Anda di halaman 1dari 19

TUGAS RESUME

PERTEMUAN 4, 5 dan 6

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pasar Modal dan Manajemen Risiko MB yang diampu
oleh Bapak Rediyanto Putra, S,E., M.S.A

Oleh :

Fifi Arida Yahya 18080694057 S1 Akuntansi 2018

PRODI S1 AKUNTANSI

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI BISNIS

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2021
RESUME PERTEMUAN 4

Topik : Manajemen Risiko

A. Pengertian Risiko Pasar


Risiko pasar merupakan risiko pada laporan posisi keuangan dan rekening administratif akibat
perubahan harga pasar, antara lain risiko berupa perubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar,
termasuk risiko perubahan harga opsi.
- Terdapat 2 jenis risiko pasar, yaitu sebagai berikut :
1. Risiko spesifik, risiko yang timbul akibat pergerakan atas surat berharga individual yang
disebabkan oleh faktor-faktor yang terkait dengan surat berharga atau penerbitnya.
2. Risiko pasar umum, risiko yang timbul akibat pergerakan harga pasar yang berpengaruh
terhadap beberapa instrumen keuangan.
- Risiko pasar secara umum dibagi menjadi 4 :
1. Risiko suku bunga, risiko akibat perubahan harga instrumen keuangan dari posisi trading
book atau akibat perubahan nilai ekonomis dari posisi banking book akibat perubahan suku
bunga.
2. Risiko posisi ekuitas, risiko akibat perubahan instrumen keuangan dari posisi trading book
yang disebabkan perubahan harga saham.
3. Risiko nilai tukar, risiko akibat perubahan nilai posisi trading book dan banking book akibat
perubahan nilai tukar valuta asing atau perubahan harga emas.
4. Risiko pasar komoditas, risiko akibat perubahan harga instrumen keuangan dari posisi
trading book dan banking book yang disebabkan oleh perubahan harga komoditas.
B. Tujuan Risiko Pasar
Manajemen risiko pasar bertujuan untuk meminimalkan kemungkinan negatif akibat perubahan
kondisi pasar terhadap aset dan permodalan perusahaan.
C. Sumber Risiko Pasar
Sumber resiko pasar digolongkan menjadi 3, sebagai berikut :
1. Strategi dan kebijakn bisnis
- Strategi trading dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Karakteristik trading perusahaan
b. Posisi pasar perusahaan dalam industri
c. Kompleksitas produk
d. Karakteristik nasabah
- Aktivitas trading dibedakan menjadi 3 karakteristik yaitu:
a. Proprietary trading
b. Market making
c. Brokering
- Posisi pasar perusahaan dibedakan menjadi pemain besar dan pemain kecil
2. Kerugian potensial risiko suku bunga dalam banking book
Dua parameter dalam melihat faktor ini, sebagai berikut :
- Interest Rate in Banking Book (IRRBB)
- Unrelized Loss surat berharga dibandingkan dengan modal
3. Volume dan komposisi portofolio
Terdapat 8 parameter dalam melihat volume dan komposisi portofolio yaitu:
- Membandingkan aset trading, derivative, dan fair value option dengan total aset
- Membandingkan kewajiban trading, derivative, dan fair value option dengan total
kewajiban
- Total structured product dibagi dengan total aset
- Potensi keuntungan/kerugian dari aset trading, derivative, dan fair value option dibagi
dengan pendapatan operasional
- Membagi total derivative dengan total aset
- Membagi posisi devisa neto dengan total modal
- Membagi ekuitas katagori available for sale dengan total modal
- Membagi aset keuangan dengan sisa jatuh tempo diatas satu tahun dengan kewajiban
keuangan dengan sisa jatuh tempo diatas setahun
D. Penerapan Manajemen Resiko Pasar
1. Pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi
- Kewenangan dan tanggungjawab dewan komisaris dan direksi.
Direksi berwenang dan bertanggungjawab memastikan kebijakan dan prosedur mengenai
manajemen risiko pasar telah mencakup aktivitas harian, jangka menengah, dan jangka
panjang. Selain itu direksi juga memastikan bahwa kebijakan dan prosedur mengenai
manajemen risiko untuk posisi banking book menjadi bagian tidak terpisahkan dalam
kebijakan manajemen aset dan kewajiban perusahaan.
- Sumber daya manusia
Kualitas pegawai pelaksanaan aktivitas manajemen risiko pasar harus memadai.
- Organisasi manajemen risiko pasar
Penetapan struktur organisasi, perangkat, dan kelengkapan unit/fungsi yang terkait dengan
penerapan manajemen risiko untuk risiko pasar harus disesuaikan dengan karakteristik dan
kompleksitas kegiatan usaha perusahaan.
2. Kebijakan, prosedur, dan penetapan limit harus memuat dengan jelas terkait:
- Kriteria instrumen keuangan yang dapat ditetapkan sebagai trading book dan banking book
dan mekanisme untuk memastikan kriteria diterapkan secara konsisten
- Tujuan memiliki posisi trading book dan banking book
- Kebijakan pengelolaan portofolio trading book dan banking book
- Penetapan metodologi valuasi terhadap instrumen keuangan dalam trading book dengan
menggunakan nilai wajar secara harian berdasarkan harga pasar/ model penilaian
- Metode pengukuran risiko pasar yang digunakan perusahaan baik untuk keperluan
pemantauan risiko secara periodik maupun perhitungan kecukupan modal
- Penetapan pihak yang independen untuk melakukan pengujian dan validasi model
pengukuran risiko dan model penetapan harga secara berkala
- Mekanisme penetapan dan pendokumentasian setiap strategi perdagangan atas posisi
trading book
3. Proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko, serta sistem informasi
manajemen risiko pasar
- Identifikasi Risiko Pasar
Perusahaan harus memiliki proses identifikasi risiko sesuai dengan risiko pasar yang
melekat pada aktivitas bisnis perusahaan yang meliputi nilai tukar, ekuitas, dan komoditas.
- Pengukuran risiko pasar harus:
a. Menyediakan informasi mengenai posisi outstanding dan potensi keuntungan atau
kerugian secara harian
b. Mencakup seluruh eksposur risiko pasar saat ini ataupun potensi di masa depan
c. Dapat mengakomodasi peningkatan volume eksposur, perubahan teknik, penilaian nilai
wajar, perubahan metodologi, dan produk baru
d. Memperhitungkan eksposur risiko pasar
e. Memiliki asumsi dan parameter yang terdokumentasi dan dievaluasi secara berkala
f. Didukung sistem pengumpulan data yang memadai
g. Dilengkapi dengan analisis skenario dan stress testing
h. Terintegrasi dengan proses manajemen risiko secara rutin
- Pemantauan risiko pasar
Perusahaan harus melakukanpemantauan terhadap kepatuhan limit secara harian dan tindak
lanjut untuk mengatasi apabila terjadi pelampauan.
- Pengendalian risiko pasar
Pengendalian risiko pasar bisa dilakukan dengan cara yaitu rekonsiliasi posisi yang dikelola
dan dicatat dalam sistem informasi serta pengendalian terhadap akurasi laba, rugi, dan
kepatuhan pada ketentuan dan standar akuntansi yang berlaku
- Pengendalian risiko suku bunga
Pengendalian ini bisa dilakukan dengan menentukan ekspektasi perubahan suku bunga
dalam periode yang telah ditentukan, menganalisis kesenjangan pada struktur laporan
posisi keuangan dan laporan laba rugi perusahaan.
- Sistem informasi manajemen risiko pasar
Sistem ini digunakan untuk menghitung eksposur risiko dan memantau perubahan faktor
pasar secara harian berbasis real time. Selain itu, sistem ini juga digunakan untuk
memperkirakan potensi kerugian di masa depan.
4. Sistem pengendalian internal
Perusahaan perlu menambahkan tiap aspek sistem pengendalian intern yang meliputi:
- Perusahaan memiliki sistem pengendalian intern yang memadai terkait transaksi dan proses
market risk taking
- Penerapan prinsip pemisahan fungsi harus memadai dan konsisten
- Perusahaan memiliki unit yang melakukan pengukuran risiko pasar
- Unit yang melakukan valuasi harus independen terhadap fungsi pengambil risiko dan fungsi
validasi model independen dari yang melakukan pengembangan model pengukuran risiko
pasar

