapat dikembangkan sebagai PLTMH OIf Gnd.

19.5. Kriteria Lokasi Prioritas


DAK-IET diprioritaskan untuk:
1. desa/dusun di Daerah 3T (Tertinggal, Terluar, Terdepan), Perbatasan
Negara, Daerah Kepulauan, dan Daerah Transmigrasi;
2. desa/dusun dengan tingkat rasio elektrifikasi masih rendah;
3. desa/dusun yang tidak terhubung dengan jaringan tenaga listrik PT PLN
(Persero) dan pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik lainnya (Of
Gridl, dalam kurun waktu sekurangnya 3 (tiga) tahun; atau
4. desa/dusun yang telah mendapatkan pemasangan lampu tenaga surya
hemat energi (LTSHE) dan telah melewati umur teknis.

19.6. Tata Cara Pelaksanaan Kegiatan


19.6.1. Ketentuan Umum
l. DAK-IET dilaksanakan dengan mengacu pada Peraturan Presiden tentang
Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus Fisik Tahun Anggaran 2023.
2. DAK-IET adalah dana yang dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu
mendanai kegiatan penyediaan akses energi listrik melalui pembangunan

SK No 175189 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3251 -

dan pengembangan energi terbarukan yang merupakan urusan daerah dan


sesuai dengan prioritas nasional.
3. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Off Grid yang selanjutnya disingkat
PLTMH Off Grid adalah suatu pembangkit listrik tenaga air skala kecil yang
menggunakan tenaga air yang dapat berasal dari saluran irigasi, sungai,
atau air terjun alam, dengan cara memanfaatkan tinggi terjunan dan jumlah
debit air.
4. Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terpusat Off Gridyang selanjutnya disebut
PLTS Terpusat OIf Grid adalah pembangkit listrik yang mengubah energi
matahari menjadi listrik dengan menggunakan modul fotovoltaik, dan energi
listrik yang dihasilkan selanjutnya disalurkan kepada pemakai melalui
jaringan tenaga listrik.
5. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan LingkungErn
Hidup yang selanjutnya disebut SPPL adalah pernyataan kesanggupan dari
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup atas dampak lingkungan hidup dari
usaha dan/atau kegiatannya di luar Usaha dan/atau kegiatan yang wajib
amdal atau UKL-UPL.
6. DAK-IET diarahkan untuk membiayai kegiatan fisik pembangunan dan
pengembangan energi terbarukan yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Daerah Provinsi
7. Tahapan pengelolaan DAK-IET terdiri atas:
a. perencanaan;
b. pemrogrzrman;
c. pelaksanaan;
d. pembinaan dan pengawasan; dan
e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.

t9.6.2. KetentuanTeknis
Ketentuan teknis kegiatan DAK-IET mengatur ketentuan pada setiap rincian
menu kegiatan, sebagai berikut:
1. Pemerintah Daerah Provinsi menyampaikan proposal/usulan melalui surat
Gubernur kepada Menteri ESDM melalui Direktorat Jenderal.
2. Dokumen Proposal/usulan DAK yang disampaikan antara lain terdiri atas:
a. Surat Permohonan Gubernur atau Sekretaris Daerah a.n. Gubernur;
b. Telah mempunyai dokumen perencanaan yang meliputi:
1) nama kegiatan;

SK No 175190 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3252 -

2l rincian lokasi meliputi: desa, kecamatan, kabupaten, dan provinsi;


3) output kegiatan berupa daya atau kapasitas instalasi pemanfaatan
energi terbarukan;
4l rencana anggaran biaya atau rincian pendanaan kegiatan;
5) biaya pembangunan sudah termasuk pajak dan biaya lain-lain;
6) data pemanfaatan energi antara lain jumlah rumah, fasilitas umum,
dan kegiatan produktif;
7l metode pelaksanaan kegiatan;
8) potensi energi dan estimasi produksi energi yang tersedia di lokasi;
9) kapasitas pembangkit atau instalasi pemanfaatan energi terbarukan;
dan
lO)studi kelayakan PLTMH Off Grid mengacu pada SNI 8397:2OL7
tentang paduan studi kelayakan pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro (PLTMH);
11)studi kelayakan PLTS Terpusat OJf Grid mengacu pada SNI 8395;2OL7
tentang paduan studi kelayakan pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (PLTS);
a) ketersediaan lahan untuk pembangunan, pengadaan dan/atau
pemasangan instalasi penyediaan tenaga listrik dari energi
terbarukan yang dibuktikan dengan menyampaikan Surat
Pernyataan Ketersediaan Lahan untuk Pembangunan, Pengadaan
dan/atau Pemasangan Instalasi Penyediaan Tenaga Listrik dari
Energi Terbarukan, yang ditandatangani oleh Gubernur atau
Sekretaris Daerah a.n. Gubernur;
b) telah berkoordinasi dengan PT PLN (Persero) terkait dengan
Rencana Pengembang€rn Jaringan Distribusi Tenaga Listrik yang
dibuktikan dengan menyampaikan Surat Pernyataan telah
berkoordinasi dengan PT PLN (Persero) terkait dengan Rencana
Pengemb€rngan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik yang
ditandatangani oleh Gubernur atau Sekretaris Daerah a.n.
Gubernur;
c) kesiapan pemerintah daerah untuk memelihara dan menyiapkan
anggarzrn operasional yang dibuktikan dengan menyampaikan
Surat Pernyataan Komitmen Pemeliharaan Aset oleh Gubernur
atau Sekretaris Daerah a.n. Gubernur di atas materai;
d) pemerintah Daerah provinsi penerima DAK Bidang Infrastruktur
Energi Terbarukan dapat menunjuk lembaga pengelola instalasi
pemanfaatan energi terbarukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan ;

SK No l75l9l A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3253 -

e) kesiapan masyarakat selaku calon pengguna untuk


mengoperasikan instalasi pemanfaatan energi terbarukan;
0 kesediaan masyarakat untuk membayar biaya pemakaian energi
pada tingkat harga yang wajar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
g) mengutamakan pemanfaatan barang/peralatan produksi dalam
negeri/lokal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
h) surat keabsahan dan kebenaran seluruh dokumen pendukung
yang diajukan dari Gubernur.

19.6.2.1. Perencanaan
1. Kebijakan pengelolaan DAK-IET mengacu pada RPJMN (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah) Tahun 2O2O-2O24 sebagai upaya
mewujudkan prioritas nasional dan prioritas daerah di bidang energi untuk
mendukung tema ketahanan energi dengan arah kebijakan:
a. mewujudkan percepatan peningkatan rasio elektrifikasi nasional;
b. menjamin akses terhadap energi (energi bersih) yang terjangkau, dapat
diandalkan, berkelanjutan dan modern untuk semua sesuai target target
pembangunan berkelanjutan dalam menjamin penyediaan energi bersih
dan terjangkau, andal, berkelanjutan dan modern untuk semua serta
penanganan perubahan iklim dalam bentuk aksi nyata;
c. mewujudkan percepatan pemanfaatan potensi energi setempat dalam
mendukung peningkatan porsi bauran energi terbarukan dalam porsi
bauran energi nasional yang sebesar 23oh (dua puluh tiga persen) di
tahun 2025; dan
d. mendukung upaya percepatan menuju transisi energi nasional yang
berkelanjutan, sistem energi rendah emisi, ketahanan iklim, integrasi
energi terbarukan dan efisiensi energi.
2. Kementerian ESDM menyiapkan dokumen rencana strategis DAK-IET kurun
wakfir 5 (lima) tahun untuk Pemerintah Daerah penerima DAK-IET yang
dikoordinasikan oleh unit organisasi teknis.
3. Dokumen rencana strategis DAK-IET mengacu pada dokumen perencanaan
daerah yang berupa:
a. rencarla pembangunan jangka menengah nasional;
b. rencana strategis Kementerian ESDM;
c. rencana dan program lintas sektor;
d. rencana umum energi nasional (RUEN); dan/atau

SK No 175192 A
PRESIDEN
REPUEUK TNDONESIA
- 3254 -

e. dokumen perenca.naan lainnya,


Dokumen rencana strategis DAK-IET dapat ditinjau kembali dan
disesuaikan dengan target, sasaran, dan isu strategis yang berkembang.

19.6.2.2. Pemrograman
1. Penggunaan DAK-IET
a. DAK-IET diprioritaskan untuk mendanai kegiatan fisik dan dapat
digunakan untuk mendanai Kegiatan Penunjang yang dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang pengelolaan
keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
b. Kegiatan penunjang dapat digunakan untuk:
1) desain perencanaan untuk kegiatan kontraktual;
2) biaya tender, tidak termasuk honor pejabat pengadaan barang dan
jasa/unit layanan pengadaan dan pengelola keuangan;
3) jasa konsultan pengawas kegiatan kontraktual;
4l penyelenggaraan rapat koordinasi di Pemerintah Daerah dan/atau
5) perjalanan dinas ke/dari lokasi kegiatan untuk perencanaan,
pengendalian, pengawasan.
c. Penggunaan DAK-IET untuk Kegiatan Penunjang mengikuti mekanisme
penJrusunan rencana kegiatan DAK-IET.
2. Tahapan Pemrograman
a. Pengusulan DAK-IET oleh Pemerintah Daerah Provinsi dilakukan
melalui KRISNA DAK.
b. Direktorat Jenderal EBTKE melakukan evaluasi administrasi dan teknis
atas usulan Pemerintah Daerah Provinsi.
c. Berdasarkan penetapan alokasi DAK-IET dari Pemerintah, Gubernur
Provinsi penerima DAK-IET menJrusun rencana kegiatan sesuai kriteria
prioritas nasional dan prioritas daerah.
d. Pen5rusunan usulan rencana kegiatan mengacu pada usulan kegiatan
yang diusulkan oleh Pemerintah Daerah kepada Menteri ESDM dan
Menteri PPN/Kepala Bappenas.
e. Pemerintah Daerah penerima DAK-IET harus mengikuti koordinasi
pembahasan dan sosialisasi arah kebijakan pengelolaan DAK-IET yang
diselenggarakan oleh Kementerian ESDM.
f. Pemerintah Daerah dapat mengajukan usulan perubahan atas rencana
kegiatan paling banyak I (satu) kali kepada Menteri ESDM melalui
Direktorat Jenderal EBTKE dan/atau Sekretariat Jenderal Kementerian

