Anda di halaman 1dari 25

Laporan Pendahuluan

PROFIL INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANTUL

HALAMAN JUDUL

i
Laporan Pendahuluan
PROFIL INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANTUL

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan Profil Industri Kreatif Kabupaten Bantul Tahun 2022.
Laporan Pendahuluan Profil Industri Kreatif Kabupaten Bantul Tahun
2022ini memuat latar belakang, maksud dan tujuan, gambaran umum industry
kreatif di Kabupaten Bantul, konsep, pendekatan dan metodologi pelaksanaan
yang akan dipakai dalam melakukan kajian ini.
Kami sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak
yang telah membantu tersusunnya dokumen ini, kami mengharapkan masukan
berupa saran dan arahan agar dapat menyusun laporan ini hingga sampai pada
Laporan Akhir. Penyusun mohon maaf yang sebesar - besarnya apabila dalam
penulisan dokumen ini jauh dari sempurna. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa
senantiasa memberikan kemudahan kepada kita semua dalam mengupayakan
hasil kerja yang lebih baik.

Hormat Kami

Tim Penyusun

ii
Laporan Pendahuluan
PROFIL INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANTUL

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan .................................................................................. 2
1.3. Sasaran .................................................................................................... 2
1.4. Referensi Hukum ...................................................................................... 2
1.5. Jadwal Pelaksanaan ................................................................................. 3
BAB II MATERI PENULISAN BUKU PROFIL ....................................................... 4
2.1. Tahap Persiapan ...................................................................................... 4
2.2. Tahap Pengumpulan Data ........................................................................ 4
2.3. Tahap Penulisan ....................................................................................... 5
2.4. Tahap Verifikasi ........................................................................................ 5
2.5. Tahap Penjilidan ....................................................................................... 5
BAB III SEJARAN DAN PERKEMBANGAN INDUSTRI KREATIF BANTUL......... 6
3.1. Masa Proto Historis (masa akhir prasejarah dan awal sejarah) ................ 6
3.2. Masa Sejarah (Mataram Kuno-Islam) ....................................................... 8
3.3. Masa Tradisi dalam Ekspresi Modern ..................................................... 11
3.4. Masa Sekarang (Global-Digital) .............................................................. 13
3.5. Kekayaan Alam, Seni, dan Budaya Bantul ............................................. 14
3.6. Industri Kreatif dan Kreatifitas Masyarakat Bantul .................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 19

iii
Laporan Pendahuluan
PROFIL INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANTUL

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1. Hasil temuan berdasarkan penelitian Balai Arkeologi Yogyakarta ... 7


Gambar 3. 2. Relief Candi Borobudur menceritakan proses kreatif masyarakat
Jawa dalam produksi pembuatan produk gerabah ........................... 9
Gambar 3. 3. Keraton Kutagede (Kotagede) sebagai kerajaan Mataram Islam ... 10
Gambar 3. 4. Aksesoris busana reog yang dibuat oleh pelaku industri kreatif
bantul dalam pertunjukan seni tradisional ...................................... 12
Gambar 3. 5. Objek wisata Jurang Tembelan ...................................................... 15
Gambar 3. 6. Pertunjukan kesenian di Bantul ...................................................... 17
Gambar 3. 7. Kegiatan dan aktifitas masyarakat Bantul ...................................... 18

iv
Laporan Pendahuluan
PROFIL INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANTUL

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kabupaten Bantul pada tahun 2023 akan mendaftarkan ke UNESCO untuk
masuk ke jejaring kota kreatif dunia (UCCN). Berbagai upaya telah dilakukan untuk
melengkapi persyaratan yang diperlukan dalam pendaftaran tersebut. Kebutuhan
data sangat penting dalam upaya tersebut. Selama ini permasalahan data ekonomi
kreatif masih banyak ditemui oleh Pemerintah Kabupaten Bantul.
Pada Tahun 2017 Kabupaten Bantul telah ditetapkan oleh Bekraf RI sebagai
salah satu Kabupaten Kreatif Indonesia. Sub sektor unggulannya adalah Kriya yang
berdampingan dengan potensi lain seperti fashion, kuliner, dan seni pertunjukan.
Penetapan kabupaten kreatif di tingkat nasional akan diteruskan dengan
pendaftaran pada program Kata Kreatif yang dikembangkan oleh Kemenparekraf.
Program ini merupakan Langkah awal untuk menuju pendaftaran UCCN tahun
2023.
Data dan penyebarluasannya sangat diperlukan oleh ekosistem ekonomi
kreatif untuk menjadi pijakan dalam pengembangannya. Menindaklanjuti hal
tersebut, Kabupaten Bantul telah mendorong program dan kegiatan
pengembangan ekonomi kreatif sebagai salah satu prioritas pembangunan daerah.
Sesuai dengan dengan RPJMD Kabupaten Bantul Tahun 2021-2026, Pembuatan
buku profil ekonomi kreatif Kabupaten Bantul sangat diperlukan dalam penyusunan
dan penyebarluasan data yang mudah dibaca oleh masyarakat.
Pembuatan buku ini juga mendukung terimplementasikannya Roadmap
Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Bantul yang telah dilaksanakan
penyusunannya pada tahun 2022. Pelaksanaan penyusunan buku ini melibatkan
aktor hexahelix ekonomi kreatif di Kabupaten Bantul yang terdiri dari unsur
akademisi, bisnis, pemerintah, komunitas, media, dan lembaga keuangan. Masing-
masing aktor akan memberikan kontribusi informasi yang diperlukan pada
penyusunan buku ini.
Dasar penyusunan buku ini diambilkan dari materi pertanyaan yang diajukan
oleh Kemenparekraf pada program Kata Kreatif dan UNESCO pada program

