Anda di halaman 1dari 36

JAWABAN UAS

MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kewirausahaan

Oleh :

Rendi Nurjamil 1503081

PRODI PENDIDIKAN EKONOMI


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2016
KEWIRAUSHAAN DAN BISNIS
PRGRAM PENDIDIKAN EKONOMI PASCASARJANA TH 2016
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Dosen : Prof .Dr. Suryana, M.Si
Jawaban: (takehome) Dikumpulkan pada hari jumat 23 Desember 2016 paling
lambat jam 12.00 di Pa Usep.
Soal:

1) Ketika sdr. membicarakan entrepreneurship, berarti membahas tentang


“the ability to create new and different), Coba jelaskan apa inti atau
jangtungnya entrepreneurship menurut sdr. Jelaskan bagaimana
proses entrepreneurship yang harus dilakukan supaya sukses dalam
berentrepreneur. Jelaskan, nilai-nilai apa yang dihasilkan dari
entreprenership itu? (Jawaban hasil pemikiran senndiri dan sumber
referensi atau journal online.

Jawab :
1. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda (ability to create the new and different) (Drucker, 1959). Jadi inti dari
entrepreneurship yaitu kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau
kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan
atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Langkah-langkah menjadi wirausahawan yang sukses
a) Memiliki visi dan tujuan usaha.
b) Berani mengambil risiko waktu dan uang.
c) Merencanakan, mengorganisasikan, dan menjalankan.
d) Bekerja keras
e) Membangun hubungan dengan karyawan, pelanggan, pemasok, dan yang
lainnya.
f) Bertanggung jawab atas kesuksesan dan kegagalan.
Pendapat lain :
a) memiliki ide atau visi bisnis yang jelas, serta kemauan dan keberhasilan
untuk menghadapi resiko, baik berupa waktu dan uang. Apabila ada kesiapan
dalam menghadapi resiko.
b) harus membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan dan menjalankannya.
Selain itu kewirausahaan harus mengembangkan hubungan yang baik dengan
mitra usaha maupun pihak yang terkait dengan kepentingan perusahaan.

Pendapat lain:
a) Semuanya Berawal dari Impian dan Imajinasi
Setiap orang tentunya memiliki impian dan imajinasi. Alat-alat yang banyak
kita gunakan saat ini seperti: lampu, listrik, pesawat, mobil, motor, dan lain-
lain merupakan wujud nyata dari impian dan imajinasi yang dimiliki oleh
para penemunya. Tentunya impian dan imajinasi tersebut harus dituangkan
dalam bentuk nyata, yakinlah dengan apa yang kita miliki dan jangan pernah
takut untuk mencoba. Seseorang yang memiliki impian dan daya imajinasi
yang kuat pada umumnya mampu menciptakan dan membuat satu terobosan,
dalam kamus mereka tidak ada kata “tidak bisa” ataupun “tidak mungkin”.
b) Mencintai Produk atau Jasa yang Ditawarkan
Biasanya pengusaha memilih jenis usaha yang akan dijalankan berdasarkan
hobi dan kecintaanya terhadap jenis usahanya tersebut. Seseorang yang hobi
mengajar tentunya akan memilih bidang usaha pendidikan seperti membuka
lembaga pendidikan ataupun bimbingan belajar. Begitu juga jika orang
tersebut hobi makan, pastinya usaha yang sesuai dengannya adalah usaha
rumah makan. Kecintaan kita terhadap produk dan jasa yang ditawarkan akan
meringankan beban kita dalam menghadapi halangan dan kesulitan yang
datang menghampiri karena kita menjalankannya dengan senang hati.
c) Memiliki Sikap Ulet dan Berjiwa Optimis
Dua kata diatas merupakan kata kunci yang wajib dimiliki oleh setiap
entrepreneur. Selalu optimis untuk meraih apa yang telah diimpikannya dan
pantang menyerah akan menjadi tulang punggung keberhasilan sebuah usaha
yang dijalankan. Orang yang ulet memiliki semangat pekerja keras dimana
dirinya akan selalu memikirkan apa yang harus dilakukan demi
mengembangkan usahanya. Jangan menjadi orang yang malas karena sikap
malas dan ogah-ogahan hanya akan membuat diri Anda semakin hanyut dan
tenggelam dalam arus persaingan yang sangat deras.
d) Berani Mengambil Resiko Kegagalan
Dalam menjalankan suatu usaha, kegagalan akan menjadi faktor resiko yang
perlu dipertimbangkan. Banyak diantara para pengusaha yang baru bisa
mencapai titik kesuksesan setelah mereka merasakan pahitnya kegagalan.
Seorang pengusaha sukses memiliki pandangan bahwa kegagalan bukan
akhir dari segalanya, melainkan kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.
e) Memiliki Kemampuan Komunikasi yang Baik
Menjadi pengusaha sukses harus memiliki kemampuan komunikasi yang
baik. Dalam prakteknya, para pembeli akan merasa sangat senang jika
penjelasan mengenai produk dan jasa yang ditawarkan dapat disampaikan
dengan bahasa yang santun. Dengan bahasa komunikasi yang sopan santun
juga akan membuat Anda semakin mudah dalam menjalin relasi dengan
pihak lain seperti: teman, mitra usaha, dan lain-lain.
f) Selalu Mencari Masukan dan Nasehat dari Orang Lain
Ada pepatah yang mengatakan “Pengalaman adalah guru yang paling
berharga”. Sebagai pengusaha yang baru akan memulai usaha, masukan dan
nasehat dari orang lain yang lebih berpengalaman dapat dijadikan sebagai
bahan pelajaran Anda dalam menjalankan usaha. Gunakan insting kreativitas
Anda untuk melakukan modifikasi berdasarkan pengalaman yang diceritakan
untuk memperoleh satu terobosan, hal ini dilakukan untuk menghilangkan
image Anda sebagai tukang tiru yang tidak memiliki inisiatif dan kreativitas.
g) Membuka Diri dari Perubahan yang Terjadi
Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap detik keadaan disekitar Anda selalu
berubah sesuai ruang dan waktu. Terkadang hal tersebut akan berdampak
pada usaha yang dijalankan sehingga Anda mesti melakukan penyesuaian
berdasarkan perubahan yang terjadi. Teknik marketing yang Anda gunakan
sekarang belum tentu masih bisa digunakan di masa yang akan datang.
Belum lagi untuk jenis model, gaya hidup, serta trend yang sedang terjadi di
masyarakat sedikit banyak akan berpengaruh pada usaha Anda.

Terdapat beberapa nilai penting dari kewirausahaan, yaitu :

a) Percaya diri
Kepercayaan diri adalah sikap dan keyakinan seseorang dalam melaksanakan
dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Kepercayaan diri memiliki nilai
keyakinan, optimisme individualitas dan ketidaktergantungan. Seseorang
yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan
kemampuannya untuk mencapai keberhasilan (Zimmerer, 1996: 7).
Kepercayaan diri ini bersifat internal, dinamis dan banyak di tentukan oleh
kemampuan untuk memulai, melaksanakan dan menyelesaikan suatu
pekerjaan. Orang yang percaya diri memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis, berencana, efektif dan efisien.
Kepercayaan diri juga selalu ditunjukkan oleh ketenangan, ketekunan,
kegairahan dan kemantapan dalam melakukan setiap pekerjaan. Kepercayaan
diri juga berpengaruh pada gagasan, karsa, inisiatif, kreatifitas, ketekunan,
semangat kerja keras dan kegairahan berkarya.
b) Berorientasi pada tugas dan hasil.
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang
selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba,
ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat,
energik dan berinisiatif. Berinisiatif adalah keinginan untuk selalu mencari
dan memulai sesuatu dengan tekad yang kuat.
c) Keberanian mengambil resiko.
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil resiko merupakan salah satu
utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil resiko
akan sukar memulai dalam memulai atau berinisiatif, menurut Angelita S.
Bajaro, seorang wirausaha yang berani menanggung resiko adalah orang
yang selalu ingin jadi pemenang dan memenangkan dengan cara yang baik
(Yuyun Wirasasmita, 1994: 2). Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai
usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau
kegagalan dari pada usaha yang kurang menantang. Oleh sebab itu,
wirausaha kurang menyukai resiko yang terlalu rendah atau terlalu tinggi,
resiko yang terlalu rendah akan memperoleh sukses yang relatif rendah.
Sebaliknya, resiko yang tinggi kemungkinan memperoleh kesuksesan yang
tinggi, tetapi dengan kegagalan yang sangat tinggi. Oleh sebab itu, ia akan
lebih menyukai resiko yang seimbang (moderat). Wirausaha menghindari
suatu resiko yang rendah karena tidak ada tantangan dan menjauhi situasi
resiko yang tinggi karena ingin berhasil. Keuntungan yang besar akan
menanggung resiko yang besar pula
d) Kepemimpinan.
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan,
kepeloporan dan keteladanan. Ia ingin selalu ingin tampil berbeda, menjadi
yang pertama, dan lebih menonjol. Kepemimpinan kewirausahaan juga harus
mampu berfikir divergen dan konvergen.
e) Berorientasi ke masa depan.
Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki
perspektif dan pandangan ke masa depan, selalu mencari peluang, tidak cepat
puas dengan keberhasilan.
f) Keorisinilan : Kreativitas dan Inovasi.
Nilai inovatif kretaif dan fleksibilitas merupakan unsur-unsur keorisinilan
seseorang. Wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif dan yakin
dengan adanya cara-cara baru yang lebih baik (Yuyun Wirasasmita 1994: 7),
dengan ciri ciri :
1) Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini,
meskipun cara tersebut cukup baik.
2) Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya.
3) Selalu ingin tampil beda atau memanfaatkan perbedaan.

