Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Beton Bertulang

2.1.1. Definisi Beton Bertulang

Pada dasarnya beton bertulang merupakan gabungan logis dari dua jenis bahan/ material

yaitu beton polos dan tulangan baja. Beton polos merupakan bahan yang memiliki kekuatan

tekan yang tinggi akan tetapi memiliki kekuatan tarik yang rendah. Sedangkan tulangan baja

akan memberi kekuatan tarik yang besar sehingga tulangan baja akan memberi kekuatan tarik

yang diperlukan. Dengan adanya kelebihan masing-masing elemen tersebut, maka konfigurasi

antara beton dan tulangan baja diharapkan dapat saling bekerjasama dalam menahan gaya-gaya

yang berkerja dalam struktur tersebut, dimana gaya tekan ditahan oleh beton, dan tarik ditahan

oleh tulangan baja (Agus Setiawan, 2013).

Beton bertulang merupakan struktur komposit yang sering dijumpai pada pekerjaan

kontruksi. Material beton bertulang yaitu beton dan tulangan, umumnya tulangan pada beton

bertulang terbuat dari baja. Penambahan tulangan baja pada beton bertulang ini dikarenakan

beton mempunyai sifat kuat terhadap gaya tekan tetapi lemah terhadap gaya tarik. Sehingga

penambahan tulangan bertujuan agar beton mampu menahan gaya tarik yang terjadi. Beton

bertulang umumnya dipakai pada struktur pelat lantai, balok dan kolom bangunan, struktur

jembatan, pondasi bored pile dan sebagainya. Beton bertulang yang digunakan pada struktur

balok umumnya terdiri dari tulangan longitudinal dan tulangan sengkang. Tulangan longitudinal

berfungsi untuk menahan gaya tarik yang terjadi pada balok sedangakan tulangan sengkang

berfungsi untuk menahan gaya geser yang terjadi. (Edward, 1998)


Beton merupakan material pencampuran dari agregat halus (pasir), agregatkasar

(kerikil/batu pecah), semen, dan air. Sering juga ditambahkan bahantambahkimiawi (admixture)

ataupun mineral (additive) ke dalamcampuranbeton. Tujuannya adalah untuk mengatur sifat dan

karakteristik beton agar sesuai denganyang kita inginkan, diantaranya yaitu memudahkan dalam

pengerjaan, menambahkekuatan, serta efisiensi. Notasi dari kuat tekan beton ialah “f’c”. Nilai f’c

diperolehdari nilai rata-rata kuat tekan pengujian silinder minimal 2 buah diameter 150mmtinggi

300 mm atau minimal 3 buah diameter 100 mm tinggi 200 mmyangterbuatdari adukan beton

yang sama dan diuji pada beton umur 28 hari (SNI 03-2847-2013pasal 5.6.2.4). Beton harus

dirancang sedemikian hingga menghasilkankekuatantekan rata-rata, f’cr, seperti yang disebutkan

dalam pasal 5.3.2 dan juga memenuhikriteria durabilitas dalam pasal 4. Frekuensi nilai kuat

tekan rata-rata yangberadadibawah nilai f’c seperti yang ditentukan dalam pasal 5.6.3.3

haruslahsekecilmungkin. Selain itu, nilai f’c yang digunakan pada bangunan yang

direncanakansesuai dengan aturan-aturan dalam standar ini, tidak boleh kurang daripada 17 Mpa

pasal 5.1.1 (SNI 03-2847-2013)

Unsur beton bertulang lainnya yaitu baja. Baja adalah logampaduanpembentuk dari biji

besi (Fe) sebagai bahan dasar serta karbon (C) yang merupakanpaduan utamanya. Untuk

menghendaki baja yang memiliki kuat tarik tinggi (tensilestrength) dan keras (hardness) maka

penambahan karbon (C) perlu dilakukan, akantetapi disisi lain hal ini akan berdampak pada

menurunnya keuletan (ductility) danmengakibatkan baja menjadi getas (brittle).

Baja sebagai tulangan beton berperan memberikan kuat tarik yangtidakdimiliki beton. Di

pasaran, telah tersedia berbagai macambentuk danukurantulangan baja yang dibutuhkan untuk

struktur beton bertulang. Umumnya, tulangan baja berbentuk penampang lingkaran lebih sering

digunakan baik polos maupunulir(deform), tulangan baja ulir (deform) dipilih agar memiliki
lekatan maksimal pada baja merupakan parameter dari kualitas baja tersebut, berikut daftar

tulangan baja berdasarkan SNI 03-6861.2-2002:

Tabel 2.1 Mutu Tulangan Baja SNI 03-6861.2-2002, Spesifikasi Bahan Bangunan dari

Besi/Baja

Kuat Leleh Kuat Tarik


Jenis Kelas Simbol Minimum, fy, Minimum, fy,
kg/mm2 (MPa) kg/m2 (MPa)
1 Bj.TP 24 24 (235) 39 (382)
Polos
2 Bj.TP 30 30 (294) 49 (480)
1 Bj.TP 24 24 (235) 39 (382)
2 Bj.TP 30 30 (294) 49 (480)
Ulir 3 Bj.TP 35 35 (343) 50 (490)
4 Bj.TP 40 40 (392) 57 (559)
5 Bj.TP 50 50 (490) 63 (610)
(Sumber : Mutu Tulangan Baja SNI 03-6861.2-2002)
2.1.2. Material Penyusun Beton

