Anda di halaman 1dari 42

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena kegiatan

Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan Amenitas Pariwisata yang

dilaksanakan pada tanggal 22 23 Maret 2017 di Toraja Misiliana Hotel

dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Kegiatan ini dimaksudkan untuk

meningkatkan destinasi pariwisata melalui pemahaman kepada SDM

pengelola daya tarik wisata terkait penataan amenitas sesuai standard

amenitas pariwisata di Toraja.

Oleh karena itu atas nama manajemen, kami mengucapkan terima

kasih atas segala bantuan dan dukungan sehingga semua kegiatan ini

terlaksana dengan baik dan lancar seperti yang kita semua harapkan,

antara lain kepada:

1) Kementerian Pariwisata;

2) Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata, Kementerian

Pariwisata;

3) Dinas Pariwisata Kabupaten Toraja Utara;

4) Dinas Pariwisata Kabupaten Tana Toraja;

5) Pihak-pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam

penyelenggaraan kegiatan tersebut.

Dengan diselenggarakannya kegiatan ini diharapkan dapat menjadi

langkah awal bagi semua pihak yang terkait untuk pengembangan

pariwisata di Indonesia.

Jakarta, Maret 2017

PT ZHAFIRA AMANAH INERGINDO

- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 1


Amenitas Pariwisata -
I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting di

Indonesia. Pada tahun 2009, pariwisata menempati urutan ketiga

dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi minyak dan gas bumi

serta minyak kelapa sawit. Berdasarkan data tahun 2014, jumlah

wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebesar 9,4 juta

lebih atau tumbuh sebesar 7.05% dibandingkan tahun sebelumnya.

Kekayaan alam dan budaya merupakan komponen penting dalam

pariwisata di Indonesia. Alam Indonesia memiliki kombinasi iklim

tropis, 17.508 pulau yang 6.000 di antaranya tidak dihuni, serta garis

pantai terpanjang ketiga di dunia setelah Kanada dan Uni Eropa.

Indonesia juga merupakan negara kepulauan terbesar dan

berpenduduk terbanyak di dunia. Pantai-pantai di Bali, tempat

menyelam di Bunaken, Gunung Rinjani di Lombok, dan berbagai taman

nasional di Sumatera merupakan contoh tujuan wisata alam di

Indonesia. Tempat-tempat wisata itu didukung dengan warisan budaya

yang kaya yang mencerminkan sejarah dan keberagaman etnis

Indonesia yang dinamis dengan 719 bahasa daerah yang dituturkan di

seluruh kepulauan tersebut. Candi Prambanan dan Borobudur, Toraja,

Yogyakarta, Minangkabau, dan Bali merupakan contoh tujuan wisata

budaya di Indonesia. Hingga 2010, terdapat 7 lokasi di Indonesia yang

- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 2


Amenitas Pariwisata -
telah ditetapkan oleh UNESCO yang masuk dalam daftar Situs

Warisan Dunia. Sementara itu, empat wakil lain juga ditetapkan

UNESCO dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan

Manusia yaitu wayang, keris, batik dan angklung.

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam

dan budaya yang besar yang memberikan modal besar bagi dalam

sektor pariwisata. Pariwisata sendiri merupakan salah satu sektor yang

menjadi motor penggerak dalam pertumbuhan ekonomi negara. Dengan

potensi wisata alam dan budaya yang begitu besar, pariwisata

Indonesia menjadi salah satu penyumbang devisa yang besar bagi

perekonomian Indonesia.

Pariwisata merupakan sektor yang prospektif dengan kenaikan

realisasi investasi relatif cukup besar. Kenaikan ini didukung dengan

rencana pemerintah merevisi Perpres 39 tahun 2014 mengenai bidang

usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka untuk penanaman

modal.

Terdapat 10 destinasi prioritas yang sudah diluncurkan pemerintah

sejak awal tahun ini, yaitu Danau Toba (Sumut), Tanjung Kelayang

(Babel), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (Jakarta),

Borobudur (Jateng), Bromo Tengger Semeru (Jatim), Mandalika

(NTB), Labuan Bajo (NTT), Wakatobi (Sultra), dan Morotai (Maltara)

yang memiliki potensi investasi sebesar Rp300 triliun dalam

mengembangkan 10 destinasi prioritas tersebut.

- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 3


Amenitas Pariwisata -
Pengembangan pariwisata saat ini telah menjadi perhatian penting oleh

Presiden RI, Dalam program Nawacita Pak Jokowi terkandung

semangat percepatan laju pertumbuhan ekonomi di segala bidang,

termasuk pariwisata. Pariwisata saat ini telah dijadikan sektor

unggulan pembangunan yang dikawal langsung oleh Presiden RI.

Tahap awal yang merupakan tahapan terpenting dalam pengembangan

pariwisata disuatu kawasan adalah pembuatan rencana pengembangan.

Dimana rencana pengembangan pariwisata sangat perlu

mempertimbangkan faktor-faktor internal maupun eksternal kawasan

wisata tersebut.

Keberlimbahan segala potensi dan sumber daya pariwisata di Indonesia

haruslah diimbangi dengan sarana dan prasana atau fasilitas amenitas

yang mendukung pariwiata. Hal ini dimaksudkan agar kebutuhan

wisatawan dalam mengunjungi suatu daya tarik wisata dapat terpenuhi

sehingga tercipta suasana yang tertib, aman, maupun nyaman dalam

melaksanakan kegiatan wisata, pada jangka panjang diharapkan bahwa

wisatawan tersebut dapat berwisata kembali ke daya tarik wisata yang

telah ia kunjungi.

Amenitas pariwisata adalah fasilitas yang dimiliki suatu tempat tujuan

wisata atau destinasi seperti hotel, restoran, bar, sarana olahraga dan

lainnya yang disediakan bagi wisatawan. Disamping daya tarik wisata,

wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata juga membutuhkan adanya

fasilitas yang menunjang perjalanan dan memberikan berbagai

kemudahan bagi wisatawan yang datang dalam rangka meningkatkan

pengalaman rekreasi mereka.

- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 4


Amenitas Pariwisata -
Selain faktor atraksi, amenitas juga mempunyai peranan yang sangat

besar bagi wisatawan yang akan mengunjungi suatu destinasi. Semakin

lengkapnya suatu destinasi mempunyai amenitas atau fasilitas yang

lengkap maka akan semakin banyak pula wisatawan yang akan

mengunjungi destinasi tersebut.

Suatu fasilitas kawasan wisata memiliki syarat-syarat dalam hal

pengembangannya yaitu something to see (daya tarik wisata),

something to do (aktivitas yang membuat wisatawan tinggal lebih

lama), something to buy (kawasan perbelanjaan), how to arrive

(aksesbilitas, transportasi), how to stay (penginapan). Untuk memenuhi

kebutuhan perjalanan tersebut, perlu disediakan bermacam-macam

fasilitas, mulai dari pemenuhan kebutuhan sejak berangkat dari

tempat tinggal wisatawan, selama berada di destinasi pariwisata dan

kembali ke tempat semula.

Disamping fungsinya yang merupakan fasilitas (sarana/prasarana)

umum, publik amenitas juga harus mempunyai standar dalam

aplikasinya di lapangan dalam bahasan ini adalah daerah tujuan wisata,

yaitu :

Fasilitas publik harus strategis, untuk kemudahan aksesbilitas

pengunjung/wisatawan.

Bentuk dari fasilitas harus dapat dikenal (recognizable), sebaiknya

menggunakan bahasa universal yaitu bahasa domain lokal maupun

bahasa asing (inggris, mandarin, arab).

Pemanfaatan fasilitas harus sesuai dengan fungsinya

Di tempatkan di area yang tepat agar masyarakat umum dapat

- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 5


Amenitas Pariwisata -
melihat dan dapat langsung menggunakan tanpa harus mencari-cari.

Sebaiknya hindari di tempat yang sepi (terisolasi/terpencil) . Hal ini

untuk meminimalkan resiko kejahatan.

Terjangkaunya komunikasi darurat untuk proteksi ancaman

kejahatan.

Kualitas dari fasilitas itu sendiri harus sesuai dengan standar-

standar yang berlaku dalam kepariwisataan.

