Anda di halaman 1dari 11

TAHAP-TAHAP DALAM KOMUNIKASI

TERAPEUTIK

Disusun Oleh Kelompok 1:


1. Agus Nurvianus Zebua (2122001)
2. Mintaria Lahagu (2122007)
3. Trifanny Yahya Gulo (2122011)
4. Sarah Honey N Sihombing (
5. Esti Pinta Sari Harefa (2122024)
6. Kevas Angelita Simangunsong (2122031)
7. Nurul Safitri Hasibuan (2122038)
8. Wahyu Izzati (2122049)

Dosen pengampu : Hizkianta Sembiring, S.Kep, Ns, M.Kep

STIKes Murni Teguh


Medan
P a g e 1 | 11
T.A 2022/2023
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang
berjudul Tahap-tahap Dalam Komunikasi Terapeutik. Tidak lupa kami juga kami
berterimakasih kepada bapak Hizkianta Sembiring, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen
mata kuliah Keperawatan Terapeutik yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Tahap-tahap Dalam Komunikasi Terapeutiik. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
apa yang di harapkann.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah di susun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan di masa depan.

P a g e 2 | 11
Daftar Isi
Kata Pengantar..........................................................................................................................................2
Bab I Pendahuluan....................................................................................................................................4
1.1 Latar belakang.................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................................4
1.3 Tujuan..............................................................................................................................................4
BAB II Tinjauan Teori..............................................................................................................................5
2.1 Definisi Komunikasi Terapeutik.....................................................................................................5
2.2 Tahap-Tahap Komunikasi Terapeutik..........................................................................................5

P a g e 3 | 11
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Komunikasi merupakan suatu proses melalui seseorang (komunikator) menyampaikan
stimulus dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang lain (komunikan). Dunia
medis juga menggunakan teknik komunikasi sebagai alat untuk membantu dalam mempercepat
penyembuhan pasien. Kepercayaan pada pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh mutu
hubungan dokter dan pasien (Ganiem, 2018). Komunikasi efektif dokter-pasien merupakan
fungsi klinikal yang utama dalam membangun hubungan (Ha et al., 2010). Komunikasi juga
merupakan hal penting dalam penyampaian pelayanan kesehatan yang berkualitas (Ranjan,
Piyush, Archana Kumari, 2015). Untuk meningkatkan kepuasan pasien, kepatuhan lebih baik
pada pengobatan, hasil kesehatan dan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik, maka
diperlukan pendekatan komunikasi dokter yang berpusat pada pasien (Swastika et al., 2018).
Dalam konteks kesehatan, komunikasi dikenal sebagai komunikasi terapeutik.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar dan bertujuan dan
kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan pasien, dan merupakan komunikasi profesional
yang mengarah pada tujuan untuk penyembuhan pasien (Mundakir, 2006). Sejumlah peneliti
menyimpulkan bahwa keterampilan komunikasi dengan pasien dan pencapaian komunikasi
terapeutik positif adalah bagian penting dan integral dari perawatan kesehatan modern, serta
profesi keperawatan secara keseluruhan (Zivanovic & Ćirić, 2018). Sebuah riset terkait aspek
individu dan sosial dari komunikasi terapeutik memberikan perhatian perlunya elaborasi pada
aspek teknis, struktural dan bahkan budaya lainnya dari komunikasi terapeutik untuk
penyelidikan lebih lanjut, terutama dengan pendekatan metodologi penelitian dengan data
kualitatif yang kaya informasi (Rahmawati et al., 2019).
Komunikasi terapeutik, dapat dikelompokkan sebagai bagian dari komunikasi
antarpribadi (KAP). Komunikasi antarpribadi sendiri didefinisikan oleh berbagai ahli dengan
sejumlah perbedaan. Meski demikian, umumnya banyak ahli sepakat bahwa komunikasi
antarpribadi terjadi di antara minimal dua orang atau lebih terhubung dengan cara tertentu
(Bajracharya, 2018). Devito menyebut bahwa KAP merujuk pada proses pengiriman dan
penerimaan pesan antara dua individu atau antar individu dalam kelompok dan terdapat dampak
dan umpan balik dari proses tersebut (DeVito, 2019).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Komunikasi Terapeutik ?
2. Apa saja tahap-tahap Komunikasi Terapeutik ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa pengertian Komunikasi Terapeutik
2. Mengetahui apa tahap-tahap dalam Komunikasi Terapeutik

P a g e 4 | 11
BAB II
Tinjauan Teori

2.1 Definisi Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan, dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Heri purwanti, 1994). Komunikasi
terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian
antara perawat dan pasien, persoalan mendasar dari komunikasi ini adalah adanya saling
membutuhkan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi
pribadi antara perawat dan pesien, perawat yang memberikan bantuan dan pasien yang
menerima bantuan yang diberikan.
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong atau menganjurkan kerja sama
antara perawat dan pasien dalam proses keperawatan, membantu pasien dalam rangka
mengatasi persoalan yang dihadapi pada tahap perawatan, sedangkan pada tahap preventif
kegunaannya adalah mencegah adanya tindakan yang negatif terhadap pertahanan diri pasien.
Tujuan komunikasi terapeutik adalah membantu pasien untuk menjelaskan permasalahan
kesehatannya sehingga dapat mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil
tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan
mengurangi keraguan, membantu dalam mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan
kekuatan egonya fisik mempengaruhi orang lain, lingkungan, dan dirinya sendiri.

2.2 Tahap-Tahap Komunikasi Terapeutik

Menurut Heri Purwanto ada 4 tahap komunikasi terapeutik yaitu:


1. Tahap Persiapan (Pra-Interaksi)
Tahap persiapan atau pra interaksi adalah masa persiapan sebelum berhubungan
dengan pasien, tahap ini harus dilakukan oleh perawat untuk memahami dirinya,
mengatasi kecemasannya dan meyakinkan dirinya bahwa dia betul-betul siap untuk
berinteraksi dengan pasien. Tugas perawat pada tahap ini antara lain: mengeplorasi
perasaan, harapan, dan kecemasan sebelum berinteraksi dengan klien, menganalisis
kekuatan dan kelemahan diri, mengumpulkan data tentang klien, dan merencanakan
pertemuan pertama dengan klien.

a.    Mengumpulkan data tentang klien : Ditinjau dari catatan medis/rekam medis.


         Kondisi klien adalah post partum (anak pertama).
         Diagnosa Keperawatan dalam rangka perawatan luka operasi caesar.
         Tujuan khusus adalah klien dapat memahami dan mandiri dalam rangka
melaksanakan perawatan luka.
         Tindakan keperawatannya adalah perawatan luka post partum.

P a g e 5 | 11
IDENTITAS PASIEN
Nomor Rekam Medis : 001135
Nama : Ny.D
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 20 April 1995
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl.Gagak Hitam, LK.Sihombing
Status Perkawinan : Kawin
Status Pembiayaan : BPJS

         DS : klien mengatakan lemas.


Klien mengatakan lembab pada luka operasinya.
         DO: Klien tampak lemas.
Perban tampak lembab.
TTV: suhu: 375 oC.
            Nadi: 74x/menit.
            TD    : 120/70 mmHg.
b.    Mengeskplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan.
Saya siap berinteraksi dengan klien (Ny. Dina) dengan tindakan perawatan luka
post operasi.
c.    Membuat rencana pertemuan dengan klien.
Saya telah membuat kontrak untuk melakukan perawatan luka hari ini pukul 10 pagi.

2. Tahap Perkenalan/orientasi
Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan perawat saat pertama kali
bertemu atau kontak dengan pasien. Pada saat berkenalan, perawat harus
memperkenalkan dirinya terlebih dahulu kepada klien (Brammer, 1993). Dengan
memperkenalkan dirinya berarti perawat telah terbuka pada pasien dan ini hal ini
diharapkan akan mendorong pasien untuk membuka dirinya. Tugas perawat pada tahap
ini antara lain: membina rasa saling percaya, menunjukan penerimaan dan komunikasi
terbuka, merumuskan kontrak bersama klien, menggali pikiran dan perasaan,
mengidentifikasi masalah klien, serta merumuskan tujuan dengan klien.
(Dialog)
Perawat               : “Assalamualaikum ibu, selamat pagi”.
Klien                   : “Walaikum salam, pagi juga suster”.
Perawat               : “Saya perawat Ratna, apakah benar ini dengan ibu Dina?”.
Klien                   : “Iya suster”.
Perawat               : “Ibu Dina, ibu lebih suka saya panggil apa ibu?”.

