Anda di halaman 1dari 19

MENELUSURI JEJAK SEJARAH

‘GEDONG TJAI TJIBADAK’


MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Lokal yang diampu oleh:
Dr. Murdiyah Winarti, M.Hum

Disusun oleh:
Kelas 1B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


PROGRAM SARJANA, MAGISTER DAN DOKTOR
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi kewajiban untuk
menyelesaikan mata kuliah Sejarah Lokal. Adapun judul dari makalah kami ini
adalah “Menelusuri Jejak Sejarah Gedong Tjai Tjibadak”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada Dr. Murdiyah Winarti, M.Hum selaku dosen mata kuliah Sejarah
Lokal yang telah memberikan tugas kepada terhadap kami. Makalah ini telah kami
susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Bandung, 31 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii


DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 3
BAB II METODE PENELITIAN ..................................................................... 4
2.1 Heuristik ..................................................................................................... 4
2.2 Analisis Kritik Sumber ............................................................................... 4
2.3 Intepretasi ................................................................................................... 5
2.4 Historiografi ................................................................................................ 5
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................... 6
3.1 Asal-usul dan mitos yang di Gedong Tjai Tjibadak berdasarkan hasil
wawancara masyarakat........................................................................................ 6
3.2 Perubahan yang terjadi pada Gedong Tjai Tjibadak ................................... 7
3.3 Analisis Perbandingan berdasarkan Kedua Klasifikasi Umur Penduduk
Ledeng ................................................................................................................. 9
BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 10
4.1 Kesimpulan ............................................................................................... 10
4.2 Saran ......................................................................................................... 10
LAMPIRAN ...................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ledeng merupakan salah satu wilayah kelurahan yang terletak di Kota
Bandung. Salah satu tempat terkenal yang berada di area Ledeng adalah
terminal Ledeng. Sebuah terminal yang menghubungkan akses wilayah
Bandung Barat seperti Cihideung, Sersan Bajuri, Parongpong, dan Lembang.
Selain itu, di dekat kawasan ini terdapat salah satu Perguruan Tinggi Negeri,
yaitu Universitas Pendidikan Indonesia. Selain terdapat beberapa tempat
penting, Kawasan Ledeng ini juga menyimpan banyak nilai historis berkaitan
dengan asal usul nama “Ledeng” yang ada kaitannya dengan salah satu
bangunan bersejarah di wilayah ini sejak era kolonial. Menurut Abang salah
satu dari narasumber yang kami dapatkan Ledeng berasal dari Bahasa Belanda
“Leiding” yang berarti pipa-pipa.

Salah satu tempat penting bersejarah yang berkaitan dengan daerah


Ledeng adalah sumber mata air “Gedong Tjai Tjibadak”. Untuk akses ke
tempat sumber mata air ini diperlukan waktu kurang lebih 30 menit apabila
jalan kaki dari terminal Ledeng. Namun, 15 menit lebih cepat apabila
menggunakan kendaraan motor. Selama lebih dari satu abad, Gedong Tjai
Tjibadak di Desa Ledeng, Bandung telah menjadi sumber air bagi masyarakat
Kota Bandung. Perkembangan sumber air ini diawali dengan berdirinya kota
Bandung yang diproyeksikan menjadi ibu kota Hindia Belanda saat itu.
Bangunan yang kini menjadi kawasan cagar budaya itu dipagari dan dijaga agar
tidak mudah disentuh. Begitu pula dengan cat dan bangunan yang
dikembalikan seperti tampilan awal pada masa penjajahan Belanda. Maka dari
itu, alasan kami memilih judul "Menelusuri Jejak Sejarah Gedong Tjai
Tjibadak" dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana upaya, mitos mitos
yang tersebar, serta kendala masyarakat sekitar untuk mengelola Gedong Tjai
Tjibadak. Saat ini, upaya pemerintah Kota Bandung melalui kelurahan dalam
menjaga kawasan tersebut antara lain dengan melakukan revitalisasi. Gedong
Tjibadak dioperasikan oleh PDAM Tirta Wening Kota Bandung yang masih
difungsikan sebagai sumber mata air setempat.