SK No 175193 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESTA
- 3255 -

ESDM paling lambat minggu pertama bulan Maret pada tahun


pelaksanaan DAK.
g. Usulan perubahan rencana kegiatan sebagaimana tercantum dalam
huruf f, dapat dilakukan selama berada dalam ruang lingkup yang
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pengelolaan DAK
Fisik.
h. Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal EBTKE dan/atau
Sekretariat Jenderal Kementerian ESDM bersama-sama dengan
Kementerian PPN/Bappenas melalui Deputi Bidang Kemaritiman dan
Sumber Daya Alam memberikan persetujuan atau penolakan atas
usulan perubahan rencana kegiatan paling lambat minggu kedua bulan
Maret pada tahun pelaksanaan DAK-IET.
i. Persetujuan perubahan rencana kegiatan berupa opini teknis terhadap
kesesuaian data dengan persyaratan teknis.
j. Pemerintah Daerah men5rusun rekapitulasi rencana kegiatan maupun
perubahan rencana kegiatan yang memuat:
1) rincian dan lokasi kegiatan; dan
2l target keluaran kegiatan.
k. Hasil rekapitulasi rencana kegiatan maupun perubahan rencana
kegiatan disampaikan kepada Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional /Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan paling lambat bulan
Maret pada tahun pelaksanaan DAK-IET melalui sistem informasi
perencanaan dan penganggaran yang terintegrasi
3. Perubahan Rencana Kegiatan dalam Keadaan Kahar
a. Dalam hal terjadi keadaan bencana alam, kejadian luar biasa, dan/atau
wabah irenyakit menular, pemerintah daerah dapat mengajukan usulan
perubahan atas rencana kegiatan kepada Menteri ESDM sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan.
b. Menteri ESDM memberikan persetujuan atau penolakan atas usulan
perubahan rencana kegiatan setelah berkoordinasi dengan Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Menteri
Keuangan dan Menteri Dalam Negeri serta dapat melibatkan Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
c. Bencana alam merupakan bencana alam yang terjadi pada tahun
pelaksanaan DAK-IET sesuai dengan ketentuan peraturan perLlndang-
undangan dan dinyatakan melalui keputusan kepada daerah terkait.
d. Persetujuan Menteri ESDM disampaikan kepada kepala daerah yang
bersangkutan berupa opini teknis terhadap kesesuaian data dengan
persyaratan teknis sesuai ketentuan.

SK No 175194 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3256 -

L9.6.2.3. Pelaksanaan DAK-IET


1. Pelaksanaan pembangunan dan pengembangan energi terbarukan
berdasarkan DAK-IET wajib dilaksanakan sesuai dengan persyaratan umum
dan spesifikasi teknis.
2. Pemerintah Daerah Provinsi dalam pengelolaan DAK-IET harus membuat
SPPL dan mengacu pada SPM di Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
menanga.ni Energi Baru dan Energi Terbarukan.
3. Hasil pembangunan dan pengembangan energi terbarukan dikelola oleh
Pemerintah Daerah Provinsi atau lembaga pengelola yang ditunjuk oleh
Pemerintah Daerah Provinsi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4. Pemerintah Daerah Provinsi bertanggung jawab atas monitoring
pengelolaan hasil kegiatan fisik pembangunan dan pengembangan energi
terbarukan berdasarkan DAK-IET.
5. Pemerintah Daerah provinsi dan kabupaten/kota dalam pengelolaan DAK-
IET harus mengacu pada SPM di Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
menangani Energi Baru dan Energi Terbarukan.
6. Kegiatan operasi dan pemeliharaan serta pembinaan dibebankan pada
APBD dan/atau sumber pendanaan lain yang sah sesuai peraturan
perundang-undangan.

19.6.2.4. Pembinaan dan Pengawasan Pengelolaan DAK


1. Peran dan Fungsi
a. Pembinaan pengelolaan DAK-IET kepada Pemerintah Daerah Provinsi
dilaksanakan oleh Kementerian ESDM.
b. Pembinaan pengelolaan DAK-IET kepada Lembaga Pengelola DAK-IET
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi.
c. Menteri ESDM melaksanakan peran dan fungsi Pemerintah dalam
pembinaan dan pengawasan pengelolaan DAK-IET yang meliputi:
1) Pengaturan;
2) Pembinaan teknis; dan
3) Pengendalian.
2. Tata Kelola Koordinasi Pemerintah dan Pemerintah Daerah
a Dalam melaksanakan peran dan fungsi Pemerintah dalam
pengelolaan DAK-IET, Menteri ESDM membentuk tim koordinasi
pusat yang terdiri atas unit organisasi pembina pengelolaan DAK-IET.
b. Unit organisasi pembina pengelolaan DAK-IET terdiri atas:

SK No 175195 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3257 -

1) Sekretariat Jenderal Kementerian ESDM ;


2) Inspektorat Jenderal Kementerian ESDM; dan
3) Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM

L9.6.2.5. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan


1. Pemantauan dan Evaluasi
a. Menteri ESDM melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap
laporan berkala dan laporan akhir.
b. Direktur Jenderal EBTKE selaku ketua tim koordinasi pusat
melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan DAK-IET paling lambat 31
(tiga puluh satu) hari kalender setelah tahun anggaran berakhir dan
disampaikan kepada Menteri ESDM.
c. Menteri ESDM menyampaikan hasil evaluasi yang digunakan untuk
menilai kinerja pelaksanaan DAK-IET di daerah kepada Menteri
Keuangan, Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional/ Kepala
Bappenas, dan Menteri Dalam Negeri.
d. Hasil penilaian kinerja pelaksanaan DAK-IET dijadikan sebagai salah
satu pertimbangan dalam usulan pengalokasian DAK-IET pada tahun
berikutnya serta program pembinaan pengelolaan DAK-IET.
2. Pelaporan
a. Pemerintah daerah provinsi penerima DAK-IET harus menyampaikan
laporan triwulan dan laporan akhir tahun DAK-IET.
b. Pelaporan triwulan DAK-IET meliputi:
1) triwulan pertama pertanggal 31 Maret;
2l triwulan kedua pertanggal 30 Juni;
3) triwulan ketiga pertanggal 30 September; dan
4l triwulan keempat pertanggal 31 Desember.
c. Format Laporan
l) Format Laporan Triwulanan untuk Pembangunan PLTMH Off Grid

SK No 175196 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3258 -

Laporan Triwulan I/II/III


DAK-IET

Nama PLTMH Off Grid :

Kapasitas (kW) :

Rumah Terlistriki :
(unit)

Tahun Anggaran DAK :

Koordinat GPS : Lintang S/U Bujur Timur

Kampung/Dusun :

Desa :

Kecamatan :

Kabupaten :

Nama Sungai :

Pelapor : Pemerintah Provinsi...............................

Tanggal Pelaporan :

Pelaksanaan Pembangunan PLTMH Off Grid DAK-IET

Bangunan Sipil

Status Kemajuan Persiapan Konstruksi Selesai

Bendung :

Bangunan Pengalih
:
Aliran (Intake)

Pengendap Awal :

Saluran Pembawa
:
(Head Race)

Bak Penenang
:
(Forebay)

SK No 175197 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESTA
- 3259 -

Pipa Pesat
(Penstock)/Pipa Hisap :
(Draft Tube1)

Rumah Pembangkit
:
(Power House)

Saluran
:
Pembuang(Tailrace)

Peralatan Elektro Mekanik

Status Kemajuan Dipesan Tiba di lokasi Terpasang

Turbin :

Generator :

Kontrol (ELC/IGC) :

Catatan

Distribusi dan Sambungan Rumah/Instalasi Rumah

Status Kemajuan Dipesan Tiba di Lokasi Terpasang

Tiang Distribusi :

Kabel Distribusi :

Trafo :

Kabel Sambungan
:
Rumah

Pembatas/kWh meter :

Instalasi Rumah :

Catatan Kemajuan (sudah diselesaikan sebanyak)


Tiang Distribusi : buah
Kabel Distribusi : meter
Kabel Sambungan Rumah : meter
Instalasi Rumah : rumah

1 Hanya untuk Turbin Propeller (horizontal, tubular, open flume)

SK No 175198 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3260 -

Lembaga Pengelola PLTMH Off Grid

Status Kemajuan Belum Dipilih Terpilih Terlatih

Ketua :

Bendahara :

Operator :

Belum Telah
Ditentukan Ditentukan

Iuran (Rp/bln)/Tarif :
(Rp/kWh)

Catatan

Jadwal dan Penyerapan Dana

Status Kemajuan Rencana dan Realisasi

Jadwal : Mulai: .......................... Selesai: ............................


Konstruksi

Anggaran : Total Penyerapan Sampai Saat


Ini

Rp ................................. Rp .....................................

Catatan

Foto Kegiatan

(tempat) , (hh bb yyyy)


(Pelapor),

(Nama lengkap)

SK No 175199 A
FRESIDEN
REPUEUK INDONESTA
- 326r -

2) Format Laporan Triwulanan untuk Pembangunan PLTS Terpusat


Off Grid
Laporan Triwulan I/II/III
DAK-IET

Nama PLTS Terpusat Off : .................................................................................


Grid

Jumlah PLTS Terpusat : .......................................................................... unit


Off Grid)

Kapasitas (kWp) :

Rumah Terlistriki (unit) :

Tahun Anggaran DAK :

Koordinat GPS : Lintang S/U Bujur Timur

Kampung/Dusun :

Desa :

Kecamatan :

Kabupaten :

Pelapor : Pemerintah Provinsi…………………….........

Tanggal Pelaporan :

Pelaksanaan Pembangunan PLTS Terpusat Off Grid


DAK-IET

Pekerjaan Sipil

Status Kemajuan Persiapan Konstruksi Selesai

Pondasi penyangga :

Penyangga :

Rumah Pembangkit :

Pagar :

Catatan

SK No 175200 A
FRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
- 3262 -

Modul Surya dan Peralatan Elektrikal

Status Kemajuan Dipesan Tiba di Lokasi Terpasang

Modul surya :

Inverter :

Solar Charge Controller :

Baterai :

Peralatan proteksi :

Catatan

Distribusi dan Sambungan Rumah/Instalasi Rumah

Status Kemajuan Dipesan Tiba di Lokasi Terpasang

Tiang Distribusi :

Kabel Distribusi :

Trafo :

Sambungan Rumah :

Energy Limiter :

Instalasi Rumah :

Catatan Kemajuan (sudah diselesaikan sebanyak)


Tiang Distribusi : buah
Kabel Distribusi : meter
Sambungan Rumah : meter
Instalasi Rumah : rumah

SK No 175201 A
PRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
- 3263 -

Lembaga Pengelola PLTS Terpusat Off Grid

Status Kemajuan Belum Dipilih Terpilih Terlatih

Ketua :

Bendahara :

Operator :

Belum Telah Tarif


Ditentukan Ditentukan

Iuran (Rp/bln)/Tarif :
(Rp/kWh)

Catatan

Jadwal dan Penyerapan Dana

Status Kemajuan Rencana dan Realisasi

Jadwal : Mulai : .......................... Selesai : ............................


Konstruksi

Anggaran : Total Penyerapan Sampai Saat


Ini

Rp ................................ Rp .....................................