1
Laporan Pendahuluan
PROFIL INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANTUL

pendaftaran UCCN. Buku ini diharapkan dapat memandu pihak terkait untuk
memahami kondisi faktual sub sektor kriya dan dapat menjelaskan kebutuhan data
craft and folkart di Kabupaten Bantul. Ini merupakan salah satu strategi untuk
mempermudah pencapaian target-target yang telah ditetapkan pada Roadmap
Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Bantul.
Buku ini juga akan mempermudah dalam memberikan informasi dan data
untuk pengembangan ekosistem ekonomi kreatif di Kabupaten Bantul. Penguatan
ekosistem ekonomi kreatif dengan program kerja terintegrasi dari OPD – OPD
terkait berikut mitra-mitra kerja strategis seperti KEK (Komite Ekonomi Kreatif)
Kabupaten Bantul dan Bantul Creative Forum diharapkan akan memberikan
dampak signifikan bagi akselerasi pertumbuhan ekonomi masyarakat.

1.2. Maksud dan Tujuan


Pekerjaan Penyusunan Profil Industri Kreatif dimaksudkan untuk menyusun
buku yang dapat memberikan informasi dan data faktual yang dperlukan oleh mitra-
mitra dalam pengembangan ekosistem ekonomi kreatif di Kabupaten Bantul.
Tujuan pekerjaan Penyusunan Profil Industri Kreatif adalah untuk
menyajikan informasi dan data faktual ekosistem ekonomi kreatif di Kabupaten
Bantul yang akan dikembangkan sesuai dengan roadmap (peta jalan) Kabupaten
Kreatif Kabupaten Bantul Tahun 2022.

1.3. Sasaran
Sasaran pekerjaan Penyusunan Profil Industri Kreatif, yaitu:
a. Mengidentifikasi produk dan pelaku ekonomi kreatif subsektor unggulan
di Kabupaten Bantul;
b. Menyajikan data dan informasi ekonomi kreatif dalam bentuk buku yang
komprehensif dan menarik bagi pihak terkait dan masyarakat luas.
c. Menyusun Buku Profil Industri Kreatif Kabupaten Bantul sesuai dengan
pencapaian Kabupaten Kreatif Kabupaten Bantul.

1.4. Referensi Hukum


a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9

2
Laporan Pendahuluan
PROFIL INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANTUL

Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23


Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
b. Undang-Undang No 10 Tahun 2009 Tentang Pariwisata;
c. Undang-undang No 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian;
d. Undang-undang No 24 Tahun 2019 Tentang Ekonomi Kreatif;
e. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja;
f. Peraturan Presiden Nomor 142 Tahun 2018 tentang Rencana Induk
Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional Tahun 2018 – 2025;
g. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2018
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2017 – 2022;
h. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2019
Tentang Rencana Pembangunan Industri Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2019-2039;
i. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 04 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2010-2030;
j. Peraturan Daerah Nomor 05 Tahun 2021 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2021 – 2026.

1.5. Jadwal Pelaksanaan


Agar pekerjaan yang akan dilaksanakan dapat berjalan sesuai
dengan rencana dan sesuai dengan yang diharapkan, maka jadwal
pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Penyusunan Profil Industri Kreatif
Kabupaten Bantul disusun seperti pada tabel berikut ini:
Bulan
No Urutan Kegiatan I II
1 2 3 4 1 2
1. Persiapan X
Penyusunan Laporan Pendahuluan X X
3. FGD Laporan Pendahuluan X
4. Revisi Laporan Pendahuluan X X
5. Pengumpulan Data X X X
6. Penulisan Hasil Studi X X X
9. FGD Draft. Laporan Akhir X
10 Revisi Laporan Akhir X
Penyerahan Laporan Akhir dan Executive
11 X
Summary

3
Laporan Pendahuluan
PROFIL INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANTUL

BAB II
MATERI PENULISAN BUKU PROFIL

Pelaksanaan kegiatan pembuatan buku profil ini melalui tahapan


pelaksanaan sebagai berikut :

2.1. Tahap Persiapan


Tahap persiapan dilakukan dengan membuat rencana isi buku yang dapat
menggambarkan kondisi faktual Kabupaten Bantul. Perencanaan disusun menjadi
dua aspek, yaitu aspek substansi isi tulisan dan tata kelola penulisan.
Persiapan ini juga dilakukan dengan cara mencari calon-calon kontributor
tulisan pada buku yang disesuaikan kompetensinya. Substansi buku direncanakan
dengan cara melakukan diskusi awal dengan kontributor dan para pihak yang
terkait di dalam penulisan ini.
Tata kelola disiapkan dengan cara menyusun personil dan rencana kerja
selama kurun waktu yang ditentukan. Persiapan ini sangat penting dilakukan agar
mendapatkan kualitas pekerjaan sesuai dengan spesifikasinya dan waktu
pelaksaan tidak melibihi jadwal yang telah ditentukan.

