Anda di halaman 1dari 3

PERMATAKU

Guratan halus di wajah mu terlukis jelas dimakan usia, namun api semangat
senantiasa berkobar menggapai asa dihiasi senyum mawar mu itu.

Ibu... Engkau mawar dihatiku


Harum merasuki seluruh relung kalbu
Wangimu lembut menyaput segala duka yang kau pendam.
Lara mu seakan sirna terbawa angin
Tiada tampak olehku
Yang tersisa hanya harum kelembutan
Begitu nyata terlukis indah dengan tinta emas

Ibu... Engkaulah bidadari perkasa


Lihat lah kedua tangan mu dihiasi otot membiru di sana sini
Kau biarkan tanganmu yang halus perlahan berubah menjadi kasar..
Terik matahari membakar kulitmu
Lelah tak lagi kau rasa
Apalagi mengeluh.
Kami tak pernah mendengarnya
Pandainya ibu menata semua menjadi harmoni yang begitu indah.
Semua nya demi kami anak anakmu

Aku kini tahu


Keluh kesah, lelah, pedih dan duka mu kau simpan bagai harta yang sangat berharga
Ibu...bidadari indah ku

Ibu....
Engkaulah matahari jiwaku
Sinarmu menerangi tiada henti
Sesekali redup dilintasi kabut
Namun sesaat kembali benderang
Sangat terang memutih

Ibu....
Engkaulah salju
Yang tak pernah cair terbakar api..
Dingin mu putih
Dibgin mu jernih
Dingin mu mampu meredam murka angkara
Ibu...engkau salju di kalbu

Kini, aku pun ibu.


Ingin kuciptakan mawar
Ingin kubuat matahari
Ingin kubentuk salju
Ingin kugapai bidadari

Kini, aku pun ibu


Kuarungi samudra sambil menari
Kadang irama nya mengentak mengejutkan
Kadang iramanya syahdu melenakan
Tak jarang pula hadir irama irama lain tak beraturan.

Kulintasi pulau demi pulau dalam perahu bernakhoda


Kokoh mengarungi luasnya lautan dengan terpaan badai juga topan

Saat penat menindih


Kupikul beban itu dengan ikhlas
Kunikmati sesaat
Begitu dalam
Kuatur nafasku perlahan
Kuangkat kedua tangan
Kupanjatkan untaian doa

Kembali teringat nasehat ibu


Bagi siapa yang ikhlas dan sabar maka Tuhan akan memeluk hambanya dalam rindu dan kasih
sayang

Jakarta, 12.12 22
Nur Inayati Fauziyah

Anda mungkin juga menyukai