Catatan

Foto Kegiatan

(tempat) , (hh bb yyyy)


(Pelapor),

(Nama lengkap)

SK No 175202 A
PRESIDEN
REPUEUK INDONESTA
- 3264 -

19.7. Penilaian Kinerja Pelaksanaan Kegiatan


1. Penilaian kinerja didasarkan pada kesesuaian antara rencana kerja dengan
menu kegiatan DAK-IET dan kesesuaian antara pelaksanaan dengan
rencana kerja.
2. Indikator kinerja antara lain kapasitas atau jumlah unit yang terbangun dan
realisasi anggaran.
3. Penilaian kinerja pelaksanaan DAK-IET dilakukan terhadap:
a. progres fisik dan keuangan, serta keselarasan antara progres fisik dan
progres keuangan per triwulan;
b. ketepatan waktu penyelesaian kegiatan, Pemerintah Daerah Provinsi
terhadap realisasi fisik dan keuangan atas pekerjaan yang telah selesai
atau pada akhir tahun anggaran;
c. capaian penyerapan dana, merupakan perbandingan antara realisasi
total penyerapan dana per 31 Desember dan pagu alokasi, pagu sesuai
rencana kegiatan, serta pagu sesuai kontrak dan/atau perjanjian kerja
sama;
d. capaian keluaran, merupakan perbandingan antara realisasi keluaran
kegiatan dan target keluaran kegiatan yang tercantum pada rencana
kegiatan;
e. capaian hasil, merupakan perbandingan antara target dan realisasi
hasil kegiatan yang terdiri atas capaian hasil jangka pendek dan capaian
hasil jangka panjang;
f. metode pelaksanaan kegiatan DAK-IET;
g. kesesuaian lokasi pelaksanaan kegiatan dengan dokumen rencana
kegiatan dan/atau perubahan rencana kegiatan;
h. dampak, merupakan perubahan yang terjadi sebagai akibat dari hasil
kegiatan; dan
i. keberlanjutan fungsi dari hasil kegiatan.

19.8. Mekanisme Pengadaan Barang Jasa


1. Mekanisme pengadaan barang dan jasa dilakukan oleh pemerintah daerah
sesuai peraturan perundangan yang berlaku di bidang pengadaan barang
dan jasa pemerintah.
2. Memprioritaskan penggunakan produk dalam negeri sesuai peraturan
perundangan yang berlaku tentang Pedoman Penggunaan Produk dalam
Negeri untuk Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan.

SK No 175203 A
PRESIDEN
REPUBLIK TNDONESIA
- 3265 -

f9.9. Spesifikasi Target Keluaran


Spesifikasi target keluaran kegiatan DAK-IET adalah sebagai berikut:

Menu Kegiatan/Rincian
Subbidang Target Satuan
Menu Kegiatan

Infrastruktur Energi Pembangunan PLTMH OIf 0 MW


Terbarukan - Tematik Grid
Peningkatan Konektivitas
dan Elektrifikasi di
Daerah Afirmasi

Pembangunan PLTS 0,685 MW


Terpusat Off Grid

19.9.1. Pembangunan PLTMH OIf Md.


1. Perencanaan pembangunan PLTMH OIf Grid
Perencanaan pembangunan PLTMH OIf Grid mengacu kepada SNI 8397:2017
tentang Panduan Studi Kelayakan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro.
2. Spesifikasi Teknis Bangunan Sipil PLTMH Off Grid
Bangunan sipil PLTMH OJf Gid terdiri dari bendung dan bangunan pengalih
aliran (intakel, saluran pembawa (head racel, bak pengendap, bak penenang
(forebay), pipa pesat Qtenstock) atau pipa hisap (drafttube), rumah
pembangkit Qtower house), alat penyaring sampah ltrash rack), pintu air dan
katup pengaman, dan saluran pembuang (tailrace), harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
a. Bendung dan Bangunan Pengalih Aliran (Intakel
1) bukaan intake (intake orifrce) harus tenggelam di bawah muka air
setiap kondisi aliran;
2) alat penyaring sampah (trash rack) harus dipasang di bangunan
pengalih aliran (intakel untuk menyaring sampah terapung dan
dipasang dengan alur vertikal;
3) adukan semen untuk bagian yang terkena air disarankan
menggunakan campuran 1 bagian semen dan 4 bagian pasir dan jika
tidak bersentuhan dengan air maka menggunakan campuran 1
bagian semen dan 6 bagian pasir; dan
4l beton untuk bangunan struktur, misalnya beton bertulang.

SK No 175204A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESTA
- 3266 -

b. Saluran Pembawa (Head Race)


1) saluran pembawa (head racel harus mampu menampung debit air
1O% lebih tinggi dari debit rencana, hal ini ditujukan agar pada saat
operasi maksimal, muka air di bak penenang (forebagl tidak turun
dari ketinggian biasanya dan untuk tinggi jagaan agar terhindar dari
pelimpasan apabila terjadi kelebihan debit air;
2l acian dinding saluran pembawa (head racel menggunakan adukan
semen dengan perbandingan paling sedikit 1:3 yaitu 1 bagian semen
dan 3 bagian pasir;
3) penguatan slope tanah perlu dilakukan dan disesuaikan dengan
kebutuhan pada masing-masing lokasi;
4l saluran pembawa dapat berupa saluran terbuka, saluran tertutup,
dan terowongan air tak bertekan. Penentuan jenis dan konstmksi
saluran pembawa mempertimbangkan kontur muka tanah,
kerawanan terhadap'longsor, dan aliran silang permukaan;
5) saluran pembawa yang menggunakan pipa polyuinyl chloride (PVC)
atau high-densitg polgethylene (HDPE) namun harus ditanam dengan
kedalaman paling sedikit 10 cm (centimeter);
6) jembatan pipa atau talang dapat dipakai pada daerah yang rawan
longsor; dan
7l jika diperlukan, pada saluran pembawa (head racel yang
menggunakan pipa dapat dipasang pipa pelepas udara di bagian-
bagian yang kemungkinan terdapat udara yang terjebak.
c. Bak Pengendap
1) jika terdapat banyak material sedimen, maka bendung dan bangunan
pengalih aliran lintakel dapat dilengkapi dengan bak pengendap;
2l aliran a:.r tidak boleh menimbulkan turbulensi di dalam bak
pengendap sehingga material sedimen dapat dengan mudah
diendapkan;
3) mekanisme pembuangan endapan harus dilengkapi dengan pintu air
atau lubang penguras; dan
4l bentuk bak secara geometris harus mampu mengumpulkan endapan
di ujung bak (dekat pintu air atau lubang penguras).
a) Bak Penenang (Forebagl
(1) bak penenang (f,orebag)dibuat dari pasangan batu, atau beton
bertulang;
12) t Jt p..renang (forebag) harus dibuat dari konstruksi yang
kedap air dan tahan bocor;

SK No 175205 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3267 -

(3) bak penenang (forebag) menghubungkan saluran pembawa


(head racel dan pipa pesat Qtenstockl;
(4) bak penenang (forebag)harus dilengkapi dengan:
(a) alat penyaring sampah (trash rack); daurt
(b) saluran pelimpah (spill wafl dengan kapasitas L2Ooh dari
debit rencana; dan
(5) lubang pipa pesat (penstock) harus terendam air pada
kedalaman paling sedikit 2 kali diameter pipa pesat (penstock)
dan jarak pipa pesat (penstock) dari dasar bak penenang
(forebag)paling sedikit 30 cm (centimeter).
b) Pipa pesat (Penstockl atau Pipa Hisap (drafttubel
(1) pipa pesat (penstock)dapat dibuat dari bahan mild steel, high
densitg polyethglene (HDPE) atau polyuinyl cltlorid"e (PVC)
dan harus dalam kondisi baru dan baik;
(21 penentuan ketebalan pipa pesat harus dihitung agar
memiliki daya tahan dinding pipa pesat terhadap tekanan
kejut yang diakibatkan oleh water-hammeG
(3) pipa pesat Qtenstock) dari bahan plastik (high density
polyethylene/HDPB atau polyuingl chloide/Pvc) harrs
ditanam di dalam tanah dengan kedalaman paling sedikit 10
. cm (centimeter) dari sisi atas pipa pesat lpenstock) atau
dibungkus dengan bahan yang tahan terhadap cuaca,
misalnya karung goni agar terlindung dari sinar matahari
langsung;
(4) pipa pesat Qtenstockl harus dirancang agar kehilangan
tekanan (head losses) di dalam pipa pesat Qtenstockl tidak
lebih lOoh dari tinggi-jatuh lhead) total;
(5) pengelasan yang dilakukan di lapangan harus dilakukan
dengan baik dan rapi serta operator las harus
berpengalaman mengerjakan pengelasan untuk struktur
dengan tekanan tinggi yang menggunakan las listrik;
(6) ketidaktepatan (mis-alignment)pada sambungan antar pipa
yang dilas hanya diberi toleransi sebesar maksimal 3 mm
(milimeter), kecuali jika pipa disambung dengan
menggunakan Jlange;
(71 pembuatan sambungan llange harus selalu sepasang
sehingga tidak ada ketidaktepatan (mis-alignmentl pada saat
pemasangan;

SK No 175206 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3268 -

(8) bagian dalam dan luar pipa pesat Qtenstockl harus


dilindungi dari korosi dengan pengecatan berbahan cat
khusus anti karat;
(9) pengecatan bagian dalam pipa pesat Qter*tock) dilakukan
paling sedikit 2 kali, dengan pengecatan dasar terlebih
dahulu sebelum dilakukan penyambungan;
(1O) pengecatan bagian luar pipa pesat Qtenstock) dilakukan
paling sedikit 2 kali dengan pengecatan dasar terlebih
dahulu, apabila material besi masih tampak maka
pengecatan harus diulang kembali;
(11) sebuah expansion joint harus dipasang diantara anchor
block;
ll2l expansionjointatau Ilarge harus dipersiapkan di pabrik dan
tidak di lokasi serta harus dilindungi dari karat sebelum
dipasang;
(13) mur dan baut untuk sambungan flarqe harus diberi
perlindungan karat;
Qal slidittg support pipa pesat (trtenstockl harus dipersiapkan
untuk setiap penyangga pipa pesat Qtenstockl yang
direncanakan;
(15) seal dan packtng untuk sambungan Jlange harus
dipersiapkan di pabrik;
(16) jika pipa pesat Qtenstockl terbuat dari besi/baja, maka
sebaiknya dipersiapkan paling sedikit 1 buah expansionjoint
atau lebih sesuai dengan jumlah anchor blok yang
digunakan;
(17) penyangga pipa pesat Qtenstock) dan anchor block harus
dibangun dengan kedalaman pondasi paling sedikit 50 cm
(centimeter);
(18) penyangga pipa pesat Qtenstock) dibuat dari pasangarr batu
atau beton bertulang sedangkan anchor block sebaiknya
dibuat dari beton bertulang;
(19) penyangga pipa pesat Qtenstock) harus dilengkapi dengan
saddle yang memungkinkan pipa pesat Qtenstockl untuk
memuai atau sebaliknya; dan
(2Ol Draft tube h.anya dipergunakan pada instalasi jenis turbin
reaksi. Dimensi draft tube pada umumnya tergantung dari
desain turbin agar cocok dengan kebutuhan operasi. Draft
tube harus mempertimbangkan beban struktur, pondasi,
kekuatan erosi dari aliran air dalam drafttube. Material draft