Unsur utama pembentuk beton adalah semen, air, dan agregat. Agregat disini terdiri dari

agregat halus yang umumnya menggunakan pasir dan agregat kasar yang umumnya

menggunakan batu kerikil. Selain itu kadang-kadang juga ditambahkan material campuran

(admixture). Semen dan air membentuk pasta pengikat yang akan mengisi rongga dan mengeras

di antara butir-butir pasir dan agregat, sedangkan agregat akan menentukan kekuatan dan kualitas

beton.

a. Semen

Semen merupakan suatu jenis bahan yang memiliki sifat yang adesif dan kohesif yang

memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen mineral menjadi suatu massa yang padat. Dalam

hal ini bahan semen akan menjadi keras karena adanya faktor air, yang kemudian dinamakan

semen hidraulis (Hydraulic Cement).Semen hidrolik yang biasa digunakan pada beton adalah
semen portland (Portland Cement) yang umumnya membutuhkan sekitar 14 hari untuk mencapai

kekuatan yang cukup dan membutuhkan waktu 28 hari untuk mencapai kekuatan rencana.

b. Agregat

Pada material beton, agregat memenuhi sekitar 75 % dari isi total beton, sehingga perilaku

beton sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat agregat. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya

agregat biasanya terdiri dari 2 macam yaitu agregat halus yang umumnya berupa pasir dan

agregat kasar yang pada umumnya berupa kerikil. Agregat halus adalah bahan yang lolos dari

saringan no. 4 (lebih kecil dari 3/16 inci, berdasarkan ASTM). Dan agregat kasar adalah bahan-

bahan yang berukuran lebih besar.

c. Air

Air merupakan bahan utama dalam campuran beton karena air yang mengakibatkan partikel-

partikel semen saling mengikat baik mengikat antar partikel maupun dengan tulangan baja.

d. Admixture

Disamping bahan-bahan utama di atas, terdapat bahan campuran tambahan yang juga sering

ditambahkan pada campuran beton, baik sebelum atau ketika sedang mencampur. Campuran

admixture dapat dipakai untuk mengubah sifat beton agar berfungsi lebih baik atau lebih

ekonomis

e. Tulangan Baja

Tulangan baja secara umum terdiri atas 2 macam yaitu baja tulangan polos dan baja tulangan

berulir. Pembahasan berikut akan menitikberatkan pada struktur balok beton bertulang segiempat

sederhana, sebagai bahan studi literatur penunjang penelitian yang akan dilakukan

2.2. Baja Canai Dingin

2.2.1. Pengertian Baja Canai Dingin


Canai dingin mulai dikenalkan dan dikembangkan sebagai struktur utama suatu bangunan

seperti balok dan kolom. Penggunaan baja canai dingin pada struktur jembatan saat ini telah

dikenalkan kepada kalangan akademis melalui ajang perlombaan jembatan Indonesia atau KJI.

Berbagai penelitian serta pengembangan dilakukan untuk mendapatkan manfaat baja canai

dingin secara maksimal. Sehingga hal ini menghasilkan rumusan ethic codes yaitu SNI 7971 :

2013 tentang Struktur baja canai dingin sebagai acuan kerja konstruksi baja canai dingin pada

prakteknya..

Riset tentang baja ringan untuk konstruksi bangunan dimulai oleh Prof. George Winter

dari Universitas Cornell tahun 1939. Berdasarkan riset-riset beliau maka dapat dilahirkan edisi

pertama Light Gauge Steel Design Manual pada tahun 1949 atas dukungan AISI (American Iron

and Steel Institute). Sejak dikeluarkan peraturan tersebut lima dekade yang lalu, maka pemakaian

material baja ringan semakin berkembang untuk konstruksi bangunan, mulai struktur sekunder

sampai struktur utama misalnya untuk balok lantai, rangka atap dan dinding pada bangunan

industri, komersial maupun rumah tinggal.

Walaupun termasuk dalam kategori elemen struktur yang tipis (thin-walled structures),

pemakaian baja ringan telah meluas yaitu meliputi box-girder jembatan, anjungan kapal (ship

hulls) dan badan pesawat terbang. Ide dari pembuatan struktur baja ringan adalah untuk

mendapatkan kekuatan maksimum dari material yang relatif tipis. Belakangan ini penggunaan

baja ringan di Indonesa menjadi trend yang cukup menarik, dimana material ini lebih banyak

digunakan untuk rangka atap dibandingkan menjadi struktur lainnya. Hal ini dikarenakan

gencarnya iklan-iklan yang menawarkan produk rangka atap baja ringan menggantikan material

kayu. Di samping itu kemudahan dalam mendapatkan bahan, kecepatan pemasangan dan struktur

yang kuat membuat rangka atap dari baja ringan menjadi terkenal. (WW-Yu, 2000).
2.2.2. Macam-macam Profil Baja Canai Dingin