Kreativitas adalah kemampuan untuk melakukan pemikiran yang baru dan


berbeda. Inovasi adalah kemampuan untuk melakukan tindakan yang baru
dan berbeda. Rahasia kewirausahaan dalam menciptakan nilai tambah teletak
pada penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan persoalan dan
meraih peluang. Ciri-ciri kepribadian kreatif terletak pada keterbukaan,
kreatifitas, kepercayaan diri, kecakapan, kepuasan, rasa tanggung jawab dan
penuh daya imajinasi.
2) Jumlah wirausaha di Indonesia hanya tumbuh 1.65 persen, sedangkan di
Negara-negara lainnya seperti Singapura, Malaysia, dan Negara sedang
berkembang lainnya cukup tinggi. Mengapa wirausaha Indonesia
kurang berkembang. Coba sdr. analisis berdasarkan pengamatan dalam
bidang pendidikannya, misalnya dalam proses pendidikan dan
pembelajaran apa yang kurang, dan seharunya bagaimana? Untuk
membenuk ecademic entrepreneurian/ entrepreneur university langkah-
langkah apa yang harus dilakukan. (jawaban hasil pemikiran sendiri
dan referensi online atau hasil penelitian dari journal online).

Pada penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan dalam pendidikan formal


dinilai dari minimnya jumlah wirausahawan yang dilahirkan dari bidang ini. Banyak
wirausahawan lahir,tetapi kebanyakan dari mereka bukan lahir dari pendidikan
kewirausahaan secara khusus. Mereka banyak lahir melalui otodidak, spekulasi
usaha dan bukan pendidikan formal. Faktor-faktor kegagalan pendidikan
kewirausahaan muncul dari luar dan dalam pendidikan kewirausahaan itu sendiri.
1) Kurangnya Minat Pengusaha Sukses Mengajar.
Kurangnya minat pengusaha sukses menjadi pendidik dan pengajar dalam
pendidikan formal menjadi salah satu penyebab kegagalan pendidikan formal gagal
mencetak wirausahawan-wirausahawan muda. Selama ini, pendidik dan pengajar
pendidikan kewirausahaan kebanyakan berasal dari kalangan akademisi yang tidak
pernah menjadi wirausaha. Akibatnya, pendidikan dan pengajaran yang diberikan
kurang sesuai dengan fakta yang ada. Materi yang diberikan pun hanya sebatas teori-
teori tanpa diikuti pembahasan mendalam tentang bagaimana aplikasi teori dalam
kehidupan berwirausaha. Selain itu, pendidik yang tidak pernah berwirausaha tidak
mengenal secara pasti bagaimana dinamika yang muncul dalam kehidupan
berwirausaha sehingga pengalaman-pengalaman yang diberikan kepada peserta didik
pun menjadi kurang bermakna. Walaupun sudah memberikan pengalaman-
pengalaman wirausahawan-wirausahawan yang bukan diri mereka melalui
pembelajaran dari biografi wirausahawan ataupun sumber-sumber lain, tetap saja
dirasa kurang karena bisa jadi makna yang dibangun oleh pendidik hasil dari
pembelajaran melalui sumber-sumber terkait tidak sesuai dengan apa yang
sebenarnya terjadi. Secara singkat, dapat disimpulkan bahwa pendidik dan pengajar
pendidikan kewirausahaan yang berasal dari akademisi tanpa pengalaman
berwirausaha mempunyai kelemahan dan kekurangan sebagai pendidik dan pengajar
pendidikan kewirausahaan. Mereka tidak cukup mempunyai pengalaman praktis
dalam berwirausaha yang dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi peserta didik
sehingga peserta didik pun menjadi tidak cukup referensi. Faktor inilah yang juga
dirasakan menjadi salah satu penyebab kegagalan pendidikan kewirausahaan.
Lalu mengapa tidak mengambil pendidik dan pengajar dari kalangan
pengusaha untuk melaksanakan pendidikan dan pengajaran kewirausahaan di
sekolah? Ada banyak jawaban dari pertanyaan tersebut. Jawaban paling mendasar
adalah karena pengusaha tidak dihasilkan dari dunia pendidikan sehingga mereka
tidak berminat menjadi pendidik. Ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi.
Bisa jadi karena pengusaha tersebut menjadi wirausahawan bukan karena mereka
adalah produk dunia pendidikan. Hal ini membuat para pengusaha menjadi merasa
bahwa pendidikan kewirausahaan tidak menjadi hal yang penting untuk diperhatikan.
Alasan ini cukup logis jika ditelaah lebih lanjut. Pengusaha yang tidak muncul dari
duna pendidikan menyadari bahwa pendidikan bukan jalan menuju kesuksesan,
mereka meyakini ada jalan lain yang dapat ditempuh untuk menjadi pengusaha
sukses, jalan tersebut adalah jalan yang mengantarkan mereka menuju kesuksesan.
Alasan lain adalah karena pengusaha tidak mempunyai kepedulian yang tinggi
terhadap pendidikan. Hal ini disebabkan oleh ketidakbermanfaatan pendidikan dalam
hidup mereka. Ada pula pengusaha yang memandang bahwa waktu mereka akan
lebih bermanfaat ketika dimanfaatkan untuk kegiatan usaha daripada berkerier dalam
dunia pendidikan. Bisa jadi pengusaha memandang bahwa mereka dapat
memperoleh penghasilan yang lebih besar ketika mereka berbisnis dibanding
menjadi pendidik dijalur pendidikan formal.
2) Kurang Menariknya Kurikulum Pendidikan Kewirausahaan.
Pendidikan Kewirausahaan masuk dalam kurikulum pendidikan formal. Dalam
kurikulum di SMK, Pendidikan Kewirausahaan masuk dalam matakuliah produktif.
Sementara itu, dalam pendidikan tinggi, Pendidikan Kewirausahaan mendapat porsi
satu sampai dua matakuliah dengan bobot sekitar tiga sampai enam SKS. Kurikulum
yang ada saat ini merujuk pada tujuan untuk membentuk lulusan yang mampu
berwirausaha, namun pada kenyataannya, tujuan ini tidak tercapai dalam jumlah
yang besar. Dapat dikatakan bahwa pendidikan kewirausahaan di sekolah formal
mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan salah satunya karena kurikulum
pendidikan kewirausahaan yang ada disekolah kurang menarik peserta didik pada
saat mengikuti pendidikan yang membuat mereka tidak berminat berwirausaha.
Ada beberapa hal yang membuat kurikulum pendidikan kewirausahaan di
sekolah formal menjadi kurang menarik. Dilihat dari isinya, kurikulum pendidikan
kewirausahaan terlalu terfokus pada sisi teoritis semata. Kegiatan praktek tidak di
setting sedemikian rupa untuk menunjang teori yang sebenarnya cukup untuk
membekali peserta didik sebagai seorang wirausaha. Kurikulum juga tidak
dilengkapi dengan berbagai perencanaan untuk membuat peserta didik lebih
mengenal dunia wirausaha secara praktis.
Sebagai contoh, kurikulum pendidikan kewirausahaan tidak memuat rencana
kunjungan ke industri-industri yang dibuat oleh wirausahawan. Kunjungan-
kunjungan yang selama ini dilakukan sekolah adalah upaya mandiri dari pihak
pendidik atau inisiatif bersama peserta didiknya. Kunjungan pun juga tidak
dilakukan oleh semua sekolah, kunjungan hanya dilakukan sekolah yang mempunyai
kecukupan sumber daya saja. Contoh lain adalah tidak adanya setting praktek
berwirausaha. Kurikulum terkesan terlihat takut untuk memasukkan peserta didik
dalam dunia wirausaha sehingga peserta didik tidak dapat benar-benar masuk dalam
dunia wirausaha.
3) Mental Pendidik yang Terlalu Formal.
Pendidik dan pengajar pendidikan kewirausahaan selama ini masih didominasi
oleh pendidik dan pengajar yang berasal dari kalangan akademisi. Hal ini membuat
mereka terkesan terlalu formal dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran
untuk peserta didik. Bukan berarti pendidikan kewirausahaan harus diselenggarakan
dalam suasana non formal, tetapi lebih jauh dari itu seharusnya proses pendidikan
dan pengajaran seharusnya juga memperhatikan dan mempraktekkan fleksibilitas
dalam melaksanakan suatu aktivitas sesuai dengan nilai yang ada dalam
kewirausahaan itu sendiri.
Pendidik atau pengajar pendidikan kewirausahaan yang ada selama ini terlalu
memfokuskan diri pada pengajaran tentang teori-teori kewirausahaan yang tidak
didukung dengan kegiatan praktek yang cukup. Seharusnya, pemberian teori-teori
tentang kewirausahaan perlu didukung dengan kegiatan-kegiatan yang sifatnya
praktis seperti pengamatan lapangan, studi industri atau kegiatan lain yang dapat
lebih memperdalam pengetahuan peserta didik tentang dunia kewirausahaan.
4) Kurangnya Pusat Studi dan Pelatihan Kewirausahaan.
Kurangnya pusat studi dan pusat pelatihan kewirausahaan juga dinilai menjadi
sebab kegagalan pendidikan kewirausahaan di lembaga sekolah formal dalam
mencetak wirausahawan. Kurangnya fasilitas ini membuat peserta didik kekurangan
pengalaman belajar. Pengalaman belajar yang diharapkan diperoleh dari pendidikan
kewirausahaan seharusnya banyak mengarah pada dunia usaha nyata, sehingga
peserta didik dapat termotovasi dan berminat untuk menjadi seorang wirausahawan.
Pusat pelatihan kewirausahaan dibutuhkan untuk memfasilitasi peserta didik
dalam mengaplikasikan teori dan konsep-konsep berwirausaha. Fasilitas ini dapat
menjadi media awal sekaligus pijakan pertama bagi peserta didik dalam upaya
menjadi wirausahawan. Peserta didik dapat berlatih untuk berwirausaha mulai dari
analisis peluang hingga pengembangan usaha dapat dilakukan dalam pusat pelatihan.
Pada kenyataannya, pusat pelatihan dan studi kewirausahaan masih sangat
sulit dijumpai di lembaga-lembaga pendidikan formal. Jikapun ada, pelatihan yang
banyak ada saat ini juga masih sering mengutamakan penguasaan teori dibanding
praktek. Masih banyak sekolah dan perguruan tinggi tidak mempunyai fasilitas
penunjang berupa pusat pelatihan kewirausahaan yang mampu mengakomodir
kepentingan pencapaian tujuan pendidikan kewirausahaan.