SK No 175207 A
PRESIDEN
REPUELIK INDONESTA
- 3269 -

tube sebaiknya menggunakan baja untuk menahan


konsentrasi beban vertikal dan erosi air yang keluar dari
turbin karena pada umumnya bersifat fitrbulenf dengan
kecepatan tinggi.
c) Rumah Pembangkit lPower Housel
(1) rumah pembangkit Qtower house) harus mampu melindungi
peralatan elektrikal-mekanikal dan instrumentasi kontrol
dari cuaca yang buruk serta akses dari orang-orang yang
tidak berkepentingan;
l,2l rumah pembangkit Qtower housel harus berada pada posisi
yang lebih tinggi dari ketinggian banjir tahunan, misalnya
banjir 25 tahunan atau 50 tahunan;
(3) layout peralatan di dalam rumah pembangkit Qtouer housel
harus memperhatikan kemudahan pergerakan operator di
dalamnya termasuk saat perbaikan turbin atau instrumen
lainnya;
(4) luas rumah pembangkit Qtouter house) harus disesuaikan
dengan besarnya turbin, generator, dan kubikel kontrol;
(5) pondasi rumah turbin dibuat dari konstruksi beton
bertulang yang mtrmpu menahan gaya dan tekanan dari
turbin maupun dari pipa pesat Qtenstockl;
(6) anchor block harus dibuat di luar rumah pembangkit Qtower
housel sehingga tekanan dari pipa pesat Qtenstockl tidak
dibebankan kepada turbine lwusing, namun disalurkan ke
tanah di luar rumah pembangl<tt Qtower housel;
(71 saluran kabel di dalam rumah pembangkit Qtouer housel
harus dirancang agar tidak mudah terendam air, misalnya
jika ada kebocoran;
(8) tinggi atap atau plafon paling sedikit adalah 2,5 m (meter)
atau tanpa plafon;
(9) rumah pembangkit Qtower housel harus memiliki:
(a) pintu yang cukup lebar untuk memasukkan peralatan,
termasuk turbin dan kubikel kontrol serta dapat
dikunci;
(b) jendela yang dapat memberikan cahaya alami dan
ventilasi udara yang cukup ke dalam ruangan;
(c) saluran pembuangan air baik di dalam maupun di
sekitar rumah pembangkit Qtower house) dan saluran
harus diarahkan ke saluran air alami; dan

SK No 175208 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3270 -

($ ventilasi yang cukup sehingga panas dari mesin bisa


dikeluarkan dari rLlangan dan ventilasi harus mampu
menjaga supaya serangga tidak masuk ke dalam
ruangan.
(10) lantai rumah pembangkit Qtower lrcusel, khususnya pada
bagian base frame turbin dan generator harus terbuat dari
beton bertulang dengan ketebalan lantai pada bagian
tersebut disesuaikan dengan besar turbin;
(11) ballast pemanas udara ditempatkan pada lokasi yang
terlindung dari jangkauan orang yang tidak berkepentingan;
(12) proteksi pembumian di dalam rumah pembangkit Qtower
housel harus mengikuti aturan sebagai berikut:
(a) semua barang/peralatan yang terbuat dari metal di
dalam rumah pembangkit Qtower housel harus diberi
pembumian sebagai proteksi;
(b) batang untuk pembumian paling sedikit berukuran 10
mm2 (milimeter persegi) dan terbuat dari tembaga dan
ditanam dengan kedalaman yang cukup ke dalam
tanah; dan
(c) proteksi untuk peralatan lain disesuaikan dengan
spesifikasi dan petunjuk dari pabrikan.
(13) dilengkapi dengan papan nama proyek yang mencakup
data nama kegiatan, instansi pelaksana kegiatan, lokasi
(desa, kecamatan, kabupaten, provinsi), sumber dana, dan
tahun anggaran pelaksanaan.
d) Alat Penyaring Sampah (Trash Rack)
(1) alat penyaring sampah (trash rackl tidak boleh terbuat dari
bambu atau kayu dan harus dibuat dengan menggunakan
besi pejal yang berdiameter paling sedikit 4 mm (milimeter)
atau besi plat dengan ketebalan paling sedikit 3 mm
(milimeter);
(21 alat penyaring sampah (trash rackl harus dilindungi dari
korosi dengan melakukan pengecatan;
(3) alat penyaring sampah (trash rackl harus mampu menahan
tekanan air karena adanya penyumbatan pada kondisi air
penuh;
(4) kemiringan alat penyaring sampah (trash rack) sekitar 70"
(derajat) dari sumbu datar;

SK No 175209 A
PRESIDEN
REPUBUK TNDONESIA
- 3277 -

(5) alat penyaring sampah (trash rackl harus dapat dilepas dari
struktur sipil untuk perbaikan dan pembersihan; dan
(6) alat penyaring sampah (trash rack) untuk bangunan
pengalih aliran (intakel dan bak penenang (forebag)paling
tidak memiliki celah dengan lebar paling sedikit 5 cm
(centimeter). Khusus turbin crossflow celah trash rack lebih
kecil dibandingkan dengan celah sudu lunner.
e) Pintu Air dan Katup Pengaman
(1) ukuran pintu air disesuaikan dengan ukuran saluran yang akan
dilayani;
(2) pintu air menggunakan alat bantu pemutar sehingga memudahkan
operasi;
(3) pintu air harus mampu menahan tekanan pada kondisi air penuh;
l4l katup pengaman turbin harus mampu menahan tekanan;
(5) pintu air harus dibuat dari besi dengan ketebalan plat paling
sedikit 5 mm (milimeter) dan harus dilindungi dari karat
menggunakan cat atau galvanisasi; dan
(6) pengelasan harus rapi, kuat dan tidak bocor.
0 Saluran Pembuang (Tatlracel
(1) saluran pembuang (tailracel harus dapat mengalirkan kembali
seluruh air yang dipakai ke badan sungai;
(21 dimensi dan kemiringan saluran pembuang (tailrace) disesuaikan
dengan debit air dan kontur topografi; dan
(3) spesifikasi bangunan saluran pembuang (tailrace) sama dengan
spesifikasi saluran pembawa (head race).
g) Konstruksi bangunan sipil PLTMH Off Grid mengikuti IGiteria
Perencanaan (KP) Bangunan Air. Pengujian bangunan sipil PLTMH Of
Gnd setelah konstruksi dilakukan untuk memastikan semua bangunan
sipil dikerjakan dengan benar dan berfungsi dengan baik. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pengujian ini adalah:
(l) pengujian dilakukan setelah semua bangunan selesai dibangun
dan paling tidak 3 hari setelah finishing;
(21 pengujian kebocoran saluran pembawa (head race) dilakukan
dengan cara mengalirinya dengan air dan diamati jika terjadi
tanda-tanda rembesan atau kebocoran;
(3) tes kebocoran bak pengendap dilakukan dengan merendam bak
pengendap sampai dengan batas maksimal dan diamati selama 2

SK No 175210 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3272 -

hari untuk memastikan pengendapan terjadi dengan sempurna


tanpa terjadi kebocoran;
(41 semua bangunan sipil harus diperiksa secara visual jika terdapat
tanda-tanda retak struktur, pergeseran pondasi akibat gerakan
tanah, cacat pengerjaan atau ketidaksesuaian spesifikasi teknik;
(5) pengujian kebocoran pipa pesat Qtenstockl dilakukan dengan uji
tekanan statik, yakni mengisi penuh pipa pesat Qtenstockl dan
diamati selama t hari; dan
(6) pengamatan kualitas pengelasan dan pengecatan pintu air,
saringan dan pipa pesat Qtenstock).
3. Spesifikasi Teknis Mekanikal Elektrikal PLTMH OIf Grid
a. Mekanikal PLTMH Off Grid
Turbin air adalah peralatan utama PLTMH Off Grid yang
perencanaannya harus disertai dengan kalkulasi paling sedikit pada
perhitungan daya desain, perhitungan kecepatan putar runner, darr
perhitungan elemen transmisi mekanik.
1) Pemilihan Jenis Turbin
Turbin air yang dapat dipakai adalah jenis: cross-Jlow, propeller ,
turgo atau pelton, francb, atau pump as turbine (PAT), turbin ulir
(screw fitrbinel. Pemakaian jenis turbin ini dipilih berdasarkan
besaran debit rencana dan tinggi-jatuh (headl dengan mengikuti
pedoman yang ditunjukkan pada diagram berikut ini:

Diagram Pemilihan Jenis Turbin

SK No 175980 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESTA
- 3273 -

2l Efisiensi Turbin
a) turbin cross-flow memiliki efisiensi pada poros turbin paling
sedikit sebesar 7Oo/o pada debit rencana dan tinggi-jatuh (head);
b) turbin propeller memiliki efisiensi pada poros turbin paling
sedikit sebesar 7Oo/o sampai dengan 807o pada debit rencana
dan tinggi-jatuh llrcad);
c) turbin turgo atau pelton memiliki efisiensi pada poros turbin
paling sedikit sebesar TOYo sampai dengan 85% debit rencana
dan tinggi-jatuh (head);
d) turbin francb memiliki efisiensi pada poros turbin paling sedikit
sebesar 7Oo/o sarrrpai dengan 84%o debit rencana dan tinggi-jatuh
(head.); dan
e) pump as turbine (PAT) memiliki efisiensi pada poros turbin
paling sedikit sebesar 65% sampai dengan 8Oo/o debit rencana
dan tinggi-jatuh (head). Pompayang dapat dipergunakan adalah
jenis centrifugal dan mixed flow.
3) Name Plate
Turbin harrs dilengkapi dengan name plate sesuai dengan SNI
Nomor 7932-2013 tentang Spesifikasi Turbin Air Cross-Flow
Dengan Daya Mekanik Hingga 35 kW untuk PLTMH Off Grid
atau berisi informasi paling sedikit:
a) nama, alamat, dan nomor telepon produsen;
b) debit rencana dan tinggi-jatuh lhead);
c) kecepatan putaran turbin pada debit rencana dan tinggi-
jatuh (head);
d) daya turbin; dan
e) tahun pembuatan.
4) Transmisi Mekanik
Jika turbin memerlukan transmisi mekanik maka:
a) ukuran puli Qtulley) harus disesuaikan dengan kapasitas
dan kecepatan putaran turbin dan generator;
b) p:uli $tullegl harus diseimbangkan sehingga beroperasi
dengan baik, paling sedikit statik;
c) puli Qtulleg) dan beltharus dilindungi oleh sangkar;
d) disarankan untuk menggunakan flat belt; dan
e) khusus untuk turbin ulir menggunakan low RPM
generator.

