Anda di halaman 1dari 7

“TIGA KUNCI KESUKSESAN SEJATI”

Allahuakbar (3x) Walillahil Hamd


Kaum Muslimin Jama’ah Idul Fitri yang dimuliakan oleh Allah SWT

Alhamdulillah, limpahan puji dan syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT.
Atas segala limpahan rahmat, nikmat, taufik, inayah dan hidayah-Nya, sehingga pada pagi
ini kita dapat melaksanakan Sholat Idul Fitri, dalam keadaan sehat zahir dan batin,
diberikan kelapangan dan kesempatan, serta masih dipanjangkan umur kita oleh Allah
SWT. Perasaan bahagia, haru dan bangga tidak dapat kita ungkapkan dan kita lukiskan
dengan kata-kata, melainkan hanya bisa kita ungkapkan dengan takbir, tahlil dan tahmid
yang bergelora dan bergema sejak magrib semalam di masjid-masjid, musholla, rumah dan
lain sebagainya.
Sholawat dan salam kita sampaikan kepada manusia pilihan, pembawa bendera
kebenaran, beliaulah kekasih kita, idola kita, teladan kita, satu-satunya manusia yang kita
nanti-nantikan syafa’atnya hingga yaumul qiyamah, baginda Nabi Besar Nabiyuna
Wahabibuna Muhammad SAW. Mudah-mudahan kita semua diakui sebagai umat yang
setia dan kelak diakhirat dikumpulkan bersama beliau disurga yang penuh dengan
kenikmatan. Aamiin YRA.

Allahuakbar (3x) Walillahil Hamd


Kaum Muslimin Jama’ah Idul Fitri yang dimuliakan oleh Allah SWT

Idul Fitri bukanlah akhir dari puasa Ramadhan, melainkan harus ada
kesinambungan pada sebelas bulan yang akan datang. Kebiasaan baik, amalan baik,
perbuatan, sikap dan tutur kata yang baik harus kita pertahankan hingga Ramadhan yang
akan datang. Dimulai dengan Idul Fitri inilah diharapkan bisa melihat sejauh mana
pengaruh ibadah puasa Ramadhan terhadap perjalanan ibadah disebelas bulan diluar bulan
Ramadhan. Jangan sampai puasa kita hanya puasa cap tomat, mulai puasa taubat, selesai
puasa kumat. Sebab hakikat Idul Fitri bukan hanya sekedar merayakan Idul Fitri dengan
berpakaian baru dan bergembira ria, tapi hakikat Idul Fitri adalah meningkatnya derajat
ketaatan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

Allahuakbar (3x) Walillahil Hamd


Kaum Muslimin Jama’ah Idul Fitri yang dimuliakan oleh Allah SWT
Tema Khutbah Idul Fitri pada pagi hari ini adalah “3 kunci kesuksesan sejati”.

Bersumber dari sebuah hadits dari Ka’ab bin Ujrah RA, pada suatu hari Nabi SAW
naik ke mimbar. Ketika menapaki anak tangga pertama, kedua, dan ketiga, beliau selalu
mengucapkan, Aamiin. Melihat itu, para sahabat pun berkata kepada beliau, “Wahai
Rasulullah SAW, kami semua mendengar engkau berkata, 'aamiin, aamiin, aamiin.'
Mereka bertanya, Mengapa Engkau melakukan itu?” Nabi SAW menjawab,
“Ketika aku menaiki tangga pertama, Jibril datang kepadaku dan berkata, 'Celakalah
seorang hamba yang mendapati bulan Ramadan tetapi dosanya tidak diampuni. Maka aku
pun mengucapkan, 'Amiin.'
Kemudian dia (Jibril) berkata, 'Celakalah seorang hamba jika mendapati kedua
atau salah satu orang tuanya masih hidup, tetapi keberadaan orang tuanya tidak
membuatnya masuk ke dalam surga.' Aku pun berkata, 'Aamiin.' Selanjutnya, dia berkata,
'Celakalah seorang hamba jika namamu (Muhammad) disebutkan di hadapannya, tetapi
dia tidak bershalawat untukmu.' Maka aku pun berkata, 'Aamiin.'