langkah-langkah membenuk ecademic entrepreneurian/ entrepreneur


university
Kewirausahaan akademis bukanlah sebuah peristiwa tunggal, melainkan
suatu proses yang berkesinambungan yang terdiri atas berbagai rangkaian acara
(Friedman & Silverman, 2003). Berikut adalah proses dari kewirausahaan akademis,
yaitu :
1. Pengungkapan inovasi dan tahapan perlindungan kekayaan intelektual
2. Kesadaran dan tahapan pengamanan kemitraan industri
3. Tahapan seleksi mekanisme komersialisasi, yang terdiri atas
a. Persetujuan lisensi teknologi
b. Penciptaan perusahaan spin-off
c. Pelaksanaan mekanisme seleksi
4. Tahapan komersialisasi

Terdapat lima elemen kunci dapat memberikan kesuksesan pada pengusaha


akademik di tingkat universitas, antara yang, khususnya,
1. kapasitas pengorganisasian perusahaan dalam universitas,
2. kehadiran tim penelitian kuasi-perusahaan terorganisir,
3. kehadiran universitas-industri pusat penelitian, dan
4. organisasi dan kelembagaan pengaturan untuk melindungi properti
intelektual.
3) Sdr sudah mendiskusikan ada beberapa jenis entrepreneurship, seperti
Busines entrepreneur, professional entrepreneurial, academic entrepreneur,
education entrepreneur, government entrepreneurial, dan social. entrepreneur.
a) Jelaskan apa yang dimaksud dengan konsep-konsep tersebut , b)
Bagaimana komponen/cirri-cirinya, c) Jelaskan tujuannya masing-masing,
d) Berikan minimal dua contoh dari setiap jenis kewirausahaan tersebut, e)
Bila ada perbedaan dan persamaan antara business entrepreneur dan social
entrepreneur, jelaskan perbedaan dan persamaan kewirausahaan tersebut.
(jawaban hasil pemikiran sendiri ,referensi dan journal online).

Business Entrepreneur

Konsep Business Entrepreneur

Business Entrepreneur adalah wirausaha yang bergerak dalam bidang


produksi barang dan jasa serta pemasarannya. Business Entrepreneur. Kelompok
ini terbagi menjadi dua yaitu Owner Entrepreneur and professional Entrepreneur.
Owner Entrepreneur adalah para penciptan dan pemilik bisnis. Professional
Entrepreneur adalah orang-orang yang memiliki daya wirausaha akan tetapi
mempraktekkannya pada perusahaan orang lain.

Ciri Business Entrepreneur


Menurut Indriyo Gito Sudarmo (1993: 3), ada beberapa macam jenis bisnis,
untuk memudahkan mengetahui pengelompokannya maka dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1) Ekstraktif, yaitu bisnis yang melakukan kegiatan dalam bidang
pertambangan atau menggali bahan-bahan tambang yang terkandung di
dalam perut bumi.
2) Agraria, yaitu bisnis yang menjalankan bisnisnya dalam bidang pertanian.
3) Industri, yaitu bisnis yang bergerak dalam bidang industri.
4) Jasa, yaitu bisnis yang bergerak dalam bidang jasa yang menghasilkan
produk-produk yang tidak berwujud.
Tujuan Business Entrepreneur
a) Meningkatkan jumlah wirausaha berkualitas
Tujuan kewirausahaan yang pertama adalah meningkatkan jumlah
wirausaha berkualitas. Tujuan kewirausahaan ini berdasarkan pada
pemikiran jika seorang pembisnis tentunya membutuhkan sumber daya
manusia lain untuk membantunya membangun perusahaan. Dengan
bimbingan yang tepat, sumber daya manusia tersebut tidak hanya dapat
diberdayakan kemampuannya, namun juga dapat dilatih dan
dikembangkan supaya dapat menjadi calon wirausaha yang berkualitas.
Tujuan kewirausahaan ini tidak menutup kemungkinan jika suatu hari
nanti, “si anak buah” akan mampu mandiri dan membuka usahanya
sendiri. Setelah tujuan kewirausahaan ini terwujud, maka sang pembisnis
telah berhasil meningkatkan jumlah wirausaha berkualitas.
b) Membudayakan semangat wirausaha di masyarakat
Wirausahawan dapat dikategorikan sebagai orang-orang yang memiliki
jiwa tangguh, kompetitif, dan pandai mencari peluang. Semangat
wirausaha yang tidak pernah padam ini sangat baik jika mampu
ditularkan ke masyarakat sebagai sebuah tujuan kewirausahaan yang
selanjutnya. Tujuan kewirausahaan membudayakan semangat wirausaha
di masyarakat dapat diwujudkan dengan cara yang sangat sederhana,
yaitu dengan bersikap seperti apa adanya seorang entrepreneur. Sikap
tersebut tentunya akan menginspirasi dan membuat masyarakat tergerak
untuk mencoba berwirausaha. Sikap tangguh dan tidak mudah menyerah
juga sebaiknya diperlihatkan supaya tujuan kewirausahaan ini dapat
membangun semangat orang-orang muda di masyarakat supaya mau
bekerja keras untuk mendapatkan keberhasilan.
c) Memajukan dan menyejahterakan masyarakat
Tujuan kewirausahaan yang selanjutnya adalah untuk memajukan dan
menyejahterakan masyarakat. Semakin sukses dan semakin
berkembangnya sebuah bisnis, pasti akan membutuhkan semakin banyak
sumber daya manusia. Hal ini berarti semakin banyaknya lapangan
pekerjaan yang terbuka bagi masyakarat. Dengan berkurangnya jumlah
pengangguran, berarti sebuah bisnis telah berhasil mewujudkan tujuan
kewirausahaan untuk memajukan dan menyejahterakan masyarakat.

Contoh Business Entrepreneur


- merubah tanah kering kerontang menjadi sebuah kota mandiri yang sukses
- merubah barang yang tidak memiliki nilai guna menjadi barang yang
bermanfaat

PROFESSIONAL ENTREPRENEURIAL
Konsep professional entrepreneurial
Sesorang yang mendirikan bisnis yang mana orang tersebut sudah memiliki
pengalaman dalam menjalankan bisnis dan memilki kemampuan menjalankan
bisnis dengan baik dan professional.
Wirausaha profesional (profesional entrepreneur) adalah orang yang pandai atau
berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun
operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya dan telah punya
keterampilan yang tinggi,punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam
menganalisis suatu masalah dan peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat
serta cermat dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan serta
punya sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan mengantisipasi
perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya

Ciri-cirinya :
– Usaha yang didirikan pada tahap global atau menyeluruh
– Keputusan bersama
– Lebih mementingkan market atau pasar
– Usaha memiliki jaringan
– Lebih kepelaksanaan
– Mengetahui bisnis
– Memiliki pengalaman yang lama
– Berpikir luas

Tujuan :
 Membangun usaha dengan rencana yang matang dan tersusun.
 Menciptakan produk yang andal, memiliki ciri khas sendiri atau pembeda,
sehingga ada nilai lebih yang bisa ditonjolkan dengan produk sejenis
 Membentuk tim manajemen sesuai dengan skala bisnis yang dijalankan.
Memiliki tim manajemen menjadi pembeda, mana seorang entrepreneur dan
mana seorang pedagang. Jika orang yang berdagang, segala sesuatunya diurus
sendiri.
Contoh :
- Bob Sadino
Pekerjaan pertama yang dilakoni Bob Sadino setelah keluar dari
perusahaan adalah menyewakan mobil Mercedes yang ia miliki, ia sendiri
yang menjadi sopirnya. Namun sayang, suatu ketika ia mendapatkan
kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya rusak parah. Karena tak punya
uang untuk memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi kuli
bangunan dengan upah harian Rp.100.
Suatu hari, seorang teman menyarankan Bob memelihara dan berbisnis
telur ayam negeri untuk melawan depresi yang dialaminya.[1] Bob tertarik
dan mulai mengembangkan usaha peternakan ayam. Ketika itu, di
Indonesia, ayam kampung masih mendominasi pasar. Bob-lah yang
pertama kali memperkenalkan ayam negeri beserta telurnya ke Indonesia.
Bob menjual telur-telurnya dari pintu ke pintu. Ketika itu, telur ayam
negeri belum populer di Indonesia sehingga barang dagangannya tersebut
hanya dibeli oleh ekspatriat-ekspatriat yang tinggal di daerah Kemang,
serta beberapa orang Indonesia yang pernah bekerja di luar negeri.
Namun seiring berjalannya waktu, telur ayam negeri mulai dikenal
sehingga bisnis Bob semakin berkembang. Bob kemudian melanjutkan
usahanya dengan berjualan daging ayam. Selain memperkenalkan telur
ayam negeri, ia juga merupakan orang pertama yang menggunakan
perladangan sayur sistem hidroponik di Indonesia.
Catatan awal tahun 1985 menyebutkan, rata-rata per bulan perusahaan
Bob menjual 40-50 ton daging segar, 60-70 ton daging olahan, dan
sayuran segar 100 ton.