2.2. Tahap Pengumpulan Data


Data yang diperlukan pada penulisan buku ini terdiri dari semua kegiatan
dan potensi yang telah dimiliki Kabupaten Bantul terkait dengan subsektor kriya
dan folk art. Isi tulisan disesuaikan dengan pemilihan tema yang diambil Kabupaten
Bantul untuk menuju ke UCCN tahun 2023.
Data diperoleh dengan cara malakukan observasi, wawancara, dan studi
referensi. Wawancara dilakukan kepada para pihak yang terlibat dalam kolaborasi
hexahelix. Data ini banyak menggambarkan kondisi faktual Kabupaten Bantul yang
disajikan dalam tulisan deskriptif kualitatif. Bahasa yang digunakan lebih mengarah
ke bentuk tulisan feature atau ilmiah popular.
Verifikasi data dilkukan dengan melakukan cross check melalui FGD yang
diikuti para pihak di Kabupaten Bantul. Data yang dianggap tidak valid atau
diragukan kebenarannya tidak akan ditulis pada buku ini. Jika terdapat dua data

4
Laporan Pendahuluan
PROFIL INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANTUL

atau lebih yang memiliki perbendaaan, akan dilakukan penelusuran sumber data
dan cross check kepada sumber lainnya.

2.3. Tahap Penulisan


Penulisan akan dimulai setelah data terkumpul dan terverifikasi dengan baik.
Materi buku ini terdiri dari tulisan dan gambar (foto) yang dapat menjelaskan profil
ekonomi kreatif Kabupaten Bantul.
Jenis dan tata tulis buku ini lebih banyak ditentukan untuk keperluan
keterbacaan dan estetika. Font dan ukuran tulisan sangat berbeda dengan
penulisan ilmiah yang telah memiliki ketentuan baku.
Foto atau gambar yang digunakan diambil dari observasi langsung dan
mengambil dokumentasi gambar di instansi-instansi teknis (OPD) Kabupaten
Bantul. Ukuran file foto sangat menentukan kualitas gambar pada saat dicetak.
Gambar atau foto dengan ukuran kecil tidak digunakan agar kualitas cetakan tidak
pecah atau buram.

2.4. Tahap Verifikasi


Setelah penulisan buku ini selasai akan dilakukan FGD sebagai upaya untuk
verifikasi tulisan agar sesuai dengan maksud dan tujuan serta sasaran penulisan
buku profil.
Jika terjadi kekurangan pada validitas data dan kualitas gambar atau foto
yang kurang sesuai dengan kebutuhan maka akan dilakukan perbaikan oleh
penulis atau kontributor tulisan. Sumber-sumber data akan ditulis pada lembar
daftar pustaka untuk menyesuaikan dengan tata cara penulisan ilmiah.

2.5. Tahap Penjilidan


Tahap penjilidan dilakukan jika seluruh hasil penulisan buku telah sesuai
dengan spesifikasi yang dutetapkan pada KAK. Jumlah buku yang dijilid sesuai
dengan ketentuan pada KAK. Hasil akhir dari pekerjaan ini berupa buku profil
Kabupaten Bantul terkait dengan potensi ekonomi kreatifnya.

5
Laporan Pendahuluan
PROFIL INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANTUL

BAB III
SEJARAN DAN PERKEMBANGAN INDUSTRI
KREATIF BANTUL

Historiogram perkembangan industri kreatif di kota Bantul ditandai dengan


keberadaan perjalanan masyarakat Bantul dalam membentuk kebudayaan.
Sejarah ini dibuktikan dengan keberadaan situs, petilasan, ceritera rakyat, ataupun
artefak yang menjadi bukti kuat peran masyarakat dalam membuat seni kerajinan.
Bantul memiliki ahli undagi hebat yang mampu menciptakan produk-produk kreatif
sebagai penanda zaman. Jejak keberadaan sejarah industri kreatif di kota Bantul
dapat dibagi menjadi 4 masa penting, yaitu:

3.1. Masa Proto Historis (masa akhir prasejarah dan awal sejarah)
Pada masa ini masyarakat kota Bantul telah lama memiliki pengalaman dan
keahlian dalam bidang seni Kriya warisan dari zaman prasejarah. Secara kultural
masyarakat kota Bantul dalam membuat seni kerajinan didukung adanya keyakinan
spiritual dan intelektual yang sangat mendalam serta hubungan dengan
kebudayaan dari luar (pendatang). Seni kerajinan diciptakan dengan konsep
“segitiga harmoni” yaitu bentuk keseimbangan absolut manusia, alam semesta, dan
Tuhan sang pencipta. “Segitiga harmoni” ini berhubungan dengan norma hidup,
tata- nilai, etika sosial, adat-istiadat, perilaku, dan pandangan hidup orang Jawa.
Masa ini dikenal dalam dunia kriya dengan nama perundagian, yaitu masa
masyarakat Bantul dalam menciptakan industri kreatif memiliki hubungan yang
sangat kuat dengan keyakinan pada era Mataram Hindu-Islam.

6
Laporan Pendahuluan
PROFIL INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANTUL

(Balai Arkeologi Yogyakarta) (Balai Arkeologi Yogyakarta)