Dari hadits diatas, disimpulkan bahwa ada tiga kunci kesuksesan sejati:

1. Mendapatkan ampunan Allah SWT


Dalam hadis tersebut, Rasulullah SAW antara lain mengingatkan kita tentang
kemuliaan Ramadhan. Ternyata, masih banyak umat Islam yang menjalani bulan suci
tetapi justru enggan memohon ampun dan rahmat kepada Allah SWT. Akhirnya,
Ramadhan berlalu, sedangkan dirinya masih berlumuran dosa. Malaikat Jibril pun
mendoakan celaka atas mereka.
Salah satu tanda seseorang mendapatkan ampunan Allah SWT adalah senantiasa
Ikhlas dan selalu mengutamakan kehidupan akhirat. Ikhlas dalam beramal artinya dia
beramal semata-mata hanya mengharapkan Ridha Allah SWT. Puasa adalah latihan
ikhlas, sebab puasa tidak kelihatan orang dan sukar ditebak. Puasa seseorang akan berhasil
bila dijalankan dengan ikhlas. Karena itu, apabila puasa seseorang berhasil, dia tidak akan
mengharapkan pujian orang lain dalam beribadah. Puasa tidak bertujuan untuk
mendapatkan kekayaan, harta, pangkat, jabatan dan kedudukan dunia. Dalam puasa
seseorang di didik bahwa keridhaan Allah lebih besar dari segala-galanya. Waridwanum
Minallahi Akbar (QS. At-Taubah : 72).
Dalam mengutamakan urusan akhirat, ada sebuah kisah menarik, suatu hari
Sayyidina Umar Bin Khattab RA datang kerumah Rasulullah SAW. Setelah Umar
mengucapkan salam dan di izinkan masuk, ia melihat Rasulullah sedang berbaring di atas
tikar kasar yang terbuat dari pelepah kurma. Tikar itu menimbulkan bekas pada
punggung mulia Rasulullah SAW. Melihat keadaan yang mengharukan itu, Umar Bin
Khattab pun menangis. Lalu terjadilah dialog antara Rasulullah dengan Umar : “Mengapa
engkau menangis, wahai putra al-Khattab?, Tanya Rasulullah.
Umar pun menjawab : “Duhai Nabi Allah, Wahai Rasul Allah, bagaimana aku tidak
menangis. Tikar kasar ini sudah membuat punggung muliamu berbekas. Dan aku lihat
hanya ini saja perabotan rumahmu. Padahal, engkau adalah Nabi Allah, engkau adalah
kekasih Allah, engkau manusia paling mulia. Sementara di sana, yang namanya Raja,
Kisra dan kaisar duduk bertahtakan emas dan permata, tidur berbantalkan sutra.”
Lalu Rasulullah SAW berkata : Orang-orang yang kau sebutkan barusan adalah
mereka yang disegerakan kesenangannya oleh Allah di dunia, padahal itu adalah
kesenangan yang sebentar dan akan berakhir. Sementara kita adalah kaum yang Allah
tunda kesenangan didunia untuk kesenangan di akhirat yang abadi selama-lamanya.
“Perumpamaan ku dengan dunia adalah seumpama seorang musafir yang berjalan lalu
berteduh dibawah pohon sejenak, setelah itu melanjutkan perjalanannya.”
Sukses sejati adalah jika kita mendapatkan ampunan Allah SWT dengan senantiasa
Ikhlas dan selalu mengutamakan kehidupan akhirat, itulah target pertama dan paling utama
seorang muslim.

Allahuakbar (3x) Walillahil Hamd


Kaum Muslimin Jama’ah Idul Fitri yang dimuliakan oleh Allah SWT

2. Berbakti kepada kedua orang tua


Pada hari yang Fitri ini marilah kita kembali mengenang pengorbanan kedua orang
tua kita masing masing, hingga sampai-sampai Allah mewajibkan kepada kita semua agar
berbuat baik kepada kedua orangtua, bahkan Allah meletakkan pintu surga yang paling
dekat dengan kita, dia adalah kedua orangtua kita.