SOCIAL ENTREPRENEUR

Istilah kewirausahaan sosial pertama kali diperkenalkan oleh William Drayton,


MacArthur Fellow (Barendsen dan Gardner, 2004; Dees, 2007). Hal ini muncul di
dunia "memberikan lingkungan strategis baru di mana sebagian masyarakat menjadi
sebagai wirausaha, yang kompetitif, produktif dan kuat sebagai pebisnis" (Ashoka,
2004). Dalam hal sastra, kewirausahaan sosial dikaitkan dengan beberapa elemen
seperti inovasi, pro-keaktifan dan pengambilan risiko (Helm, 2007), inovasi dan
inklusivitas (Jeffs, 2006), nilai tambah dan inklusivitas (Waddock & Post, 1991)
serta kepemimpinan (Henton et al, 1997;. Dees, 2009).
Secara akademis, konsep social entrepreneurship telah dikembangkan di
universitas-universitas (Nicholls, 2006). Salah satunya universitas yang ada di
Inggris, seperti Skoll Center for Social Entrepreneurship. Di Amerika Serikat juga
didirikan pusat-pusat kajian social entrepreneurship, contohnya Center for the
Advancement of Social entrepreneurship di Duke University. Contoh praktik social
entrepreneurship, terdapat pada yayasan yang sudah mengglobal, yang secara khusus
mencari para social entrepreneur di berbagai belahan dunia untuk membina dan
memberikan dananya bagi para penggerak perubahan social yakni Ashokapengusaha
sosial memiliki kemampuan khusus dari mengenali masalah sosial yang kompleks
dan bekerja melalui itu dengan cara baru yang meningkatkan kesadaran publik dari
masalah melalui visi mereka, pekerjaan dan kegiatan. Mereka mencari peluang segar
dan menghasilkan dampak positif dengan menggunakan kepemimpinan dan
manajemen metode (Dees, 2009).

Para pengusaha sosial bekerja untuk mendapatkan keuntungan sekaligus


menciptakan perubahan dengan memberikan nilai terhadap masyarakat (Ashoka
2014; Dees, 1998; Johnson, 2000; Johnson, 2001; Johnson, 2001 b; Teakle, 2000),
untuk membangun sebuah masyarakat yang berkelanjutan (Johnson, 2000). (Mort &
Weerawardena, 2003) berbeda dari wirausaha-wirausaha bisnis lainnya, menurut
Dees (Mort & Weerawardena, 2003) perbedaannya terlihat pada misi mereka yang
explisit dan central, hal ini tentunya mempengaruhi bagaimana kewirausahaan sosial
memandang serta menilai setiap kesempatan yang ada.

Beberapa peneliti menyatakan bahwa misi sosial inilah yang menjadi dimensi
utama dari socio entrepreneurship. Ditambahkan lagi oleh Dees (Mort &
Weerawardena, 2003) sama halnya dengan perusahaan bisnis yang mempunyai
tujuan menciptakan nilai yang unggul untuk pelanggannya, tujuan utama dari
kewirausahaan sosial adalah menciptakan nilai sosial yang mulia untuk pelanggan
mereka. Kemampuan seorang pengusaha untuk mendapatkan sumber daya seperti
modal, tenaga kerja, peralatan, dan lainnya dalam persaingan pasar adalah
menunjukkan indikasi yang baik dari berjalannya suatu usaha yang produktif,
sedangkan disisi lain seorang socio entrepreneur mencari cara yang inovatif untuk
memastikan bahwa usahanya akan memiliki akses terhadap sumber daya yang
dibutuhkan selama mereka dapat menciptakan nilai sosial (Mort & Weerawardena,
2003).

Karakteristik Social Entrepreneur

Karakteristik yang dimiliki social entrepreneur menurut Borstein (2006)


dijelaskan sebagai berikut:

a. Orang-orang yang mempunyai visi untuk memecahkan masalah masalah


kemasyarakatan sebagai pembaharu masyarakat dengan gagasan-gagasan
yang sangat kuat untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat.
b. Umumnya bukan orang terkenal, misal : dokter, pengacara, insinyur,
konsultan manajemen, pekerja sosial, guru dan wartawan.
c. Orang-orang yang memiliki daya transformatif, yakni orang-orang dengan
gagasan baru dalam menghadapi masalah besar, yang tak kenal lelah dalam
mewujudkan misinya, menyukai tantangan, punya daya tahan tinggi, orang-
orang yang sungguh-sungguh tidak mengenal kata menyerah hingga mereka
berhasil menyebarkan gagasannya sejauh mereka mampu.
d. Orang yang mampu mengubah daya kinerja masyarakat dengan cara terus
memperbaiki, memperkuat, dan memperluas cita-cita.
e. Orang yang memajukan perubahan sistemik: bagaimana mereka mengubah
pola perilaku dan pemahaman.
f. Pemecah masalah paling kreatif.
g. Mampu menjangkau jauh lebih banyak orang dengan uang atau sumber daya
yang jauh lebih sedikit, dengan keberanian mengambil resiko sehingga
mereka harus sangat inovatif dalam mengajukan pemecahan masalah.
h. Orang-orang yang tidak bisa diam, yang ingin memecahkan masalahmasalah
yang telah gagal ditangani oleh pranata (negara dan mekanisme pasar) yang
ada.
i. Mereka melampaui format-format lama (struktur mapan) dan terdorong untuk
menemukan bentuk-bentuk baru organisasi.
j. Mereka lebih bebas dan independen, lebih efektif dan memilih keterlibatan
yang lebih produktif.

Ditambahkan lagi oleh Emerson (dalam Nicholls 2006) juga mendefinisikan tipe
dari pelaku social entrepreneurship, yakni:

a. Civic innovator (Inovator dari kalangan sipil)


b. Founder of a revenue generating social enterprise (Pendiri social enterprise yang
mampu meningkatkan penerimaan)
c. Launcher of a related revenue generating activity to create a surplus to support
social vision. (Para aktor yang melaksanakan aktivitas yang berhubungan
dengan peningkatan penerimaan yang menciptakan surplus untukmendukung
visi sosial).
d. Socio Entrepreneurship
e. Tantangan Implementasi Social Entrepreneur

Contoh Social Enterpreneur

- Maksudnya mendirikan bisnis di bidang pendidikan yaitu membuka


usaha untuk social atau masyarakat yang membutuhkan dibidang
pendidikan seperti membuka sekolah swasta, universitas swasta, dll. Yang
mana bisnis tersebut berjalan pada sarana pendidikan bagi masyarakat
yang membutuhkan.

- Bisnis kesehatan juga menjadi suatu usaha yang sedang berkembang saat
ini karena melihat banyak sekali masyarakat kita membutuhkan
pengobatan. Dan sudah banyak sekali para dokter membuka usaha
praktek dirumah maupun diklinik. Secara keseluruhan bisnis ini memang
ditujukan bagi orang yang membutuhkan dibidang kesehatan. Dll.

ACADEMIC ENTERPRENEUR

Definisi Kewirausahaan Akademis


Dalam teori saintifik, pengusaha akademis dan kewirausahaan akademis
didefinisikan serta dikembangkan dengan cara yang berbeda (Barth &
Schlegelmilch, 2013). Dalam persepektif tradisional, kewirausahaan akademik
didefinisikan sebagai suatu institusi yang melakukan transfer dari sebuah
penelitian, pengembangan, atau teknologi untuk memulai sebuah inovasi atau
memulai sebuah usaha (Shane, 2004).
Berdasarkan pernyataan dari Beckman & Cherwitz (2009), kewirausahaan
akademik dapat didefinisikan sebagai “perusahaan intelektual”, dimana
universitas dengan komunitas lokal setempat menciptakan sebuah nilai baru atau
menciptakan sebuah ide yang dapat membantu masyarakat. Bahkan Campbell dan
Guttel (2005) menyamakan kewirausahaan akademik sebagai perusahaan
akademik yang dioperasikan oleh pengusaha akademik sebagai aktor
kewirausahaan yang dapat memproduksi sebuah pengetahuan serta memiliki
keingingan untuk mengkomersialisasikan.
Pengusaha akademik didefinisikan sebagai seorang ilmuwan universitas yang
terlibat dalam komersialisasi dari hasil penelitiannya, sebagian besar oleh
mematenkan dan / atau mendirikan bisnis dimulai dengan peneliti atau mahasiswa
di tingkat fakultas atau di laboratorium(D’Este, Mahdi, &Neely; 2005; Wood,
2011). Pengusaha akademik memiliki hubungan antara dunia akademis (¼
berorientasi terhadap pengetahuan) dan dunia komersial dari masyarakat (¼
berorientasi pada inovasi). Aset tak terelakkan bagi pengusaha akademik adalah
kreativitas, kekayaan ide, eksplorasi mendesak, dan jaringan dalam ilmiah-murid
serta seluruh disiplin ilmu (¼ know-how). Nilai tambah oleh seorang pengusaha
akademik diciptakan oleh pemanfaatan akademik pengetahuan (Paten, Situs,
Teknologi, dll) bagi pelanggan pada sektor yang berbeda (Bisnis & Industri;
Pemerintah& Politik; Media & Masyarakat; Lingkungan Hidup; Universitas,
Science & Research)
Akademisi yang berpartisipasi aktif dalam penciptaan dan komersialisasi
teknologi universitas-diciptakan juga dapat disebut sebagai pengusaha akademik
(Libaers & Wang, 2012). Untuk setiap metode transfer teknologi yang diadopsi
oleh universitas, baik lisensi atau pembuatan start-up (Pe'rez & Sa'nchez, 2003),
kemungkinan keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh peneliti akademis dalam
memainkan peran mereka sebagai pengusaha akademik (Wright, Birley & Mosey,
2004).
Meski pengusaha akademik memiliki penghasilan disamping penghasilan
dari universitas, universitas tetap harus memberikan penghasilan dengan tujuan
untuk mengurangi risiko keuangan untuk dirinya sendiri serta timbulnya
keinginan pengusaha akademik untuk lebi memilih melakukan kewirausahaan
akademik dibandingkan dengan kegiatan akademik yang telah menjadi tanggung
jawab sebelumnya (Doutriaux,1987).
Karakteristik Pengusaha Akademik
The Dickson et al. (1998) mengidentifikasi tiga jenis tipologi entrepreneur
berdasarkan transisi yang dirasakan dari postur, "murni akademis" untuk
"mengeksploitasi ilmu", yaitu :
1. Pengusaha akademik yang terlibat dalam usaha kewirausahaan, tetapi hanya
sebagai tambahan untuk pekerjaan akademis mereka.
2. Ilmuwan kewirausahaan digambarkan sebagai ilmuwan yang beroperasi
dengan waktu penuh dalam usaha bisnis sementara masih dasarnya
didedikasikan untuk kepentingan ilmiah.
3. Ilmiah pengusaha dengan kedua ilmu pengetahuan dan menyebutkan
statusnya sebagai pebisnis yang beroperasi dalam usaha dan mengenai "ilmu
sebagai bisnis".
Sedangkan Birley (2002)mengidentifikasi tiga jenis tipologi yang berbeda
dari kewirausahaan akademik sebagai berikut.
1. Spinout ortodoks digambarkan sebagai "perusahaan yang dibentuk oleh satu
atau lebih akademisi yang meninggalkan universitas untuk membentuk
perusahaan". Menariknya, dalam kontradiksi dengan Dickson et al. deskripsi,
Birley mencatat pendiri ini sebagai "pengusaha akademik".
2. Spinout teknologi di mana "investor luar / manager membeli atau menyewa
properti intelektual (IP) dari universitas dan membentuk sebuah perusahaan
baru". Penemu akademik tidak memiliki keterlibatan dengan jalannya
perusahaan.
3. Hybrid spinout, bentuk dominan dari spinout di Imperial College - fokus dari
studi Birley. Dalam hybrid yang ada adalah kombinasi dari penemu dan
"pendiri" akademisi dengan berbagai tingkat keterlibatan dengan perusahaan
spinout.

