Anda di halaman 1dari 32

Perundang-undangan,

Kebijakan Teknis, dan


Implementasinya di Bidang
Wisata Alam
Disampaikan oleh Mugi Kurniawan, S.Hut., M.Sc.

Kupang, April 2019


INDIKATOR KEBERHASILAN :
1. Peserta mampu menjelaskan strategi konservasi alam
2. Peserta mampu menjelaskan pengusahaan pariwisata alam
3. Peserta memahami dan menjelaskan peraturan perundang-
undangan tentang Pariwisata Alam
Pink Beach, Taman Nasional Komodo
TWA Menipo
Kita Negara Hukum  Berdasarkan Peraturan  termasuk kawasan konservasi sebagai WISATA
ALAM

bahwa sumber daya alam hayati Indonesia dan ekosistemnya yang mempunyai
kedudukan serta peranan penting bagi kehidupan adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa,
oleh karena itu perlu dikelola dan dimanfaatkan secara lestari, selaras, serasi dan
seimbang bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia pada khususnya dan umat manusia
pada umumnya, baik masa kini maupun masa depan (UU No 5 Tahun 1990)
KEBIJAKAN PENGELOLAAN

3 Pilar Konservasi (UU No. 5 Tahun 1990)

1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan


2. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan
dan satwa beserta ekosistemnya
3. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya
Kawasan Konservasi
Kawasan Suaka Alam (KSA)
kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai
fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.
Terdiri dari : Cagar Alam, Suaka Margasatwa

Kawasan Pelestarian Alam


kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai
fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.
Terdiri dari : Taman Nasional, Taman Wisata Alam, danTaman Hutan Raya.
PRINSIP PENGELOLAAN KK TN. KOMODO

Taman Nasional Konservasi = Prinsip 3 P – WSC


Komodo
Perlindungan

Kawasan Pengawetan Pemanfaatan


Pelestarian Alam

1. Penelitian
2. Ilmu Pengetahuan
PEMANFAATAN 3. Menunjang Budidaya
4. Pariwisata (Ecoturism)
5. Rekreasi
TN Komodo sebagai Destinasi Ekowisata Berkelas Dunia

1. PRODUCT
MANAGEMENT
(Nature, Culture and
Coulinair)

2. CONSUMER 3. PROMOTION
MANAGEMENT MANAGEMENT

PERAN LINTAS SEKTOR


Why Ecotourism….????
Responsible travel to natural areas that conserves the
environment and improves the well-being of local people

7 Characterictic
1. Involves travel to natural
destination
2. Minimizes impact
3. Builds environmental
awareness Tourism industry :
 Hotel/homestay
4. Provides direct financial
 Restaurant
benefits for conservation
 Handicraft
5. Provides financial benefits
 Tour operator
and empowerment for
 Guide, porter
local people
 Culture
6. Respect local culture
 Transportation
7. Support human rights and
 etc
democratic Mengembangkan
(Honey, 1999) TWA Ruteng

Asean Heritage Cultural, 2016


DASAR HUKUM TENTANG PARIWISATA
1. ALAM
UNDANG – UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA
ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA
2. UNDANG – UNDANG NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN
3. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2011 TTG PENGELOLAAN KSA & KPA
4. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN
PARIWISATA ALAM DI ZONA PEMANFAATAN TN,TAHURA, & TWA
5. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 12 TAHUN 2014 TTG TARIF JENIS PNBP YANG
BERLAKU PADA BIDANG KEHUTANAN
6. PERMENHUT NOMOR NOMOR : P.48/Menhut-II/2010 TTG PENGUSAHAAN
PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN
RAYA DAN TAMAN WISATA ALAM
7. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN LAINNYA YANG TERKAIT BAIK PUSAT
MAUPUN DAERAH.
TUJUAN TENTANG PARIWISATA ALAM
• Meningkatkan pemanfaatan keunikan, kekhasan,
keindahan alam dan/atau keindahan jenis atau
keanekaragaman jenis satwa liar dan/atau jenis
tumbuhan yang terdapat di kawasan suaka
margasatwa, taman nasional, taman hutan raya, dan
taman wisata alam. (pasal 2 PP 36/2010)
Prinsip-prinsip
Pengembangan Pariwisata Alam/ Ekowisata
 Konservasi: harus mampu melindungi, memelihara, dan meningkatkan kualitas
sumber daya alam secara lestari   
 Edukasi: harus mengandung unsur pendidikan untuk mengubah perilaku dan
membentuk sikap seseorang memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen
terhadap pelestarian lingkungan
 Ekonomi: harus mampu memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat dan
menjadi penggerak ekonomi serta penyeimbang pembangunan di wilayahnya
 Peran serta masyarakat: harus mampu membangun dukungan masyarakat dan
partisipasi masyarakat dalam pengembangannya
 Rekreasi: harus mampu memberikan kepuasan kepada pengunjung melalui standar
pelayanan kegiatan rekreasi–wisata yang memadai
PERSYARATAN
PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM
(pasal 4 PP 36/2010)

