LANDASAN TEORI
II-1
tidak hanya sekedar sebagai alat bantu operasional harian, maka perencanaan TI
harus dibuat sebagai bagian dari rencana bisnis. Sehingga bagi manajemen
keselarasan antara bisnis dan TI menjadi prioritas utama mereka.
Tidak ada perbedaan ketika kita menyebutkan keselarasan strategi bisnis-TI
atau keselarasan TI-bisnis, karena objektifnya adalah strategi- strategi tersebut
dapat di adaptasi secara harmonis. Tercapainya keselarasan strategi bisnis dan TI
akan memastikan bahwa sumber daya TI diberdayakan dalam keseluruhan strategi
organisasi terutama pada area- area penting yang dapat mengarahkan organisasi
pada kesuksesan. Strategi bisnis yang dimaksud dalam konteks penelitian ini
adalah strategi organisasi dalam rangka mencapai sasaran- sasaran bisnis.
II-2
2.3 Variabel of IT Maturity
Sebagai parameter yang menentukan tingkat kematangan TI pada suatu
organisasi, terdapat beberapa variabel yang telah didefinisikan oleh Inchusta dan
Elorza (Inchusta & Elorza 1998).
II-3
diwilayah yang berbeda, perusahaan yang dimiliki oleh kelompokk-
kelompok usaha atau perusahaan multinasional, dan juga jaringan yang
berhubungan dengan kekuatan liar seperti pelanggan dan pemsok, dan
lain- lain.
4. Karakter Dasar Aplikasi
Inchusta dan Elorz memisahkan antara aplikasi operasional yang
diperuntukan untuk perencanaan proses produktif, untuk desain, untuk
membuat keputusan dan untuk melayani sebagai sebuah penghubung
dengan bagian eksternal perusahaan (Fitzgerald, 1996; Pereira &
Magalhaes, 1996) Inchusta dan Elorz melihat pada apakah aplikasi ini
standar atau aplikasi yang dikutomisasi. Aspek penting adalah proyek
harus dikembangkan dalam waktu yang tidak lama. Keutamaan TI sebagai
sebuah set finansial, nilai dari investasi dan cara perhitungannya, sebagai
sebuah aset yang tidak dapat diukur dan sumber daya strategis.
Metode
Penelitian Perencanaa Metode
No Topik Hasil
danTahun n Strategis Penelitian
SI/TI
1 Erwin Setyo Dampak Penelitian menunjukkan SAMM Observasi
Nugroho Penerapan model atau kerangka dan
(2011) Prioritas kerja penentuan Kuisioner
Investasi investasi TI
Bidang menggunakan QFD
Teknologi yang diajukan terbukti
Informasi mampu meningkatkan
Menggunaka keselarasan strategi
n (QFD) bisnis dan strategi TI.
Terhadap
Tingkat
Keselarasan
Antara
Strategi
Bisnis dan
Strategi TI
2 Dicky Pengukuran Hasil dari pengukuran SAMM Observasi
II-4
Pratama Keselarasan kematangan (Model
(2014) Strategi keselarasan strategi TI Luftman)
Teknologi dan bisnis pada AMIK
informasi XYZ terbukti telah
dan Strategi mencapai level 2 atau
Bisnis Committed Process
dengan yang berarti memiliki
model pola yang diikuti oleh
Luftman semua unit maupun
(Sudi kasus, departemen yang
AMIK berkewajiban
XYZ) melakukan proses
tersebut.