Gambar 3. 1. Hasil temuan berdasarkan penelitian Balai Arkeologi Yogyakarta

Kepercayaan yang mengagungkan bentuk meru atau gunung diyakini


sebagai tempat bersemayamnya leluhur nenek moyang pada tempat yang memiliki
ketinggian. Tempat ini dianggap sebagai tempat yang suci bersemayamnya para
dewa. Peninggalan bangunan dengan konsep pundek berundak adalah warisan
kehidupan masyarakat Jawa masa animisme dan dinamisme yang meyakini tempat
tertinggi sebagai tempat yang suci, sekaligus sebagai titik “imajiner” asal dan
tujuan. Konsep gunung ini juga digunakan kota Bantul untuk menciptakan ikonisasi
pembangunan kota Bantul (pintu gerbang) yang digunakan pula dalam logo kota
Bantul.
Peninggalan artefak di kota Bantul dapat dijadikan pondasi kuat awal mula
masyarakat kota Bantul mengenal industry kreatif (seni kerajinan/kriya).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Balai Arkeologi Daerah
Istimewa Yogyakarta di bukit pasir sebelah selatan kota Bantul tepatnya di Gunung
Wingko Kecamatan Sanden telah ditemukan hasil temuan berupa pecahan tulang
manusia dan hewan, pecahan gerabah, pecahan perunggu, pecahan keramik
asing, fragmen, dan berupa manik-manik. Produk-produk kerajinan berupa
gerabah yang berbentuk kendi gogok, klenthing dan pengaron digunakan sebagai
sarana ritual religius. Berdasarkan hasil temuan tersebut menunjukkan nilai penting
situs Gunung Wingko yang memberikan pemahaman bahwa masyarakat Bantul
telah mengenal kegiatan kreatifitas kriya sejak zaman Proto Historis (masa akhir
prasejarah dan awal sejarah).

7
Laporan Pendahuluan
PROFIL INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANTUL

Analisis ilmiah menguatkan pertanggalan absolut keberadaan industri kreatif


seni (Craft and Folk Art) di Bantul yang dilakukan terhadap bukti sampel artefak
dan tulang yang ditemukan pada lapisan budaya yang paling bawah (tertua),
menunjukkan pertanggalan 1990±90 BP atau 2.000 tahun yang lalu. Berdasarkan
penanggalan tersebut, maka Situs Gunung Wingko sudah ada sejak masa Proto
Histori (masa akhir Pra Sejarah dan Awal Sejarah), sedangkan pertanggalan dari
lapisan budaya yang paling muda menghasilkan angka tahun 270±60 BP atau
sekitar abad ke 17. Hal tersebut menunjukkan salah satu nilai penting dari
keberadaan Situs Gunung Wingko, yaitu gambaran penghunian di pesisir selatan
Jawa dari masa logam awal (awal abad masehi) hingga akhir abad XIX dengan
kurun waktu kurang lebih 1.500 tahun.
Keyakinan masyarakat pada masa lalu dengan memberikan bekal kubur
pada orang yang meninggal juga dapat mengindikasikan adanya perbedaan strata
sosial dalam masyarakat. Sementara temuan logam menunjukkan adanya interaksi
antara masyarakat Gunung Wingko dengan masyarakat luar, melalui perdagangan.
Aktivitas perdagangan tersebut diduga dilakukan dengan cara barter. Mata
pencaharian utama masyarakat Gunung Wingko adalah pembuat garam. Selain itu
juga menjadi peternak, berburu, menangkap ikan, membuat gerabah, dan
membuat anyaman yang ditunjukkan dengan adanya temuan seni hias terakota
atau gerabah dalam dasar kuburan.

3.2. Masa Sejarah (Mataram Kuno-Islam)


Keberadaan masa sejarah dapat dikatakan bermula dari perjalanan sejarah
Mataram Kuno hingga Mataram Islam. Sejarah ini juga mengalami tiga periode
perjalanan penting yaitu era Kota Gede, Kerta, dan Plered (tahun 1578- 1677), era
Kartasura (tahun 1730-1746) dan era Surakarta (sejak Januari 1746 atau Februari
1746-1755). Pendiri kerajaan Mataram Islam tersebut yaitu Sutawijaya atau
Panembahan Senopati Ing Ngalaga tahun 1586 putra dari Ki Ageng Pemanahan
sebagai perintis Kerajaan Mataram. Bentuk kerajaannya yaitu berdasarkan pada
kebudayaan (Islam-Jawa) dengan wilayah kerajaan terbagi menjadi wilayah pusat
dan daerah serta sektor perekonomiannya berbasis agraris- maritim. Kerajaan
Mataram menjadi salah satu nama yang terukir dalam sejarah panjang Indonesia.

8
Laporan Pendahuluan
PROFIL INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANTUL

Sejarah mencatat ada dua kerajaan yang menggunakan nama Mataram, yang
kemudian dikenal dengan nama Mataram Kuno dan Mataram Islam.

Gambar 3. 2. Relief Candi Borobudur menceritakan proses kreatif masyarakat


Jawa dalam produksi pembuatan produk gerabah

Salah satu fakta paling mencolok dari kerajaan ini adalah negeri pembangun
candi yang menjadi asal usul akar budaya Jawa. Relief yang terpahat dalam
ornament candi juga memberitakan gambaran tentang kehidupan masyarakat pada
era tersebut dengan berbagai kegiatan masyarakat, salah satunya adalah
pembuatan produk kerajinan. Pembuatan produk-produk (Craft and Folk Art)
sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari, baik yang bersifat sakral sampai pada
pemenuhuan kebutuhan profan dalam budaya masyarakat Jawa.
Peninggalan artefak candi ini menjadi bukti peninggalan penting berkaitan
dengan kebudayaan masyarakat Jawa lebih spesi k pada masyarakat Bantul yang
menunjukkan bahwa nenek moyang mereka adalah para undagi hebat.
Kebudayaan masa lampau yang dikagumi pada era sekarang dengan kemajuan
teknologi industri kreatif dalam pembuatan produk-produk kerajinan. Ornamentasi
pada relief candi menjadi inspirasi untuk menciptakan produk- produk seni
bernafaskan tradisi sampai pada bentuk-bentuk pengembangan kriya kontemporer.
Kehebatan arsitektur rumah Jawa dengan nilai-nilai filosofi luhur didalamnya turut
mengilhami masyarakat Bantul dalam menciptakan berbagai produk yang
berkaitan dengan fungsi praktis, fungsi sosial-budaya, dan fungsi filosofis dalam
ajaran budaya Jawa.

