Anda di halaman 1dari 11

REGULASI DAN STRATEGI INDUSTRI PERBANKAN

A. REGULASI TERKAIT INDUSTRI PERBANKAN

1. POJK TENTANG MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN

Disaat kondisi perbankan mengalami perkembangan pesat disertai dengan semakin


kompleksnya risiko aktivitas perbankan. Maka dibutuhkan praktik tata kelola (good governance)
dan pengelolaan risiko yang baik. Tujuan dari adanya praktik tata kelola dan pengelolaan risiko
ialah untuk mencegah potensi kerugian bank dari aktivitas yang dilakukannya. Maka dari itu
potensi kerugian yang terjadi tidak melebihi batas normal kemampuan bank atau dapat
mengganggu kelangsungan usaha bank.

Peraturan OJK yang membahas tentang Manajemen Risiko bagi Bank Umum digunakan sebagai
acuan dan landasan bagi perbankan umum dalam menerapkan manajemen risiko pada setiap
aktivitas bisnisnya. POJK mewajibkan bank untuk menerapkan manajemen risiko secara efektif,
yang meliputi :

1. Pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi


2. Kecukupan kebijakan dan prosedur manajemen risiko serta penetapan limit risiko
3. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko, serta
sistem informasi manajemen risiko
4. Sistem pengendalian internal yang menyeluruh

Risiko bank meliputi :

1. Risiko kredit
2. Risiko pasar
3. Risiko operasional
4. Risiko hukum
5. Risiko reputasi
6. Risiko strategis
7. Risiko kepatuhan

Wewenang dan tanggung jawab direksi antara lain :

1. Menyusun kebijakan dan strategi manajemen risiko secara tertulis dan komprehensif
2. Mengimplementasikan kebijakan manajemen risiko dan menetapkan Riska oppetite
3. Mengevaluasi dan memutuskan transaksi yang memerlukan persetujuan direksi
4. Mengembangkan budaya manajemen risiko pada seluruh jenjang organisasi
5. Meningkatkan kompetensi SDM
Wewenang dan tanggung jawab dewan komisaris antara lain
1. Menyetujui dan mengevaluasi kebijakan manajemen risiko
2. Mengevaluasi pertanggung jawaban direksi pelaksanaan kebijakan manajemen risiko
3. Mengevaluasi dan memutuskan permohonan direksi berkaitan dengan transaksi yang
memerlukan persetujuan dewan komisaris

Wewenang dan tanggung jawab satuan kerja manajemen risiko meliputi


1. Monitoring implementasi strategi manajemen risiko
2. Monitoring manajemen risiko secara keseluruhan per jenis risiko, dan per jenis aktivitas
fungsional, serta melakukan stress testing
3. Kaji ulang secara berkala terhadap proses managemen risiko,
4. Review usulan aktifitas dan produk baru,
5. Evaluasi terhadap akuratis model dan validitas data yang digunakan untuk mengukur
risiko,
6. Memberikan rekomendasi pada satuan kerja operasional atau komite managemen risiko
sesuai kewenangan yang dimiliki,
7. Menyusun dan menyampaikan laporan profil risiko kepada direktur utama atau direktur
yang ditugaskan secara khusus dan komite managemen risiko secara berkala,

Bank wajib menyampaikan laporan profit risiko kepada otoritas jasa keuangan (OJK) secara
triwulan untuk Maret, Juni, September, dan Desember. Laporan tersebut paling lambat
disampaikan 15 hari kerja setelah akhir bulan laporan.

2. POJK tentang anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme


Globalisasi di sector jasa keuangan yang diiringi dengan semakin berkembangnya produk jasa
keuangan dapat berpotensi untuk meningkatkan risiko pemanfaatan industry jasa keuangan
sebagai sarana pencucian uang atau pendanaan terorisme. Sesuai dengan ketentuan Pasal 5 UU
No. 21 Tahun 2011 tentang otoritas jasa keuangan yang menegaskan bahwa OJK berfungsi
menyelanggarakan system pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan
kegiatan didalam sector jasa keuangan.
Dalam rangka penegakan hukum, khusunya terkait dengan penerapan program APU dan PPT di
sector jasa keuangan, peraturan OJK perlu mengatur keseragaman sanksi atas pelanggaran
peraturan OJK ini dengan tetap memperhatikan size PJK maisng-masing sector jasa keuangan.
Sanksi dibagi menjadi 2, yakni sanksi berupa denda atas pelanggaran kewajiban pelaporan dan
sanksi atas pelanggaran peraturan OJK selain kewajiban pelaporan.