Allah berfirman: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan


menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak.” (QS. Al Isro': 23)
Ibu merupakan seseorang yang memiliki tempat sangat mulia dalam Islam. Oleh
sebab itu setiap anak diwajibkan berbakti kepada orang tuanya. Seorang anak tidak boleh
membentak orang tua, apalagi durhaka kepadanya. Jika seorang anak durhaka kepada orang
tuanya terutama ibu, maka Allah akan melaknat orang tersebut sampai dia meminta maaf
kepada ibunya dan bertaubat kepada Allah. Berbakti kepada orang tua telah diajarkan dan
dicontohkan oleh umat Islam terdahulu. Bahkan ketika seseorang berbakti kepada kedua
orang tuanya, berarti telah berbakti pula kepada Allah dan Rasul-Nya.
Berbicara tentang memuliakan ibu, mari kita semua belajar kepada salah seorang
sahabat Nabi. Pemuda ini tidak pernah berjumpa dengan nabi. Pemuda ini merupakan
seorang pemuda miskin yang tinggal di pinggiran Yaman, namanya ialah Uwais Al- Qarni.
Uwais Al-Qarni merupakan seorang pemuda yang tidak terkenal, miskin, dan memiliki
penyakit kulit. Tak ada orang yang mengenalnya bahkan namanya pun tak pernah dikenal.
Namun ia merupakan pemuda yang pernah disebut oleh Rasulullah SAW sebagai pemuda
yang sangat dicintai oleh Allah dan terkenal di langit.
Sebab kecintaan Allah kepadanya yaitu dikarenakan ia patuh dan menghormati
ibunya yang sakit lumpuh. Suatu waktu, Uwais meminta izin kepada sang ibu untuk pergike
Madinah dalam rangka untuk melepaskan kerinduannnya kepada Rasulullah SAW. Sang
ibu memberinya izin untuk pergi, namun dengan syarat agar setelah berjumpa Rasulullah
ia cepat pulang kembali karena ibunya yang sakit-sakitan.
Setelah melakukan perjalanan yang sangat panjang, Uwais tidak mendapati
Rasulullah di rumahnya karena sedang memimpin peperangan. Meski kerindunya amat
besar terhadap Rasulullah, Uwais lekas pulang demi ibunya. Ia hanya menitip pesan kepada
Siti Aisyah.
Kemudian pada kesempatan yang lain, sang ibu meminta Uwais untuk
mengantarkannya pergi haji. Uwais tidak mau menolak walaupun mereka merupakan
keluarga yang miskin, dengan sekuat tenaga ia menggendong ibunya yang lumpuh itu untuk
berziarah ke Baitullah.
Meski belum pernah berjumpa dengan Nabi, Rasulullah seperti sudah mengenalbetul
pemuda miskin itu. Ia memuji Uwais dengan mengatakan kepada para Sahabat yang lain,
“Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya. Dia
adalah penghuni langit, bukan orang bumi,” (HR. Ahmad).
Karena bakti yang tulus dan ikhlas kepada ibundanya, membuat nama Uwais Al-
Qarni terkenal di langit, meski di bumi ia bukan siapa-siapa.
Selain itu, diantara kisah para ulama yang lain, diantaranya Iyas bin Muawiyah,
menangis saat ibunya wafat. Saat ditanya mengapa menangis, dia menjawab: “Aku punya
dua pintu yang terbuka untuk ke Surga, dan salahsatunya telah tertutup." Said bin Sufyan
Ats-Tsauri selalu tanggap saat dipanggil oleh sang ayah dan langsung menemuinya. Dia
mengatakan: "Jika ayahku memanggil dan aku sedang sholat, maka aku potong sholatku,
untuk menjawab panggilan ayahku."
Setiap orang pasti menginginkan surga. Namun, bagaimana manusia dapat
mendapatkan surga? Salah satu cara yang paling mudah adalah dengan mencari surga dari
orang yang paling dekat yaitu kedua orangtua.
Betapa dekatnya surga terutama bagi yang orang tuanya masih ada. Berikan yang
terbaik untuk orang tua kita, belikan makanan dan pakaian yang mereka sukai. Jangan
menunggu sisa anak dan Istri, dahulukan orang tua kita. Jangan sampai dia menunggu
berlama-lama. Apakah kita akan mendahulukan anak istri ketimbang kedua orang tua kita.
Ingat, engkau dan hartamu adalah milik kedua orang tuamu.
Dalam sebuah hadits dikatakan dari Jabir bin Abdillah, ada seorang berkata kepada
Rasulullah, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki harta dan anak namun ayahku
ingin mengambil habis hartaku.” Rasulullah bersabda, “Engkau dan semua hartamu
adalah milik ayahmu.” (HR. Ibnu Majah, no. 2291)
Seperti inilah sesungguhnya hak kedua orang tua kita, hanya saja para orang tua
tidak setega itu, dia lebih memilih diam dari pada harus minta kepada anak-anaknya. Tapi
kita yang sebagai anak terkadang teganya luar biasa, lebih membela istri daripadaorang
tuanya. Lebih membela anak dari orang tuanya, padahal dirinya dan hartanya adalah milik
kedua orang tuanya.
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang
tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan
menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang
tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.” (QS Lukman 14).
Berbakti kepada kedua orang tua tak terbatas waktu. Selama masih hidup, seorang
anak bisa berbakti kepada bapak dan ibunya. Bakti itu bisa berupa mencukupi kebutuhan
hidup, mendoakannya, atau menyambung silaturahim kepada karib-kerabatnya.
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya (orang tua) dengan penuh kasih
sayang dan ucapkanlah, 'Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (QS Al Isra' 24).
Kesuksesan sejati adalah dikala kita bisa menjadi anak yang berbakti kepada kedua
orangtua.

