TINJAUAN PUSTAKA
Pada dasarnya beton bertulang merupakan gabungan logis dari dua jenis bahan/ material
yaitu beton polos dan tulangan baja. Beton polos merupakan bahan yang memiliki kekuatan
tekan yang tinggi akan tetapi memiliki kekuatan tarik yang rendah. Sedangkan tulangan baja
akan memberi kekuatan tarik yang besar sehingga tulangan baja akan memberi kekuatan tarik
yang diperlukan. Dengan adanya kelebihan masing-masing elemen tersebut, maka konfigurasi
antara beton dan tulangan baja diharapkan dapat saling bekerjasama dalam menahan gaya-gaya
yang berkerja dalam struktur tersebut, dimana gaya tekan ditahan oleh beton, dan tarik ditahan
Beton bertulang merupakan struktur komposit yang sering dijumpai pada pekerjaan
kontruksi. Material beton bertulang yaitu beton dan tulangan, umumnya tulangan pada beton
bertulang terbuat dari baja. Penambahan tulangan baja pada beton bertulang ini dikarenakan
beton mempunyai sifat kuat terhadap gaya tekan tetapi lemah terhadap gaya tarik. Sehingga
penambahan tulangan bertujuan agar beton mampu menahan gaya tarik yang terjadi. Beton
bertulang umumnya dipakai pada struktur pelat lantai, balok dan kolom bangunan, struktur
jembatan, pondasi bored pile dan sebagainya. Beton bertulang yang digunakan pada struktur
balok umumnya terdiri dari tulangan longitudinal dan tulangan sengkang. Tulangan longitudinal
berfungsi untuk menahan gaya tarik yang terjadi pada balok sedangakan tulangan sengkang
(kerikil/batu pecah), semen, dan air. Sering juga ditambahkan bahantambahkimiawi (admixture)
ataupun mineral (additive) ke dalamcampuranbeton. Tujuannya adalah untuk mengatur sifat dan
karakteristik beton agar sesuai denganyang kita inginkan, diantaranya yaitu memudahkan dalam
pengerjaan, menambahkekuatan, serta efisiensi. Notasi dari kuat tekan beton ialah “f’c”. Nilai f’c
diperolehdari nilai rata-rata kuat tekan pengujian silinder minimal 2 buah diameter 150mmtinggi
300 mm atau minimal 3 buah diameter 100 mm tinggi 200 mmyangterbuatdari adukan beton
yang sama dan diuji pada beton umur 28 hari (SNI 03-2847-2013pasal 5.6.2.4). Beton harus
dalam pasal 5.3.2 dan juga memenuhikriteria durabilitas dalam pasal 4. Frekuensi nilai kuat
tekan rata-rata yangberadadibawah nilai f’c seperti yang ditentukan dalam pasal 5.6.3.3
haruslahsekecilmungkin. Selain itu, nilai f’c yang digunakan pada bangunan yang
direncanakansesuai dengan aturan-aturan dalam standar ini, tidak boleh kurang daripada 17 Mpa
Unsur beton bertulang lainnya yaitu baja. Baja adalah logampaduanpembentuk dari biji
besi (Fe) sebagai bahan dasar serta karbon (C) yang merupakanpaduan utamanya. Untuk
menghendaki baja yang memiliki kuat tarik tinggi (tensilestrength) dan keras (hardness) maka
penambahan karbon (C) perlu dilakukan, akantetapi disisi lain hal ini akan berdampak pada
Baja sebagai tulangan beton berperan memberikan kuat tarik yangtidakdimiliki beton. Di
pasaran, telah tersedia berbagai macambentuk danukurantulangan baja yang dibutuhkan untuk
struktur beton bertulang. Umumnya, tulangan baja berbentuk penampang lingkaran lebih sering
digunakan baik polos maupunulir(deform), tulangan baja ulir (deform) dipilih agar memiliki
lekatan maksimal pada baja merupakan parameter dari kualitas baja tersebut, berikut daftar
Tabel 2.1 Mutu Tulangan Baja SNI 03-6861.2-2002, Spesifikasi Bahan Bangunan dari
Besi/Baja
Unsur utama pembentuk beton adalah semen, air, dan agregat. Agregat disini terdiri dari
agregat halus yang umumnya menggunakan pasir dan agregat kasar yang umumnya
menggunakan batu kerikil. Selain itu kadang-kadang juga ditambahkan material campuran
(admixture). Semen dan air membentuk pasta pengikat yang akan mengisi rongga dan mengeras
di antara butir-butir pasir dan agregat, sedangkan agregat akan menentukan kekuatan dan kualitas
beton.
