Anda di halaman 1dari 5

Role Play 1

Puncak Kebahagiaan Seorang Ibu

ADEGAN 1 (Doa Rasulullah)

Di zaman Rasulullah SAW terdapat seorang wanita tua sholehah yang hidup dengan
penuh kesederhanaan. Dialah Ummu Rubayyi’ bint Bara’. Wanita paruh baya tersebut
tinggal bersama putra satu-satunya yang masih belia bernama Haritsah. Seorang pemuda
berusia 17 tahun yang memiliki sifat pemberani, tegas, dan berhati mulia. Suatu pagi
Haritsah berpapasan dengan Rasulullah SAW.

Rasulullah : “‫ كيف أصبحت يا حارثة‬Bagaimana kabarmu pagi ini wahai Haritsah?”

Haritsah : “‫ أصبحت مؤمنا حقا يا رسول هللا‬Pagi ini aku memiliki iman yang sempurna, Wahai
Rasulullah.”

Rasulullah takjub dan terkejut mendengar jawaban yang luar biasa itu.

Rasulullah : “ ‫ فما حقيقة ايمانك‬،‫ لكل شيئ حقيقة‬Segala sesuatu membutuhkan bukti wahai
Haritsah. Apakah bukti keimananmu?.”

Haritsah : “Ya Rasulullah… hatiku tidak memiliki rasa cinta kepada dunia sama sekali.
Bagiku emas dan debu nilainya sama saja. Tiap hari ketika bangun tidur, aku melihat
seakan-akan arsy Allah ada di depanku. Aku juga menyaksikan penghuni surga sedang
bergelimang kenikmatan di dalamnya dan penghuni neraka di adzab sangat pedih. Di
malam hari kuhabiskan waktuku untuk bermunajat dan di siang hari aku senantiasa
berpuasa. ”

Luar biasa. Dalam usia yang sangat belia, Haritsah telah memiliki kedudukan yang tinggi di
sisi Allah dan keimanan yang nyaris sempurna. Rasulullah mengusap dadanya dan
mendoakannya.

Rasulullah : “ ‫) لقد عرفت فالزم يا حارثة‬3 ( ‫ نوّر هللا قلبك‬Semoga Allah menerangi hatimu wahai
Haritsah. Karena kau telah memahami hakikat hidup ini, maka istiqomahlah.”

Saat itu doa terasa mustajab. Lalu Haritsah meminta doa pada Rasulullah agar impiannya
tercapai.

Haritsah : “Ya Rasulullah, selama ini aku bercita-cita untuk mati syahid di jalan Allah.
Tetapi, kiranya hal itu mustahil tercapai bagiku. Doakanlah aku agar kelak meninggal dalam
keadaan syahid…”

Rasulullah mengangkat kedua tangannya sambil melantunkan doa….


Rasulullah : “Ya Allah karuniakanlah Haritsah syahid di jalan-Mu.”

(Haritsah mengaminkan doa Rasulullah dengan khusyu’)

ADEGAN 2 (Izin berperang)

Suatu hari terdengar berita bahwa pasukan kafir Quraisy bersiap-siap menyerang orang
Islam di Madinah. Perang pertama kali dalam sejarah Nabi Muhammad yang kita kenal
sebagai perang Badar.

Utusan sahabat sibuk membuat pengumuman dan merekrut pasukan.

(suara kentongan)

Sahabat : “Wahai kaum muslimin, bersiap-siaplah untuk menyambut serangan dari


kaum kafir Quraisy. Inilah saat yang kita nanti-nantikan bersama. Meraih kemenangan atau
mati syahid di jalan Allah…”

Haritsah terperanjat mendengar pengumuman itu. Pintu untuk meraih cita-citanya


semakin terbuka lebar.

Dengan penuh semangat, Haritsah meminta izin kepada ibundanya.

Haritsah : ”Wahai ibu, saat ini Rasulullah mengajak para sahabat untuk menyertai
beliau ke Badar. Aku ingin ikut bersama mereka….”