Fungsi dan Tujuan Pengusaha Akademis


Sebagai sumber teknologi, peneliti akademis yang juga berperan sebagai
pengusaha (Franklin, Wright & Lockett, 2001) dianggap sebagai pelaku utama (Jain,
George & Maltarich, 2009) dalam memanfaatkan universitas menemukan teknologi
dan membawanya keluar untuk penggunaan komersial .
Tijssen (2006) membedakan kegiatan kewirausahaan universitas didasarkan
pada transfer pengetahuan (mis konsultasi atau penelitian kontrak); itu transfer
teknologi (seperti paten / lisensi) dan transfer produk dan jasa (misalnya spin off).
Dia berpendapat bahwa kemajuan dari transfer informasi untuk transfer teknologi
dan kemudian ke produk membutuhkan penggabungan dengan lembaga unit
fungsional baru, yang menunjukkan peningkatan kompleksitas kegiatan serta risiko
yang terkait dengan kegagalan usaha. Mustar (1997) memberikan ilustrasi rinci
kompleksitas menunjukkan bahwa keberhasilan dalam usaha tersebut membutuhkan
kombinasi dari keterampilan yang berkaitan dengan hubungan memperkuat dengan
akademis laboratorium penelitian, yang melibatkan klien dari tahap awal produk
desain / teknologi dan kapasitas untuk mencari publik dan swasta sumber pendanaan
untuk mendukung perusahaan.
Tujuan utama untuk membangun kewirausahaan akademik adalah
menghubungkankebutuhan antara dunia akademis dan dunia perusahaan swasta dan
dengan ini untuk memenuhi permintaan yang masih ada berasal dari masyarakat
untuk produk, jasa, dan ide-ide baru. Shane (2004) menjelaskan lima keuntungan
dari sebuah kewirausahaan akademik, yaitu:
1. Untuk mendorong pembangunan ekonomi,
2. Untuk meningkatkan komersialisasi teknologi universitas,
3. Sebagai spin-off bantuan universitas dengan misionaris mereka,
4. Sebagai spin-off yang potensial bagi perusahaan yang memiliki nilai yang
tinggi
5. Menciptakan spin-off lebih profitable dari lisensi kepada perusahaan yang
didirikan.

Contoh Academic Enterpreneur :

Academic entrepreneur, contoh perbuatannya: mengubah sekolah yang “miskin”


menjadi sekolah yang sukses dan mampu menjadi sekolah donor.

GOVERNMENT ENTREPRENEUR

Mengenai government entrepreneur, kita diajarkan atau dipersiapkan menjadi kader-


kader pemimpin yang siap membawa Indonesia pada masa depan yang lebih baik.
Menciptakan kader pemimpin yang baik sangat penting karena mereka yang akan
mengarahkan semua warga negara pada tujuan final-nya. government entrepreneur
Adalah pemimpin negara yang mampu mengelola dan menumbuhkan jiwa dan
kecakapan wirausaha penduduknya.

Government entrepreneur, contoh perbuatannya: mengubah daerah yang terbelakang


menjadi daerah yang sejahtera. Sebenarnya banyak kepala desa/walikota/gubernur
yang menjadi government entrepreneur ini, tapi pemberitaan tentang mereka
sangatlah sedikit, kalah dengan berita-berita tentang korupsi *miris* harusnya untuk
memberikan citra Indonesia menjadi lebih baik di mata dunia, berita tentang
government entrepreneur ini yang harusnya lebih sering untuk ditampilkan. Jadi
masyarakat (terutama masyarakat Indonesia sendiri) menjadi lebih bangga dengan
Indonesia (out of topic dikit ya, abis gemes sama pemberitaan sekarang yang lebih
banyak mengungkapkan sisi jelek Indonesia).
4) Eentrepreneur competence diperlukan di berbagai tingkatan organisasi
atau corporate (business maupun non-business). Jelaskan, enterepreneurial
competence yang bagaimana yang diperlukan dalam: a) kontek Academic
b).Konteks Pendidikan , c) Konteks pemerintahan, d) Dunia business, e)
Konteks social kemasyarakatan . Berrikan contohnya. (Jawaban analisis hasil
pemikiiran sendiiri dan referensi atau journal online).

Kompetensi wirausaha adalah kemampuan kerja setiap


individu yangmencangkup aspek pengetahuan, keterampilan,
dan sikap kerja yang sesuaidengan standar yang ditetapkan .
Kompetensi wirausaha merupakan faktor mendasar yang dimiliki
seseorang yang mempunyai kemampuan lebih, yang
membuatnya berbeda dengan seorang yang mempunyai
kemampuan rata-rata