1
2

Setelah melihat langsung sumber mata air Gedong Tjai Tjibadak timbul
keresahan yang perlu diteliti lebih lanjut terkait dengan keberlangsungan masa
depan sumber mata air Gedong Tjai Tjibadak. Salah satu aspek yang menarik
perhatian adalah kualitas air yang dihasilkan oleh Gedong Tjai Tjibadak.
Seiring berjalannya waktu dan pertumbuhan Kota Bandung ada kekhawatiran
bahwa kualitas air ini mungkin telah terpengaruh oleh perubahan lingkungan,
polusi, dan kerusakan ekosistem sekitarnya. Oleh karena itu, perlu perhatian
khusus untuk menjaga kebersihan dan keamanan kualitas air yang disediakan
oleh Gedong Tjai Tjibadak. Dibutuhkan beberapa penduduk lokal yang
memiliki wawasan mendasar akan wilayah Gedong Tjai Tjibadak agar penulis
mengetahui hal yang menjadi dasar dari penulisan makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

Di antara rumusan masalah yang akan kami bahas adalah wawasan penduduk
Ledeng terkait jejak sejarah Gedong Tjai Tjibadak yang terbagi ke dalam beberapa
klasifikasi di antaranya sebagai berikut:

1. Bagaimana asal-usul dan mitos yang di Gedong Tjai Tjibadak


berdasarkan hasil wawancara masyarakat?
2. Bagaimana perubahan yang terjadi pada Gedong Tjai Tjibadak?
3. Bagaimana perbandingan pendapat masyarakat dari kedua
klasifikasi usia tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian


Setiap penulisan dengan gagasan secara konstruktif memiliki tujuan.
Berikut tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu:

1. Mengetahui asal usul dan mitos Gedong Tjai Tjibadak yang tersebar di
masyarakat sekitar
2. Mengetahui perubahan yang terjadi pada Gedong Tjai Tjibadak
3. Mengetahui perbandingan pendapat masyarakat berdasarkan kedua klasifikasi
tersebut.
3

1.4 Manfaat Penelitian


Diharapkan penyusunan makalah ini dapat memberikan manfaat bidang,
yakni secara Teoritis dan secara Praktis.

1.4.1. Manfaat Teoritis

1. Memperkaya penulisan sejarah lokal khususnya mengenai


toponimi daerah Ledeng.
2. Dapat berkontribusi dalam ilmu pengetahuan khususnya mengenai
sejarah lokal.

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Dapat dijadikan salah satu referensi ataupun acuan untuk penelitian


dalam lingkup yang luas dan mendalam, serta informasi seputar
peninggalan zaman Belanda yang masih digunakan untuk
masyarakat hingga saat ini.
2. Memberikan masukan pada para peneliti agar melakukan upaya-
upaya untuk menambah penelitian mengenai Gedong Tjai Tjibadak
BAB II
METODE PENELITIAN
Makalah ini menggunakan metode penelitian, metodologi sejarah.
Metodologi sejarah meliputi heuristik, analisis kritik, interpretasi, dan historiografi.

2.1 Heuristik
Metode heuristik ini melibatkan penggunaan pengetahuan dan intuisi penulis
untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, dan menginterpretasikan data. Dalam
konteks Gedong Tjai Tjibadak, peneliti menggunakan metode ini untuk
mengeksplorasi situs, menganalisis keadaan sekitar Gedong Tjai Tjibadak, serta
mewawancarai penduduk setempat yang memiliki pengetahuan turun-temurun
tentang sejarah dan nilai-nilai budayanya. Dengan demikian, metode heuristik
membantu dalam mengidentifikasi sumber daya sejarah yang mungkin terabaikan
oleh metode penelitian konvensional.

2.2 Analisis Kritik Sumber


Analisis Kritik Sumber adalah metodologi penelitian yang digunakan untuk
menilai dan mengkaji keandalan, bias, serta kelebihan dan kelemahan sumber
informasi sejarah. Dalam konteks penelitian Gedong Tjai Tjibadak, peneliti
memulai dengan mengidentifikasi sumber-sumber relevan, seperti arsip, literatur,
dan tradisi lisan. Kemudian, peneliti melakukan evaluasi terhadap sumber-sumber
ini dengan memeriksa potensi bias, keandalan, serta kekuatan dan kelemahan
masing-masing sumber. Metode ini membantu peneliti dalam membangun
pemahaman yang lebih mendalam tentang Gedong Tjai Tjibadak dengan
memastikan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas dan bebas
dari bias, sehingga menghasilkan pengetahuan yang lebih terperinci dan berarti
dalam konteks sejarah dan penelitian terkait.

