Anda di halaman 1dari 9

https: www.ejurnal.stikpmedan.ac.

id
Vol. 2 No.1 Oktober 2019
e-ISSN LIPI: 2622-7290

Konsep Diri Dari Perspektif Dimensi Internal : Kajian Psikologi


Komunikasi Nilai Tutur di Suku Mandailing

Iskandar Zulkarnain1, Sakhyan Asmara2, Raras Sutatminingsih3


1,2
Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Sumatera Utara
3
Jurusan Psikologi F. Psikologi Universitas Sumatera Utara
e-Mail: iskandar.zulkarnain@usu.ac.id

Abstrak
Pembentukan nilai konsep diri ini sebenarnya bisa menggunakan nilai kearifan lokal yang menjadi kekayaan
bangsa Indonesia. Suku Mandailing yang berasal dari provinsi Sumatera Utara misalnya memiliki nilai kearifan
lokal dalam mengatur tata pergaulan, komunikasi, dan etika dalam membentuk konsep diri. Nilai tersebut adalah
nilai Tutur. Dalam perspektif psikologi komunikasi, konsep diri yang terbangun dengan penerapan nilai Tutur
dalam adat Dalihan na Tolu membuat setiap anggota masyarakat adat mengerti akan hak dan kewajiban masing-
masing, orang tidak akan mungkin bisa sembarangan berbicara, apalagi bertindak sembrono di hadapan orang
lain. Karena masing-masing mengerti tentang hubungan kekerabatan dan keturunan mereka satu dengan lainnya.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini akan mengambil lokus di Desa Pasar Maga,
Kecamatan Lembah Sorik Merapi, Kabupaten Mandailing Natal. Pemilihan desa ini karena desa ini secara historis
merupakan salah satu desa tertua usianya di kawasan Mandailing Natal, secara demografi sosial, desa Pasar Maga
mayoritas didiami oleh masyarakat yang bermarga Nasution, Lubis, Matondang, dan Rangkuti. subjek penelitian
ini secara personal mewakili komponen Dalihan na Tolu dengan rincian pengetua adat desa, orang yang dituakan,
kepala keluarga, anak muda, dan penduduk dari luar suku Mandailing yang bermukim di desa Pasar Maga.
Penelitian ini dilakukan dimulai dari pengumpulan data yang telah dikumpulkan mengenai nilai tutur yang didapat
dari hasil studi literatur, observasi partisipatoris dan interview. Data dari literatur, observasi, dan wawancara yang
telah terkumpul menjadi data empiris, kemudian dianalisa dengan menggunakan teknik kualitatif yakni secara
intepretatif dan disajikan secara naratif. Adapun kerangka utama dalam menemukan dan membangun
pembentukan konsep diri melalui budaya Tutur ini akan mengacu pada dimensi konsep diri yang dikembangkan
oleh Fitts. Dari hasil penelitian, peneliti menemukan klasifikasi Tutur ini terbagi kedalam tiga kelompok sesuai
dengan komponen utama masyarakat adat Dalihan na Tolu, yakni unsur Kahanggi, unsur Mora, dan unsur Anak
Boru. Nilai Tutur wajib diajarkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan menggunakan Tutur
dalam keluarga dan masyarakat Mandailing lazimnya dilakukan secara informal, artinya pengajaran mengenai
sapaan kepada orang lain itu diajarkan orang tua kepada anak-anak mereka sendiri di rumah. Penguasaan Tutur
penting bagi suku Mandailing. Tutur merupakan konsepsi budaya Mandailing berhubungan mengenai panggilan
keakraban atau sapaan keakraban antara seseorang dengan orang lain. Dengan penguasaan kepada Tutur,
seseorang akan mampu mengemas pesan baik secara verbal maupun non verbal dengan baik. Seseorang akan bisa
memilah memilih kata yang tepat dan sopan, serta menempatkan lawan bicaranya secara tepat dan benar sesuai
dengan kedudukan dan peranannya. Patuturon antara orang perorang dalam masyarakat adat Dalihan na Tolu
tidak hanya memberikan nama sapaan kepada seseorang, namun juga memberikan landasan posisi dan peranannya
dalam masyarakat. Internalisasi nilai-nilai Partuturon dalam masyarakat adat Dalihan na Tolu merupakan sebuah
keharusan dan wajib diamalkan kepada semua orang yang berasal dari dalam maupun orang dari luar yang
berhubungan dengan masyarakat adat Mandailing.