3. POJK tentang pengelolaan likuiditas


Kecukupan likuiditas yang memadai dapat dipenuhi dengan memelihara kecukupan asset likuid
berkualitas tinggi (hig quality likuid asset / HQLA) yang tidak terikat (unencumbered). Asset
likuid diklasifikasikan sebagai asset berkualitas tinggi jika kemampuan asset tersebut dalam
menghasilkan likuiditas tetap utuh, baik melalui penjualan maupun repo, meskipun bank
menghadapi kondisi stress, baik secara individu (idiosyncratic) maupun secara luas.

Penetapan LCR bertujuan untuk memastikan bahwa bank memiliki kecukupan persediaan HQLA
yang tidak terkait (unencumbered), yang terdiri dari kas atau asset yang dapat dengan mudah
dan segera di konfersi menjadi kas dengan sedikit atau tanpa pengurangan nilai untuk
memenuhi liquiditas bank dalam periode 30 hari setelah scenario stress.
Adanya pengaturan yang diperlukan untuk pemenuhan rasio kecukupan likuiditas (liquidity
converage ratio / LCR) bagi bank umum.
LCR dihitung dengan formula sebagai berikut :
HQLA ≥ 100%
Total Net Cash Outflow dalam 30 hari kedepan

4. POJK tentang bank systemic


Risiko yang bersumber dari bank sistemik dimitigasi melalui penetapan Capital Surcharge
berdasarkan tingkat dampak sistemik bank terhadap system keuangan domestic.
Bank sistemik adalah bank yang karena ukuran asset, modal, dan kewajiban, luas jaringan atau
kompleksitas transaksi atas jasa perbankan serta berkaitan dengan sector keuangan lain dapat
mengakibatkan gagalnya sebagian atau secara keseluruhan bank lain atau seperjasa keuangan.
Capital Surcharge adalah tambahan modal yang berfungsi untuk mengurangi dampak negative
terhadap stabilitas sistem keuangan. Metodologi penetapan bank sistemik tersebut
menggunakan indicator :
1. Ukuran bank
2. Kompleksitas kegiatan usaha
3. Keterkaitan dengan system keuangan (interconnectedness)

OJK menetapkan Capital Surcharge dalam 5 kelompok (bucket) yaitu :


1. 1,0% dari asset tertimbang menurut risiko (ATMR) bagi bank sistemik yang digolongkan
dalam kelompok bucket 1
2. 1,5% dari ATMR bagi bank sistemik yang digolongkan dalam kelompok bucket 2
3. 2,0% dari ATMR bagi bank sistemik yang digolongkan dalam kelompok bucket 3
4. 2,5% dari ATMR bagi bank sistemik yang digolongkan dalam kelompok bucket 4
5. 3,5% dari ATMR bagi bank sistemik yang digolongkan dalam kelompok bucket 5

Capital Surcharge tersebut harus dipenuhi dengan menggunakan modal inti utama Common
Equity Tier 1 dan dipenuhi secara bertahap sesuai dengan peraturan OJK.

5. POJK tentang inovasi keuangan digital (IKD) di sector jasa keuangan


Peran teknologi informasi menjadi aspek yang sangat penting bagi penggunaan perangkat gawai
(mobile device) dan computer sebagai media transaksi keuangan semakin tinggi. Hal tersebut
juga didukung dengan meningkatnya penggunaan jaringan internet di Indonesia yang diikuti
dengan perluasan pengembangan infrastruktur jaringan internet.
Penggunaan teknologi informasi dapat dilakukan oleh bank baik dengan pengembangan
infrastruktur pendukung secara mandiri maupun melalui kerjasama dengan mitra bank. Dengan
memanafaatkan teknologi informasi, bank diharapkan dapat memberikan layanan kepada
nasabah tanpa Batasan tempat dan waktu, serta dengan biaya seminimal mungkin sehingga
memberikan kenyamanan maksimal kepada nasabah sesuai dengan preferensi nasabah.