4
5

2.3 Intepretasi
Metode penelitian interpretasi digunakan dalam konteks Gedong Tjai Tjibadak
untuk memahami sejarah, budaya, dan konteks sosial situs tersebut. Penulis
mengumpulkan dan menganalisis beragam data, termasuk dokumen sejarah, dan
wawancara dengan masyarakat setempat. Mereka menciptakan narasi yang
menggambarkan asal-usul Gedong Tjai Tjibadak, evolusi fisik situs, serta
hubungannya dengan masyarakat dan budaya sekitarnya. Dalam penelitian
berfokus pada pemahaman yang lebih mendalam tentang situs bersejarah ini.
Metode interpretasi ini memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai
Gedong Tjai Tjibadak, yang dapat digunakan dalam pelestarian dan pengembangan
pemahaman situs bersejarah ini dalam konteks yang relevan bagi masyarakat dan
peneliti masa kini.

2.4 Historiografi
Setelah melakukan pengumpulan data, mengkritik, serta menganalisisnya
maka kami menyampaikan sejarah secara kronologis berdasarkan fakta historis dari
hasil penelitian sejarah yang diungkapkan, diuji, dan ditafsirkan. Historiografi
merupakan bagian dari tahap akhir dalam proses penyusunan makalah dengan
menggunakan prinsip realisasi, kronologi, dan keterampilan imajinasi agar nantinya
penulis dapat merekonstruksikan penulisan historiografi sejarah khususnya
Toponimi pada Gedong Tjai Tjibadak.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Asal-usul dan mitos yang di Gedong Tjai Tjibadak berdasarkan hasil
wawancara masyarakat

Gedong Tjai Tjibadak didirikan pada tahun 1921 tepatnya pada masa kolonial
Belanda, dan kini usia Gedung tersebut sudah mencapai 102 Tahun. Dapat
dikatakan gedung ini punya nilai historis yang cukup tinggi karena situs ini
merupakan peninggalan Belanda. Dikarenakan gedung ini dapat dikategorikan
sebagai “Gedung Tua” maka tentu saja banyak mitos-mitos yang tersebar di
masyarakat dari generasi ke generasi, dan berikut mitos-mitos atau pantangan yang
tersebar di masyarakat sekitar Gedung Tjai Tjibadak. Menurut salah satu
narasumber yang kami wawancarai yaitu Bapak Atje Dase (78 tahun), masyarakat
setempat tidak diperbolehkan mandi dari jam 9-12 siang di pemandian dekat
Gedong Tjai Tjibadak karena mereka meyakini bahwa sosok “penunggu” di tempat
pemandian itu muncul pada jam-jam tersebut dan konon mengganggu masyarakat
yang sedang mandi. Masyarakat meyakini sosok yang dimaksud tersebut adalah
kakek, nenek, dan ular besar yang menjaga gedong cai tjibadak sehingga
lingkungan sekitar situs masih terjaga (Ina, 53 tahun). Maka dari itu menurut ibu
Popon (63 tahun) masyarakat setempat biasa menaruh sesajen berupa cerutu,
dawegan, nginang di atas Gedong Tjai Tjibadak pada hari Selasa dan Jum’at untuk
menghargai para penunggu situs tersebut.

Namun banyaknya mitos-mitos tersebut tidak membuat masyarakat sekitar


menjadi skeptis ataupun acuh dalam menjaga kelestarian Gedung tersebut. Karena
masyarakat di sekitar Gedung Tjai Tjibadak ini sadar akan pentingnya menjaga
sumber air tersebut. Kami menanyakan dampak dari mata air Tjibadak yang
dirasakan oleh Masyarakat kepada salah satu warga setempat yaitu Bapak Rahmat,
“Dampak nyata dari situs Tjibadak adanya sumber mata air yang sangat dibutuhkan
oleh masyarakat, bukan hanya warga setempat yang menikmati dampak dari mata
air tjibadak karena mata air tjibadak dapat menghidupkan kehidupan masyarakat
Bandung, Dan juga sebagai mata air yang sangat bersih.” Selain itu Bapak Rahmat
juga mengatakan bahwa warga sekitaran gedong Tjibadak diyakinkan tidak akan

6
7

kekeringan air. Karena, sumber mata airnya tetap mengalir dari masa ke masa. Dari
mulai Bapak Rahmat lahir hingga sekarang, beliau selalu bersyukur dengan adanya
gedong Tjai Tjibadak.