9
Laporan Pendahuluan
PROFIL INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANTUL

Perjalanan kreatifitas yang telah dilakukan oleh para empu dan ahli undagi
membentuk kelompok-kelompok dalam rangka memenuhi kebutuhan produk-
produk sehari-hari dapat kita lihat dalam beberapa relief candi. Pada mulanya
inisiasi pembuatan produk kreatif tersebut dilakukan oleh pihak kerajaan atau
kraton atas perintah raja untuk membantu permasalahan rakyat dalam pemenuhan
kebutuhan. Seiring berjalannya waktu dan kebutuhan hidup yang berbeda, muncul
pula teknologi dan ilmu yang berkembang untuk menselaraskan dengan kebutuhan
di era zamannya.
Muncullah produk-produk industry kreatif bidang craft and folk art dengan
basic budaya kraton dengan istilah produk alusan/hight quality/seni tinggi dan
produk seni rakyat dengan istilah produk kasar/low quality/seni rendah. Dikatakan
sebagai seni tinggi karena produk-produk tersebut diciptakan dalam lingkungan
kraton yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai pakem berhubungan dengan ritual
magis. Produk-produk karya seninya masih terasa memiliki makna dan doa-doa
tertentu sesuai dengan penggunaannya. Hal ini berbeda dengan produk-produk
seni rendah dari masyarakat yang memang disengaja pembuatannya tidak sama
dengan kraton dan lebih cenderung membuat ide-ide penciptaan produk-produk
sesuai fungsional praktis dan tidak memiliki arti filosofis.

Gambar 3. 3. Keraton Kutagede (Kotagede) sebagai kerajaan Mataram Islam

Masyarakat Jawa menganut faham patrimonial, sehingga bila pemimpin


tertinggi suatu pemerintahan telah memeluk agama tertentu, dipastikan

10
Laporan Pendahuluan
PROFIL INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANTUL

masyarakat turut serta mengikuti pemimpinnya. Meskipun kehidupan masyarakat


tidak begitu saja lepas dari ikatan tradisi budaya sebelumnya. Terjadilah akulturasi
bahkan sinkretisme budaya lama dengan budaya baru merupakan alternatif terpilih
yang berkembang di masyarakat. Hal inilah yang kemudian terjadi proses
islamisasi yang dilaksanakan dengan baik tanpa benturan karena masih
mengadopsi kepercayaan dan budaya lama (animisme-dinamisme dan Hindu-
Budha) serta budaya setempat.
Proses ini juga masuk dalam ranah kreati tas seni khususnya yang
menghasilkan produk budaya yang memiliki ciri khas budaya Jawa. Bahkan
memiliki karakter dan ciri lokal genius yang melahirkan bentuk-bentuk baru
bernafaskan Islam tetapi memiliki makna loso dari ajaran-ajaran luhur budaya
Jawa. Produk-produk kreatif yang tercipta lahir dengan nuansa simbolik dan syarat
makna. Seperti produk wayang kulit, batik, gerabah, ukir kayu, arsitektur, dan
produk kreatif lainnya.

3.3. Masa Tradisi dalam Ekspresi Modern


Masa ini merupakan ungkapan makna sesuai dengan era zamannya. Masa
ini didukung dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan didukung dengan
peralatan teknologi penunjang proses produksi produk-produk kreatif. Salah satu
contoh adalah cara manusia dalam menebang pohon yang dulu manual untuk era
modern sudah ditunjang dengan mesin gergaji yang serba cepat. Era modernisasi
telah memberikan kenyamanan, kemudahan, kenikmatan, dan kebahagiaan
secara instan. Era ini dimulai pada abad 18-19 dengan menguatnya pengaruh gaya
kolonial (Eropa) dan karya seni untuk tujuan yang bernafaskan perjuangan,
pembebasan, dan kemerdekaan. Pada masa ini, pemegang kendali ekonomi
modern membuat para kriyawan dihadapkan pada perubahan yang dahsyat dipicu
oleh pengaruh seni yang datang dari barat (Eropa). Keadaan ini membuat para
kriyawan dalam membuat produk-produk kriya dituntut untut kreatif dan memenuhi

11
Laporan Pendahuluan
PROFIL INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANTUL

permintaan konsumen yang serba tepat ukuran, tepat bentuk (presisi), produk
massal, fungsional, dan dikerjakan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

Gambar 3. 4. Aksesoris busana reog yang dibuat oleh pelaku industri kreatif
bantul dalam pertunjukan seni tradisional

Produk Craft dan Folk Art ikut menjadi penanda atribut pada masa ini yang
dapat dikatakan naik kelas walau terjadi degradasi budaya. Berbagai produk karya
seni diukur dengan tingkat kerumitan, kehalusan, besar-megah, dan dengan harga
yang mahal sebagai salah satu tolok ukur bagi seseorang yang mapan kelas
ekonominya untuk dapat disebut sebagai wong agung atau priyayi. Perdagangan
barang-barang kreatif Craft and Folk Art hadir dengan nuansa- nuansa baru
bergaya kolonial ataupun perpaduan gaya budaya lainnya. Salah satu contoh
adalah hadirnya kain batik sutera, perhiasan perak, dan emas, perabotan rumah
tangga dengan ukiran yang ngremit, jlimet, dan indah serta hadirnya rumah-rumah
bergaya Indis, loji, joglo yang berukuran besar. Kualitas tinggi atau yang baik terkait
dengan mutu bahan, mutu proses, mutu produk, mutu pengelolaan, dan mutu
layanan menjadi tujuan profesionalisme para kriyawan. Individu kriyawan yang
mampu memberikan tuntutan di atas akan menjadi agen perubahan dan mampu
menciptakan produk-produk kreatif pada ranah industri kreatif yang menuntut
manajemen yang baik.