OJK menyelenggarakan regulatory sandsbox untuk memastikan IKD memenuhi kriteria


sebagaimana diatur pada POJK No 13/POJK.2/2018 pasal 4. Penyelenggara yang sedang berada
dalam proses regulatory sandsbox dapat memperoleh persetujuan OJK untuk dikecualikan
sementara dari peraturan OJK tertentu.

Regulatory sandsbox dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 1 tahun dan dapat
diperpanjang selama 6 bulan apabila diperlukan. Hasil regulatory sandsbox terhadap
penyelenggara dinyatakan dengan status direkomendasikan, perbaikan, atau tidak
direkomendasikan. Ketika penyelenggara berstatus direkomendasikan, OJK akan memberikan
rekomendasi pendaftaran sesuai dengan aktivitas usaha penyelenggara. Ketika hasil uji coba
berstatus perbaikan, OJK dapat memberikan perpanjangan waktu dengan jangka waktu paling
lama enam bulan sejak tanggal penetapan status. Ketika hasil uji coba ber status tidak
direkomendasikan, penyelenggara tidak dapat mengajukan kembali IKD yang sama.
Penyelenggara yang berstatus tidak direko mendasikan dikeluarkan dari pencatatan sebagai
penyelenggara. Ketika hasil uji coba menunjukkan keterkaitan dengan kewenangan otoritas lain,
OJK akan berkoordinasi dengan otoritas tersebut. Dalam pelaksanaan regulatory sandbox,
penyelenggara dapat berkoordinasi dengan lembaga jasa keuangan dan pihak terkait lainnya
dengan tetap berada di bawah koordinasi OJK. Peraturan pelaksanaan terkait tata cara
pelaksanaan regulatory sandbox diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.

Layanan perbankan digital (digital banking) diharapkan dapat mem berikan kemudahan pada
level yang lebih tinggi dibandingkan dengan layanan yang sudah ada. Pada sisi lain, layanan
perbankan digital meningkatkan risiko yang akan dihadapi bank, terutama risiko opera sional,
risiko strategi, dan risiko reputasi sehingga perlu peningkatan penerapan manajemen risiko
dalam penggunaan teknologi informasi secara efektif oleh bank.

Layanan perbankan elektronik adalah layanan bagi nasabah bank untuk memperoleh informasi,
melakukan komunikasi, dan melakukan transaksi perbankan melalui media elektronik. Layanan
perbankan di gital merupakan layanan perbankan elektronik yang dikembangkan de ngan
mengoptimalkan pemanfaatan data nasabah dalam rangka mela yani nasabah secara lebih
cepat, mudah, dan sesuai dengan kebutuhan (customer experience), serta dapat dilakukan
secara mandiri sepenuh à oleh nasabah dengan memperhatikan aspek keamanannya.

Layanan perbankan digital yang disediakan oleh bank berupa :


1. Administrasi rekening
2. Otorisasi transaksi
3. Pengelolaan keuangan
4. Pelayanan produk keuangan lain berdasarkan persetujuan OJK

Layanan perbankan digital yang disediakan oleh bank berupa :


• Administrasi
• Otorisasi transaksi
• Pengelolaan keuangan
• Pelayanan produk keuangan lain berdasarkan persetujuan OJK

Dalam melakukan hubungan usaha dengan nasabah atau calon na sabah melalui layanan
perbankan digital bank wajib melakukan

• Identifikasi nasabah atau calon nasabah


• Verifikasi atas informasi dan dokumen pendukung nasabah atau calon nasabah

Dalam melakukan verifikasi dengan perangkat keras dan/atau perangkat lunak, bank harus
memperhatikan faktor keaslian (authentication factor). Selain itu, bank juga wajib menerapkan
paling sedikit dua faktor keaslian (two factor authentication)

Layanan perbankan digital oleh bank berdasarkan perjanjian kemitraan antara bank dan mitra
bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b berupa :