Mitos secara tidak langsung menjaga kelestarian Gedong Tjai Tjibadak ini.
Kami menemukan ada hal yang unik terkait klasifikasi perbedaan umur. orang-
orang yang sudah lanjut usianya cenderung berpikir adanya mitos ini pun karena
sudah terjadi dahulu dan ceritanya turun temurun diwariskan, maka dari itu mereka
akan selalu menjaga dan melaksanakan tradisi itu terus menerus. Beda halnya
dengan yang lebih muda, orang-orang muda yang bisa berpikir menggunakan
logika yang lebih modern. Tradisi seperti sesajen itu tidak dianggap serius, namun
mereka berpikir bahwa mitos itu ada karena itu adalah cara orang dahulu untuk
melestarikan hutan disana. Namun, orang muda disini yang sadar akan lingkungan
dan hutan tidak melanjutkan tradisi tapi mereka meningkatkan kehormatan,
menghargai mereka kepada hutan yang sangat amat penting bagi kehidupan mereka
terkhusus kepada Gedong Tjai Tjibadak.

3.2 Perubahan yang terjadi pada Gedong Tjai Tjibadak


3.3.1. Perubahan dalam Segi Fisik

Herbert Spencer sebagai seorang sosiolog, Spencer menyatakan bahwa


perubahan adalah hukum alam, dan bahwa kehidupan sosial cenderung menuju
keadaan yang lebih kompleks dan terorganisir. Fisik adalah sesuatu yang bisa
dirasakan langsung oleh pancaindra kita. Perubahan fisik merupakan
perubahan yang dapat dirasakan oleh pancaindra kita. Berikut adalah
perubahan fisik Gedong Tjai Tjibadak yang terjadi setelah 102 tahun
beroperasi untuk sumber mata air.

3.3.1.1. Perubahan dalam Segi Bangunan

Menurut Bu Neni salah satu narasumber yang kami wawancarai


pada awalnya ada dua Bangunan Gedong Tjai Tjibadak namun setelah
terjadi bencana banjir yang membuat sampah-sampah menjadi
menumpuk dan membuat salah satu Gedung tersebut menjadi
terendam sampah sehingga menyisakan atap bangunan tersebut saja.
8

Perubahan lain yang terjadi adalah pada toilet di dekat sumber mata
air tersebut, sebelumnya tidak ada toilet seiring perkembangan waktu
Masyarakat sekitar membangun toilet dengan air yang bersumber dari
mata air Tjibadak. Pak Andi salah satu dari narasumber yang kami
wawancarai menjelaskan bahwa setiap 1 bulan sekali terjadi
pembersihan yang dilakukan oleh instansi pemerintah langsung dan
warga sekitar juga membantu dalam proses pembersihan di luar
Gedung Tjai Tjibadak seperti pemotongan rumput dan pembersihan
lingkungan sekitar Gedong Tjai Tjibadak.

3.3.1.2. Perubahan dalam Segi Volume Air

Pada awalnya debit air 50L/detik, tetapi sekarang debit menurun


menjadi 15 L/detik. Menurut peneliti geoteknologi badan riset dan
inovasi nasional (BRIN) fajar lubis mengungkapkan debit air gedong
Tjai Tjibadak pada awalnya 75 L/detik namun pada tahun 1977 saat
gedong tersebut pengelolaannya diserahkan ke Perusahaan air minum
(PAM) debitnya berkurang menjadi 55L/detik hal itu dikarenakan
Gedung Tjai Tjibadak degradasi ini berdampak pada bagian hulu. 30
mata air itu 1L/detik atau 2L/detik digunakan untuk masyarakat
sekitar swadaya kelurahan Ciumbuleuit, Ledeng yang diurus pada bak
kecil. Gedong Tjai sendiri dikelola oleh PDAM (Perusahaan Daerah
Air Minum). Selain itu, seiring berjalannya waktu kejernihan air
berubah menjadi lebih buruk, yaitu ketika pabrik tekstil dibangun
sekitar tahun 1960-1970. Yang di mana limbah tersebut mengotori air
sampai berwarna. Oleh sebab itu warga tidak bisa mandi maupun
mengonsumsi air tersebut. Namun, kini pabrik tersebut tidak
beroperasi dan kondisi air tersebut tidak lagi tercemar.

