Anda di halaman 1dari 20

RINGKASAN

MODUL SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO


L E V E L 1 – EDISI KE 3
LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PERBANKAN (LSPP)

1
BAB 1 : LATAR BELAKANG

- API  Menetapkan 6 Pilar : (1) Menciptakan struktur perbankan yang sehat, (2) Menciptakan sistem
pengaturan yang efektif, mengacu standar internasiuonal (3) Melaksanakan sistem pengawasan bank yg
independen (4) Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing dg menciptakan GCG,
(5) Mewujudkan infrastruktur yang lengkap, (6) Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen.
- Pilar 4, merupakan penerapan MR, guna menciptakan industri perbankan yg sehat dan terintegrasi.
- Penerapan mngt risiko bagi bank  meningkatkan shareholder value, memberikan gambaran potensi
kerugian dimasa mendatang, serta meningkatkan daya saing bank.
- Penerapan mngt risiko bg BI  mempermudah penilaian thdp kemungkinan kerugian yang dapat
mempengaruhi permodalan bank
- Definisi Risiko  potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa dapat diperkirakan maupun tidak
dapat diperkirakan yang berdampak negatif thd pendapatan dan permodalan bank atau Risiko merupakan
kendala atau penghambat pencapaian suatu tujuan.
- Penerapkan manajemen risiko, bank harus  mengidentifikasi risiko dan memahami seluruh risiko yang
ada (inherent risks), termasuk risiko yang bersumber dari cabang-cabang dan perusahaan anak.
- Manajemen Risiko  serangkaian prosedur dan metodologi digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,
memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank.
- 8 risiko  Kredit, Pasar, Operasional, Likuiditas, Kepatuhan, Hukum, Reputasi, dan Strategis
- Risiko kredit  Risiko kegagalan pihak lawan (coun­terparty) memenuhi kewajibannya.
- Risiko Pasar  Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat
perubahan dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga option
- Risiko Likuiditas  Risiko ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. Risiko
Likuiditas dikategorikan : Risiko Likuiditas Pasar dan Risiko Likuiditas Pendanaan.
- Risiko Operasional  Risiko ketidakcukupan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau
problem eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Menimbulkan kerugian keuangan secara
langsung maupun tidak langsung dan menimbulkan hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan
- Risiko Hukum  Risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis
- Risiko Reputasi  Risiko menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder krn persepsi negatif thdp Bank
- Risiko Strategik  Risiko ketidaktepatan pengambilan atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik
2
BAB 1 : LATAR BELAKANG (LANJUTAN)

- Risiko Kepatuhan  Risiko disebabkan tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-
undangan dan ketentuan lain yang berlaku.
- Penerapan Manajemen Risiko mencakup :
(1) Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi, (2) Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan
limit, (3) Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian Risiko serta sistem
informasi Manajemen Risiko (4) sistem pengendalian intern yang menyeluruh.
- Organisasi Manajemen Risiko :
(1) Komite Pemantau Risiko  Pengawasan secara aktif atas pengelolaan risiko di bank  Komite pada
tingkat komisaris.
(2) Komite Manajemen Risiko  organisasi manajemen risiko tertinggi di suatu bank  Anggotanya
bersifat tetap dan tidak tetap sesuai kebutuhan Bank, terdiri mayoritas Direksi dan pejabat eksekutif terkait.
(3) Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR)  Organisasi disesuaikan dg ukuran dan kompleksitas
usaha Bank  Pemimpin SKMR dpt setingkat / tidak setingkat dengan posisi pimpinan satuan kerja
operasional  bertanggungjawab langsung kpd Direktur Utama atau Direktur bidang manajemen risiko 
SKMR harus independen terhadap satuan kerja operasional dan satuan kerja audit intern / SKAI.
- Prosedur dan penetapan limit Risiko  disesuaikan tingkat risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
strategi bank scr keseluruhan.
- Risk appetite  merupakan tingkat & jenis rsk yg diambil bank dlm rangka mencapai sasaran. Tingkat
risiko tercermin dalam strategi dan sasaran bisnis bank.
- Toleransi risiko  merupakan tingkat dan jenis risiko yg secara maksimum ditetapkan Bank 
merupakan penjabaran dari risk appetite.
- Limit risiko ditentukan sesuai  risk appetite, toleransi risiko, strategi Bank scr keseluruhan,
kemampuan modal menyerap risiko/kerugian, pengalaman kerugian masa lalu, kemampuan SDM dan
ketentuan eksternal yang berlaku.
- Jenis limit mencakup : Limit keseluruhan; Limit per jenis Risiko; dan Limit per aktivitas fungsional tertentu
yang memiliki eksposur Risiko.
3
BAB 1 : LATAR BELAKANG (LANJUTAN)

- Profil risiko  gambaran keseluruhan risiko yg melekat pd operasional bank. Laporan profil risiko
merupakan salah satu komponen penilaian kesehatan bank.
- Laporan profil risiko : memuat tingkat dan trend seluruh eksposur risiko yg relevan termasuk profil risiko
perusahaan anak.
- Peringkat risiko komposit profil risiko  menggabungkan hasil penilaian inherent risk dan kecukupan
risk control system.
- Pengukuran risk control system meliputi  (1) penilaian proses pengawasan aktif Komisaris dan
Direksi bank, (2) penilaian kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit, (3) penilaian kecukupan
proses identifikai, pengukuran, pemantauan dan sistem informasi manajemen risiko, (4) penilaian atas
sistem pengendalian intern yg komprehensif.
- Produk atau aktivitas baru yang diluncurkan  Perlu dilakukan kajian risiko yang memadai  Bank
wajib memiliki kebijakan dan prosedur secara tertulis.
- Prinsip Tata Kelola Perusahaan  Mengatur hubungan antara Dewan Komisaris, Dewan Direksi, seluruh
pihak yang memiliki kepentingan (stakeholders) dan pemegang saham perusahaan.
- Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan menerapkan prinsip-prinsip  keterbukaan, akuntabilitas,
pertanggung jawaban, independensi dan kewajaran.
- Tata Kelola Perusahaan membantu: (1) Menetapkan tujuan bank, (2) Menjalankan operasional bank
sehari-hari, (3) Memperhatikan kepentingan stakeholder, (4) Memastikan bank beroperasi secara aman
dan sehat, (5) Mematuhi hukum dan regulasi yang berlaku, (6) Melindungi kepentingan para penyimpan.
- Struktur Tata Kelola Perusahaan harus memastikan kecukupan checks and balances meliputi :
(1) Pengawasan aktif Dewan Komisaris & Dewan Direksi, (2) Pengawasan seseorang yg tidak terlibat dlm
operasional bisnis, (3) Pengawasan langsung thd area bisnis yg berbeda, (4) Fungsi manajemen risiko dan
fungsi audit yg independen, (5) Personal kunci dilakukan ‘fit and proper’ , (6) Laporan berkala.
- Dewan Komisaris  melaksanakan tugas secara independen & memastikan setiap usaha Bank pada
seluruh tingkatan telah memenuhi prinsip-prinsip tata kelola perusahaan.
- Dekom membentuk komite-komite :
(1) Komite Audit  Mengawasi audit internal & eksternal, memastikan manajemen secara tepat waktu
telah memperbaiki kelemahan pengendalian, ketidakpatuhan kebijakan, hukum & regulasi
4
BAB 1 : LATAR BELAKANG (LANJUTAN)