Menurut Wiguna (2015), Batang struktur Baja Canai Dingin dapat diklasifikasikan dalam

dua golongan utama:

a. batang profil struktural tunggal (profil kanal (C-section), profil Z (Zsection), profil I (I-

section), profil siku (angle section), profil T (Tsection), profil sigma (sigma section) dan

profil bulat (Tubular section)

b. bentuk panel dan dek

2.2.3. Sifat Mekanik Baja Ringan

Penggunan material baja canai dingin harus memenuhi kriteria tegangan desain yang

telah ditetapkan. Dalam SNI 7971 : 2013 tentang struktur baja canai dingin telah diatur bahwa

batasan tegangan leleh minimum (Fy) dan kekuatan tarik minimum (Fu) tidak boleh melebihi

nilai yang telah disyaratkan pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Tegangan Leleh Minimum (Fy) dan Kuat Tarik Minimum (Fu) Baja Canai

Dingin

Standard yang Mutu Baja Tegangan Leleh (Fy) Kuat Tarik (Fy) MPa
digunakan MPa
AS 1397 G250 250 320
G300 300 340
G350 350 420
G450* 450 480
G500** 500 520
G550** 550 550
Sumber : SNI 7971 : 2013 tentang struktur baja canai dingin

* : Berlaku untuk material gilas kelas dengan ketebalan lebih besar atau sama dengan 1.5 mm
** : Berlaku untuk material gilas keras dengan ketebalan besar 1.0 mm tetapi kurang dari 1.5

mm

*** : berlaku untuk material gilas keras dengan ketebalan kurang dari atau sama dengan 1.0

mm

Selain itu beberapa nilai mekanis baja canai dingin lainnya adalah sebagai berikut

(Hendra, 2017) :

Modulus Elastisitas bahan (E) : 200.000 MPa

Modullus Geser (G) : 80.000 MPa

Koefesien Pemuaian (a) : 12 x 106 per oC

Angka Poisson (v) : 0.3

2.2.4. Kelebihan Baja Ringan

Menurut Wei-Wen Yu, batang struktural baja canai dingin memberikan beberapa

keuntungan dalam konstruksi bangunan, antara lain:

a. Dibandingkan dengan baja biasa, produkbaja ringan dapat diproduksi dengan berat yang

lebih ringan dan bentang yang lebih pendek.

b. Konfigurasi tampang yang tidak biasa diproduksi secara lebih ekonomis dengan proses

bentukan dingin (cold forming) sehingga perbandingan antara kekuatan dengan berat

yang diinginkan dapat diperoleh.

c. Tampang bentuk sarang (nestable section) dapat diproduksi dimana tampang tersebut

memungkinkan proses pemaketan yang lebih padat dan pengangkutan yang lebih

ekonomis.

d. Panel dan dek pemikul beban bisa menyediakan permukaan yang berguna digunakan

untuk lantai, atap dan kontruksi dinding.


e. Panel dan dek pemikul beban tidak hanya memikul beban normal tetapi juga mampu

geser apabila panel tersebut terkoneksi dengan baik.

2.2.5. Kekurangan Baja Ringan

Baja ringan tidak hanya memiliki kelebihan saja melainkan juga memiliki kekurangan.

Adapun kekurangan yang dimiliki baja ringan sebagai berikut :

a. Pemeliharaan rutin baja membutuhkan pemeliharaan khusus agar mutunya tidak

berkurang. Konstruksi baja yang berhubungan langsung dengan udara atau air harus dicar

secara periodic\

b. Baja akan mengalami penurunan mutu secara drastic bahkan kerusakan langsung karena

temperature tinggi.

c. Baja memiliki kelemahan tekuk pada penampang langsing

2.2.6. Jenis Profil Baja Canai Dingin

Adapun beberapa jenis baja ringan antara lain :

a. Baja Ringan C/Cana

Baja Ringan C Berbahan plat baja gaya tarik tinggi (G550) / baja ringan yang dilapisi

denganseng + alumunium atau sering disebut (Zincalume/Galvalume) memiliki kelebihananti

karat & rayap. Sering diaplikasikan sebagai rangka atap baja ringan ataukuda-kuda utama

baja ringan

b. Baja Ringan Reng

Baja ringan reng memiliki model atau berbentuk trapesium, berfungsi

sebagaipeletakan atap, pada umumnya ketebalan reng 0,45 mm dengan tinggi mulai dari28 mm

sampai dengan 40 mm

c. Baja Ringan Taso


Baja ringan dengan merk taso memiliki ketebalan 0,75 mm dan 1 mm dengantinggi 7,5 cm

dan lebar kaki 3,5 cm dan panjang 6 meter perbatan

Jenis Berdasarkan bahan penyusunan

a. Zincalume Steel

Zincalume Steel adalah baja lapis yang mengandung logam campuran 55% alumunium dan

45 % seng dengan kelas coating AZ 150 yang diproses denganteknogi tinggi. Dengan

komposisi yang akurat dan teknologi yang tinggi ,Zincalume Steel memberikan

perlindungan dari korosi. Diproduksi melalui prosesbaja celup panas (Hot-Dipping) secara

kontinyu pada temperatur tertentu.Zincalume Steel mengkombinasi sifat-sifat utama

logam baja, Zinc danAlumunium, yaitu : kekuatan dari baja , proteksi korosi prima dan

ketahanantemperatur tinggi dari Alumunium, serta perlindungan Zinc pada bagian lipatanbaja

dan daerah goresan dengan aksi katodiknya. Sifat Aluminium yang tahankarat dikombinasikan

dengan Zinc yang keras menjadikan kombinasi dari keduabahan tersebut lebih tahan karat,

kuat dan lebih ringan dibandingkan denganGalvanis. Bahkan beberapa referensi

menyatakan bahwa Baja Ringan Zincalu mermemiliki ketahanan karat/korosi mencapai 4 kali

lipat dibanding baja berlapis Galvanis

b. Baja Galvanis

Istilah Galvanisasi dari beberapa referensi yang didapatkan menyebutkanbahwa Galvanisasi

adalah proses aplikasi pelapisan seng pelindung pada baja(sebagian referensi menyebutkan