Topik : Manajemen Risiko Kredit

A. Pengertian Resiko Kredit


Menurut Otoritas Jasa Keuangan (2016) risiko kredit merupakan risiko akibat kegagalan pihak lain
dalam memenuhi kewajiban pada lembaga keuangan yang memberikan kredit sesuai dengan
perjanjian yang disepakati.
Berikut ini merupakan jenis – jenis kredit :
1. Menurut tujuan penggunaannya dibagi menjadi:
a. Kredit konsumtif, yaitu kredit untuk pembelian barang/ jasa pemenuhan kebutuhan
manusia
b. Kredit produktif, yaitu kredit untuk menimbulkan manfaat
2. Menurut jangka waktunya dibagi menjadi:
a. Kredit jangka pendek, yaitu kredit dengan maksimal jangka waktu 1 tahun
b. Kredit jangka menengah, yaitu kredit dengan maksimal jangka waktu antara 1 tahun sampai
3 tahun
c. Kredit jangka panjang, yaitu kredit dengan maksimal jangka waktu lebih dari 3 tahun.
3. Menurut Jaminannya dibagi menjadi:
a. Kredit tidak memakai jaminan
b. Kredit dengan jaminan baik berwujud atau tidak berwujud
B. Tujuan Manajemen Risiko Kredit
Tujuan utama manajemen risiko kredit yaitu memastikan bahwa aktivitas penyediaan dana lembaga
keuangan tidak terkspos pada risiko kredit yang menimbulkan kerugian.
C. Macam-Macam Risiko Kredit
Berikut ini adalah macam-macam resiko kredit :
1. Risiko Konsentrasi Kredit
Risiko yang timbul akibat terkonsentrasonya penyediaan dana kepada satu pihak atau
sekelompok pihak, industri, sektor, dan/atau area geografis tertentu yang berpotensi
menimbulkan kerugian cukup besar sehingga dapat mengancam kelangsungan usaha lembaga
keuangan yang memberikan kredit.
2. Risiko Akibat Kegagalan Pihak Lawan
Risiko ini timbul dari jenis transaksi yang secara umum memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Transaksi dipengaruhi oleh pergerakan nilai wajar atau nilai pasar,
- Nilai wajar dari transaksi dipengaruhi oleh pergerakan variabel pasar tertentu,
- Transaksi menghasilkan pertukaran arus kas atau instrumen keuangan,
- Karakteristik risiko bersifat bilateral.
3. Risiko akibat Kegagalan Settlement
Risikoyang timbul akibat kegagalan penyerahan kas dan atau instrumen keuangan pada tanggal
penyelesaian yang telah disepakati dari transaksi penjualan dan atau pembelian instrumen
keuangan.
4. Country Risk
Risiko yang timbul dari ketidakpastian karena memburuknya kondisi perekonomian suatu
negara, gagal bayar utang negara, gejolak sosial politik, serta kebijakan negara.
D. Penyebab Kredit Macet
a. Faktor Internal
- Adanya self dealing dari aparat pengelola kredit
- Kurangnya pengetahuan/keterampilan para pengelola kredit
- Kurang baiknya sistem informasi manajemen yang dibangun pada bank yang bersangkutan
- Lemahnya organisasi dan manaemen dari bank yang bersangkutan
- Tidak adanya kebijakan perkreditan yang baik pada bank yang bersangkutan
- Kurangnya pengawasan kredit yang dilakukan oleh bank
- Adanya sikap ceroboh, lalai, dan menggampangkan dari pihak pengelola kredit
b. Faktor Eksternal
- Kegiatan perekonomian makro/ kegiatan politik/ kebijaksanaan pemerintah yang diluar
jangkauan bank untuk diperkirakan
- Adanya bencana alam dan kejadian lain diluar dugaan
- Adanya iktikad baik nasabah yang diragukan
- Adanya persaingan cukup tajam di antara perbankan itu sendiri
- Adanya tekanan dari berbagai kekuatan politik di luar bank yang mempengaruhi prinsip
prinsip kredit yang sehat
- Adanya kesulitan/kegagalan dalam proses likuidasi dan peranjian kredit yang telah
disepakati
c. Aspek Kualitatif
- Siklus bisnis dan industri menurun
- Tingginya ketergantungan bahan baku
- pada pemasok
- Intervensi debitur pada KAP dalam
- penyusunan financial statement
- Reputasi stakeholder tidak bagus
- Shareholder tidak memiliki komitmen untuk going concern usaha perusahaan
- Debitur tidak memiliki keahlian dibidangnya
d. Aspek Kuantitatif
- Arus kas terlalu optimis
- Sidestreaming penggunaan kredit
- Harga jual produk debitur tidak kompetitif
- Terlalu ekspansif
- Markup harga biaya proyek
- Realisasi penjualan lebih rendah dibandingkan target
E. Penerapan Manajemen Resiko Kredit
1. Pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi
- Direksi bertanggung jawab agar seluruh aktivitas penyediaan dana dilakukan sesuai dengan
strategi dan kebijakan risiko kredit yang disetujui oleh dewan komisaris.
- Direksi harus memastikan bahwa penerapan manajemen risiko dilakukan secara efektif
pada pelaksanaan aktivitas penyediaan dana, antara lain dengan memantau perkembangan
dan permasalahan dalam aktivitas bisnis lembaga keuangan terkait risiko kredit, termasuk
penyelesaian kredit bermasalah
- Dewan komisaris memantau penyediaan dana, termasuk meninjau penyediaan dana dengan
jumlah besar atau yang diberikan kepada pihak terkait
- Kecukupan sumber daya manusia untuk risiko kredit
- Organisasi manajemen risiko kredit
2. Kebijakan dan prosedur manajemen risiko serta penetapan limit
- Strategi manajemen risiko kredit harus mencakup strategi untuk seluruh aktivitas yang memiliki
eksposur risiko kredit yang signifikan.
- Perusahaan harus menetapkan limit risiko sesuai dengan tingkat risiko yang diambil, toleransi
risiko, dan strategi korporasi keseluruhan dengan memerhatikan kemampuan modal perusahaan
agar bisa menyerap eksposur risiko yang timbul
- Kebijakan kredit harus memuat informasi yang dibutuhkan dalam pemberian kredit yang sehat
yaitu:
a. Tujuan kredit dan sumber pembayaran
b. Profil risiko debitur dan mitigasi, serta tingkat sentivitas terhadap perkembangan
kondisi ekonomi dan pasar