- (2) Komite Remunerasi  Mengawasi kompensasi senior management & personil kunci, memastikan
paket kompensasi konsisten dgn budaya bank, tujuan, strategi & lingkungan.
(3) Komite Pemantau Risiko  Memantau seluruh proses manajemen risiko : identifikasi, pengukuran,
pemantauan & pengendalian di Bank
- Dewan Direksi  Mengawasi manajemen lini. Keputusan Direksi bersifat strategik harus dibuat lebih dari
satu Direktur. Hal yg dihindari anggota Direksi : (1) Terlibat penuh dlm pengambilan keputusan pd lini
bisnis dan tidak memiliki keahlian dan pengetahuan yang memadai. (2) Enggan melakukan kontrol thd
pegawai kunci yg sukses.
- Fungsi Auditor internal dan eksternal  memastikan bahwa seluruh aktivitas bank sudah dijalankan
berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan
- Dua tujuan fundamental dari the Basel Committee sbb : (1) Memperkuat kerangka dasar & stabilitas
sistem perbankan internasional. (2) Menciptakan kerangka dasar yg konsisten & tidak memihak bagi bank-
bank yang aktif menjalankan operasional secara internasional  mengurangi kesenjangan daya saing.
- Pada tahun 1988  BCBS mengeluarkan konsep kerangka permodalan yang dikenal dengan the 1988
accord (Basel I). Sistem ini dibuat sbg penerapan pengukuran Risiko Kredit dengan mensyaratkan
minimum modal 8.
- Amendmen Basel I th 1996  menambahkan komponen modal bank yaitu Modal Pelengkap
Tambahan (Tier 3) yang digunakan untuk memperhitungkan Risiko Pasar. Perhitungan modal
Risiko Pasar menggunakan Metode Standar (Standard Method) atau Model Internal (Internal Model).
- Basel II (2004) sbg penyempurnaan Basel I  Basel I perhitungan modal risiko kredit dan risiko pasar 
Basel II ditambah perhitungan modal untuk risiko operasional. Basel II terdiri dari 3 Pilar
- Pilar 1  perhitungan modal untuk risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional dan risiko lainnya.
Perhitungan modal risiko pasar sama dg Basel I Market Risk Amendment.
- Pilar 2  proses review dr supervisor atas pengukuran modal untuk risiko kredit, pasar dan operasional 
juga membahas risiko yg tidak termasuk Pilar I seperti risiko suku bunga pada portofolio Banking Book,
risiko konsentrasi kredit, risiko likuiditas dan risiko lainnya  fokus pd kebutuhan modal diatas minimal
ketentuan, serta tindakan awal untuk mencegah modal bank tidak jatuh dibawah kebutuhan minimal.
- Pilar 3  ketentuan keterbukaan  meningkatkan transparansi portofolio asset bank dan profil risiko bank
5
BAB 1 : LATAR BELAKANG (LANJUTAN)

- Perbandingan Basel I dan Basel II sebagai berikut :


(1) Basel I : Fokus pd satu pengukuran risiko, Pendekatan sederhana & kurang sensitif thd risiko,
Menggunakan satu ukuran yg digunakan untuk berbagai jenis dan ukuran bank.
(2) Basel II : Fokus pd metodologi internal, Pendekatan lebih kompleks & sensitivitas yg lebih tinggi thd
risiko, Bersifat fleksibel sesuai dengan kebutuhan bank.
- Basel III fokus pada  modal inti (core capital), penyediaan buffer atau cadangan modal, dan regulasi
mengenai masalah likuiditas bank.

BAB 2 : RISIKO KREDIT

- Risiko Kredit : risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada
Bank.
- Risiko kredit bersumber dari berbagai aktivitas bank  aktivitas perkreditan, aktivitas treasuri dan
aktivitas investasi, pembiayaan perdagangan, yang tercatat pada banking book maupun trading book.
- Pengukuran risiko kredit komersial dan kredit konsumtif dilakukan dgn pendekatan berbeda 
Untuk kredit komersial secara individual menggunakan internal rating. Untuk kredit konsumtif,
menggunakan pendekatan portofolio.
- Pertimbangan utama penentuan struktur kredit adalah jenis aktiva yg dibiayai. Aktiva perusahaan dibagi
tiga jenis  (1) Aktiva tetap (tidak habis dipakai dlm 1 siklus produksi), (2) Aktiva lancar permanen
(dipelihara agar operasi bisnis berjalan lancar), (3) Aktiva lancar yang fluktuatif (kebutuhan tidak menentu,
selalu berfluktuasi sesuai permintaan).
- Pemberian pinjaman terbagi menjadi 3 rasional pokok  (1) Asset Conversion Lending : Membiayai
kebutuhan jangka pendek bersifat temporer. Seluruh pokok pinjaman dilunasi pada akhir periode,
(2)Assets Protection Lending : Membiayai permanent current assets. Tidak mengharapkan pokok
pinjaman lunas di akhir periode. Sumber pengembalian dari penurunan permanent current assets. (3)
Cashflow Lending : Pinjaman jangka panjang unt pembelian aktiva tetap atau investasi. Seluruh pokok
pinjaman dilunasi pada akhir periode pinjaman. Ada jadual pelunasan pokok pinjaman.