Pada tahun anggaran 2016, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi

dan Industri Pariwisata, c.q. Asisten Deputi Bidang Pengembangan

Infrastruktur dan Ekosistem Pariwisata telah membuat suatu

pedoman standar pembangunan/pembuartan fasilitas amenitas

pariwisata, yang antara lain meliputi standar terkait :

1. Pembuatan ruang ganti/ toilet di lokasi daya tarik wisata;

2. Pembuatan gazebo/rumah panggung kecil di ruang terbuka;

3. Pembangunan menara pandang;

4. Pembuatan jalur pejalan kaki/jalan setapak dan pedestrian di

kawasan pariwisata;

5. Pembuatan rambu-rambu petunjuk arah;

6. Penataan taman (pembuatan pergola, pemasangan lampu taman,

pembuatan pagar pembatas, panggung kesenian, panggung

terbuka);

7. Pembangunan pusat informasi wisata/ Tourism Information

Center (TIC);

8. Pembuatan tempat penonton (tribun), tempat pertunjukkan dan

amphitheater;

- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 6


Amenitas Pariwisata -
9. Pembangunan dan penataan kawasan pariwisata, pelataran, kios

cinderamata, kios kaki lima, pendopo, rest area, plaza, pusat

jajanan/kuliner, dan tempat ibadah;

10. Pembangunan dive center dan pengadaan peralatan selam;

11. Pembangunan jembatan dan broadwalk di kawasan pariwistaa;

12. Pembangunan gapura/gerbang masuk/pintu masuk/ entrance, dan

13. Pembangunan dan perbaikan dermaga/ jetty di kawasan

pariwisata;

Memperkuat hal tersebut, pada tahun anggaran 2017 telah disusun

program kegiatan terkait penyusunan standar atau sebuah pedoman

pengelolaan yang meliputi pemeliharaan, perawatan, maupun perbaikan

sarana amenitas pariwisata tersebut, sehingga sarana amenitas yang

telah dibangun dapat terus terjaga dengan baik (tidak cepat rusak)

dan bermanfaat jangka panjang bagi pengembangan pariwisata

nasional. Hasil dari pedoman tersebut disosialisasikan ke daerah

melalui Kegiatan Bimbingan Teknis Standar dan Pengelolaan

Amenitas Pariwisata.

B. DASAR HUKUM

Peraturan perundang-undangan yang mendasari pelaksanaan kegiatan

ini adalah :

a) Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

b) Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) (Lembaran Negara

- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 7


Amenitas Pariwisata -
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

c) Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang perubahan kedua

atas Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor

59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

d) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang

Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4966);

e) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2011

tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional

Tahun 2010 2025; dan

f) Peraturan Menteri Keuangan No.136/PMK.02/2014 tentang

Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran

Kementerian Negara/Lembaga.

C. TUJUAN DAN SASARAN KEGIATAN

Tujuan dilakukannya kegiatan ini adalah melaksanakan Bimbingan

Teknis Standar Dan Pengelolaan Amenitas Pariwisata.

Berdasarkan tujuan yang telah dikemukakan di atas, sasaran kegiatan ini

adalah Bimbingan Teknis Standar dan Pengelolaan Amenitas

Pariwisata.

D. KELUARAN OUTPUT KEGIATAN

Keluaran dari kegiatan ini adalah:

1. Terlaksananya Bimbingan Teknis Standar dan Pengelolaan

Amenitas Pariwisata.

- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 8


Amenitas Pariwisata -
2. Dokumen Laporan Bimbingan Teknis Standar dan Pengelolaan

Amenitas Pariwisata.

- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 9


Amenitas Pariwisata -
II. DESKRIPSI DAN METODE
KEGIATAN

A. RUANG LINGKUP KEGIATAN

Ruang lingkup pada kegiatan ini adalah:

1. Melaksanakan koordinasi dengan pihak Kementerian Pariwisata guna

melakukan persiapan pelaksanaan kegiatan yang meliputi penentuan

lokasi, perlengkapan dan peralatan serta waktu pelaksanaan.

2. Melaksanakan kegiatan Bimbingan Teknis Standar dan

Pengelolaan Amenitas Pariwisata.

3. Penyusunan Laporan.

B. KERANGKA PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Persiapan
2. Penyiapan Materi
3. Pelaksanaan Koordinasi

4. Pelaksanaan kegiatan dengan melibatkan semua unsur-unsur dari

instansi terkait dan pemangku kepentingan yang ada

C. WAKTU DAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan Bimbingan Teknis Standar dan Pengelolaan Amenitas

Pariwisata dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal : Rabu Kamis, 22 23 Maret 2017