Galvanis adalah istilah untuk baja ringan yangdiberi lapisan seng (zinc). Untuk galvanis

finishingnya terdiri dari: 98% unsurcoatingnya adalah seng/zink dan 2% adalah unsur

alumunium). Lapisan tersebutditujukan untuk mencegah korosi galvanik berkarat. Istilah tersebut

diambil darinama seorang ilmuwan berkebangsaan Italia Luigi Galvani


Galvanisasi dengan produk akhirnya yang sering disebutsebagai Galvanis,

melibatkan proses elektrodeposisi dan elektrokimia, metodeyang paling lazim digunakan

saat ini adalah hot-dipgalvanisasi, dimana bagian-bagian baja direndam dalam bak seng cair.

c. Galvalum Steel

Galvalum merujuk pada material baja dengan pelapisan yang mengandungunsur alumunium

dan zinc, terdiri dari 55% unsur coatingnya adalah aluminium,43,5% adalah unsur seng/zink

dan 1,5% unsur silikon. Material Baja RinganGalvalume inilah yang popular dengan

sebutan Zincalumer, salah satu merekdagang Bluescope Steel Ltd, Perusahaan

pioneer produsen baja ringandenganlapisan Zinc dan Aluminium

2.3. Struktur Balok

Balok adalah elemen struktur yang berfungsi menyalurkan beban ke kolom. Balok

merupakan bagian dari struktur inti bangunan selain kolom dan pondasi. Sehingga

pengecorannya harus dilakukan dengan baik. Tahap pengecoran dimulai sejak tahap persiapan

pengerjaan tulangan sampai pada saat perawatan (curing). Pelaksanaan pengecoran yang kurang

baik dapat menimbulkan pengeroposan pada balok, dan hasil dari survey yang tidak sesuai

dengan yang sudah direncanakan. agar mencegah terjadinya pengeroposan tersebut, perlu

dilakukan proses- proses pengujian kualitas beton seperti slump test dan test kuat beton yang

dilakukan oleh bagian pengendalian mutu (Quality Control).

Balok adalah elemen struktural yang menerima gaya-gaya yang bekerja dalam arah

tranversal terhadap sumbunya yang mengakibatkan terjadinya momen lentur dan gaya geser

sepanjang bentangnya (Dipohusodo, 1994). Balok merupakan elemen struktural yang

menyalurkan beban-beban dari pelat lantai ke kolom sebagai penyangga vertikal. Pada umumnya

balok dicor secara monolit dengan pelat dan secara struktural dipasang tulangan dibagian bawah
atau dibagian atas dan bawah. Dua hal utama yang dialami oleh balok ialah tekan dan tarik, yang

antara lain karena adanya pengaruh lentur ataupun gaya lateral (Wahyudi L dan Rahim, 1999).

Apabila balok bentang sederhana menahan beban yang mengakibatkan timbulnya momen

lentur, maka akan terjadi deformasi (regangan) lentur pada balok tersebut. Pada kejadian momen

lentur positif, regangan tekan akan terjadi di bagian atas dan regangan tarik akan terjadi di bagian

bawah penampang. Regangan tersebut akan mengakibatkan tegangan-tegangan yang harus di

tahan oleh balok, tegangan tekan di bagian atas dan tegangan tarik di bagian bawah

(Dipohusodo, 1994)

Untuk memperhitungkan kemampuan kapasitas daya dukung komponen balok struktur

terlentur, sifat utama bahwa bahan beton kurang mampu menahan tegangan tarik akan menjadi

dasar pertimbangan Dengan cara memperkuat tulangan baja pada daerah dimana tegangan tarik

bekerja akan diperoleh balok yang mampu menahan lentur.

2.3.1 pola keruntuhan balok

Beton berrtulang terdiri dari dua material yang berbeda sifatnya, yaitu beton dan baja tulangan.

Jika baja dianggap sebbagai material homogen yang propertinnya terdefinisi jelas, makaa

sebaliknya, beton mmerupakan material yang heterogen. Beton terdiri dari semen, mortar dan

agregat batuan yang properti mekaniknya bervariasi dan tidak terdefinisi dengan pasti Perilaku

keruntuhan yang dominan pada struktur balok pada umumnya adalah keruntuhan lentur, tentu

saja itu akan terjadi jika rasio bentang (LL) dan tinggi balok (h) cukup besar. Jika rasio L/h kecil,

maka digolongkan sebagai balok tinggi (deep bbeam), maka keruntuhan geser yang domminan.

Apabila perilaku keruntuhaan balok beton bertulang diatas duua tumpuan dapat digambarkan

dalam bentuk kurva beban—lendutan


2.4. Pengujian Pada Beton

2.4.1. Kekuatan Tekan Beton

Beton bersifat getas sehingga mempunyai kuat tekan tinggi namun kuat tariknya rendah.