6
BAB 2 : RISIKO KREDIT (LANJUTAN)

- Jenis kredit berdasarkan kegunaan  Kredit Investasi (unt investasi) dan Kredit Modal Kerja (unt modal
kerja operasional)
- Jenis kredit berdasarkan tujuan kredit  Kredit produktif (unt meningkatkan produksi) dan Kredit
konsumtif (unt konsumsi pribadi)
- Jenis kredit berdasarkan jangka waktu  Kredit jk pendek maks 1 th (KMK), Kredit jk menengah 1–3 th
(Krd Mobil, KPR), dan Kredit jk panjang > 3 th (Kredit Investasi Perkebunan Sawit, Pabrik Baja).
- Jenis kredit berdasarkan ketersediaan dana  Cash (langsung dicairkan : KMK, KI, Krd Konsumtif),
dan Non cash (tidak langsung ditarik: bank garansi, L/C)
- Jenis kredit berdasarkan valuta : Rupiah dan Valuta Asing
- Hal-hal yang diperhatikan dalam analisa kredit antara lain : Proaktif , Mencakup seluruh aktivitas
fungsional, Menganalisis informasi risiko dari seluruh sumber informasi, dan Menganalisis probabilitas
timbulnya risiko.
- Hal yg perlu diperhatikan dlm menetapakan Kebijakan Perkreditan  (1) Asas Likuiditas  menjaga
tingkat likuiditas unt memenuhi permintaan penarikan kredit, (2) Asas Solvabilitas  menempatkan dana
sesuai kemampuan pengumpulan DPK, (3) Asas Rentabilitas  laba optimal sesuai risiko yg diambil.
- Proses perkreditan dibagi 3 Bagian : (1) Front-end  unit yg mencari nasabah, analisis kredit,
menyetujui atau menolak kredit, (2) Middle-end  merupakan unit manajmen risiko (SKMR), menyediakan
kebijakan, prosedur, kewenangan memutus kredit, alat analisis rating & scoring dan early warning signal.
(3) Back-end  unit yang menangani kredit bermasalah, penagihan, penyelamatan (restrukturisasi).
- Credit Risk Rating  adalah alat untuk mengukur kualitas debitur berdasarkan risiko kredit.  Sistem
pemeringkat berdasarkan pada analisis kuantitatif (data keuangan dan kualitatif (kualitas manajemen).
- Internal rating Based (IRB) model pada Basel II,  minimal 8 peringkat risiko, (tujuh peringkat debitur
non default dan satu peringkat untuk debitur default).
- Analisis kredit  proses rating untuk menentukan kualitas kredit dan keputusan kredit (Kredit
Konsukmer, Kartu Kredit, Kredit Mikro). Untuk Kredit Komersial diperlukan analisa kredit untuk
menentukan limit kredit antara lain : melihat proyeksi arus kas, kemampuan membayar  menggunakan
Analisa Kredit 5C.
7
BAB 2 : RISIKO KREDIT (LANJUTAN)

- Pendekatan 5Cs  (1) Character (menilai watak calon debitur), (2) Capacity (menilai kemampuan
debitur), (3) Capital (melihat aspek permodalan), (4) Condition (melihat kondisi ekonomi, sosial, dan
politik) dan (5) Collateral (menilai jaminan baik fisik maupun non fisik).
- Faktor yang dipertimbangkan dalam persetujuan kredit  (1) Tujuan kredit dan sumber pembayaran,
(2) Profil risiko debitur terkini, (3) Kemampuan bisnis debitur, Kondisi sektor usaha debitur dan posisi
debitur dalam industri, (4) Analisis pemasaran hasil produksi, (5) Analisis keuangan, (6) Aspek legal dan
agunan.
- Rasio Likuiditas  menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.
(Current Ratio : AL/KL, Cash Ratio : (Kas+SB)/KL dan Quick Ratio : (AL-P)/KL ).
- Rasio Leverage  menunjukkan sejauh mana penggunaan utang sebagai sumber modal (Debt to Equity
Ratio : TK/M).
- Rasio aktivitas  menunjukkan kemampuan manajemen mengelola sumber-sumber yang dimilikinya.
(perputaran persediaan : Psd/HP, perputaran piutang : PD/P, total asset turn over : PjB/TA, dan modal
kerja: CA-CL).
- Rasio Profitabilitas  menunjukkan kemampuan perusahaan mencetak laba. (gross profit margin :LK/S,
operating profit margin :OP/S, net profit margin : NP/S dan return on asset : NPAT/TA).
- Analisis Vertikal  common size analysis (membandingkan pos satu dg pos lainnya dg persentase)
- Analisis Horizontal  membandingkan pos-pos laporan keuangan untuk dua periode atau lebih.
- Interpretasi Analisis Kinerja Keuangan Historis  menyimpulkan kondisi keuangan calon debitur, dan
menilai calon debitur mengatasi berbagai rasio keuangan yang kurang baik. Menggunakan analisis DuPont
 melihat perkembangan rasio ROE (return on equity) selama dua periode, dan melihat permasalahan yg
dihadapi calon debitur, dan menilai strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
- Kebutuhan Investasi  analisis kebutuhan tanah, bangunan, mesin produksi, peralatan penunjang,
kendaraan dan biaya pra-operasional agar perusahaan dapat melakukan produksi sesuai rencana.
- Kebutuhan Modal Kerja  membiayai persediaan bahan baku, bahan pembantu, piutang pd pelanggan,
atau pengeluaran yang habis dlm satu siklus usaha.  pada dasarnya perhitungan butuhan dana suatu
bisnis untuk mengidentifikasi financial gap (selisih antara kebutuhan aktiva dng sumber pembiayaan).
8
BAB 2 : RISIKO KREDIT (LANJUTAN)