1. Luas kawasan yg dimanfaatkan u/ pembangunan sarana &


prasarana pariwisata alam max 10% dr luas zona
pemanfaatan
2. Bentuk bangunan bergaya arsitektur budaya setempat
3. Tidak mengubah bentang alam yang ada
4. dll
PEMEGANG IJIN/PENGELOLA
PARIWISATA ALAM
• Permohonan ijin pengusahaan pariwisata alam dapat
diajukan oleh
• Koperasi (IUPSWA dan IUPJWA)
• Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (IUPSWA dan IUPJWA)
• Perusahaan Swasta (IUPSWA dan IUPJWA)
• Perorangan (IUPJWA)
BENTUK/KEGIATAN
PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM
1. Pengusahaan pariwisata alam berupa Ijin Usaha Sarana Pariwisata Wisata
Alam (IUPSWA) dan Ijin Usaha Jasa Wisata Alam (IUPJWA)
2. Jenis-jenis Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam tersebut, meliputi :
a. wisata tirta; b. akomodasi; c. transportasi; dan d. Wisata petualangan.
3. Jenis-jenis Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam tersebut, meliputi :
a.informasi pariwisata; b. pramuwisata; c. transportasi; d. perjalanan
wisata; e. cinderamata; dan f. makanan dan minuman
PROSEDUR IUPJWA di SM/TN/TWA
 Permohonan diajukan kepada Kepala UPT dengan tembusan Kepala SKPD yang membidangi urusan
kepariwisataan setempat
 Permohonan perseorangan dilengkapi dengan KTP, NPWP, mengisi formulir yang disediakan oleh UPT, sertifikasi
keahlian untuk jasa interpreter, rekomendasi dari forum yang diakui oleh UPT untuk bidang usaha jasa yang
dimohon.
 Permohonan untuk badan usaha atau koperasi dilengkapi dengan akte perusahaan/koperasi, SIUP, NPWP, Surat
Keterangan Kepemilikan Modal, Profil Perusahaan, Rencana kegiatan usaha jasa yang akan dilakukan.
 Kepala UPT melakukan penilaian terhadap permohonan tersebut, apabila sesuai maka Kepala UPT menerbitkan
Surat Perintah Pembayaran Iuran IUPJWA kepada Pemohon  Kepala UPT menerbitkan IUPJWA.
HAK & KEWAJIBAN PEMEGANG IUPSWA