a. Semen
Semen merupakan suatu jenis bahan yang memiliki sifat yang adesif dan kohesif yang
memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen mineral menjadi suatu massa yang padat. Dalam
hal ini bahan semen akan menjadi keras karena adanya faktor air, yang kemudian dinamakan
semen hidraulis (Hydraulic Cement).Semen hidrolik yang biasa digunakan pada beton adalah
semen portland (Portland Cement) yang umumnya membutuhkan sekitar 14 hari untuk mencapai
kekuatan yang cukup dan membutuhkan waktu 28 hari untuk mencapai kekuatan rencana.
b. Agregat
Pada material beton, agregat memenuhi sekitar 75 % dari isi total beton, sehingga perilaku
beton sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat agregat. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya
agregat biasanya terdiri dari 2 macam yaitu agregat halus yang umumnya berupa pasir dan
agregat kasar yang pada umumnya berupa kerikil. Agregat halus adalah bahan yang lolos dari
saringan no. 4 (lebih kecil dari 3/16 inci, berdasarkan ASTM). Dan agregat kasar adalah bahan-
c. Air
Air merupakan bahan utama dalam campuran beton karena air yang mengakibatkan partikel-
partikel semen saling mengikat baik mengikat antar partikel maupun dengan tulangan baja.
d. Admixture
Disamping bahan-bahan utama di atas, terdapat bahan campuran tambahan yang juga sering
ditambahkan pada campuran beton, baik sebelum atau ketika sedang mencampur. Campuran
admixture dapat dipakai untuk mengubah sifat beton agar berfungsi lebih baik atau lebih
ekonomis
e. Tulangan Baja
Tulangan baja secara umum terdiri atas 2 macam yaitu baja tulangan polos dan baja tulangan
berulir. Pembahasan berikut akan menitikberatkan pada struktur balok beton bertulang segiempat
sederhana, sebagai bahan studi literatur penunjang penelitian yang akan dilakukan
seperti balok dan kolom. Penggunaan baja canai dingin pada struktur jembatan saat ini telah
dikenalkan kepada kalangan akademis melalui ajang perlombaan jembatan Indonesia atau KJI.
Berbagai penelitian serta pengembangan dilakukan untuk mendapatkan manfaat baja canai
dingin secara maksimal. Sehingga hal ini menghasilkan rumusan ethic codes yaitu SNI 7971 :
2013 tentang Struktur baja canai dingin sebagai acuan kerja konstruksi baja canai dingin pada
prakteknya..
Riset tentang baja ringan untuk konstruksi bangunan dimulai oleh Prof. George Winter
dari Universitas Cornell tahun 1939. Berdasarkan riset-riset beliau maka dapat dilahirkan edisi
pertama Light Gauge Steel Design Manual pada tahun 1949 atas dukungan AISI (American Iron
and Steel Institute). Sejak dikeluarkan peraturan tersebut lima dekade yang lalu, maka pemakaian
material baja ringan semakin berkembang untuk konstruksi bangunan, mulai struktur sekunder
sampai struktur utama misalnya untuk balok lantai, rangka atap dan dinding pada bangunan
Walaupun termasuk dalam kategori elemen struktur yang tipis (thin-walled structures),
pemakaian baja ringan telah meluas yaitu meliputi box-girder jembatan, anjungan kapal (ship
hulls) dan badan pesawat terbang. Ide dari pembuatan struktur baja ringan adalah untuk
mendapatkan kekuatan maksimum dari material yang relatif tipis. Belakangan ini penggunaan
baja ringan di Indonesa menjadi trend yang cukup menarik, dimana material ini lebih banyak
digunakan untuk rangka atap dibandingkan menjadi struktur lainnya. Hal ini dikarenakan
gencarnya iklan-iklan yang menawarkan produk rangka atap baja ringan menggantikan material
kayu. Di samping itu kemudahan dalam mendapatkan bahan, kecepatan pemasangan dan struktur
yang kuat membuat rangka atap dari baja ringan menjadi terkenal. (WW-Yu, 2000).
2.2.2. Macam-macam Profil Baja Canai Dingin
Menurut Wiguna (2015), Batang struktur Baja Canai Dingin dapat diklasifikasikan dalam
a. batang profil struktural tunggal (profil kanal (C-section), profil Z (Zsection), profil I (I-
section), profil siku (angle section), profil T (Tsection), profil sigma (sigma section) dan
Penggunan material baja canai dingin harus memenuhi kriteria tegangan desain yang
telah ditetapkan. Dalam SNI 7971 : 2013 tentang struktur baja canai dingin telah diatur bahwa
batasan tegangan leleh minimum (Fy) dan kekuatan tarik minimum (Fu) tidak boleh melebihi
Tabel 2.2. Tegangan Leleh Minimum (Fy) dan Kuat Tarik Minimum (Fu) Baja Canai
Dingin
Standard yang Mutu Baja Tegangan Leleh (Fy) Kuat Tarik (Fy) MPa
digunakan MPa
AS 1397 G250 250 320
G300 300 340
G350 350 420
G450* 450 480
G500** 500 520
G550** 550 550
Sumber : SNI 7971 : 2013 tentang struktur baja canai dingin
* : Berlaku untuk material gilas kelas dengan ketebalan lebih besar atau sama dengan 1.5 mm
** : Berlaku untuk material gilas keras dengan ketebalan besar 1.0 mm tetapi kurang dari 1.5
mm
*** : berlaku untuk material gilas keras dengan ketebalan kurang dari atau sama dengan 1.0
mm
Selain itu beberapa nilai mekanis baja canai dingin lainnya adalah sebagai berikut
(Hendra, 2017) :
Menurut Wei-Wen Yu, batang struktural baja canai dingin memberikan beberapa
a. Dibandingkan dengan baja biasa, produkbaja ringan dapat diproduksi dengan berat yang
b. Konfigurasi tampang yang tidak biasa diproduksi secara lebih ekonomis dengan proses
bentukan dingin (cold forming) sehingga perbandingan antara kekuatan dengan berat
c. Tampang bentuk sarang (nestable section) dapat diproduksi dimana tampang tersebut
memungkinkan proses pemaketan yang lebih padat dan pengangkutan yang lebih
ekonomis.
d. Panel dan dek pemikul beban bisa menyediakan permukaan yang berguna digunakan
Baja ringan tidak hanya memiliki kelebihan saja melainkan juga memiliki kekurangan.
berkurang. Konstruksi baja yang berhubungan langsung dengan udara atau air harus dicar
secara periodic\
b. Baja akan mengalami penurunan mutu secara drastic bahkan kerusakan langsung karena
temperature tinggi.