- Analisa Pemasaran  menyimpulkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh pangsa pasar, volume
penjualan dan harga jual, dg mempertimbangkan struktur industri dan kondisi persaingan.
- Analisa Porter  melihat kondisi barrier to entry, adanya produk pengganti, posisi tawar pembeli produk
perusahaan, serta peta persaingan pada industri.
- Usaha debitur dr sisi barrier to entry baik  apabila pesaing tidak mudah masuk pd industri yg sama.
Usaha debitur akan semakin baik  apabila tdk ada atau sulit mencari prduk pengganti. Usaha debitur
akan semakin aman  apabila bahan baku yg diperlukan smakin banyak yg menyediakan, persaingan
industri yg dipilih tidak terlalu ketat, pesaing tidak terlalu banyak.
- Analisis Teknis Produksi  menyimpulkan kemampuan perusahaan untuk melakukan produksi, biaya
produksi (biaya langsung dan tidak langsung) dg mempertimbangkan bahan baku, bahan pembantu, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya umum  sebagai dasar menetapkan asumsi pd analisis keuangan.
- Sumber informasi Keuangan untuk analisis keuangan  Hasil analisa kebutuhan investasi dan modal
kerja, analisa pemasaran dan analisa aspek teknis.
- Menilai kelayakan suatu proyek investasi menggunakan beberapa metode  Metode nilai tunai bersih
atau NPV  Proyek layak bila NPV positif dan Metode Internal Rate of Return (tingkat pengembalian
internal)  Proyek layak bila IRR lebih besar dari diskonto tertentu (hurdle rate).
- Aspek Hukum  menilai legalitas badan usaha serta izin-izin yang dimiliki perusahaan.
- Pengikatan Jaminan tergantung dari jenis agunan : Hak Tanggungan  tanah atau berikut benda-
benda yg menjadi satu kesatuan dg tanah, Hipotik  benda-benda tidak bergerak, Gadai  benda
bergerak, Fidusia : benda bergerak selain gadai, Cessie  piutang.
- Amdal  analisis thd lingkungan darat, air, dan udara serta kesehatan manusia apabila proyek dijalankan.
- Customer Profitability Analysis  analisis komprehensif hub nasabah dg bank, meliputi transaksi kredit,
dana dan fee based  dasar pengukuran profitability dari nasabah, menentukan pricing , analisis
menghadapi persaingan pasar serta analisis pengembangan produk dan jasa perbankan.
- Perjanjian Kredit harus memperhatikan  tujuan penggunaan dana kredit, penentuan pembayaran
bunga pinjaman, dan pengikatan agunan sesuai ketentuan hukum yang berlaku.

9
BAB 2 : RISIKO KREDIT (LANJUTAN)

- Suku bunga kredit  menggunakan risk based pricing (RBP) terdiri unsur  biaya dana masyarakat,
biaya premi risiko, biaya regulasi (GWM), biaya overhead bank untuk penghimpunan dana dan proses
kredit serta biaya modal dan margin keuntungan bank.
- Dua jenis suku bunga kredit  fixed rate dan floating rate.
- Pinjaman dengan suku bunga tetap mengandung risiko suku bunga  bunga pasar naik  biaya
bunga bank naik sedangkan pendapatan bunga kredit tetap, sehingga pendapatan bunga bersih turun.
- Pinjaman dng floating rate secara efektif mengalihkan risiko suku bunga dari bank kepada debitur.
- Penyebab kegagalan dalam pemberian kredit  (1)Self Dealing (untuk kepentingan diri sendiri),
(2)Anxiety for Income (haus akan laba namun kurang mengupayakan sumber pengembalian), (3)
Kompromi thd prinsip pemberian kredit yg sehat, (4) Tidak tersedia kebijakan & prosedur perkreditan, (5)
Informasi kredit tidak lengkap, (6)Lambat dlm melikuidasi perjanjian, (7) Pengawasan kredit tdk konsisten,
(8)Kurang memiliki kemampuan teknis, (9)Tidak mampu menyeleksi risiko, (10) Pemberian kredit
melampaui batas dan Tekanan persaingan usaha.
- Penanganan Kredit Bermasalah : (1)Rescheduling  memperpanjang jangka waktu kredit atau
angsuran, (2)Reconditioning  mengubah beberapa persyaratan : kapitalisasi bunga dijadikan hutang
pokok, penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu, penurunan suku bunga atau pembebasan
bunga, (3)Restructuring  menambah modal nasabah dg pertimbangan usaha yang dibiayai masih layak,
(4) Kombinasi  kombinasi rescheduling, reconditioning, restructuring. (5) Penyitaan jaminan  jalan
terakhir bila nasabah tidak mempunyai itikad baik atau sudah tidak mampu lagi
- Perhitungan Kecukupan Modal Risiko Kredit – Basel II  Standardized Approach, Foundation Internal
Rating Based Approach dan Advanced Internal Rating Based Approach.
- Standardized Approach  Penetapan bobot risiko berdasarkan peringkat dari Lembaga Pemeringkat,
Dimaksud tagihan termasuk pendapatan bunga (diterima sampai dg 90 hr), Tagihan dikenakan bobot risiko
setelah dikurangi cadangan khusus yg telah dibentuk, Untuk menentukan ATMR, asset bank
dikelompokkan dlm kategori asset yg diberi bobot risiko sesuai dengan tingkat risikonya.
- Kriteria Lembaga Rating Eksternal  Kredibilitas, Objektivitas, Sumber daya yg mencukupi,
Transparansi, Independen (ingat : KOSTI)
10
BAB 2 : RISIKO KREDIT (LANJUTAN)