Waktu : 08.30 WITA selesai

- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 10


Amenitas Pariwisata -
Tempat : Toraja Misiliana Hotel

Alamat : Jalan Pongtiku No 27, Rantepao, Toraja Utara,

D. PERALATAN TEKNIS KEGIATAN

Peralatan dan perlengkapan teknis kegiatan merupakan faktor

pendukung yang sangat penting dalam kegiatan ini . Dalam kegiatan ini

disediakan peralatan dan perlengkapan yang disertai dengan

spesifikasinya sebagai berikut:

a. Infocus
b. Laptop
c. HP Laserjet Printer
d. Kamera
e. Mic

- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 11


Amenitas Pariwisata -
III. PELAKSANAAN
KEGIATAN

A. PERSIAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Bagian yang tidak mungkin dipisahkan dalam segala aspek kegiatan

Event Organizer yang akan dijalankan adalah suatu tahapan yaitu

persiapan.

1. Rapat Persiapan

Rapat rapat persiapan dengan pengguna jasa, dalam hal ini adalah

Tim Teknis Asdep Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem

Pariwisata, yang merupakan hal mendasar yang harus dilakukan demi

kesuksesan pelaksanaan kegiatan ini.

Yang menjadi pembahasan dalam rapat-rapat persiapan ini antara

lain pemilihan tempat kegiatan, undangan peserta, materi dan bahan

paparan, narasumber, agenda acara kegiatan, peralatan dan

perlengkapan serta konsumsi selama kegiatan ini berlangsung.

2. Rapat Persiapan Internal


Rapat rapat persiapan dengan staf PT. Zhafira Amanah Sinergindo

guna membahas kesiapan pihak-pihak yang terkait dengan

pelaksanaan (kesiapan ruang pertemuan, konsumsi, site visit dan lain

sebagainya).

B. PELAKSANAAN KEGIATAN

- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 12


Amenitas Pariwisata -
Adapun jadwal pelaksanaan Bimbingan Teknis Standar dan

Pengelolaan Amenitas Pariwisata pada tanggal 22 23 Maret 2017

adalah sebagai berikut:

WAKTU URAIAN KEGIATAN


22 Maret 2017
08.30 09.00 Registrasi Peserta dan Panitia (Kemenpar)

morning coffee
09.00 09.10 - Prolog - MC

- Pembacaan Doa - Pembaca Doa


09.10 09.25 Sambutan Kepala Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kab. Toraja Utara

Pembuka resmi Asdep PIEP


09.25 09.45 Kebijakan Pemerintah Kepala Bidang Amenitas

dalam Meningkatkan Pariwisata

Infrastruktur Pariwisata
09.45 10.00 Coffee Break Panitia

10.00 11.00 Paparan standard Narasumber: Ketua Tim

Amenitas Pariwisata: Percepatan Infrastruktur: Rino

Fasilitas Umum dan Wicaksono

Fasilitas Penunjang

Pariwisata
11.00 12.30 Diskusi

12.30 15.00 Paparan standard amenitas Narasumber: Kepala Bidang

pariwisata: Fasilitas Amenitas Pariwisata

Pariwisata
15.00 15.30 ISHOMA
15.30 16.00 Kesimpulan Hari I
23 Maret 2017
09.00 12.30 Site Visit Lapangan Kondisi

Eksisting:

Lolai

Londa

- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 13


Amenitas Pariwisata -
Kete Kesu
12.30 13.30 Ishoma Toraja Misiliana Hotel
13.30 16.00 Kesimpulan Hari II

Penutupan

Site Visit lapangan diikuti oleh seluruh peserta Bimtek dengan tujuan

ke 2 (dua) lokasi pariwisata di Toraja Utara, yaitu Kete Kesu dan

Londa.

1. Londa

Londa adalah sebuah

kompleks makam

- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 14


Amenitas Pariwisata -
yang terletak di sebuah tebing batu. Londa terletak kurang lebih

sekitar 7 km di selatan Kota Rantepao. Kota Rantepao sendiri

merupakan kota yang menjadi pusat pariwisata serta akomodasi bagi

para wisatawan yang datang ke Tana Toraja. Letaknya yang

strategis ini membuat Londa dapat dikunjungi dengan berbagai jenis

transportasi seperti ojek, bemo, atau pun mobil sewaan.

Letaknya yang dikelilingi pegunungan membuat suasana di sekitar

Londa menjadi sejuk dan cenderung agak dingin.