SK No 175212 A
PRESIDEN
REPI.IELIK INDONESIA
- 3274 -

5) Suku Cadang dan Peralatan Kerja Untuk Pemeliharaan


Pabrikan harus menyediakan suku cadang utama dan
peralatan kerja utama dari turbin dan transmisi mekanik
seperti:
a) bearing;
b) bett;
c) mur dan baut,'
d) gasket, o-rtng;
e) minyak seal, packing karet;
0 alat pengisi pelumas (gemuk);
g) pelumas;
h) penarik beaing; dan
i) kunci pas, obeng dan peralatan kerja utama lainnya.
6) Panduan Pengoperasian dan Perawatan
Harus disediakan buku manual pengoperasian dan perawatan
turbin, paling sedikit berisi mengenai:
a) daftar komponen turbin;
b) cara pengoperasian;
c) cara pemeliharaan;
d) cara perbaikan di lapangan;
e) cara bongkar pasang komponen; dan
f) gambar skema turbin.
7l Garansi Turbin
Garansi turbin diberikan paling sedikit I tahun pada kondisi
operasi normal.
8) Pengujian Turbin
Pengujian turbin dilakukan dengan dua cara sebagai berikut:
a) Pengujian tanpa beban dilakukan dengan cara
menjalankan turbin dengan melepas beban pada ballast
dan konsumen yang dijalankan hingga 75oo/o dari
putaran nominal selama 1 jam sehingga yang perlu
diamati antara lain getaran turbin, kenaikan temperatur
bantalan, dan kebocoran pada turbinehousing; dan
b) Pengujian pembebanan dilakukan selama 24 jam dengan
mengabungkan beban pada ballast dengan

SK No 175213 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3275 -

mengoperasikan turbin pada debit nominal sehingga hal-


hal yang perlu diamati antara lain keluaran daya,
getaran, kebocoran pada turbine housing dan kenaikan
temperatur bantalan poros.
b. Elektrikal PLTMH Off Grid
1) Panel instrumentasi kontrol dan pengaman pembangkit:
a) memiliki panel informasi tegangan tiap fasa dan
netral pada jalur beban dan ballast;
b) memiliki panel informasi arus tiap fasa dan netral
pada jalur beban dan ballast;
c) memiliki panel informasi frekuensi keluaran listrik;
d) memiliki panel informasi jam operasi pembangkit;
e) memiliki panel kilowatt hour meter (kwh);
0 memiliki tombol startdan stopyang terletak di luar
pintu kubikel;
g) memiliki lampu penanda pembangkit offline atau
online;
h) memiliki sistem proteksi dan pengaman hubungan
singkat; dan
i) disarankan memiliki fungsi yang menyimpan data
digital yang bisa dilihat melalui panel:
(1) jumlah energi yang diproduksi;
(21 jumlah energi yang dikonsumsi;
(3) beban maksimal; dan
l+l beban minimal.
2l Pengkabelan:
a) pengkabelan harus mengedepankan keselamatan
operasional; dan
b) terminal sambungan kabel harus diberi label
sesuai dengan peruntukan untuk memudahkan
instalasi dan identifikasi.
3) Peletakan dan Instalasi:
a) sambungan kabel harus kuat dan tepat, serta
dilindungi dari benturan mekanik dengan pipa
khusus untuk proteksi dan kabel dari kontrol tidak
boleh melintang bebas di atas lantai;

SK No 175214 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESTA
- 3276 -

b) kubikel kontrol digantung di dinding dengan


menggunakan dgna bolt atau uisser yang
disesuaikan dengan bobot;
c) ballast pemanas udara maupun air harus
diletakkan di luar rumah pembangkit Qtower
housel;
d) ballast pemanas udara harus dilindungi dari
jangkauan orang yang tidak berkepentingan;
e) ballastpemanas udara harus mendapatkan aliran
udara secara bebas; dan
0 ballastpemanas air harus mendapatkan aliran air
secara bebas.
4) Ketentuan Lain:
a) harus disediakan diagram pengkabelan (uiring
diagraml dari peralatan kontrol;
b) harus disediakan panduan pengoperasian;
c) name plate harus dipasang pada pintu kubikel;
d) garansi peralatan kontrol paling sedikit 1 tahun;
dan
e) suku cadang yang harus disediakan antara lain
sekering (fusel, lampu indikator dan saklar
elektronik ELC (SCR/TRIAC).
4. Distribusi Tenaga Listrik PLTMH OIf Grid
Pekerjaan distribusi dan instalasi bangunan/rumah mengacu
pada SNI 0225:2Oll tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik
(PUIL 2011) dan perubahannya.
5. Sebelum PLTMH Off Grid dioperasikan perlu terlebih dahulu
dilakukan pemeriksaan dan pengujian untuk mendapatkan
Sertifikat Laik Operasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
6. Garansi pemeliharaan selama 2 tahun.

SK No 175215 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESTA
- 3277 -

19.9.2. Pembangunan PLTS Terpusat Off Md


PLTS Terpusat Off Grid. diprioritaskan untuk pelayanan listrik kepada
masyarakat pengguna/penerima yang tinggal berkelompok atau jarak antara
rumah satu dengan lainnya berdekatan.
Secara umum peralatan PLTS Terpusat Olf Grid memiliki spesifikasi teknis yang
terdiri dari:
1. Modul Surya
a. Spesifikasi Teknis Modul Surya (Array Modulel:
1) Jenis modul : Monof Polgcrystalline Silicon
2l Kapasitas per modul : minimal 200 Wp (Watt peak)
3) Toleransi daya : +3oh
4l Efisiensi : minimal 160/o
5) Koneksi antar modul surya : Plug and Play, kabel koneksi
diletakan menggunakan cable tray di bawah modul
6) junction-box : dilengkapi dengan cable gland/ DC-Multi Connector
7l Sertilikasi : SNI seri IEC 612L5:2O16
8) Garansi produk : 10 tahun
9) Garansi kinerja : 20 tahun (degradasi 17o per tahun)
10) Wajib menggunakan produk dalam negeri, yang dibuktikan dengan
melampirkan salinan tanda sah capaian Tingkat Komponen Dalam
Negeri paling sedikit 4Ooh yang diterbitkan oleh Kementerian ESDM
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perindustrian.
11) label data performance modul surya di tempel di bagian belakang
modul.
b. Spesifikasi Grounding Modul
Jenis kabel yang digunakan berupa kabel jenis I{YY Yellow Green 35 mm2
(milimeter persegi).
2. Komponen Controller
a. Untuk konfigurasi DC Coupltng
Inuerter dan solar charge controller (SCC) harus memenuhi spesifikasi
sebagai berikut:
1) Inuerter.
a) Daya output total : minimal daya output total disesuaikan
dengan kapasitas output pembangkit

SK No 175216 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3278 -

b) Jumlah inuerter : minimal 2 unit


c) Tegangan output :22O-23OYac (Voltage Alternateng CurrenQ,
SOHz, satu fasa atau 380-400 Vac tiga fasa
d) Tegangan input dc : minimal 48 Vdc (Voltage Direct Currentl
e) Gelombang output : sinus murni
0 Efisiensi : > 95 Vo
g) Total Harmonb Distortion (THD) : < Soh
h) Sistem proteksi : ouer current, ouer load, short circuits, ouer
te mp erature, ou er / under uoltag e, reu ers e polarity

i) Indicator (LCD displayl : inuerter uoltage & current, inuerter


frequency, battery uoltage & current,load current & uoltage
j) Fitur : Battery temperature sensor, Battery equalization, Data
logger dan interface dengan RMS, Grid Forming
k) Standarisasi Uji : IEC 61683
l) Indeks Proteksi : IP 54
m) Garansi : minimal 5 tahun
2l Solar Charge Controller (SCC)
a) Daya outputtotal : total kapasitas minimal disesuaikan
dengan daya output total PY Anay
b) Jumlah SCC : minimal sesuai dengan jumlah PV Arrog
c) Kontrol Sistem Algoritma : MPPT (Maximum Power Point
Tracking)
d) Efisiensiminimal : >98oh
e) Tes Uji Produk : Hasil uji dan sertifikat hasil pengujian efisiensi
0 Tegangan Input Nominal : minimal 48 Vdc (Voltage Direct
CurrenQ
g) Sistem Proteksi : Reuerse Polaity Protection, High battery
uoltage protection, low battery uoltage protection, ouerload
protection, PV ground fault protection
h) Fitur : sistem pengisian baterai yang cepat dan aman
i) Garansi produk : minimal 5 tahun
b. Untuk konfigurasi AC Coupling
Inuerter yang digunakan 2 jenis yaitu inuerterjaringan (PV Inverter) dan
inuerter baterai (battery inuerterl. Kedua inuerter harus dapat terkoneksi
melalui jaringan listrik AC saja, tanpa jaringan komunikasi lain. Hal ini

SK No 175217 A
FRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3279 -

memungkinkan komunikasi antar inuerter yang terpisah-pisah dengan


jarak yang jauh. Dengan fitur ini, semua inuerter dapat berkomunikasi
hanya dengan menggunakan AC power line tanpa perlu tambahan
jaringan komunikasi lainnya. Dengan mengubah frekuensi AC, inuerter
juga harus mempunyai kemampuan untuk dapat meregulasi fluktuasi
beban atau Frequencg-Shift Power Control (FSPC).
Pada siang hari, seluruh energi yang dihasilkan oleh modul surya akan
dialirkan langsung oleh inuerter jaringan langsung ke rumah-rumah
pengguna/fasilitas umum (beban). Jika beban yang dilayani lebih kecil
dari energl yang dihasilkan oleh modul surya, maka kelebihan energi
tersebut akan dipakai untuk mengisi (charging)baterai. Pada saat baterai
dalam kondisi penuh, maka inuerter baterai akan secara otomatis
menghentikan suplai ke baterai. Sebaliknya, jika beban yang dilayani
lebih besar dari energl yang dihasilkan atau pada malam hari, maka
inuerter baterai akan mengkonversi energi yang tersimpan pada baterai
(dischargfng) untuk melayani beban.
1) Spesifikasi Inuerter Jaringan (PV Inuertefl:
a) Daya output total : minimal daya output total disesuaikan
dengan kapasitas beban puncak
b) Jumlah inuerter : minimal 2 unit
c) Tegangan output : 3/N/PE; 23O laOO Vac, SOHz, untuk PLTS
Terpusat Off Gnd sampai 20 kWp (kilowatt Peak) menggunakan
satu atau tiga fasa, untuk PLTS Terpusat Off Grid kapasitas di
atas 20 kWp (kilowatt Peak) menggunakan tiga fasa
d) Gelombang output : sinus murni
e) Efisiensi : >98o/o
0 Total Harmonic Distortion : < Soh
s) Sistem proteksi I ouer load, short circuits, ouer
temp erature, ou er / under u oltag e, reuer s e polarifu
h) Indikator (LCD display) : inuerter uoltage & current, inuerter
frequencg, load current & load uoltage
i) Indeks proteksi : IP 65
i) Fitur : Data logger dan interface dengan RMS
k) Standarisasi Uji : IEC 61727: Photouoltaic (PV) Systems-
Charateri.stics of the Utility Interfacel$C 62109: atau IEC 61683
1) Garansi : Minimal 5tahun