3 Marcel dan Penilaian Menghaslkan tingkat SAMM Observasi
Budi Tingkat kematangan (Model dan
Yuwono, Kematangan keselarasan strategi Luftman) Kuisioner
(2013) Keselarasan bisnis dan TI di
Strategi Universitas XYZ pada
Bisnis dan level 1, nilai rata- rata
TI (studi 1.70.
kasus
Universitas
XYZ)
4 Fhery Analisa Hasil dari penelitian COBIT 5.0 Observasi
Agustin Maturity ini adalah nilai dan
Level maturity level aplikasi Kuisioner
Implementa Orange HRM berada
si pada level 3.1 yang
Orangehrm berarti berada pada
menggunak level Defined.
an
Framework
Cobit 5.0
5 Novianti Eterprise Menghasilkan suatu SAMM Observasi
Budi Architecture enterprise architecture TOGAF Wawancara
Kurniawan, for Ensuring framework yang paling 9.1 dan
Suhardi, Strategic cocok untuk Kuisioiner
(2013) Business IT Bakosurtanal dalam
Alignment membangun blueprint
(Integration dan mengajukan suatu
SAMM with model enterprise
TOGAF architecture (arsitektur
9.1) bisnis, system
informasi teknologi)
dan memberikan saran
atau rekomendasi
dasar- dasar teknis.
6 Marcel Penilaian SAM, Wawancara
(2013) tingkat Menghasilkan tingkat SAMM, Kuisioner
kematangan kematangan dan BSC
keselarasan keselarasan strategi
strategis Bisnis dan TI di
II-5
Bisnis dan Universitas XYZ
TI (Studi berada pada level 1,
kasus : bahwa organisasi yang
Universitas berada di level 1 masih
XYZ) belum memiliki /
mengaplikasikan
kesalarasan strategi
bisnis dan TI sama
sekali.
II-6
Termasuk merek, jenis produk / jasa yang dihasilakan, riset,
manufaktur, pengembangan produk, struktur biaya dan harga serta
jalur distribusi dan pemasaran.
c. Tata kelola bisnis (business governance): bagaimana organisasi
membina hubungan dengan para menajemen, para pemegang saham
dan para direktur. Termasuk bagaimana organisasi terpengaruh oleh
kebijakan dan peraturan pemerintah, bagaimana organisasi membina-
menjaga relasi dengan relasi bisnis strateginya.
2. Infrastruktur organisasi dan proses- proses (organizational infrastructure and
processes)
a. Struktur administrasi (administrative structure): cara organisasi
mengatur bisnisnya. Mencakup pendekatan sntralisasi, desentralisasi,
matriks, horisontal, vertikal, geografis, federal dan fungsional.
b. Proses- proses (processes): bagaimana aktivitas bisnis organisasi
beroperasi. Isu- isu utamanya mencakup aktivitas bernilai tambah
(value- added aktivities) dan improvisasi proses.
c. Keahlian (skills): terkait dengan kegiatan perekrutan, motivasi,
pelatihan dan budaya.
3. Strategi TI (IT strategy)
a. Runag lingkup teknologi (technology scope): mencakup aplikasi-
aplikasi penting dan teknologi.
b. Kompetensi sistemik (systemic competencies): berkaitan dengan
kapabilitas unik dari layanan TI (contoh: akses ke informasi penting
terkait dengan pembuatan- peningkatan strategi organisasi).
c. Tata kelola TI (IT governance): berkaitan dengan otoritas penggunaan
sumberdaya, manajemen risiko, manajemen konflik dan tanggung
jawab TI yang tersebar diantara para relasi bisnis, manajemen TI dan
penyedia layanan. Juga mencakup pemilihan dan prioritas proyek.
4. Infrastruktur SI/TI dan proses- proses (IS/IT Infrastructure and processes)
a. Arsitektur (arcitecture): prioritas teknologi, kebijakan dan pemilihan
yang mengarahkan pada penggunaan aplikasi, program, jaringan,
perangkat keras dan manajemen data yang terintegrasi dan terpadu.
II-7
b. Proses-proses (processes): aktivitas-aktivitas terkait dengan
pengembangan dan pemeliharaan aplikasi.
c. Keahlian (skills): terkait dengan summer data manusia TI, mencakup
aktivitas perekrutan, motives, peltihan dan budaya.
