Peraturan OJK yang membahas tentang Manajemen Risiko bagi Bank Umum digunakan sebagai
acuan dan landasan bagi perbankan umum dalam menerapkan manajemen risiko pada setiap
aktivitas bisnisnya. POJK mewajibkan bank untuk menerapkan manajemen risiko secara efektif,
yang meliputi :
1. Risiko kredit
2. Risiko pasar
3. Risiko operasional
4. Risiko hukum
5. Risiko reputasi
6. Risiko strategis
7. Risiko kepatuhan
1. Menyusun kebijakan dan strategi manajemen risiko secara tertulis dan komprehensif
2. Mengimplementasikan kebijakan manajemen risiko dan menetapkan Riska oppetite
3. Mengevaluasi dan memutuskan transaksi yang memerlukan persetujuan direksi
4. Mengembangkan budaya manajemen risiko pada seluruh jenjang organisasi
5. Meningkatkan kompetensi SDM
Wewenang dan tanggung jawab dewan komisaris antara lain
1. Menyetujui dan mengevaluasi kebijakan manajemen risiko
2. Mengevaluasi pertanggung jawaban direksi pelaksanaan kebijakan manajemen risiko
3. Mengevaluasi dan memutuskan permohonan direksi berkaitan dengan transaksi yang
memerlukan persetujuan dewan komisaris
Bank wajib menyampaikan laporan profit risiko kepada otoritas jasa keuangan (OJK) secara
triwulan untuk Maret, Juni, September, dan Desember. Laporan tersebut paling lambat
disampaikan 15 hari kerja setelah akhir bulan laporan.
Penetapan LCR bertujuan untuk memastikan bahwa bank memiliki kecukupan persediaan HQLA
yang tidak terkait (unencumbered), yang terdiri dari kas atau asset yang dapat dengan mudah
dan segera di konfersi menjadi kas dengan sedikit atau tanpa pengurangan nilai untuk
memenuhi liquiditas bank dalam periode 30 hari setelah scenario stress.
Adanya pengaturan yang diperlukan untuk pemenuhan rasio kecukupan likuiditas (liquidity
converage ratio / LCR) bagi bank umum.
LCR dihitung dengan formula sebagai berikut :
HQLA ≥ 100%
Total Net Cash Outflow dalam 30 hari kedepan
Capital Surcharge tersebut harus dipenuhi dengan menggunakan modal inti utama Common
Equity Tier 1 dan dipenuhi secara bertahap sesuai dengan peraturan OJK.
Regulatory sandsbox dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 1 tahun dan dapat
diperpanjang selama 6 bulan apabila diperlukan. Hasil regulatory sandsbox terhadap
penyelenggara dinyatakan dengan status direkomendasikan, perbaikan, atau tidak
direkomendasikan. Ketika penyelenggara berstatus direkomendasikan, OJK akan memberikan
rekomendasi pendaftaran sesuai dengan aktivitas usaha penyelenggara. Ketika hasil uji coba
berstatus perbaikan, OJK dapat memberikan perpanjangan waktu dengan jangka waktu paling
lama enam bulan sejak tanggal penetapan status. Ketika hasil uji coba ber status tidak
direkomendasikan, penyelenggara tidak dapat mengajukan kembali IKD yang sama.
Penyelenggara yang berstatus tidak direko mendasikan dikeluarkan dari pencatatan sebagai
penyelenggara. Ketika hasil uji coba menunjukkan keterkaitan dengan kewenangan otoritas lain,
OJK akan berkoordinasi dengan otoritas tersebut. Dalam pelaksanaan regulatory sandbox,
penyelenggara dapat berkoordinasi dengan lembaga jasa keuangan dan pihak terkait lainnya
dengan tetap berada di bawah koordinasi OJK. Peraturan pelaksanaan terkait tata cara
pelaksanaan regulatory sandbox diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.
Layanan perbankan digital (digital banking) diharapkan dapat mem berikan kemudahan pada
level yang lebih tinggi dibandingkan dengan layanan yang sudah ada. Pada sisi lain, layanan
perbankan digital meningkatkan risiko yang akan dihadapi bank, terutama risiko opera sional,
risiko strategi, dan risiko reputasi sehingga perlu peningkatan penerapan manajemen risiko
dalam penggunaan teknologi informasi secara efektif oleh bank.
Layanan perbankan elektronik adalah layanan bagi nasabah bank untuk memperoleh informasi,
melakukan komunikasi, dan melakukan transaksi perbankan melalui media elektronik. Layanan
perbankan di gital merupakan layanan perbankan elektronik yang dikembangkan de ngan
mengoptimalkan pemanfaatan data nasabah dalam rangka mela yani nasabah secara lebih
cepat, mudah, dan sesuai dengan kebutuhan (customer experience), serta dapat dilakukan
secara mandiri sepenuh à oleh nasabah dengan memperhatikan aspek keamanannya.
