Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

CONTOH KASUS DATA ANALYTIC UNTUK PENGENDALIAN FRAUD


“KASUS FRAUD DALAM LAPORAN KEUANGAN PT. GARUDA INDONESIA TBK”

Dosen Pengampu:
Ilsa Haruti Suryandari, SE, S.IP, M.Sc, Akt, CA

Disusun Oleh:
Apriliana Kartini (212114060)
Alexis Evodius Fridolin Lau (212114074)
Lita Magda Clara (212114078)
Arellia Berlian Davinta (212114112)
Agatha Malinda (212114114)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena hanya
dengan rahmat dan karunia-Nya kelompok kami mampu menyelesaikan makalah dengan
topik “Kasus Data Analytic untuk Pengendalian Fraud” ini. Makalah ini kami susun dalam
rangka memenuhi tugas dari mata kuliah Sistem Informasi Akuntansi dengan mengacu dari
berbagai sumber dan referensi yang ada.
Terima kasih kami haturkan kepada seluruh anggota kelompok empat yang telah
mengerahkan ide-ide dan tenaga, serta bekerja dengan maksimal demi menyusun dan
menghasilkan makalah yang baik. Terima kasih pula kepada Ilsa Haruti Suryandari, SE, S.IP,
M.Sc, Akt, CA selaku dosen pembimbing dari mata kuliah Sistem Informasi Akuntansi
karena telah mendukung dan membimbing kami selama proses pembuatan makalah.
Sungguh besar harapan kami agar makalah ini dapat berguna dalam pengembangan
ilmu pengetahuan, terkhusus di bidang Sistem Informasi Akuntansi bagi kami sebagai
penulis maupun bagi pembaca. Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat belum
sempurna dan tak luput dari kesalahan, baik dari sisi materi yang disampaikan maupun dari
sisi penulisan makalah. Oleh sebab itu, kami memohon maaf sebesar-besarnya apabila
terdapat kesalahan-kesalahan dalam makalah yang kami buat.

Yogyakarta, 15 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................... 2
1.4 Metode Penelitian ......................................................................................................... 3
1.5 Landasan Teori ............................................................................................................. 3
BAB II Pembahasan ............................................................................................................. 8
2.1 Asal Usul Terjadinya Fraud dalam Laporan Keuangan. .............................................. 8
2.2 Alasan Terjadinya Fraud pada Laporan Keuangan. ..................................................... 8
2.3 Dampak Terjadinya Kasus Fraud. ................................................................................ 9
2.4 Tersangka yang Terlibat dalam Kasus Fraud. ............................................................ 10
2.5 Cara Menyelesaikan Masalah Fraud dalam Laporan Keuangan. ............................... 10
2.6 Pengendalian Fraud dengan Data Analytics Type .................................................... 11
BAB III Penutup ................................................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 13
3.2 Saran ........................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laporan keuangan dapat menggambarkan kondisi suatu perusahaan pada periode tertentu
dan menjadi acuan dalam pengambilan keputusan. Dengan melihat laporan keuangan, kita
dapat mengetahui prospek perusahaan di masa depan, analisis kinerja manajemen perusahaan,
memprediksi arus kas yang akan datang, serta mencerminkan keberhasilan atau kegagalan
suatu perusahaan. Dengan adanya laporan keuangan banyak manfaat bagi perusahaan ini,
masih terdapat bahwa suatu perusahaan melakukan fraud pada laporan keuangan. Salah
satunya adalah perusahaan maskapai penerbangan nasional Indonesia yaitu PT. Garuda
Indonesia Tbk yang terlibat dalam manipulasi laporan keuangan. Garuda Indonesia berhasil
membukukan laba bersih setelah merugi pada laporan keuangan kuartal sebelumnya.
Keganjalan ini menimbulkan polemik bagi Garuda Indonesia.
Fraud merupakan penghambat dalam jalannya pemerintahan dan pembangunan pada
umumnya. Fraud sebagai suatu tindakan ilegal yang dicirikan dengan memanipulasi yang
disengaja, dilakukan untuk manfaat atau kerugian organisasi oleh orang luar maupun dalam
organisasi. Menurut G.Jack Bologna dan Robert dalam Karyono (2013), fraud adalah penipuan
yang disengaja umumnya diterapkan sebagai kebohongan, penjiplakan, dan pencurian.
Kecurangan atau fraud merupakan masalah serius yang dapat terjadi diberbagai sektor dan
industri. Kecurangan dapat merugikan organisasi secara finansial dan merusak reputasi
organisasi di mata publik.
Oleh karena itu, penggunaan data analytics dalam pengendalian fraud menjadi semakin
penting. Data analytics memungkinkan organisasi untuk menganalisis data transaksi dan
perilaku pelaku kecurangan menggunakan algoritma dan teknologi canggih, sehingga
organisasi dapat mengidentifikasi pola-pola atau anomali yang mencurigakan dengan lebih
cepat dan akurat.
Penggunaan data analytics dalam pengendalian fraud memiliki tantangan dan kendala.
Beberapa tantangan tersebut antara lain adalah kesulitan dalam mengumpulkan dan
memperoleh data yang berkualitas, kebutuhan akan keahlian khusus dalam bidang analisis data
dan kecurangan, serta kekhawatiran terkait dengan privasi dan keamanan data. Oleh karena itu,
1
organisasi perlu memperhatikan faktor-faktor ini dan mengembangkan strategi dan sumber
daya manusia yang tepat untuk memaksimalkan penggunaan data analytics dalam
pengendalian fraud.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana PT. Garuda Indonesia Tbk dapat mengetahui bahwa terjadinya fraud dalam
laporan keuangan?
b. Mengapa dapat terjadi fraud pada laporan keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk?
c. Apa dampak yang terjadi dari kasus fraud yang dilakukan oleh PT. Garuda Indonesia
d. Siapa yang terlibat dalam kasus fraud pada laporan keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk?
e. Bagaimana cara PT. Garuda Indonesia Tbk menyelesaikan masalah fraud tersebut?

1.3 Tujuan Penulisan


Dari latar belakang masalah di atas,maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Menjelaskan asal-usul ditemukannya fraud dalam laporan keuangan PT. Garuda Indonesia
Tbk.
b. Menjelaskan alasan terjadinya fraud pada laporan keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk.
c. Menjelaskan dampak setelah melakukan fraud pada laporan keuangan PT. Garuda
Indonesia Tbk.
d. Memberitahu tersangka yang terlibat dalam kasus fraud pada laporan keuangan PT. Garuda
Indonesia Tbk.
e. Menjelaskan cara PT. Garuda Indonesia Tbk dalam menyelesaikan masalah fraud.
f. Menjelaskan bagaimana data analytics dapat digunakan untuk mengidentifikasi tanda-
tanda fraud.
g. Membahas keuntungan dan tantangan dalam menggunakan data analytics untuk
pengendalian fraud.
h. Memberikan contoh kasus nyata tentang penggunaan data analytics untuk mengendalikan
fraud di perusahaan atau organisasi tertentu.
i. Memberikan saran dan rekomendasi bagi perusahaan atau organisasi yang ingin
menggunakan data analytics untuk pengendalian fraud.

2
1.4 Metode Penelitian
Pada makalah ini membahas kasus fraud laporan keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk
dengan menggunakan beberapa metode penelitian, yaitu:
a. Penelitian Kualitatif
Pada metode ini akan memberikan penjelasan mengenai peristiwa kasus fraud dalam
laporan keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk dan akan mengkonstruksi suatu teori data
analytic type yang berkaitan dengan fenomena tersebut.
b. Penelitian Deskriptif
Pada metode ini akan memberikan penjelasan mengenai fakta-fakta yang terjadi pada
peristiwa kasus fraud dalam laporan keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk.
c. Penelitian Bisnis
Pada metode ini akan membahas mengenai hal-hal di bidang bisnis yaitu bidang keuangan
dimana akan membahas kasus fraud pada laporan keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk.

1.5 Landasan Teori


A. Data Analytic
1. Pengertian Data Analytic
Data analytic merupakan suatu ilmu untuk mengumpulkan data mentah menjadi
informasi yang bermakna dan dapat ditindaklanjuti untuk memecahkan masalah dan
tantangan tertentu.
2. Manfaat Data Analytic
a. Dapat meningkatkan hasil keputusan bisnis.
b. Dapat menjadikan proses penarikan dan analisis data menjadi lebih cepat.
c. Dapat menyederhanakan informasi agar lebih mudah diterima stakeholder.
3. Tahap - Tahap Melakukan Data Analytic
a. Mendefinisikan Pertanyaan yang Tepat
Pada tahap ini kita perlu menentukan tujuan sejelas mungkin hingga sampai ke
akar permasalahan. Kita perlu memikirkan permasalahan bisnis yang harus
diselesaikan.
b. Mengumpulkan Data

