23-Article Text-63-1-10-20190904
23-Article Text-63-1-10-20190904
id
Vol. 2 No.1 Oktober 2019
e-ISSN LIPI: 2622-7290
Abstrak
Pembentukan nilai konsep diri ini sebenarnya bisa menggunakan nilai kearifan lokal yang menjadi kekayaan
bangsa Indonesia. Suku Mandailing yang berasal dari provinsi Sumatera Utara misalnya memiliki nilai kearifan
lokal dalam mengatur tata pergaulan, komunikasi, dan etika dalam membentuk konsep diri. Nilai tersebut adalah
nilai Tutur. Dalam perspektif psikologi komunikasi, konsep diri yang terbangun dengan penerapan nilai Tutur
dalam adat Dalihan na Tolu membuat setiap anggota masyarakat adat mengerti akan hak dan kewajiban masing-
masing, orang tidak akan mungkin bisa sembarangan berbicara, apalagi bertindak sembrono di hadapan orang
lain. Karena masing-masing mengerti tentang hubungan kekerabatan dan keturunan mereka satu dengan lainnya.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini akan mengambil lokus di Desa Pasar Maga,
Kecamatan Lembah Sorik Merapi, Kabupaten Mandailing Natal. Pemilihan desa ini karena desa ini secara historis
merupakan salah satu desa tertua usianya di kawasan Mandailing Natal, secara demografi sosial, desa Pasar Maga
mayoritas didiami oleh masyarakat yang bermarga Nasution, Lubis, Matondang, dan Rangkuti. subjek penelitian
ini secara personal mewakili komponen Dalihan na Tolu dengan rincian pengetua adat desa, orang yang dituakan,
kepala keluarga, anak muda, dan penduduk dari luar suku Mandailing yang bermukim di desa Pasar Maga.
Penelitian ini dilakukan dimulai dari pengumpulan data yang telah dikumpulkan mengenai nilai tutur yang didapat
dari hasil studi literatur, observasi partisipatoris dan interview. Data dari literatur, observasi, dan wawancara yang
telah terkumpul menjadi data empiris, kemudian dianalisa dengan menggunakan teknik kualitatif yakni secara
intepretatif dan disajikan secara naratif. Adapun kerangka utama dalam menemukan dan membangun
pembentukan konsep diri melalui budaya Tutur ini akan mengacu pada dimensi konsep diri yang dikembangkan
oleh Fitts. Dari hasil penelitian, peneliti menemukan klasifikasi Tutur ini terbagi kedalam tiga kelompok sesuai
dengan komponen utama masyarakat adat Dalihan na Tolu, yakni unsur Kahanggi, unsur Mora, dan unsur Anak
Boru. Nilai Tutur wajib diajarkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan menggunakan Tutur
dalam keluarga dan masyarakat Mandailing lazimnya dilakukan secara informal, artinya pengajaran mengenai
sapaan kepada orang lain itu diajarkan orang tua kepada anak-anak mereka sendiri di rumah. Penguasaan Tutur
penting bagi suku Mandailing. Tutur merupakan konsepsi budaya Mandailing berhubungan mengenai panggilan
keakraban atau sapaan keakraban antara seseorang dengan orang lain. Dengan penguasaan kepada Tutur,
seseorang akan mampu mengemas pesan baik secara verbal maupun non verbal dengan baik. Seseorang akan bisa
memilah memilih kata yang tepat dan sopan, serta menempatkan lawan bicaranya secara tepat dan benar sesuai
dengan kedudukan dan peranannya. Patuturon antara orang perorang dalam masyarakat adat Dalihan na Tolu
tidak hanya memberikan nama sapaan kepada seseorang, namun juga memberikan landasan posisi dan peranannya
dalam masyarakat. Internalisasi nilai-nilai Partuturon dalam masyarakat adat Dalihan na Tolu merupakan sebuah
keharusan dan wajib diamalkan kepada semua orang yang berasal dari dalam maupun orang dari luar yang
berhubungan dengan masyarakat adat Mandailing.
keakraban atau sapaan keakraban antara dengan adab seseorang dengan uda-nya
seseorang dengan orang lain. Tutur adalah (adik ayahnya) atau uak-nya (abang
hata bona atau kata dasar yang menurut ayahnya). Seseorang tidak akan layak
ilmu tata bahasa disebut sebagai kata benda bergurau dengan tulang-nya, sedangkan
abstrak (Sutan Tinggi Barani Siregar, et.al. dengan udak-nya masih bisa diperkenankan
2005: 81). (Raja Imbang Desa, 2010: 85).
