PERTEMUAN 4, 5 dan 6
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pasar Modal dan Manajemen Risiko MB yang diampu
oleh Bapak Rediyanto Putra, S,E., M.S.A
Oleh :
PRODI S1 AKUNTANSI
JURUSAN AKUNTANSI
2021
RESUME PERTEMUAN 4
A. Pengertian Asuransi
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 246 dikatakan bahwa asuransi atau
pertanggungan adalah suatu perjanian yang mana seorang penanggung mengikatkan diri pada
tertanggung dengan menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepada suatu kerugian,
kerusakan, atau peristiwa yang tak tentu.
Tentang usaha peransuransian
Undang-undang No. 40 Tahun 2014 menjelaskan bahwa usaha perasuransian adalah segala sesuatu
yang menyangkut jasa pertanggungan atau pengelolaan risiko, pertanggungan ulang risiko,
pemasaran dan distribusi produk asuransi atau asuransi syariah, konsultasi dan keperantaraan
asuransi, asuransi syariah, reasuransi atau reasuransi syariah, atau penilaian kerugian asuransi atau
asuransi syariah.
- Usaha asuransi umum adalah usaha jasa pertanggungan risiko yang memberikan penggantian
kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul,
kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti.
- Usaha asuransi jiwa adalah usaha yang menyelenggarakan jasa penaggulangan risiko yang
memberikan pembayaran kepada pemegang polis, tertanggung, atau pihak lain yang berhak
dalam hal tertanggung meninggal dunia atau tetap hidup atau pembayaran lain kepada pemegang
polis, tertanggung atau pihak lain yang berhak pada waktu tertentu yang diatur dalam perjanjian
yang besarnya telah ditetapkan dan atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
B. Manfaat dan Biaya Asuransi
- Asuransi memiliki manfaat sebagai berikut:
a. Rasa aman dan perlindungan
b. Pendistribusian biaya dan manfaat lebih adil
c. Polis asuransi dapat dijadikan jaminan memperoleh kredit
d. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan
e. Alat penyebaran risiko
- Biaya-baiya dalam asuransi yaitu:
a. Biaya operasional adalah biaya ini dikeluarkan oleh perusahaan asuransi dalam menciptakan
laba perusahaannya
b. Moral Hazard yaitu kondisi ketika seseorang atau perusahaan dengan sengaja menyebabkan
kerugian dengan maksud memperoleh uang asuransi. Contohnya membuat klaim fiktif
c. Morale Hazard adalah kelalaian atau tindakan yang tidak bertanggungjawab seseorang yang
akan menyebabkan terjadinya suatu kerugian.
C. Prinsip Dasar Asuransi
a) Insurable interest. Seseorang boleh mengasuransikan barang apabila yang bersangkutan
mempunyai kepentingan atas barang yang dipertanggungkan
b) Utmost good faith. Penutupan asuransi baru sah apabila penutupannya didasari iktikad baik
c) Indemnity. Penggantian dari penanggung kepada tertanggung dalam kerugian setinggi-
tingginya didasarkan pada sebesar kerugian yang sesungguhnya diderita tertanggung dalam arti
tidak dibenarkan mencari keuntungan dari ganti rugi asuransi.
d) Subrogation. Apabila tertanggung sudah dapat ganti rugi atas dasar indemnity, ia tidak berhak
lagi memperoleh penggantian dari pihak walaupun jelas ada pihak lain bertanggung jawab pula
atas kerugian yang dideritanya. Penggantian dari pihak lain harus diserahkan pada penanggung
yang telah memberikan ganti rugi yang dimaksud
e) Proximate cause. Suatu sebab aktif efisien yang mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa
secara berantai atau berurutan tanpa intervensi suatu kekuatan lain diawali dan bekerja dengan
aktif dari suatu sumber baru dan independen.
D. Premi Asuransi
Menurut undang-undang perasuransian, bahwa premi adalah sejumlah uang yang ditetapkan oleh
perusahaan asuransi dan disetujui pemegang polis untuk dibayarkan berdasarkan perjanjian
asuransi atau sejumlah uang yang ditetapkan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang
mendasari program asuransi wajib untuk memperoleh manfaat.