3
Mengumpulkan data dan mencari tahu data mana yang paling sesuai dengan bisnis.
Data yang didapatkan bisa berupa kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data
dapat dilakukan dengan cara seperti melakukan survei, analisis website, dan
sebagainya.
c. Membersihkan Data
Data yang sudah dikumpulkan belum diorganisir dan diperiksa kesalahannya.
Sehingga perlu dilakukan pembersihan data atau data cleaning agar membuat bisa
lebih mudah dianalisis.
d. Menganalisis Data
Jika data sudah bersih, maka data perlu dianalisis. Ada beberapa jenis analisis data,
seperti analisis descriptive, diagnostic, predictive, dan prescriptive. Langka ini
menjadi proses awal untuk memutuskan bagaimana data akan ditindaklanjuti dan
strategi apa yang akan disusun.
4. Jenis - Jenis Data Analytic
a. Descriptive Analytics
Descriptive analytics adalah jenis analitik data berupa informasi yang dihasilkan
dari pemeriksaan data untuk memahami masa lalu. Jenis analitik ini menjawab
pertanyaan “Apa yang terjadi?”.
b. Diagnostic Analytics
Diagnostic analytics adalah jenis analitik data berupa informasi yang mencoba
menentukan hubungan sebab akibat. Jenis analitik ini menjawab pertanyaan
“Mengapa ini terjadi?
c. Predictive Analytics
Predictive analytics adalah jenis analitik data berupa informasi yang dihasilkan
dari analisis yang berfokus pada prediksi masa depan. Jenis analitik ini menjawab
pertanyaan “Apa yang mungkin terjadi di masa depan?”
d. Prescriptive Analytics
Prescriptive analytics adalah jenis analitik data berupa informasi yang dihasilkan
dari analisis untuk memberikan rekomendasi tentang apa yang seharusnya terjadi.
Jenis analitik ini menjawab pertanyaan “Apa yang harus dilakukan?’.