SK No 175218 A
FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3280 -

2l Spesifikasi Inuerter Baterai(Battery Inuerter):


a) Daya ou@uttotal : minimal daya output total disesuaikan
dengan kapasitas output pembangkit
b) Jumlah inverter : minimal 2 unit
c) Tegangan input baterai : minimal 48 Vdc (Voltage Direct
Current)
d) Tegangan output : 3/N/PE; 23O|4OO Vac, 5OHz, satu
fasa/tiga fasa
e) Gelombang output : sinus murni
0 Efisiensi : > 95 oh
g) Total Harmonic Distortion (THD) : s 5o/o
h) Sistem proteksi : ouer load, short circuits, ouer temperature,
ouer/under uoltage
i) Indikator LCD : inuerter uoltage & current, inuerter
frequencg, battery uoltage & current, load cunent & load uoltage
j) Indeks Proteksi : IP 54
k) Fitur : Battery temperatttre sensor, Battery equalization, Data
logger dan tnterface dengan RMS, Grid Forming
1) Standarisasi Uji : IEC 61683: Photouoltaic Sgstems-Power
Co nditio ne r s - Pr o c e dur e fo r M e as uring Elficie ncg
m) Garansi : minimal 5 tahun
3. Baterai lBattery Bankl
Dapat menggunakan jenis baterai Value Regulated Lead Acid (VRLA) atau
Lithium-Ion
1. Jenis Baterai Value Regulated Lead Acid (VRLA)
a. Tegangan output : minimal 48 Vdc (Voltage Direct Cunenl
b. Kapasitas Baterai (satuan) : 1000 Ah (Ampere Hour),2V
c. Temperatur Operasional yang disarankan : di bawah 30'C
d. kemampruan cgcling : paling sedikit 2.2OO cycle pada 80% DOD
(Depth of Dbchargel
e. Garansi : minimal 10 tahun
f. TKDN : minimal4ooh
g. harus dilengkapi dengan sistem koneksi yang dapat mencegah korosi
dan arus hubung singkat (termasuk pada waktu pemasangan).

SK No 175219 A
PRESIDEN
REPTJBUK INDONESIA
- 3281 -

h.wajib menggunakan produk dalam negeri, yang dibuktikan dengan


melampirkan salinan tanda sah capaian Tingkat Komponen Dalam
Negeri paling sedikit 4Oo/o yang diterbitkan oleh Kementerian ESDM
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perindustrian.
2. Jenis Baterai Lithium-Ion
a. Tegangan output : minimal 48 Vdc (Voltage Direct Currentl
b. Kapasitas total baterai :menyesuaikan dengan kebutuhan beban
dan autonomA dags yang direncanakan
c. Temperatur Operasional yang disarankan : di bawah 40'C
d. Garansi : 10 tahun
e. TKDN : minimal4oo/o
f. Fitur : dilengkapi dengan Battery Management
System (BMS) yang memiliki fitur cell balancing, pemantauan
temperature, pemanatauan SOC dll
g. Harus dilengkapi dengan sistem koneksi yang dapat mencegah korosi
dan arus hubung singkat (termasuk pada waktu pemasangan).
h. Wajib menggunakan produk dalam negeri, yang dibuktikan dengan
melampirkan salinan tanda sah capaian Tingkat Komponen Dalam
Negeri paling sedikit 4Oo/o yang diterbitkan oleh Kementerian ESDM
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
peripdustrian.
4. Penyangga IVIodul Surya (Module Anay Suppor\
a. Pondasi terbuat dari cor beton dengan diameter besi 10 mm (milimeter)
dan diaci. Pondasi memiliki luas penampang 35 x 35 cm (centimeter) dan
tinggi minimal 60 cm (centimeter). Pondasi memiliki kedalaman minimal
40 cm (centimeter), sehingga ketinggian pondasi di atas permukaan tanah
minimal 20 cm (centimeter).
b. Tiang penyangga modul surya harus terbuat dari metal yang kokoh dan
kuat terbuat dari pipa dengan diameter 4 inch dengan ketebalan minimal
3 mm (milimeter) atau bahan metal lainnya yang anti korosi dan/atau
bahan metal yang di hot deep galuanised pada seluruh bagian
permukaan.
c. Tiang penyangga modul surya free stand.ing di atas pondasi, bagian
bawah tiang penyangga harus memilik tapak berbentuk bujur sangkar
yang materialnya sama dengan tiang penyangga PV arraA dengan
ketebalan minimal 8 mm (milimeter) dan memiliki ukuran 20 x 20 cm
(centimeter). Tapak ini dilubangi pada keempat sisinya untuk pasangan

SK No 175220 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESTA
- 3282 -

baut (angkur) yang ditanam ke pondasi dengan kedalaman minimal 30


cm (centimeter).
d. Jarak antar tiang penyangga modul surya maksimal 5 m (meter) sehingga
susunan an'raA modul tidak melandai (tetap rata) dan kokoh.
e. Mounting modul surya menggunakan model rail dan clip dengan bahan
aluminium atau bahan metal lainnya yang ringan namun kokoh dan anti
korosi dengan tebal minimal 3,5 mm (milimeter) dan ukurannya
disesuaikan dengan ukuran modul surya yang ditawarkan.
f. PV Support harus didesain dengan mempertimbangkan sudut
kemiringan modul surya. Sudut kemiringan modul surya disesuaikan
dengan kondisi masing-masing lokasi agar diperoleh energi penyinaran
yang optimal. Rancangan kemiringan modul surya didapatkan dari hasil
simulasi perangkat lunak.
g. Modul surya yang disusun pada rail yang dilengkapi dengan mid clamp
(antar modul) dan end clamp (pada ujung rait) dengan bahan terbuat dari
alumunium/alumunium paduan yang anti korosi, yang berfungsi untuk
menahan modul surya agar tidak bergeser. Mid clamp sebaiknya dapat
dipasang di bagian bawah modul sedemikian sehingga susunan antar
modul tidak ada celah. Alternatif lain menghilangkan celah antar modul
adalah dengan menggunakan rail tanpa mid clamp Wee mid clampl.
Tujuan menghilangkan celah antar modul adalah untuk melindungi
combiner box dari gu5ruran air hujan.
h. Ketinggian antara modul dan permukaan tanah pada titik terendah
minimal 7O cm (centimeter).
i. Jarak antar PY Arrag harus diatur/didesain sedemikian rulpa sehingga
tidak ada bayangan (shading) yang jatuh pada permukaan PV Arrag
lainnya. Demikian pula dengan jarak antara rumah pembangkit dan PV
Arrag.
j. Pada setiap arraA harus dipasang tanda bahaya terhadap sengatan
listrik.
k. Arrag harus tersusun rapi pada beberapa baris yang simetris. Jarak antar
masing-masing arraA harus cukup dapat dilewati secara leluasa oleh
personil pada saat pemeliharaan.
5. Sistem pengkabelan dan grounding
a. Kabel koneksi antar modul surya harus diletakan pada cable trag/trunk.
Cable trag/trunk diletakkan di bawah PY array dan menempel pada
penyangga PV alraA.
b. Kabel daya dan combiner boxke Solar Charge Controller atau kabel daya
dari inuerterjaringan ke battery inuerter (apabila menggunakan sistem AC

SK No 175221 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESTA
- 3283 -

Coupling) menggunakan kabel NYFGbY/NYRGbY dengan diameter


menyesuaikan besar arus (SPLN/SNI).
c. Kabel daya dari PV Anay ke Solar Charge Controller (atau battery inuerter
apabila menggunakan sistem AC Couplingl harus ditanam di tanah
minimal 3O cm (centimeter), dan masuk ke dalam rumah pembangkit
Qtower housel melalui pondasi yang dilengkapi dengan kabel konduit.
d. Kabel daya dari baterai ke inuerter, tipe NYAF dengan diameter
menyesuaikan arus pada baterai yang sesuai dengan SPLN atau SNI.
e. Kabel daya dari inuerter ke panel distribusi, tipe NYY dengan diameter
menyesuaikan arus pada inuerter yang sesuai dengan SPLN atau SNI.
f. Setiap penyambungan kabel harus menggunakan terminal kabel dan
konektor (bukan sambungan langsung)yang sesuai dan terisolasi dengan
baik.
g. Material instalasi dan grounding peralatan harus disesuaikan dengan
kapasitas pembangkit.
h. Sistem grounding dari penyangga PY anag menggunakan penghantar tipe
NYY yellow green 35 mm2 (milimeter persegi) sesuai dengan SPLN atau
SNI. Penampang harus tersambung baik secara elektris pada penyangga
P\I arrag (menggunakan sepatu kabel dan dibaut).
i. Grounding sistem kelistrikan dari rumah pembangkit dan combiner box
disatukan dan ditempatkan dalam bak kontrol groundirry. Bak kontrol
grounding terbuat dari pasangan batu yang dicor semen dan diaci serta
dilengkapi dengan penutup yang memiliki pegangan. Ukuran dan
kedalaman bak kontrol dibuat sedemikian sehingga mudah bagi operator
dalam melakukan perawatan.
j. Instalasi jaringan kabel untuk power dan komunikasi harus dipasang
secara terpisah untuk menghindari interferensi gelombang.
k. Interkoneksi dari masing-masing PV affaA dikelompokkan dan
ditempatkan pada combiner box. Ukuran combiner box disesuaikan
sedemikian sehingga operator dapat dengan mudah/leluasa melakukan
pengecekan saat pemeliharaan. Penempatan combiner box diusahakan
aman dari guyuran hujan secara langsung.
Spesifika si combiner box
1) Design Panel harus sesuai dengan standard IEC 61439-1 dan IEC
6t439-2.
2l Terbuat dari bahan Polycarbonat dengan irsulation class IP 65 yang
tahh.n terhadap paparan Ultraviolet jangka panjang. Desain combiner
box harus dapat mengantisipasi pengembunan di bagian dalam
( dile ng kap i B r e athe r) .