• Layanan informatif
• Layanan transaksional
• Layanan lain berdasarkan persetujuan OJK

Mitra bank berupa penyedia layanan keuangan berbasis teknolog masi wajib telah memperoleh
izin dari OJK atau otoritas lain yang berwenang di mitra bank) Penyediaan layanan transaksional
dapat memanfaatkan konektivitas antara sistem elektronik milik bank dan sistem elektronik
mitra bank mitra fintech) Bank dilarang menjadi marketplace dalam menyediakan layanan
transaksional kepada mitra bank melalui aplikasi dan/atau aus web milik bank (marketplace)
Bank wajib menerapkan paling sedikit dua faktor keaslian (two factor authentication) untuk
verifkasi transaksi keuangan pada layanan transaksional (verifikasi transaksi). Bank hanya dapat
menyediakan informasi produk dan/atau jasa yang ditawarkan oleh mitra bank yang dinyatakan
dalam perjanjian kerja sama.

Bank dilarang menanggung Risiko yang timbul dari produk dan jasa yang ditawarkan oleh mitra
bank dalam menyelenggarakan Layanan perbankan digital berdasarkan perjanjian kemitraan
antara bank dan mitra bank (risiko mitra)

6. PSAK 71 Instrumen Keuangan


PSAK 71 instrumen Keuangan mengatur hal-hal berikut :
• Klasifikasi Aset Keuangan Pengaturan pendekatan klasifikasi aset keuangan dilakukan
melalui model bisnis entitas dalam mengelola aset keuangan dan karakteristik arus kas
kontraktual dari aset keuangan diukur pada nilai wajar melalui laba rugi kecuali pada biaya
perolehan diamortisasi atau nilai wajar melalui penghasilan komprehensif lain.

• Pengakuan Kerugian Kredit Ekspetasian


- PSAK 71 memperkenalkan metode kerugian kredit ekspek tasian dalam mengukur kerugian
instrumen keuangan akibat penurunan nilai instrumen keuangan.

- PSAK 71 mensyaratkan pengakuan segera atas dampak peru bahan kerugian kredit
ekspektasian setelah pengakuan awal aset keuangan

- Entitas mengukur penyisihan kerugian instrumen keuangan sejumlah kerugian kredit


ekspektasian sepanjang umurnya, jika risiko kredit atas instrumen keuangan tersebut telah
meningkat secara signifikan sejak pengakuan awal

• Penentuan Peningkatan Risiko Kredit Signifikan


Entitas mempertimbangkan apakah terdapat kenaikan risi ko kredit yang signifikan
(penilaian berdasarkan perubahan pada kemungkinan gagal bayar yang terjadi), yaitu
dengan membandingkan risiko kredit awal instrumen keuangan de ngan risiko kredit pada
tanggal pelaporan
Jika entitas mengestimasi instrumen keuangan memiliki risiko kredit yang rendah pada
tanggal pelaporan (contohnya, investment grade'], entitas mengasumsikan risiko kredit atas
instrumen keuangan tidak meningkat secara signifikan Terdapat praduga (rebuttable
presumption) bahwa risiko kre dit yang signifikan telah terjadi ketika pembayaran tertung
gak lebih dari 30 hari dan tidak ada lagi informasi spesifik lain tentang peminjam

• Perhitungan Kerugian Kredit Ekspetasian


- Entitas mengakui penurunan nilai atas komitmen pinjaman dan kontrak jaminan keuangan.
- Untuk kontrak jaminan keuangan, dipertimbangkan peruba han risiko bahwa debitur yang
ditetapkan dalam kontrak akan mengalami gagal bayar
- Untuk komitmen pinjaman, mempertimbangkan perubahan risiko gagal bayar.