12
Laporan Pendahuluan
PROFIL INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANTUL

Perkembangan produk Craft dan Folk Art yang diciptakan oleh kriyawan
tidak hanya lahir dari golongan keturunan empu, akan tetapi dapat dibentuk dan
dilahirkan dengan mempelajari dengan keilmuan yang tepat. Pemenuhan tuntutan
konsumen tersebut oleh pemerintah dan komunitas mulai didirikan sekolah-sekolah
seni sebagai salah satu unsur yang dapat mengembangkan produk budaya lokal
menjadi produk kreatif dan inovatif. Upaya tersebut juga dibarengi dengan
penyiapan pribadi-pribadi kreatif yang mau kerja keras dan melakukan kreasi
artistik. Tidak hanya pada tataran produk dalam ekosistem budaya Jawa saja,
tetapi mampu melakukan riset kreatif untuk berkolaborasi dengan budaya lainnya.
Timbulnya tata nilai baru dalam dunia Craft and Folk Art juga dibarengi dengan
sikap kritis, analistis, dan kreatif dikalangan para kriyawan agar aktifitas penciptaan
yang dilakukan mencerminkan dedikasi tinggi dan sikap profesionalisme. Lahirlah
karya-karya Craft and Folk Art yang memiliki jiwa zaman yang baru dengan
tampilan baru (modern-novelty) dan memiliki konsep penciptaan berdasarkan
analisis kritis sang penciptanya.

3.4. Masa Sekarang (Global-Digital)


Kekuatan budaya kota Bantul juga telah melahirkan kreator-kreator produk
inovatif dalam dunia industri kreatif terutama dibidang Kriya/Craft. Potensi industri
kreatif di Kabupaten Bantul dibidang Kriya tidak bisa diremehkan, paling tidak ini
terkait dengan nilai eksport, daya serap ketenagakerjaan, nilai tambah yang
dihasilkan dan aspek komsumsi industri kreatif yang cukup besar merambah
disetiap pelosok desa dan sentra-sentra Kriya. Penciptaan karya seni dalam
hubungannya dengan Craft and Folk Art diarahkan dapat memberikan kontribusi
nyata meningkatkan tingkat kehidupan ekonomi masyarakat secara luas dan
berdaya guna bagi lingkungan kehidupan.
Perkembangan zaman yang terus berubah menuntut manusia untuk terus
dapat menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi. Kehidupan seni era global
tidak ada batas kepemilikan seni yang semua masyarakat pecinta seni tersebut
dapat mempelajari bahkan dapat memilikinya. Pergerakan industri besar banyak
yang mengeksploitasi alam dengan sangat liar, sehingga kita lupa menjaga dan
menumbuhkan kembali apa yang telah kita ambil. Pada tataran kreasi artistik para
pemikir Craft and Folk Art mulai menyadari akan kelangkaan bahan-bahan tertentu

13
Laporan Pendahuluan
PROFIL INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANTUL

sebagai bahan pembuatan produk-produk kreatif. Keprihatin ini memunculkan


pelaku kreatif yang peduli lingkungan dengan mengedepankan produk recycle,
reuse, reduce. Produk dari limbah sampah dan limbah industri besar dibuat menjadi
produk-produk berguna yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Bahkan sistem
pemasaran dan penjualan yang mudah di era digital dengan jejaring sosial
(medsos) menjadi wajib untuk dipahami oleh seluruh pelaku seni kreatif tradisional.
Karya seni lahir dari seniman yang kreatif, artinya seniman selalu berusaha
meningkatkan sensibilitas dan persepsi terhadap dinamika kehidupan masyarakat.
Sebaliknya masyarakat akan dapat merasakan manfaatnya. Seniman yang kreatif
akan membawa masyarakat ke selera estetik yang lebih dalam, bukan selera yang
mengarah pada kedangkalan seni. Hal tersebut menuntut kreatifitas seniman
dalam proses cipta seni, dan secara teoritis membutuhkan pemikiran yang matang.
Ada tiga komponen dalam proses cipta seni sebagai landasan berkarya. Ketiga
komponen tersebut adalah tema, bentuk, dan isi. Walaupun secara teori dapat
dipisahkan namun sebenarnya, komponen tersebut merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan.

3.5. Kekayaan Alam, Seni, dan Budaya Bantul


Kota Bantul merupakan salah satu kabupaten yang berada di wilayah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara geogra s, Kabupaten Bantul
terletak antara 07º44'04”-08º00'27” lintang selatan dan 110º12'34”-110º31'08” bujur
timur dengan luas wilayah mencapai 506,85 km2 atau memiliki luas 15,90% dari
luas keseluruhan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan topogra sebagai
dataran rendah 140% dan lebih dari separonya daerah perbukitan yang kurang
subur. Kabupaten Bantul secara administratif berbatasan dengan Kabupaten
Gunung Kidul di sebelah timur, Kabupaten Kulon Progo di sebelah barat, dan
samudera Indonesia di sebelah selatan. Kabupaten Bantul terdiri atas 17
kecamatan/kapanewon, 75 desa, dan 933 pedukuhan dengan jumlah penduduk
sebanyak 998.647 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk sebesar 1.09% dengan mata

14
Laporan Pendahuluan
PROFIL INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANTUL

pencaharian penduduk mayoritas dibidang pertanian (25 %), perdagangan (21%),


industri (19%) dan jasa (17%).

