Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TENTANG HIPOKALSEMIA HIPERKALSEMIA

HIPOMAGNESIA HIPERMAGNESIA

Disusun oleh:
Ayu Tiara Vitaloka
NIM: PO7124122040

Dosen Pembimbing: HENI SUMASTRI, S.Pd, M.Kes

KEMENTRIAN KESEHATAN KEMENKES REBUPLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG 2022
Daftar Isi……………
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
b. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
a. Hipokalsemia
b. Hiperkalsemia
c. Hipomagnesia
d. Hipermagnesia

BAB III PENUTUP


a. Kesimpulan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kalsium merupakan salah satu mineral penting yang berguna untuk pembentukan
tulang serta berbagai proses fisiologis seperti transportasi antar membran sel
aktivasi dan inhibisi beberapa enzim, regulasi metabolik intraseluler, sekresi dan
aktivasi hormon proses pembekuan darah kontraktilitas otot dan konduksi sistem
syaraf. 90% kalsium tubuh berada di dalam tulang, sedikit diantaranya terdapat di
ruangan intra dan ekstra seluler. Homeostasis kalsium merupakan proses kompleks
yangmembutuhkan berbagai hal! antara lain suplai adekuat, proses absorbs yang
memadai di usus, serta bantuan beberapa hormon seperti paratiroid, vitamin D dan
kalsitonin. Kalsium serum merupakan satu persen dari kalsium tubuh total, terdapat
di dalam cairan ekstraseluler dan jaringan lunak. Kalsium serum terdiri dari
komponen ion (50%) terikat dengan protein (40%) terutama albumin, serta sebagian
kecil (8-10%) terikat dengan asam organik dan inorganik seperti sitrat, laktat
bikarbonat dan sulfat.
Dalam keadaan normal, kadar kalsium serum diatur oleh hormon paratiroid (PTH)
dan kalsitriol (1,25-dihydroxy) vitamin D3;1,25[OH]2D3) yang berfungsi untuk
meningkatkan kadar kalsium serum, serta kalsitonin untuk menurunkan kadar
kalsium serum terutama glukokortikoid, fenitoin, dan fenobarbital. Hipokalsemia
didefinisikan dengan berbagai Batasan, antara lain sebagai kadar kalsium yang
kurang dari 8 mg/Dl (2mmol/L), 7.48 mg/dL (1,87 mmol/L) atau 7 mg/dL (1,75
mmol/L) Definisi yang lebih tepat didasarkan pada kadar kalsium ion. tetapi pada
kadar asam-basa dan albumin yang normal, nilai ini mempunyai korelasi linier
dengan kadar kalsium serum, sehingga pengukuran kadar kalsium serum bisa
digunakan sebagai skrining pertama. Pengukuran kadar kalsium serum sebaiknya
dilakukan setiap hari pada bayi bayi dengan risiko hipokalsemia.

Hipokalemia didefinisikan sebagai kadar kalium serum yang jumlahnya kurang dari
3.5 mmol/L dan hiperkalemia didefinisikan sebagai kadar kalium serum yang
jumlahnya lebih dari 5.1 mmol/L pada orang dewasa. Hipokalemia pasca stroke itu
hal yang umum dan dapat berhubungan dengan prognosis yang buruk.9 Pada pasien
yang hipertensinya dikontrol, kejadian hipokalemia pada tahun sebelum dia
mengalami stroke, berhubungan dengan kenaikan risiko insidensi stroke iskemik dan
hemoragik apabila dibandingkan dengan kadar kalium serum normal.10
Hiperkalemia dapat muncul dengan berbagai manifestasi klinis, mulai dari
asimtomatik hingga aritmia yang mengancam hidup, serta 3 hiperkalemik paralisis.11
Peningkatan jumlah kalium dalam darah secara progresif dapat menyebabkan
depolarisasi jantung, dan repolarisasi, serta kontraktilitas.