II-8
jika bisnis dan TI mau saling mendengarkan, berkomunikasi secara efektif
jika dan mau belajar untuk menggali potensi TI dalam rangka menciptakan
keunggulan yang mendukung terjadinya komunikasi yang terbuka dan jujur.
Beberapa pertimbangan berdasarkan pengalaman Luftman :
a. TI ikut berpartisipasi dalam pembuatan strategi bisnis
b. Definisi dan dukungan tata kelola TI yang efektif
c. Menciptakan ikatan relasi yang erat antara bisnis dengan TI atas dasar
kepercayaan.
d. Kampanye yang efektif akan manfaat TI
3. TI memahami bisnis (IT Understands the business), pemahaman terhadap
bisnis yang dimaksud adalah lingkungan dimana bisnis beroperasi yang
mencakup konsumen dan kompetitornya. Beberapa hal penting yang perlu
menjadi pertimbangan:
a. TI memahami bisnis
b. Bisnis memahami TI
c. TI mampu berkomunikasi dalam bahasa bisnis
d. TI berfokus pada upaya untuk mengimplementasikan pengetahuan
teknisnya dalam rangka mengidentifikasi potensi- potensi bisnis.
4. Relasi hubungan anatara bisnis dan TI (business- IT patnership), hubungan
yang erat terlihat dari peran strategis TI dalam bisnis, dimana TI memiliki
peran vital, sehingga kelangsungan hidup TI juga merupakan kelangsungan
hidup bisnis, dimana bisnis tidak dapat berjalan jika TI gagal beroperasi.
5. Proyek- proyek TI yang diprioritaskan dengan baik (well- prioritized IT
projects), keberhasilan dari prioritas terlihat dimana organisasi mampu
menerapkan teknologi dalam strategi mereka sehingga tidak tertinggal dari
kompetitor.
6. TI memperlihatkan kepemimpinan (IT demonstrates leadership),
kepemimpinan TI terlihat ketika penggunaan teknologi menjadikan organisasi
memiliki produk atau layanan unik yang membedakannya dari kompetitor,
atau bagaimana TI dapat di implementasikan secara inovatif.
II-9
Berikut penjelasan 6 faktor yang menjadi penghambat (inhibitors) keselarasan:
1. Kurang atau tidak adanya relasi hubungan antara bisnis dengan TI (IT/
business lack close relationship), sebagian besar mayoritas dari organisasi
yang diteliti tidak melibatkan eksekutif TI dalam merumuskan strategi bisnis.
Eksekutif bisnis diharapkan memberikan arahan terkait inisiatif TI, karena
daur hidup informasi bisnis organisasi dikelola oleh TI. Hanya eksekutif
bisnis yang dapat mengarahkan pada relasi dari manfaat TI. TI berdiri sendiri
tidak akan memberikan manfaat, karenanya sangat penting agar relasi dengan
bisnis terbina dengan baik sehingga prioritas TI tepat sasaran.
2. TI tidak di prioritaskan dengan baik (IT does not prioritize well), dengan
batasan- batasan sumber daya yang ada,eksekutif TI harus membuta prioritas.
Pemilihan prioritas didasarkan pada pilihan strategi dan objektif bisnis
organisasi.
3. TI gagal untuk memenuhi komitmennya (IT fail to its commitments),
kegagalan yang dimaksud mencakup proyek yang tidak selesai / gagal di
tengah jalan, proyek tidak selesai tepat waktu, proyek melebihi anggaran
yang telah di alokasikan. Berdasarkan penelitian, penyebab kegagalan
tersebut bukan dikarenakan faktor teknis, tapi masalah ketidakdisiplinan
terkait dengan manajemen proyek serta hubungan relasi antara bisnis dengan
TI yang tidak terbina dengan baik beberapa solusi yang dapat
dipertimbangkan :
a. Manajemen perubahan
b. Membagi proyek besar menjadi beberapa proyek kecil
c. Pengelolaan risiko proyek yang melibatkan kedua belah pihak (bisnis dan
TI).