Kata Kunci: Konsep Diri, Kearifan Lokal, Tutur, Mandailing

1. PENDAHULUAN ini sebenarnya bisa menggunakan nilai


Konsep diri terbentuk melalui kearifan lokal yang menjadi kekayaan
interaksi sosial dan konsep diri ini bangsa Indonesia. Suku Mandailing yang
mempengaruhi tingkah laku seseorang. berasal dari provinsi Sumatera Utara
Konsep diri seseorang didasarkan pada misalnya memiliki nilai kearifan lokal
persepsi dari reaksi-reaksi orang lain dalam mengatur tata pergaulan, komunikasi,
terhadap dirinya. (George Herbert Mead, dan etika dalam membentuk konsep diri.
1972: 186 199; John Kinch dalam Fitts, Nilai tersebut adalah nilai Tutur. Tutur
1971: 12 13). Pembentukan nilai konsep diri mengandung pengertian panggilan
1
https: www.ejurnal.stikpmedan.ac.id
Vol. 2 No.1 Oktober 2019
e-ISSN LIPI: 2622-7290

keakraban atau sapaan keakraban antara dengan adab seseorang dengan uda-nya
seseorang dengan orang lain. Tutur adalah (adik ayahnya) atau uak-nya (abang
hata bona atau kata dasar yang menurut ayahnya). Seseorang tidak akan layak
ilmu tata bahasa disebut sebagai kata benda bergurau dengan tulang-nya, sedangkan
abstrak (Sutan Tinggi Barani Siregar, et.al. dengan udak-nya masih bisa diperkenankan
2005: 81). (Raja Imbang Desa, 2010: 85).
Nilai Tutur merupakan elemen Dalam pembentukan konsep diri,
penting dalam masyarakat adat yang nilai Tutur dapat dijadikan sebagai sebuah
menggunakan konsep Dalihan na Tolu. determinan pembentukan konsep diri yang
Secara filosofis, Dalihan na Tolu membagi baru bagi individu yang berasal dari struktur
struktur masyarakat adat terdiri dari tiga masyarakat Mandailing, atau indvidu yang
unsur, yaitu Mora, yakni semua keluarga berasal dari luar sistem masyarakat
yang berasal dari pihak mertua, Kahanggi Mandailing. Artikel ini akan membahas
adalah semua keluarga atau keturunan yang bagaimana konsep diri dari perspektif
memiliki hubungan sedarah dari pihak ayah dimensi internal yang dikembangkan Fitts.
dan tidak termasuk hubungan keluarga
sedarah dari pihak ibu, dan Anak Boru, 2. TINJUAN PUSTAKA
yakni semua keluarga dari pihak menantu. 1. Tutur
Artinya keluarga yang berasal dari orang Tutur merupakan konsepsi budaya
yang mengambil Boru (putri/anak Mandailing mengenai panggilan keakraban
perempuan) seseorang tanpa terkecuali. atau sapaan keakraban antara seseorang
Dalam perspektif psikologi dengan orang lain. Tutur adalah hata bona
komunikasi, konsep diri yang terbangun atau kata dasar yang menurut ilmu tata
dengan penerapan nilai Tutur dalam adat bahasa disebut sebagai kata benda abstrak
Dalihan na Tolu membuat setiap anggota (Sutan Tinggi Barani Siregar, et.al. 2005:
masyarakat adat mengerti akan hak dan 81). Tutur merupakan kata-kata kunci
kewajiban masing-masing, orang tidak akan kekerabatan. Kata kunci itu menentukan
mungkin bisa sembarangan berbicara, posisi setiap orang dalam jaringan
apalagi bertindak sembrono di hadapan kekerabatan Dalihan na Tolu.
orang lain. Karena masing-masing mengerti Tutur adalah istilah yang merupakan
tentang hubungan kekerabatan dan kata ganti untuk panggilan antar individu,
keturunan mereka satu dengan lainnya antar kelompok atau individu dengan
(Pandapotan Nasution, 2005: 80). kelompok, seperti “uda, nanguda, tulang,
Keberadaaan nilai Dalihan na Tolu di suku nantulang, tunggane, kahanggi, anak boru”
Mandailing juga akan secara langsung dan lain-lain. Tutur merupakan bagian yang
mempengaruhi pembentukan konsep diri tidak terpisahkan dari rumpun adat “Dalihan
seseorang dalam menjalin hubungan antar Na Tolu” yang telah terintegerasi dalam
personal, baik dalam bentuk jalinan masyarakat adat Mandailing yang telah
hubungan formal dan non formal. berusia ratusan tahun. Implmentasi tutur
Setiap Tutur mengandung nilai selama ini tentunya sudah berhasil
moral, nilai etika, dan budi pekerti yang menciptakan kehidupan yang harmonis
sangat tinggi nilai spritualnya, sehingga antar orang seorang, antar seorang dengan
dengan mengamalkan makna setiap Tutur, kelompok, antar kelompok, baik dalam
niscaya dapat memelihara keharmonisan, kehidupan sehari-hari, dalam hal suka cita
kerukunan dan keakraban dalam rumah begitupun dalam hal duka cita. Hal itu
tangga dan masyarakat. Misalnya, adab terwujud karena di dalam tutur itu ada nilai-
seseorang dengan tulang-nya (saudara laki- nilai yang sangat luhur, yang selalu
laki ibu atau ayah dari isteri) akan berbeda dipahami dan dijadikan pedoman dalam
2
https: www.ejurnal.stikpmedan.ac.id
Vol. 2 No.1 Oktober 2019
e-ISSN LIPI: 2622-7290