B. RUMUSAN MASALAH
Apa penyebab Hipokalemia
Apa penyebab Hiperkalsemia
Apa penyebab Hipomagnesia
Apa penyebab Hipermagnesia
Ciri dari Hipokalemia, Hiperkalsemia, Hipomagnesia, Hipermagnesia

BAB II
PEMBAHASAN

A. HIPOKALEMIA
Hipokalemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan kalium atau potassium. Kondisi ini
dapat dialami siapa saja, terutama penderita diare atau muntah muntah. Penanganan
hipokalemia perlu segera dilakukan guna mencegah komplikasi serius, seperti gangguan
jantung.
Kalium adalah mineral dalam tubuh yang mengendalikan fungsi sel saraf dan otot, terutama
otot jantung. Kalium juga berperan dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mangatur tekanan darah. Ketika kadar kalium dalam tubuh berkurang, berbagai gejala akan
muncul, tergantung kepada jumlah kalium yang hilang.

Penyebab Hipokalemia
Hipokalemia terjadi Ketika tubuh terlalu banyak mengeluarkan kalium. Kondisi ini dapat
disebabkan oleh beberapa factor. Faktor penyebab kekurangan kalium yang paling umum
adalah:
- Muntah muntah
- Diare berlebihan
- Penyakit ginjal atau gangguan pada kelenjar adrenal
- Konsumsi obat diuretic
Meskipun jarang terjadi, kekurangan kalium juga dapat disebabkan oleh faktot-faktor di
bawah ini:
- Kekurangan asam folat
- Ketoasidosis diabetic
- Rendahnya kadar magnesium dalam tubuh
- Konsumsi obat asma atau antibiotic
- Penggunaan obat pencahar dalam jangka Panjang
- Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
- Kebiasaan merokok
Beberapa sindrom juga dapat menyebabkan rendahnya kadar kalium dalam tubuh, di
antaranya sindrom Cushing, sindrom Gitelman, sindrom Liddle, sindrom Bartter, dan
sindrom Fanconi.

Faktor Risiko Hipokalemia

Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko hipokalemia, seperti:


 Minum obat tertentu, misalnya obat diuretik yang diketahui menyebabkan kehilangan
kalium.
 Mengidap penyakit berkepanjangan yang menyebabkan muntah atau diare.
 Mengidap penyakit jantung, sebab hipokalemia ringan dapat menyebabkan irama
jantung yang tidak normal. Penting untuk menjaga kadar kalium sekitar 4  milimol per
liter pada pengidap gagal jantung kongestif, aritmia, atau riwayat serangan jantung.

Gejala Hipokalemia

Jika hipokalemia hanya bersifat sementara, kamu mungkin tidak akan merasakan gejala apa
pun. Gejala mungkin akan mulai muncul saat kalium turun di bawah tingkat tertentu. Tanda-
tandanya bisa berupa:

 Kelemahan, letih, kram otot pada tangan dan kaki yang kadang dapat cukup parah,
hingga menyebabkan pengidapnya tidak dapat menggerakkan tangan dan kaki.
 Kram perut.
 Kesemutan atau mati rasa.
 Konstipasi.
 Buang air kecil yang banyak atau sering merasa haus.
 Mual dan muntah.
 Palpitasi atau detak jantung cepat dan tidak teratur.
 Pingsan karena tekanan darah yang rendah.
 Gangguan psikis, seperti depresi, psikosis, delirium, kebingungan, atau halusinasi.

Hipokalemia dapat mempengaruhi ginjal sehingga pengidapnya mungkin juga sering pergi
ke kamar mandi untuk buang air kecil. Selain itu, pengidap hipokalemia juga sering merasa
haus.  Dalam kasus yang parah, kelemahan otot dapat menyebabkan kelumpuhan dan
kemungkinan kegagalan pernapasan.

Pencegahan Hipokalemia

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah hipokalemia, antara lain:

 Mengonsumsi makanan tinggi kalium, antara lain pisang, jeruk, stroberi, kiwi,
alpukat, dan persik. Konsumsi juga sayuran hijau, jamur, kacang-kacangan, dan
tomat.
 Menghindari penggunaan obat diuretik dan laksatif secara berlebihan atau tanpa
pengawasan dokter.
 Menghindari penggunaan suplemen kalium sendiri tanpa pengawasan dokter.

A. HIPERKALSEMIA
Hiperkalsemia adalah kondisi ketika kadar kalsium dalam darah terlalu tinggi. Kondisi ini
dapat menyebabkan penipisan tulang, batu ginjal, dan gangguan pada kerja jantung dan
otak.
Kadar normal kalsium dalam darah adalah 10,4 mg/dL, dengan kadar kalsium yang
terionisasi 5,2 mg/dL. Hiperkalsemia adalah istilah untuk kadar kalsium dalam darah
yang melebihi nilai tersebut.

Penyebab Hiperkalsemia

Hiperkalsemia dapat dipicu oleh beberapa kondisi, yaitu:

Hiperparatiroidisme
Hiperkalsemia paling sering disebabkan oleh hiperparatiroidisme. Normalnya,
hormon paratiroid diproduksi ketika kadar kalsium dalam darah rendah.
Pada hiperparatiroidisme, kelenjar paratiroid menjadi terlalu aktif sehingga
memproduksi hormon paratiroid secara berlebihan. Akibatnya, kadar kalsium di
dalam tubuh meningkat pesat.

Keracunan obat-obatan
Peningkatan produksi hormon paratiroid dapat dipicu oleh penggunaan obat-obatan
tertentu, di antaranya:

 Lithium, untuk menangani gangguan bipolar


 Hydrochlorothiazide, untuk mengatasi hipertensi dan edema

Selain obat di atas, penggunaan obat yang mengandung kalsium karbonat secara
berlebihan, seperti antasida, dapat meningkatkan kadar kalsium dalam darah.

Kelebihan vitamin A atau D


Kelebihan vitamin A atau D dapat terjadi akibat mengonsumsi suplemen vitamin A
atau D dengan dosis yang terlalu tinggi. Seiring waktu, jumlah vitamin yang makin
banyak di dalam tubuh dapat meningkatkan kadar kalsium dalam darah.

Kanker
Hiperkalsemia akibat kanker biasanya dialami oleh pasien yang dirawat di rumah
sakit. Sekitar 10–30% penderita kanker mengalami hiperkalsemia ketika:

 Kanker menyebabkan tulang melepaskan kalsium ke dalam darah


 Kanker mengganggu ginjal dalam proses pembuangan kalsium bersama urine

Beberapa jenis kanker yang dapat memicu hiperkalsemia adalah kanker paru-
paru, kanker ginjal, kanker payudara, dan kanker darah (multiple myeloma). Kanker
yang telah menyebar ke bagian tulang juga dapat meningkatkan risiko
hiperkalsemia.

Gejala Hiperkalsemia
Hiperkalsemia ringan dapat terjadi tanpa gejala apa pun. Gejala umumnya baru
timbul jika hiperkalsemia yang dialami cukup parah.
Gejala yang dapat timbul akibat hiperkalsemia tergantung pada bagian tubuh yang
terdampak, antara lain:

 Ginjal, dengan gejala haus berlebih, sering buang air kecil, atau batu ginjal
 Saluran pencernaan, ditandai dengan sakit perut, mual, muntah, dan sembelit
 Tulang dan otot, ditandai dengan nyeri tulang dan lemah otot
 Otak, dengan gejala linglung, kelelahan, kejang, hingga penurunan kesadaran
 Jantung, ditandai dengan jantung berdebar, pingsan, dan aritmia

Pencegahan Hiperkalsemia
Hiperkalsemia tidak selalu bisa dicegah. Namun, risiko terjadinya kondisi ini dapat
dihindari dengan melakukan upaya berikut ini:

 Hindari mengonsumsi suplemen vitamin, mineral, atau herbal tanpa terlebih dahulu


berkonsultasi dengan dokter.
 Selalu konsumsi obat-obatan antihipertensi sesuai dengan anjuran dokter.
 Lakukan pemeriksaan ke dokter bila memiliki keluarga dengan riwayat kalsium tinggi,
batu ginjal, atau penyakit paratiroid.