E. Transfer Risiko
Menurut Fahmi (2015) terdapat dua model transfer risiko yang dapat dilakukan yaitu:
RESUME PERTEMUAN 5
Topik : Manajemen Risiko Asuransi, Manajemen Risiko Dana Pensiun, dan Manajemen
Risiko Lembaga Pembiayaan
a. Risiko Strategis
Risiko Strategis adalah Risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan
suatu keputusan strategis serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
- Risiko Strategis dapat bersumber antara lain dari:
1. Menetapkan strategi yang kurang sejalan dengan visi dan misi Dana Pensiun;
2. Melakukan analisis lingkungan strategis yang tidak komprehensif;
3. Terdapat ketidaksesuaian rencana strategis (strategic plan) antar level strategis;
4. Kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis seperti perubahan teknologi,
perubahan kondisi ekonomi makro, kompetisi di pasar, dan perubahan kebijakan otoritas
terkait.
b. Risiko Operasional
Risiko Operasional adalah Risiko akibat ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses
internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya kejadian eksternal yang
memengaruhi operasional Dana Pensiun.
- Risiko Operasional dapat bersumber antara lain dari:
1. Kelemahan sumber daya manusia;
2. Kelemahan proses internal;
3. Sistem dan infrastruktur yang kurang memadai;
4. Kejadian eksternal yang berdampak buruk terhadap dana pensiun.
- Pengendalian Risiko Operasional
a) Pengendalian Risiko dilakukan secara konsisten sesuai dengan tingkat Risiko yang
akan diambil (risk appetite), hasil identifikasi, dan pengukuran Risiko Operasional.
b) Dalam penerapan pengendalian Risiko Operasional, Dana Pensiun dapat
mengembangkan program untuk memitigasi Risiko Operasional antara lain
pengamanan proses teknologi informasi dan alih daya pada sebagian kegiatan
operasional Dana Pensiun.
c) Dalam hal Dana Pensiun mengembangkan pengamanan proses teknologi informasi,
Dana Pensiun harus memastikan tingkat keamanan dari pemrosesan data elektronik.
d) Dana Pensiun harus memiliki sistem pendukung, yang paling sedikit mencakup:
1) identifikasi kesalahan secara dini;
2) pemrosesan dan penyelesaian seluruh transaksi secara efisien, akurat, dan tepat
waktu;
3) kerahasiaan, kebenaran, serta keamanan seluruh transaksi.
e) Dana Pensiun harus melakukan kaji ulang secara berkala terhadap prosedur,
dokumentasi, sistem pemrosesan data, rencana kontijensi, dan praktik operasional
lainnya guna mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan manusia.
c. Risiko Kredit
Risiko kredit adalah Risiko akibat kegagalan pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada
Dana Pensiun. Termasuk risiko kredit akibat kegagalan investasi antara lain, Risiko Kredit
akibat terkonsentrasinya penempatan investasi (risiko konsentrasi investasi), Risiko Kredit
akibat kegagalan pihak lawan (counterparty credit risk), dan Risiko Kredit akibat kegagalan
settlement (settlement risk).
- Pengendalian Risiko Kredit
a) Dana Pensiun harus memastikan bahwa fungsi pengelolaan dana atau investasi dan
fungsi lainnya yang terkait dengan aktivitas pengelolaan dana atau investasi telah
berfungsi secara memadai dan eksposur Risiko Kredit dijaga tetap konsisten dengan
limit yang ditetapkan serta memenuhi standar kehati-hatian.
b) Pengendalian Risiko Kredit dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain mitigasi
Risiko, pengelolaan posisi dan Risiko portofolio secara aktif, penetapan target batasan
Risiko konsentrasi dalam rencana investasi Dana Pensiun, penetapan tingkat
kewenangan dalam proses persetujuan pengelolaan investasi, dan analisis konsentrasi
secara berkala paling sedikit 1 kali dalam setahun.