kehidupan sehari-hari oleh masyarakat konsep diri, kiranya akan jatuh di antara dua
Mandailing (Kondar Siregar, et.al, 2016: kutub. Kutub pertama adalah konsep diri
414-426). positif dan kutub yang satunya lagi adalah
Dalam Tutur itu memiliki muatan etika konsep diri negatif. Dengan mengetahui
yang kuat, yakni adab pergaulan hidup kedua perbedaan dari pengertian konsep diri
sehari-hari, baik antara orang tua dengan tersebut, kiranya akan lebih membantu dan
anak, suami dengan isteri, sesama saudara memberi kemampuan dalam penilaian ke
dan antara seseorang dengan orang lain arah mana condongnya konsep diri seorang
dalam masyarakat (Sutan Tinggi Barani individu (Iskandar Zulkarnain, 2016: 5095-
Siregar, 2005: 81). Menurut aturan nilai 5099).
Tutur, setiap orang dalam menjalankan Konsep diri seseorang didasarkan
kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat pada persepsi dari reaksi-reaksi orang lain
harus dibangun dengan landasan: terhadap dirinya. (George Herbert Mead,
1. Marsihaholongan (saling mengasihi); 1972: 186 199; John Kinch dalam Fitts,
2. Marsipagodakkon (saling 1971: 12 13). Berbagai aspek tentang diri
membesarkan/saling mengangkat); yang telah dikemukakan saling tergantung
3. Marsihapadean (saling berbuat baik satu dengan yang lainnya. Secara bersama
antara satu dengan lainnya); mereka menampilkan suatu kesatuan yang
4. Marsibegean (saling mendengarkan), utuh dari pengertian diri, dan meski manusia
Marsilehenan (saling memberi); berubah dari situasi yang satu ke situasi
5. Marsipagabean (saling yang lain, diri juga memiliki kontinuitas dan
membahagiakan), Marsipangiboan kedinamisan.
(saling memberi belas kasihan);
6. Marsitolongan (saling menolong), 3. Psikologi Komunikasi
Marsilehenan (saling memberi); Dalam ilmu komunikasi, keterkaitan
7. Marsihargaan (saling menghargai); psikologi memang tidak bisa ditinggalkan.
8. Marsipaingotan (saling mengingatkan). Berdirinya ilmu komunikasi bahkan tidak
terlepas dari sumbangan para pakar
2. Konsep Diri psikologi seperti Kurt Lewin, Paul
Pengertian umum dari konsep diri Lazarzfeld dan Carl I Hovland. Meskipun
dalam psikologi adalah konsep pusat demikian, komunikasi bukanlah subdisiplin
(central construct) untuk dapat memahami dari ilmu psikologi. Komunikasi sebagai
manusia dan tingkah lakunya serta sebuah ilmu tersendiri memang menembus
merupakan suatu hal yang dipelajari banyak disiplin ilmu, seperti politik,
manusia melalui interaksinya dengan sosiologi, antropologi, dan bahasa.
dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungan Psikologi komunikasi mempunyai
nyata di sekitarnya. Konsep diri adalah batasan makna yang sangat luas, meliputi
pandangan dari diri setiap individu tentang segala penyampaian energi, gelombang
dirinya sendiri. Potret diri mental ini, suara, tanda diantara tempat, sistem atau
menurut Calhoun (1990: 67) memiliki 3 organisme. Kata komunikasi sendiri
dimensi, yaitu (1) pengetahuan individu dipergunakan sebagai proses, sebagai pesan,
tentang dirinya sendiri, (2) pengharapan sebagai pengaruh atau secara khusus sebagai
individu terhadap dirinya sendiri, dan (3) pesan pasien dalam psikoterapi.
penilaian individu tentang dirinya sendiri. Jadi psikologi komunikasi adalah
Pandangan seorang individu ilmu yang berusaha menguraikan,
terhadap dirinya sendiri, yang diperolehnya meramalkan dan mengendalikan peristiwa
dari informasi melalui interaksinya dengan mental dan behavioral dalam komunikasi.
orang-orang lain, yang dikenal dengan Peristiwa mental adalah internal mediation
3
https: www.ejurnal.stikpmedan.ac.id
Vol. 2 No.1 Oktober 2019
e-ISSN LIPI: 2622-7290