1. Hak Pemegang IPPA :


• Mengelola jasa pariwisata sesuai dg jenis usaha yg terdapat dlm ijin usahanya
• Menerima imbalan dari pengunjung yang menggunakan jasa yang diusahakannya
2. Kewajiban Pemegang IPPA :
• membayar pungutan hasil usaha penyediaan jasa wisata alam;
• ikut serta menjaga kelestarian alam;
• melaksanakan pengamanan terhadap kawasan beserta potensinya;
• melaksanakan pengamanan terhadap setiap pengunjung;
• merehabilitasi kerusakan yang ditimbulkan akibat dari pelaksanaan kegiatan usahanya;
• menjaga kebersihan lingkungan;
• menyampaikan laporan kegiatan usaha kepada pemberi IUPJWA (kecuali perseorangan)
PROSEDUR IUPSWA di TN/TWA
 Permohonan ke Menteri (melalui BKPM) dengan tembusan ke Sekjen, Dirjen, Kepala UPTD Kehutanan Provinsi,
Gubernur/Bupati/Walikota, Kepala SKPD Kepariwisataan : Proposal, Akte pendirian badan usaha, SIUP, NPWP,
Surat Keterangan Kepemilikan Modal/referensi Bank, Profil Perusahaan, Proposal  disertai dengan Pertek dari
Kepala UPT setempat dan Kepala SKPD Provinsi, Kabupaten/Kota yang membidangi Kepariwisataan  keluar
Izin Prinsip (1 tahun)
 Membuat Peta areal yg dimohon 1 : 25.000 (minimal) dan 1 : 5.000 (maksimal) yang diketahui kepala UPT
 Membuat RPPA yang disahkan Direktur Jenderal
 Melakukan Tanda Batas yang dilaksanakan oleh UPT setempat terhadap areal yang dimohon
 Menyusun dan menyampaikan dokumen upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan
 Direktur Jenderal menerbitkan Surat Perintah Pembayaran Iuran IUPSWA berdasarkan luas areal yang diizinkan
untuk usaha penyediaan sarana wisata alam
 Menteri Menerbitkan IUPSWA
HAK & KEWAJIBAN PEMEGANG IUPSWA
1. Hak Pemegang IPPA :
• Mengelola sarana pariwisata sesuai dg jenis usaha yg terdapat dlm ijin usahanya
• Menerima imbalan dari pengunjung yang menggunakan jasa yang diusahakannya
2. Kewajiban Pemegang IPPA :
• Merealisasikan pembangunan sarana wisata alam sesuai dgn RKT yang telah disahkan paling lambat 1
tahun setelah IUPSWA diterbitkan.
• Membayar pungutan hasil usaha penyediaan sarana pariwisata alam sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
• Melaksanakan pengamanan kawasan dan potensinya serta pengamanan pengunjung pada areal IUPSWA.
• Menjaga kebersihan lingkungan, merehabilitasi kerusakan akibat kegiatan IUPSWA, memberi akses pada
petugas pemerintah yang ditunjuk untuk melakukan pemantauan, evaluasi dan pembinaan,
• Memelihara aset negara di lokasi IUPSWA.
• Melibatkan tenaga ahli di bidang konservasi alam dan masyarakat setempat.
• Membuat laporan kegiatan usaha penyediaan sarana wisata alam secara periodik kepada Menteri
• Menyusun dan menyerahkan rencana karya lima tahunan dan rencana karya tahunan.
BERAKHIRNYA/ PENCABUTAN
PEMEGANG IPPA
Pasal 36 P 48 Tahun 2010:
1. a. jangka waktu izin berakhir dan tidak diperpanjang lagi;b. izinnya
dicabut;c. pemegang izin mengembalikan secara sukarela kepada
pemberi izin; d. badan usaha atau koperasi pemegang izin bubar;e.
badan usaha pemegang izin dinyatakan pailit; atauf. pemegang izin
perorangan meninggal dunia
2. Sarana dan fasilitas kepariwisataan tidak bergerak pada izin yang telah
berakhir kepemilikannya beralih menjadi milik negara, kecuali bagi
pemegang izin yang telah mendapat perpanjangan (ps 39 P 48/2010)
SANKSI HUKUM
PEMEGANG IPPA
1. Pemegang IPPA dicabut, apabila :
• Tdk membayar Iuran Hasil Usaha dlm jangka waktu yg ditetapkan
• Tdk melaksanakan kegiatan secara nyata di lapangan
• Tdk menyerahkan Rencana Karya Pengusahaan Pariwisata Alam
• Meninggalkan usaha sblm jangka waktu yang diberikan
• Melanggar ketentuan pidana dlm UU No.5/1990
• Memindahtangankan IPPA kepada pihak lain tanpa persetujuan Menteri
• Menyelenggarakan kegt. Pariwisata alam yang bertentangan dg nilai2
agama, sosbud dan ketertiban masy
• Tdk mengindahkan peringatan tertulis yang diberikan 3 kali berturut-turut
• dll diatur dlm peraturan perundang-undangan lainnya
ANALISIS KEBIJAKAN
PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM
A. Kebijakan Umum
• Menghindari dampak negatif yg membahayakan dan menghancurkan karakter dan budaya serta lingkungan
• Memberikan pendidikan kepada pengunjung ttg pentingnya konservasi
• Memberikan kontribusi untuk pengelolaan kawasan konservasi
• Memberikan kepuasan kepada pengunjung
B. Kebijakan Operasionalisasi pengusahaan pariwisata alam
• Pengusahaan oleh Swasta, BUMN/BUMD, Koperasi, dan Perorangan selama 55 tahun
• Pembangunan sarpras pada 10 % luas zona pemanfaatan
• Kegiatan pengusahaan sarpras tidak merubah bentang alam
• Pembangunan sarpras mengacu pada arsitektur tradisional setempat
• Pengusahaan melibatkan partisipasi aktif masyarakat sekitar dalam rangka pemberdayaan ekonomi wilayah
C. Insentif Pemerintah
• Peraturan perundangan menjamin likwiditas investasi
• Fasilitasi promosi dan pemasaran produk wisata alam
MULTIPLIER EFFECT DARI PARIWISATA ALAM
A. Dampak Positif antara lain:
• Berkembangnya bisnis di daerah setempat, regional maupun Nasional, yang akhirnya juga
menambah penerimaan negara dari sektor pajak.
• Menambah lapangan kerja bagi masyarakat terkait dengan penyediaan transportasi,
akomodasi, Konsumsi, cinderamata, parkir, pemanduan, dan jasa-jasa lainnya. Hal ini
bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyakat setempat.
• Penerimaan Negara meningkat. Penerimaan tersebut disetorkan langsung ke Kas Negara
kemudian baru didistribusikan kepada instusi pusat maupun Pemerintah Daerah
• Meningkatkan intensifitas pengelolaan kawasan konservasi dan pemahaman serta
kepedulian masyarakat terhadap kawasan konservasi.