Dalam melakukan hubungan usaha dengan nasabah atau calon na sabah melalui layanan
perbankan digital bank wajib melakukan
Dalam melakukan verifikasi dengan perangkat keras dan/atau perangkat lunak, bank harus
memperhatikan faktor keaslian (authentication factor). Selain itu, bank juga wajib menerapkan
paling sedikit dua faktor keaslian (two factor authentication)
Layanan perbankan digital oleh bank berdasarkan perjanjian kemitraan antara bank dan mitra
bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b berupa :
• Layanan informatif
• Layanan transaksional
• Layanan lain berdasarkan persetujuan OJK
Mitra bank berupa penyedia layanan keuangan berbasis teknolog masi wajib telah memperoleh
izin dari OJK atau otoritas lain yang berwenang di mitra bank) Penyediaan layanan transaksional
dapat memanfaatkan konektivitas antara sistem elektronik milik bank dan sistem elektronik
mitra bank mitra fintech) Bank dilarang menjadi marketplace dalam menyediakan layanan
transaksional kepada mitra bank melalui aplikasi dan/atau aus web milik bank (marketplace)
Bank wajib menerapkan paling sedikit dua faktor keaslian (two factor authentication) untuk
verifkasi transaksi keuangan pada layanan transaksional (verifikasi transaksi). Bank hanya dapat
menyediakan informasi produk dan/atau jasa yang ditawarkan oleh mitra bank yang dinyatakan
dalam perjanjian kerja sama.
Bank dilarang menanggung Risiko yang timbul dari produk dan jasa yang ditawarkan oleh mitra
bank dalam menyelenggarakan Layanan perbankan digital berdasarkan perjanjian kemitraan
antara bank dan mitra bank (risiko mitra)
- PSAK 71 mensyaratkan pengakuan segera atas dampak peru bahan kerugian kredit
ekspektasian setelah pengakuan awal aset keuangan
Tujuan ICAAP
Secara umum tujuan ICAAP adalah
- Memastikan bank mempunyai kecukupan proses manajemen risiko dalam menilai,
memonitor, dan mengelola risiko-risiko yang dihadapi dan bank mampu menjaga tingkat
kecukupan modal dalam menutup/menghadapi risiko-risiko tersebut
- Menjaga tingkat kecukupan modal dalam menutup/menghadapi risiko yang belum di-
cover oleh pillar 1
- Meningkatkan keterkaitan antara profil risiko bank dan modal
- Mengantisipasi potensi kerugian yang timbul dan aset ter timbang menurut risiko yang
telah mempertimbangkan risiko kredit, risiko pasar, risiko pasar, dan risiko lain, seperti
nik konsentrasi, risiko likuiditas, risiko suku bunga pada banking book, risiko hukum,
risiko kepatuhan, risiko reputasi, dan risiko strategis.
Peran dan ruang lingkup internal audit atas review (CAAP Prinsip yang harus ada dalam
pemikiran internal auditor ketika melakukan review ICAAP, yaitu:
- Completeness
- Specific
- Proportionality
Dalam melakukan review ICAAP, internal auditor dapat memfokuskan pada dua hal penting,
yaitu
• Adequacy of internal own funds
Penilaian kecukupan modal internal dapat dilakukan dengan melakukan penilaian atas dua
hal, yaitu:
Kecukupan proses manajemen risiko
Penilaian terhadap kecukupan proses manajemen risiko dapat dibagi dalam tiga bagian
yaitu:
- Risk identification
- Risk assessment
- Stress testing
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Otoritas
Jasa Keuangan berfungsi untuk menyelengga rakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.
Sasaran pengaturan penerapan keuangan berkelanjutan ini adalah setiap LJK, emiten dan
perusahaan publik memiliki kesadaran atau komitmen terhadap pelaksanaan prinsip keuangan
berkelanjutan, serta berkontribusi dalam pengembangan produk berupa barang dan jasa yang
mem pertimbangkan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup Selam itu pengaturan tersebut
diharapkan dapat menciptakan kondisi persaingan yang sehat.
B. STRATEGI INDUSTRI PERBANKAN SESUAI MASTERPLAN INDUSTRI JASA KEUANGAN DARI OJK
a. Optimalisasi peran industri perbankan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional
(kontributif)
• Pendanaan infrastruktur dan sektor ekonomi prioritas yang dilaku kan dengan
mengoptimalkan peran perbankan dalam mendukung ketahanan pangan, energi, dan
ekonomi.
• Penguatan kapasitas industri perbankan dari sisi permodalan dan kelembagaan untuk
meningkatkan perannya dalam mendukung kegiatan ekonomi. Selain itu, peran asosiasi
perbankan juga dapat ditingkatkan dan diberdayakan.
• Pengembangan produk dan layanan perbankan serta peningkatan literasi keuangan
dengan cara:
- Mengembangkan produk keuangan dan investasi
- Mengembangkan skema produk dan layanan serta aktivitas perbankan
- Mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip pendanaan yang berkelanjutan
- Meningkatkan basis konsumen
- Mempermudah akses ke pasar modal sebagai sumber pendanaan
- Melakukan edukasi secara sinergis, terstruktur, masif, dan kom prehensif di seluruh
perbankan
- Meningkatkan keterampilan pengelolaan keuangan