c. Kemampuan debitur untuk membayar kembali
d. Kemampuan bisnis dan kondisi lapangan usaha debitur serta posisi debitur dalam
industri tertentu
e. Persyaratan kredit yang diajukan, termasuk perjanjian yang dirancang untuk
mengantisipasi perubahan eksposur risiko debitur di waktu yang akan datang
- Prosedur analisis, persetujuan, dan administrasi kredit yaitu:
1) Pendelegasian wewenang dalam prosedur pengambilan keputusan penyediaan dana
yang harus dibakukan secara jelas
2) Pemisahan fungsi antara yang melakukan analisis persetujuan, dan administrasi kredit
dalam kerangka kerja atau mekanisme satuan kerja yang melakukan tinjauan secara
berkala guna menetapkan atau memperbarui kualitas penyediaan dana yang terekspos
risiko kredit.
3) Identifikasi risiko kredit dengan prinsip 5C yaitu:
a. Character, menilai moral, watak atau sifat positif manusia
b. Capacity, menilai kapasitas membayar kewajiban debitur
c. Capital, menilai besar modal yang dimiliki
d. Condition, menilai kondisi ekonomi dan prospek bisnis
e. Collateral, menilai ketersediaan agunan
- Identifikasi risiko kredit dengan analisis generik yaitu dengan mempertimbangkan:
a. Tujuan kredit dan sumber pembayaran
b. Profil risiko debitur terdiri atas kinerja histori industri dimana debitur menjalankan
usaha
c. Kemampuan bisnis debitur dan kondisi sektor ekonomi
d. Analisis pemasaran dan aspek teknis dasar menentukan asumsi proyeksi keuangan
e. Analisis keuangan termasuk analisis rasio dan analisis kemampuan untuk membayar
berdasarkan proyeksi arus kas
f. Aspek legal dan agunan untuk menentukan persyaratan kredit
3. Proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko
- Identifikasi risiko kredit dengan analisis kinerja keuangan historis yaitu:
a. Analisis rasio keuangan. Analisis ini terdiri dari rasio likuiditas, rasio leverage, rasio
aktivitas, dan rasio profitabilitas
b. Analisis vertikal. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan pos satu dengan
lainnya pada periode tertentu
c. Analisis horizontal. Analisis dengan membandingkan pos-posclaporan keuangan untuk
dua periode huna mengetahui terncdari waktu ke waktu
- Pengukuran risiko kredit harus mempertimbangkan:
a) Karakteristik setiap jenis transaksi yang terekspos risiko kredit
b) Kondisi keuangan debitur/pihak lawan transaksi serta persyaratan dalam perjanjian
kredit seperti tingkat bunga
c) Jangka waktu kredit dikaitkan dengan perubahan potensial yang terjadi di pasar
d) Aspek jaminan, agunan, dan atau garansi
e) Potensi terjadinya gagal bayar
f) Kemampuan lembaga keuangan untuk menyerap potensi kegagalan
- Pengukuran risiko kredit dengan pendekatan terstandarisasi yaitu menggunakan peringkat yang
ditetapkan oleh lemba pemeringkat
- Pengukuran risiko kredit dengan pendekatan teknik mitigasi risiko kredit agunan dibagi menjadi
dua yaitu:
1) Pendekatan sederhana. Pendekatan yang digunakan untuk eksposur aset dalam neraca
serta kewajiban komitmen dan kotingensi dalam rekening administratif
2) Pendekatan komprehensif. Pendekatan yang digunakan untuk eksposur yang
menimbulkan risiko kredit akibat kegagalan pihak lawan antara laintransaksi derivatif
over the counter, baik posisi trading book maupun banking book.
- Pengukuran risiko kredit dengan pendekatan internal rating based menggunakan 4 parameter
yaitu:
a. Profitability of default, besarnya kemungkinan debitur mengalami ketidakmampuan
dalam pengembalian kewajiban
b. Loss given default, estimasi potensi kerugian jika terjadi wanprestasi
c. Exposure at default, estimasi besarnya eksposur kredit pada saat terjadi wan prestasi
d. Effective maturity, sisa jangka waktu kredit
- Sistem pemantauan kredit yang efektif akan memungkinkan untuk:
a) Memahami eksposir risiko kredit secara total maupun per aspek tertentu untuk
mengantisipasi terjadinya risiko konsentrasi kredit
b) Memahami kondisi keuangan terkini debitur atau pihak lawan
c) Memantau kepatuhan terhadap persyaratan yang ditetapkan dalam perjanjian kredit atau
kontrak transaksi lainnya
d) Menilai kecukupan agunan secara berkala dibandingkan dengan kewajiban debitur atau
transaksi pihak lawan
e) Mengidentifikasi permasalahan secara tepat
f) Menangani dengan cepat kredit bermasalah
g) Mengidentifikasi risiko kredit secara keseluruhan maupun per jenis aset tertentu
h) Memantau kepatuhan terhadap limit dan ketentuan lainnya terkait penyediaan dana
i) Pengecualian yang diambil terhadap penyediaan dana tertentu
- Pengendalian risiko kredit dapat dilakukan melalui salah satunya adalah mitigasi risiko.
Mitigasi risiko yaitu sejumlah teknik dan kebijakan dalam mengelola risiko kredit untuk
meminimalkan kemungkinan terjadinya atau dampak kerugian kredit melalui :
a) Model pemeringkatan untuk kredit perorangan
b) Manajemen portofolio kredit
c) Agunan
d) Pengawasan arus kas
e) Manajemen pemulihan
f) Sistem informasi risiko kredit
4. Sistem pengendalian intern
Audit internal atas proses risiko kredit dilakukan secara periodik antaralain mencakup
identifkasi apakah:
a. Kesesuaian aktivitas penyediaan dana telah sejalan dengan kebijakan dan prosedur yang
telah ditetapkan
b. Seluruh otorisasi dilakukan dalam batas panduan yang diberikan
c. Kualitas kredit individual dan komposisi portofolio telah dilaporan secara akurat kepada
direksi
d. Terdapat kelemahan dalam proses manajemen risko untuk risiko kredit, kebijakan dan
prosedur, termasuk setiap pengecualian terhadap kebijakan prosedur, dan limit