c) Dana Pensiun harus memiliki sistem yang efektif untuk mendeteksi investasi
bermasalah atau transaksi bermasalah lainnya. Setiap strategi dan hasil penanganan
investasi bermasalah atau transaksi bermasalah lainnya ditatausahakan yang selanjutnya
digunakan sebagai masukan (input) untuk kepentingan fungsi pengelolaan dana atau
investasi.
d. Risiko Pasar
Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi aset dan liabilitas, akibat perubahan secara keseluruhan
dari kondisi pasar. Tujuan utama Manajemen Risiko untuk Risiko Pasar adalah untuk
meminimalkan kemungkinan dampak negatif akibat perubahan kondisi pasar terhadap aset dan
pendanaan Dana Pensiun.
- Pengendalian Risiko Pasar
a) Dana Pensiun harus mengambil langkah pengendalian Risiko termasuk pencegahan
terjadinya kerugian Risiko Pasar yang lebih besar.
b) Dana Pensiun yang memiliki surat berharga harus melakukan kaji ulang secara berkala
terhadap kondisi, kredibilitas, dan kemampuan membayar kembali penerbit surat
berharga. Kaji ulang tersebut harus didokumentasikan dan dilakukan paling sedikit
setiap 6 bulan.
c) Dalam hal Dana Pensiun memiliki surat berharga yang terdaftar atau diperdagangkan di
pasar modal dan berdasarkan hasil kaji ulang terdapat kemungkinan peningkatan
kegagalan penerbit surat berharga, Dana Pensiun harus melakukan pengendalian antara
lain dengan memantau secara ketat credit spread surat berharga tersebut serta
mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengurangi kerugian misalnya dengan
membentuk cadangan.
e. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Dana Pensiun untuk memenuhi
liabilitas yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid yang dapat
dengan mudah dikonversi menjadi kas, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Dana
Pensiun.
- Pengendalian Risiko Likuiditas
a) Pengendalian Risiko Likuiditas dilakukan melalui strategi pendanaan, pengendalian
posisi likuiditas dan Risiko Likuiditas berkala, pengelolaan aset likuid yang berkualitas
tinggi, dan rencana pendanaan melalui iuran tambahan bagi DPPK yang
menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti.
b) Pengelolaan secara aktif atas posisi likuiditas dan Risiko Likuiditas berkala bertujuan
untuk memenuhi kewajiban Dana Pensiun secara tepat waktu, misal pada saat Peserta
pensiun, Dana Pensiun mampu memenuhi kewajibannya, baik pada kondisi normal
maupun kondisi krisis dengan memprioritaskan liabilitas solvabilitasnya.
c) Dana Pensiun harus menganalisis perubahan posisi likuiditas yang terjadi akibat
pembayaran manfaat pensiun kepada pensiunan dan pihak yang berhak. Analisis
tersebut dilakukan antara lain berdasarkan proyeksi arus kas yang disusun secara
berkala.
d) Dana Pensiun harus memiliki aset likuid berkualitas tinggi dengan jumlah yang cukup
dan komposisi yang disesuaikan dengan profil Risiko Likuiditas dalam rangka
memenuhi kebutuhan likuiditas baik jangka pendek, maupun jangka panjang.
e) Dalam hal eksposur Risiko Likuiditas bagi DPPK yang menyelenggarakan program
pensiun manfaat pasti menyebabkan kualitas pendanaan menurun, Dana Pensiun harus
berkoordinasi dengan Pendiri untuk rencana pemenuhan pendanaan melalui iuran
tambahan.
f. Risiko Hukum
Risiko Hukum adalah Risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek
hukum. Risiko Hukum dapat bersumber antara lain dari ketiadaan dan/atau perubahan peraturan
perundang-undangan atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya
kontrak dan proses litigasi yang timbul dari gugatan pihak ketiga terhadap Dana Pensiun
maupun Dana Pensiun terhadap pihak ketiga.