- Nilai agunan unt mengurangi eksposur risiko dlm perhitungan modal : (1) Kas, (2) Emas, (3) Surat
hutang yg diperingkat oleh lembaga pemeringkat eksternal yg diakui dg peringkat tertentu, (4) Surat hutang
yg tidak diperingkat oleh lembaga pemeringkat eksternal yg diakui namun memenuhi syarat tertentu,
(5)Ekuitas (termasuk obligasi konversi), (6) Investasi kolektif pd efek yg dpt ditransfer dan reksadana yg
memenuhi persyaratan tertentu.
- Khusus debitur non-lancar  mitigasi risiko kredit dpt memperhitungkan agunan aktiva tetap seperti
tanah dan bangunan
- Bank yg menggunakan pendekatan IRB  harus memenuhi persyaratan minimum, dan mendapatkan
persetujuan dari Bank Indonesia. Komponen IRB  PD, LGD, EAD dan M.
- Probability of Default (PD),  besarnya kemungkinan / probabilitas debitur mengalami wanprestasi atau
tidak mampu mengembalikan kewajibannya baik pokok maupun bunga pinjaman. PD merupakan estimasi
ke depan dgn time horizon 1 th.
- Loss Given Default (LGD)  estimasi potensi kerugian bank jika terjadi wanprestasi. Besar LGD
(1 – recovery rate).
- Exposure at Default (EAD)  estimasi besarnya eksposur kredit pada saat terjadi wanprestasi.
- Effective Maturity (M),  sisa jangka waktu kredit. Komponen ini diterapkan hanya untuk tagihan kpd
pemerintah, korporasi dan bank.
- IRB Approach terdiri  Foundation IRB dan Advance IRB
- Perbedaan F-IRB dan A-IRB : F-IRB  PD (ditetapkan Internal), LGD dan EAD (ditetapkan Supervisor),
Data (5 th). A-IRB  PD, LGD dan EAD (ditetapkan Internal), Data (7 th).

BAB 3 : RISIKO PASAR


- Risiko pasar umum ada 4 jenis risiko pasar  (1) Risiko Suku Bunga, (2) Risiko Nilai Tukar, (3). Risiko
Ekuitas atau Saham, (4) Risiko komoditas
- Pengelolaan risiko pasar, portofolio bank dikelompokan  portofolio trading book dan banking book.
- Tarding Book berasal dari kegiatan  perantara (brokering), pembentukan pasar (market making),
transaksi lindung nilai portofolio trading book.
- Posisi banking book  portofolio diluar trading book  posisi kredit dan dana pihak ketiga.
11
BAB 3 : RISIKO PASAR (LANJUTAN)

- Posisi Trading  dilakukan marked to market (MTM) setiap hari  laba atau rugi yg timbul dibukukan pd
rugi laba tahun berjalan.
- Valuasi nilai pasar menggunakan  data harga pasar yg realible dan waktu yg konsiten. Apabila harga
pasar tidak tersedia menggunakan mark to model
- Portofolio trading account merupakan portofolio treasury sbg unit front office. Unit kerja yang
menetapkan metode perhitungan nilai pasar (marked to market) yaitu unit manajemen risiko sbg middle
office. Sedangkan unit kerja yg melaksanakan perhitungan marked to market harian yaitu bagian
administrasi sbg back office.
- Posisi yg diperhitungkan dlm pengukuran modal risiko pasar mencakup portfolio:
(1) Instrumen terekspos suku bunga mencakup portfolio Trading Book,
(2) Instrumen terekspos nilai tukar portfolio Trading Book dan Banking Book
- Pengukuran risiko dimulai  menilai harga pasar dari posisi, volatilitas faktor pasar (bunga dan nilai tukar),
dan menghitung VaR  memperkirakan dampak terhadap modal
- Umumnya kategori posisi trading book terdiri  posisi cash instrument dan posisi derivatif instrument.
- Posisi Cash Instrument  surat berharga jangka pendek dan jangka panjang. SB Jk. Pdek  SBI,
FASBI, Repo, Reverse Repo, FTO, SBN sisa jk wkt sd 1 th dan SPN. SB Jk. Pjang  Wesel, Obligasi.
- FTO terdiri : FTE  penambahan likuiditas perbankan dan FTK  penyerapan likuiditas perbankan
- Jenis Surat Berharga : Surat Berharga Pemerintah dan Surat Berharga Korporasi
- Posisi Derivatif  suatu kontrak pembayaran yang tergantung dari nilai instrumen yang mendasari seperti
suku bunga, nilai tukar, commodity, equity dan indeks.
- Derivatif terkait Nilai Tukar  Currency Forward, Currency Swap, Currency Option
- Derivatif terkait Suku Bunga  Forward Rate Agreement, Interest Rate Swap, Interest Rate Option.
- Komponen Risiko Pasar Trading Book  Risiko Spesifik dan Risiko Umum
- Risiko Spesifik  risiko perubahan nilai pasar sekuritas akibat faktor risiko kredit penerbit sekuritas.
- Risiko Pasar Umum  risiko terjadinya potensi kerugian akibat perubahan variabel pasar (suku bunga)
- Volatilitas  satu faktor yg mempengaruhi nilai Assets  menimbulkan potensi kerugian akibat rsk pasar.
- Value at Risk  perkiraan besarnya kerugian portofolio bank akibat perubahan faktor pasar pada periode
waktu tertentu dan dengan tingkat confidence level atau probability tertentu.
12
BAB 3 : RISIKO PASAR (LANJUTAN)