Allahuakbar (3x) Walillahil Hamd


Kaum Muslimin Jama’ah Idul Fitri yang dimuliakan oleh Allah SWT

3. Menyenangkan hati Rasulullah SAW


Sifat Kasih Sayang dan Penolong, terutama kepada Faqir Miskin, anak-anak Yatim
dan umumnya orang-orang yang hidup melarat dan sengsara adalah akhlak muliabaginda
Rasulullah SAW. Itulah sebabnya ada yang mengatakan, bahwa hari raya adalah
merupakan musibah bagi anak-anak yatim, umumnya mereka bersedih. Ada sebuah
hikayah/cerita dari Anas Bin Malik RA, dari Nabi SAW:
Bahwasanya Beliau SAW berangkat menuju sholat ‘Id, anak-anakpun asyik bermain
gembira menyambut kehadiran Idul Fitri. Dan diantara mereka ada seorang anak duduk
menyaksikan mereka yang tengah bergembira, pakaiannya bekas, lusuh dan diapun
menangis.
Kemudian Nabi SAW bertanya : Hai anak kecil, kenapa kamu menangis sendirian,
sedangkan mereka tengah asyik bermain dan bergembira? Anak kecil itu belum mengenal
Rasul SAW. Lalu diapun menjawab: “Hai seorang pria, Ayahkumeninggal dunia disisi
Rasul SAW dalam mengikuti perang. Dan sesudah itu ibuku kawin lagi, menyita seluruh
harta peninggalan ayahku, kemudian akupun disingkirkan oleh suaminya atau ayah tiriku
dari rumahku. Dan kini tiada makanan, tiada minuman, tiada pakaian dan tiada tempat
tinggal bagiku. Sewaktu aku melihat anak-anak sebaya denganku pada hari ini, sedang
mereka masih punya ayah, maka ingatanku tertuju kepadaayahku yang sudah meninggal
dunia, itulah yang menyebabkan aku menangis.”Kemudian Rasulullah SAW memegang
tangannya seraya bersabda : “Hai anak kecil, maukah jika aku sebagai ayahmu, ‘Aisyah
sebagai ibumu, Ali sebagai pamanmu, Hasan dan Husain sebagai saudara priamu dan
Fatimah sebagai saudara wanitamu? Maka diapun baru tahu bahwa pria yang berada
dihadapannya itu adalah baginda Nabi Muhammad SAW. Anak itupun menjawab :
“Bagaimana mungkin aku tidak mau ya Rasul?” selanjutnya diapun dibawa pulang
kerumah beliau SAW. Diberi pakaian yang bagus, disuruh makan yang kenyang, dihiasi
dan diberi minyak wangi yang harum.
Lalu diapun tertawa gembira, keluar menjumpai kawan yang sebaya dengannya.Dan
ketika itu kawan-kawannya bertanya : Tadi kamu menangis, kini tertawa gembira apakah
yang terjadi pada dirimu? Jawabnya : “Ya, tadinya perutku lapar, kini sudah kenyang.
Tadinya aku telanjang, kini sudah berpakaian. Dan keberadaanku sebagai anakyatim, maka
Rasulullah SAW sebagai ayahku, ‘Aisyah sebagai ibuku, Ali sebagai pamanku, Hasan
dan Husain sebagai saudara priaku dan Fatimah sebagai saudarawanitaku, lalu kenapa kini
aku tidak bergembira?” Sahut kawan-kawan yang sebaya dengannya : Sekiranya ayah
kami meninggal dalam perang Sabil itu, pasti akupun sepertinya.
Alkisah, setelah Rasulullah SAW wafat, anak kecil itupun merasa sangat sedih,
hingga menaburkan pasir keatas kepalanya, dia minta bantuan dan berkata : “Kini
keberadaanku sama seperti semula menjadi anak yatim lagi”. Akhirnya diapun ditampung
oleh sahabat Abu Bakkar Ash-Shiddiq RA (Zubdah).
Menyenangkan hati Nabi Muhammad SAW adalah dengan memperbanyak
bersholawat kepadanya, meniru perbuatannya, mengikuti akhlaknya, mengamalkan
sunnahnya dan berkorban untuk agamanya. Kesuksesan sejati adalah saat kita dapat
menyenangkan hati Nabi Muhammad SAW.
Semoga Allah SWT menganugerahi kita semua untuk mendapatkan tiga kunci
kesuksesan sejati dunia akhirat yaitu mendapatkan ampunan Allah SWT, berbakti kepada
kedua orangtua dan dapat selalu menyenangkan hati Rasulullah SAW. Aamiin YRA