Topik : Analisis Risiko Transfer

A. Pengertian Asuransi
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 246 dikatakan bahwa asuransi atau
pertanggungan adalah suatu perjanian yang mana seorang penanggung mengikatkan diri pada
tertanggung dengan menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepada suatu kerugian,
kerusakan, atau peristiwa yang tak tentu.
Tentang usaha peransuransian
Undang-undang No. 40 Tahun 2014 menjelaskan bahwa usaha perasuransian adalah segala sesuatu
yang menyangkut jasa pertanggungan atau pengelolaan risiko, pertanggungan ulang risiko,
pemasaran dan distribusi produk asuransi atau asuransi syariah, konsultasi dan keperantaraan
asuransi, asuransi syariah, reasuransi atau reasuransi syariah, atau penilaian kerugian asuransi atau
asuransi syariah.
- Usaha asuransi umum adalah usaha jasa pertanggungan risiko yang memberikan penggantian
kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul,
kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti.
- Usaha asuransi jiwa adalah usaha yang menyelenggarakan jasa penaggulangan risiko yang
memberikan pembayaran kepada pemegang polis, tertanggung, atau pihak lain yang berhak
dalam hal tertanggung meninggal dunia atau tetap hidup atau pembayaran lain kepada pemegang
polis, tertanggung atau pihak lain yang berhak pada waktu tertentu yang diatur dalam perjanjian
yang besarnya telah ditetapkan dan atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
B. Manfaat dan Biaya Asuransi
- Asuransi memiliki manfaat sebagai berikut:
a. Rasa aman dan perlindungan
b. Pendistribusian biaya dan manfaat lebih adil
c. Polis asuransi dapat dijadikan jaminan memperoleh kredit
d. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan
e. Alat penyebaran risiko
- Biaya-baiya dalam asuransi yaitu:
a. Biaya operasional adalah biaya ini dikeluarkan oleh perusahaan asuransi dalam menciptakan
laba perusahaannya
b. Moral Hazard yaitu kondisi ketika seseorang atau perusahaan dengan sengaja menyebabkan
kerugian dengan maksud memperoleh uang asuransi. Contohnya membuat klaim fiktif
c. Morale Hazard adalah kelalaian atau tindakan yang tidak bertanggungjawab seseorang yang
akan menyebabkan terjadinya suatu kerugian.
C. Prinsip Dasar Asuransi
a) Insurable interest. Seseorang boleh mengasuransikan barang apabila yang bersangkutan
mempunyai kepentingan atas barang yang dipertanggungkan
b) Utmost good faith. Penutupan asuransi baru sah apabila penutupannya didasari iktikad baik
c) Indemnity. Penggantian dari penanggung kepada tertanggung dalam kerugian setinggi-
tingginya didasarkan pada sebesar kerugian yang sesungguhnya diderita tertanggung dalam arti
tidak dibenarkan mencari keuntungan dari ganti rugi asuransi.
d) Subrogation. Apabila tertanggung sudah dapat ganti rugi atas dasar indemnity, ia tidak berhak
lagi memperoleh penggantian dari pihak walaupun jelas ada pihak lain bertanggung jawab pula
atas kerugian yang dideritanya. Penggantian dari pihak lain harus diserahkan pada penanggung
yang telah memberikan ganti rugi yang dimaksud
e) Proximate cause. Suatu sebab aktif efisien yang mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa
secara berantai atau berurutan tanpa intervensi suatu kekuatan lain diawali dan bekerja dengan
aktif dari suatu sumber baru dan independen.
D. Premi Asuransi
Menurut undang-undang perasuransian, bahwa premi adalah sejumlah uang yang ditetapkan oleh
perusahaan asuransi dan disetujui pemegang polis untuk dibayarkan berdasarkan perjanjian
asuransi atau sejumlah uang yang ditetapkan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang
mendasari program asuransi wajib untuk memperoleh manfaat.
E. Transfer Risiko

Menurut Fahmi (2015) terdapat dua model transfer risiko yang dapat dilakukan yaitu:

a) Mentransfer risiko ke perusahaan asuransi


Dalam konteks ini perusahaan mendaftarkan dirinya ke perusahaan asuransi dalam bentuk
asuransi pada benda-benda yang dimiliki perusahaan dan asuransi jiwa & kesehatan pegawai
perusahaan.
b) Mentransfer risiko ke perusahaan non asuransi
Perusahaan akan memindahkan sejumlah risiko yang dialaminya ke perusahaan lain.
F. Risiko yang Dapat Diasuransikan
Menurut Darmawi (2016) risiko yang dapat diasuransikan harus memenuhi enam syarat berikut:
a) Kerugian potensial cukup besar tetapi probabilitasnya tidak tinggi sehingga membuat
perusahaan asuransi dapat bekerja seekonomis mungkin
b) Probabilitas kerugian dpaat diperhitungkan
c) Terdapat sejumlah unit yang terbuka terhadap risiko yang sama, yang terjadi bersifat kebetulan
d) Kerugian tertentu dan bukan risiko catastrophe (bencana besar dan serentak)

RESUME PERTEMUAN 5

Topik : Manajemen Risiko Asuransi, Manajemen Risiko Dana Pensiun, dan Manajemen
Risiko Lembaga Pembiayaan

A. Manajemen Risiko Asuransi


Manajemen risiko yang dikaitkan dengan asuransi menjadi manajemen risiko asuransi dan memiliki
pengelolaan risiko sebagai berikut ini:
a. Menghindari risiko
Proses manajemen risiko asuransi pertama, yaitu dengan menghindari risiko. Contoh, ketika
ingin menghindari risiko cacat, tentu jangan memilih pekerjaan atau profesi dengan tingkat
kecelakaan yang tinggi. Misal, menjadi pekerja yang berkutat dengan ketinggian, pekerja SAR
yang selalu berkutat dengan bahaya, dan pekerja tambang. Akan tetapi pilihan ini tidak efektif
karena bisa saja pekerjaan itu menjanjikan penghasilan besar, sesuai hukum alam kadang
semakin besar resiko, semakin besar pula pendapatannya atau return.
b. Mengendalikan Risiko
Apabila sudah bisa menghindari risiko, selanjutnya harus dapat mengendalikan risiko. Dengan
melakukan pencegahan terjadinya kerugian. Contoh, ketika membuat rumah yang terbuat dari
kayu, tentunya harus bisa memilih menggunakan kompor listrik dan tidak menggunakan
kompor api. Sebab rumah kayu lebih rawan mengalami kebakaran, sehingga dapat
menimbulkan suatu kerugian.
c. Menunda risiko
Kita juga haru bisa menunda sebuah kegiatan untuk meminimalkan terjadinya kerugian.
Contoh, menunda renovasi rumah saat musim hujan, terutama jaraknya dekat sungai besar.
Supaya ketika terjadi banjir, kerugian dapat diminimalisir.
d. Mengalihkan Risiko
Manajemen risiko asuransi selanjutnya adalah mengalihkan kerugian finansial pada pihak lain.
Desngan cara mengalihkan risiko pada perusahan asuransi dan membayar premi atau sejumlah
dana kepada perusahaan asuransi tersebut. Setelah itu perusahaan asuransi menerbitkan polis
yang berisi ketentuan mengenai risiko apa saja yang bisa ditanggung. Apabila membayar premi
terlebih dahulu, tentu pihak asuransi akan menyetujui untuk membayar sejumlah uang apabila
terjadi kerugian.
B. Manajemen Resiko Dana Pensiun
Berdasarkan surat edaran otoritas jasa keuangan republik indonesia nomor 28/seojk.05/2020
tentang penerapan manajemen risiko bagi dana pensiun. Sebagaimana diatur dalam Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 44/POJK.05/2020 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi
Lembaga Jasa Keuangan Nonbank, Dana Pensiun wajib menerapkan Manajemen Risiko secara
efektif, yang secara umum mencakup paling sedikit 4 pilar yaitu:
1. Pengawasan aktif Pengurus/Pelaksana Tugas Pengurus, Dewan Pengawas, dan Dewan
Pengawas Syariah
2. Kecukupan kebijakan dan prosedur Manajemen Risiko serta penetapan limit Risiko
3. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pengendalian, dan pemantauan Risiko, serta sistem
informasi Manajemen Risiko
4. Sistem pengendalian internal yang menyeluruh