- Kendala dalam mengukur risiko pasar  tidak ada satu ukuran yang seragam untuk per instrumen
- Stress Testing  Untuk menangkap potensi risiko yang tidak dapat diberikan oleh VaR.
- Tujuan stress testing  Mengidentifikasi kejadian ekstrim yg berdampak besar thd portofolio TB,
Mengevaluasi kemampuan bank unt menutup kerugian besar, dan Mengidentifikasi langkah-langkah yg
harus dilakukan.
- Skenario Stress Testing  (1) Skenario Hipotetis (Krisis harga minyak, Krisis politik dan Perubahan
kondisi ekonomi), (2) Skenario Historis (Jatuhnya pasar saham tahun 1987, Jatuhnya pasar obligasi 1994
dan Krisis Keuangan di Asia 1997), (3) Regulatory Stress Testing (sensitivity test sesuai skenario BI).
- Pengendalian Risiko Pasar  sistem limit  prinsipnya limit tidak boleh dilanggar  bila dilanggar
segera menyusun action plan  bila sering dilanggar  perlu review sesuai perkembangan bisnis dan
pasar.
- Jenis dan Ukuran Limit  ditetapkan sesuai kompleksitas transaksi, volume transaksi, jenis dan tingkat
risiko yang dihadapi  Limit VaR, Limit Net Open Position (NOP), Cut Loss Limit, Limit Transaksi, Limit
Periode Kepemilikan, Tenor Limit, Stress Test Limit.
- Perhitungan modal risiko pasar  metode standar model atau internal model
- Standard Model  perhitungan modal dibuat secara standar dan ditetapkan oleh Bank Indonesia.
- Perhitungan Modal Risiko Suku Bunga  (1) Risiko Spesifik (tanpa memperhatikan posisi long atau
short) (2) Risiko Umum (posisi long atau short instrumen keuangan yang berbeda dapat saling hapus).
- Modal Pelengkap Tambahan (tier 3)  untuk menutup Risiko Pasar
- Penyertaan sbg Pengurang Modal  Penyertaan kpd Perush Anak yang tdk wajib dikonsolidasikan.
- Internal model  model yg dikembangkan utk mengukur risiko pasar  menggunakan Value at Risk
(VaR)
- Model internal dlm perhitungan KPMM  harus memenuhi persyaratan umum, persyaratan kualitatif
dan persyaratan kuantitatif yg ditetapkan BI  wajib memperoleh persetujuan dari Bank.
- Banking Book memiliki eksposur risiko  risiko suku bunga, risiko nilai tukar, risiko likuiditas, risiko
kredit dan risiko operasional.
- Identifikasi risiko pasar Banking Book  melalui Struktur Neraca dan Laba / Rugi bank
- Risiko suku bunga  dampaknya penurunan pendapatan (NII) dan nilai ekonomi modal suatu bank 
13
terjadi akibat perbedaan Maturity atau repricing date antara posisi RSA dan RSL (On B/S maupun Off B/S).
BAB 3 : RISIKO PASAR (LANJUTAN)

- Salah satu pendekatan mengukur risiko suku bunga  repricing gap  untuk menghitung dampak
pendapatan bunga bersih terhadap perubahan suku bunga dimasa depan.
- RSA  asset produktif dng nilai dipengaruhi perubahan suku bunga  Contoh Kredit komersial dengan
suku bunga mengambang (floating rate)
- RSL  kewajiban yg dipengaruhi perubahan suku bunga  Contoh Bunga Giro berubah setiap saat.
- Pengukuran risiko suku bunga Banking Book  dgn metode Analisis Gap (GAP = RSA – RSL) 
GAP * ∆ suku bunga = ∆ NII
- Gap Positif  RSA > RSL (aset lebih cepat dilreprice dibandingkan dgn liabilities).
- Gap Negatif  RSA < RSL (aset lebih lambat direprice dibandingkan dgn liabilities.
- Langkah Pengendalian Risiko Suku Bunga  (1). Menentukan ekspektasi perubahan suku bunga,
(2).Menganalisis gap, (3) Menentukan keselarasan gap dgn estimasi perubahan bunga.
- Strategi yg diambil  Strategi funding & asset dan Strategi off B/S atau derivative
- Pengendalian Risiko Suku Bunga dari Sisi Asset: Suku Bunga Naik  meningkatkan eksposur RSA,
mengurangi instrumen asset fixed rate, ekspansi instrumen asset floating rate. Suku Bunga Turun 
mengurangi eksposur RSA, ekspansi instrumen asset fixed rate, mengurangi instrumen asset floating rate.
- Pengendalian Risiko Suku Bunga dari Sisi Liabilities: Suku Bunga Naik  mengurangi eksposur RSL,
mengurangi instrumen dana floating rate, menambah instrumen dana fixed rate. Suku Bunga Turun 
meningkatkan eksposur RSL, mengurangi instrumen dana fixed rate, menambah instrm. dana floating rate
- Hedging  transaksi yang bertujuan untuk mengurangi risiko, dgn melakukan transaksi lain yg
berlawanan untuk meng-offset risiko  menggunakan instrumen forwards, futures, options, dan swaps

BAB 3 : RISIKO LIKUIDITAS


- Metode pengukuran Risiko Likuiditas  (1) Pengukuran berdasarkan Nominal Stock Based,
(2).Pengukuran berdasarkan arus kas Flow Based.
- Metode stock based  mengukur menggunakan rasio keuangan sebagai indikator risiko likuiditas. 
LDR (semakin tinggi semakin tidak sehat), Ketergantungan pada dana antar bank (semakin tinggi semakin
tidak sehat krn rentan terkena risiko likuiditas  sewaktu-waktu dana ditarik oleh bank)
14
BAB 3 : RISIKO LIKUIDITAS

- Metode pengukuran Flow Based  Liquidity Gap Analysis  Sumber data liquidity gap diperoleh dari
neraca, data proyeksi likuiditas dari Unit Bisnis berikut perkiraan pendapatan dan biaya bunga.
- Gap Positif  Aset lebih besar dari Kewajiban pd periode Maturity. Gap Negatif  Kewajiban lebih besar
dari Aset pada periode Maturity.
- Gap Negatif  keadaan yang menimbulkan risiko bagi bank dan membutuhkan pengelolaan lebih lanjut.
- Pengendalian Risiko Likuiditas  (1) Melakukan long-term funding kmd membeli asset likuid,
(2)Mendapatkan contingent standby credit lines dari bank, (3) Membatasi jml penempatan pd asset jangka
panjang, (4) Mengurangi jml liabilities yg jangka pendek dg meningkatkan simpanan jk panjang.