Agar mencapai kesuksesan karir di dalam suatu bisnis tentunya tidaklah


mudah, ada banyak hal yang harus diketahui dan dikuasai oleh pelaku bisnis
tersebut. Menurut Fithri dan Amanda (2012 : 280) kompetensi diartikan sebagai
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan individu yang langsung berpengaruh
pada kinerja. Sehingga dapat diartikan bahwa wirausaha yang sukses adalah
seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan dan kualitas individu
yang meliputi sikap, nilai, serta tingkah laku yang diperlukan untuk melaksakanan
pekerjaan atau kegiatan.
Menurut Scarborough, dalam Heru,(2009:38), kompetensi wirausaha terbagi
10 yaitu:
1. Kenali bisnis anda, seorang wirausaha dalam melakukan kegiatan usaha
harus mengetahui dengan jelas bisnis apa yang dilakukan sekarang dan
prospek di masa depan. Beberapa pertanyaan yang harus mampu dijawab
wirausaha yang berhubungan dengan bisnisnya:
1) Apa produk kita sekarang dan masa mendatang?
2) Siapa dan bagaimana konsumen kita?
3) Siapa pesaing kita, dan apa yang ia lakukan? Universitas Sumatera Utara
4) Berada di mana usaha kita dibanding perusahaan produk sejenis?
5) Bagaimana cara membangun kompetensi di masa depan?
2. Mengetahui dasar manajemen bisnis, pengetahuan dasar manajemen bisnis
merupakan pengetahuan yang harus dan benar-benar dimiliki oleh wirausaha
agar unggul. Wirausaha yang unggul membutuhkan pengetahuan manajemen,
seperti: bagaimana melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
staffing, pengkoordinasian, evaluasi serta pengendalian. Di samping
pengetahuan manajemen, wirausaha sangat membutuhkan pengetahuan
operasional perusahaan, seperti: keuangan, pemasaran produk, pengelolaan
tenaga kerja, berproduksi, serta catatan akuntansi dan informasi.
3. Memiliki sikap yang pantas, sifat, sikap yang baik harus dimiliki oleh
wirausaha. Wirausaha dalam melakukan kegiatan selalu berhubungan dengan
pihak lain di mana pihak lain tersebut memilki kepentingan terhadap
kelangsungan usaha. Pada masa kini dan masa depan wirausaha harus mau
dan mampu berlaku etis dan memiliki rasa tanggung jawab sosial guna
kelangsungan hidup usaha di masa depan.
4. Memiliki modal yang cukup, wirausaha adalah manajer dalam arti memilki
kemampuan dalam mengelola usaha. Kemampuan mengelola keuangan
merupakan hal yang sangat penting guna kelangsungan hidup usaha.
Kemampuan medatangkan modal sangat ditentukan keahlian wirausaha
dalam mengevaluasi sumber-sumber pendanaan dan juga pengalaman di
bidang keuangan. Universitas Sumatera Utara
5. Mengatur keuangan secara efisien, wirausaha yang unggul ketika mampu
mengelola keuangan dengan efektif. Wirausaha yang mampu mencari sumber
pendanaan yang paling murah (cost of capital rendah), mampu melakukan
investasi terhadap dana yang tersedia (rate of return lebih besar dari cost of
capital), mampu membuat penganggaran, serta mampu memanfaatkan
keuntungan usaha dengan tepat. Tidak kalah pentingnya adalah kemampuan
untuk mencatat kegiatan operasional setiap hari secara akuntansi, sehingga
setiap aktivitas bisa dipertanggung jawabkan secara otentik.
6. Mengatur waktu secara efisien, wirausahawan harus mampu mengelola
waktu dengan baik. Adakalanya produk, pemesanan, job dan kegiatan di luar
bisnis cukup tinggi sejalan dengan banyaknya kolega. Kemampuan membuat
time schedule dan menepati merupakan hal yang sangat dibutuhkan untuk
menjaga hubungan baik dengan kolega.
7. Mengelola orang lain , sejalan dengan meningkatnya bisnis, hubungan antara
karyawan, dengan orang lain, pihak luar, masyarakat semakin tinggi.
Kompleksitas perilaku karyawan, tuntutan kebutuhan, gaya hidup
membutuhkan kemampuan untuk mengelola orang dengan lebih baik.
Landasan bisnis adalah kemampuan karyawan yang terlatih dengan baik dan
termotivasi. Perhatian terhadap penempatan tenaga kerja, penggajian, bonus,
promosi, kesejahteraan karyawan dan keluarga sangat dibutuhkan untuk
menjaga rendahnya perputaran karyawan. Universitas Sumatera Utara
8. Memuaskan pelanggan dengan menyediakan produk berkualitas tinggi,
wirausaha yang unggul mengajarkan bahwa barang dan jasa yang berkualitas
tinggi sangat penting dalam mempertahankan persaingan. Manfaat yang
didapat dengan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi tidak hanya
mengurangi bentuk kerusakan, tetapi juga meninngkatkan produktivitas,
meningkatkan kepuasan konsumen, semakin rendahnya biaya, menjaga citra
baik perusahaan.
9. Mengetahui bagaimana cara bersaing, persaingan yang sehat, mampu
menjaga kemitraan sangat dibutuhkan bagi kelangsungan bisnis di masa
depan. Wirausaha harus mengetahui siapa pesaingnya, memiliki kemauan dan
kemampuan untuk bagaimana berkompetisi dengan lebih baik, berdasarkan
norma etika dan tanggung jawab sosial. Ahli pemasaran Keegan (1996)
mengungkapkan bahwa pemasaran kedepan akan berorientasi ke pemasaran
strategi, di mana pesaing bukan lagi sebagai lawan yang harus dimatikan
tetapi sebagai mitra dalam berlomba memberikan kepuasan konsumen.
10. Membuat aturan/ pedoman yang jelas tersurat, aturan yang jelas dan formal
sangat dibutuhkan bagi pertanggung jawaban kegiatan dan kelangsungan
hidup bisnis. Aturan-aturan pekerjaan, aturan ketenagakerjaan, skedul kerja,
jalur dan rantai pekerjaan harus jelas dan konsisten.

a) Konteks Academic
Dalam konteks Akademik diperlukan kompetensi kewirausahaan, hal ini
dikerenakan dalam akademik untuk mewujudkan lingkungan berjiwa wirausaha.
seperti yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai pimpinan akademik
memberikan pembelajaran kepada para guru dalam memerapken “enterepreneurial
competence” seperti menerapkan kepercayaabn diri dan mampu berinovasi pada
warga akademik dilingkungannya
Kompetensi kewirausahaan merupakan salah satu kompetensi yang harus
dimiliki oleh kepala sekolah. Tujuan penulisan ini untuk memberikan
wawasan kompetensi kewirausahaan kepala sekolah dalam meningkatkan patisipasi
masyarakat dalam bidang pendidikan. Hasil tulisan ini semoga dapat meningkatkan
persepsi kepala sekolah terhadap kompetensi kewirausahaan dengan kemampuan
kepala sekolah dalam membaca dan melihat perkembangan di lingkungan
pendidikan sekitarnya.
Kemampuan sumber daya manusia yang harus dimiliki tidak cukup sebatas
mampu bersaing dalam memperebutkan peluang kerja yang ada namun bagaimana
kita dapat menciptakan peluang pekerjaan tersebut bagi banyak orang. Dengan itu
setiap kita dituntut untuk mampu dan mau berjiwa wirausaha sehingga menjadi
kreatif dan inovatif dalam memunculkan ide-ide dan gagasan baru. Kewirausahaan
merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia karena keberadaannya
sebagai khalifah di bumi dimaksudkan untuk memakmurkan bumi dan
membawanya ke arah yang lebih baik (QS. Hud : 61). Namun kenyataannya tidak
mudah bagi kita untuk memulai terjun berwirausaha. Kendala, rintangan dan
kesukaran senantiasa menghampiri aktivitas di dalamnya, namun demikian berbagai
permasalahan yang datang adalah lembaran utama berupa proses menuju
pendewasaan dan kematangan seorang entrepreneur yang bermuara pada
kesuksesan dalam mengelola suatu bidang usaha.
Setiap kepala sekolah dituntut untuk memilii kompetensi. Kompetensi
merupakan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sifat. Pengetahuan adalah
kumpulan informasi yang disimpan di otak dan dapat dipanggil jika dibutuhkan.
Keterampilan adalah kemampuan menerapkan pengetahuan. Sifat adalah
sekumpulan kualitas karakter yang membentuk kepribadian seseorang (Anonim 4,
2005). Seseorang yang tidak memiliki ketiga kompetensi tersebut akan gagal
sebagai wirausaha yang sukses

b) Konteks Pendidikan

Dalam konteks pendidikan, Berwirausaha disekolah berarti memadukan


kepribadian, peluang, keuangan, dan sumber daya yang ada di lingkungan
sekolahan guna mengambil keuntungan. Kepribadian ini mencakup pengetahuan,
ketrampilan, sikap, dan perilaku (Steinhoff (1993). Dalam kontek realitas di
sekolahan maka kepala sekolah harus mampu menafsirkan berbagai kebijakan dari
pemerintah sebagai kebijakan umum, sedangkan operasionalisasi kebijakan
tersebut untuk mencapai hasil yang maksimal perlu ditunjang oleh kiat-kiat
kewirausahaan. Misalnya jika dana bantuan dari pemerintah terbatas sedangkan
suatu kegiatan harus tetap dilaksanakan atau diadakan maka kepala sekolah harus
mampu menggali potensi sumber dari masyarakat dan orang tua siswa.
Mulyasa (2007:180) menggarisbawahi bahwa dalam kontek MBS sekolah
akan menjadi unit layanan masyarakat yang sangat diperlukan, oleh karena itu,
kepala sekolah harus mampu meningkatkan kualitas sekolah. Jika kualitas sekolah
baik, masyarakat, terutama orang tua akan bersedia berperan aktif di sekolah,
karena yakin anaknya akan mndapat pendidikan yang baik. Di sanalah pentingnya
pribadi wirausaha kepala sekolah, untuk mencari jalan meningkatkan kualitas
sekolah agar masyarakat dan orang tua percaya terhadap produktifitas sekolah dan
mau berpartisipasi dalam berbagai program sekolah.
Dari beberapa definisi diatas maka kompetensi kewirausahaan dalam
penelitian ini adalah kemampuan kepala sekolah dalam mewujudkan aspirasi
kehidupan mandiri yang dicirikan dengan kepribadian kuat, bermental wirausaha.
Sedangkan jika ingin sukses dalam mengembangkan program kewirausahaan di
sekolah, maka kepala sekolah, tenaga kependidikan baik guru maupun non guru
dan peserta didik harus bisa secara bersama memahami dan mengembangkan sikap
kewirausahaan sesuai dengan tugas masing-masing.

c) Konteks pemerintahan

Kewirausahaan di lingkungan organisasi pemerintah mulai populerpada


Tahun 1992, ketika David Osborne dan Gaebler mempopulerkansepuluh prinsip
menata ulang birokrasi pemerintahan (Reinventing the Government) yaitu
pemerintahan katalis, pemerintahan milik masyarakat,pemerintah yang kompetitif,
pemerintahan yang digerakan oleh misi,pemerintah yang berorientasi hasil,
pemerintahan berorientasi padapelanggan, pemerintahan entrepreneur, pemerintahan
antisipatif, pemeritahandesentralisasi dan pemerintahan berorentasi pasar.
Obsborne & Gaebler (1992:12), menawarkan sepuluh prinsip pokok penataanulang
birokrasi, yaitu:
1) Dominasi pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan publik harussegera
diakhiri atau setidaknya dikurangi untuk selanjutnya secarabertahap
deserahkan kepada sektor non-publik-masyarakat.
2) Memberikan sepenuhnya masyarakat otoritas serta kepercayaan untuk mau
melayani dan menolong dirinya sendiri – to help for self helf, bukansebaliknya
melulu diladeni atau dilayani apalagi dicekoki.
3) Birokrasi harus segera dibersihkan dari praktek dan intervensi
banyak kepentingan partai politik penguasa. Juga bentuk dan praktek
monopoliyang sering dianggap sah harus segera diakhiri, kecuali benar-
benardimaksudkan untuk melindungi hajat hidup rakyat banyak atau
sematakeberpihakan terhadap mereka yang tak berdaya.
4) Rumusan kebijakan, tujuan dan sasaran yang jelas, dengan
memberikankesempatan kepada setiap elemen pemberi pelayanan untuk
merumuskansendiri langkah dan aturan tehnis pelaksanaannya.
5) Pemerintahan yang berorientasi kepada hasil, bukan input atau
masukan.Intinya, jadikan kinerja, bukan semata input atau proses sebagai
tolok ukur penilaian dan pendanaan setiap program.
6) Pemerintahan yang berorientasi pelanggan; memenuhi kebutuhanpelanggan
(baca rakyat), bukan birokrat, dengan mendengarkan suaradan aspirasi rakyat,
termasuk keluhan dan kritik pedas mereka sekalipun.
7) Pemerintah wirausaha, menghasilkan ketimbang membelanjakan.Birokrasi
harus dijalankan dalam perspektif "investasi", dan investasitidak dimaknai
secara sempit sebagai cara mendatangkan uang, melainkan berarti
“menyimpan".
8) Pemerintah antisipatif, melalui upaya pencegahan daripada mengobati.
9) Membangun pemerintahan desentralisasi, dengan memberikanwewenang
untuk mengambil keputusan kepada lebih banyak orang yangmemungkinkan
lebih banyak keputusan dibuat pada tingkat lini terdepanpemberi pelayanan.
10) Pemerintahan berorientasi pasar dengan mendongkrak perubahan melaluipasar.
Birokrasi harus diubah dari pendekatan program menujupendekatan pasar, dari
pendekatan instruksi menuju pendekatan insentif.