B. Dampak Negatif antara lain


• Tercemarnya kawasan wisata bila tidak dikelola dengan baik
• Budaya setempat terpengaruhi budaya pengunjung.
PERMASALAHAN
• Jaringar kerja kelembagaan yang menangani pariwisata masih belum efektif
• Perangkat lunak banyak yang sudah tidak sesuai dengan keadaan, dan revisi aturanya
berjalan lambat
• Belum ada rumusan arah pengembangan pariwisata alam secara nasional yang dapat
dipakai sebagai pedoman.
• Pengembangan aksesibilitas darat, laut dan udara masih relatif terbatas.
• Besarnya tarif masuk masih dirasakan sangat rendah bagi kawasan yang cukup terkenal
di tingkat Nasional ataupun Internasional
• SDM pariwisata alam dirasa masih sangat kurang dan sistem pendidikan belum cukup
menghasilkan SDM yang berkualitas
• Proses perijinan masih dirasa lama dan panjang
• Proses pengukuhan dan penataan batas dirasa berjalan lama
• Masih sering terjadi tumpang tindih pengelolaan
BEBERAPA KEMUDAHAN DALAM IPPA (1)
• Perpanjangan Automatis berdasarakan penilaian
• Asset pada saat perpanjangan IPPA dengan kinerja
baik tetap menjadi milik IPPA
• Keterangan (Acknowledgement) dukungan Untuk
pihak ketiga (Bank dll)
BEBERAPA KEMUDAHAN DALAM IPPA (2)
• Pengelolaan IPPA tidak harus AMDAL tapi dilakukan UKL dan UPL,
mengingat kawasan konservasi sudah dikelola dengan prinsip-prinsip
konservasi

• Penandaan batas IPPA dilakukan oleh Dirjen KSDAE yang dapat


didelegasikan kepada UPT, mengingat batas zonasi saja sudah
dilaksanakan oleh Dirjen KSDAE padahal IPPA ada di dalam Zona
Pemanfaatan, sehingga batas di dalam kawasan konservasi merupakan
kewenangan manajement otorita yaitu Dirjen KSDAE
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai