BLOK MUSKULOSKELETAL
DEPARTEMEN BIOMEDIK
DIVISI FISIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
MARET 2023
KELOMPOK : 6
NAMA ASISTEN PRAKTIKUM : 1. MUHAMMAD AGUNG TSANI ASYROFI
2. MEISA SAFARA SUBAGIYO
LEMBAR PENGESAHAN
Rangka tubuh makhluk hidup terdiri atas tulang dan sendi, namun tidak dapat bergerak
sendiri, energi kimia berupa ATP akan diubah menjadi energi mekanik sehingga
menghasilkan pergerakan berupa pergantian antara kontraksi dan relaksasi. umumnya, hasil
kontraksi otot ini akan memunculkan panas tubuh. Otot berfungsi sebagai pergerakan,
stabilitas atau keseimbangan dan termogenesis. Berdasarkan histologi otot dan lokasi jaringan
otot diklasifikasikan menjadi 3 yaitu: otot rangka, otot jantung dan otot polos. Otot rangka
atau disebut juga otot lurik bersifat volunter dan berfungsi untuk pergerakan tubuh relatif.
Otot polos bersifat involunter, berbentuk gelendong, dan berfungsi untuk pergerakan isi organ
berongga. Otot jantung bersifat involunter, tampak lurik dengan adanya khas serat-serat otot
jantung disatukan dalam suatu anyaman bercabang. Otot jantung berfungsi khusus untuk
memompa darah keluar jantung. Otot rangka berukuran relatif besar dengan bentuk silindris,
dengan ukuran garis tengah berkisar dari 10 hingga 100 μm dan panjang hingga 750.000 μm.
Otot rangka terdiri dari serat-serat otot yangtersusun sejajar satu sama lain dan terbentang di
keseluruhan panjang otot. Serat-serat otot dipersatukan oleh jaringan ikat. Serat otot rangka
mengandung banyak struktur intrasel berbentuk silindris dengan diameter 1 μm yang
memanjang ke keseluruhan panjang serat otot disebut miofibril. Miofibril membentuk 80%
volume serat otot. Jaringan otot tubuh merupakan jaringan yang dibentuk oleh otot rangka.
Jaringan ini terdiri dari serat otot yang panjang dengan inti banyak yang terdapat di tepi sel
otot. Dalam otot rangka mampu berkontraksi dengan kuat karena otot rangka memilki protein
filament. Tetapi kontraksi yang terjadi tersebut akan mengakibatkan otot rangka
membutuhkan asupan energi dan oksigen yang besar pula. Pada jaringan otot terdapa
miofibril, miofilamen, dan protein kontraktil yang berperan dalam kontraksi otot. Miofibril
berukuran 1–2 mm termasuk elemen kontraktil, dan tersusun dari miofilamen/filamen
(struktur yang lebih halus). Filamen terbagi menjadi 3 jenis yakni filamen tebal, tipis dan
elastis. Sebuah sarkomer tampak area gelap yang disebut pita A (anisotropik) terbentuk dari
filamen tebal dan tipis, sarkomer dibatasi oleh garis Z. Adapun daerah yang lebih terang
disebut pita I (isotropik) terbentuk dari sisa filamen tipis, tanpa filamen tebal. Selain itu, dua
jenis protein kontraktil yaitu aktin dan miosin. Miosin menyusul filamen tebal dan aktin
menyusun filamen tipis. Ekor miosin terhubung dengan garis M pada sarkomer, kepala miosin
seperti jembatan silang yang menuju filamen tipis ketika terjadi kontraksi otot. Badan filamen
tebal tersusun atas batang miosin yang letaknya sejajar. Aktin menyusun filamen tipis, dan
terdapat dua jenis protein regulator yaitu troponin dan tropomiosin, ketika relaksasi terjadi
tropomiosin akan menutup tempat pengikat miosin pada aktin sehingga pelekatan jembatan
silang terhambat. Hal yang perlu diperhatikan saat otot biceps brachii tanpa beban, diberi
beban 1 kg dan diberi beban 4 kg adalah ketebalan dan kekerasan otot, serta jarak antara
olecranon ke apex articulation metacarpal phalanx III. Ada perbedaan di antara mereka, yaitu
otot menjadi lebih besar dan lebih keras pada otot yang diberi beban 4 kg jika dibandingkan
dengan otot yang diberi beban 1 kg, dan pada otot diberi beban 1 kg lebih keras dan lebih
besar dibandingkan dengan otot tanpa diberi beban. Kemudian, pada saat di raba karena otot
akan bekerja lebih jika diberi beban yang lebih besar sehingga otot akan berkontraksi lebih
yang mana sarkomer akan lebih memendek dan otot terasa lebih keras dan tebal. Potongan
melintang myofibril, mikrograf elektron terdiri 2 filamen longitudinal yaitu filamen tebal pada
pita A yaitu miosin dengan diameter 16 nm deret heksagonal dan filamen tipis pada pita I
meluas ke pita A tidak sampai pita H, diameter 6 nm yaitu aktin, tropomiosin dantroponin.
Pita A filamen tipis terletak setangkup antara 3 filamen tebal masing-masing filamen tebal
dikelilingi simetris oleh 6 filamen tipis. Jembatan lintang/ silang (cross bridges) akan interaksi
filamen tebal dan tipis. Kontraksi pada zona H dan pita I memendek menyebabkan susunan
filamen yang bertautan (interdigitating) harus bergeser satu sama lain selama kontraksi otot.
