Anda di halaman 1dari 3

1.

EEG
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang,
atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh
karenanya tidak direkomendasikan (level II-2, rekomendasi E) Pemeriksaan EEG masih
dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya: kejang demam
kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal. EEG hanya dilakukan
pada kejang fokal untuk menentukan adanya fokus kejang di otak yang membutuhkan
evaluasi lebih lanjut.

Pemeriksaan EEG pada kejang demam dapat memperlihatkan gelombang lambat di


daerah belakang yang bilateral, sering asimetris, kadang-kadang unilateral. Pemeriksaan EEG
dilakukan pada kejang demam kompleks atau anak yang mempunyai risiko untuk terjadinya
epilepsi.

Untuk persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan EEG adalah sebagai berikut:

a) Periksa apakah pasien batuk, pilek, atau demam


b) Pasien tidak dalam kondisi mengkonsumsi obat penenang
c) Meminta pasien untuk menghindari konsumsi makanan yang mengandung kafein untuk
8-12 jam sebelum test dilakukan
d) Pasien jangan dipuasakan karena kadar gula darah yang rendah akan mempengaruhi hasil
EEG
e) Anjurkan pasien untuk mencuci rambut dengan sampo sebelum dilakukan perekaman
EEG tetapi tidak menggunakan hairspray atau gel atau minyak rambut
f) Beritahu pasien untuk tidur malam sesuai prosedur, missal: malam sebelumnya, pada
anak-anak tidak lebih dari 5-7 jam

2. CT scan/MRI

Pemeriksaan neuroimaging (CT scan atau MRI kepala) tidak rutin dilakukan pada anak
dengan kejang demam sederhana (level of evidence 2, derajat rekomendasi B). Pemeriksaan
tersebut dilakukan bila terdapat indikasi, seperti kelainan neurologis fokal yang menetap,
misalnya hemiparesis atau paresis nervus kranialis.

Untuk persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan CT Scan yaitu:

a) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang tujuan dan prosedur yang akan dilakukan.
b) Menjelaskan kepada klien untuk tetap berbaring seama prosedur pemeriksaan.
Pada jurnal lain menyebutkan, persiapan pasien pada pemeriksaan MRI meliputi:
a) pasien terlebih dahulu cek laboratorium meliputi cek ureum dan kreatinin untuk
kemudian akan dilakukan penghitungan GFR oleh petugas radiologi.
b) Pasien diminta untuk puasa selama 2 jam sebelum dilakukan pemeriksaan.
c) Kemudian pasien diberikan penjelasan mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan dan
kemudian dilakukan skrining mengenai riwayat pasien seperti berat badan pasien,
riwayat dilakukannya operasi, riwayat dilakukannya pemeriksaan CT-Scan dan MRI,
apakah pasien sedang menggunakan benda-benda berbahan logam di dalam tubuh, dan
apa yang dirasakan dan dikeluhkan.
d) Kemudian pasien menanggalkan benda-benda logam atau alat elektronik seperi, jam
tangan, ATM, kartu kredit, kalung, anting, kunci dan disimpan pada tempat yang telah
disediakan.
e) Pasien diharuskan mengganti baju dengan baju yang sudah disediakan untuk pasien.
f) Selanjutnya, pasien dipersilahkan untuk buang air kecil (BAK) sebelum dilakukan
pemeriksaan karena waktu pemeriksaan yang membutuhkan waktu lama dan ruang
pemeriksaan yang dingin, sehingga pasien akan merasa nyaman selama pemeriksaan
berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

1) Maulida, Novelin Safitri, Edy Susanto, and Emi Murniati. "PROSEDUR


PEMERIKSAAN MAGNETIC RESONANCE IMAGING (MRI) BRAIN PERFUSI
DENGAN METODE ARTERIAL SPIN LABELING (ASL) PADA PASIEN
TUMOR." JRI (Jurnal Radiografer Indonesia) 2.1 (2019): 48-58.
2) Anggraini, Debie, and Dita Hasni. "Kejang Demam." Scientific Journal 1.4 (2022):
325-331.
3) Deliana, Melda. "Tata laksana kejang demam pada anak." Sari Pediatri 4.2 (2016):
59-62.

Anda mungkin juga menyukai