Oleh karena itu kuat tekan beton sangat berbengaruh pada sifat yang lain :

Tabel 2.3 Beton menurut kuat tekananya (Tjokrodimuljo, 2007)

Jenis Beton Kuat Tekan (MPa)

Beton sederhana Sampai 10 MPa

Beton norma; 15 - 30 MPa

Beton pra tegang 30 - 40 MPa

Beton kuat tekan tinggi 40 – 80 MPa

Beton kuat tekan sangat tinggi > 80 MPa

Kinerja dalam sebuah beton dapat dibuktikan dengan nilai kuat tekan beton. Kuat tekan

beton merupakan kemampuan beton untuk menerima beban persatuan luas (Mulyono, 2004).

Benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin

tekan. Nilai kuat tekan beton sering kali menjadi parameter utama untuk mengenali mutu sebuah

konstruksi, karena kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur, jenis beton

menurut kuat tekan dapat dilihat pada Tabel 2.3. Faktor yang berpengaruh pada nilai kuat tekan

beton biasanya adalah :

a. Umur beton, karena semakin lama umur beton maka kuat tekannyapun akan semakin

menurun, hal ini tidak dapat dilihat pada umur beton muda seperti 28 hari karena

biasanya pada umur tersebut beton masih mengalami peningkatan, tetapi jika beton

sudah berumur 360 hari ke atas baru akan terlihat penurunan tersebut .
b. Workability pada saat pengerjaan beton, karena biasanya pada beton normal beton

yang memiliki workability yang tinggi akan cenderung mengalami segregasi dan

bleeding yang menyebabkan nilai kuat tekannyapun menurun.

c. Gradasi butiran, pada saat pembuatan sampel beton tentu dibutuhkan gradasi yang

tidak seragam dari gradasi yang paling kecil hingga besar untuk mengisi rongga-

rongga atau celah pada saat pembuatan cetakan/silinder beton, hal ini sangat

berpengaruh karena jika jumlah gradasi agregat kasar yang seragam terlalu besar

maka rongga-rongga pada beton tidak akan tertutup sempurna dan mengakibatkan

terjadinya lubang-lubang tau keropos pada bagian beton, ini akan berakibat pada

kekuatan beton yang menurun

Kuat tekan beton diwakili oleh tegangan maksimum f’c dengan satuan kg/cm2 atau MPa

(Mega Pascal) yang bisa didapatkan pada persamaan 3.9 (SNI 031974- 1990). Nilai kuat tekan

beton umumnya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya, oleh karena itu untuk

meninjau mutu beton biasanya secara kasar hanya ditinjau kuat tekannya saja (Tjokrodimuljo,

2007). Kuat tekan beton mengalami kenaikan seiring bertambahnya hari sampai umur 28,

Menurut (Mulyono 2004) kekuatan tekan beton akan bertambah dengan naiknya umur beton.

Kekuatan beton akan naik secara cepat sampai umur 28 hari, tetapi setelah itu kenaikannya akan

kecil

SNI 03-1974-1990 memberikan pengertian kuat tekan beton adalah besarnya beban per

satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu,

yang dihasilkan oleh mesin tekan.

Dimana :

𝑃
𝑓𝑐
𝐴
Fc : Kuat Tekan Beton (MPa)

A : Luas penampang beda uji (mm2)

P : Beban Tekan (N)

2.4.2. Kuat Lentur

Balok merupakan struktur yang menerima beban tegak lurus terhadap arah panjang.

akibat adanya beban tersebut balok akan mengalami lenturan dan geseran yang terjadi di bagian

perletakan. Gaya momen akan mengakibatkan lenturan pada balok. Momen penyebab lenturan

tersebut dinamakan momen lentur. Tegangan lentur maksimum terjadi pada batang tepat

dibawah beban terpusat. (Edward,1998)

Terdapat 2 macam momen lentur, momen lentur positive dan momen lentur negative.

Tampang balok yang mengalami lenturan positif akan mengalami tegangan dengan arah sejajar

panjang batang. Dibagian atas sumbu tengah tampang akan mengalami tekanan tekan. Dibagian

bawah sumbu tengah akan mengalami tekanan tarik. Sedangkan momen lentur negative berlaku

kebalikanya, tegangan tarik di bagian atas dan tegangan tekan di bagian bawah sumbu tampang.

(Edward, 1998).

Besaran tegangan akibat lenturan dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut :

𝑀. 𝑦
𝜎
𝐼

Dimana :

σ : Tegangan Lentur

M : Momen Lentur

Y : Jarak tegang lurus garis netral ke titik yang ditinjau

I : Momen Inersia
2.5. Kekakuan Balok

Kekakuan merupakan kemampuan suatu elemen untuk bersifat kaku atau tidak elastis.

Stiffness balik didefinisikan sebagai hasil antara beban dan lendutan dari uji lentur dan dihitung

dengan persamaan seabgai berikut :

𝑃
𝐾=
𝛿

Dimana :

K : Stiffness (KN/mm)

P : Beban (KN)

ᵟ : Lendutan (mm)

Kekuatan struktur pada suatu bangunan merupakan unsur yang sangat penting dalam

mendesain bagunan agar tetap kokoh, sebab masalah kekakuan akan sangat berpengaruh

terhadap berbagai macam kerusakan.