4. TI tidak memahami bisnis (IT does not understand bisiness), inisiatif TI tidak
selaras atau mendukung pilihan strategi dan objektif bisnis, karenanya
penting bagi eksekutif senior untuk memahami peran TI bagi bisnis dan
menjadi pelopor (ikut terlibat) dalam rangka mengarahkan peran TI yang
mendukung bisnis.
5. Eksekutif senior tidak mendukung TI (senior executives do not support IT),
terjadi karena TI hanya dipandang dari aspek teknis, TI tidak dilibatkan dan
II-10
dijadikan sebagai bagian dari strategi bisnis, akibatnya TI tidak dapat
difungsikan sebagai alat inovasi.
6. Kurang atau tidak adanya kepemimpinan terkait manajemen TI (IT
management lack leadership), ketidakmampuan memanfaatkan teknologi
sebagai alat inovasi untuk menciptakan keunggulan kompetitif.
Faktor- faktor penghambat tidak bersifat independen, tetapi saling terkait satu
sama lain. Sebagai contoh, ketidakmampuan untuk memprioritaskan sumberdaya
TI berhubungan erat dengan masalah kurang atau tidakk adanya relasi hubungan
antara bisnis dengan TI. Agar keselarasan dapat diwujudkan, eksekutif harus
berupaya memaksimalkan aktivitas yang mengarah pada faktor- faktor pemicu,
sambil berupaya meminimalkan aktivitas- aktivitas yang mengarah pada faktor-
faktor penghambat. Beberapa rekomendasi untuk mewujudkan hal tersebut :
1. Komunikasi (Communication)
Komponen kominikasi akan mengukur efektivitas komunikasi antara
domain bisnis dan domain TI dalam hal ini pertukaran ide, pengetahuan,
informasi, strategi, rencana, resiko, prioritas dan bagaimana mencapainya.
2. Nilai (Value)
Komponen nilai digunakan untuk mengukur transformasi tujuan dan nilai
bisnis ke dalam strategi SI/TI dan sebaliknya, atau dengan kata lain
seberapa penerimaan dan pemahaman antara bisnis dan TI.
II-11
3. Tata Kelola (Governance)
Komponen ini akan mengukur bagaimana proses dan otoritas pengambil
keputusan baik bisnis maupun TI level stratgeis, traktikal dan operasional.
4. Hubungan (Patnership)
Komponen patnership akan menilai tingkat hubungan organisasi bisnis
dan TI, kepercayaan dan tingkat akomodatif antara keduanya.
5. Lingkup dan Arsitektur (Scope & Architecture)
Bagian ini akan mengukur tingkat fleksibelitas infrastruktur TI dalam
menghadapi dan mengendalikan perubahan bisnis yang terjadi.
6. Keahlian (Skills)
Komponen ini untuk mengukur personel dan sistem SDM. Termasuk di
dalamnya tentang kesiapan terhadap perubahan (readiness for change),
kemampuan belajar dan memunculkan ide baru sebagai solusi bisnis dan
TI
Pengukuran Nilai/manfaat &
Komunikasi Kompetensi
A1. Pemahaman bisnis A1. Instrumen pengukuran manfaat
terhadap TI TI
A2. Pemahaman TI terhadap A2. Instrumen pengukuran kinerja
bisnis Tata Kelola
bisnis
A3. Pengukuran manfaat berimbang A1. Perencanaan strategis bisnis
A3. Pembelajaran dalam lintas
A4. Perjanjian tingkat kualitas A2. Perencanaan strategis TI
organisasi
layanan A3. Struktur organisasi dan
A4. kekuatan/keluwesan
A5. Pengukuran dalam rangka pelaporan
prosedur
komparasi A4. Kendali Anggaran
A5. berbagi pengetahuan
A6. Evaluasi formal A5. Manajemen investasi TI
A6. Efektifitas/kedalam dari
A7. perbaikan berkesinambungan A6. Komite pengarah
peran penghubung
A7. Proses Penentuan prioritas
II-12
Dari 6 komponen SAMM, Luftman memecahnya lebih lanjut kedalam
atribut- atribut yang total berjumlah 40. Atribut- atribut ini memegang peranan
penting dalam pengukuran keselarasan strategi. Dengan melakukan penilaian
yang mengacu pada atribut ini, organisasi dapat mengevaluasi bagaimana bisnis
dan TI bekerja sama. Luftman juga menyebutkan bahwa organisasi yang
memperoleh tingakat kematangan keselarasan strategi yang lebih tinggi dari
kompetitor dapat dikategorikan secara umum memiliki kinerja yang lebih baik.