Ibu : “Demi Allah, amat berat rasanya berpisah denganmu. Wahai anakku,
tetaplah bersamaku dan janganlah pergi!” (sang ibu memelas)

Ummu Haritsah keberatan untuk mengizinkan anaknya pergi berperang . Namun Haritsah
tak putus asa. Ia terus menerus membujuk ibunya sambil menciumi kening serta kedua
tangan dan kakinya. Hingga akhirnya sang ibu merelakan keberangkatannya.

Haritsah : “Aku mohon padamu wahai ibu, izinkan aku untuk pergi berjihad.”

Ibu : “Pergilah anakku. Nampaknya aku tak akan merasakan nikmatnya makan,
minum, dan tidur hingga engkau kembali kepadaku.”

Haritsah : “Terima kasih ibu”

(Haritsah tersenyum bahagia. Sang ibu mengenakan pakaian bagi anaknya,


menyelempangkan panah dan busurnya, mengecup keningnya dan melepas kepergiannya)
ADEGAN 3 (Menjemput Syahid)

17 Ramadhan tahun 2 H merupakan hari yang bersejarah dalam islam. Saat itulah terjadi
perang badar. Pasukan muslim hanya berjumlah 313 orang berhadapan dengan 1000
pasukan kafir quraisy. Walaupun kekuatan jauh lebih kecil, kaum muslim tidak patah
semangat, termasuk Haritsah. Ia berjuang dengan perkasa menyerang kaum kafir Quraisy
yang jauh lebih banyak jumlahnya. Rasulullah pun mendapat banyak serangan yang
menyebabkan beliau terluka.

Di tengah berkecamuknya perang badar, tak disangka terdapat sebuah anak panah, tak
diketahui siapa yang melepaskannya, mengenai tubuh Haritsah. Ia pun tewas menemui
syahid seperti yang didoakan Nabi SAW. Di sinilah haritsah meraih impiannya.

Haritsah : ”Allahu Akbar 3x, Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna muhamadar
rasulullah.” (Haritsah tersenyum bahagia di nafas terakhirnya)

Darah bukti kesyahidannya berkucuran di seluruh tubuhnya. Haritsah menjadi syahid


pertama dalam perang badar. Kabar kemenangan kaum muslimin pun tersebar di seluruh
penjuru.

ADEGAN 4 (Kedatangan Pasukan)

Usai peperangan, Rasulullah dan para sahabat kembali ke Madinah. Kaum muslim
berbondong-bondong menyambut kedatangan mereka. Wanita, anak-anak, dan orang tua
sama-sama menunggu di gerbang kota, di tengah teriknya matahari dan gersangnya
padang pasir.

Para wanita menunggu kedatangan suami mereka, anak-anak menanti kedatangan ayah
mereka, dan orang tua tak sabar melihat wajah anak mereka. Di antara mereka terdapat
Ummu Haritsah bin Suraqah yang jantungnya berdegup kencang menanti kedatangan anak
tersayang.

Namun, Haritsah tak kunjung tiba. Ia bertanya ke sana kemari perihal anaknya.

(Ibu Haritsah memegang tangan seorang sahabat)

Ibu : “Apakah engkau mengenal Haritsah bin Suraqah?”

Sahabat : “Ya, ibu siapa?”

Ibu : “Aku adalah ibunya, aku ibunda Haritsah.” (penuh harap dan cemas)

Sahabat : “Jika anda benar ibunya, maka tabahkanlah hatimu. Sesunggunya Haritsah
telah terbunuh.”
Mendengar kata-kata itu dalam benak ibu Haritsah terbayang akan surga.

Ibu : “Allahu Akbar! Anakku telah syahid!”

Sahabat : “Syahid..? Kukira tidak… Ia terkena panah yang tak jelas asalnya. Yah
semoga saja Allah memasukkannya ke dalam surga.”

Wajah ibu Haritsah menjadi pucat. Ia menjadi panik. Tak terasa air mata membanjiri
wajahnya…

Ibu bergumam : Tak ada gunanya aku meratapi diriku. Aku harus menemui Rasulullah.

ADEGAN 5 (Puncak Kebahagiaan)

Tak lama kemudian Rasulullah lewat. Langsung dihadang oleh Ibu Haritsah.