Terdapat teori yang menjelaskan mengenai kontraksi otot yaitu teori filamen. Beberapa
tahapan kontraksi otot secara singkat diantaranya: 1) aktivitas otot: saraf motorik menstimulas
impuls (potensial aksi) untuk menurunkan neuro menuju neuromuskuler. Aktivitas ini
merangsang retikulum sarkoplasma untuk melepaskan kalsium ke dalam sel otot. 2) kontraksi
otot: kalsium akan memenuhi sel otot yang berikatan dengan troponin sehingga memungkinka
aktin dan miosin untuk saling berikatan. Jembatan silang aktin dan miosin yang terbentuk
mengikat dan berkontraksi menggunakan ATP sebagai energi (ATP = Adenosine Tri-
Phosphate yang digunakan oleh semua sel sebagai bahan bakar aktivitas sel). 3) sintesis ATP:
pembentukan ulang ATP memungkinkan aktin dan miosin untuk mempertahankan
berjalannya proses kontraksi otot. 4) relaksasi: terjadi ketika stimulasi saraf berhenti, kalsium
dipompa kembali ke retikulum sarkoplasma yang memutuskan hubungan aktin miosin,
selanjutnya ikatan aktin dan miosin terputus sehingga kembali pada keadaan semula yang
menyebabkan otot rileks. Adanya relaksasi juga terjadi jika ATP tidak tersedia lagi. Otot
kemudian akan bekerja sama dengan tulang dalammelakukan suatu gerak, oleh karena itu otot
disebut alat gerak aktif sementara tulang merupakan alat gerak pasif. Otot yang melekat pada
tulang dengan jaringan ikat kuat disebut dengan tendon. Tendon ini merupakan penghubung
antara tulang dan otot. Tendon yang menempel pada tulan yang bergerak disebut insersi.
Terdapat juga ligamen yang merupakan jaringan ikat kuat pembungkus sendi agar sendi tidak
terurai. Otot, sendi, dan tulang bekerja sama dalam menciptakan suatu gerak. Gerak tersebut
dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu gerak antagoni dan gerak sinergis. Hal yang terjadi
pada jarak antara olecranon ke apex articulatiometacarpophalanx III saat tanpa beban, diberi
beban 1 kg, dan diberi beban 4 kg yakni jarak antara olecranon ke apex articulatio
metacarpophalanx III menjadi lebih pendek ketika diberi beban 4 kg dibandingkan dengan
yang diberi 1 kg. Gaya merupakan dorongan atau tarikan yang diberikan kepada suatu benda
yang dapat mengubah posisi benda tersebut. Selain itu, gaya jug memiliki arti sebagai besaran
yang mempunyai besar dan arah tertentu. Pengertian lain dari gaya yakni, gaya merupakan
suatu interaksi yang dapat bekerja sendiri sehingga bisa menyebabkan perubahan keadaan
pada gerak benda. Sebuah objek dapat dipercepat, diperlambat, atau diubaharahnya sesuai
dengan respon dari gaya yang didapat. Sementara otot sendiri merupakan jaringan tubuh
manusia atau hewan yang memiliki fungsi sebagai alat gerak. Jadi, gaya otot merupakan
dorongan atau tarikan yang bekerja pada suatu objek yang bersumber dari otot manusia.
Seseorang yang sedang mengangkat barbel berarti memberikan gaya pada barbel. Orang
tersebut akan memberikan gaya dengan kontak langsung dengan barbel. Gaya inilah yang
kemudian dikenal dengan gaya sentuh. Contoh gaya sentuh antara lain gaya otot dan gaya
gesek. Adapu penerapan gaya sentuh dalam kehidupan sehari-hari misalnya, yaitu ketika ibu
menjinjing belanjaan dari pasar, ayah mendorong mobil saat macet, pemain basket yang
sedang mendrible bola basket, mengangkat barbel dan lain sebagainya. Kemudian, besarnya
gaya yang dihasilkan oleh otot atau dapat disebut gaya otot saat tanpa beban, diberi beban 1
kg dan diberi beban 4 kg jika jarak antara olecranon ke insersio otot biceps brachii pada
tulang radius sama adalah semakin berat beban yang diangkat maka akan menjadi semakin
besar juga gaya yang akan dibutuhkan dan jarak antara olecranon ke apex articulation
metacarpophalanx III akan terlihat memendek.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gabriel, JF., 1996. Biomekanika dalam : Fisika Kedokteran. Penerbit Buku EGC, Jakarta.
2. Jati BM. Pengantar Fisika Kedokteran. Yogyakarta: UGM PRESS; 2020 Jun 11.
3. Jumini S. Fisika Kedokteran. Jawa Tengah: Penerbit Mangku Bumi; 2018 Dec 18.
4. Sun X, Lam WK, Zhang X, Wang J, Fu W. Systematic review of the role of footwear
constructions in running biomechanics: implications for running-related injury and
performance. Journal of sports science & medicine. 2020 Mar;19(1):20.
5. Halilaj E, Rajagopal A, Fiterau M, Hicks JL, Hastie TJ, Delp SL. Machine learning in
human movement biomechanics: Best practices, common pitfalls, and new opportunities.
Journal of biomechanics. 2018 Nov 16;81:1-1.