BAB 4 : RISIKO OPERASIONAL


- Bank memberikan perhatian risiko operasional sama penting dg risiko lainnya, karena  (1)
peningkatan kesadaran kepala ukur atas berbagai isu risiko operasional, (2) bank sdh mengembangkan
teknik mitigasi rsk operasional, (3) kemampuan bank dalam mitigasi profil risiko sbg upaya peningkatan
daya saing.
- Risiko Operasional menyebabkan kerugian bank yg berasal dari faktor  kepgagalan proses internal,
faktor manusia, kegagalan sistem, dan kejadian eksternal.
- Faktor Proses Internal  Kesalahan pembuatan model atau metodologi, Tahapan proses yg tdk jelas,
Ketidakpatuhan thd ketentuan internal & eksternal, Kesalahan dlm produk, proses dokumentasi yg buruk.
- Faktor Manusia  Pelatihan & manajemen yg tidak memadai, Kesalahan manusia, Pemisahan tugas yg
tidak memadai, Ketergantungan thd orang-orang tertentu, Integritas yg rendah.
- Faktor Sistem dan Teknologi  Permasalahan umum teknologi, Permasalahan hardware, Permasalahan
pengamanan, Permasalahan software, Permasalahan sistem, dan Permasalahan telekomunikasi.
- Permasalahan umum teknologi  Kesalahan operasional terkait teknologi, Penggunaan teknologi orang
tidak berwenang dan penyalahgunaan teknologi.
- Permasalahan hardware  Kegagalan perlengkapan dan Ketidakcukupan hardware yg diperlukan.
- Permasalahan pengamanan  Pembobolan (hacking), dan Kegagalan firewall.
- Permasalahan software  Virus komputer dan Bugs dalam programming.
15
BAB 4 : RISIKO OPERASIONAL (LANJUTAN)

- Permasalahan sistem  Kegagalan sistem dan Pemeliharaan sistem.


- Permasalahan telekomunikasi  Penggunaan telepon, Faksimili dan Email.
- Faktor Eksternal  Perubahan perundang-undangan yg tdk terduga, Adanya ancaman fisik: Perampokan
Bank, Serangan Teroris, dan Bencana Alam.
- Untuk meminimalisasi dampak kerugian Faktor Eksternal  menerapkan Manajemen Kelangsungan
Usaha (Business Continuity Management).
- Faktor-faktor pemicu utama risiko operasional  (1) Volume bisnis dan operasional, (2) Kecepatan
proses bisnis dan operasional, (3) Produk-produk dan/atau aktivitas baru, (4) Kecanggihan produk,
(5)Teknologi baru, (6) Pasar baru yang dikembangkan, (7) Kompleksitas dan ketergantungan thd teknologi,
(8) Globalisasi, (9) E-commerce, (10) Ketentuan atau Undang-Undang baru, (11) Tekanan dari pemegang
saham, (12) Tekanan regulasi.
- Berdasarkan kemungkinan dan dampak yang terjadi, risiko operasional dikelompokan  high
frequency-low impact, low frequency-high impact dan catastrophic loss.
- Prinsip dasar pelaksanaan manajemen risiko operasional (Basel II) meliputi  (1) Pelaksanaan
proses manajemen risiko, (2) Penetapan strategi yang jelas dan terdokumentasi, (3) Pengawasan aktif
Direksi dan Komisaris, (4) Budaya risiko operasional, (5) Penerapan sistem pengendalian internal,
(6)Sistem pelaporan, (7) Perencanaan kontinjensi.
- Hasil Identifikasi Risiko Operasional untuk  (1) Memperbaiki kualitas alur kerja, (2) Mengurangi
kerugian kegagalan proses, (3) Mengubah budaya kerja, (4) Menyediakan sistem peringatan dini .
- Hal Utama dlm Identifikasi Risiko Operasional  (1) Ada kejadian, (2) Ada penyebab, (3) Terdapat
kerugian, (4) Dapat diprediksi.
- Pengukuran Risiko Operasional  Berdasarkan dua faktor : risiko yang melekat pada suatu aktivitas
(inherent risk) dan sistem pengendalian risiko (risk control system).
- Penilaian risiko inheren didasari  frekuensi dan dampak dari kejadian  Low Frequency / Low
Impacts, High Frequency / High Impacts, Low Frequency / High Impacts, High Frequency / Low Impacts.

16
BAB 4 : RISIKO OPERASIONAL (LANJUTAN)

- Pengendalian risiko operasional  Risk Acceptance (Potensi risiko yg hrs diambil utk memanfaatkan
kesempatan bisnis), Risk Avoidance (mengurangi aktivitas/menghentikan bisnis), Risk Transfer
(mentransfer risiko kpd pihak lain) dan Risk Mitigation (memperkecil kerugian yg dipicu pihak ekternal
atau internal).
- Perangkat utk mengelola risiko operasional  RCSA (Risk and Control Self Assessment), KRI (Key
Risk Indicator) dan LED (Loss Even Database).
- RCSA  Alat untuk mengidentifikasi dan mengukur risiko operasional yang bersifat kualitatif dan prediktif
dengan menggunakan dimensi dampak dan kemungkinan kejadian.  Penilaian risiko mempergunakan
daftar pertanyaan evaluasi risiko, yg mencakup kemungkinan kejadian, dampak & tingkat efektivitas
kontrol.
- KRI  Perangkat untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko sejak dini atas naik-turunnya indikator-
indikator tingkat risiko  Manfaat KRI dapat mengidentifikasi perubahan profil risiko operasional dan
memberikan masukan kpd Audit Intern dalam menyusun perencanaan audit.
- LED  Perangkat untuk mencatat/mengelola data kejadian yang telah terjadi  Berguna utk penyusunan
model pengukuran kerugian risiko operasional dan alat validasi penilaian risiko atau prediksi risiko
(RCSA).
- Perhitungan modal untuk risiko operasional  BIA (Basic indicator approach), SA (Standardized
Approach) dan AMA (Advanced Measurement Approach).
- BIA (PID)  Pendekatan yg paling sederhana dan tidak sensitif thd risiko sehingga menghasilkan beban
modal yang cenderung besar  cocok digunakan utk bank yg kecil dgn aktivitas bisnis yg sederhana 
beban modal risiko operasional : rata-rata penjumlahan pendapatan bruto tahunan yang nilainya
positif pada 3 (tiga) tahun terakhir, dikalikan faktor alpha 15%.
- SA (PSA)  Pendekatan SA memberikan hasil yang lebih detail dari pada PID  Gross Income dibagi
sesuai 8 (delapan) lini bisnis  Kebutuhan modal dihitung berdasarkan suatu persentase tetap dari Gross
Income setiap lini bisnis. Persentase setiap lini bisnis sebagai faktor Beta (β).
- AMA  Untuk menghitung modal menggunakan AMA tergantung pada standar-standar kualitatif dan
kuantitatif yang ditetapkan oleh regulator  AMA merupakan pendekatan yang lebih kompleks
dibandingkan dua pendekatan sebelumnya dan lebih mencerminkan kondisi risiko yang sebenarnya. 17
BAB 5 : RISIKO OPERASIONAL (LANJUTAN)