Stiffness pada suatu elemen struktur sangat diperngaruhi oleh berbagai distribusi material

yang ada. Suatu elemen struktur yang memiliki nilai stiffness kecil lebih mudah mengalami

tekuk dibandingan dengan elemen yang memiliki stiffness besar.

2.5.1 lendutan

Lendutan atau yang bisa juga disebut defleksi merupakan suatu perubahan pada bentuk balok ke

arah sumbu y ketika diberikan beban secara vertikal. Terjadinya lendutan pada suatu struktur

dapat diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu kekakuan material, besarnya beban yang diberikan,

beban sendiri material, jenis tumpuan, dan komposisi pembebanan yang diberikan. Berdasarkan

SNI 03 1729:2002, batas lendutan untuk keadaan kemampuan layan batas harus sesuai
dengan struktur, fungsi penggunaan, sifat pembebanan, serta elemen-elemen yang didukung

oleh struktur tersebut.

2.6. Softwere ABAQUS (Student Edition)

2.6.1. Proses Analisis Menggunakan Softwere ABAQUS

Abaqus adalah perangkat lunak untuk simulasi numerik berdasarkan metode elemen

hingga yang dapat digunakan untuk berbagai aplikasi mulai dari pemodelan struktur teknik sipil

yang kemudian dapat diverifikasi dengan hasil pengujian laboratorium. Abaqus memiliki dua

analisis utama yaitu Abaqus/Standard dan Abaqus/Explicit (digunakan untuk memodelkan

peristiwa dinamis menggunakan eksplisit dinamis formulasi elemen hingga). Abaqus/Standar

menggunakan metode elemen hingga yang secara implisit memecahkan sistem persamaan pada

setiap solusi “kenaikan” untuk analisis model solid, shell, dan truss. Program ini dapat digunakan

untuk memecahkan kombinasi masalah statis dan dinamis serta liniear dan non-linier

Kurniawan (2014) menjelaskan bahwa Abaqus merupakan program komputer berbasis

elemen hingga untuk menganalisis berbagai macam permasalahan nonlinier termasuk balok

beton bertulang dan beton prategang. Kemampuan program ini tidak lagi diragukan karena

mampu untuk melakukan meshing dengan akurat dengan berbagai pilihan model elemen agar

dapat semakin mendekati dengan kondisi sebenarnya serta mampu melakukan analisis dinamik

dan siklik loading. Abaqus memberikan solusi berbagai persamaan konstitutif untuk

menyelesaikan permasalahan nonlinier sehingga memudahkan pengguna untuk memilih solusi

yang tepat untuk model yang akan dianalisis.

Beberapa parameter awal yang merupakan sifat material, geometri yang tepat dan

pemilihan solusi untuk memecahkan masalah menjadi bagian yang penting. Konsistensi Abaqus

dalam pengembangan software memberikan kemajuan dalam ketepatan permodelan material,


geometri dan model pembebanan sehingga dapat memperoleh hasil yang eksak dan mendekati

kondisi nyata. Dalam permodelan, Abaqus memberikan banyak pilihan model yang dapat

digunakan. Pengguna dapat memilih model sesuai dengan geometri, material, perilaku benda uji

yang akan dimodelkan. Gambar 3.13 menunjukkan beberapa bentuk model yang dapat dipilih

secara langsung dengan menggunakan program Abaqus

a. Model balok beton

Dalam permodelannya, balok beton dimodelkan sebagai three-dimensional solid part

continum element. Pertimbangannya adalah penggunaan threedimensional model akan

memberikan kemungkinan untuk menggunakan kondisi batas yang kompleks dan diharapkan

lebih mendekati kondisi aktual sebenarnya dari benda uji. Tipe elemen ini memiliki delapan titik

dengan tiga derajat kebebasan pada tiap titiknya dan translasinya pada arah x, y, z. elemen ini

mampu untuk melakukan deformasi, retak pada tiga arah sumbu orthogonal dan kemudian

hancur

b. Model baja tulangan

Model truss disediakan Abaqus untuk memodelkan baja tulangan. Diperlukan minimal dua

titik untuk dapat menggunakan elemen ini. Tiap titiknya memiliki tiga derajat kebebasan dan

translasinya pada arah x, y, z. elemen ini memiliki kemampuan untuk mengalami deformasi

plastis. Bentuk geometri dan posisi penempatan titik

baqus memberikan dua pilihan untuk mendeskripsikan tulangan diskrit dalam model tiga

dimensi. Tulangan dapat didesain sebagai embedded surface dengan model rebar layer atau

embedded dengan menggunakan truss elemen. Namun umumnya pada pilihan pertama biasanya

digunakan dalam permodelan plat, untuk benda uji berupa balok kolom beton atau joint

digunakan embedded of truss element. Untuk plat sambung digunakan permodelan embedded
dalam interaksinya dengan elemen beton. Konsep interaksi elemen di definisikan sebagai

embedded maka akan terjadi interaksi yang sama antara elemen embedded dengan host

elemennya. Translasional derajat kebebasan dari titik embedded

c. Meshing beton

Permodelan elemen hingga pada penelitian ini dibatasi oleh jenis material yang tersedia

dalam Abaqus yang dinamakan brick elements sehingga dapat diperoleh distribusi gaya yang

paling tepat pada analisis 3 dimensi.