KHUTBAH KEDUA

‫للَاه اّ ْك ّب هر‬
َ ّ ،‫للَاه اّ ْك ّب هر‬ َ ‫ ّل اِلّهّ ا َِل‬،‫للَاه اّ ْك ّب هر‬
َ ‫للَاه ّو‬ َ ّ ،‫للَاه اّ ْكب هْر‬
َ ّ ،‫للَاه اّ ْك ّب هر‬
َ ّ،
‫لِل ْال ّح ْمده‬
ِ َ ِ ‫ّو‬
‫علَى‬َ ‫س هي هدنَا م َح َّم هد َو‬ َ ‫علَى‬ َ ‫سالَم‬ َّ ‫صالَة َوال‬َّ ‫ب ْال َعالَ هميْنَ َوال‬ ‫اَ ْل َح ْمد لله َر ه‬
‫ص ْح هب هه أَ ْج َم هعيْنَ أَ َّما بَ ْعد‬َ ‫اَ هل هه َو‬
َ َّ ‫فَيٰٓاَيُّ َها النَّاس اتَّقو‬
‫ أَع ْوذ بهالله‬،‫ّللا… قَا َل للا تَعَالَى فه ْي هكتَابه هه ْال َك هري هْم‬
‫الر هجي هْم‬
َّ ‫ان‬ َ ‫ش ْي‬
‫ط ه‬ َّ ‫همنَ ال‬
‫ّللا يَ ْج َع ْل لَه َم ْخ َر ًجا َويَ ْرز ْقه هم ْن َحيْث َل يَ ْحتَ هسب‬
َٰ ‫ق‬ ‫َو َم ْن يَت َّ ه‬
َ‫ َيا أَيُّ َها الَّ هذيْن‬،‫لى النَّ هبيه‬
َ ‫ع‬َ َ‫صلُّ ْون‬
َ ‫للا َو َمالَ هئ َكتَه ي‬ َ ‫َوقَا َل تَ َعالَى هإ َّن‬
َ ‫صلُّ ْوا‬
َ ‫علَ ْي هه َو‬
‫س هلم ْوا تَ ْس هل ْي ًما‬ َ ‫أَ َمن ْوا‬
‫علّى ِإب ّْرا ِهي ّْم‬ ‫ْت ّ‬ ‫صلَي ّ‬ ‫علّى آ ِل هم ّح َمد ّك ّما ّ‬ ‫علّى هم ّح َمد ّو ّ‬ ‫ص ِل ّ‬ ‫اّللَ هه َم ّ‬
‫علّى‬‫علّى هم ّح َمد ّو ّ‬ ‫علّى آ ِل ِإب ّْرا ِهي ّْم‪ِ ،‬إنَ ّك ّح ِميْد ّم ِجيْد ‪ّ .‬و ّب ِ‬
‫ار ْك ّ‬ ‫ّو ّ‬
‫علّى آ ِل إِب ّْرا ِهي ّْم‪ ،‬إِنَ ّك‬‫علّى إِب ّْرا ِهي ّْم ّو ّ‬