of stimuli sebagai akibat berlangsungnya akan menggunakan metode purposif


komunikasi (Fisher dalam Jalalludin sampling, yakni memilih subjek penelitian
Rakhmat: 2004). Sementara peristiwa secara sengaja dan subjek yang dinilai sesuai
behavioral adalah apa yang nampak ketika dengan kebutuhan penelitian (Arikunto:
orang berkomunikasi. Psikologi komunikasi 2006).
berkaitan dengan bagaimana mencapai Adapun yang subjek penelitian ini
komunikasi yang efektif dalam interaksi secara personal mewakili komponen
manusia. Untuk itu maka memahami Dalihan na Tolu dengan rincian pengetua
manusia memang menjadi kemutlakan jika adat desa, orang yang dituakan, kepala
kita ingin berhasil/ efektif dalam keluarga, anak muda, dan penduduk dari
berkomunikasi dengan manusia lain. luar suku Mandailing yang bermukim di
desa Pasar Maga.
3. METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dimulai dari
Penelitian ini merupakan jenis pengumpulan data yang telah dikumpulkan
penelitian kualitatif. Kirk dan Miller mengenai nilai tutur yang didapat dari hasil
mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai studi literatur, observasi partisipatoris dan
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan interview. Data dari literatur, observasi, dan
sosial yang secara fundamental bergantung wawancara yang telah terkumpul menjadi
pada pengamatan manusia dalam data empiris, kemudian dianalisa dengan
kawasannya sendiri dan berhubungan menggunakan teknik kualitatif yakni secara
dengan orang-orang tersebut dalam intepretatif dan disajikan secara naratif.
bahasanya dan dalam peristilahannya. (Lexy Data empiris yang ditemukan dari
J Moleng, 1995: 3). fieldwork akan dihubungkan dengan
Penelitian ini akan mengambil lokus membangun sebuah laporan konseptualisasi
di Desa Pasar Maga, Kecamatan Lembah pembentukan konsep diri yang mengacu
Sorik Merapi, Kabupaten Mandailing Natal. pada nilai tutur dalam masyarakat adat
Pemilihan desa ini karena desa ini secara Dalihan na Tolu, konsep yang dibangun
historis merupakan salah satu desa tertua juga dapat diproyeksikan menjadi sebuah
usianya di kawasan Mandailing Natal, model acuan dalam pengembangan konsep
secara demografi sosial, desa Pasar Maga diri dalam berkomunikasi melalui
mayoritas didiami oleh masyarakat yang penggunaan nilai tutur.
bermarga Nasution, Lubis, Matondang, dan Adapun kerangka utama dalam
Rangkuti. menemukan dan membangun pembentukan
Tradisi tutur juga menjadi kewajiban konsep diri melalui budaya Tutur ini akan
adat dalam aktivitas komunikasi, baik secara mengacu pada dimensi konsep diri yang
formal maupun non formal. Situasi dikembangkan oleh Fitts yang menganggap
komunikasi formal dapat diamati dalam bahwa diri adalah sebagai suatu obyek
acara adat seperti pernikahan, aqiqah, sekaligus juga sebagai suatu proses, yang
memasuki rumah baru atau kematian. melakukan fungsi persepsi, pengamatan
Situasi komunikasi non formal dapat serta penilaian. Keseluruhan kesadaran
diamati seperti perbincangan di Lopo Kopi mengenai diri yang diobservasi, dialami
atau percakapan antar tetangga. serta dinilai ini adalah konsep diri. Adapun
Populasi adalah keseluruhan subjek kerangka acuan analisis konsep diri
penelitian. Populasi dalam penelitian ini berdasarkan pada pemikiran Fitts ini adalah
adalah seluruh masyarakat di desa Pasar sebagai berikut:
Maga Kecamatan Lembah Sorik Merapi
Kabupaten Mandailing Natal. Sementara
yang menjadi subjek dalam penelitian ini
4
https: www.ejurnal.stikpmedan.ac.id
Vol. 2 No.1 Oktober 2019
e-ISSN LIPI: 2622-7290