d. Meshing baja tulangan

Tulangan merupakan elemen tarik pada beton bertulang, dapat didefinisikan sebagai elemen

truss tiga dimensi baik secara linear ataupun quadratic. Pemilihan elemen ini sebagai truss,

terkait dengan sifat tulangan yang meneruskan distribusi gaya sepanjang tulangan. Hal ini sesuai

dengan sifat elemen truss pada Abaqus yang mendistribusikan gaya sepanjang elemen. Sehingga

dapat diperoleh perilaku yang tepat pada baja tulangan

2.6.2. Kelebihan Softwere ABAQUS Student Edition

Dalam Abaqus “Getting Strateed with Abaqus, Interactive Edition”, dijelaskan bahwa

Software Abaqus adalah paket program simulasi rekayasa yang kuat, didasarkan pada metode

elemen hingga, yang dapat memecahkan masalah mulai dari analisis linier relative sederhana

sampai simulasi nonlinier yang paling menantang. Program Abaqus berisi perpustakaan yang

luas dari unsur-unsur yang dapat memodelkan hampir semua geometri apapun. Program ini

memiliki daftar yang sangat luas dari model material yang dapat mensimulasikan perilaku

sebagian besar bahan rekayasa, termasuk logam, karet, polimer, komposit, beton bertulang, busa

yang lentur dan kuat, dan bahan geoteknik seperti tanah dan batuan.
Program ini dirancang sebagai alat simulasi untuk keperluan umum, Abaqus dapat

digunakan untuk mempelajari lebih dari sekedar masalah struktural (stres/perpindahan). Program

ini dapat mensimulasikan masalah di berbagai bidang seperti perpindahan panas, difusi massal,

manajemen termal dari komponen listrik (ditambah termal-listrik analisis), akustik, mekanika

tanah dll

Abaqus menawarkan berbagai kemampuan untuk simulasi aplikasi linier dan nonlinier.

Permasalahan dengan beberapa komponen dimodelkan dengan mengaitkan geometri masing-

masing komponen dengan model bahan yang sesuai dan menentukan interaksi komponen. Dalam

analisis nonlinier, Abaqus otomatis memilih penambahan beban yang tepat dan toleransi

konvergensi dan terus menyesuaikan mereka selama analisis untuk memastikan bahwa solusi

yang akurat dan efisiensi diperoleh.

2.7 sambungan baut

Profil baja cold-formed yang sering digunakan salah satunya adalah profil kanal (C section).

Penggunaan profil kanal sebagai material struktur dapat menjadi berbagai bentuk yang

digunakan sesuai kebutuhan seperti penggunaan profil kanal ganda. Penggunaan profil kanal

ganda sebagai material suatu struktur membutuhkan sebuah sambungan yang dapat menyatukan

kedua profil kanal. Salah satu sambungan yang sering digunakan adalah sambungan baut.

Menurut SNI 7971-2013, sambungan baut merupakan sistem pengencangan yang digunakan

untuk menghubungkan bagian komponen struktur. Baut memiliki beberapa kelebihan seperti

jumlah tenaga kerja yang lebih sedikit, kemampuan menerima gaya yang lebih besar, dan secara

keseluruhan dapat menghemat biaya konstruksi (Agus Setiawan, 2008). Karena ketebalan tipis

yang dimiliki oleh baja cold-formed menyebabkan penggunaan sambungan pada baja cold-

formed tidak boleh sembarangan. Menurut Wei Wen Yu, untuk sambungan yang dibaut

ketebalan bagian yang tersambung biasanya jauh lebih tipis pada baja cold-formed dibandingkan
dengan konstruksi berat. Lembaran baja memiliki penyebaran kecil antara tegangan leleh dan

13kekuatan tarik. Hal inilah yang menyebabkan perilaku sambungan baut pada baja cold- formed

berbeda dari konstruksi berat. Pada dasarnya, terdapat dua tipe dasar baut mutu tinggi yang

distandarkan oleh ASTM yaitu tipe A325 dan tipe A490. Baut tipe A325 terbuat dari baja karbon

yang memiliki kuat leleh sekitar 560 sampai 630 MPa dan baut tipe A490 terbuat dari baja alloy

yang memiliki kuat leleh sekitar 790 sampai 900 MPa, tergantung pada diameter yang dimiliki.

Ketentuan-ketentuan terkait penggunaan sambungan baut untuk baja cold-formed tertera pada

SNI 7971-2013 tentang struktur baja canai dingin. Penggunaan baut sebagai sambungan harus

memiliki ukuran lubang yang sesuai standar kecuali lubang yang lebih besar yang digunakan

pada detail dasar kolom yang dihubungkan dengan ring pelat khusus ke beton seperti yang

ditentukan dalam AS 4100 atau NZS 3404.

