Back Ordering
Dari dua model terdahulu diasumsikan tidak ada back order artinya
pembeli akan mencari tempat lain bila ia tidak menjumpai barang
yang dicari pada suatu tempat. Sebuah toko mengizinkan adanya back
order bila ia tetap menjual barang yang meskipun sudah tidak ada
digudang (tingkat persediaan barang nol). Terjadi bila barang-barang
di supply terlambat kepesanan pesanan diwaktu lalu “backordering”,
maka ada biaya backordering.
Asumsi :
1. Demand diketahui dan konstan
2. Pelanggan mau menerima pesanan menyusul (backordering)
3. Lead time tetap
4. Penggunaan linier
5. Pesanan datang sekaligus
6. Ada waktu (t1) dimana ada surplus persediaan ( I )→ waktu dari
pesanan datang sampai persediaan habis.
7. Waktu (t2) dimana ada kekurangan persediaan (Q- I)→ waktu
dari kehabisan persediaan sampai persediaan datang lagi.
8. Setiap siklus memerlukan waktu yang sama (tc)
9. Biaya “backordering” perunit pertahun konstan (B, Rp/unit/thn)
10. Backorder dan persediaan dipenuhi secara bersamaan.
Rumus EOQ untuk model ini :
2𝑆𝐷 𝐻+𝐵
Q=√ √
𝐻 𝐵
2𝑆𝐷 𝐵
I=√ √
𝐻 𝐻+𝐵
12 𝐷 (𝑄−1)2
TC = 𝐻 +𝑠 +𝐵
2𝑄 𝑄 2𝑄
Contoh soal :
Seorang tenaga penjualan telah menginformasikan kepada
departemen pengawasan persediaan suatu perusahaan bahwa para
langganan produk tertentu tidak berkeberatan menunggu pengiriman
barang bila diberikan potongan Ketika harus menunggu.
Tenaga penjualan tersebut memperkirakan bahwa biaya backordering
Rp 150,- per unit per tahun. Parameter-parameter model lainnya :
Penyelesaian :
2𝑆𝐷 𝐻+𝐵
a. Q=√ √
𝐻 𝐵
2(35.000)(250.000) 50+150
= √ √
50 150
= 18.708 (1,1547)
= 21.602 unit
𝐷 250.000
= = 11,57
𝑄 21.602
= 18.708 (0,866)
= 16. 202 unit
(16.202)2 (5.400)2
=50 [ ] + 35.000 (11,57) + 150 [ ( ]
2(21.602) 2 21.602)
Latihan soal :
Seorang produsen harus mensuplai para langganannya sebanyak
20.000 unit produknya setiap tahun. Jumlah permintaan ini tetap dan
diketahui . Oleh karena langganan yang memesan barang ini akan
menggunakannya untuk proses produksi dan tidak mempunyai
Gudang untuk menyimpannya, maka pihak produsen harus mensuplai
kebutuhan harian setiap hari untuk proses produksi. Apabila pihak
produsen gagal mensuplai barang yg dipesan maka pihak produsen
harus membayar biaya kekurangan sebesar 2 smu per unit barang per
bulan. Biaya penyimpanan 1 smu per unit barang per bulan dan biaya
pemesanan sebesar 3000 smu.