Anda di halaman 1dari 6

PAPER

MANAJEMEN RISIKO KEPATUHAN

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS JANABADRA YOGYAKARTA

KELAS MANAJEMEN: B

Disusun Oleh :
Ririn Oktavia (20210001)
Shinta Ariska Putri (20210007)
MANAJEMEN RISIKO KEPATUHAN
BAB I
PENDAHULUAN
Manajemen risiko kepatuhan merupakan sebuah risiko bank baik bank
konvensional ataupun Syariah karena tidak melakukan atau tidak patuh terhadap
peraturan perundang-undangan atau ketentuan-ketentuan bahkan prinsip-prinsip
syariah yang telah ditetapkan, dengan adanya manajemen risiko ini dapat mengatasi
atau mengantisipasi terjadinya resiko tersebut. Risiko yang harus diterima oleh bank
disebabkan karena tidak mematuhi dan tidak melaksanakan peraturan perundang-
undangan serta ketentuan lain yang berlaku. Risiko akibat bank syariah tidak
mematuhi atau melaksanakan peraturan perundang-undangan dan prinsip syariah
berlaku.
Jadi dengan adanya manajemen risiko kepatuhan ini untuk memastikan dapat
meminimalkan kemungkinan terjadinya dampak negatif dari perilaku bank yang
menyimpang atau melanggar aturan yang berlaku dan dapat mengantisipasi
terjadinya risiko pada bank. Pada bank syariah agar bisa melaksanakan fungsi
kepatuhan dengan baik dan berdampak pada meningkatnya kepercayaan nasabah
dan eksistensi bank syariah.
Bab II Pembahasan

A. Pengelolaan Risiko Kepatuhan


Menurut para ahli pengelolaan risiko adalah penerapan prinsip kehati-hatian
dalam kegiatan usaha Bank yang tidak terlepas dari risiko yang bisa mengganggu
kelangsungan bank.
Pengelolaan risiko kepatuhan juga sangat penting bagi bank syariah dalam
menjalankan kegiatan usahanya, karena jika pengelolaan risiko kepatuhan tidak
tepat maka dapat berdampak pada meningkatnya risiko lainnya, salah satunya risiko
reputasi. Karena hal ini dapat berdampak pada ketidakpercayaan masyarakat pada
bank syariah sehingga dapat mengancam eksistensi bank syariah apabila tidak
mengelola risiko kepatuhan dengan tepat.
Beberapa langkah yang harus dilakukan untuk menerapkan manajemen risiko
kepatuhan dalam dunia perbankan, sebagai berikut:
1. Tahap Identifikasi
Pada tahap ini pihak bank (audit) mengidentifikasi dan menganalisis faktor yang
dapat memicu terjadinya resiko kepatuhan.
Contoh : Aktiva Usaha, Litigasi, Kepatuhan Bank
2. Tahap penerapan
Pada tahap ini pihak bank memastikan penerapan manajemen risiko kepatuhan
dapat berjalan dengan efektif. Beberapa cara yang ditempuh, seperti :
a. Menetapkan Kebijakan
Misalnya :
Kebijakan penetapan limit risiko, dan Kebijakan mengecualikan pengambilan
keputusan yang menyimpang.
b. Pelaksanaan Prosedur

B. Fungsi Kepatuhan Bank


a. Mewujudkan terlaksananya budaya kepatuhan dalam semua yang
menyangkut kegiatan usaha Bank.
b. Memastikan kebijakan, ketentuan, sistem, prosedur serta kegiatan usaha
yang dilakukan bank sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
c. Memastikan kepatuhan bank terhadap komitmen yang sudah dibuat.
d. Mengelola risiko kepatuhan yang akan dihadapi oleh bank.

C. Pentingnya Fungsi Manajemen Risiko Kepatuhan


Seperti fungsi yang dijelaskan di atas, jika suatu bank patuh terhadap hukum
dan aturan yang berlaku maka itu dapat membantu memelihara reputasi bank di
mata masyarakat, karena jika bank lalai menjalankan peran dan fungsi kepatuhan
maka akan berhadapan dengan risiko kepatuhan akibat dari pelanggaran aturan
yang berlaku.
Maka dengan mengetahui adanya risiko kepatuhan pada bank syariah maka
harus mampu mengelola risiko kepatuhan tersebut dengan baik dan diiringi dengan
membuat strategi dalam upaya meminimalisir risiko kepatuhan yang ada baik dalam
kegiatan usahanya dan juga dalam menyelesaikan perselisihan yang timbul.

D. Ketentuan-ketentuan Internal Maupun Eksternal


Ketentuan-ketentuan internal maupun eksternal yang harus dipenuhi apabila tidak
dipatuhi akan menimbulkan risiko kepatuhan meliputi :
1) Ketentuan Giro Wajib Minimum, Net Open position, Non Forming Financing,
dan batas maksimal pemberian pembiayaan.
2) Ketentuan dalam penyediaan produk.
3) Ketentuan dalam pelaporan internal maupun eksternal, BI maupun laporan ke
pihak ketiga.
4) Ketentuan pajak.
5) Ketentuan dalam akad atau kontrak.
6) Ketentuan Fatwa DSN-MUI.