4
B. Fraud
1. Pengertian Fraud
Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), fraud adalah
perbuatan curang yang dilakukan dengan berbagai cara secara licik dan bersifat menipu
dan sering tidak disadari oleh korban yang dirugikan. Kecurangan dapat dibagi menjadi
tiga bagian besar yaitu, penyalahgunaan asset perusahaan, kecurangan laporan
keuangan dan korupsi.
Fraud atau kecurangan adalah tindakan yang tidak jujur atau merugikan orang
lain dengan tujuan memperoleh keuntungan secara tidak sah. Dalam konteks bisnis,
fraud bisa terjadi dalam berbagai bentuk seperti penggelapan uang, penipuan,
manipulasi data keuangan, pencurian properti intelektual, dan sebagainya. Sedangkan
dalam konteks keuangan, fraud seringkali terjadi dalam bentuk penipuan kartu kredit,
penipuan asuransi, atau penipuan investasi.
Tindakan fraud bisa dilakukan oleh individu maupun kelompok, dan seringkali
dilakukan dengan cara-cara yang rumit dan rapi untuk menutupi jejak kecurangan.
Tindakan fraud dapat merugikan individu maupun perusahaan secara finansial dan juga
dapat berdampak negatif pada reputasi perusahaan. Oleh karena itu, pencegahan dan
deteksi fraud menjadi hal yang sangat penting bagi perusahaan dan institusi keuangan.
2. Bentuk-Bentuk Tindakan Fraud atau Kecurangan
Fraud atau kecurangan bisa dilakukan dalam berbagai bentuk dan dapat terjadi di
berbagai sektor, termasuk bisnis, keuangan, pemerintah, dan lain sebagainya. Berikut
adalah beberapa bentuk umum dari fraud:
a. Penipuan (Fraudulent Misrepresentation): Penipuan terjadi ketika seseorang
memberikan informasi yang salah atau menyesatkan kepada orang lain dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan. Contohnya, mengatakan produk atau jasa
yang ditawarkan memiliki kualitas yang sangat baik tetapi kenyataannya tidak
demikian.
b. Penggelapan (Embezzlement): Penggelapan terjadi ketika seseorang yang
dipercayakan dengan dana atau aset orang lain mengambil atau mengalihkan dana
atau aset tersebut untuk keuntungan pribadi. Contohnya, seorang pegawai yang
mengalihkan dana perusahaan ke rekening pribadi.
5
c. Pemalsuan (Forgery): Pemalsuan terjadi ketika seseorang membuat atau mengubah
dokumen atau catatan palsu untuk memperoleh keuntungan pribadi atau untuk
menipu orang lain. Contohnya, membuat cek palsu atau mengubah dokumen
kontrak.
d. Pengendapan (Defalcation): Pengendapan terjadi ketika seseorang yang
bertanggung jawab atas aset atau uang orang lain mengambil uang atau aset tersebut
untuk keuntungan pribadi. Contohnya, seorang kasir yang mengambil uang tunai
dari kas perusahaan.
e. Manipulasi Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud): Manipulasi laporan
keuangan terjadi ketika seseorang membuat laporan keuangan palsu atau mengubah
laporan keuangan untuk menunjukkan keuangan perusahaan yang lebih baik dari
yang sebenarnya. Contohnya, mengubah jumlah pendapatan atau mengurangi biaya
untuk menunjukkan keuntungan yang lebih besar.
f. Penggelapan Identitas (Identity Theft): Penggelapan identitas terjadi ketika
seseorang menggunakan informasi pribadi orang lain untuk melakukan kecurangan,
seperti membuka akun kredit atau melakukan pembelian. Contohnya, mengambil
nomor kartu kredit seseorang dan menggunakan kartu tersebut untuk membeli
barang tanpa izin pemilik.
g. Penipuan Investasi (Investment Fraud): Penipuan investasi terjadi ketika seseorang
menawarkan investasi palsu atau menjanjikan keuntungan yang tidak realistis
kepada investor dengan tujuan memperoleh uang mereka. Contohnya, menawarkan
program investasi yang menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat tanpa
risiko.
3. Faktor Pendorong Adanya Fraud (Segitiga Fraud)
Segitiga fraud adalah suatu model yang digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor
yang dapat memicu terjadinya fraud atau kecurangan. Menurut segitiga fraud, terdapat
tiga faktor utama yang dapat memicu terjadinya fraud, yaitu:
a. Tekanan (pressure): Faktor ini terkait dengan adanya tekanan atau dorongan yang
dirasakan oleh pelaku fraud. Tekanan ini bisa berasal dari faktor internal seperti
masalah keuangan atau masalah pribadi, atau faktor eksternal seperti tuntutan dari
atasan atau tekanan dari lingkungan kerja.
6
b. Peluang (opportunity): Faktor ini terkait dengan adanya kesempatan yang dimiliki
oleh pelaku fraud untuk melakukan tindakan kecurangan. Peluang ini dapat muncul
karena kelemahan dalam sistem pengendalian internal atau ketidakmampuan
perusahaan untuk mendeteksi kecurangan.
c. Rasionalisasi (rationalization): Faktor ini terkait dengan adanya justifikasi atau
pembenaran dari pelaku fraud untuk melakukan tindakan kecurangan. Pelaku fraud
mungkin merasa bahwa tindakan kecurangan yang dilakukannya adalah hal yang
wajar atau tidak merugikan orang lain.
Dalam konteks faktor pendorong fraud, segitiga fraud menunjukkan bahwa ada tiga
faktor utama yang dapat memicu seseorang untuk melakukan fraud, yaitu tekanan,
peluang, dan rasionalisasi. Jika seseorang merasakan tekanan yang kuat, memiliki
peluang untuk melakukan fraud, dan mampu membenarkan tindakan kecurangannya,
maka kemungkinan besar orang tersebut akan melakukan fraud.

7
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Asal Usul Terjadinya Fraud dalam Laporan Keuangan.


Peristiwa awal mulanya terjadi ketika dua komisaris Garuda Indonesia yaitu Chairal
Tanjungan dan Dony Oskaria menemukan suatu kejanggalan pada laporan keuangan Garuda
Indonesia dimana terjadi ketidaksesuaian dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK). Dalam laporan keuangan tersebut, Garuda Indonesia menyatakan laba bersih senilai
USD 890,85 ribu atau setara dengan Rp 11,33 miliar (kurs Rp 14.000 per dolar AS). Pada laba
bersih ini mengalami kenaikan drastis dan berbanding terbalik dengan pembukuan
sebelumnya yang menyatakan kerugian sebesar USD 216,5 juta. Ternyata, Garuda Indonesia
melakukan kerjasama dengan PT Mahata Aero Teknologi terkait pemasangan wifi yang
berdampak pada laporan laba rugi miliki Garuda Indonesia.
Dari adanya ditemukan kejanggalan pada laporan keuangan Garuda Indonesia, kemudian
Kementerian Keuangan melalui Pusat Pembinaan Profesi Keuangan melakukan pemeriksaan
terhadap Akuntan Publik (Kasner Sirumapea) dan KAP (Tanubrata, Sutanto, Fahmi,
Bambang, dan rekan yang melakukan audit atas laporan keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk
tahun buku 2018). Pada pemeriksaan ini ditemukan dua masalah yang menyangkut standar
audit dan sistem pengendalian mutu KAP.