d) Dunia business
Dalam konteks dunia bisnis kompetensi kewirausahaan menjadi hal yang
sangat penting, hal in dikarenakan dalam dunia bisnis, yang disebut kompetensi inti
(core copentency) adalah kreativitas dan inovasi guna menciptakan nilai tambah
untuk meraih keunggulan, yang tercipta melalui pengembangan pengetahuan,
ketrampilan, dan kemampuan. Pengetahuan, ketrampilan, dan
kemampuanKewirausahaan merupakan kopetensi inti wirausahawan untuk
menciptakan daya saing khusus agar memiliki posisi tawar-menawar yang kuat
dalam persaingan.
Dalam mengelola usaha, wirausaha dituntut mengelola semua aspek kegiatan
meliputi 6 M, yaitu :1. Man (SDM) : pengalaman, tidak birokrasi, mandiri, dinamis,
ulet, cepat tanggap dan fleksibel. 2. Money (Dana) : sumber dana yang mencukupi.
3. Materials (Bahan) : bahan yang dibutuhkan untuk proses produksi. 4. Machine (
Mesin) : Peralatan/mesin yang memadai. 5. Methods (Cara Kerja): cara kerja yang
tepat dan efektif. 6. Markets (Pasar) : menciptakan pasar bagi barang hasil produksi.

e) Konteks Social Kemasyarakatan


Dalam konteks ini, kompetensi kewirauahaan memiliki perana yang penting
untuk dimiliki oleh tingkatan organisasi ataupun corporate, hal ini dikarenakan
kompetensi yang dimiliki oleh entrepreneur harus dapat diaplikasikan secara positif
pada kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan sehingga keberadaan sebuah
lembaga bisnis yang ada dimasyarakay dapat diperhitungkan keberadaannya,
contohnya: memiliki ketegasan, merupakan kompetensi dalam kewirausahaan, hal
ini sangat berarti dalam menegakan aturan dan perundang-undangan yang ada di
masyarakat, selain itu, memiliki jiwa kepemimpinan, dalam kegiatan
kemasyarakatan penting adanya kampetensi ini guna membina hubungan sesama
manusia.
5) Kemukakan factor-faktor yang menyebabkan keberhasilan dan
kegagalan entrepreneur, dan strategi entrepreneur apa yang harus
dilakukan untuk mempercepat keberhasilan entrepreneur (jawabab
hasil pemikiran sendiri hasil pengamatan, dan referensi atau journal
online). Bila sdr. bermaksud untuk menjadi pembisnis persyaratan apa
dan bagaimana langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menjadi
pembisnis yang berhasil.

Seorang wirausaha harus memiliki pengetahuan khusus terkait dengan


bisnis yang akan dijalankan. Tanpa mengetahui seluk-beluk produk atau
dinamika market tertentu, seorang wirausaha menempatkan dirinya pada
kegagalan. Kurangnya pengetahuan akan membuat keputusan yang buruk
dan belajar dari kesalahan yang mahal bukanlah hal yang mudah bagi
seorang wirausaha. Ketika seorang wirausaha memulai bisnis, hanya ada satu
peluang yang sempit, satu atau paling banyak dua tahun dimana seorang
wirausaha harus sukses sebelum dirinya kehabisan sumber atau energi.
Terlepas dari pengetahuan khusus, seorang wirausaha juga harus memahami
dasar area dan perdagangan bisnisnya dengan cepat, mulai dari akun dan
administrasi sampai marketing dan produksi.

Keterampilan Yang Harus Dimiliki Oleh Seorang Wirausaha

Bekal pengetahuan saja tidaklah cukup jika tidak dibekali dengan bekal
keterampilan, keterampilan yang harus dimiliki wirausaha adalah :
1. Keterampilan konseptual dalam mengatur strategi dam memperhitungkan resiko.
2. Keterampilan dalam menciptakan nilai tambah.
3. Keterampilan dalam memimpin dan mengelola.
4. Keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi.
5. Keterampilan teknik usaha yang dilakukan.
Pengetahuan dan keterampilan itulah yang membentuk kepribadian seorang
wirausaha. Menurut Dan Bradstreet (1993), pengusaha kecil harus memiliki
kepribadian khusus, yaitu penuh pendirian, realistis, penuh harapan, dan
berkomitmaen. Menurut Ronald J. Ebert (2000: 117), efektifitas manajer perusahaan
tergantung pada keterampilan dan kemampuan. Keterampilan dasar manajemen
tersebut meliputi:
1. Tachnical skill, yaitu ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas
khusus, seperti sekretaris, akuntan-auditor, dan ahli gambar.
2. Human relation skill, yaitu ketrampilan untuk memahami, mengerti,
berkomunikasi, dan berelasi dengan orang lain dalam organisasi.
3. Conceptual skill, yaitu kemampuan personal untuk berpikir abstrak, untuk
mendiagnosis dan untuk menganalisis situasi yang berbeda, dan melihatsituasi
luar. Ketrampilan konseptual sangat penting untuk memperoleh peluang pasar
baru dan menghadapi tantangan.
4. Desicion making skill, yaitu ketrampilan untuk merumuskan masalah dan
memilih cara bertindak yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut.
5. Time management skill, yaitu keterampilan dalam menggunakan dan mengatur
waktu seproduktif mungkin.

Tantangan dan Masalah Dalam Berwirausaha


Memulai wirausaha memang bukan hal yang mudah. Berbagai tantangan dan
masalah pasti akan terus membayangi ketika berniat mengawalinya. Meskipun
keuntungan dalam berwirasuaha menggiurkan, tapi ada juga biaya yang berhubungan
dengan kepemilikan bisnis tersebut. Memulai dan mengoperasikan bisnis sendiri
membutuhkan kerja keras, menyita banyak waktu dan membutuhkan kekuatan
emosi. Kemungkinan gagal dalam bisnis adalah ancaman yang selalu ada bagi
wirausaha, tidak ada jaminan kesuksesan. Wirausaha harus menerima berbagai
resiko berhubungan dengan kegagalan bisnis. Tantangan berupa kerja keras, tekanan
emosional, dan risiko meminta tingkat komitmen dan pengorbanan jika kita
mengharapkan mendapatkan keuntungan.
Pada umumnya, ada beberapa tantangan ataupun masalah yang dihadapi
dalam menjalankan suatu usaha, diantaranya :
1. Ketidakmampuan Manajemen
Dalam kebanyakan UKMK, kurangnya pengalaman manajemen atau
lemahnya kemampuan pengambilan keputusan merupakan masalah utama
dari kegagalan usaha. Pemiliknya kurang mempunyai jiwa kepemimpinan
dan pengetahuan yang diperlukan untuk membuat bisnisnya berjalan.
2. Kurang Pengalaman
Idealnya, calon wirausahawan harus memiliki keterampilan teknis yang
memadai (pengalaman kerja mengenai pengoperasian fisik bisnis dan
kemampuan konsep yang mencukupi); kemampuan memvisualisasi,
mengkoordinasi, dan mengintegrasikan berbagai kegiatan bisnis menjadi
keseluruhan yang sinergis.
3. Lemahnya Kendali Keuangan
Dalam hal ini ada dua kelemahan mendasar yang perlu digarisbawahi, yaitu:
kekurangan modal dan kelemahan dalam kebijakkan kredit terhadap
pelanggan. Banyak wirausahawan membuat kesalahan pada awal bisnis
dengan hanya “modal dengkul,” yang merupakan kesalahan fatal.
Wirausahawan cenderung sangat optimis dan sering salah menilai uang yang
dibutuhkan untuk masuk ke dalam bisnis. Sebagai akibatnya, mereka
memulai usaha dengan modal yang terlalu sedikit dan tampaknya permodalan
yang memadai tidak akan pernah tercapai mengingat perusahaan mereka
memerlukan semakin banyak uang untuk mendanai pertumbuhannya. Selain
itu, tekanan terhadap UKMK untuk menjual secara kredit sangat kuat.
Dimana, beberapa manajer melihat peluang untuk mendapatkan keunggulan
persaingan terhadap pesaingnya dengan cara menawarkan penjualan kredit.
Apapun kasusnya, pemilik bisnis kecil harus mengendalikan penjualan kredit
secara hati-hati karena kegagalan mengendalikannya dapat menghancurkan
kesehatan keuangan bisnis kecil.
4. Gagal Mengembangkan Perencanaan Strategis.
Terlalu banyak wirausahawan yang mengabaikan proses perencanaan
strategis, karena mereka mengira hal tersebut hanya bermanfaat untuk
perusahaan besar saja. Namun, kegagalan perencanaan biasanya
mengakibatkan kegagalan dalam bertahan hidup dan ini berlaku untuk
keduanya usaha besar maupun usaha kecil. Sebab, tanpa suatu strategi yang
didefinisikan dengan jelas, sebuah bisnis tidak memiliki dasar yang
berkesinambungan untuk menciptakan dan memelihara keunggulan bersaing
di pasar.
5. Pertumbuhan Tak Terkendali
Pertumbuhan merupakan sesuatu yang alamiah, sehat, dan didambakan oleh
semua perusahaan, tetapi pertumbuhan haruslah terencana dan terkendali.
Pakar manajemen Peter Drucker menyatakan bahwa perusahaan yang baru
berdiri dapat diperkirakan mengalami pertumbuhan terlalu pesat
dibandingkan dengan basis modal mereka apabila penjualan meningkat 40
sampai 50 persen. Idealnya, perkembangan harus didanai dari laba ditahan
atau dari tambahan modal pemiliknya, tetapi sebagian besar bisnis
mengambil pinjaman paling tidak untuk sebagian investasi modalnya.
6. Lokasi yang buruk
Untuk bisnis apapun, pemilihan lokasi yang tepat untuk sebagian merupakan
suatu seni – dan untuk sebagian lagi ilmu. Sangat sering, lokasi bisnis dipilih
tanpa penelitian, pengamatan, dan perencanaan yang layak. Beberapa
wirausahawan memilih lokasi hanya karena ada tempat kosong. Akibat
ketidaktepanan lokasi ini, penjualan tidak berkembang dan bisnis tersebut
terancam gagal.
7. Pengendalian Persediaan yang Tidak Baik
Umumnya, investasi terbesar yang harus dilakukan manajer bisnis kecil
adalah dalam persediaan, namun pengendalian persediaan adalah salah satu
tanggung jawab manajerial yang paling sering diabaikan. Tingkat persediaan
yang tidak mencukupi akan mengakibatkan kekurangan dan kehabisan stok,
yang akhirnya mengakibatkan pelanggan kecewa dan pergi.
8. Ketidakmampuan Membuat Transisi Kewirausahaan.
Berhasil melewati “tahap awal kewirausahan” bukanlah jaminan keberhasilan
bisnis. Setelah berdiri, pertumbuhan biasanya memerlukan perubahan gaya
manajemen yang secar drastis berbeda. Kemampuan-kemampuan yang
tadinya membuat seorang wirausahawan berhasil seringkali mengakibatkan
ketidakefektifan manajerial. Pertumbuhan mengharuskan wirausahawan
untuk mendelegasikan wewenang dan melepaskan kegiatan pengendalian
sehari-hari – sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh banyak wirausahwan.