Jenis Manajemen Risiko Dana Pensiun

a. Risiko Strategis
Risiko Strategis adalah Risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan
suatu keputusan strategis serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
- Risiko Strategis dapat bersumber antara lain dari:
1. Menetapkan strategi yang kurang sejalan dengan visi dan misi Dana Pensiun;
2. Melakukan analisis lingkungan strategis yang tidak komprehensif;
3. Terdapat ketidaksesuaian rencana strategis (strategic plan) antar level strategis;
4. Kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis seperti perubahan teknologi,
perubahan kondisi ekonomi makro, kompetisi di pasar, dan perubahan kebijakan otoritas
terkait.
b. Risiko Operasional
Risiko Operasional adalah Risiko akibat ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses
internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya kejadian eksternal yang
memengaruhi operasional Dana Pensiun.
- Risiko Operasional dapat bersumber antara lain dari:
1. Kelemahan sumber daya manusia;
2. Kelemahan proses internal;
3. Sistem dan infrastruktur yang kurang memadai;
4. Kejadian eksternal yang berdampak buruk terhadap dana pensiun.
- Pengendalian Risiko Operasional
a) Pengendalian Risiko dilakukan secara konsisten sesuai dengan tingkat Risiko yang
akan diambil (risk appetite), hasil identifikasi, dan pengukuran Risiko Operasional.
b) Dalam penerapan pengendalian Risiko Operasional, Dana Pensiun dapat
mengembangkan program untuk memitigasi Risiko Operasional antara lain
pengamanan proses teknologi informasi dan alih daya pada sebagian kegiatan
operasional Dana Pensiun.
c) Dalam hal Dana Pensiun mengembangkan pengamanan proses teknologi informasi,
Dana Pensiun harus memastikan tingkat keamanan dari pemrosesan data elektronik.
d) Dana Pensiun harus memiliki sistem pendukung, yang paling sedikit mencakup:
1) identifikasi kesalahan secara dini;
2) pemrosesan dan penyelesaian seluruh transaksi secara efisien, akurat, dan tepat
waktu;
3) kerahasiaan, kebenaran, serta keamanan seluruh transaksi.
e) Dana Pensiun harus melakukan kaji ulang secara berkala terhadap prosedur,
dokumentasi, sistem pemrosesan data, rencana kontijensi, dan praktik operasional
lainnya guna mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan manusia.
c. Risiko Kredit
Risiko kredit adalah Risiko akibat kegagalan pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada
Dana Pensiun. Termasuk risiko kredit akibat kegagalan investasi antara lain, Risiko Kredit
akibat terkonsentrasinya penempatan investasi (risiko konsentrasi investasi), Risiko Kredit
akibat kegagalan pihak lawan (counterparty credit risk), dan Risiko Kredit akibat kegagalan
settlement (settlement risk).
- Pengendalian Risiko Kredit
a) Dana Pensiun harus memastikan bahwa fungsi pengelolaan dana atau investasi dan
fungsi lainnya yang terkait dengan aktivitas pengelolaan dana atau investasi telah
berfungsi secara memadai dan eksposur Risiko Kredit dijaga tetap konsisten dengan
limit yang ditetapkan serta memenuhi standar kehati-hatian.
b) Pengendalian Risiko Kredit dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain mitigasi
Risiko, pengelolaan posisi dan Risiko portofolio secara aktif, penetapan target batasan
Risiko konsentrasi dalam rencana investasi Dana Pensiun, penetapan tingkat
kewenangan dalam proses persetujuan pengelolaan investasi, dan analisis konsentrasi
secara berkala paling sedikit 1 kali dalam setahun.
c) Dana Pensiun harus memiliki sistem yang efektif untuk mendeteksi investasi
bermasalah atau transaksi bermasalah lainnya. Setiap strategi dan hasil penanganan
investasi bermasalah atau transaksi bermasalah lainnya ditatausahakan yang selanjutnya
digunakan sebagai masukan (input) untuk kepentingan fungsi pengelolaan dana atau
investasi.
d. Risiko Pasar
Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi aset dan liabilitas, akibat perubahan secara keseluruhan
dari kondisi pasar. Tujuan utama Manajemen Risiko untuk Risiko Pasar adalah untuk
meminimalkan kemungkinan dampak negatif akibat perubahan kondisi pasar terhadap aset dan
pendanaan Dana Pensiun.
- Pengendalian Risiko Pasar
a) Dana Pensiun harus mengambil langkah pengendalian Risiko termasuk pencegahan
terjadinya kerugian Risiko Pasar yang lebih besar.
b) Dana Pensiun yang memiliki surat berharga harus melakukan kaji ulang secara berkala
terhadap kondisi, kredibilitas, dan kemampuan membayar kembali penerbit surat
berharga. Kaji ulang tersebut harus didokumentasikan dan dilakukan paling sedikit
setiap 6 bulan.
c) Dalam hal Dana Pensiun memiliki surat berharga yang terdaftar atau diperdagangkan di
pasar modal dan berdasarkan hasil kaji ulang terdapat kemungkinan peningkatan
kegagalan penerbit surat berharga, Dana Pensiun harus melakukan pengendalian antara
lain dengan memantau secara ketat credit spread surat berharga tersebut serta
mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengurangi kerugian misalnya dengan
membentuk cadangan.
e. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Dana Pensiun untuk memenuhi
liabilitas yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid yang dapat
dengan mudah dikonversi menjadi kas, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Dana
Pensiun.
- Pengendalian Risiko Likuiditas
a) Pengendalian Risiko Likuiditas dilakukan melalui strategi pendanaan, pengendalian
posisi likuiditas dan Risiko Likuiditas berkala, pengelolaan aset likuid yang berkualitas
tinggi, dan rencana pendanaan melalui iuran tambahan bagi DPPK yang
menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti.
b) Pengelolaan secara aktif atas posisi likuiditas dan Risiko Likuiditas berkala bertujuan
untuk memenuhi kewajiban Dana Pensiun secara tepat waktu, misal pada saat Peserta
pensiun, Dana Pensiun mampu memenuhi kewajibannya, baik pada kondisi normal
maupun kondisi krisis dengan memprioritaskan liabilitas solvabilitasnya.
c) Dana Pensiun harus menganalisis perubahan posisi likuiditas yang terjadi akibat
pembayaran manfaat pensiun kepada pensiunan dan pihak yang berhak. Analisis
tersebut dilakukan antara lain berdasarkan proyeksi arus kas yang disusun secara
berkala.
d) Dana Pensiun harus memiliki aset likuid berkualitas tinggi dengan jumlah yang cukup
dan komposisi yang disesuaikan dengan profil Risiko Likuiditas dalam rangka
memenuhi kebutuhan likuiditas baik jangka pendek, maupun jangka panjang.
e) Dalam hal eksposur Risiko Likuiditas bagi DPPK yang menyelenggarakan program
pensiun manfaat pasti menyebabkan kualitas pendanaan menurun, Dana Pensiun harus
berkoordinasi dengan Pendiri untuk rencana pemenuhan pendanaan melalui iuran
tambahan.
f. Risiko Hukum
Risiko Hukum adalah Risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek
hukum. Risiko Hukum dapat bersumber antara lain dari ketiadaan dan/atau perubahan peraturan
perundang-undangan atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya
kontrak dan proses litigasi yang timbul dari gugatan pihak ketiga terhadap Dana Pensiun
maupun Dana Pensiun terhadap pihak ketiga.
- Pengendalian Risiko Kepatuhan
Dalam penerapan pengendalian internal untuk Risiko Kepatuhan, selain menerapkan
pengendalian internal. Dana Pensiun harus memiliki sistem pengendalian internal untuk Risiko
Kepatuhan, antara lain untuk memastikan tingkat responsif Dana Pensiun terhadap
penyimpangan standar yang berlaku secara umum, ketentuan atau peraturan perundang-
undangan.
g. Risiko Reputasi
Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan pemangku kepentingan
yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Dana Pensiun. Risiko Reputasi dapat bersumber
antara lain dari adanya pemberitaan media dan/atau rumor mengenai Dana Pensiun yang
bersifat negatif, serta strategi komunikasi Dana Pensiun yang kurang efektif.
- Pengendalian Risiko Reputasi
1) Dana Pensiun harus segera menindaklanjuti dan mengatasi adanya keluhan Peserta,
pensiunan, dan pihak yang berhak, termasuk apabila terdapat gugatan hukum yang dapat
meningkatkan eksposur Risiko Reputasi.
2) Dana Pensiun harus mengembangkan mekanisme yang andal dalam melakukan tindakan
pengendalian Risiko Reputasi yang efektif, seperti penyampaian informasi setiap terdapat
perubahan peraturan Dana Pensiun kepada Peserta, pensiunan, dan pihak yang berhak.
3) Tindakan pengendalian Risiko Reputasi juga diikuti dengan perbaikan pada kelemahan
pengendalian dan prosedur yang memicu terjadinya Risiko Reputasi.
C. Manajemen Risiko Lembaga Pembiayaan
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/Pojk.05/2015 Tentang Penerapan
Manajemen Risiko Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank, Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank,
yang selanjutnya disingkat LJKNB, adalah lembaga yang melaksanakan kegiatan di sektor
perasuransian, dana pensiun, dan lembaga pembiayaan. Risiko Pembiayaan adalah Risiko yang
muncul akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada
perusahaan pembiayaan.
- Penerapan manajemen risiko lembaga pembiayaan :
a) LJKNB wajib menerapkan Manajemen Risiko secara efektif.
b) Penerapan Manajemen Risiko paling sedikit mencakup:
1) Pengawasan aktif direksi, dewan komisaris, atau yang setara dari LJKNB;
2) Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit Risiko;
3) Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian Risiko;
4) Sistem informasi Manajemen Risiko;
5) Sistem pengendalian intern yang menyeluruh.