2.2 Alasan Terjadinya Fraud pada Laporan Keuangan.


Kejadian kecurangan (fraud) pada laporan keuangan PT Garuda Indonesia terjadi karena
adanya praktik akuntansi yang tidak sesuai dengan standar dan etika akuntansi yang berlaku.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kecurangan pada laporan keuangan PT
Garuda Indonesia, di antaranya:
1. Tekanan kinerja perusahaan yang tinggi
PT Garuda Indonesia telah mengalami tekanan kinerja yang tinggi dalam beberapa tahun
terakhir, termasuk penurunan pendapatan dan laba bersih yang signifikan. Hal ini
mendorong manajemen untuk mencari cara-cara ‘untuk meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan, termasuk dengan melakukan manipulasi laporan keuangan.
2. Konflik kepentingan
8
Beberapa pejabat di PT Garuda Indonesia terlibat dalam konflik kepentingan dengan
perusahaan dan memiliki kepentingan pribadi yang bertentangan dengan kepentingan
perusahaan. Hal ini bisa memicu terjadinya tindakan kecurangan pada laporan keuangan.
3. Kurangnya pengawasan internal
Kurangnya pengawasan internal dan tindakan pencegahan di dalam perusahaan dapat
memudahkan terjadinya tindakan kecurangan pada laporan keuangan.
4. Ketidakpatuhan pada peraturan dan standar akuntansi
PT Garuda Indonesia diduga melakukan pelanggaran terhadap peraturan dan standar
akuntansi yang berlaku, seperti PSAK 45 tentang pengakuan dan pengukuran atas
instrumen keuangan.

2.3 Dampak Terjadinya Kasus Fraud.


Dari kasus fraud dalam laporan keuangan PT Garuda Indonesia, harga saham Garuda
Indonesia mengalami penurunan ke level Rp 478 per saham dari sebelumnya Rp 500 per
saham. Saham perseroan terus melanjutkan pelemahan hingga penutupan perdagangan hari
ini, selasa (30/4) ke posisi Rp 466 per saham atau turun persen.
OJK mengenakan Sanksi Administratif berupa denda sebesar Rp 100 juta kepada PT
Garuda Indonesia Tbk atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016 tentang
Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. Sanksi denda juga dijatuhkan masing-
masing anggota Direksi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sebesar Rp 100 juta atas
pelanggaran Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi atas
Laporan Keuangan.
Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi menjatuhkan sanksi kepada PT Garuda Indonesia Tbk
(GIAA) atas kasus klaim laporan keuangan perseroan yang menuai polemik. Beberapa sanksi
yang dijatuhkan antara lain denda senilai Rp 250 juta dan restatement atau perbaikan laporan
keuangan perusahaan dengan paling lambat 26 Juli 2019 ini.
Mengenakan Sanksi Administratif Berupa Pembekuan Surat Tanda Terdaftar (STTD)
selama satu tahun kepada Sdr. Kasner Sirumapea (Rekan pada KAP Tanubrata, Sutanto,
Fahmi, Bambang & Rekan (Member of BDO International Limited)) dengan STTD Nomor:
335/PM/STTD-AP/2003 tanggal 27 Juni 2003 yang telah diperbaharui dengan surat STTD
Nomor: STTD.AP-010/PM.223/2019 tanggal 18 Januari 2019, selaku Auditor yang
9
melakukan audit LKT PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk per 31 Desember 2018 atas
pelanggaran Pasal 66 UU PM jis.