SAMM adalah model penyelarasan yang akan digunakan dalam kertas
untuk memastikan bahwa penerapan TI dan bisnis di RSUD Arifin Ahmad
Pekanbaru dapat mencapai tujuan visi misi nya. Tabel berikut menunjukkan
atribut dari SAMM berdasarkan kriteria keselarasan (Kurniawan, 2013):
Tabel 2.3 Kriteria dan Atribut SAMM
No Kriteria Atribut
A1 Pemahaman bisnis terhadap TI
A2 Pemahaman TI terhadap bisnis
A3 Pembelajaran dalam lintas organisasi
K1 Komunikasi A4 Kekuatan / keluwesan prosedur
A5 Berbagi pengetahuan
A6 Efektifitas / kedalaman dari peran
penghubung
A7 Instrumen pengukuran manfaat TI
A8 Instrumen pengukuran kinerja bisnis
A9 Pengukuran manfaat berimbang
Pengukuran Nilai/ manfaat A10 Perjanjian tingkat kualitas layanan
K2
& kompetensi
A11 Pengukuran dalam rangka komparasi
A12 Evaluasi formal
A13 Pebaikan berkesinambungan
A14 Perencanaan strategis bisnis
A15 Perencanaan strategi TI
A16 Struktur organisasi dan pelaporan
K3 Tata Kelola A17 Kendali anggaran
A18 Manajemen investasi TI
A19 Komite pengarah
A20 Proses penentuan prioritas
A21 Cara pandang bisnis terhadap manfaat TI
A22 Peran TI dalam perencanaan strategi bisnis
A23 Sasaran bersama, pembagian risiko & bonus
K4 Kemitraan
A24 Pengelolaan hubungan / relasi TI-bisnis
A25 Relasi kepercayaan
A26 Sponsor bisnis
Ruang lingkup A27 Sistem utama
K5
& A28 Penerapan/ kepatuhan pada standar
II-13
Arsitektur A29 Integrasi arsitektur
A30 Transparansi arsitektur
A31 Fleksibilitas arsitektur
A32 Kemampuan mengadopsi, memanfaatkan
teknologi baru
A33 Inovasi dan kewirausahaan
A34 Peranan / wewenang kekuasaan
A35 Pendekatan manajemen
A36 Kesiapan untuk perubahan
K6 Keahlian
A37 Perpindahan karier lintas fungsi
A38 Pelatihan lintas fungsi
A39 Lingkungan sosial, politik dan kepercayaan
A40 Proses perekrutan dan mempertahankan
II-14
faktor pendukung (enabler) dan faktor penghambat (inhibitors) yang
mempengaruhi tingkat kematangan strategi TI dan strategi bisnis. Menurut
Luftman fatir enabler adalah faktor- faktor yang bertujuan untuk mempermudah
fator inhibitor adalah sebaliknya, yaitu faktor- faktor yang dapat menghambat
proses peningkatan kematangan dari keselarasan bisnis dan TI.
Keterangan :
n = Jumlah responden
R = Nilai jawaban responden
Nilai kematangan untuk masing- masing area (total 6 area) mengacu pada
model Lufman SAMM, dihitung dengan merata- ratakan atribut milik dari
masing- masing area.