- Pengendalian Risiko Kepatuhan
Dalam penerapan pengendalian internal untuk Risiko Kepatuhan, selain menerapkan
pengendalian internal. Dana Pensiun harus memiliki sistem pengendalian internal untuk Risiko
Kepatuhan, antara lain untuk memastikan tingkat responsif Dana Pensiun terhadap
penyimpangan standar yang berlaku secara umum, ketentuan atau peraturan perundang-
undangan.
g. Risiko Reputasi
Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan pemangku kepentingan
yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Dana Pensiun. Risiko Reputasi dapat bersumber
antara lain dari adanya pemberitaan media dan/atau rumor mengenai Dana Pensiun yang
bersifat negatif, serta strategi komunikasi Dana Pensiun yang kurang efektif.
- Pengendalian Risiko Reputasi
1) Dana Pensiun harus segera menindaklanjuti dan mengatasi adanya keluhan Peserta,
pensiunan, dan pihak yang berhak, termasuk apabila terdapat gugatan hukum yang dapat
meningkatkan eksposur Risiko Reputasi.
2) Dana Pensiun harus mengembangkan mekanisme yang andal dalam melakukan tindakan
pengendalian Risiko Reputasi yang efektif, seperti penyampaian informasi setiap terdapat
perubahan peraturan Dana Pensiun kepada Peserta, pensiunan, dan pihak yang berhak.
3) Tindakan pengendalian Risiko Reputasi juga diikuti dengan perbaikan pada kelemahan
pengendalian dan prosedur yang memicu terjadinya Risiko Reputasi.
C. Manajemen Risiko Lembaga Pembiayaan
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/Pojk.05/2015 Tentang Penerapan
Manajemen Risiko Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank, Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank,
yang selanjutnya disingkat LJKNB, adalah lembaga yang melaksanakan kegiatan di sektor
perasuransian, dana pensiun, dan lembaga pembiayaan. Risiko Pembiayaan adalah Risiko yang
muncul akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada
perusahaan pembiayaan.
- Penerapan manajemen risiko lembaga pembiayaan :
a) LJKNB wajib menerapkan Manajemen Risiko secara efektif.
b) Penerapan Manajemen Risiko paling sedikit mencakup:
1) Pengawasan aktif direksi, dewan komisaris, atau yang setara dari LJKNB;
2) Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit Risiko;
3) Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian Risiko;
4) Sistem informasi Manajemen Risiko;
5) Sistem pengendalian intern yang menyeluruh.
RESUME PERTEMUAN 6
Laporan keuangan merupakan informasi yang sangat penting untuk investor serta menjadi salah
satu media untuk pengambilan keputusan. Karena laporan keuangan berkaitan dengan laba perusahaan
yang dapat menarik perhatian investor paling tinggi. Namun, laporan keuangan dapat dimanipulasi oleh
pihak manajemen, oleh karena itu informasi lain yang dibutuhkan adalah koefisien respon laba.
Koefisien respon laba (ERC) dapat digunakan untuk menentukan reaksi pasar terhadap informasi
pendapatan perusahaan. Faktor yang mempengaruhi ERC adalah kualitas laba, keuangan leverage,
peluang pertumbuhan, profitabilitas, risiko sistematis. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis
determinan dari ERC. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Arfan dan Antasari (2008)
dengan menggunakan variabel independen yaitu ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan
profitabilitas. Ketiga variabel ini menunjukan bahwa ukuran dan profitabilitas perusahaan tidak
berpengaruh pada ERC, sehingga akan diuji kembali dan menambahkan finance leverage. Laverage ini
dihitung dengan membandingkan hutang dengan aset..
A. Teori persinyalan
Ukuran perusahaan bisa menjadi sinyal yang diberikan oleh perusahaan, contoh
perusahaan yang besar mendapatkan kepercayaan lebih banyak dalam menjalankan bisnis dan
melunasi ukuran. Pertumbuhan perusahaan juga sinyal yang dipublikasikan melalui laporan
keuangan, dimana apabila perusahaan memiliki pertumbuhan yang menjanjikan maka menarik
minat investor yang dapat memberikan dividen lebih tinggi. Profitiabilitas memberikan sinyal
melalui tingkat keuntungan yang dapat menunjukkan kinerja, sehingga apabila keuntungan tinggi
akan menarik investor dan dapat meningkatkan koefisien respon pendapatan. Finance leverage juga
menjadi sinyal untuk perusahaan, apabila perusahaan memiliki hutang lebih besar dari ekuitas maka
investor beramsumsi perusahaan memiliki risiko tinggi dalam hutangnya misal gagal melunasi.