Di sepanjang tebing yang ada di kompleks pemakaman Londa,

terdapat gua-gua atau lubang-lubang yang memang sengaja dibuat

dan dipahat untuk meletakan peti mati yang berisi jenazah. Tidak

sembarang peti mati berisi jenazah dapat diletakan di dalam gua

yang ada di Londa ini. Biasanya, pengaturan penempatan peti mati

disesuaikan dengan garis keluarga.

Uniknya, di setiap gua atau lubang yang ada di tebing batu

diletakkan sederet patung kayu yang disebut Tau-Tau. Deretan

patung kayu ini bukan merupakan patung biasa melainkan patung

yang dipahat dan diukir sedemikian rupa agar menyerupai orang yang

telah meninggal yang diletakkan di dalam gua tersebut.

Proses ukir dan pahatnya pun tidak sembarangan. Setiap detail

wajah orang yang telah meninggal juga turut diperhatikan misalnya

garis kerut atau kendur yang ada pada wajah. Tidak hanya itu, kayu

yang dipilih untuk dijadikan patung pun merupakan kayu nangka yang

- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 15


Amenitas Pariwisata -
berwarna kuning dan mendekati warna kulit manusia. Deretan patung

ini seolah-olah menjadi penjaga gua makam sekaligus representasi

dari identitas jenazah yang umumnya terletak di batu nisan.

Di sekitar deretan Tau-Tau juga terdapat peti-peti mati atau yang

biasa disebut erong yang posisinya disangga oleh kayu-kayu. Dengan

disangga oleh kayu, peti-peti mati yang lokasinya berada di atas

tebing yang curam ini akan aman dan tidak jatuh. Peti-peti mati

inilah yang disebut sebagai makam gantung.

Bagi masyarakat Tana Toraja, peti mati atau erong yang

dimakamkan dengan cara digantung ini adalah peti khusus bagi kaum

bangsawan dan kaum terhormat yang meninggal. Tingginya letak

penempatan peti mati di tebing disesuaikan dengan tingkat jabatan

atau derajat kaum bangsawan tersebut. Semakin tinggi derajat atau

jabatan bangsawan yang meninggal tersebut, akan semakin tinggi

juga letak petinya ditempatkan di tebing batu.

Sesuai kepercayaan masyarakat Tana Toraja, semakin tinggi letak

makam atau kuburan jenazah, akan semakin cepat juga arwaah dari

jenazah tersebut sampai ke surga atau nirwana.

2. Kete Kesu
Kete Kesu adalah suatu desa wisata di kawasan Tana Toraja yang

dikenal karena adat dan kehidupan tradisional masyarakat dapat

ditemukan di kawasan ini. Di dalam Kete Kesu terdapat peninggalan

purbakala berupa kuburan batu yang diperkirakan berusia 500 tahun

lebih. Di dalam kubur batu yang menyerupai sampan atau perahu

tersebut, tersimpan sisa-sisa tengkorak dan tulang manusia. Hampir

- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 16


Amenitas Pariwisata -
semua kubur batu diletakkan menggantung di tebing atau gua. Selain

itu, di beberapa tempat juga terlihat kuburan megah milik

bangsawan yang telah meninggal dunia.

Terletak 4 km di bagian tenggara Rantepao, Kete Kesu terdiri dari

padang rumput dan padi yang mengelilingi rumah adat Tana Toraja,

yaitu Tongkonan. Sebagian rumah adat yang terletak di desa ini

diperkirakan berumur sekitar 300 tahun dan letakknya berhadapan

dengan lumbung padi kecil. Tidak hanya terdiri dari 6 Tongkonan dan

12 lumbung padi, Kete Kesu juga memiliki tanah seremonial yang

dihiasi oleh 20 menhir. Di dalam salah satu Tongkonan terdapat

museum yang berisi koleksi benda adat kuno Toraja, mulai dari

ukiran, senjata tajam, keramik, patung, kain dari Cina, dan bendera

Merah Putih yang konon disebutkan merupakan bendera pertama

yang dikibarkan di Toraja. Selain itu, di dalam museum ini juga

terdapat pusat pelatihan pembuatan kerajinan dari bambu.

Masyarakat yang hidup di desa ini umumnya memiliki keahlian

sebagai pemahat dan pelukis, sehingga selain sebagai objek wisata,

tempat ini juga dimanfaatkan untuk menjual berbagai pahatan dan

suvernir tradisional Toraja.