Tabel 1. Dimensi Konsep diri Tabel 2. Partuturon Tiga Unsur Dalihan


Dimensi Internal na Tolu
a) Diri sebagai obyek/identitas (identity Kahanggi Anak Mora
self)
b) Diri sebagai pelaku (behavior self)
Boru
c) Diri sebagai pengamat dan penilai Amang/Damang Amang Amang na
(judging self) Amang menek boru poso
Dimensi Eksternal Amang tobang Amang Amang na
a) Diri fisik (physical self) Amang tua namboru poso
b) Diri moral-etik (moral-ethical self)
c) Diri personal (personal self)
Anak uda Amang mulak
d) Diri keluarga (family self) Anak mulak Bayo
e) Diri sosial (social self) Anak mulak Bayo Eda
Referensi: Fitts (1971 : 12-21) Anak tobang Bere Iboto
Artikel ini hanya menyajikan Anggi Bere Iboto
bagaimana pembentukan konsep diri dari Angkang mulak pamere
perspektif dimensi internal melalui nilai Bujing Boru Inang
Tutur pada masyarakat adat Mandailing. Inang/Dainang mulak tulang
Inang mulak Eda Inang
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Inang tobang Hela tulang
Dari hasil penelitian, peneliti Inang tua Iboto mulak
menemukan klasifikasi Tutur ini terbagi Inang uda Iboto Mora ni
kedalam tiga kelompok sesuai dengan Ompung mulak mora
komponen utama masyarakat adat Dalihan Ompung mulak Iboto Ompung
na Tolu, yakni unsur Kahanggi, unsur Mora, Pahompu pamere dongan
dan unsur Anak Boru. Dengan Pahompu mulak Inang Tulang
mengamalkan tiga nasehat yaitu: manta Parabean boru Tulang
markahanggi, elek maranak boru, dan Inang mulak
somba Marmora, maka equilibirium boru Tulang na
hubungan ketiga unsur Dalihan Na Tolu mulak poso
akan dapat dipelihara. Lae Tunggane
Sarana yang paling penting dalam Pahompu
memelihara keseimbangan harmonis itu dongan
adalah penguasaan, penghayatan, dan Pisang
pengamalan Tutur disertai perilaku yang raut
berkaitan dengan Tutur. Orang Mandailing
memiliki puluhan Tutur kekerabatan yang Dimensi internal atau yang disebut
menjalin hubungan orang perorangan dan juga kerangka acuan internal (internal frame
kerabat dengan kerabat. of reference) adalah bila seorang individu
Apabila semua kerabat berdasarkan melakukan penilaian terhadap dirinya
Partuturon itu dikelompokkan ke dalam tiga sendiri berdasarkan dunia batinnya sendiri
unsur Dalihan Na Tolu, maka jelaslah atau dunia dalam dirinya sendiri terhadap
komposisi anggota kerabat dalam kelompok identitas dirinya, perilaku dirinya, dan
Kahanggi, Anak Boru dan Mora. Di bawah penerimaan dirinya. Konsep diri ini
ini disusun menurut abjad Tutur yang merupakan referensi utama seseorang dalam
termasuk dalam kelompok masing-masing menilai dirinya sendiri utamanya dalam
unsur Dalihan Na Tolu tersebut sebagai hubungan dalam kehidupan bermasyarakat.
berikut : Semua orang merupakan entitas
pribadi masing-masing yang mempunyai
karakteristik dan ciri pribadi, baik secara
5
https: www.ejurnal.stikpmedan.ac.id
Vol. 2 No.1 Oktober 2019
e-ISSN LIPI: 2622-7290

fisik dan psikis. Dalam perspektif psikologi, sesuatu seringkali seseorang harus
identitas fisik semua orang adalah berbeda melakukan sesuatu, dan dengan melakukan
satu sama lain, bahkan kembar identik sesuatu, seringkali individu harus menjadi
sekalipun memiliki perbedaan antara sesuatu.
mereka. Namun, psikis yang juga berbeda Dalam penelitian, peneliti
saat ditempatkan dalam konteks manusia melakukan wawancara kepada 3 orang
sebagai mahluk sosial, mau tidak mau yakni seorang Hatobangon (Tetua Adat),
membuat seseorang harus mentaati kaidah, Alak na Tobang (Orang Tua), dan Orang
peraturan, batasan, yang ada dalam pendatang yang menikahi perempuan
masyarakat untuk penerimaan dirinya dalam kelurahan Pasar Maga. Dalam hasil
kehidupan masyarakat. wawancara, Hatobangon Bapak Indra
Suku Mandailing yang Maulana Nasution mengatakan bahwa
mengamalkan filosofi masyarakat adat dalam konteks relasi sosial semua orang
Dalihan na Tolu sangat menjunjung tinggi Mandailing sudah memiliki identitas
kesetaraan dan penghargaan antara masing-masing sesuai dengan
kelompok dalam adat Dalihan na Tolu. kedudukannnya dalam masyarakat adat
Internalisasi nilai-nilai Dalihan na Tolu Dalihan na Tolu, seseorang bisa memiliki
termasuk diantaranya adalah nilai Tutur identitas diri sebagai bagian dari unsur
ditanamkan sejak dini kepada generasi Kahanggi, Mora, atau sebagai Anak Boru.
penerus suku Mandailing, hal yang sama Jika seseorang dari unsur Kahanggi maka
juga berlaku kepada orang yang menjadi dia akan menjadi orang yang berlaku dari
tamu atau pendatang diluar suku pihak laki-laki dalam keluarga, jika dia dari
Mandailing. unsur Mora maka dia akan berlaku sebagai
Dari hasil wawancara kepada pihak keluarga dari pihak perempuan dalam
Hatobangon (Tetua Adat) Pasar Maga yakni keluarga, sebaliknya jika seseorang berasal
bapak Indra Maulana Nasution beliau dari pihak Anak Boru maka dia akan
menuturkan bahwa penerapan adat Dalihan memerankan identitas sebagai pihak
na Tolu dan termasuk nilai Tutur, adalah menantu dari anak perempuan yang
wajib diajarkan dan diterapkan dalam dinikahinya.
kehidupan sehari-hari. Pembiasaan Dalam wawancara dengan Alak na
menggunakan Tutur dalam keluarga Tobang, Bapak Saleh Rangkuti menyatakan
Mandailing lazimnya dilakukan secara bahwa Tutur yang digunakan akan berbeda
informal, artinya pengajaran mengenai dengan identitas yang melekat pada diri
sapaan kepada orang lain itu diajarkan orang mereka masing-masing, penghormatan dan
tua kepada anak-anak mereka sendiri di penghargaan kepada pihak lain dari unsur
rumah. Dalihan na Tolu wajib dilakukan, dan tentu
saja syarat utama untuk mengetahui Tutur
1. Identitas Diri yang digunakan adalah dengan memahami
Identitas diri berkaitan erat dengan Dalihan na Tolu, sapaan kepada orang lain
diri sebagai pelaku. Identitas diri sangat juga wajib diketahui.
mempengaruhi tingkah laku seorang Febry Ichwan orang yang bersuku
individu, dan sebaliknya identitas diri juga Jawa yang menikahi perempuan dari
dipengaruhi oleh diri sebagai pelaku. Sejak kelurahan Pasar Maga menyatakan bahwa
kecil, individu cenderung untuk menilai atau dirinya sebagai orang dari luar suku
memberikan label pada orang lain maupun Mandailing serta berasal dari unsur Anak
pada dirinya sendiri berdasarkan tingkah Boru memerlukan waktu dan pengalaman
laku atau apa yang dilakukan seseorang. untuk bisa menyerap dan menginternasilisai
Dengan kata lain, untuk dapat menjadi nilai-nilai Dalihan na Tolu termasuk nilai
6
https: www.ejurnal.stikpmedan.ac.id
Vol. 2 No.1 Oktober 2019
e-ISSN LIPI: 2622-7290