Maka dati itu variabel-variabel tersebut memiliki hubungan signifikan terhadap kefisien respon
laba. Menurut Rahayu dan Suaryana (2015) teori persinyalan merupakan elemen yang memberikan
informasi laporan, catatan atau gambaran masa lalu, sekarang, atau masa depan untuk kelangsungan
hidup perusahaan dan pengaruhnya.
B. Koefisien Respon Laba (ERC)
Koefisien responden laba (ERC) merupakan perbedaan antara pendapatan yang
direalisasikan dan diperkirakan, sehingga mewakili pasar reaksi dalam hal perubahan harga, sesuai
pendapatan yang tidak terduga. Koefisien responden laba (ERC) dapat digunakan sebagai suatu
indikator validitas laba sebagai proxy untuk ekspektasi pasar yang berkaitan dengan keamanan
pendapatan di masa depan. Variabel terikat penelitian ini adalah ERC yang diuji berdasarkan respon
pasar terhadap bagian tak terduga.
C. Ukuran perusahaan
Tentunya perusahaan dengan skala yang lebih besar akan menjadi pusat perhatian
stakeholder dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan besar tentunya akan mendapat laba atau
keuntungan yang lebih banyak dan memimiliki sistem pengendalian internal yang baik. Selain itu,
perusahaan besar juga mempublikasikan lebih banyak informasi perusahaan yang dapat digunakan
investor mengambil keputusan.
D. Pertumbuhan perusahaan
Laba perusahaan menjadi salah satu pengukur kemampuan perusahaan yang menjadi
pertimbangan investor. Keuntungan atau laba perusahaan yang terus mengalami kenaikan ditiap
tahunnya akan menggambarkan laba dimasa depan karena menggambarkan kinerja perusahaan
yang terus lebih baik sebaliknya apabila kualitas kinerja perusahaan memburuk pasti akan
mengakibatkan perolehan laba menurun.
E. Profitabilitas
Profitabilitas yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sebagai upaya untuk
meningkatkan nilai pemegang saham. Rumus yang digunakan yaitu ROA atau ROE.
F. Finance leverage
Debt to total assets ratio (DAR) merupakan procy untuk menghitung finance leverage.
Semakin besar hutang menunjukkan risiko yang lebih tinggi, sehingga investor berasumsi memiliki
risiko yang tinggi.
Profitabilitas (X 3)
Leverage Keuangan (X 4)
4. Perusahaan manufaktur yang memiliki data saham harian dan melengkapi Indeks Harga
Saham Gabungan harian selama periode penelitian.
H. Variabel Operasional
Penelitian tersebut terdiri dari 4 (empat) variabel bebas yaitu ukuran perusahaan,
pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, financial leverage dan variabel terikat yaitu koefisien
respon laba. Koefisien respon laba dapat diukur dalam dua langkah yaitu mengukur
cumulative abnormal return (CAR) dan mengukur tingkat penghasilan tak terduga (UE).
Pertumbuhan perusahaan sangat berpengaruh positif terhadap koefisien respon laba (ERC)
sesuai dengan teori persinyalan. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap koefisien respon
laba (ERC) sehingga tidak sejalan yang dilakukan oleh Arfan dan Antasari (2008) dan sesuai yang
dinyatakan pada teori persinyalan. Pada profitabilitas hasil penelitian yang diperoleh membuktikan
bahwa tidak berpengaruh terhadap koefisen respon laba, karena tidak hanya memperhaikan ROE
tetapi juga memperhatikan stabilitas profitabilitas beberapa tahun sebelumnya sebagai
pertimbangan. Hasil penelitian menunjukan financial leverage tidak berpengaruh terhadap koefisien
respon laba (ERC) dan sesuai dengan teori persinyalan yang sudah dijelaskan.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian mengenai determinan yang
mempengaruhi koefisien respon laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
2013-2015 yaitu, pertama hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan
berpengaruh positif terhadap koefisen respon laba. Kedua ukuran perusahaan, profitabilitas dan
lfinancial leverage tida berpengaruh terhadap koefisen respon laba. Berdasarkan penelitian
tersebut, batasan penelitian ini adalah hanya menguji faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien
respon laba di Indonesia, hanya menguji empat variabel independen dan hanya membuktikan
pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien respon laba di Indonesia.
Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya, yang pertama saran untuk menguji faktor-faktor yang
mempengaruhi koefisien respon laba di negara ASEAN lainnya. Kedua, penelitian selanjutnya
disarankan menguji variabel independen lainnya. Ketiga, dapat dibandingkan antara faktor-faktor
yang mempengaruhi ERC di Indonesia dengan faktor-faktor yang mempengaruhi ERC di Malaysia.
Topik : Pasar Modal
Pasar modal merupakan pasar yang menyediakan produk – produk pendanaan jangka panjang,
misalnya saham, obligasi, reksadana, derivatif efek, dan sukuk. Pasar modal memiliki 2 kategori yakni
pasar perdana dan pasar sekunder. Pasar perdana merupakan pasar saat perusahaan pertama kali
menawarkan produk pasar modalnya, sedangkan pasar sekunder yaitu tempat bertemunya investor yang
ingin menjual produk pasar modal ke investor lainnya di BEI. Fungsi pasar modal yang pertama, fungsi
ekonomi merupakan pasar yang menyediakan fasilitas dengan mempertemukan dua kepentingan yakni
piha yang memiliki kelebihan dana (investor) dan piha yang memerlukan dana (issuer). Kedua, fungsi
keuangan merupakan pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan dalam memperoleh
imbalan dari investasi yang dipilih, seperti saham memperoleh dividen. Manfaat keberadaan pasar
modal sebagai berikut :
Bursa Efek Indonesia berdiri pada tahun 1992. BEI didirkan dengan tujuan untuk
menyelenggarakan efek secara teratur, wajar, dan efisien. BEI merupakan satu – satunya
penyelenggara perdagangan efek di Indonesia dan berkewajiban untuk menetapkan peraturan
keanggotaan, pencatatan efek, dan perdagangan efek. BEI mempunyai satuan pemeriksa yang
berfungsi menjalankan pemeriksaan berkala terhadap anggotanya serta kegiatan bursa efek.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan badan yang melakukan pengaturan dan
pengawasan jasa keuangan baik sektor perbankan, pasar modal, maupun non keuangan. BEI, KPEI,
dan KSEI diawasi oleh OJK. Tujuan utama OJK agar terselenggarakan secara tertaur, wajar,
transparan, dan akuntanble, mampu mewujudkan sistem keuanagan yang stabil dan melindungi
konsumen dan masyarakat. Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) dikelola oleh KPEI yang
didirikan pada tanggal 5 agustus 1996. Menyediakan jasa kliring dan penjaminan
penyelesaiantransaksi bursa efek yang teratur, wajar dan efisien. Mayoritas saham lembaga kliring
dan penjaminan wajib dimiliki oleh bursa efek. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP)
dikelola oleh KSEI yang didirikan pada tanggal 9 januari 1998. Tujuan pendirian yakni
menyediakan jasa kustodian sentral dan penyelesaian transaksi yang teraur, wajar, dan efisien.
Saham LPP dapat dimiliki oleh bursa efek, bank kustodian, AB, perusahaan efek, badan
administrasi efek atau pihak lain yang disetujui Bapepam dan LK.