Baja Ringan C Berbahan plat baja gaya tarik tinggi (G550) / baja ringan yang dilapisi
karat & rayap. Sering diaplikasikan sebagai rangka atap baja ringan ataukuda-kuda utama
baja ringan
sebagaipeletakan atap, pada umumnya ketebalan reng 0,45 mm dengan tinggi mulai dari28 mm
sampai dengan 40 mm
a. Zincalume Steel
Zincalume Steel adalah baja lapis yang mengandung logam campuran 55% alumunium dan
45 % seng dengan kelas coating AZ 150 yang diproses denganteknogi tinggi. Dengan
komposisi yang akurat dan teknologi yang tinggi ,Zincalume Steel memberikan
perlindungan dari korosi. Diproduksi melalui prosesbaja celup panas (Hot-Dipping) secara
logam baja, Zinc danAlumunium, yaitu : kekuatan dari baja , proteksi korosi prima dan
ketahanantemperatur tinggi dari Alumunium, serta perlindungan Zinc pada bagian lipatanbaja
dan daerah goresan dengan aksi katodiknya. Sifat Aluminium yang tahankarat dikombinasikan
dengan Zinc yang keras menjadikan kombinasi dari keduabahan tersebut lebih tahan karat,
menyatakan bahwa Baja Ringan Zincalu mermemiliki ketahanan karat/korosi mencapai 4 kali
b. Baja Galvanis
adalah proses aplikasi pelapisan seng pelindung pada baja(sebagian referensi menyebutkan
Galvanis adalah istilah untuk baja ringan yangdiberi lapisan seng (zinc). Untuk galvanis
finishingnya terdiri dari: 98% unsurcoatingnya adalah seng/zink dan 2% adalah unsur
alumunium). Lapisan tersebutditujukan untuk mencegah korosi galvanik berkarat. Istilah tersebut
saat ini adalah hot-dipgalvanisasi, dimana bagian-bagian baja direndam dalam bak seng cair.
c. Galvalum Steel
Galvalum merujuk pada material baja dengan pelapisan yang mengandungunsur alumunium
dan zinc, terdiri dari 55% unsur coatingnya adalah aluminium,43,5% adalah unsur seng/zink
dan 1,5% unsur silikon. Material Baja RinganGalvalume inilah yang popular dengan
Balok adalah elemen struktur yang berfungsi menyalurkan beban ke kolom. Balok
merupakan bagian dari struktur inti bangunan selain kolom dan pondasi. Sehingga
pengecorannya harus dilakukan dengan baik. Tahap pengecoran dimulai sejak tahap persiapan
pengerjaan tulangan sampai pada saat perawatan (curing). Pelaksanaan pengecoran yang kurang
baik dapat menimbulkan pengeroposan pada balok, dan hasil dari survey yang tidak sesuai
dengan yang sudah direncanakan. agar mencegah terjadinya pengeroposan tersebut, perlu
dilakukan proses- proses pengujian kualitas beton seperti slump test dan test kuat beton yang
Balok adalah elemen struktural yang menerima gaya-gaya yang bekerja dalam arah
tranversal terhadap sumbunya yang mengakibatkan terjadinya momen lentur dan gaya geser
menyalurkan beban-beban dari pelat lantai ke kolom sebagai penyangga vertikal. Pada umumnya
balok dicor secara monolit dengan pelat dan secara struktural dipasang tulangan dibagian bawah
atau dibagian atas dan bawah. Dua hal utama yang dialami oleh balok ialah tekan dan tarik, yang
antara lain karena adanya pengaruh lentur ataupun gaya lateral (Wahyudi L dan Rahim, 1999).
Apabila balok bentang sederhana menahan beban yang mengakibatkan timbulnya momen
lentur, maka akan terjadi deformasi (regangan) lentur pada balok tersebut. Pada kejadian momen
lentur positif, regangan tekan akan terjadi di bagian atas dan regangan tarik akan terjadi di bagian
tahan oleh balok, tegangan tekan di bagian atas dan tegangan tarik di bagian bawah
(Dipohusodo, 1994)
terlentur, sifat utama bahwa bahan beton kurang mampu menahan tegangan tarik akan menjadi
dasar pertimbangan Dengan cara memperkuat tulangan baja pada daerah dimana tegangan tarik
Beton berrtulang terdiri dari dua material yang berbeda sifatnya, yaitu beton dan baja tulangan.