𝑛
Nilai Kematangan Area = ∑ (Nilai Kematangan Atribut)
0
n
Keterangan :
n = Jumlah atribut untuk masing- masing area
II-15
n = Jumlah area keselarasan strategi Luftman (ada6 area)
1. Tentukan target dan buat tim kerja. Organisasi harus memastikan pelaku
dan tokoh utama bisnis ikut dilibatkan dalam aktivitas pengukuran. Tim
harus melibatkan pimpinan di sisi bisnis dan TI karena hal tersebut kritikal
demi kesuksesan pengukuran, adalah tugas dari tim untuk melakukan
pengukuran tingkat kematangan dari keselarasan strategi dan menentukan
hal- hal yang perlu ditingkatkan dalam rangka keselarasan.
II-16
2. Memahami hubungan antara bisnis dengan TI. Tim diharapkan memahami
dengan baik hubungan antara bisnis dengan TI melalui keenam komponen
atau kriteria (komunikasi, pengukuran manfaat, tata kelola, rekanan, ruang
lingkup dan arsitektur, keahlian), pemahaman terhadap hubungan tersebut
vital demi kesuksesan aktivitas pengukuran.
3. Analisa dan penentu prioritas celah (gap). Ketika hasil pengukuran tigkat
kematangan saat ini sudah diperoleh, tim dapat mengidentifikasi seberapa
besar celah atau kesenjangan yang ada diantara strategi bisnis dengan
strategi TI, berdasarkan fakta yang didapat, selanjutnya tim dapat
menentukan langkah- langkah perbaikan- peningkayan yang perlu
dilakukan dalam rangka mengisi celah- memperkecil kesenjangan yang
ada.
4. Menentukan aksi (manajemen proyek). Tim harus memastikan langkah-
langkah yang perlu diambil dalam rangka perbaikan terhadap setiap celah
yang terintifikasi berdasarkan hasil pengukuran tingkat kematangan saat
ini.
5. Pemilihan dan pengevaluasian kriteria sukses. Aktivtas ini melibatkan
proses penilaian terhadap target, dan diskusi berkala terkait kriteria
pengukuran yang digunakan dalam rangka memantau implementasi dari
proyek yang direncanakan. Aktivitas ini memungkinkan tim untuk
menganalisa mengapa suatu objektif gagal untuk dipenuhi dan
penyebabnya.
6. Mempertahankan keselarasan SAMM menyebutkan kriteria- kriteria
apasaja yang menjadi karakteristik bagi organisasi yang telah mencapai
tingkat kematangan keselarasan strategi. Dengan mengacu pada
karaketeristik yang disebutkan, organisasi dapat membentuk kebiasaan
yang mengarahkan organisasi dalam krangka meningkatkan keselarasan
strategi dn memperoleh manfaat dari investasi TI. Penting bagi organisasi
untuk terus- menerus berubaya memahami tingkat kematangan keselarasan
strateginya dan mengambil langkah- langkah yang diperlukan dalam
rangka peningkatan keselarasan.
II-17
Gambar 2.2 Celah antara Strategi Bisnis dengan TI di setiap tingkat
Kematangan (Marcel, 2013)
II-18
Level dimana organisasi telah mampu menyelaraskan TI dan bisnis
dan pemanfaat TI telah berfokus pada tujuan bisnis dari organisasi.
Hubungan antara TI dan bisnis juga telah menjadi lebih santai / informal
TI semakin dilihat oleh bisnis sebagai sebuah aset yang bermanfaat
menkipun cenderung responsif. Terdapat pelatihan- pelatihan staff namun
masih kurangnya monitoring bila terjadi penyimpanan.
4. Improved/ managed Process
Pada level ini dapat dikatakan bahwa organisasi telah
melnyelaraskan TI dan bisnis dengan kuat dan bisnis telah beranggapan
bahwa TI dapat menciptakan sebuah nilai tambah bagi perusahaan atau
organisasi. Hubungan yang terjadi sama seperti pada level sebelumnya. TI
dipandang bisnis sebagai pembawa perubahan yang mampu menembahkan
nilai- nilai yang bermanfaat untuk bisnis perusahaan. Bagian bisnis lebih
menghargai TI dan bersedia untuk mengambil resiko dan keuntungan
dengan TI.