Tutur yang digunakan dalam masyarakat Pelaku. Struktur masyarakat adat Dalihan
desa Pasar Maga. na Tolu juga memberikan kode etik perilaku
Bagi Febry, nilai Tutur ini berlaku dan peranan semua pihak dalam masyarakat.
secara universal, dan pengaplikasiannya Peranan berbeda melekat pada setiap orang
berlaku sama baik dalam aktifitas formal dalam relasi sosial dan diri dalam
maupun informal. Febry bercerita bermasyarakat, termasuk juga penggunaan
“Saya pernah ditegur oleh mertua Tutur. Patuturon antara orang perorang
perempuannya karena saya memanggil dalam masyarakat adat Dalihan na Tolu
ibu kepadanya. Mertua mengatakan tidak hanya memberikan nama sapaan
bahwa sapaan yang benar adalah kepada seseorang, namun juga memberikan
memanggilnya dengan sebutan landasan posisi dan peranannya dalam
Natulang. Mertuaku mengatakan masyarakat.
karena beliau bukan orang tua sedarah Dalam kajian literatur, posisi Mora
dari Anak Boru-nya, maka baiknya dalam masyarakat adat Dalihan na Tolu
dirinya wajib memanggilnya dengan mempunyai kedudukan tertinggi. Mereka
sapaan Natulang.” selalu dihormati, ucapan mereka selalu
berisikan doa dan nasehat-nasehat untuk
Febry juga menceritakan anak boru-nya dan mereka didudukkan
pengalaman lainnya ketika dirinya selalu di tempat terhormat dalam setiap
berbincang dengan saudara laki-laki dari acara adat, termasuk dalam menyelesaikan
mertua laki-lakinya. Febry memanggil berbagai permasalahan dan sengketa di
Abang kepada dia, namun dia marah karena tengah-tengah masyarakat (M. Zen Harahap
merasa ditempatkan tidak hormat karena Gelar Daulat Patuan H. Mulia
dipanggil dengan sapaan Abang, beliau Parlindungan).
mengatakan bahwa Febry mesti memanggil Dalam setiap acara adat, posisi mora
dirinya dengan sebutan Tulang. adalah penuntun dan penasehat (pangidoan
Pengalaman empirik tersebut poda) untuk suksesnya acara sebuah acara
merupakan pelajaran dan acuan bagi Febry (D.J. Gultom Raja Marpodang, 1992: 53).
sebagai pendatang. Internalisasi nilai-nilai Dalam adat, mora harus dihormati dengan
Partuturon dalam masyarakat adat Dalihan baik dan jika tidak diperdulikan dan
na Tolu merupakan sebuah keharusan dan dihormati, ibarat menantang matahari,
wajib diamalkan kepada semua orang yang sehingga akibatnya mata bisa menjadi gelap
berasal dari dalam maupun orang dari luar dan tidak tahu arah. Menurut paradaton
yang berhubungan dengan masyarakat adat pihak mora-lah tempat meminta berkah dan
Mandailing. Sapaan yang diterima Febry tuah, dan merekalah yang memberi doa restu
juga banyak kepada dirinya saat dirinya atas upacara adat, merekalah dongan tumahi
melakukan interaksi dengan orang lain atau teman meminta nasehat (Chairul
dalam masyarakat adat Mandailing, dirinya Anwar, 1997: 17).
disapa Bere oleh mertuanya; dirinya disapa Kedudukan dan peranan setiap pihak
amang boru oleh anak dari adik istrinya, dalam masyarakat adat Dalihan na Tolu
dirinya disapa Lae oleh Kahanggi; dan pada dasarnya telah menegaskan konsep diri
banyak sapaan lainnya. mereka sebagai pelaku aktivitas sosial baik
pada kegiatan formal maupun informal.
2. Diri Sebagai Pelaku Bapak Karto, perantauan asal Jawa Tengah
Penggunaan Partuturon dalam yang telah hampir 15 tahun menetap di
masyarakat adat Mandailing juga memiliki kelurahan Pasar Maga dalam wawancara
korelasi kepada pembentukan konsep diri dengan peneliti menyatakan bahwa dirinya
yang dipandang dari perspektif Diri sebagai menilai konsepsi adat Dalihan na Tolu
7
https: www.ejurnal.stikpmedan.ac.id
Vol. 2 No.1 Oktober 2019
e-ISSN LIPI: 2622-7290

sangat jelas memberikan kedudukan dan hanya diberikan label tentang


peranan kepada setiap orang yang menjadi kedudukannya dalam struktur masyarakat
bagiannya. Konsep diri pak Karto sebagai Dalihan na Tolu, namun juga bagaimana
seorang pelaku dalam masyarakat adat tindak tanduk dan kaidah perilakunya dalam
Dalihan na Tolu ditempatkan sebagai Anak masyarakat. Setiap orang memiliki peranan
Boru, karena dirinya mempersunting istri yang berbeda, dan semuanya wajib
yang merupakan orang asli Pasar Maga. menghormati dan menghargai orang lain
Dalam kegiatan Siriaon atau Siluluton, yang menjunjung tinggi kedudukan Dalihan
dirinya telah memahami posisi dan na Tolu. Berikut pernyataan bapak Indra
kedudukannya dalam partisipasi diri dalam Maulana Nasution:
kegiatan tersebut. “Seseorang yang berasal dari unsur
Bapak Karto mencontohkan, dalam Kahanggi akan mengetahui
kegiatan Siriaon yakni acara resepsi kedudukannya sendiri dan sekaligus
pernikahan untuk saudara sekandung mengetahui kedudukan dari pihak Mora
istrinya, sudah menjadi kewajiban Anak dan Anak Boru. Hal yang sama berlaku
Boru untuk menjadi pelaku paling aktif kepada orang yang berasal dari unsur
dalam menyukseskan acara tersebut. Mora dan Anak Boru”
Seorang Anak Boru haruslah ringan tangan
dalam membantu semua pekerjaan ‘kotor’ di Kajian mengenai kedudukan dan
acara pernikahan tersebut. Pekerjaan kotor peranan orang yang berasal dari masyarakat
tersebut misalnya menyiapkan peralatan Dalihan na Tolu ini berhubungan erat
masak (tungku perapian, kuali, dandang, dengan konsepsi bahwa penghargaan diri
kayu bakar), selain menyiapkan maka Anak pada dasarnya didapat dari 2 (dua) sumber
Boru juga diwajibkan untuk aktif dalam utama, yaitu (1) dari diri sendiri dan (2) dari
membereskan peralatan dapur tersebut orang lain. Penghargaan diperoleh bila
dengan mencuci hingga bersih dan individu berhasil mencapai tujuan-tujuan
mengembalikan peralatan masak tersebut ke dan nilai-nilai tertentu. Tujuan, nilai, dan
tempat penyimpanan. standart ini dapat berasal dari internal,
3. Diri Sebagai Pengamat dan Penilai eksternal, maupun keduanya. Umumnya,
Diri penilai ini berfungsi sebagai nilai-nilai dan tujuan-tujuan pada mulanya
pengamat, penentu standart serta dimasukkan oleh orang lain. Penghargaan
pengevaluasi. Kedudukannya adalah hanya akan didapat melalui pemenuhan
sebagai perantara (mediator) antara diri tuntutan dan harapan dari orang lain.
identitas dengan diri pelaku. Manusia Namun, pada saat diri sebagai pelaku telah
cenderung untuk senantiasa memberikan berhubungan dengan tingkah laku
penilaian terhadap apa yang aktualisasi diri, maka penghargaan juga
dipersepsikannya. Oleh karena itu, dapat berasal dari diri individu itu sendiri.
label-label yang dikenakan kepada dirinya Oleh karena itu, walaupun harga diri (self
bukanlah semata-mata menggambarkan esteem) merupakan hal yang mendasar
dirinya, tetapi dibalik itu juga sarat dengan untuk aktualisasi diri, aktualisasi diri juga
nilai-nilai. Selanjutnya, penilaian inilah penting untuk harga diri.
yang kemudian lebih berperan dalam
menentukan tindakan yang akan 5. KESIMPULAN
ditampilkannya. Nilai Tutur, adalah wajib diajarkan
Hatobangon desa Pasar Maga Bapak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Indra Maulana Nasution mengatakan bahwa Pembiasaan menggunakan Tutur dalam
dalam konteks Partuturon setiap orang yang keluarga dan masyarakat Mandailing
menjadi bagian dari masyarakat adat tidak lazimnya dilakukan secara informal, artinya
8
https: www.ejurnal.stikpmedan.ac.id
Vol. 2 No.1 Oktober 2019
e-ISSN LIPI: 2622-7290