Jika baja dianggap sebbagai material homogen yang propertinnya terdefinisi jelas, makaa
sebaliknya, beton mmerupakan material yang heterogen. Beton terdiri dari semen, mortar dan
agregat batuan yang properti mekaniknya bervariasi dan tidak terdefinisi dengan pasti Perilaku
keruntuhan yang dominan pada struktur balok pada umumnya adalah keruntuhan lentur, tentu
saja itu akan terjadi jika rasio bentang (LL) dan tinggi balok (h) cukup besar. Jika rasio L/h kecil,
maka digolongkan sebagai balok tinggi (deep bbeam), maka keruntuhan geser yang domminan.
Apabila perilaku keruntuhaan balok beton bertulang diatas duua tumpuan dapat digambarkan
Beton bersifat getas sehingga mempunyai kuat tekan tinggi namun kuat tariknya rendah.
Oleh karena itu kuat tekan beton sangat berbengaruh pada sifat yang lain :
Kinerja dalam sebuah beton dapat dibuktikan dengan nilai kuat tekan beton. Kuat tekan
beton merupakan kemampuan beton untuk menerima beban persatuan luas (Mulyono, 2004).
Benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin
tekan. Nilai kuat tekan beton sering kali menjadi parameter utama untuk mengenali mutu sebuah
konstruksi, karena kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur, jenis beton
menurut kuat tekan dapat dilihat pada Tabel 2.3. Faktor yang berpengaruh pada nilai kuat tekan
a. Umur beton, karena semakin lama umur beton maka kuat tekannyapun akan semakin
menurun, hal ini tidak dapat dilihat pada umur beton muda seperti 28 hari karena
biasanya pada umur tersebut beton masih mengalami peningkatan, tetapi jika beton
sudah berumur 360 hari ke atas baru akan terlihat penurunan tersebut .
b. Workability pada saat pengerjaan beton, karena biasanya pada beton normal beton
yang memiliki workability yang tinggi akan cenderung mengalami segregasi dan
c. Gradasi butiran, pada saat pembuatan sampel beton tentu dibutuhkan gradasi yang
tidak seragam dari gradasi yang paling kecil hingga besar untuk mengisi rongga-
rongga atau celah pada saat pembuatan cetakan/silinder beton, hal ini sangat
berpengaruh karena jika jumlah gradasi agregat kasar yang seragam terlalu besar
maka rongga-rongga pada beton tidak akan tertutup sempurna dan mengakibatkan
terjadinya lubang-lubang tau keropos pada bagian beton, ini akan berakibat pada
Kuat tekan beton diwakili oleh tegangan maksimum f’c dengan satuan kg/cm2 atau MPa
(Mega Pascal) yang bisa didapatkan pada persamaan 3.9 (SNI 031974- 1990). Nilai kuat tekan
beton umumnya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya, oleh karena itu untuk
meninjau mutu beton biasanya secara kasar hanya ditinjau kuat tekannya saja (Tjokrodimuljo,
2007). Kuat tekan beton mengalami kenaikan seiring bertambahnya hari sampai umur 28,
Menurut (Mulyono 2004) kekuatan tekan beton akan bertambah dengan naiknya umur beton.
Kekuatan beton akan naik secara cepat sampai umur 28 hari, tetapi setelah itu kenaikannya akan
kecil
SNI 03-1974-1990 memberikan pengertian kuat tekan beton adalah besarnya beban per
satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu,
Dimana :
𝑃
𝑓𝑐
𝐴
Fc : Kuat Tekan Beton (MPa)
Balok merupakan struktur yang menerima beban tegak lurus terhadap arah panjang.
akibat adanya beban tersebut balok akan mengalami lenturan dan geseran yang terjadi di bagian
perletakan. Gaya momen akan mengakibatkan lenturan pada balok. Momen penyebab lenturan
tersebut dinamakan momen lentur. Tegangan lentur maksimum terjadi pada batang tepat
Terdapat 2 macam momen lentur, momen lentur positive dan momen lentur negative.
Tampang balok yang mengalami lenturan positif akan mengalami tegangan dengan arah sejajar
panjang batang. Dibagian atas sumbu tengah tampang akan mengalami tekanan tekan. Dibagian
bawah sumbu tengah akan mengalami tekanan tarik. Sedangkan momen lentur negative berlaku
kebalikanya, tegangan tarik di bagian atas dan tegangan tekan di bagian bawah sumbu tampang.
(Edward, 1998).
Besaran tegangan akibat lenturan dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut :
𝑀. 𝑦
𝜎
𝐼
Dimana :
σ : Tegangan Lentur
M : Momen Lentur
I : Momen Inersia
2.5. Kekakuan Balok
Kekakuan merupakan kemampuan suatu elemen untuk bersifat kaku atau tidak elastis.
Stiffness balik didefinisikan sebagai hasil antara beban dan lendutan dari uji lentur dan dihitung
𝑃
𝐾=
𝛿
Dimana :
K : Stiffness (KN/mm)
P : Beban (KN)
ᵟ : Lendutan (mm)
Kekuatan struktur pada suatu bangunan merupakan unsur yang sangat penting dalam
mendesain bagunan agar tetap kokoh, sebab masalah kekakuan akan sangat berpengaruh
Stiffness pada suatu elemen struktur sangat diperngaruhi oleh berbagai distribusi material
yang ada. Suatu elemen struktur yang memiliki nilai stiffness kecil lebih mudah mengalami
2.5.1 lendutan
Lendutan atau yang bisa juga disebut defleksi merupakan suatu perubahan pada bentuk balok ke
arah sumbu y ketika diberikan beban secara vertikal. Terjadinya lendutan pada suatu struktur
dapat diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu kekakuan material, besarnya beban yang diberikan,
beban sendiri material, jenis tumpuan, dan komposisi pembebanan yang diberikan. Berdasarkan
SNI 03 1729:2002, batas lendutan untuk keadaan kemampuan layan batas harus sesuai
dengan struktur, fungsi penggunaan, sifat pembebanan, serta elemen-elemen yang didukung
Abaqus adalah perangkat lunak untuk simulasi numerik berdasarkan metode elemen
hingga yang dapat digunakan untuk berbagai aplikasi mulai dari pemodelan struktur teknik sipil
yang kemudian dapat diverifikasi dengan hasil pengujian laboratorium. Abaqus memiliki dua
menggunakan metode elemen hingga yang secara implisit memecahkan sistem persamaan pada
setiap solusi “kenaikan” untuk analisis model solid, shell, dan truss. Program ini dapat digunakan
untuk memecahkan kombinasi masalah statis dan dinamis serta liniear dan non-linier
elemen hingga untuk menganalisis berbagai macam permasalahan nonlinier termasuk balok
beton bertulang dan beton prategang. Kemampuan program ini tidak lagi diragukan karena
mampu untuk melakukan meshing dengan akurat dengan berbagai pilihan model elemen agar
dapat semakin mendekati dengan kondisi sebenarnya serta mampu melakukan analisis dinamik
dan siklik loading. Abaqus memberikan solusi berbagai persamaan konstitutif untuk
Beberapa parameter awal yang merupakan sifat material, geometri yang tepat dan
pemilihan solusi untuk memecahkan masalah menjadi bagian yang penting. Konsistensi Abaqus
kondisi nyata. Dalam permodelan, Abaqus memberikan banyak pilihan model yang dapat
digunakan. Pengguna dapat memilih model sesuai dengan geometri, material, perilaku benda uji
yang akan dimodelkan. Gambar 3.13 menunjukkan beberapa bentuk model yang dapat dipilih
memberikan kemungkinan untuk menggunakan kondisi batas yang kompleks dan diharapkan
lebih mendekati kondisi aktual sebenarnya dari benda uji. Tipe elemen ini memiliki delapan titik
dengan tiga derajat kebebasan pada tiap titiknya dan translasinya pada arah x, y, z. elemen ini