• Kriteria Kualifikasian Akuntansi Lindung Nilai


Menurut PSAK 55, hubungan lindung nilai dapat dianggap efektif jika memenuhi persyaratan
tes efektivitas 80-125% Berbeda dengan PSAK 55, PSAK 71 menghilangkan per syaratan tes
efektivitas tersebut dan memperkenalkan per syaratan yang lebih umum (principle-based)
menggunakan pertimbangan manajemen, yaitu:
- Terdapat hubungan ekonomis antara item lindung nilai dengan instrumen lindung nilai.
- Pengaruh risiko kredit tidak mendominasi perubahan nilai yang dihasilkan dari hubungan
ekonomis tersebut.
• Tanggal Efektif dan Ketentuan Transisi
- Entitas menerapkan pernyataan ini untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau
setelah tanggal 1 Januari. Penerapan dini diperkenankan.
- Jika entitas memilih untuk menerapkan dini pernyataan ini, entitas harus
mengungkapkan fakta tersebut dan menerap kan semua persyaratan dalam pernyataan
ini pada waktu yang sama.
- Entitas menerapkan pernyataan ini secara retrospektif sesuai dengan PSAK 25 Kebijakan
Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan.
- Pernyataan ini tidak diterapkan untuk item yang telah dihenti kan pengakuannya pada
tanggal penerapan awal.

7. Bassel II Pilar 2 (ICAAP)


aspek-aspek pokok Internal Capital Ade quacy Assessment Process (ICAAP) sebagai salah satu
prinsip Basel II Pillar 2.
ICAAP adalah proses yang dilakukan bank untuk menetapkan ke cukupan modal sesuai dengan
profil risiko dan penetapan stra tegi untuk memelihara tingkat permodalan ICAAP merupakan
salah satu prinsip supervisory review process yang direkomen dasikan Basel II Pillar 2 ICAAP
harus bersifat risk based dan for ward looking Bank bertanggung jawab untuk mengintegrasikan
ICAAP pada proses manajemen risiko dan budaya pengambilan keputusan Peraturan Bank
Indonesia terkait dengan penerapan Basel II Pillar 2 (ICAAP), yaitu:
o PBI No.14/18/PBI/2012 tentang kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM)
o SEBI No 14/37/DPNP tentang kewajiban penyediaan modal minimum sesuai profil risiko dan
pemenuhan Capital Equiva lency Maintained Assets (CEMA).

 Direksi berwenang dan bertanggung jawab sekurang kurangnya untuk


o Menyusun kebijakan, strategi, dan prosedur pengelolaan modal sesuai dengan
ukuran, karakteristik, kompleksitas usaha, dan tingkat risiko bank
o Mengembangkan kerangka untuk menilai tingkat risiko yang dihadapi dan proses
yang mengaitkan tingkat risiko dengan kebutuhan modal
o Memastikan bahwa rencana strategis bank mencakup strategi pengelolaan modal
yang menggambarkan ke butuhan modal, antisipasi belanja modal, target permo
dalan yang ingin dicapai, dan sumber permodalan yang diharapkan
o Memastikan strategi, kebijakan, dan prosedur penge lolaan modal dikomunikasikan
dan dilaksanakan secara menyeluruh (bank-wide)

 Pemantauan dan pelaporan


Dalam melakukan pemantauan dan pelaporan, hal-hal yang dilakukan sekurang-kurangnya
sebagai berikut:
- Bank wajib memiliki sistem informasi yang memadai untuk memantau dan melaporkan
eksposur risiko serta mengukur dampak perubahan profil risiko terhadap ke butuhan
modal bank.
- Laporan profil risiko dan tingkat permodalan yang dibutuhkan wajib disampaikan secara
berkala kepada dewan komisaris dan direksi sehingga dapat digunakan oleh direksi untuk
o Mengevaluasi tingkat risiko, kecenderungan pergerakan risiko, dan dampaknya
terhadap tingkat permodalan
o Mengevaluasi kewajaran metode serta sensitivitas dan kewajaran asumsi yang
digunakan dalam pengukuran tingkat risiko dan penilaian kecukupan modal
o Menetapkan apakah bank memiliki modal yang memadai sesuai profil risiko
o Mengukur estimasi kebutuhan modal pada masa depan