3.3.2. Perubahan dalam Segi Fungsional

Secara fungsional, Gedong Tjai Tjibadak memiliki fungsi utama


sebagai sumber air bagi masyarakat bandung di beberapa wilayah,
diantaranya Cihampelas, Cipaganti, dan Ciumbuleuit. Namun, dewasa
ini Gedong Tjai Cibadak memiliki manfaat lain, selain sebagai tempat
9

penampungan sumber air, Gedong Tjai Tjibadak juga kerap


digunakan untuk tempat rekreasi dan penelitian.

3.3 Analisis Perbandingan berdasarkan Kedua Klasifikasi Umur Penduduk


Ledeng
Jika kita melihat data yang dihasilkan dari hasil wawancara yang dilakukan
dengan para penduduk lokal dengan klasifikasi yang sudah ditentukan. Maka,
bisa kita lihat bahwa penduduk dengan klasifikasi umur 20-40 tahun memiliki
beberapa perbedaan dibandingkan penduduk dengan klasifikasi umur 41-80
tahun di mana penduduk dengan klasifikasi umur 20-40 tahun lebih terlibat
dalam pelestarian Gedong Tjai Tjibadak, dibuktikan dari hasil wawancara
dengan Bapak Nugi Herdian.

Beliau menyebutkan bahwa Komunitas Tjai Tjibadak memiliki kekhawatiran


akan menurunnya kelestarian Gedong Tjai Tjibadak. Hal ini dibuktikan dengan
menurunnya debit air dari mata air Tjibadak yang awalnya memiliki debit air 50
lt/detik, sedangkan sekarang debit air Tjibadak menurun sampai 13 lt/detik.
Keresahan ini mendorong Komunitas Tjai Tjibadak untuk mempertahankan
kelestarian Gedong Tjai Tjibadak dari segala intervensi dari luar yang berniat
mengalih fungsikan mata air Gedong Tjai Tjibadak untuk kepentingan ekonomi
maupun politik, contohnya dengan adanya upaya dari pemerintah untuk
membangun waterboom, waterpark dan apartemen di daerah Gedong Tjai
Tjibadak. Komunitas Gedong Tjai Tjibadak mempertahankan kelestarian mata
air Tjibadak dengan berbagai cara seperti pemeliharaan Gedong Tjai Tjibadak
yang diadakan dalam beberapa bulan sekali, serta mengadakan kerjasama
dengan sekolah-sekolah dengan tema edukasi yang bertujuan untuk memberikan
wawasan dan menanamkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian
Gedong Tjai Tjibadak.

Sedangkan penduduk dengan klasifikasi umur 41-80 tahun lebih


mengetahui asal-usul, peristiwa dan mitos yang terjadi di Gedong Tjai
Tjibadak. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara kami dengan Bapak Atje
Dase (78 Tahun), Bapak Rahmat (73 Tahun) dan Ibu Popon (63 Tahun) yang
menyebutkan bahwa asal-usul nama Tjibadak berasal dari kata “Cai” yang
10

berarti air dan “Badak” yang artinya besar. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di
Gedong Tjai Tjibadak dijelaskan oleh Ibu Popon (63 Tahun) yang
menyebutkan bahwa pernah terjadi longsor yang menewaskan 1 keluarga, yaitu
bapak,ibu serta anaknya, tetapi pada waktu peristiwa longsor terjadi hanya
hewan saja yang selamat.Mitos-mitos yang ada juga dijelaskan oleh Bapak Atje
Dase (78 Tahun) dan Bapak Rahmat (73 Tahun). Dijelaskan bahwa ada
beberapa larangan seperti pada pukul 9 sampai 12 tidak boleh mandi di tempat
tersebut karena nanti ada yang nendang, setelah waktu maghrib suka ada yang
mengganggu, serta ada makhluk tinggi hitam. Namun, larangan-larangan
tersebut tidak mempengaruhi masyarakat untuk tetap menjaga gedong
Tjibadak ini.