Gambar 3. 5. Objek wisata Jurang Tembelan

Kabupaten Bantul memiliki potensi alam yang indah dan nyaman yang
menjadi tujuan pariwisata di Yogyakarta. Tempat wisata tersebut terdiri dari obyek
wisata alam pegunungan, bukit, pantai, dan desa-desa kreatif kriya serta budaya.
Pantai Parangtritis masih menjadi ikon wisata idola di Bantul dengan panorama
pantai yang indah dan menjadi tempat kunjungan teramai sepanjang tahunnya.
Selain itu tak jauh dari obyek wisata pantai Parangtritis terdapat hamparan pasir
yang oleh masyarakat disebut sebagai gurun Sahara Indonesia yang dikenal
dengan nama Gumuk Pasir. Istilah dalam geologi disebut sand dunes yang
merupakan bentangan pasir mirip dengan gurun pasir yang banyak ditemukan di
daerah Timur Tengah atau Afrika. Keberadaan Gumuk Pasir termasuk dalam
coastal dunes terdapat diseluruh lintang di dunia, mulai dari kutub hingga garis
khatulistiwa. Gumuk Pasir menjadi tempat wisata yang langka karena hanya
terdapat dibeberapa negara, salah satunya di Indonesia, yaitu di wilayah Bantul.
Keberadaan tempat wisata di Kabupaten Bantul memang sangat populer di
kalangan wisatawan saat ini, karena wisata alamnya menawarkan keindahan yang
jarang ditemui di tempat lain. Presiden Amerika Serikat ke 44 Barack Obama juga
sudah berkunjung ke obyek wisata Puncak Becici, beliau sangat mengapresiasi
potensi alam yang dimiliki oleh Bantul dengan berbagai kegiatan ekonomi kreatif
dan budaya yang sangat unik. Keanekaragaman budaya dalam kehidupan
masyarakat Bantul mayoritas adalah budaya Jawa yang bersumber dari budaya
kraton Nagyogyakartahadiningrat. Kesenian yang memiliki unsur filosofi banyak

15
Laporan Pendahuluan
PROFIL INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANTUL

dikembangkan dalam kehidupan masyarakat Jawa melahirkan kesenian rakyat


yang hidup dan menjadi ruang berkespresi seni, baik berwujud seni kriya, seni
pertunjukan, atau seni lain yang menjadi penciri kesenian kota Bantul.

3.6. Industri Kreatif dan Kreatifitas Masyarakat Bantul


Bidang industri kreatif, Bantul memiliki sentra-sentra desa kreatif yang
menjadi sumber ekonomi masyarakat dan hidup dari generasi ke generasi
menghasilkan produk-produk inovatif selaras dengan perkembangan zaman
dengan tetap mempertahankan ciri local genius yang tidak dimiliki oleh daerah lain.
Berbagai desa sentra kreatif yang telah mendunia diantaranya adalah Desa
Kasongan penghasil gerabah atau keramik dan aneka kerajinan kualitas eksport,
Desa Giriloyo sebagai pusat seni batik tulis, Desa Banyusumurup sebagai sentra
pembuatan keris, Desa Gendeng sebagai sentra pembuatan Wayang Kulit, dan
masih banyak lagi desa-desa sentra kreatif kriya. Maka, layaklah Bantul diberikan
anugerah sebagai kota Kriya oleh Bekraft (Kemenparekraft) pada tahun 2017 yang
secara nyata menjadi pusat Kriya dan 70% hasil Kriya di kota Yogyakarta berasal
dari Kabupaten Bantul.
Seni pertunjukan yang hidup dalam kehidupan masyarakat Bantul dan terus
dipertahankan sebagai wahana kreasi cipta, rasa, dan karsa turun temurun, yaitu
seni kethoprak, seni wayang kulit, wayang wong, jathilan, geguritan, panembrono,
hadroh, musik keroncong, dan seni lain yang bersifat tradisional sampai yang
sudah dikembangkan selaras dengan perkembangan zaman. Kreatifitas lain yang
menjadi daya tarik kota Bantul dikuatkan dengan ciri olahan makanan-minuman
kuliner khas kota Bantul, diantaranya adalah; geplak, sate klathak, mie lethek,
gudeg manggar, bakpia, ingkung, wedang secang, wedang uwuh, minuman
rempah, jamu, dan masih banyak lagi sajian kuliner yang sudah terkenal di kancah
nasional maupun international.

16
Laporan Pendahuluan
PROFIL INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANTUL

(Diskominfo

Gambar 3. 6. Pertunjukan kesenian di Bantul

Penganugerahan kota Bantul Yogyakarta sebagai Kota Kreatif Subsektor


Kriya pada tahun 2017 oleh Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAFT) secara nasional
menjadi bukti bahwa kota Bantul memang memiliki potensi industry kreatif kriya
yang kuat dan mampu menggerakkan ekonomi masyarakat secara luas.
Peningkatan ekonomi masyarakat menjadi target utama kota Bantul yang
menyadari bahwa anugerah ini bukan semata-mata untuk prestise pemerintahan
Kabupaten Bantul tetapi untuk tujuan mulia mensejahterakan masyarakat Bantul.
Tidak hanya berhenti disitu, tahun 2022 kembali kota Bantul mendapatkan
anugerah pengakuan secara nasional sebagai Kota Kreatif Subsektor Kriya. Hal ini
semakin memantapkan kota Bantul sebagai kota kabupaten yang terus eksis
menjadikan sub sektor kriya bagian penting dalam pembangunan ekonomi
masyarakatnya.
Berdasarkan pengakuan kota Bantul sebagai Kota Kreatif se-Indonesia,
maka sudah selayaknya kota Bantul mencoba memasuki jejaraing kota kreatif
tingkat international dan memantapkan langkahnya untuk menuju pada jejaring
kota kreatif di kancah dunia versi UNESCO atau UCCN pada tahun 2023. Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno dalam acara Launching Bantul
menuju Kabupaten Kreatif Dunia secara khusus memberikan dukungan secara
penuh upaya Kabupaten Bantul menjadi bagian penting ke UCCN. Beliau
menyampaikan untuk menuju UCCN Kabupaten Bantul wajib terus melakukan
inovasi, adaptasi, dan kolaborasi dengan semangat 3G yaitu Gercep, Geber, dan
Gaspol. Harus diakui bahwa dengan keberadaan industry kreatif bidang craft and