Solusi dalam Berwirausaha


Sebelum belajar untuk menjadi pengusaha sukses, perlu diketahui bahwa cara
menjadi wirausahawan sukses belum tentu dapat diterapkan oleh semua orang, tatapi
sukses secara perlahan-lahan, dapat ditempuh ketika wirausahawan memiliki
keinginan yang kuat. Berikut ini adalah berbagai inspirasi untuk menjadi pengusaha
sukses:
1. Awalilah Dengan Impian Dan Imajinasi
Sebelum manusia dapat mendarat dibulan, tidak pernah ada yang dapat berpikir
bahwa hal itu sebuah kenyataan. Ide mendarat dibulan pada awlnya adalah
mimpi indah yang tidak akan pernah terwujud. Akan tetapi, impian dan imajinasi
itu akhirnya berubah menjadi kenyataan ketika seseorang telah membuktikannya
dengan pendaratan manusia pertama kali kebulan. Hal yang perlu diingat adalah
sebuah keberhasilan itu bermula dari impian dan keyakinan yang didorong oleh
kerja keras untuk mewujudkannya. Jika mempunyai impian untuk menjadi
seorang pengusaha sukses dan mempunyai niat untuk mewujudkannya,
bangunlah dan mimpilah. Bekerja keraslah untuk segera mengubah mimpi itu
menjadi kenyataan. Hanya seorang pemimpi yang mampu menciptkan dan
membuat terobosan dalam produk, jasa, ataupun ide yang sukses. Tidak ada kata
tidak bias atau tidak mampu.
2. Semangat dan Kegigihan
Antusiasme, semangat, dan kegigihan merupakan modal utama dalam memulai
sebuah perjuangan baru untuk mencapai keberhasilan. Sifat tidak bersemangat
dan bermalasan, akan mendatangkan kegagalan. Carilah motivasi usaha itu
dengan mempelajari perjuangan pengusaha yang sukses.
3. Mempunyai Pengetahuan Dasar-Dasar Bisnis
Tanpa pengetahuan tentang dasar-dasar bisnis, usaha yang dilakukanseperi
kelinci percobaan. Kemungkina besar hanya akan banyak mengalami kegagalan.
Tidak ada kesuksesan tanpa sebuah pengetahuan. Hal yang terbaik adalah belajar
sambil bekerja. Bekerja dengan orang lain dahulu sebelum menjadi pembisnis
sangat membantu dalam menyerap ilmu dan pengalaman untuk siap sukses.

4. Berani Mengambil Resiko


Setiap usaha yang diusahakan tentu akan ada resikonya. Semakin besar hasil
yang ingin dicapai, risiko yang akan dialami apabilamengalami kegagalan juga
besar. Oorang yang berani mengambil risiko adalah calon yang sukses. Jangan
takut akan kegagalan, tetapi jadikanlah kegagalan itu sebgai batu loncatan
menuju kesuksesan.
5. Kerja Keras
Hanya dengan bekerja keras, sebuah usaha akan mengalami kemajuan dan
kesuksesan. Berdustalah orang yang mengatakan jika ia meraih keberhasilan
gemilang hanya dengan duduk beberapa saat ditempat kerja seperti yang sering
dikatakan pengiklanan diinternet. Sebenrnya, awal mereka merintis usahanya
adalah kerja keras tanpa mengenal putus asa dan banyak berkorban waktu
dengan tenaga.
6. Belajar dari Pengalaman Orang Lain
Pepatah mengatakan, “pengalaman adalah guru yang terbaik.” Seorang calon
pengusaha yang sukses bersedia mengambil pengalaman orang lain dan dari
dirinya. Apapun pengalaman seorang, baik kesuksesan maupun kegagalan harus
dijadikan pelajaran yang berharga sebagai panduan dalam memulai usaha atau
mengembangkan usahanya.
7. Bersedia Menerima Kritikan dan Nasihat dari Orang Lain
Sebagian besar orang menganggap kritikan yang ditujukan kepadanya sebagai
penghambat bagi kelangsungan usahanya. Orang yang berfikir normal akan
menjadikan kritikan atau nasihat dari orang lain sebagai gunanya ynag
membimbing kearah kesuksesan. Menerima kritikan berani menyadari bahwa
kita punya kekurangan. Dengan mengetahui kekurangan yang ada,kita dapat
mengurangi kekurangan itu. Berterimakasihlah kepada orang yang mau menegur
dan mengkritik kita.
8. Menjalin Kerja Sama Dengan Orang Lain
Betapapun pandainya seseorang. Apabila ia bekerja sendiri perjuangannya hanya
akan sia-sia. Tidak ada seorang pun yang mampu kerja sendiri. Kerja sama rekan,
teman, mitra kerja, dank kliean sangat penting bagi perkembangan suatu bisnis.
Merekalah akan memberi masukan, saran dan kritik, serta membantu pada saat
sulit seorang pembisnis harus mampu menjalin kerja sama dan bergaul untuk
menjalin relasi bisnis dengan seluas-luasnya.

9. Berani Menghadapi Kenyataan


Jangan menggap para pembisnis yang telah mapan dan maju tidak pernah
mengalami kegagalan, bahkan, mereka pun suatu waktu pernah mengalaminya.
Janya , mereka tidak pernah putus asa dan terus berusaha sampai sukses. Orang
yang takut gagal adalah pengecut, yang tidak berani melalkukan apapun dan
kerjanya hanya mengkhayal.
10. Tidak Suka Menunda
Seperti kata pepatah. Time is money! Jangan menunda-nunda suatu pekerjaan.
Lakukanlah saat ini, selagi ada kesempatan. Menunda suatu pekerjaan, berarti
kerugian yang akan mendatangkan penyesalan.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.dikti.go.id/strategi-perguruan-tinggi-mewujudkan-entrepreneurial-
campus/#AgO6FHfMuW9Oiblb.99

https://dimas347.wordpress.com/2009/05/25/nilai-nilai-hakiki-kewirausahaan/

http://adelaistanto.blogspot.co.id/2012/10/kegagalan-pendidikan-
kewirausahaan_5457.html

http://pasca.ugm.ac.id/v3.0/news/id/1

http://mebiso.com/9-langkah-memecahkan-masalah-dengan-lebih-efektif/

http://www.zainalhakim.web.id/kemampuan-pemecahan-masalah-seorang-
wirausaha.html

http://www.jatikom.com/2016/03/makalah-kewirausahaan-
terlengkap.html#ixzz4O27oda3C

http://industri18fajrirahmawati.blogspot.co.id/2013/01/tantangan-dan-masalah-
dalam-berwirausaha.html

http://kornelisbenu.blogspot.co.id/2012/01/masalah-dan-tantangan-dalam_09.html

http://zudi-pranata.blogspot.co.id/2014/01/pengetahuan-dan-keterampilan-
dalam.html

https://indraharsono12.wordpress.com/contoh-bisnis-yang-baik/pengetahuan-
kemampuan-dan-kemauan-wirausaha/

Anda mungkin juga menyukai