Namun, ada kesamaan informasi yang didapatkan dari kedua klasifikasi


umur tersebut, keduanya menyatakan bahwa pernah ada upaya pemerintah
dalam mengalihfungsikan Gedong Tjai Tjibadak menjadi objek wisata yang
dijelaskan oleh Bapak Taryo (65 Tahun) dan Ibu Rostika (63 Tahun). Namun,
belum ada kepastian dari hal tersebut dan pihak komunitas juga menentang
dikarenakan akan mencemari Gedong Tjai Tjibadak.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gedong Tjai Tjibadak adalah sebuah situs bersejarah yang telah berusia 102
tahun, didirikan pada masa kolonial Belanda pada tahun 1921. Selain memiliki nilai
historis yang tinggi sebagai peninggalan kolonial, situs ini juga menjadi sumber
mata air yang sangat penting bagi masyarakat di sekitarnya. Mitos dan pantangan
turut mengelilingi gedung ini mencerminkan penghargaan dan kepercayaan
masyarakat terhadap situs ini, walaupun tidak meredupkan kesadaran akan
pentingnya menjaga kelestarian Gedong Tjai Tjibadak dan sumber airnya.
Pengembangan alokasi pengelolaan harus mempertimbangkan keseimbangan
antara pelestarian warisan budaya dan perlindungan lingkungan alam sekitarnya.
Pemerintah dan masyarakat setempat harus bekerja sama untuk menjaga situs ini,
tetapi masih terdapat beberapa kendala seperti masalah komunikasi internal dan
akses jalan yang kurang terawat. Ancaman serius datang dari rencana pembangunan
apartemen di sekitar Gedong Tjai Tjibadak yang dapat mengancam keberlanjutan
sumber air dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian lebih
lanjut dan tindakan konkret dari pihak terkait untuk menjaga keberlanjutan sumber
air Tjibadak dan melestarikan Gedong Tjai Tjibadak dengan mempertimbangkan
keseimbangan antara pengembangan wilayah dan pelestarian warisan budaya serta
lingkungan alam yang berharga.

4.2 Saran
Saran bagi pemerintah untuk menolak segala bentuk pembangunan yang akan
dilaksanakan di sekitar radius tertentu dari bangunan Tjibadak 1921 ini. terakhir
kepada pihak pendidik yang dimaksud adalah pihak Universitas Pendidikan
Indonesia untuk bisa membantu menjadikan Gedong Tjai Tjibadak ini menjadi
wisata edukatif dan membantu menjaga dan melestarikan tempat yang masih berada
di sekitar kampus Universitas Pendidikan Indonesia Bumi Siliwangi.

10
LAMPIRAN
DOKUMENTASI BUKTI

Gambar 1.1 Foto Gedong Tjai Tjibadak Ledeng.

Gambar 1.2 Dokumentasi wawancara dengan warga sekitar Ledeng.

Gambar 1.3 Dokumentasi wawancara dan foto taman Terakota.

11
12
13
14

Gambar 1.4 Koran peninggalan Belanda.


DAFTAR PUSTAKA

Arifianto, B. (2021, September 27). Jaga Gedong Cai tjibadak Bandung demi
Kemaslahatan dunia - www.pikiran-rakyat.com. Pikiran Rakyat.
https://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/pr-012681324/jaga-
gedong-cai-tjibadak-bandung-demi-kemaslahatan-dunia

Azay. (2020, Agustus 25). Pemkot Bandung berencana bangun Ruang Publik di
Kawasan Gedong Cai tjibadak. Metrojabar.id.
https://metrojabar.id/2020/08/25/pemkot-bandung-berencana-bangun-
ruang-publik-di-kawasan-gedong-cai-tjibadak/

Gala, T. K. (2023, Mei 10). Puluhan Seke Terancam, Apartemen Akan dibangun
di Kawasan Hutan gedong tjai tjibadak . Puluhan Seke Terancam,
Apartemen Akan Dibangun di Kawasan Hutan Gedong Tjai Tjibadak -
Koran Gala. https://www.koran-gala.id/news/5878739916/puluhan-
seke-terancam-apartemen-akan-dibangun-di-kawasan-hutan-gedong-
tjai-tjibadak

Sjafari, I. (2023, Mei 25). Rencana Pembangunan Apartemen di Kawasan


Gedong Tjai, Bandung melanggar kearifan lokal patanjala. Koridor.
https://koridor.co.id/lingkungan/rencana-pembangunan-apartemen-di-
kawasan-dekat-gedong-tjai-cibadak-bandung-melanggar-kearifan-lokal-
patanjala/

11

Anda mungkin juga menyukai