E. Proses Manajemen Risiko Kepatuhan


1). Identifikasi Risiko Kepatuhan
Bank harus melakukan identifikasi dan analisis terlebih dahulu seperti risiko yang
timbul di internal bank dan eksternal.
2). Pengukuran Risiko Kepatuhan
Dalam mengukur risiko kepatuhan bank dapat menggunakan indikator atau
parameter berupa jenis, signifikasi, dan frekuensi pelanggaran terhadap standar
yang berlaku secara umum, di mana indikator itu sebagai acuan dalam pengukuran
risiko kepatuhan pada bank.
3). Pemantauan Risiko Kepatuhan
Agar fungsi pelaksanaan kepatuhan pada bank dapat terlaksana dengan baik maka
harus dilakukan aktivitas pemantauan. Dan wajib melaporkan risiko kepatuhan yang
terjadi pada direksi bank baik sewaktu-waktu maupun berkala.
4). Pengendalian Risiko Kepatuhan
Di mana bank harus memastikan bahwa tetap memiliki tingkat kepatuhan yang
memadai terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara kantor
cabang bank tersebut berada.
5). Sistem Informasi Manajemen Risiko Kepatuhan
Harus dimiliki pada sebuah perbankan agar penerapan manajemen risiko efektif.
Pada sistem informasi manajemen risiko bank digunakan untuk mendukung pada
pelaksanaan proses manajemen risiko kepatuhan pada bank.

F. Penerapan Manajemen Risiko Kepatuhan


Dilakukan untuk menjaga agar setiap aktivitas bank mematuhi peraturan yang
berlaku, di mana secara rutin bank telah melakukan sosialisasi peraturan seluruh
unit kerja agar bisa dipahami dan dilaksanakan dengan baik dan juga untuk
menumbuhkan kesadaran para karyawan akan pentingnya peraturan yang berlaku.

G. Penerapan Manajemen Risiko Kepatuhan


Bank harus melakukan identifikasi dan analisis terlebih dahulu terhadap faktor yang
mempengaruhi tingkat eksposur risiko kepatuhan dan berpengaruh pada rugi laba
dan permodalan bank seperti pada aktivitas usaha bank, ketidakpatuhan bank dan
litigasi.
Bank harus memastikan efektivitas penerapan manajemen risiko kepatuhan yang
berkaitan dengan :
• Kebijakan
• Prosedur
• Sumber Daya Manusia
• Sistem Pengendalian

H. 4 Pilar Penerapan Manajemen Risiko Kepatuhan


1. Pengawasan Aktif Direksi, Dewan Komisaris, dan Dewan Pengawas Syariah,
dalam menangani risiko kepatuhan yang mencakup:
 Kewenangan mengenai tanggung jawab yang dilakukan Direksi, Dewan
Komisaris dan DPS.
 Sumber Daya Insani.
 Organisasi Manajemen Risiko Kepatuhan.
2. Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit yang meliputi :
 Strategi Manajemen Risiko
 Tingkat risiko yang akan diambil beserta toleransi risiko
 Kebijakan prosedur, di mana bank syariah punya rencana kerja kepatuhan
yang terorganisir dan memadai serta juga bisa memastikan efektivitas dari
adanya manajemen risiko kepatuhan
 Penetapan limit, di mana masing-masing bank memiliki limit yang
bergantung pada kebutuhan bank tersebut dengan tingkat risiko yang
diambil.
3. Proses dentifikasi pengukuran pengendalian dan sistem informasi
manajemen risiko yaitu dalam rangka penerapan manajemen risiko yang
efektif.
4. Sistem pengendalian internal yang menyeluruh
Tujuannya adalah untuk :
• menjaga kekayaan organisasi
• memeriksa ketelitian dan kebenaran data
• mendorong efisiensi untuk meminimalisir pengendalian internal
• memastikan dipatuhinya aturan yang berlaku dan tingkat responsif bank
terhadap penyimpangan aturan yang berlaku.
I. Contoh Kasus
Kasus pertama 14 Desember 2004 Bank Indonesia membekukan kegiatan
usaha (BKU) PT. Bank Global, Tbk
Alasan dibekukan:
1. Memburuknya kondisi keuangan bank global
2. Tidak menyetorkan modal tambahan yang diminta oleh BI
3. Direksi Bank tidak menunjukkan itikat baik untuk patuh pada peraturan
4. Direksi dan beberapa karyawan diduga telah melakukkan tindak pidana dengan
merusak dan menghilangkan dokumen-dokumen penting Bank.
Kasus kedua mantan Direktur Utama PT Pertamina persero Karen Agustiawan
dituduh telah melakukan tindakan yang merugikan perusahaannya sehingga
Pertamina mengalami sejumlah kerugian finansial. Pada bulan Oktober 2018 kasus
ini mencuat ke publik karena beliau ditangkap Setelah 5 jam proses integrasi di
gedung bundar Kejaksaan Agung Indonesia.
Beliau dicurigai terlibat dalam korupsi pada tahun 2009 di mana Pertamina
melalui anak perusahaannya PT Pertamina hulu energi phe melakDDDDDDukan
akuisisi 10% saham ROC oil LTD untuk hak pekerjaan di blok BMG basker manta
gummy. Kasus ini diperkirakan menimbulkan kerugian negara sebesar USD 26 juta
atau setara dengan 586 miliar. Kasus ini segera menjadi perhatian publik dan para
praktisi tata kelola manajemen risiko dan kepatuhan.

Anda mungkin juga menyukai