(masih dalam keadaan panik)

Ibu : “‫ يا رسول هللا أين ابني حارثة‬Ya Rasulullah dimanakah anakku Haritsah??”

Rasulullah : “‫ لقد اشتهد في سبيل هللا‬Tenanglah wahai Ummu Haritsah! Dia sudah syahid di
jalan Allah.”

(nada mulai naik)

Ibu : “ ‫ يا رسول هللا أين ابني حارثة‬Dimana anakku Ya Rasulullah??”

Rasulullah : “ ‫ اصبري و احتسبي‬Bersabarlah dan berprasangka baiklah pada Allah wahai


Ummu Haritsah!”

(nada tinggi)

Ibu : “ ‫ يا رسول هللا أين ابني حارثة‬Katakan dimana anakku Ya Rasulullah??”

Rasulullah :“ ‫ لقد قتل في سبيل هللا‬Ia telah terbunuh di medan peperangan! Inilah ketentuan
Allah.”

Ibu Haritsah mencoba mengendalikan dirinya.

(bertanya dengan nada lembut dan penuh harap)

Ibu :“ ‫ ولكني أسألك هل هو في الجنة ام في النار‬،‫ ما أسأل عن هذا يا رسول هللا‬Aku tahu jika
anakku sudah mati. Pertanyaanku adalah dimana dia sekarang, di neraka ataukah di surga?
Jika dia berada di surga, sungguh aku sangat bahagia dan meridhoinya. Namun… jika dia
berada di neraka… aku merasa putus asa dan menganggap diriku telah gagal mendidiknya
selama ini.”
Panah salah sasaran yang mengenai tubuh Haritsah, membuat hati sang ibu ragu akan
kesyahidannya. Perkataan itu membuat Rasulullah kagum dengannya. Rasulullah pun
tersenyum dan berkata :

Rasulullah :“‫ و هو يختار الفردوس األعلى‬.‫ بل جنات‬،‫ إنها ليست جنة واحدة‬،‫بخير بخير يا أم حارثة‬
Tenanglah wahai Ummu Haritsah! Anakmu saat ini berada di surga. Bukan hanya satu
surga, namun Allah membuka semua pintu surga untuknya. Dan Haritsah memilih surga
tertinggi, surga firdaus bersama para nabi dan syuhada.”

Jawaban ini membuat Ummu Haritsah sangat gembira. Wajahnya berseri-seri disertai
senyuman lebar. Ummu Haritsah merasa bangga dan menganggap dirinya sukses mendidik
anaknya hingga mengantarkan Haritsah ke pintu surga….

Ibu :“‫ اآلن قرة عيني‬،‫ اآلن فرحت يا رسول هللا‬Sekarang aku bahagia ya Rasulullah.
Haritsah telah menjadi penyejuk hatiku…” (3x).

(Narasi Penutup)

Setiap ibu pasti memiliki harapan dan ingin anaknya sukses. Namun konsep sukses bagi
tiap orang tentulah tak sama. Ada yang menganggap dirinya sukses mendidik anak ketika
anaknya meraih gelar sarjana atau menjadi pedagang kaya raya ataupun menjadi tokoh
terkenal dan disegani masyarakat.

Namun sadarkah kita, tidakkah ada cita-cita yang lebih mulia dibandingkan itu semua?
Yaitu ketika anak-anak kita sukses meraih ridho Allah dan Rasulullah.

Harta yang banyak tak ada gunanya jika tak dibarengi dengan keridhoan Allah. Ketenaran
anak kita di dunia menjadi percuma jika ia lalai dengan sholat 5 waktu hingga mengakhiri
hidupnya suul khotimah.

Banyak sahabat yang mendapat kabar gembira dari Nabi Muhammad untuk menjadi
penghuni surga. Namun jika dijanjikan menempati surga Firdaus, cukup langka. Dan
Haritsah telah meraihnya… Bahkan menginginkan surga dan merindukannya. Tentulah ini
semua hasil dari tarbiyah sang ibu yang luar biasa…

Anda mungkin juga menyukai