RESUME PERTEMUAN 6

Topik : Analisis Determinan Koefisien Respon Laba

Laporan keuangan merupakan informasi yang sangat penting untuk investor serta menjadi salah
satu media untuk pengambilan keputusan. Karena laporan keuangan berkaitan dengan laba perusahaan
yang dapat menarik perhatian investor paling tinggi. Namun, laporan keuangan dapat dimanipulasi oleh
pihak manajemen, oleh karena itu informasi lain yang dibutuhkan adalah koefisien respon laba.
Koefisien respon laba (ERC) dapat digunakan untuk menentukan reaksi pasar terhadap informasi
pendapatan perusahaan. Faktor yang mempengaruhi ERC adalah kualitas laba, keuangan leverage,
peluang pertumbuhan, profitabilitas, risiko sistematis. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis
determinan dari ERC. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Arfan dan Antasari (2008)
dengan menggunakan variabel independen yaitu ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan
profitabilitas. Ketiga variabel ini menunjukan bahwa ukuran dan profitabilitas perusahaan tidak
berpengaruh pada ERC, sehingga akan diuji kembali dan menambahkan finance leverage. Laverage ini
dihitung dengan membandingkan hutang dengan aset..

A. Teori persinyalan
Ukuran perusahaan bisa menjadi sinyal yang diberikan oleh perusahaan, contoh
perusahaan yang besar mendapatkan kepercayaan lebih banyak dalam menjalankan bisnis dan
melunasi ukuran. Pertumbuhan perusahaan juga sinyal yang dipublikasikan melalui laporan
keuangan, dimana apabila perusahaan memiliki pertumbuhan yang menjanjikan maka menarik
minat investor yang dapat memberikan dividen lebih tinggi. Profitiabilitas memberikan sinyal
melalui tingkat keuntungan yang dapat menunjukkan kinerja, sehingga apabila keuntungan tinggi
akan menarik investor dan dapat meningkatkan koefisien respon pendapatan. Finance leverage juga
menjadi sinyal untuk perusahaan, apabila perusahaan memiliki hutang lebih besar dari ekuitas maka
investor beramsumsi perusahaan memiliki risiko tinggi dalam hutangnya misal gagal melunasi.
Maka dati itu variabel-variabel tersebut memiliki hubungan signifikan terhadap kefisien respon
laba. Menurut Rahayu dan Suaryana (2015) teori persinyalan merupakan elemen yang memberikan
informasi laporan, catatan atau gambaran masa lalu, sekarang, atau masa depan untuk kelangsungan
hidup perusahaan dan pengaruhnya.
B. Koefisien Respon Laba (ERC)
Koefisien responden laba (ERC) merupakan perbedaan antara pendapatan yang
direalisasikan dan diperkirakan, sehingga mewakili pasar reaksi dalam hal perubahan harga, sesuai
pendapatan yang tidak terduga. Koefisien responden laba (ERC) dapat digunakan sebagai suatu
indikator validitas laba sebagai proxy untuk ekspektasi pasar yang berkaitan dengan keamanan
pendapatan di masa depan. Variabel terikat penelitian ini adalah ERC yang diuji berdasarkan respon
pasar terhadap bagian tak terduga.