P a g e 6 | 11
Klien                   : “Ibu Dina saja supaya lebih akrab, Suster”.
Perawat               : “Baik ibu Dina, saya Ratna, hari ini saya yang akan merawat ibu dari
pukul 07.00 -14.00 siang nanti Bu, jadi kalau ada masalah atau
keluhan ibu dapat berbicara kepada saya, Bu”.
Klien                   : “Oke baik suster Ratna”.
Perawat               : “Baiklah, Ibu bagaimana keadaannya hari ini setelah operasi caesar
kemarin?”.
Klien                  : “Alhamdulillah Suster, saya senang sekali dengan kelahiran  anak
pertama saya. Tapi saya masih merasa lemas dan sulit bergerak”.
Perawat               : “Alhamdulillah saya turut senang atas kelahiran anak pertama ibu,
karena ibu melahirkan anak pertama melalui  caesar jadi wajar kalau
ibu sulit bergerak karena ada luka operasi yg masih rentan, selain
lemas apakah yg ibu rasakan?”
Klien                    : “Oh begitu ya Suster. Tidak, hanya lemas dan sulit bergerak saja”
Perawat               : “Baik Bu, sesuai dengan perjanjian kita kemarin, saya akan
mengganti perban luka ibu, supaya tidak terjadi infeksi dan supaya
ibu bisa segara beraktivitas kembali”
Klien                   : “Baik Suster, berapa lama?”
Perawat               : “Hanya sekitar 15 menit, ibu Dina”
Klien                   : “Iya Suster”

3. Tahap Kerja
Tahap kerja ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik
(Stuart, G.W, 1998). Pada tahap ini perawat dan klien berkerja sama untuk mengatasi
masalah yang dihadapi klien. Perawat juga dituntut mempunyai kepekaan dan tingkat
analisis yang tinggi terhadap adanya perubahan dalam proses verbal maupun non verbal
klien (Suryani, 2005).didukung oleh teori Heri Purwanto, 1994 yang mengatakan bahwa
tugas dalam fase kerja ini adalah meningkatkan interaksi sosial dengan cara
meningkatkan sikap penerimaan satu sama lain untuk mengatasi kecemasan,
menggunakan tehnik komunikasi terapeutik sebagai cara pemecahan, dan dalam
mengembangkan hubungan kerja sama, serta meningkatkan faktor fungsional
komunikasi terapeutik melalui pengkajian dan evaluasi masalah yang ada untuk
meningkatkan komunikasi pasien dan mengurangi ketergantungan pasien pada perawat.
Tahap kerja berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Harapan klien pada
tahap ini, perawat memahami apa yang disampaikan oleh pasien, akan tetapi perawat
terkadang tidak menyimpulkan permasalahan yang dihadapi dan diinginkan oleh pasien,
akibatnya dapat terjadi ketidaksamaan persepsi antara perawat dan pasien, sehingga
penyelesaian masalah tidak terarah dan tidak relevan dengan hasil yang diharapkan dan
masalah pasien tidak terselesaikan.

(Dialog)
Perawat                   :“Baiklah Bu, sebelumnya ada yang ingin ibu tanyakan?”

P a g e 7 | 11
Klien                      :“Apakah perawatan luka ini penting, Sus? Dan berapa frekuensi
penggantian perban, Sus?
  Perawat                  : “Iya Ibu, perawatan luka ini sangat penting karena jika luka kotor 
akan menimbulkan infeksi dan dapat menyebabkan kematian, perban itu harus diganti
minimal 1x sehari, Bu”
Klien                      : “Baik, Suster”
Perawat                  : “Oke ibu Dina, pertama maaf ibu bajunya sedikit saya singkapkan
ya, Bu. Nanti jika sudah di rumah atau saat ibu sudah meras tidak nyaman, ibu atau
dengan bantuan keluarga dapat melakukan secara mandiri”
Klien                      : “Alat-alatnya apa saja, Suster?”
Perawat                  : “Sarung tangan, pinset, gunting, plester, kasa steril, cairan
pembersih. Ibu dapat menggunakan aquabides sudah ada yang menjual di apotek, Bu”
Klien                      :“Lalu caranya bagaimana, Sus?”
Perawat                :“Pertama-tama kita buka balutan yang lama namun jangan
memegang dengan tangan telanjang, kita harus memakai sarung tangan, lalu kita
bersihkan luka dengan aquabides yang dicelupkan ke kasa dan dikeringkan dengan kasa
kering”
Klien                      :“ Apakah kasa tidak boleh dipakai berulang-ulang, Sus?”
Perawat                :“Benar sekali ibu, setiap kali kita membersihkannya kita tukar
dengan kasa yang baru dan jangan lupa ibu kita harus membersihkan luka dari daerah
yang bersih kedaerah yang kotor”
Klien                      :“Lalu apa lagi sus ?”
Perawat                    :“Lalu Bu, kita tutup luka dengan kasa steril, dan direkatkan dengan
plester, lalu ditutup dengan pakaian ibu kembali dan semua bekas balutan
dibuang ketempat sampah medis”
Klien                       :“Saya rasa saya sudah bias melakukannya, Sus”

