KEPERAWATAN PADA
PASIEN TERMINAL
ILLNES (PALIATIVE
CARE)
HPK 2.2
• Rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapat
pengkajian dan tata laksana nyeri serta perawatan
yang penuh kasih menjelang akhir hayatnya.
• Nyeri adalah hal yang sering dialami pasien di dalam
proses perawatan.
• Pasien merespons rasa nyerisesuai dengan nilai, tradisi,
budaya serta agama yang dianut. Nyeri yang tidak
dapat diatasi dapat memiliki efek fisiologis yang
negatif. Oleh karena itu, pasien perlu didukung dan
diberi edukasi agar melaporkan nyeri yang mereka
rasakan.
Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP 5).
Rumah sakit memberikan asuhan pasien menjelang akhir kehidupan dengan memperhatikan
kebutuhan pasien dan keluarga, mengoptimalkan kenyamanan dan martabat pasien, serta
mendokumentasikan dalam rekam medis.
Maksud dan Tujuan
Skrining dilakukan untuk menetapkan bahwa kondisi pasien masuk dalam fase menjelang ajal.
Selanjutnya, PPA melakukan pengkajian menjelang akhir kehidupan yang bersifat individual untuk
mengidentifikasi kebutuhan pasien dan keluarganya.
Pengkajian pada pasien menjelang akhir kehidupan harus menilai kondisi pasien seperti:
1) Manajemen gejala dan respons pasien, termasuk mual, kesulitan bernapas, dan nyeri
2) Faktor yang memperparah gejala fisik.
3) Orientasi spiritual pasien dan keluarganya, termasuk keterlibatan dalam kelompok agamatertentu.
4) Keprihatinan spiritual pasien dan keluarganya, seperti putus asa, penderitaan, rasa bersalah.
5) Status psikososial pasien dan keluarganya, seperti kekerabatan, kelayakan perumahan, pemeliharaan
lingkungan, cara mengatasi, reaksi pasien dan keluarganya menghadapi penyakit.
6) Kebutuhan bantuan atau penundaan layanan untuk pasien dan keluarganya.
7) Kebutuhan alternatif layanan atau tingkat layanan.
Standar Akreditasi RS
1. Anamnesis umum
2. Pemeriksaan fisik
3. Anamnesis spesifik nyeri dan evaluasi ketidakmampuan yang
ditimbulkan nyeri :
a. Lokasi nyeri
b. Keadaan yang berhubungan dengan timbulnya nyeri
c. Karakter nyeri
d. Intensitas nyeri
e. Gejala yang menyertai
f. Efek nyeri terhadap aktivitas
g. Tatalaksana yang sudah didapat
h. Riwayat penyakit yang relevan dengan rasa nyeri
i. Faktor lain yang akan mempengaruhi tatalaksana pasien
Pengukuran Derajat Nyeri
Asesment nyeri:
1. Visual Analog Scale (VAS)
Visual analog scale (VAS) adalah cara yang paling
banyak digunakan untuk menilai nyeri. Skala linier ini
menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri
yang mungkin dialami seorang pasien. Rentang nyeri
diwakili sebagai garis sepanjang 10 cm, dengan atau
tanpa tanda pada tiap sentimeter
2. Verbal Rating Scale (VRS)
• Skala ini menggunakan angka-angka 0 sampai
10 untuk menggambarkan tingkat nyeri. Dua
ujung ekstrem juga digunakan pada skala ini,
sama seperti pada VAS atau skala reda nyeri.
• Skala numerik verbal ini lebih bermanfaat
pada periode pascabedah, karena secara
alami verbal / kata-kata tidak terlalu
mengandalkan koordinasi visual dan motorik.
3. Numeric Rating Scale (NRS)
Dianggap sederhana dan mudah dimengerti, sensitif terhadap
dosis, jenis kelamin, dan perbedaan etnis. Lebih baik daripada
VAS terutama untuk menilai nyeri akut. Namun, kekurangannya
adalah keterbatasan pilihan kata untuk menggambarkan rasa
nyeri, tidak memungkinkan untuk membedakan tingkat nyeri
dengan lebih teliti dan dianggap terdapat jarak yang sama antar
kata yang menggambarkan efek
4. Wong Baker Faces Pain Rating Scale
• Digunakan pada pasien dewasa dan anak >3
tahun yang tidak dapat menggambarkan
intensitas nyerinya dengan angka
Edukasi Manajemen nyeri
(SPO PPNI, 2021)
Obstruksijalannafas Emboliparu
Hipoksemia Anemia
Pleuraleffusion Metabolik
2 Apatis 13-12
3 Delirium 11-10
4 Somnolen 9-7
5 Sopor 6-5
6 Semi Koma 4
7 Koma 3
AKP 1.2
• Rumah sakit melakukan skrining kebutuhan pasien
saat admisi rawat inap untuk menetapkan pelayanan
preventif, paliatif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan
khusus/spesialistik atau pelayanan intensif.
• Ketika pasien diputuskan diterima untuk masuk rawat
inap, maka proses skrining akan membantu staf
mengidentifikasi pelayanan preventif, kuratif,
rehabilitatif, paliatif yang dibutuhkan pasien
kemudian menentukan pelayanan yang paling sesuai
dan mendesak atau yang paling diprioritaskan.
• Pasien yang diterima di unit tersebut harus
dilakukan pengkajian ulang untuk menentukan
apakah kondisi pasien berubah sehingga tidak
memerlukan lagi pelayanan khusus/intensif
misalnya, jika status fisiologis sudah stabil dan
pemantauan intensif baik sehingga tindakan
lain tidak diperlukan lagi maka pasien dapat
dipindah ke unit layanan yang lebih rendah
(seperti unit rawat inap atau unit pelayanan
paliatif).
Elemen Penilaian dan Instrumen
Terima kasih
Hatur Nuhun