C. Ukuran perusahaan
Tentunya perusahaan dengan skala yang lebih besar akan menjadi pusat perhatian
stakeholder dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan besar tentunya akan mendapat laba atau
keuntungan yang lebih banyak dan memimiliki sistem pengendalian internal yang baik. Selain itu,
perusahaan besar juga mempublikasikan lebih banyak informasi perusahaan yang dapat digunakan
investor mengambil keputusan.
D. Pertumbuhan perusahaan
Laba perusahaan menjadi salah satu pengukur kemampuan perusahaan yang menjadi
pertimbangan investor. Keuntungan atau laba perusahaan yang terus mengalami kenaikan ditiap
tahunnya akan menggambarkan laba dimasa depan karena menggambarkan kinerja perusahaan
yang terus lebih baik sebaliknya apabila kualitas kinerja perusahaan memburuk pasti akan
mengakibatkan perolehan laba menurun.
E. Profitabilitas
Profitabilitas yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sebagai upaya untuk
meningkatkan nilai pemegang saham. Rumus yang digunakan yaitu ROA atau ROE.
F. Finance leverage
Debt to total assets ratio (DAR) merupakan procy untuk menghitung finance leverage.
Semakin besar hutang menunjukkan risiko yang lebih tinggi, sehingga investor berasumsi memiliki
risiko yang tinggi.

Pengembangan hipotesis dan model penelitan

Koefisian Respon Laba (Y)

Profitabilitas (X 3)

Leverage Keuangan (X 4)

G. Populasi dan Sampel

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dari seluruh perusahaan


manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2013-2015 dengan teknik purposive sampling.
Kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI periode 2013-2015.

2. Perusahaan manufaktur yang laporan keuangannya lengkap selama masa studi.

3. Perusahaan manufaktur itu tidak rugi.

4. Perusahaan manufaktur yang memiliki data saham harian dan melengkapi Indeks Harga
Saham Gabungan harian selama periode penelitian.

5. Perusahaan manufaktur yang memiliki laporan keuangan dalam rupiah.

6. Perusahaan manufaktur yang mempresentasikan tanggal publikasi di situs BEI.

H. Variabel Operasional

Penelitian tersebut terdiri dari 4 (empat) variabel bebas yaitu ukuran perusahaan,
pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, financial leverage dan variabel terikat yaitu koefisien
respon laba. Koefisien respon laba dapat diukur dalam dua langkah yaitu mengukur
cumulative abnormal return (CAR) dan mengukur tingkat penghasilan tak terduga (UE).

Hasil dan diskusi

Pertumbuhan perusahaan sangat berpengaruh positif terhadap koefisien respon laba (ERC)
sesuai dengan teori persinyalan. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap koefisien respon
laba (ERC) sehingga tidak sejalan yang dilakukan oleh Arfan dan Antasari (2008) dan sesuai yang
dinyatakan pada teori persinyalan. Pada profitabilitas hasil penelitian yang diperoleh membuktikan
bahwa tidak berpengaruh terhadap koefisen respon laba, karena tidak hanya memperhaikan ROE
tetapi juga memperhatikan stabilitas profitabilitas beberapa tahun sebelumnya sebagai
pertimbangan. Hasil penelitian menunjukan financial leverage tidak berpengaruh terhadap koefisien
respon laba (ERC) dan sesuai dengan teori persinyalan yang sudah dijelaskan.

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian mengenai determinan yang
mempengaruhi koefisien respon laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
2013-2015 yaitu, pertama hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan
berpengaruh positif terhadap koefisen respon laba. Kedua ukuran perusahaan, profitabilitas dan
lfinancial leverage tida berpengaruh terhadap koefisen respon laba. Berdasarkan penelitian
tersebut, batasan penelitian ini adalah hanya menguji faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien
respon laba di Indonesia, hanya menguji empat variabel independen dan hanya membuktikan
pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien respon laba di Indonesia.

Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya, yang pertama saran untuk menguji faktor-faktor yang
mempengaruhi koefisien respon laba di negara ASEAN lainnya. Kedua, penelitian selanjutnya
disarankan menguji variabel independen lainnya. Ketiga, dapat dibandingkan antara faktor-faktor
yang mempengaruhi ERC di Indonesia dengan faktor-faktor yang mempengaruhi ERC di Malaysia.
Topik : Pasar Modal

Tentang Pasar Modal

Pasar modal merupakan pasar yang menyediakan produk – produk pendanaan jangka panjang,
misalnya saham, obligasi, reksadana, derivatif efek, dan sukuk. Pasar modal memiliki 2 kategori yakni
pasar perdana dan pasar sekunder. Pasar perdana merupakan pasar saat perusahaan pertama kali
menawarkan produk pasar modalnya, sedangkan pasar sekunder yaitu tempat bertemunya investor yang
ingin menjual produk pasar modal ke investor lainnya di BEI. Fungsi pasar modal yang pertama, fungsi
ekonomi merupakan pasar yang menyediakan fasilitas dengan mempertemukan dua kepentingan yakni
piha yang memiliki kelebihan dana (investor) dan piha yang memerlukan dana (issuer). Kedua, fungsi
keuangan merupakan pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan dalam memperoleh
imbalan dari investasi yang dipilih, seperti saham memperoleh dividen. Manfaat keberadaan pasar
modal sebagai berikut :

1. Penyebaran kepemilikan perusahaan, sebagai tempat untuk pembayaran kepemilikan perusahaan


kepada masyarakat
2. Keterbukaan dan profesionalisme yang tinggi akan mendorong terciptanya iklim usaha yang sehat
3. Menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat baik pelaku pasar maupun investor, seperti
broker/pialang, analis saham, dan lainnya.
PASAR MODAL INDONESIA
A. Sejarah Pasar Modal Indonesia

Pada tahun 1912 pemerintah Belanda membangun Bursa Efek Amsterdam di


jakarta/batavia. Saham yang diperdagangkan dalam pasar modal ini merupakan saham – saham
perusahaan Belanda yang memiliki investasi di Indonesia seperti perkebunan belanda di jawa,
sumatera dan lainnya. Perkembangan pasar modal di Indonesia terhambat akibat dampak perang
dunia ke 1 dan 2. Pada tahun 1950 pemerintah Indonesia membangun kembali pasar modal, akan
tetapi pada tahun 1958 pasar modal mengalami mati suri dikarenakan saham belanda saat itu disita
oleh pemerintah republik indonesia. Pada orde baru tahun 1977 mendirikan kembali pasar modal
BAPEPAM. BAPEPAM mendirikan bursa efek saham pertama adalah PT. Semen Cibinong.

B. Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia berdiri pada tahun 1992. BEI didirkan dengan tujuan untuk
menyelenggarakan efek secara teratur, wajar, dan efisien. BEI merupakan satu – satunya
penyelenggara perdagangan efek di Indonesia dan berkewajiban untuk menetapkan peraturan
keanggotaan, pencatatan efek, dan perdagangan efek. BEI mempunyai satuan pemeriksa yang
berfungsi menjalankan pemeriksaan berkala terhadap anggotanya serta kegiatan bursa efek.

C. Struktur Pasar Modal Indonesia

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan badan yang melakukan pengaturan dan
pengawasan jasa keuangan baik sektor perbankan, pasar modal, maupun non keuangan. BEI, KPEI,
dan KSEI diawasi oleh OJK. Tujuan utama OJK agar terselenggarakan secara tertaur, wajar,
transparan, dan akuntanble, mampu mewujudkan sistem keuanagan yang stabil dan melindungi
konsumen dan masyarakat. Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) dikelola oleh KPEI yang
didirikan pada tanggal 5 agustus 1996. Menyediakan jasa kliring dan penjaminan
penyelesaiantransaksi bursa efek yang teratur, wajar dan efisien. Mayoritas saham lembaga kliring
dan penjaminan wajib dimiliki oleh bursa efek. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP)
dikelola oleh KSEI yang didirikan pada tanggal 9 januari 1998. Tujuan pendirian yakni
menyediakan jasa kustodian sentral dan penyelesaian transaksi yang teraur, wajar, dan efisien.
Saham LPP dapat dimiliki oleh bursa efek, bank kustodian, AB, perusahaan efek, badan
administrasi efek atau pihak lain yang disetujui Bapepam dan LK.