 Tujuan ICAAP
Secara umum tujuan ICAAP adalah
- Memastikan bank mempunyai kecukupan proses manajemen risiko dalam menilai,
memonitor, dan mengelola risiko-risiko yang dihadapi dan bank mampu menjaga tingkat
kecukupan modal dalam menutup/menghadapi risiko-risiko tersebut
- Menjaga tingkat kecukupan modal dalam menutup/menghadapi risiko yang belum di-
cover oleh pillar 1
- Meningkatkan keterkaitan antara profil risiko bank dan modal
- Mengantisipasi potensi kerugian yang timbul dan aset ter timbang menurut risiko yang
telah mempertimbangkan risiko kredit, risiko pasar, risiko pasar, dan risiko lain, seperti
nik konsentrasi, risiko likuiditas, risiko suku bunga pada banking book, risiko hukum,
risiko kepatuhan, risiko reputasi, dan risiko strategis.

 Peran dan ruang lingkup internal audit atas review (CAAP Prinsip yang harus ada dalam
pemikiran internal auditor ketika melakukan review ICAAP, yaitu:
- Completeness
- Specific
- Proportionality

Dalam melakukan review ICAAP, internal auditor dapat memfokuskan pada dua hal penting,
yaitu
• Adequacy of internal own funds
Penilaian kecukupan modal internal dapat dilakukan dengan melakukan penilaian atas dua
hal, yaitu:
 Kecukupan proses manajemen risiko
Penilaian terhadap kecukupan proses manajemen risiko dapat dibagi dalam tiga bagian
yaitu:
- Risk identification
- Risk assessment
- Stress testing

 Kecukupan pengelolaan modal


Penilaian terhadap kecukupan penge lolaan modal dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu
- Risk appetite (capital coverage)
- Capital planning
- Contingency plan

• Internal risk governance


Penilaian internal risk governance merupakan suatu hal pen ting guna memastikan apakah
fungsi pengawasan board and senior management telah berjalan dengan baik.
Penilaian atas internal risk governance dapat dikelompokkan dalam tiga ruang lingkup
yaitu
- Management oversight
- Roles and Responsibility
- Documentation

8. ICOFR dan Sustainbility


Penerapan prinsip keuangan berkelanjutan dalam sistem lembaga keuangan di Indonesia
merupakan implementasi dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Ling kungan Hidup Di dalamnya, diatur bagaimana mengembangkan dan
menerapkan instrumen ekonomi lingkungan hidup, misalnya kebijakan yang ramah lingkungan,
baik di bidang perbankan, pasar modal, maupun industri keuangan nonbank.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Otoritas
Jasa Keuangan berfungsi untuk menyelengga rakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.

Sasaran pengaturan penerapan keuangan berkelanjutan ini adalah setiap LJK, emiten dan
perusahaan publik memiliki kesadaran atau komitmen terhadap pelaksanaan prinsip keuangan
berkelanjutan, serta berkontribusi dalam pengembangan produk berupa barang dan jasa yang
mem pertimbangkan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup Selam itu pengaturan tersebut
diharapkan dapat menciptakan kondisi persaingan yang sehat.

Tujuan penerapan keuangan berkelanjutan adalah sebagai berikut:


• Menyediakan sumber pendanaan yang dibutuhkan untuk men capai tujuan pembangunan
berkelanjutan dan pendanaan terkait perubahan iklim dalam jumlah yang memadai
• Meningkatkan daya tahan dan daya saing LJK, emiten, dan per usahaan publik melalui
pengelolaan risiko sosial dan lingkungan hidup yang lebih baik dengan mengembangkan
produk dan/atau jasa keuangan yang menerapkan prinsip keuangan berkelan jutan
sehingga mampu berkontribusi positif pada stabilitas sistem Keuangan
• Mengurangi kesenjangan sosial mengurangi dan mencegah kerusakan ingkungan hidup,
menjaga keanekaragaman hayati dan mendorong efisiensi pemanfaatan energi dan
sumber daya alam
• Mengembangkan produk dan/atau jasa keuangan yang menerapkan prinsip keuangan
berkelanjutan