2.7.1 kegagalan pada sambungan baut

Menurut Cheng Yu dan Ke Xu (2010), terdapat empat tipe mode kegagalan yang dapat terjadi

pada sambungan baut yaitu mode geser, mode bearing dimana terjadi penumpukan material pada

baut, mode robeknya profil pada bagian jarring, dan mode kegagalan geser baut. Tipe kegagalan

baut yang dijelaskan pada SNI 7971:2013 tentang Baja Canai Dingin adalah sebagai berikut :
a. Kegagalan Sobek

Jarak minimum antara pusat lubang baut harus cukup untuk kepala baut, murring, dan alat

pengencang tetapi tidak boleh kurang dari 3 kali diameter baut nominal (df) dan juga jarak dari

pusat lubang ke ujung tepi lain tidak boleh kurang dari 1,5df.

b. Kegagalan Geser pada Pelat Tumpu (Kegagalan Bearing)

Kapasitas tumpu nominal (Vb) untuk setiap baut yang dibebani ditentukan dengan rumus :

Deformasi di sekeliling baut tidak perlu diperhatikan :

Keterangan :

Vb = α.C.df.t.fu

Deformasi di sekeliling baut diperhitungkan :

Vb = (4,64αt+1,53)Ø.d.t.fu16

Ø = 0,60 (deformasi tidak diperhatikan) = 0,65 (deformasi diperhitungkan)

α = faktor modifikasi untuk tipe sambungan tumpu (tabel 2.3)

C = faktor tumpu (tabel 2.4)

df = diameter baut nominal

t = tebal logam dasar

fu = kekuatan Tarik lembaran


c. Kegagalan Geser Baut

Gaya geser (V*fv) pada baut harus memenuhi

V*fv ≤ Ø Vfv

Keterangan :

Ø = faktor reduksi kapasitas baut yang menerima geser

Vfv = kapasitas geser nominal baut = 0,62 fuf (nnAc+nxAo)

Fuf = 400 MPa (baut mutu 4.6) dan 830 Mpa (baut mutu 8.8)17
d. Kegagalan Tarik Baut

Gaya Tarik (N*ft) pada baut harus memenuhi

N*ft ≤ ØNft

Keterangan :

Ø = faktor reduksi kapasitas baut yang menerima Tarik

Nft = kapasitas Tarik nominal baut

= As.fuf

As = luas tegangan tarik satu baut


2.7. Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Hasil

1 Syahrizal, Studi Eksperimental Hasil penelitian menunjukan bahwa

Muhammad (2021) Balok Beton Bertulang penggunaan baja ringan sebagai

Baja Ringan (Skema tulangan memiliki keunggulan nilai kuat

Tulangan Tunggal). lentur dan beban maksimum yang lebih

tinggi dibandingkan tulangan baja biasa

sebagai tulangan pada balok beton.

Namun berdasarkan hasil analisa dengan

menggunakan aplikasi bantu,

penggunaan baja ringan sebagai

tulangan tunggal pada struktur balok

untuk bangunan ruko sederhana (2

lantai) masih belum dapat diterpakan,

dengan hasil analisa tersebut

menunjukan bangunan tidak dapat

menahan semua kombinasi pembebanan

dasar yang digunakan

2 Suandi, Ahmad (2020 ANalisa Kuat Lentur Balok Hasil peneitian menunjukan bahwa
Beton Bertulang Dengan
perbandingan tulangan yang telah diuji
Menggunakan Profil Baja
didapat nilai kuat lentur rata-rata pada
Ringan Tulangan

sampel baja ringan desain B yaitu


11,816 Mpa dan baja tulangan didapat

nilai kuat lentur 9,993 Mpa, sehingga

dengan hasil yang telah didapat ini maka

baja ringan kanal C dapat digunakan

sebagai alternativ pengganti pada

tulangan baja tulangan kususnya pada

balok dengan dimensi 15x15 cm

3 Saru Utama Dewi Analisa Kuat Lentur Hasil penelitian menunjukan bahw nilai

dan Ahmat Suandi Balok Beton Bertulang kuat lentur rata-rata pada sampel baja

(2021) dengan Menggunakan ringan desain B yaitu 11,816 Mpa dan

Profil Baja Ringan baja tulangan didapat nilai kuat lentur

sebagai Tulangan 9,993 Mpa, sehingga dengan hasil yang

telah didapat ini maka baja ringan kanal

C dapat digunakan sebagai alternatif

pengganti pada tulangan baja tulangan

kususnya pada balok dengan dimensi

15x15 cm.

4 Budianto Jaya Analisa Balok Beton Hasil penelitian menunjukan bahwa

Bertulang Cold Formed penggunaan cold formed steel dan cold

Menggunakan Solidworks formed steel ditambah shear connector

belum mampu menyaingi balok beton

bertulang menggunakan tulangan baja

konvensional. Balok beton bertulang


dengan tulangan baja konvensional

memiliki kemampuan menanggung

beban dan momen lebih baik

dibandingkan dengan balok beton

dengan cold formed steel dan cold

formed steel ditambah shear connector

5 Fika Assyofia Studi Analisis Lentur Hasil penelitian menunjukan bahwa Baja

Faida Baja Cold Formed Pada cold-formed adalah profil baja dengan

Struktur Balok C Double ukuran ketebalan yang relatif tipis dan

(Berkebalikan) Dengan memiliki rasio lebar yang lebih besar

Sambungan Baut terhadap tebalnya. untuk mengetahui

Terhadap Pengaruh Panas perilaku aksial material baja cold-

formed dengan menggunakan

sambungan sekrup terhadap pengaruh

panas dengan menggunakan software

ABAQUS student edition. Berdasarkan

analisis pemodelan menggunakan

software ABAQUS bahwa tidak ada

pengaruh pada pola keruntuhan profil

karena adanya pengaruh suhu panas.

Anda mungkin juga menyukai