D. Pelaku Pasar Modal

Anggota Bursa Efek Indonesia merupakan salah satu pelaku pasar modal yang mempunyai
hak untuk mempergunakan sistem atau sarana BEI guna melaksanakan transaksi bursa. Pihak
lainnya yaitu penjamin emisi efek yang mendapatkan izin penjaminan penerbitan atau penjualan
efek dengan surat ijin profesi. Perusahaan manajemen investasi yakni pelaku pasar modal lain yang
mengelola dana masyarakat untuk diinvestasikan dalam bentuk sekuritas baik saham, obligasi dan
aset lainnya. Selain itu pelaku pasar modal didukung oleh profesi lainnya yakni akuntan, notaris,
konsultan hukum dan penilai yang bergabung dalam jasa penilai.

E. Produk Pasar Modal


a. Saham merupakan bukti penyertaan atau kepemilikan dalam suatu perusahaan yang memberikan
hasil investasi bersifat variabel tergantung dari kemampuan investor dalam mengelolanya.
b. Obligasi merupakan efek berbasis surat hutang yang memberikan hasil investasi berupa bunga
yang sifatnya tetap selama periode tertentu. Terdiri dari obligasi korporasi dan obligasi
pemerintah.
c. Sukuk merupakan efek berbasis penyertaan dalam pengelolaan aset yang memberikan hasil
investas tergantung dari jenis akadnya selama periode tertentu. Terdiri dari sukukorporasi dan
sukuk negara (SBSN).
d. Derivatif merupakan efek yang menggunakan aset finansiallainnya sebagai underlying yang
memberikan hasil investasi bersifat variabel tergantung dari kemampuan investor dalam
mengelolanya. Saan ini terdapat 2 jenis yaitu KOS dan LQ45 index futures.
e. Reksa dana merupakan wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat
permodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Jenis
reksa dana yakni saham, pendapatan tetap, pasar uang dan campuran.
F. Indeks Saham

Indeks saham merupakan instumen yang digunakan sebagai indikator dari pergerakan harga
dan kinerja dari sekumpulan saham, baik sektoral dan non sektoral. Indeks nonsektoral yakni IHSG,
LQ45, ISSI, JII, MBX, DBX, Kompas100, Sri-Kehati, dan lainnya. Indeks sektoral yakni Agricultur,
Mining Basic Industry, Miscellaneous Industry, Consumer Gooda, Property & Real Estate,
Infrasturcture, Finance, Trade & Service, Manufacturing.

Gambaran Umum dan Alur Perdagangan di BEI


Transaksi di BEI tidak perlu khawatir akibat gagal bayar karena telah diatur oleh KPEI yang
apabila tidak mampu membayar transaksi pembelian saham maka si penjual saham akan memperoleh
uang dari KPEI dan sebaliknya. Transaksi saham di BEI sangat terjamin karena memperoleh sertifikasi
ISO. Pihak yang boleh bertransaksidi BEI hanyalah anggota bursa dimana investor yang ingin menjual
atau membeli saham harus menggunakan jasa anggota bursa. Transaksi dilakukan secara otomatis oleh
investor atau anggota bursa langsung dari kantor mereka. Anggota bursa akan dikenakan biaya
transaksi. Kemudian investor memperoleh bukti beli atau jual saham. Penyelesian transaksi bursa saat
ini yakni T+3, dimana investor akan memperoleh saham yang dibeli atau uang yang diperoleh setelah
hari ketiga transaksi.
Biaya Transaksi Di Pasar Sekunder, Fraksi Harga Saham Dan Auto Rejection System

Transaksi saham dilakukan oleh para investor melalui perantara perdagangan efek yang disebut
pialang atau broker yang telah memiliki ijin OJK. Para pialang akan mengenakan komisi yang harus
dibayarkan oleh para investor yang bertransaksi maksimum 1% dari nilai transaksi. Selain komisi, para
broker akan mengenakan pajak pertambahan nilai sebesar 10% dari komisi tersebut kepada investor
yang kemudian disetor ke kas negara sebagai penerimaan pajak. Khusus untuk transaksi penjualan
saham akan dikenakan pajak transaksi sebesar 0,1% dari nilai transaksi yang kemudian dibayarkan ke
kas negara. Dalam melakukan transaksi saham jumlah kelipatan penawaran dan permintaan diatur oleh
BEI untuk menjamin agar berjalan secara teratur. Pengaturan tersebut disebut fraksi harga saham. Besar
kecilnya fraksi harga saham tergantung dari harga saham yang diperdagangkan semakin tinggi harga
saham semakin tinggi pula fraksi harga saham yang digunakan. Pihak yang menentukan fraksi saham
ini yakni BEI sendiri. Dalam perdagangan saham diatur dalam batas tertinggi dan terendah untuk satu
hari perdagangan suatu saham sistem yang dikenal sebagai auto rejection system. Sistem tersebut
berguna untuk mengontrol perdagangan saham yang ada di bursa agar teratur, wajar dan efisien.
Sehingga harga saham akan berfluktuasi secara terkendali dimana tidak ada kenaikan atau penurunan
yang tajam. Auto rejection system merupakan penolakan otomatis terhadap penawaran jual/beli akibat
dilampuinya batasan harga yang ditetapkan oleh BEI (Bursa Efek Indonesia).
DAFTAR PUSTAKA

Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 2020. Penerapan Manajemen Risiko bagi Dana Pensiun,
https://www.ojk.go.id/id/regulasi/Pages/Penerapan-Manajemen-Risiko-bagi-Dana-Pensiun.aspx

Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 2015. POJK Peneraman Manajemen Risiko bagi Lembaga Jasa
Keuangan Non-Bank. https://www.ojk.go.id/id/regulasi/Pages/POJK-Tentang-Penerapan-
Manajemen-Risiko-Bagi-Lembaga-Jasa-Keuangan-Non-Bank.aspx

Awawa, Yogarta. 2021. Jenis Jenis Resiko Asuransi dan Cara Mengelola yang Tepat.
https://www.qoala.app/id/blog/asuransi/umum/jenis-dan-cara-mengelola-risiko-
asuransi/#:~:text=Pentingnya%20Manajemen%20Risiko%20dalam%20Asuransi&text=Manajemen
%20risiko%20adalah%20proses%20identifikasi,aset%20untuk%20memperoleh%20hasil%20usaha.
Diakses pada 12 Januari 2021

Abriyani Puspaningsih, Sitiya Puspita Dewi. 2019. Determinants analysis of earnings response
coefficient: Empirical study in Indonesia. https://journal.uii.ac.id/JAAI/article/view/13368 . Diakses
pada 23 Desember 2019

Anda mungkin juga menyukai