Anda di halaman 1dari 5

RELOKASI DESA KUMEJING AKIBAT DARI

PEMBANGUNAN WADUK WADASLINTANG PADA TAHUN


1982-1988

Skripsi
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Sejarah Prodi Strata-
1 Sejarah

Disusun oleh
Rizal Nur Haqi
NIM 13030120130059

PRODI S1 SEJARAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Waduk Wadaslintang merupakan salah satu waduk terluas di Jawa
Tengah. Waduk ini memiliki luas 196 KM2 yang memiliki kedalaman hingga 123
meter yang terletak di Kecamatan Wadaslintang Kabupaten Wonosobo. Waduk
ini sering digunakan oleh masyarakat sekitar untuk memancing, menernak ikan di
keramba hingga dijadikan sebagai objek wisata di sekitar Waduk Wadaslintang.
Selain digunakan oleh masyarakat, waduk ini juga digunakan untuk pembangkit
listrik tenaga air dan juga untuk memenuhi kebutuhan air daerah rigasi meliputi
Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Purworejo. Waduk Wadaslintang mengaliri
lahan irigasi dengan pola tanam padi-palawija setiap tahunnya. Dari jumlah air
yang tertampung di waduk dan ketersediaan air hilir waduk, luas potensi lahan
irigasi wilayah Waduk Wadaslintang mencapai kurang lebih 33.279 ha.
Pembangunan Waduk Wadaslintang dimulai ketika era kepresidenan
Soeharto pada tahun 1982. Proyek waduk wadaslintang menjadi salah satu proyek
besar karena membutuhkan dana yang besar dan juga wilayah yang luas untuk
menggenang air. Dari proyek pembangunan ini membutuhkan wilayah yang luas
sehingga beberapa desa atau dusun diharuskan berpindah tempat. Desa-desa atau
dusun yang berpindaha anatara lain warga Trukareja Barat yang berpindah ke
Dusun Rejosari, sedangkang warga Trukareja Timur banyak yang ke Bandung
mulya dan sebagian pindah ke Kiringan, Kedung Bulu, atau wilayah lain. bahakan
ada warga Kedung Bulu, Bandung Mulya, Kiringan dan Kaliasat pindah ke Dusun
Rejosari Desa Kkumejing. Relokasi terjadi pada tahun 1983 hingga 1987. Selain
tanah untuk tempat tinggal ada juga beberapa tanah untuk perkebunan yang ikut
kena dampak dari pembangunan proyek Waduk Wadaslintang. Pada antara tahun
1983 hingga 1987 warga masih menggunakan lahan pertanian mereka dan juga
menggunakan jalan tersebut sebagai penghubung. Pada tahun 1987 saat
bendungan mulai ditutup air mulai naik sehingga merendam tanah-tanah miliki
waraga yang masih digunakan sebagai kebun. Ada sebagaian warga yang belum
sempat melakukan panen tetapi kebunya sudah terendam air waduk. Ganti rugi
juga sudah dilakukan oleh pemerintah untuk waraga-warga yang tanahnya
digunakan sebagai proyek Waduk Wadaslintang.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah pada penelitian
ini sebagai berikut:
1. Apa latar belakang pembangunan Waduk Wadaslintang ?
2. Bagaimana proses relokasi warga desa kumejing akibat proyek
pembangunan Waduk Wadaslintang?
3. Bagaimana kondisi warga Desa Kumejing setelah relokasi?

C. Ruang Lingkup
Pembatasan ruang lingkup dalam penelitian sejarah ini digunakan
supayapenelitian dapat lebih terfokus dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan
secara empiris dan metodelogis. Dalam penelitian ini mengguanak 2 ruang
lingkup yaitu ruanglingkup spasial dan ruang lingkup temporal.
Ruang lingkup spasial dalam skripsi ini yaitu Desa Kumejing yang terletak
di Kecamatan Wadaslintang Kabupaten Wonosbo. Hal ini dikarenakan desa
sebagain desa tersebut hasil direlokasi pada tahun 1983 ketika berlangsungnya
proyek pembangunan Waduk Wadaslintang.
Ruang lingkup temporal dalam skripsi ini yaitu pada tahun 1982-1988. Hal
ini dikarenakan pada tahun tersebut merupakan tahun dimulainya proyek
pembangunan Waduk Wadaslintang hingga tahun selesainya pembangunaan.

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Latar belakang, rumusan masalah dan batasan ruang lingkup,
maka dalam penelitian ini berfokus pada tujuan sebagai berikut:
1. Menjelaskan latar belakang pembangunan Waduk Wadas Lintang
2. Menjelaskan keputusan relokasi warga-warga di Desa Kumejing yang
terkena dampak pembangunan Waduk Wadaslintang.
3. Menjelaskan dampak yang dirasakan warga-warga Desa Kumejing akibat
pembangunan Waduk Wadaslintang

E. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan pada penelitian ini menggunakan
Metode Sejarah, yaitu proses menguji dan menganalisis rekaman dan peninggalan
masa lampau. Tahapan dari metode sejarah terbagi menjadi 4 yaitu Heuristik,
Kritik Sumber, Interpretasi dan historigrafi.

Tahap pertama yaitu Hheuristik merupakan pengumpulan sumber0sumber


sejarah yang digunakan untuk penelitian ini. Sumber primer dari penelitian ini
didapatkan dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara langusng
dengan pwlaku sejarah. Dalam penelitian ini yang berjudul ” Relokasi Desa
Kumejing Akibat Dari Pembangunan Waduk Wadaslintang Pada Tahun 1982-
1988” dilakukan observasi secara langsung ke Desa Kumejing yang terletak di
Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo. Narasumber yang dituju
merupakan warga-warga desa Kumejing yang direlokasi akibat proyek
pembangunan Waduk Wadaslintang. Selain itu data-data juga diperoleh dari arsip-
arsip yang mengenai pembangunan Waduk Wadaslintang yang tersimpan di Dinas
Kearsipan Wonosobo.

Tahap kedua yaitu kritik sumber yang terbagi menjadi 2 yaitu kritik intern
dan krtik ekstern. Sumber-sumber yang telah terkumpul harus dikritik untuk
memastikan otentitas dan kredibiitasnya. Kritik ekstern dilakukan oleh penulis
dengan memastikan otentitas dari sumber tersebut yang dapat berupa hasil
wawancara dan arsip-arsip yang digunakan. Kritik intern dilakukan oleh penulis
untuk melakukan selektif sumber dan informasi dan melakuka perbandingan antar
sumber-sumber yang telah didapat. Sehingga mendapakan kesimpulan bahwa
informasi terseut dapat dipertanggung jawabkan oleh penulis untuk referensi
dalam penyusunan skripsi ini.

Tahap ketiga yaitu interpretasi, yaitu kegiatan mencari silang hubungan


antara fakta-fakta yang ditemukan berdasarkan hubungan kronologis dan sebab
akibat dengan melakukan imajinasi dan analisis. Tahap ini dilakukan untuk
menganalisis keterkaitan fakta-fakta sejarah yang ada untuk mengungkapkan
penelitian ini.

Tahap terakhir yaitu historiografi, yaitu kegiatan merekonstruksi peristiwa


masa lampau secara tertulis. Fakta-fakta sejarah dan data-data yang telah di
analisis ditulis olrh penulis dengan gaya bahasanya sendiri dengan memperhatikan
kaidah penulisan bahasa Indonesaia dan juga kaidah penulisan skripsi sejarah.

Anda mungkin juga menyukai