- Gross income  Pendapatan Bunga Bersih ditambah Pendapatan Non Bunga Bersih  GI dihitung
secara kumulatif dari periode Januari s.d Desember setiap tahun selama tiga tahun terakhir.
- Pendapatan Bunga Bersih  Pendapatan Bunga dikurangi dengan Beban Bunga. Pendapatan Non
Bunga Bersih  Pendapatan non Bunga dikurangi dengan Beban non Bunga.
- Bank yang memiliki Unit Usaha Syariah  Perhitungan pendapatan bruto memperhitungkan
pendapatan bruto dari Unit Usaha Syariah setelah dikonversi sesuai karakteristik usaha Bank dan prinsip
syariah.
- Apabila berdasarkan hasil audit oleh Kantor Akuntan Publik terdapat koreksi atas besarnya
pendapatan bruto  harus dilakukan koreksi atas perhitungan ATMR Risiko Operasional pada bulan
berikutnya.
- Bank yang baru berdiri atau Bank hasil merger atau konsolidasi  tidak diwajibkan untuk menghitung
ATMR untuk Risiko Operasional sampai dengan akhir bulan Desember tahun pendiriannya atau tahun
Bank dimaksud melakukan merger atau konsolidasi  Untuk tahun berikutnya, wajib menghitung beban
modal Risiko Operasional dgn menggunakan pendapatan bruto selama tahun awal pendirian yang
disetahunkan.
- Kelebihan metode PID  (1) Mudah diimplementasikan, (2) Tidak membutuhkan waktu dan sumber daya
yang besar, (3) Cocok bagi Bank yang sedang dalam tahap awal melakukan implementasi Basel II, (4)
Cocok bagi Bank dengan ukuran kecil dan menengah.
- Kekurangan metode PID  (1) Tidak memberikan perhatian khusus thd eksposur dan pengendalian
risiko operasional, struktur aktivitas bisnis, peringkat kredit, dan indikator lainnya, (2) Tidak sensitif
terhadap risiko, (3) Hasil perhitungan modalnya sering over estimate dari kondisi sesungguhnya, (4) Tidak
cocok untuk Bank besar dan Bank yang aktif secara internasional.
- ATMR Risiko Operasional  12,5 x beban modal risiko opearsional
- Contoh : Pendapt Bunga Operasional : 750 (2010), 3.000 (2009), 2.250 (2008), 1.750 (2007), 2.500
(2006)  ATMR Rsk Oprs th 2011 = 12,5 x (15% x ((750+3.000+2.250)/3)) = 3.750
- Contoh : Pendapt Bunga Operasional : 800 (2011), 1.200 (2010), -750 (2009), -1.750 (2008), 3.000
(2007)  ATMR Rsk Oprs th 2012 = 12,5 x (15% x ((800+1.200)/2)) = 1.875
- Contoh : Pendapt Bunga Operasional : 800 (2011), 1.200 (2010), -750 (2009), -1.750 (2008), 3.000 18
(2007)  ATMR Rsk Oprs th 2011 = 12,5 x (15% x (1.200/2)) = 2.250
BAB 5 : ENTERPRISE RISK MANAGEMENT (ERM)

- Tujuan manajemen perusahaan  menciptakan nilai tambah dan meningkatkan kekayaan bagi
pemegang saham.
- Ukuran kinerja operasional bank yg banyak digunakan  perolehan laba bersih, pertumbuhan asset,
ROA, ROE. Pengukuran tsb belum mempertimbangkan risiko yg dihadapi atas produk dan transaksi bank.
- Untuk menciptakan nilai tambah bagi bank diperlukan  (1) meningkatkan inovasi produk dan jasa,
(2)kelompok pemasaran yg agresif, (3) tersedianya kebijakan dan prosedur yang lengkap dan benar,
(4)sistem manajemen SDM yg handal dan bersaing.
- Strategi operasional bank dilihat dari u[aya mencapai keseimbangan  (1) pertumbuhan bisnis dan
pencapaian market share, (2) meningkatkan efisiensi operasional perbankan, (3) implementasi risk
management yang berorientasi bisnis.
- Agar risiko dapat dikendalikan perlu informasi profil risiko bank
- Profil risiko bank  gambaran mengenai risiko utama yang ada dalam aktivitas bank  merupakan
ringkasan yang memberikan gambaran bagi manajemen atas risiko apa yang perlu mendapat perhatian.
- Penilaian kesehatan bank terdiri  (1) profil risiko, (2) pelaksanaan GCG, (3) kualitas earning,
(4)penilaian permodalan.
- Profil risiko terdiri  risiko inheren atau risiko yang melekat pada aktivitas bank, dan penilaian
kualitas kontrol, serta rencana perbaikan kualitas kontrol.
- Value Based Management (VBM)  metriks untuk mengukur kinerja bank sesuai risiko yang diambil.
- Metriks yang digunakan  RORAC (Return on Risk Adjusted Capital) dan EVA (Economic Value added)
 Kedua metriks tersebut memerlukan nilai risk capital  regulatory capital ataupun economic capital.
- Nilai RORAC atau EVA  (1) menunjukkan unit bisnis yg paling memberikan nilai tambah bagi bank,
(2).mengidentifikasi produk atau jasa mana yang memberikan nilai tambah bagi bank, (3). Dapat merinci,
daerah mana yang sebenarnya memberikan nilai tambah paling besar bagi bank  sehingga bank dapat
mengarahkan strategi untuk mempercepat pertumbuhan bisnis atau produk yang paling memberikan nilai
tambah bagi bank.
- Dengan demikian manajemen risiko berperan sangat penting  mengarahkan bank melaksanakan
strategi yang terarah untuk menciptakan nilai bagi pemegang saham.
19
SELAMAT BELAJAR
SEMOGA SUKSES

20

Anda mungkin juga menyukai