2.4 Tersangka yang Terlibat dalam Kasus Fraud.


Pusat Pembinaan Profesi Keuangan Kementerian Keuangan (PPPK Kemenkeu)
menemukan pelanggaran yang dilakukan oleh Akuntan Publik (AP) atau auditor Kantor
Akuntan Publik (KAP) yang melakukan audit terhadap PT Garuda Indonesia Tbk dimana hal
itu mempengaruhi opini laporan auditor independen. Selain itu, KAP dianggap belum
menerapkan sistem pengendalian mutu secara optimal terkait konsultasi dengan pihak
eksternal.
Oleh karena itu, Kementerian Keuangan menjatuhkan sanksi pembekuan izin selama 12
bulan kepada AP Kasner Sirumapea dan KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan,
selaku auditor laporan keuangan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan Entitas Anak Tahun
Buku 2018.

2.5 Cara Menyelesaikan Masalah Fraud dalam Laporan Keuangan.


Bagi auditor, Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan sanksi pembekuan izin selama
12 bulan, kemudian setelah melakukan koordinasi dengan Kementerian Keuangan Republik
Indonesia, PT Bursa Efek Indonesia, dan pihak terkait lainnya, sanksi yang dijatuhkan OJK
kepada PT Garuda Indonesia berupa:
1. Memberikan perintah tertulis kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk
memperbaiki dan menyajikan kembali LKT PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk per 31
Desember 2018 serta melakukan public expose atas perbaikan dan penyajian kembali LKT
per 31 Desember 2018 dimaksud paling lambat 14 hari setelah ditetapkannya surat sanksi,
atas pelanggaran yang telah dilakukan.
2. Memberi perintah tertulis kepada KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan
(Member of BDO International Limited) untuk melakukan perbaikan kebijakan dan
prosedur pengendalian mutu atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor 13/POJK.03/2017
jo. SPAP Standar Pengendalian Mutu (SPM 1) paling lambat 3(tiga) bulan setelah
ditetapkannya surat perintah dari OJK.

10
3. OJK menjatuhkan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp 100 juta kepada PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor
29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.
4. Sanksi berupa denda kepada masing-masing anggota Direksi PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk sebesar Rp 100 juta atas pelanggaran Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11
tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan.
5. BEI resmi menjatuhkan sanksi kepada PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) atas kasus klaim
laporan keuangan perseroan yang menuai polemik. Beberapa sanksi yang dijatuhkan
antara lain denda senilai Rp 250 juta dan restatement atau perbaikan laporan keuangan
perusahaan dengan paling lambat 26 Juli 2019 ini. Rekomendasi atas Kasus Garuda
Indonesia.
Pihak KAP perlu melakukan pengecekan pada histori dokumen penjualan dan penerimaan
perusahaan. Seperti dokumen customer Order, sales order, shipping document, sales invoice,
sales transaction file, sales journal or listing, account receivable master file, account
receivable trial balance, monthly statement. Serta, dokumen penerima seperti remittance
advice, prelisting of cash receipts, cash receipt transaction file, cash receipt journal or listing.
Pengecekan histori dokumen-dokumen ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahan dalam proses
audit sehingga audit yang dilakukan sudah sesuai dengan ketentuan PSAK.

2.6 Pengendalian Fraud dengan Data Analytics Type


Pengendalian fraud adalah hal yang sangat penting bagi perusahaan untuk meminimalkan
risiko kecurangan atau tindakan penipuan yang merugikan perusahaan. Salah satu cara untuk
melakukan pengendalian fraud adalah dengan menggunakan data analytics.
Beberapa contoh penggunaan data analytics untuk pengendalian fraud pada kasus fraud
dalam laporan keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk adalah sebagai berikut:
a. Analisis anomali: Analisis anomali adalah proses mencari transaksi yang tidak biasa atau
mencurigakan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknik statistik seperti
analisis regresi, analisis frekuensi, dan analisis outlier. Transaksi yang mencurigakan dapat
ditemukan dengan membandingkan pola transaksi normal dengan pola transaksi yang
tidak biasa.