pengajaran mengenai sapaan kepada orang Tutur, seseorang akan mampu mengemas
lain itu diajarkan orang tua kepada anak- pesan baik secara verbal maupun non verbal
anak mereka sendiri di rumah. dengan baik. Seseorang akan bisa memilah
Penguasaan Tutur penting bagi suku memilih kata yang tepat dan sopan, serta
Mandailing. Tutur merupakan konsepsi menempatkan lawan bicaranya secara tepat
budaya Mandailing berhubungan mengenai dan benar sesuai dengan kedudukan dan
panggilan keakraban atau sapaan keakraban peranannya.
antara seseorang dengan orang lain. Tutur Patuturon antara orang perorang
adalah hata bona atau kata dasar yang dalam masyarakat adat Dalihan na Tolu
menurut ilmu tata bahasa disebut sebagai tidak hanya memberikan nama sapaan
kata benda abstrak. Tutur merupakan kata- kepada seseorang, namun juga memberikan
kata kunci kekerabatan. Kata kunci itu landasan posisi dan peranannya dalam
menentukan posisi setiap orang dalam masyarakat. Internalisasi nilai-nilai
jaringan kekerabatan Dalihan na Tolu. Partuturon dalam masyarakat adat Dalihan
Setiap Tutur mengandung nilai na Tolu merupakan sebuah keharusan dan
moral, nilai etika, dan budi pekerti yang wajib diamalkan kepada semua orang yang
sangat tinggi nilai spritualnya, sehingga berasal dari dalam maupun orang dari luar
dengan mengamalkan makna setiap Tutur yang berhubungan dengan masyarakat adat
dapat memelihara keharmonisan, kerukunan Mandailing.
dan keakraban dalam rumah tangga dan
masyarakat. Dengan penguasaan kepada
Mead, G. H. (1972). Mind, Self & Society
Daftar Pustaka from the Stand-Point of a Social
Burns, R.B. 1993. Konsep Diri, Teori, Behaviorist. University of Chic. Press.
Pengukuran, Perkembangan, dan Moleng, Lexy J. (1995). Metodologi
Perilaku. Jakarta, Penerbit Arcan. Penelitian Kualitatif. Bandung:
Desa, Raja Imbang. (2010), Pelaksanaan Remaja Rosda Karya.
Perkawinan Melalui Norma Adat Nasution, Pandapotan. (2005), Adat
Dalihan na Tolu, cet. 1, Budaya Mandailing dalam Tantangan
Padangsidimpuan, Usaha Mandiri. Zaman, Cetakan Pertama, Medan,
Fitts, William H. 1971. The Self Concept FORKALA.
and Self Actualization. Los Angeles, Rahmat, Jalalludin. (2004). Psikologi
California, Western Psychological Komunikasi. Bandung, Remaja
Services A Division of Manson Rosdakarya.
Western Corporation. Siregar, Taufik. (2003), Keberadaan
G. Siregar Baumi Glr Ch. Sutan Tinggi Dalihan na Tolu di Tengah Kehidupan
Barani Perkasa Alam, (1984), Surat Berkeluarga, Laporan Penelitian
Tumbaga Holing Adat Batak Angkola Mandiri, Tidak Diterbitkan.
Mandailing. Padangsidimpuan, Firma. Zulkarnain, Iskandar. (2016) Interpersonal
Harahap, Basyral Hamidy. (2004), Siala Communication Effectiveness and the
Sampagul, Padangsidimpuan, Pustaka. Development of Self-Concept Through
Huitema, B.E (1990). The Analysis of a Self-Adjustment Amongst Disabled
Covarience and Alternatives. New Persons. The Social Science Journal.
York: Medwell Journals Publisher, Vol 11
McGraw-Hill. Issue 21. Page No: 5095-5099.

Anda mungkin juga menyukai