mampu untuk melakukan deformasi, retak pada tiga arah sumbu orthogonal dan kemudian
hancur
Model truss disediakan Abaqus untuk memodelkan baja tulangan. Diperlukan minimal dua
titik untuk dapat menggunakan elemen ini. Tiap titiknya memiliki tiga derajat kebebasan dan
translasinya pada arah x, y, z. elemen ini memiliki kemampuan untuk mengalami deformasi
baqus memberikan dua pilihan untuk mendeskripsikan tulangan diskrit dalam model tiga
dimensi. Tulangan dapat didesain sebagai embedded surface dengan model rebar layer atau
embedded dengan menggunakan truss elemen. Namun umumnya pada pilihan pertama biasanya
digunakan dalam permodelan plat, untuk benda uji berupa balok kolom beton atau joint
digunakan embedded of truss element. Untuk plat sambung digunakan permodelan embedded
dalam interaksinya dengan elemen beton. Konsep interaksi elemen di definisikan sebagai
embedded maka akan terjadi interaksi yang sama antara elemen embedded dengan host
c. Meshing beton
Permodelan elemen hingga pada penelitian ini dibatasi oleh jenis material yang tersedia
dalam Abaqus yang dinamakan brick elements sehingga dapat diperoleh distribusi gaya yang
Tulangan merupakan elemen tarik pada beton bertulang, dapat didefinisikan sebagai elemen
truss tiga dimensi baik secara linear ataupun quadratic. Pemilihan elemen ini sebagai truss,
terkait dengan sifat tulangan yang meneruskan distribusi gaya sepanjang tulangan. Hal ini sesuai
dengan sifat elemen truss pada Abaqus yang mendistribusikan gaya sepanjang elemen. Sehingga
Dalam Abaqus “Getting Strateed with Abaqus, Interactive Edition”, dijelaskan bahwa
Software Abaqus adalah paket program simulasi rekayasa yang kuat, didasarkan pada metode
elemen hingga, yang dapat memecahkan masalah mulai dari analisis linier relative sederhana
sampai simulasi nonlinier yang paling menantang. Program Abaqus berisi perpustakaan yang
luas dari unsur-unsur yang dapat memodelkan hampir semua geometri apapun. Program ini
memiliki daftar yang sangat luas dari model material yang dapat mensimulasikan perilaku
sebagian besar bahan rekayasa, termasuk logam, karet, polimer, komposit, beton bertulang, busa
yang lentur dan kuat, dan bahan geoteknik seperti tanah dan batuan.
Program ini dirancang sebagai alat simulasi untuk keperluan umum, Abaqus dapat
digunakan untuk mempelajari lebih dari sekedar masalah struktural (stres/perpindahan). Program
ini dapat mensimulasikan masalah di berbagai bidang seperti perpindahan panas, difusi massal,
manajemen termal dari komponen listrik (ditambah termal-listrik analisis), akustik, mekanika
tanah dll
Abaqus menawarkan berbagai kemampuan untuk simulasi aplikasi linier dan nonlinier.
masing komponen dengan model bahan yang sesuai dan menentukan interaksi komponen. Dalam
analisis nonlinier, Abaqus otomatis memilih penambahan beban yang tepat dan toleransi
konvergensi dan terus menyesuaikan mereka selama analisis untuk memastikan bahwa solusi
Profil baja cold-formed yang sering digunakan salah satunya adalah profil kanal (C section).
Penggunaan profil kanal sebagai material struktur dapat menjadi berbagai bentuk yang
digunakan sesuai kebutuhan seperti penggunaan profil kanal ganda. Penggunaan profil kanal
ganda sebagai material suatu struktur membutuhkan sebuah sambungan yang dapat menyatukan
kedua profil kanal. Salah satu sambungan yang sering digunakan adalah sambungan baut.