‫ت ّ‬‫ار ْك ّ‬ ‫آ ِل هم ّح َمد ّك ّما بّ ّ‬
‫ّح ِميْد ّم ِجيْد‬
‫اَللَّه َّم ا ْغ هف ْر هل ْلم ْس هل هميْنَ َواْلم ْس هلماَته‪َ ،‬واْلمؤْ همنهيْنَ َواْلمؤْ همنَاته‪ ،‬اَ ْْل َ ْحيَ ه‬
‫اء‬
‫هم ْنه ْم َواْْل َ ْم َوا ه‬
‫ت‬

‫اَللَّه َّم هإنَّا نَ ْسأَل َك اله َدى‪ ،‬والتُّقَى‪ ،‬والعَفَ َ‬


‫اف‪ ،‬وال هغنَى‬
‫عافهيَته َك َوف َجا َءةه نه ْق َمته َك‬ ‫اللَّه َّم هإنَّا نَعوذ هب َك هم ْن زَ َوا هل نه ْع َمته َك َوتَ َح ُّو هل َ‬
‫َط َك‬‫سخ ه‬ ‫يع َ‬ ‫َو َج هم ه‬
‫ف‬
‫سي ْو َ‬ ‫عنَّا اْلغَالَ َء َو ْالبَالَ َء َو ْال َوبَا َء َو ْالفَ ْحشَا َء َو ْلم ْن َك َر َوال ُّ‬
‫أَللَّه َّم ا ْدفَ ْع َ‬
‫طنَ‬ ‫ش َدائه َد َو ْال هم َحنَ َما َ‬
‫ض َه َر هم ْن َها َو َما بَ َ‬ ‫اْلم ْختَ هلفَةَ َوال َّ‬

‫ون َو ْالجذَ هام َو هم ْن َ‬


‫س هي هئ اْْل َ ْس َق هام‬ ‫ص َو ْالجن ه‬
‫اَللَّه َّم هإنَّا نَعوذ هب َك همنَ ْالبَ َر ه‬
‫اب النَّ ه‬
‫ار‬ ‫عذَ َ‬ ‫سنَةً َوقهنَا َ‬
‫سنَةً َوفهي ْاْل هخ َرةه َح َ‬ ‫َربَّنَا آتهنَا فهي ال ُّد ْن َيا َح َ‬
‫علَى آ هل هه َو َ‬
‫ص ْح هب هه و ََ َم ْن تَ هب َعه ْم‬ ‫علَى نَ هب هينَا م َح َّمد َو َ‬‫صلَّى للا َ‬ ‫َو َ‬
‫سان هإلَى َي ْو هم الديْن‬ ‫هبإه ْح َ‬
‫ب ْال َعالَ هميْنَ‬
‫آخر َدع َْوانَا أَ هن ْال َح ْمد لل َر ه‬
‫َو ه‬

Anda mungkin juga menyukai