4. Tahap terminasi
Tugas perawat pada tahap ini antara lain: Mengevaluasi pencapaian tujuan dari
interaksi yang telah dilaksakan, melakukan evaluasi subjektif, menyepakati tindak lanjut
terhadap interaksi yangtelah dilakukan, dan membuat kontrak waktu untuk pertemuan
berikutnya.
Sebenarnya semua masalah yang dihadapi manusia bisa ditanggulangi dengan
berkomunikasi yang baik (Media Litbangkes, 2002). Menurut Stuart and Sundeen
(1999) yang mengatakan hubungan yang terjalin antara perawat dan klien merupakan
hubungan yang harmonis sangat diperlukan dalam upaya pemecahan masalah yang
dihadapi pasien itu sendiri, dan apabila hubungan tersebut ingin terjalin dan tercapai
dengan maksimal dibutuhkan suatu teknik komunikasi yang baik yang dapat dilakukan
antara perawat dan klien, tehnik komunikasi tersebut disebut dengan komunikasi
terapeutik. Anas Tamsuri (2003) jugamenegaskan bahwa keefektifan komunikasi
terapeutik antara perawat dan pasien akan mempercepat proses penyembuhan fisik dan
P a g e 8 | 11
psikologis. Komunikasi terapeutik yang diterapkan dengan baik dan benar akan
menciptakan hubungan yang harmonis antara perawat dan pasien, dan pasien merasa
nyaman menjalani perawatan dan kooperatif dalam menerima setiap tindakan
keperawatan. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah
sarana efektif bagi terlaksananya tindakan keperawatan yang optimal.
(Dialog)
Perawat                  : “Baik ibu Dina, perawatan lukanya sudah selesai dan ibu pun sudah
mengerti bagaimana cara melakukan perawatan luka. Sekarang bagaimana rasannya
bu, apakah sudah lebih nyaman bu sekarang?”
Klien                      : “Iya suster sudah lebih nyaman”
Perawat                  : “Baik ibu kalau begitu nanti jika sudah waktunya ibu  mengganti
perban, ibu bisa dibantu dengan keluarga, atau biasa juga didampingi saya atau perawat
lainnya”
Klien                      : “Iya suster, terimakasih”
Perawat                  : “Iyah ibu Dina. Apakah ada yang ingin ibu tanyakan?”
Klien                      : “Tidak, Sus. Saya rasa cukup dan saya sudah paham, Sus”
Perawat                  : “Baik ibu sekarang ibu dapat beristirahat kembali”
Klien                      : “Iyah Suster, terimakasih yah, Sus”
Perawat                  : “Sama-sama ibu Dina. Semoga lekas sembuh ya, Bu”

P a g e 9 | 11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ø Komunikasi terapeutik adalah komunikasi secara sadar yang dilakukan oleh seorang perawat
untuk kesembukan pasien.
Ø Tujuan dilakukannya komunikasi terapeutik:
· Membantu klien/pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien pecaya pada hal
yang diperlukan.
· Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.
· Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
Ø Tahapan dalam komunikasi terapeutik:
· Fase prainteraksi
· Fase orientasi
· Fase kerja
· Fase terminasi
Ø

P a g e 10 | 11
Daftar Pustaka

Al-Turki, H.A. et al. (2010). Burnout syndrome Among Multinational Nurses Working In Saudi Arabia.
Saudi Med Journal, 31(3):313-316
Purwanto, H. Komunikasi Untuk Perawat. Jakarta: EGC, 1994.
Brammer. The Helping Relationsip: Proces and Skill, Edisi ke-6 USA, Allyn & Bacon, 1993.
Stuart, G.W. Therapeutic Nurse- Patient, 1998.
Suryani. Komunikasi Terapeutik, Teori dan Praktek, edisi 1. Jakarta: ECG, 2005.

P a g e 11 | 11

Anda mungkin juga menyukai