11
b. Analisis cluster: Analisis cluster adalah proses pengelompokan transaksi yang memiliki
pola yang sama. Hal ini dapat membantu dalam mengidentifikasi transaksi yang
mencurigakan. Jika ada kelompok transaksi yang mencurigakan, maka perusahaan dapat
melakukan investigasi lebih lanjut untuk menemukan penyebab kelompok tersebut.
c. Analisis relasi: Analisis relasi adalah proses mencari korelasi antara transaksi yang
berbeda. Misalnya, perusahaan dapat mencari korelasi antara transaksi pembelian dan
transaksi penjualan. Jika ada korelasi yang tidak biasa, maka perusahaan dapat melakukan
investigasi lebih lanjut untuk menemukan penyebab korelasi tersebut.
d. Analisis profil: Analisis profil adalah proses mencari pola transaksi yang mencurigakan
berdasarkan profil pelanggan atau vendor. Misalnya, perusahaan dapat mencari pola
transaksi yang tidak biasa dari pelanggan atau vendor yang sering melakukan transaksi
dengan perusahaan.
Selain itu, pada kasus fraud dalam laporan keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk
menggunakan beberapa jenis data analytic, yaitu:
a. Descriptive Analytics
Pada descriptive analytics, kasus ini menjelaskan dan memberikan informasi dari
pemeriksaan data bahwa terjadinya manipulasi laporan keuangan tahun 2018 milik PT
Garuda Indonesia Tbk.
b. Diagnostic Analytics
Pada diagnostic analytics, kasus ini menentukan dan menemukan hubungan sebab akibat
terjadinya kasus fraud dalam laporan keuangan PT Garuda Indonesia Tbk dari analisis
data.
c. Predictive Analytics
Pada predictive analytics, kasus ini menghasilkan informasi dari analisis data terkait hal-
hal yang akan terjadi ketika auditor PT Garuda Indonesia melakukan fraud dalam laporan
keuangan yaitu berupa sanksi dan terjadinya pelanggaran kode etik.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
PT Garuda Indonesia Tbk melakukan kesalahan penyajian Laporan Keuangan Tahunan
per 31 Desember 2018 karena adanya pencatatan transaksi antara kerja sama penyediaan
layanan wifi dalam penerbangan dengan PT Mahata Aero Teknologi (Mahata) dalam akun
pendapatan yang seharusnya masih menjadi piutang.
Di dalam kasus ini PT Garuda Indonesia telah melanggar Pasal 69 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM), Peraturan Bapepam dan LK Nomor
VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan
Publik, Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah Suatu
Perjanjian Mengandung Sewa, dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan(PSAK) 30
tentang Sewa. Dan diberi sanksi sesuai dengan UU yang dilanggar.
Untuk mengatasi kasus yang dilakukan PT Garuda Indonesia maka beberapa hal yang
dilakukan adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan sanksi kepada auditor laporan
keuangan PT Garuda Indonesia yaitu pembekuan izin selama 12 bulan, dan juga OJK yang
telah memberikan sanksi dan juga denda kepada PT Garuda Indonesia. Kemudian pihak KAP
perlu melakukan pengecekan pada history dokumen penjualan dan penerimaan perusahaan,
yang bertujuan agar tidak terjadi kesalahan dalam proses audit sehingga audit yang dilakukan
sudah sesuai dengan ketentuan PSAK.
Penggunaan data analytics dapat membantu perusahaan dalam melakukan pengendalian
fraud dengan lebih efektif dan efisien. Namun, perusahaan juga harus memastikan bahwa data
yang digunakan untuk analisis adalah akurat dan lengkap. Selain itu, perusahaan harus memiliki
tim yang terampil dalam melakukan analisis data untuk pengendalian fraud.