SK No 175222 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3284 -

3) Kabel interkoneksi harus sesuai dengan standar aplikasi Fotovoltaik,


minimal rating 10O0 Ydc (Voltage Direct Cunent).
4l Semua koneksi pada terminal kabel harus memenuhi standar atau
dengan menggunakan koneksi sistem pegas untuk menjamin
kualitas koneksi yang baik dan pasti.
5) Untuk input dari kabel string menggunakan connector plug-in socket.
6) Dilengkapi dengan pembatas arLls yang modular, memiliki indikator
fungsi dan tegangan kerja maksimum 15OO Ydc (Voltage Direct
Current) IE,C 60269-6. Fuse gPV (pembatas arus Tipe gPV) dengan
kapasitas arus yang sesuai dengan daya keluaran. Fuse cadangan
(back up fuse)wajib disediakan minimal lOo/o dari jumlah Fuse yang
digunakan.
7l Dilengkapi dengan Surge Protection untuk aplikasi fotovoltaik IEC
61643-L. Surge protection berbentuk modular, plugable dan memiliki
indikator fungsi kerja.
8) Dilengkapi dengan Isolator Switch dengan tegangan kerja 1O00 Vdc
(Voltage Direct Current), untuk isolasi yang aman pada waktu
perawatan.
6. Panel Distribusi (Distribution Panell
Panel Distribusi dilengkapi dengan saklar utama/pemisah, pembatas arus
Mini Circuit Breaker (MCB), Earth Leak Circuit Breaker (ELCB), saklar
terminal, dan busbar. Rangka bagian depan, atas, bawah dan bagian
belakang tertutup rapat, sehingga petugas pelayanan akan terlindung dari
bahaya sentuh bagian-bagian aktif. Panel distribusi dilengkapi dengan
ventilasi pada bagian sisi, lubang ventilasi harus dilindungi, agar binatang
atau benda-benda kecil serta air yang jatuh tidak mudah masuk ke
dalamnya.
a. tegangan system: satu fasa 22O/23O Vac (Voltage Alternating Current)
atau tiga fasa 380/400 Vac (Voltage Alternating Current)
b. monitoring : tegangan, arus, dan kWh meter
c. Sistem proteksi : fuse dan circuit breaker, surge protectton untuk
22OV |380VAC (Voltage Alternating CunenQ. Surge protection berbentuk
modular, plugable dan memitiki indikator fungsi kerja.
d. Jumlah panel distribusi : I set
e. Kabel instalasi : Kabel jenis NYY
f. Material : bahan metal yang tidak dapat terbakar, tahan lembap dan
kokoh dengan ketebalan minimal 2 mm (milimeter).
g. Fitur : Dilengkapi dengan timer dan kontaktor, serta lampu
indikator.

SK No 175223 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3285 -

7. Pyranometer
a. Fitur : Standar ISO 9060:1990 second clasg
waterproof, field of
ui.ew 18O' (derajat) dan outputhasil pengukuran dapat dibaca pada RMS.
b. Jumlah $rranometer : 1 unit
c. Aksesoris furanometer: 1 Set
8. Remote Monitoring Sgstem (RMS)
a. Fitur : Dilengkapi dengan modem GPRS, Interface harus
dilengkapi dengan koneksi RS - 485, web/mobile application,
b. Sistem komunikasi : 3G, GPRS/WIFI
c. Jumlah RMS : 1 unit
d. Aksesoris RMS : 1 set
9. Instalasi Rumah
a. Umum :instalasi rumah mencakup instalasi kabel dari jaringan
ke rumah dan instalasi listrik di dalam rumah.
Instalasi di dalam rumah terdiri dari instalasi jaringan kabel, paling
sedikit 3 buah titik lampu, 1 buah kotak kontak, alat proteksi short
circuit, dan alat pembatas daya dan energi sesuai dengan kapasitas daya
tersambung dan pemakaian energi listrik.
b. kabel instalasi : NYM 2x1,5 mm2 (sesuai dengan SNI), maksimal 25 m
(meter)
c. jenis lampu : Lampu Hemat Energi (CFL/LED) daya lampu:
disesuaikan kebutuhan, tidak lebih dari 10 W (watt) per titik lampu, agar
tidak terjadi pengurasan daya yang berlebihan.
d. alat pembatas energi (energy limiter) berfungsi membatasi pemakaian
energi (VAh) dengan spesifikasi sebagai berikut:
1) batas pemakaian energi dan reset time dapat diatur;
2l setting batas pemakaian per hari adalah tetap;
3) memiliki sistem untuk memutus (dan menyambung kembali)
hubungan listrik pada pemakai tertentu yang bermasalah;
4l memiliki fungsi proteksi apabila terjadi arus hubung singkat (short-
circuitl; dan
5) memiliki sistem pengaman/segel sehingga pemakai tidak dapat
melakukan pencurian listrik (bypass).

SK No 175224 A
FRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3286 -

10. Rumah Pembangkit (Power House)


Untuk keperluan penempatan peralatan dan operasional harus dibangun
rumah permanen atau shelter yang terbagi atas ruang baterai dan ruang
kendali (control rooml;
a. Jika menggunakan shelter, spesifikasi bangunan minimal sebagai
berikut:
1) Mengunakan bahan polyurethane dan baja ringan dengan ukuran
menyesuaikan dengan kapasitas PLTS Terpusat Off Grid seperti
tercantum pada Daftar Kuantitas dan Harga, yang terbagi atas
nrang baterai dan ruang kendali (control room). Pondasi
menggunakan batu kali/setara dengan kedalaman minimal 50 cm
(centimeter). Luasan pondasi harus lebih dari 70 cm (centimeter)
dihitung dari sisi dinding rumah pembangkit bagian depan dan 20
cm (centimeter) dari sisi lainnya serta diaci.
2l Atap menggunakan Zinc Aluminium.
3) Tebal dinding shelter minimal 75 mm (milimeter).
4l Lantai menggunakan keramik warna putih ukuran 30 x 30 cm
(centimeter).
5) Ruang baterai harus memiliki ventilasi yang cukup untuk sirkulasi
udara sedemikian sehingga suhu dalam ruang baterai bisa terjaga
kurang dari 30"C. Untuk menjaga suhu ruang baterai, dinding
ryang baterai wajib dipasang kipas (exhaustfan) ukuran 8-10 inchi
dengan konsumsi daya per unit maksimal 25 W (watt). Jumlah kipas
yang dipasang disesuaikan agar pada saat beroperasi mampu
menjaga suhu sesuai yang ditentukan. Nyala dan matinya kipas
diatur dengan thermostat. Bagian kipas yang berada di luar rLlang
baterai harus terlindung dari air hujan.
b. Jika menggunakan bangunan permanen, spesifikasi bangunan minimal
sebagai berikut:
1) pondasi menggunakan batu kali atau yang setara;
2l dinding menggunakan bata merah atau setara, diplester halus dan
dicat;
3) atap menggunakan genteng atau asbes gelombang;
4) pintu terbuat dari triplek/aluminium dilengkapi dengan kunci;
5) dilengkapi dengan jendela;
6) lantai ruang baterai harus diperkuat dengan beton bertulang agar
dapat menahan berat baterai; dan
7) ruang baterai harus memiliki ventilasi yang cukup untuk sirkulasi

SK No 175225 A
PRESIDEN
REPUBLIK TNDONESIA
- 3287 -

udara.
c. Dilengkapi dengan instalasi listrik, 5 titik (3 lampu dan 2 kotak kontak),
dan pembatas MCB 2 A (ampere).
d. Di sekitar bangunan rumah pembangkit dilengkapi dengan sistem
penangkal petir untuk melindungi keseluruhan sistem pembangkit.
e. Dilengkapi dengan jalan setapak (dibeton atau menggunakan con-block
dengan lebar minimal 1 meter) dari pintu gerbang pagar BRC ke pintu
rrmah pembangkit.
f. Seluruh fasilitas sistem pembangkit harus diberi pagar keliling
menggunakan jenis BRC seluas area yang disediakan dengan tinggi
minimal 150 cm (centimeter) dan dilengkapi dengan pintu gerbang
swing tunggal. Diameter besi pagar minimal 6 mm (milimeter). Diameter
tiang penghubung pagar minimal 2 inchi. Pagar BRC harus dicat
dengan metode lrct dip galuanized.
g. Pondasi pagar BRC memiliki luas penampang 20 x 20 cm (centimeter)
dan tinggi 45 cm (centimeter) dengan kedalaman minimal 30 cm
(centimeter), sehingga ketinggian pondasi di atas permukaan tanah
minimal 15 cm (centimeter). Pondasi terbuat dari pasangan batu yang
dicor semen dan diaci.
h. Dilengkapi dengan papan nama proyek yang mencakup data nama
kegiatan, instansi pelaksana kegiatan, lokasi (desa, kecamatan,
kabupaten, provinsi), sumber dana, dan tahun anggaran pelaksanaan.
11. Sistem Pengaman
Sistem pengarnan jaringan listrik jika terjadi gangguan, baik untuk alasan
keselamatan, gangguan sosial, maupun untuk memudahkan perbaikan
harus menjadi bagian dari desain sistem.
12. Jaringan Distribusi, Sambungan dan Instalasi Rumah
a. Jaringan distribusi tegangan rendah
.Jaringan diperlukan untuk distribusi ke rumah pelanggan dengan
jaringan tegangan rendah (TR) open loop. Jaringan distribusi terdiri dari
tiang listrik dan kabel. Total panjang jaringan distribusi maksimal
disesuaikan dengan perencanaan.
Spesifikasi untuk jaringan distribusi tegangan rendah adalah sebagai
berikut:
1) menggunakan jaringan udara;
2l jarak antar tiang maksimal 40 m (meter);

SK No 175226 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESTA
- 3288 -

3) menggunakan pole/tiang besi galuanized dengan tinggi 7 m (meter)


standar PLN. Ditanam dengan kedalaman 1 m (meter) dan dilengkapi
dengan asesoris jaringan distribusi;
4) pada tiang distribusi pertama yang paling dekat dengan rumah
pembangkit Qtower housel wajib dipasang arrester keramik;
5) pondasi tiang jaringan distribusi dibuat dengan ukuran 2Ox2O cm
(centimeter) pada tapak yang berada di atas permukaan tanah dan
30x30 cm (centimeter) pada tapak yang berada di bawah dan ditanam
dalam tanah. Tinggi minimal pondasi 60 cm (centimeter) dengan
kedalaman minimal 50 cm (centimeter), sehingga ketinggian pondasi
di atas permukaan tanah minimal 10 cm (centimeter);
6) kabel antar tiang menggunakan twisted cable 3x35mmz + lx25mm2 +
1x16mm2 (millimeter persegi) yang sesuai dengan Standar PLN,
dengan ketentuan untuk kabel lx16mm2 (millimeter persegi)
merupakan koneksi lampu jalan dengan timer di rumah baterai dan
kontaktor;
7) kabel dari tiang ke rumah menggunakan NFA 2x10 mm2 (millimeter
persegi) yang sesuai dengan Standar PLN;
8) tinggi lendutan kabel antar tiang minimal 4 m (meter) dari permukaan
tanah; dan
9) pada setiap dua tiang dipasang sebuah lampu ja1an. Lampu jalan
harr.rs dilengkapi dengan lengan lampu, dan lampu LED dengan daya
lO-L2 W (watt) dengan efikasi 100 lumen/W (lumen per watt) yang
terletak didalam suatu enclosure tertutup yang memiliki IP 65.
Mengingat kapasitas pembangkit dan energi yang tersimpan pada
baterai yang sangat terbatas, maka lampu jalan ini harus didesain
untuk boleh dinyalakan maksimal 5 jam perhari (menggunakan timer,
dimulai sejak terbenamnya matahari pada masing-masing lokasi).
b. Jaringan distribusi tegangan menengah fiika ada)
Jaringan distribusi tegangan menengah diperlukan untuk menyalurkan
daya dari pembangkit ke jaringan distribusi. Jaringan distribusi tegangan
menengah terdiri dari tiang listrik dan kabel. Total panjang jaringan
disesuaikan dengan perencanaan. Spesifikasi untuk jaringan distribusi
tegangan menengah adalah sebagai berikut:
1) menggunakan jaringan udara;
2) jarak antar tiang maksimal 40 m (meter);
3) menggunakan pole/tiang besi atau beton dengan tinggi minimal 11 m
(meter) standar PLN sejumlah yang direncanakan, ditanam dengan
kedalaman minimal 1 m (meter) yang dilengkapi dengan asesoris
jaringan distribusi,