Desa Kete Kesu merupakan

kawasan cagar budaya dan

pusat berbagai upacara adat

Toraja yang meliputi

pemakaman adat yang

dirayakan dengan meriah

(Rambu Solo), upacara

memasuki rumah adat baru (Rambu Tuka), serta berbagai ritual adat

- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 17


Amenitas Pariwisata -
lainnya. Pada bulan Juni - Desember, berbagai upacara dan perayaat

adat umumnya dilakukan oleh masyarakat sekita di lokasi ini.


Beberapa makam adat di Kete

Kesu telah ditutup dengan jeruji

besi untuk mencegah pencurian

patung jenazah adat (tau-tau).

Beberapa jenazah dapat dilihat

jelas dari luar bersama dengan harta yang dikuburkan di dalamnya.

Peti mati tradisional (erong) yang terdapat di desa ini tidak hanya

berbentuk seperti perahu, namun juga ada yang berbentuk kerbau

dan babi dengan pahatan atau ukiran yang menghiasi.

- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 18


Amenitas Pariwisata -
C. PASCA PELAKSANAAN KEGIATAN

Tahapan pasca pelaksanaan kegiatan ini meliputi beberapa aspek, yaitu:

1. Evaluasi Kegiatan dan Pembuatan Laporan


Evaluasi dilakukan setelah penyelesaian pekerjaan sebagai umpan

balik bilamana terjadi kekurangan pada pelaksanan kegiatan. Melalui

proses ini diharapkan bahwa kekurangan yang terjadi tidak terulang

kembali pada pelaksanaan kegiatan berikutnya.


2. Penyelesaian Administrasi Kegiatan

Sebagai bahan akhir adminitrasi dari seluruh rangkaian pelaksanaan

kegiatan/pekerjaan, mencakup penyerahan laporan sebagai hasil

kegaitan dan penyelesaian aspek administratif lainnya.

- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 19


Amenitas Pariwisata -
KESIMPULAN DAN
IMPLIKASI

Pada bagian ini dapat kami sampaikan kesimpulan dan implikasi yang kami

tinjau dari aspek teknis dan kondisi aktual kesiapan serta ketersediaan

fasilitas berserta perlengkapan kegaitan sesuai dengan ruang lingkup

pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawab kami selaku pelaksanaan

kegiatan ini.

Adapun kesimpulan yang diambil adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan ini berlangsung tepat waktu sesuai dengan agenda yang telah

disusun sebelumnya.
2. Para peserta, undangan dan narasumber mengikuti setiap sesi acara

dengan cukup antusias.


3. Penyediaan ruang pertemuan, konsumsi, perlengkapan dan peralatan

serta penunjang kegiatan serta dokumentasi acara disediakan sesuai

spesifikasi. ATK (Alat Tulis Kantor) dan peralatan komputer serta

printer, penggandaan materi, peralatan dan perlengkapan penunjang

kegiatan serta dokumentasi acara disediakan sesuai spesifikasi dan

jumlah yang telah ditentukan oleh Tim Teknis Kementerian Pariwisata.


4. Ruang rapat serta peralatan rapat seperti LCD, screen, soundsystem

dan lain sebagainya tersedia lengkap dengan kualitas yang memadai.


5. Pelaksanaan Site Visit telah terlaksana dengan baik.

LAMPIRAN
- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 20
Amenitas Pariwisata -
- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 21
Amenitas Pariwisata -
- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 22
Amenitas Pariwisata -
- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 23
Amenitas Pariwisata -
- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 24
Amenitas Pariwisata -
- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 25
Amenitas Pariwisata -
- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 26
Amenitas Pariwisata -
- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 27
Amenitas Pariwisata -
- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 28
Amenitas Pariwisata -
- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 29
Amenitas Pariwisata -
- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 30
Amenitas Pariwisata -
- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 31
Amenitas Pariwisata -
- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 32
Amenitas Pariwisata -
- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 33
Amenitas Pariwisata -
- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 34
Amenitas Pariwisata -
- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 35
Amenitas Pariwisata -
- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 36
Amenitas Pariwisata -
- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 37
Amenitas Pariwisata -
- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 38
Amenitas Pariwisata -
- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 39
Amenitas Pariwisata -
- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 40
Amenitas Pariwisata -
- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 41
Amenitas Pariwisata -
- Laporan Bimbingan Teknis Standar Dan Pengelolaan 42
Amenitas Pariwisata -

Anda mungkin juga menyukai