3.2 Saran
13
Setelah terjadinya fraud dalam laporan keuangan PT Garuda Indonesia Tbk, kami
menyarankan bahwa:

1. Melakukan investigasi menyeluruh, PT Garuda Indonesia harus melakukan investigasi


menyeluruh untuk menentukan sejauh mana fraud yang terjadi dan siapa yang terlibat. Hal
ini harus dilakukan dengan hati-hati dan independen, tanpa intervensi dari pihak manapun.
2. PT Garuda Indonesia harus menjatuhkan sanksi kepada pelaku dimana pelaku fraud harus
dijatuhi sanksi sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku. Hal ini harus
dilakukan dengan transparan dan terbuka, sehingga dapat memberikan efek jera dan
mencegah terjadinya fraud di masa depan.
3. PT Garuda Indonesia harus meningkatkan pengawasan internal untuk mencegah terjadinya
fraud di masa depan. Ini dapat dilakukan dengan melakukan audit internal secara berkala,
serta memperkuat sistem pengendalian internal.
4. Meningkatkan transparansi dalam pelaporan keuangan dan memastikan bahwa informasi
yang disajikan akurat dan dapat dipercaya. Hal ini dapat dilakukan dengan memperkuat
pengawasan dari pihak auditor independen dan memastikan bahwa mereka memiliki
kualifikasi dan integritas yang baik.
5. Terjadinya fraud dapat merusak reputasi perusahaan di mata publik dan investor. Oleh
karena itu, PT Garuda Indonesia harus melakukan upaya untuk memperbaiki reputasi
dengan cara memberikan informasi yang akurat dan terbuka, serta meningkatkan kinerja
dan kualitas layanan.
6. PT Garuda Indonesia lebih meningkatkan lagi terkait dengan Sumber Daya Manusia yang
dimiliki oleh Garuda Indonesia, seperti melakukan pembinaan dan pelatihan kinerja
pegawai.
7. PT Garuda Indonesia Tbk meningkatkan pengawasan lebih ketat, terutama dengan
pengawasan laporan keuangan terhadap profesi keuangan, seperti kantor akuntan publik,
penilai, akuntan publik, dan sebagainya.
8. Auditor dalam melaksanakan tugasnya harus berdasarkan dengan standar audit yang
berlaku dan mematuhi kode etik yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

14
Alasan Grab Luncurkan Kartu Pembayaran Tanpa Nomor. (2019, Desember 12). Retrieved Maret
15, 2023, from CNN Indonesia:
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20191209171028-190-455425/alasan-grab-
luncurkan-kartu-pembayaran-tanpa-nomor

Hartomo, G. (2019, Juni 28). Kronologi Kasus Laporan Keuangan Garuda Indonesia hingga Kena
Sanksi. Retrieved Maret 15, 2023, from OkeFinance:
https://economy.okezone.com/read/2019/06/28/320/2072245/kronologi-kasus-laporan-
keuangan-garuda-indonesia-hingga-kena-sanksi

Hendartyo, M. (2019, Oktober 8). Strategi Kemenkeu Agar Kasus Laporan Keuangan Garuda
Tidak Terulang. (M. W. Silaban, Editor) Retrieved Maret 15, 2023, from tempo.co:
https://bisnis.tempo.co/read/1257323/strategi-kemenkeu-agar-kasus-laporan-keuangan-
garuda-tidak-terulang

Kronologi Kisruh Laporan Keuangan Garuda Indonesia. (2019, April 30). Retrieved Maret 15,
2023, from CNN Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190430174733-
92-390927/kronologi-kisruh-laporan-keuangan-garuda-indonesia

Latifatunnisa, H. (2022, Septmber 11). Apa itu Data Analytics? Arti, Kegunaan, Tahap, dan
Jenisnya. Retrieved Maret 15, 2023, from RevoUpedia: https://revou.co/panduan-
karir/data-analytics-adalah

Maelani, E., Sagitarusin, F. N., Wijayanti, S., Isani, G. W., & Agustina, S. Y. (2016). Fraud
(Kecurangan Dalam Bisnis). Retrieved Maret 15, 2023, from
https://www.academia.edu/34782090/FRAUD_KECURANGAN_DALAM_BISNIS_

Putri, A. E., & Arkananta, P. (2020, Oktober 16). Kasus Garuda Indonesia, Riwayatmu Kini.
Retrieved Maret 15, 2023, from IMAGAMA: https://imagama.feb.ugm.ac.id/kasus-garuda-
indonesia-riwayatmu-kini/

Rizqiyah, W., Chairil , M., Erlyanaruanti , M., Arinda , S., Setyabudi , L. A., & Putri, Y. A. (2020).
Analisis Kasus PT. Garuda Indonesia. Retrieved Maret 15, 2023, from
15
https://www.studocu.com/id/document/universitas-sriwijaya/evaluasi-
kebijakan/kelompok-1-analisis-kasus-garuda-indonesia/7556081

Sari, W., & Preambul, H. (2019, Juni 27). Ini Putusan Kasus Laporan Keuangan Tahunan PT
Garuda Indonesia 2018. (N. Rakhmawati, Editor) Retrieved Maret 15, 2023, from
https://setjen.kemenkeu.go.id/in/post/ini-putusan-kasus-laporan-keuangan-tahunan-pt-
garuda-indonesia-2018

Sugianto, D. (2019, Juli 26). Kronologi Laporan Keuangan Garuda, Dari Untung Jadi 'Buntung'.
Retrieved Maret 15, 2023, from DetikFinance: https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-
4640204/kronologi-laporan-keuangan-garuda-dari-untung-jadi-buntung

16

Anda mungkin juga menyukai