17
Laporan Pendahuluan
PROFIL INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANTUL

folk art yang terus tumbuh besar akan memberikan dampak signifikan pada
kesempatan untuk mengurangi kesenjangan sosial. Terbukanya lapangan
pekerjaan baru akan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat yang secara luas
mensejahterakan kehidupan ekonomi bangsa.

Gambar 3. 7. Kegiatan dan aktifitas masyarakat Bantul

18
Laporan Pendahuluan
PROFIL INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANTUL

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, I. (2007). Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan . Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.
Alifah. (2013). Pemanfaatan Hasil Penelitian Situs Gunung Wingko. Berkala Arkeologi, 57-
66
Anggraeni. (2018). Pelibatan Masyarakat Dalam Pengelolaan Situs Gunung Wingko
Bantul. Bakti Budaya, 153-165.
Assael, H. (1984). Consumer Behavior and Marketing Action (second editions).
Boston: Kent Publishing Company.
Aswan, R. (2020). Analisis Ideologis Kekaryaan Pada Karya Patung Beetle SphereIchwan
Noor. Imaginarium Jurnal, 16.
Baumgadner, S. &. (2010). Positive Psychology. London: Pearson.
Chung, H. (2008). Resiliency and character strengths among college students.
The University of Arizona, Tucson.: ProQuest. (Unpublished doctoral
dissertation)
Dharsono. (2016). Kreasi Artistik Perjumpaan Seni Tradisi Modern Dalam
Paradigma Kekaryaan Seni. Karanganyar: Citra Sains Lembaga Pengkajian
dan Konservasi Budaya Nusantara.
Fischer, J. (1994). The Folk Art of Java. Singapore, New York, Kuala Lumpur: Oxford
University Press.
Gustami, S. (2007). Butir-Butir Mutiara Estetika Timur. Yogyakarta: Penerbit Prasista.
Habermas, J. (1985). Modernity and An Incomplete Project. London: Pluto
Press.
Herpita Wahyuni, S. (2021). Dampak Deforestasi Hutan Skala Besar terhadap
Pemanasan Global di Indonesia. Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 148-162.
Kartika Sahar, W. A. (2022). Kajian Arsitektur Futuristik Pada Bangunan
Pendidikan. Nature: National Academic Journal of Architecture, 263-277.
Kuntowijoyo. (1994). Metodologi Sejarah . Yogyakarta: Tiara Wacana.
Majid, M. A. (2020). Covid-19 di Era 4.0, Disrupsi dalam Disrupsi (Bertahan di
Tengah Pandemi Antara Angguan dan Inovasi. ASANKA Journal of Sosial
Science and Education, 44.
Mulder, D. (1970). Java Reliege en Kunst: de Religie van Java. Amsterdam:
Amsterdam.
Myers, G. J. (2014). Designing and Selling Recycled Fashion: Acceptance of
Upcycled Secondhand Clothes by Female Consumers Age 25 to 65. North
Dakota State University.
Nitihaminoto, G. (2005). Struktur Kubur Masa Prasejarah Akhir Di Situs Gunung Wingko.
Arkeologi, 20.
Pigeaud. (1997). Muslim Cina di Jawa Abad XV-XXVI Antara Historis dan Mitos.
Yogyakarta: PT Tiara Wacana.
Purwadi. (2008). Babad Giyanti: Sejarah Pembagian Kerajaan Jawa. Sleman
Yogyakarta: Media Abadi.
Ruben Christianto D, A. P. (2019). Pemanfaatan Limbah Kayu Kopi Sebagai Bahan
Perancangan Produk Gereja Kristen Jawi Wetan di Jengger Kabupaten Malang.
Jurnal Intra Vol 7 N0.2, 226-232.
Santiko, H. (Tahun ketujuh Desember 2013). Dua Dinasti Di Kerajaan MataramKuna:
Tinjauan Prasasti Kalasan. Sejarah dan Budaya, 1-7.

19
Laporan Pendahuluan
PROFIL INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANTUL

Suharson, A. (2022). Estetika Seni Hias Wuwungan Rumah Tradisional Joglo


Pencu Kudus. Surakarta: Disertasi Pascasarjana Institut Seni Indonesia
Surakarta.
Suharson, A. (Desember 2020). Strategi UMKM Bantul Merespon Pandemi (Studi
Kasus Bidang Kriya/Kerajinan). Jurnal Riset Daerah Bantul Vol. 20 N0.3,
3661- 3675.
Titiana Irawani, B. H. (2017). Penciptaan Seni Logam Kreatif Dengan
Memanfaatkan Limbah Onderdil Kendaraan. Corak Jurnal, Jurusan Kriya Vol
6 No.1, 35-43.

20
Laporan Pendahuluan
PROFIL INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANTUL

21

Anda mungkin juga menyukai