SK No 175227 A
PRESIDEN
REPLIBUK INDONESIA
- 3289 -

4) pondasi tiang jaringan dibuat dengan ukuran 2Ox2O cm (centimeter)


pada tapak yang di atas permukaan tanah dan 30x30 cm (centimeter)
pada tapak yang di bawah (yang ditanam dalam tanah). Tinggi minimal
pondasi 60 cm (centimeter) dengan kedalaman minimal 50 cm
(centimeter), sehingga ketinggian pondasi di atas permukaan tanah
minimal 1O cm (centimeter);
5) kawat antar tiang menggunakan AAAC/AAAC-S 70 mm (milimeter);
dan
6) tinggi lendutan kabel antar tiang minimal4 m (meter) dari permukaan
tanah.
13. Sub-Sistem Instalasi Rumah dengan spesifikasi sebagai berikut:
a. masing-masing rumah diberikan proteksi/pengaman menggunakan
pembatas arus (MCB) minimal 1 Ampere (termasuk boks dan segell ,22O
V (Volt) dan dilengkapi dengan pembatas energi (energy limiter);
b. energA limiter (energy dispenser meter) memiliki fitur yang dapat
diprogram dengan sandi (passunrdl, sehingga dapat disesuaikan
dengan kemampuan kapasitas pembangkit;
c. energA limiter (energg dispenser meter) dan pembatas arus (MCB)
keduanya harus ditempatkan di dalam sebuah kotak pengamErn
tertutup (box) berbahan metal;
d. energA limiter memiliki proteksi arus lebih dan arus hubung singkat
yang dapat diprogram dan dapat kembali normal setelah tidak ada
gangguan (fault);
e. energA limiter memiliki indikator LCD untuk melihat sisa energi dan
indikator suara (beep) apabila energi yang tersisa mencapai limit
tertentu sesuai pengesetan;
f. masing-masing rumah terdapat 4 titik beban yang terdiri atas 3 buah
lampu dan 1 buah kotak kontak;
g. lampu yang dipakai adalah lampu LED, garansi pabrikan minimal 2
tahun, umur lampu LED minimal 50.000 jam;
h. kabel Instalasi rumah menggunakan jenis NYM 3x1,5 mm2 (millimeter
persegi) dan 2x1,5 mm2 (millimeter persegi), sesuai standar PT PLN
(Persero);
i. masing-masing rumah harus dilengkapi dengan arde (pentanahan); dan
j. penyambungan instalasi rumah dilakukan sesuai dengan standar PT
PLN Persero).
k. Energg limiter (energg di.spenser meter) seperti yang disebutkan dalam
spesifikasi di atas, berfungsi membatasi pemakaian energi harian.
Setiap rumah dibatasi pemakaian energi listrik per harinya minimal300

SK No 175228 A
PRESIDEN
REPUELIK TNDONESIA
- 3290 -

Wh (watt per jarn). Adapun spesifikasi energi limiter adalah sebagai


berikut:
1) Tegangan input : 22O Yac (Voltage Alternating Current), I
(satu) phasa, 50 Hz @erul
2) Arus beban maksimum : minimal 1 A (Ampere)
3) Konsumsi arus input (AC) : + 15 mA (miliAmpere)
4l Kontrol : micro controller
5) Setting : programmable dengan password
6) Alarm :buzzerf beepsaat kuota 25o/o, indikator pada
display saat kuota habis
7l Pengukuran : lWh (wat per jam), ketelitian 5%o
Resolusi
8) Temperatur Operasional : 0 - 500o C (derajat Celcius)
9) Pembatasan Pemakaian : dapat diprogram berdasarkan waktu dan
penggunaan daya
1. Lampu yang dipakai seperti yang disebutkan dalam spesifikasi di atas,
adalah lampu LED Bulb Light dengan spesifikasi sebagai berikut:
1) Tegangan input : 85 - 265 Vac (Voltage Alternating Current)
2l Konsumsidaya :4-6 W(watt)
3) Efikasi (lm/watt) : minimal 100 lm/w (lumen per watt)
4) Warna cahaya : pure white
5) Fitting :827 (kode/tipe E dua puluh tujuh)
6) Garansi produk : minimal 2 tahun
m. Pekerjaan distribusi tenaga listrik mengacu pada SNI O225:2Oll
tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2011).
14. Penangkal Petir
Spesifikasi untuk penangkal petir sebagai berikut:
a. Menara (tower): tree angle, guyed wire;
b. Passiue sgstem, connectian slaue;
c. Jenis kabel yang digunakan adalah kabel terbuka (tanpa isolasi) sesuai
SNI/SPLN;
d. Grounding penangkal petir harus tersambung secara baik dan dipisah
dengan sistem grounding pada PY array dan rumah pembangkit;
e. Grounding penangkal petir ditempatkan dalam bak kontrol grounding.
Bak kontrol grounding terbuat dari pasangan batu yang dicor semen
dan diaci serta dilengkapi dengan penutup yang memiliki pegangan.

SK No 175229 A
PRESIDEN
REPUBLTK INDONESIA
- 3297 -

Ukuran dan kedalaman bak kontrol dibuat sedemikian sehingga mudah


bagi operator dalam melakukan perawatan;
f. Dilengkapi dengan lightning counter,
g. Lightning counter diletakkan di dalam box yang spesifikasi teknisnya
sesuai dengan combiner box;
h. Tinggi menara (tower) minimal 17 m (meter);
i. Pondasi tower dibuat dengan ukuran 6Ox6O cm (centimeter). Tinggi
minimal pondasi 110 cm (centimeter) dengan kedalaman minimal 95
cm (centimeter), sehingga ketinggian pondasi di atas permukaan tanah
minimal 15 cm (centimeter); dan
j. Pondasi ankur guyed wire dengan ukuran 60x60 cm (centimeter). Tinggi
minimal pondasi 125 cm (centimeter) dengan kedalaman minimal 110
cm (centimeter), sehingga ketinggian pondasi di atas permukaan tanah
minimal 15 cm (centimeter);
k. Persiapan Lokasi
Survei detail teknis lokasi pemasangan PLTS Terpusat Olf Grid (wajib
dilqporkan kepada PPK sebelum purchasingl minimal memuat:
1) luas lahan;
2) penilaian potensi shading;
3) lokasi penempatan peralatan elektrikal;
4) lokasi panel interkoneksi; dan
5) Surwei dan koordinasi dengan instansi terkait.
15. Jasa Instalasi
Biaya yang digunakan untuk pembangunan/Pemasangan/ Konstruksi PLTS
Terpusat OJf Grid.
16. Pengiriman Barang
Biaya yang ditimbulkan karena mobilisasi komponen PLTS Terpusat Of
Grid. Pengiriman barang dapat dilakukan menggunakan transportasi darat,
laut dan udara namun biaya pengiriman ditanggung oleh pembeli.
17. Pemeriksaan dan Pengujian
Sebelum PLTS Terpusat Off Grid" dioperasikan perlu terlebih dahulu diiakukan
perneriksaan dan pengujian laik operasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
18. Memasti(an seluruh parameter dari RMS dapat direkam. dimonitor dan
disimpan dalam data logger.
19. Gat'ansi pemeliharaan selama 1 tahun.

SK No 175730 A
FRESTDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3292 -

19.9.3. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Dan Pemantauan


. Lingkungan Hidup
Sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM Lingkungan Hidup Nomor 4 Tahun
2O2L, Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup berisi:
f . identitas pemrakarsa;
2. informasi singkat terkait dengan usaha dan/atau kegiatan;
3. keterangan singkat mengenai dampak lingkungan yang terjadi dan
pengelolaan lingkungan hidup yang akan dilakukan;
4. pernyataan kesanggupan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup; dan
5. tandatangan pemrakarsa di atas kertas bermaterai cukup.

SK No 175231 A
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
- 3293 -

SURAT PERI{YATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN


PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (SPPL)

Kami yang bertanda tangan di bawah ini:


- Nama :......,.........
- Jabatan : ................
- Alamat : ................
- Nomor Telp. : ................
Selaku penanggung jawab atas pengelolaan lingkungan dari:
- Namapenrsahaan/Usaha:
- Alamat perusahaan/usaha : .................
- Nomor telp. Perusahaan : ................
- Jenis Usaha/sifat usaha : ................
- Kapasitas Produksi : .................
dengan dampak lingkungan yang terjadi berupa:
1.
2.
3.
4.
5. dst.
merencanakan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan melalui:
1.
2.
3.
4.
5. dst.
Pada prinsipnya bersedia. untuk dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakan seluruh pengelolaan dan
pemantauan dampak lingkungan sebagaimana tersebut di atas, dan bersedia untuk diawasi oleh instansi
berwenang.

Tanggal, Bulan, Tahun


Yang menyatakan,
Materai dan tanda tangan
(..................N A M A........ .)

Nomor bukti penerimaan oleh instansi LH

Tanggal:
Penerima

Catatan:
Contoh format di atas merupakan format minimum dan dapat dikembangkan oleh peraturan pemerintah daerah
setempat.

SK No 175232 A
PRESIDEN
REFUBLIK INDONESIA
- 3294 -

19.10. Capalen Hasll Jengka Pendek


Batas waktu penyampaian capaian jangka pendek (immediate outcome) dari DAK
Fisik Bidang Infrastruktur Energi Terbamkan paling lambat 30 Juni 2024 serta
disampaikan melalui sistem informasi perencanaan dan penganggaran yang
terintegrasi.

Sasaran
Bidang/ Menu/Rincian Indikator Indikator/ Cara
Target Satuan
Subbidang Kegiatan Capaian Penerima Perhitungan
Manfaat*

Infrastruktur Pembangunan - - - - -
Energi PLTMH Off Grid
Terbarukan

Infrastruktur Pembangunan Jumlah 1.564 Rumah Rumah Survei


Energi PLTS Terpusat rumah Tangga Tangga lapangan
Terbarukan Off Grid tangga jumlah
yang rumah
terlistriki tangga
oleh PLTS terlistriki
Terpusat
Off Grid

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

JOKO WIDODO

Salinan sesuai dengan aslinya


KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
Perundang-undangan dan
Hukqn,

Djaman

SK No 169856 A

Anda mungkin juga menyukai