B. STRATEGI INDUSTRI PERBANKAN SESUAI MASTERPLAN INDUSTRI JASA KEUANGAN DARI OJK
a. Optimalisasi peran industri perbankan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional
(kontributif)
• Pendanaan infrastruktur dan sektor ekonomi prioritas yang dilaku kan dengan
mengoptimalkan peran perbankan dalam mendukung ketahanan pangan, energi, dan
ekonomi.
• Penguatan kapasitas industri perbankan dari sisi permodalan dan kelembagaan untuk
meningkatkan perannya dalam mendukung kegiatan ekonomi. Selain itu, peran asosiasi
perbankan juga dapat ditingkatkan dan diberdayakan.
• Pengembangan produk dan layanan perbankan serta peningkatan literasi keuangan
dengan cara:
- Mengembangkan produk keuangan dan investasi
- Mengembangkan skema produk dan layanan serta aktivitas perbankan
- Mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip pendanaan yang berkelanjutan
- Meningkatkan basis konsumen
- Mempermudah akses ke pasar modal sebagai sumber pendanaan
- Melakukan edukasi secara sinergis, terstruktur, masif, dan kom prehensif di seluruh
perbankan
- Meningkatkan keterampilan pengelolaan keuangan

• Penguatan peran perbankan syariah dengan cara:


- Ekspansi usaha, jaringan, dan produk keuangan syariah
- Meningkatkan iklim kompetisi yang adil bagi perbankan syariah
- Memperkuat kerja sama pengembangan perbankan syariah me lalui sinergi kebijakan
dengan pemerintah dan stakeholder
- Mengembangkan kualitas pelaku perbankan syariah
- Melaksanakan promosi dan edukasi mengenai keuangan syariah

b. Stabilisasi sistem keuangan sebagai landasan pembangunan berkelanjutan (stabilitas)


• Penguatan pengawasan industri perbankan dengan cara: Menerapkan pengawasan
terintegrasi berdasarkan risiko di bankan per
- Mengembangkan metode pengawasan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Lembaga
Keuangan Masyarakat (LKM) yang sesuai
- Memperkuat penegakan hukum dalam pelaksanaan peng awasan secara konsisten
- Melaksanakan pengawasan market conduct dalam kerangka per lindungan konsumen
- Memperkuat protokol manajemen krisis dan koordinasi lintas institusi
- Menetapkan aturan market conduct dalam perlindungan konsumen
• Penguatan dan penataan industri perbankan sesuai standar intema sional dengan cara:
- Mendesain struktur kepemilikan perbankan yang mampu men dukung pembangunan
ekonomi berkelanjutan
- Memperkuat penerapan standar internasional dalam hal penga turan, pelaporan, dan
pengawasan di industri perbankan
- Mengembangkan tata kelola dan manajemen risiko yang sesuai dengan best practices
- Memperkuat kesiapan menuju integrasi pasar keuangan ASEAN
- Menyusun peraturan yang efektif untuk menciptakan kompetisi yang fair dan mencegah
regulatory arbitrage
- Pengaturan tentang remunerasi bagi pelaku di industri perbankan
- Meningkatkan efisiensi dan stabilitas di industri perbankan
- Memperkuat penanganan terhadap tindakan melawan hukum di bidang penghimpunan
dana masyarakat dan pengelolaan investasi

c. Perluasan akses keuangan bagi masyarakat dan penguatan perlindungan konsumen


- Mengembangkan produk dan/atau layanan keuangan mikro
- Memperluas akses pendanaan dan/atau pembiayaan untuk UMKM
- Mengembangkan layanan keuangan tanpa kantor dan perluasan jalur distribusi bagi
produk jasa keuangan
- Memperluas kegiatan inklusi keuangan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat
- Meningkatkan perlindungan konsumen
- Memperkuat penanganan pengaduan konsumen di perbankan Memperkuat regulasi
edukasi dan perlindungan konsumen

d. Pemanfaatan teknologi informasi


o Mengembangkan infrastruktur teknologi informasi di perbankan
o Mengembangkan infrastruktur pelaporan dan database

e. Penguatan sumber daya manusia dan fungsi pengawasan


- Menyempurnakan standar kompetensi di perbankan dan pengawas perbankan
- Memperluas sarana edukasi pelaku di SJK, baik melalui lembaga pendidikan formal
maupun informal

Anda mungkin juga menyukai