Anggota Bursa Efek Indonesia merupakan salah satu pelaku pasar modal yang mempunyai
hak untuk mempergunakan sistem atau sarana BEI guna melaksanakan transaksi bursa. Pihak
lainnya yaitu penjamin emisi efek yang mendapatkan izin penjaminan penerbitan atau penjualan
efek dengan surat ijin profesi. Perusahaan manajemen investasi yakni pelaku pasar modal lain yang
mengelola dana masyarakat untuk diinvestasikan dalam bentuk sekuritas baik saham, obligasi dan
aset lainnya. Selain itu pelaku pasar modal didukung oleh profesi lainnya yakni akuntan, notaris,
konsultan hukum dan penilai yang bergabung dalam jasa penilai.
Indeks saham merupakan instumen yang digunakan sebagai indikator dari pergerakan harga
dan kinerja dari sekumpulan saham, baik sektoral dan non sektoral. Indeks nonsektoral yakni IHSG,
LQ45, ISSI, JII, MBX, DBX, Kompas100, Sri-Kehati, dan lainnya. Indeks sektoral yakni Agricultur,
Mining Basic Industry, Miscellaneous Industry, Consumer Gooda, Property & Real Estate,
Infrasturcture, Finance, Trade & Service, Manufacturing.
Transaksi saham dilakukan oleh para investor melalui perantara perdagangan efek yang disebut
pialang atau broker yang telah memiliki ijin OJK. Para pialang akan mengenakan komisi yang harus
dibayarkan oleh para investor yang bertransaksi maksimum 1% dari nilai transaksi. Selain komisi, para
broker akan mengenakan pajak pertambahan nilai sebesar 10% dari komisi tersebut kepada investor
yang kemudian disetor ke kas negara sebagai penerimaan pajak. Khusus untuk transaksi penjualan
saham akan dikenakan pajak transaksi sebesar 0,1% dari nilai transaksi yang kemudian dibayarkan ke
kas negara. Dalam melakukan transaksi saham jumlah kelipatan penawaran dan permintaan diatur oleh
BEI untuk menjamin agar berjalan secara teratur. Pengaturan tersebut disebut fraksi harga saham. Besar
kecilnya fraksi harga saham tergantung dari harga saham yang diperdagangkan semakin tinggi harga
saham semakin tinggi pula fraksi harga saham yang digunakan. Pihak yang menentukan fraksi saham
ini yakni BEI sendiri. Dalam perdagangan saham diatur dalam batas tertinggi dan terendah untuk satu
hari perdagangan suatu saham sistem yang dikenal sebagai auto rejection system. Sistem tersebut
berguna untuk mengontrol perdagangan saham yang ada di bursa agar teratur, wajar dan efisien.
Sehingga harga saham akan berfluktuasi secara terkendali dimana tidak ada kenaikan atau penurunan
yang tajam. Auto rejection system merupakan penolakan otomatis terhadap penawaran jual/beli akibat
dilampuinya batasan harga yang ditetapkan oleh BEI (Bursa Efek Indonesia).
DAFTAR PUSTAKA
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 2020. Penerapan Manajemen Risiko bagi Dana Pensiun,
https://www.ojk.go.id/id/regulasi/Pages/Penerapan-Manajemen-Risiko-bagi-Dana-Pensiun.aspx
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 2015. POJK Peneraman Manajemen Risiko bagi Lembaga Jasa
Keuangan Non-Bank. https://www.ojk.go.id/id/regulasi/Pages/POJK-Tentang-Penerapan-
Manajemen-Risiko-Bagi-Lembaga-Jasa-Keuangan-Non-Bank.aspx
Awawa, Yogarta. 2021. Jenis Jenis Resiko Asuransi dan Cara Mengelola yang Tepat.
https://www.qoala.app/id/blog/asuransi/umum/jenis-dan-cara-mengelola-risiko-
asuransi/#:~:text=Pentingnya%20Manajemen%20Risiko%20dalam%20Asuransi&text=Manajemen
%20risiko%20adalah%20proses%20identifikasi,aset%20untuk%20memperoleh%20hasil%20usaha.
Diakses pada 12 Januari 2021
Abriyani Puspaningsih, Sitiya Puspita Dewi. 2019. Determinants analysis of earnings response
coefficient: Empirical study in Indonesia. https://journal.uii.ac.id/JAAI/article/view/13368 . Diakses
pada 23 Desember 2019