C. HIPOMAGNESEMIA
Hipomagnesemia adalah kondisi ketika kadar magnesium dalam darah di bawah batas
normal. Kondisi ini dapat terjadi pada siapa saja, tetapi lebih sering terjadi pada pasien
rawat inap dan biasanya terjadi bersamaan dengan gangguan elektrolit lain, seperti
hipokalemia atau hipokalsemia.
Magnesium adalah mineral yang terkandung di dalam aliran darah, jantung, otot,
dan tulang.  Mineral yang umumnya diperoleh dari makanan ini merupakan zat
penting yang berperan dalam lebih dari 300 reaksi metabolisme dalam tubuh,
seperti:

 Mengubah makanan menjadi energi


 Membentuk protein baru dari asam amino
 Memelihara dan memperbaiki gangguan pada DNA dan RNA
 Memproses kontraksi dan relaksasi otot
 Mengatur neurotransmitter, yaitu senyawa dalam tubuh yang membawa sinyal ke
pembuluh darah, otot, dan juga otak

Kadar magnesium darah yang normal berkisar antara 1,8–2,2 mg/dl. Seseorang
dapat dikatakan menderita hipomagnesemia jika kadar magnesium dalam darahnya
kurang dari 1,8 mg/dl. Sementara, kadar magnesium darah yang lebih dari 2,2 mg/dl
disebut dengan hipermagnesemia

Penyebab Hipomagnesemia
Umumnya, hipomagnesemia disebabkan oleh penurunan kemampuan usus dalam
menyerap magnesium atau peningkatan pembuangan magnesium oleh ginjal.
Selain itu, ada faktor lain yang dapat menyebabkan menurunnya kadar magnesium
dalam tubuh, yaitu:

 Konsumsi alkohol secara berlebihan


 Diare kronis
 Sering buang air kecil (poliuria), misalnya akibat diabetes yang tidak terkontrol
 Hiperaldosteronisme, yaitu tingginya kadar hormon aldosterone dalam darah
 Hiperkalsemia atau tingginya kadar kalsium dalam darah
 Sindrom malabsorbsi, misalnya penyakit celiac dan peradangan usus
 Diabetes tipe 2
 Malnutrisi
 Efek penggunaan obat-obatan, seperti amphotericin B, cisplatin, ciclosporin, diuretik,
penghambat pompa proton, dan antibiotik aminoglikosida

Faktor risiko hipomagnesemia


Meski dapat terjadi pada siapa saja, hipomagnesemia lebih sering terjadi pada
seseorang dengan faktor di bawah ini:

 Berusia lanjut
 Sedang menjalani rawat inap di rumah sakit
 Sedang menjalani perawatan di ICU
 Mengalami kecanduan alkohol
 Menderita diabetes
Gejala Hipomagnesemia
Gejala hipomagnesemia yang muncul pada tiap orang dapat berbeda-beda,
tergantung seberapa rendah kadar magnesium darah. Berikut ini adalah gejala awal
yang umum terjadi jika seseorang mengalami kekurangan magnesium:

 Mual
 Muntah
 Kelelahan
 Nafsu makan menurun

Pengobatan Hipomagnesemia
Pengobatan hipomagnesemia dilakukan untuk menormalkan kadar magnesium
darah dan mencegahnya agar tidak turun kembali. Beberapa metode pengobatan
yang dapat dilakukan adalah:

Suplementasi Magnesium
Jika kondisi pasien masih tergolong ringan, dokter akan memberikan suplemen
magnesium untuk diminum. Namun, jika pasien mengalami kesulitan dalam
mengunyah atau menelan dan kondisinya sudah tergolong parah, dokter akan
memberikan magnesium melalui infus.
Berikut ini adalah sejumlah obat yang umum digunakan untuk menangani
hipomagnesemia:

 Magnesium sulfat
 Magnesium glukonat
 Magnesium laktat
 Umumnya, gejala hipomagnesemia akan segera membaik setelah diberikan
suplementasi magnesium.

Obat-obatan
Jika hipomagnesemia terjadi karena adanya penyakit lain, penanganan penyakit
tersebut perlu dilakukan bersamaan dengan suplementasi magnesium. Misalnya,
hipomagnesemia akibat diabetes tipe II yang tidak terkontrol juga harus ditangani
dengan pemberian obat diabetes.
Bagi pasien yang menderita hipomagnesemia akibat ginjal terlalu banyak
membuang magnesium, dokter akan memberikan obat untuk menahan magnesium
agar tidak terlalu banyak dibuang, antara lain:

 Amiloride
 Sprinolactone

Jika hipomagnesemia disebabkan oleh penggunaan obat tertentu, pasien akan


disarankan untuk mendiskusikannya dengan dokter yang memberikan obat tersebut.
Penting untuk diingat, pasien tidak disarankan untuk menghentikan konsumsi obat
tanpa arahan dari dokter, terutama jika obat tersebut dikonsumsi rutin dan dalam
jangka panjang.

Perubahan pola makan


Untuk membantu proses penyembuhan, dokter akan menganjurkan pasien untuk
mengonsumsi makanan yang mengandung magnesium. Hal tersebut untuk
membantu mengembalikan kadar magnesium menjadi normal.
Jenis makanan yang dapat meningkatkan kadar magnesium meliputi:

 Kacang tanah
 Kacang almond
 Kacang mete
 Susu kedelai
 Sereal gandum utuh
 Alpukat
 Pisang
 Ikan salmon
 Bayam
 Kentang panggang utuh (dengan kulit)

Selain itu, pasien hipomagnesemia juga sangat disarankan untuk menghentikan


konsumsi minuman beralkohol. Jika pasien diketahui memiliki kecanduan alkohol,
dokter akan merujuk pasien ke psikolog atau psikiater untuk menjalani konseling.

Pencegahan Hipomagnesemia
Hipomagnesemia atau rendahnya kadar magnesium dalam tubuh dapat dicegah
dengan melakukan beberapa hal di bawah ini:

 Menerapkan gaya hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan
berolahraga secara teratur
 Melakukan pemeriksaan rutin ke dokter jika memiliki kondisi yang meningkatkan
risiko hipomagnesemia, seperti gagal jantung, diabetes, dan diare kronis
 Mengonsumsi makanan dengan kadar magnesium yang cukup
 Tindak mengonsumsi minuman beralkohol

D. HIPERMAGNESIA
Hipermagnesemia adalah kondisi ketika kadar magnesium dalam darah terlalu
tinggi.Kondisi ini tergolong salah satu penyakit yang  jarang terjadi, tetapi dapat
menimbulkan komplikasi yang serius.  

Normalnya, kadar magnesium dalam darah untuk orang dewasa adalah 1,7–2,3


mg/dL. Sekitar 3% dari magnesium di dalam tubuh akan dikeluarkan bersama urine
dan 97% lainnya akan diserap ke dalam tubuh. Seseorang dapat dikatakan
mengalami hipermagnesemia jika kadar magnesium dalam darahnya lebih dari 2,3
mg/dL.

Penyebab dan Faktor Risiko Hipermagnesemia


Hipermagnesemia biasanya terjadi akibat ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik
dalam membuang magnesium berlebih dalam darah. Pada sebagian besar kasus,
hipermagnesemia disebabkan oleh penyakit gagal ginjal.
Risiko terjadinya kondisi ini akan lebih tinggi jika penderita gangguan ginjal
mengonsumsi minuman beralkohol atau menggunakan obat atau suplemen yang
mengandung magnesium, seperti obat maag jenis antasida (yang berisi magnesium
hidroksida) atau obat pencahar.
Selain gangguan fungsi ginjal, ada beberapa kondisi yang juga dapat menyebabkan
hipermagnesemia, yaitu:

 Mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung tinggi magnesium secara


berlebihan
 Menjalani terapi litium
 Mengalami kerusakan jaringan akibat luka bakar
 Menderita penyakit jantung, gangguan pencernaan, hipotiroidisme, penyakit Addison,
depresi, atau kadar kalsium dalam darah terlalu tinggi (hiperkalsemia)

Gejala Hipermagnesemia
Ketika kadar magnesium dalam darah masih berada sedikit di atas normal,
hipermagnesemia seringkali tidak menimbulkan gejala atau gejala yang timbul belum
terlalu terasa. Namun, saat kadar magnesium sudah meningkat cukup tinggi, gejala-
gejala yang dapat dirasakan antara lain:

 Sakit kepala
 Wajah memerah
 Lesu
 Diare
 Pusing
 Pingsan
 Mual dan muntah
 Refleks menjadi lambat
 Otot lemah atau lumpuh
 Tekanan darah rendah
 Gangguan irama jantung
 Gangguan pernapasan
Pengobatan Hipermagnesemia
Pengobatan hipermagnesemia disesuaikan dengan penyebabnya. Jika
hipermagnesemia terjadi akibat konsumsi makanan, minuman, obat, atau suplemen
yang mengandung magnesium secara berlebihan, maka pasien perlu berhenti
mengonsumsinya agar kadar magnesium dalam darah dapat kembali normal.
Selain itu, terdapat juga beberapa metode pengobatan yang mungkin dilakukan oleh
dokter untuk menangani hipermagnesemia, yaitu:

Pemberian obat diuretik


Pemberian obat dierutik bertujuan untuk meningkatkan produksi urine, sehingga
magnesium banyak terbuang melalui urine. Untuk mencegah terjadinya dehidrasi
akibat meningkatnya produksi urine, dokter mungkin akan memberikan infus cairan
garam.
Pemberian obat diuretik umumnya hanya ditujukan untuk pasien yang produksi
urinenya masih normal dan fungsi ginjalnya masih baik.

Pemberian infus kalsium glukonat


Metode pengobatan ini bertujuan untuk menetralkan efek dari magnesium yang
berlebih di dalam darah. Umumnya, pemberian infus kalsium glokonat dilakukan
untuk menangani hipermagnesemia yang disertai dengan gangguan pernapasan
atau jantung.

Cuci darah atau dialisis


Jenis pengobatan ini dilakukan untuk pasien dengan:

 Gangguan fungsi ginjal


 Keluhan jantung dan saraf yang berat
 Hipermagnesemia berat (>4 mmol/L)

Komplikasi Hipermagnesemia
Jika hipermagnesimia yang dialami cukup parah dan tidak segera ditangani, kondisi
ini dapat menyebabkan beberapa komplikasi, seperti:

 Letargi
 Hipotensi
 Aritmia
 Detak jantung terhenti
 Koma
Pencegahan Hipermagnesemia
Untuk mencegah hipermagnesemia, jaga Kesehatan ginjal agar dapat berfungsi
baik, di antaranya dengan minum air putih yang cukup, tidak merokok, dan tidur
cukup. Selain itu, sertai juga dengan beberapa upaya di bawah ini:

 Hindari mengonsumsi makanan bermagnesium tinggi secara berlebihan


Dalam keadaan sehat, konsumsi harian magnesium yang dianjurkan untuk pria
dewasa adalah 350–360 mg dan 320–340 mg untuk wanita dewasa.

 Konsumsi suplemen atau obat sesuai petunjuk dokter


Hindari mengonsumsi suplemen atau obat yang mengandung magnesium, seperti
antasida dan obat pencahar, di luar dosis yang dianjurkan oleh dokter atau yang
tertera pada aturan pakai. Pasalnya, hal itu berisiko meningkatkan kadar magnesium
dalam darah, terutama pada pasien gagal ginjal.

 Jauhkan suplemen dan obat-obatan yang mengandung magnesium dari


jangkauan anak-anak
Simpan suplemen dan obat-obatan yang mengandung magnesium dari jangkauan
anak-anak, karena dapat menyebabkan overdosis magnesium jika tidak sengaja
dikonsumsi oleh anak.    
BAB III
PENUTUP

Tidak terdapat pengaruh secara bermakna (p>0,05) terapi obat gagal jantung
dengan kadar elektrolit natrium saat admisi dengan satu minggu dan satu bulan.
Namun terdapat pengaruh secara bermakna (p<0,05) tekanan darah (sistolik
dan diastolik) dan denyut nadi saat admisi dengan satu minggu dan satu bulan
pada pasien gagal jantung yang mengalami hiponatremia dan natrium normal.
2. Tidak terdapat pengaruh secara bermakna (p>0,05) terapi obat gagal jantung
dengan kadar kalium darah saat admisi dengan satu minggu dan satu bulan.
Namun terdapat pengaruh secara bermakna (p<0,05) tekanan darah (sistolik
dan diastolik) dan denyut nadi saat admisi dengan satu minggu dan satu bulan
pada pasien gagal jantung yang mengalami hipokalemia, kalium normal dan
hiperkalemia.
Saran
Hasil penelitian belum dapat digeneralisasi untuk populasi yang lebih luas. Hal
ini dikarenakan adanya beberapa keterbatasan, dimana faktor jenis terapi dan
komorbiditas memiliki kategori cukup banyak dan bervariasi, sebaiknya diikuti dengan
jumlah pasien yang berimbang untuk masing-masing kategori

Anda mungkin juga menyukai