Menurut SNI 7971-2013, sambungan baut merupakan sistem pengencangan yang digunakan
untuk menghubungkan bagian komponen struktur. Baut memiliki beberapa kelebihan seperti
jumlah tenaga kerja yang lebih sedikit, kemampuan menerima gaya yang lebih besar, dan secara
keseluruhan dapat menghemat biaya konstruksi (Agus Setiawan, 2008). Karena ketebalan tipis
yang dimiliki oleh baja cold-formed menyebabkan penggunaan sambungan pada baja cold-
formed tidak boleh sembarangan. Menurut Wei Wen Yu, untuk sambungan yang dibaut
ketebalan bagian yang tersambung biasanya jauh lebih tipis pada baja cold-formed dibandingkan
dengan konstruksi berat. Lembaran baja memiliki penyebaran kecil antara tegangan leleh dan
13kekuatan tarik. Hal inilah yang menyebabkan perilaku sambungan baut pada baja cold- formed
berbeda dari konstruksi berat. Pada dasarnya, terdapat dua tipe dasar baut mutu tinggi yang
distandarkan oleh ASTM yaitu tipe A325 dan tipe A490. Baut tipe A325 terbuat dari baja karbon
yang memiliki kuat leleh sekitar 560 sampai 630 MPa dan baut tipe A490 terbuat dari baja alloy
yang memiliki kuat leleh sekitar 790 sampai 900 MPa, tergantung pada diameter yang dimiliki.
Ketentuan-ketentuan terkait penggunaan sambungan baut untuk baja cold-formed tertera pada
SNI 7971-2013 tentang struktur baja canai dingin. Penggunaan baut sebagai sambungan harus
memiliki ukuran lubang yang sesuai standar kecuali lubang yang lebih besar yang digunakan
pada detail dasar kolom yang dihubungkan dengan ring pelat khusus ke beton seperti yang
Menurut Cheng Yu dan Ke Xu (2010), terdapat empat tipe mode kegagalan yang dapat terjadi
pada sambungan baut yaitu mode geser, mode bearing dimana terjadi penumpukan material pada
baut, mode robeknya profil pada bagian jarring, dan mode kegagalan geser baut. Tipe kegagalan
baut yang dijelaskan pada SNI 7971:2013 tentang Baja Canai Dingin adalah sebagai berikut :
a. Kegagalan Sobek
Jarak minimum antara pusat lubang baut harus cukup untuk kepala baut, murring, dan alat
pengencang tetapi tidak boleh kurang dari 3 kali diameter baut nominal (df) dan juga jarak dari
pusat lubang ke ujung tepi lain tidak boleh kurang dari 1,5df.
Kapasitas tumpu nominal (Vb) untuk setiap baut yang dibebani ditentukan dengan rumus :
Keterangan :
Vb = α.C.df.t.fu
Vb = (4,64αt+1,53)Ø.d.t.fu16
V*fv ≤ Ø Vfv
Keterangan :
Fuf = 400 MPa (baut mutu 4.6) dan 830 Mpa (baut mutu 8.8)17
d. Kegagalan Tarik Baut
N*ft ≤ ØNft
Keterangan :
= As.fuf
2 Suandi, Ahmad (2020 ANalisa Kuat Lentur Balok Hasil peneitian menunjukan bahwa
Beton Bertulang Dengan
perbandingan tulangan yang telah diuji
Menggunakan Profil Baja
didapat nilai kuat lentur rata-rata pada
Ringan Tulangan
3 Saru Utama Dewi Analisa Kuat Lentur Hasil penelitian menunjukan bahw nilai
dan Ahmat Suandi Balok Beton Bertulang kuat lentur rata-rata pada sampel baja
15x15 cm.
5 Fika Assyofia Studi Analisis Lentur Hasil penelitian menunjukan bahwa Baja
Faida Baja Cold Formed Pada cold-formed adalah profil baja dengan