5. Optomized Process
Pada level ini dapat dikatakan bahwa organisasi telah mampu
mencapai posisi strategi yang sepenuhnya terintegrasi antara bisnis dan TI.
Pemahaman antara bisnis dan TI antara satu dan yang lain berhasil
disempurnakan menjadi best practice melalui menyempurnaan yang
bertahap. Organisasi ini sangat berfokus kepeda perubahan dan siap untuk
itu.
Kelima level tersebut masing- masing dinilai dengan suatu kumpulan
kriteria penilaian untuk menilai kematangan keselarasan strategi dari bisnis
maupun TI, kumpulan kriteria tersebut dikenal dengan “The Six Business- IT
Alignment Criteria”. Masing- masing level yang mewakili tingkat kematangan
memiliki keterangan terkait 6 komponen dari model SAMM, gambar 2.4
memperlihat 5 tingkatan kematangan beserta keterangan singkat dari 6 komponen
yang menunjukkan karakteristik organisasi yang berada di tingkat kematangan
tersebut
II-19
Optimized process
Improved/managed process
Committed process
II-20
2.11 Proses Penyelarasan TI-Bisinis
Luftman (Luftman, 2004) menguraikan bahwa pencapaian dan
keberlangsungan alignment antara TI dan bisnis harus fokus pertama kali pada
pemahaman akan tingkat Strategic Alignment Marturity sat ini. Langkah
selanjutnya yang harus diambil adalah memusatkan energi perusahaan pada hal
yang dapat memaksimalkan alignment dan meminimalkan faktor penghambatnya.
Proses- proses ini mencakup seperti gambar dibawah ini.
II-21
3. Analyze and prioritize gaps
Kenali bahwa opini yang berbeda dari partisipasi menunjukan peluang
alignment yang mingkin ada. Tim harus mengingat tujuan dari langkah ini
adalah untuk memahami aktifitas yang perlu untuk meningkatkan kaitan
antara bisnis dan TI. Gap antara keadaan organisasi saat ini dengan
harapan dimasa depan perlu diprioritaskan.
4. Specify the action (project management)
Dengan mengetahui keadaan organisasi dalam kematangan alignment akan
mendorong tindakan yang tepat untuk kematangan. Lakukan aksi spesifik
dengan deliverble, kepemilikan, timeframe, sumber daya, resiko, dan
ukuran yang jelas untuk setiap gap yang diperioritaskan.
5. Choose and avaluate success criteria
Langkah ini memerlukan rujukan kembali pada tujuan dan secara teratur
mendiskusikan kriteria pengukuran untuk mengevaluasi implementasi
dari rencana proyek. Peninjauan kembali atas pengukuran digunakan
untuk memahami mengapa suatu tujuan tercapai atau tidak.
6. Sustain Alignment
Beberapa masalah ternyata belum hilang juga. Mendapatkan alignment
antara bisnis dan TI sangatlah sulit. Langkah terakhir dalam proses ini
seringkali merupakan yang paling sulit. Untuk menjaga keuntungan dari
TI, ‘sifat atau budaya alignment” perlu dikembangkan dan dipelihara.
Kriteria yang disebutkan untuk menilai kematangan alignment
menyediakan karakteristik organisasi yang mengaitkan antara TI dan
strategi bisnis. Dengan mengadopsi sifat ini, perusahaan dapat
meningkatkan potensi mereka untuk memperoleh nilai bisnis dari investasi
TI. Oleh sebab itu melanjutkan pemfokusan pada pemahaman akan
kematangan alignment bagi organisasi dan mengambil aksi yang perlu
untuk meningkatkan keselarasan TI dan bisnis adalah kunci yang penting.
II-22