Nilai Tutur merupakan elemen Dalam pembentukan konsep diri,
penting dalam masyarakat adat yang nilai Tutur dapat dijadikan sebagai sebuah
menggunakan konsep Dalihan na Tolu. determinan pembentukan konsep diri yang
Secara filosofis, Dalihan na Tolu membagi baru bagi individu yang berasal dari struktur
struktur masyarakat adat terdiri dari tiga masyarakat Mandailing, atau indvidu yang
unsur, yaitu Mora, yakni semua keluarga berasal dari luar sistem masyarakat
yang berasal dari pihak mertua, Kahanggi Mandailing. Artikel ini akan membahas
adalah semua keluarga atau keturunan yang bagaimana konsep diri dari perspektif
memiliki hubungan sedarah dari pihak ayah dimensi internal yang dikembangkan Fitts.
dan tidak termasuk hubungan keluarga
sedarah dari pihak ibu, dan Anak Boru, 2. TINJUAN PUSTAKA
yakni semua keluarga dari pihak menantu. 1. Tutur
Artinya keluarga yang berasal dari orang Tutur merupakan konsepsi budaya
yang mengambil Boru (putri/anak Mandailing mengenai panggilan keakraban
perempuan) seseorang tanpa terkecuali. atau sapaan keakraban antara seseorang
Dalam perspektif psikologi dengan orang lain. Tutur adalah hata bona
komunikasi, konsep diri yang terbangun atau kata dasar yang menurut ilmu tata
dengan penerapan nilai Tutur dalam adat bahasa disebut sebagai kata benda abstrak
Dalihan na Tolu membuat setiap anggota (Sutan Tinggi Barani Siregar, et.al. 2005:
masyarakat adat mengerti akan hak dan 81). Tutur merupakan kata-kata kunci
kewajiban masing-masing, orang tidak akan kekerabatan. Kata kunci itu menentukan
mungkin bisa sembarangan berbicara, posisi setiap orang dalam jaringan
apalagi bertindak sembrono di hadapan kekerabatan Dalihan na Tolu.
orang lain. Karena masing-masing mengerti Tutur adalah istilah yang merupakan
tentang hubungan kekerabatan dan kata ganti untuk panggilan antar individu,
keturunan mereka satu dengan lainnya antar kelompok atau individu dengan
(Pandapotan Nasution, 2005: 80). kelompok, seperti “uda, nanguda, tulang,
Keberadaaan nilai Dalihan na Tolu di suku nantulang, tunggane, kahanggi, anak boru”
Mandailing juga akan secara langsung dan lain-lain. Tutur merupakan bagian yang
mempengaruhi pembentukan konsep diri tidak terpisahkan dari rumpun adat “Dalihan
seseorang dalam menjalin hubungan antar Na Tolu” yang telah terintegerasi dalam
personal, baik dalam bentuk jalinan masyarakat adat Mandailing yang telah
hubungan formal dan non formal. berusia ratusan tahun. Implmentasi tutur
Setiap Tutur mengandung nilai selama ini tentunya sudah berhasil
moral, nilai etika, dan budi pekerti yang menciptakan kehidupan yang harmonis
sangat tinggi nilai spritualnya, sehingga antar orang seorang, antar seorang dengan
dengan mengamalkan makna setiap Tutur, kelompok, antar kelompok, baik dalam
niscaya dapat memelihara keharmonisan, kehidupan sehari-hari, dalam hal suka cita
kerukunan dan keakraban dalam rumah begitupun dalam hal duka cita. Hal itu
tangga dan masyarakat. Misalnya, adab terwujud karena di dalam tutur itu ada nilai-
seseorang dengan tulang-nya (saudara laki- nilai yang sangat luhur, yang selalu
laki ibu atau ayah dari isteri) akan berbeda dipahami dan dijadikan pedoman dalam
2
https: www.ejurnal.stikpmedan.ac.id
Vol. 2 No.1 Oktober 2019
e-ISSN LIPI: 2622-7290
kehidupan sehari-hari oleh masyarakat konsep diri, kiranya akan jatuh di antara dua
Mandailing (Kondar Siregar, et.al, 2016: kutub. Kutub pertama adalah konsep diri
414-426). positif dan kutub yang satunya lagi adalah
Dalam Tutur itu memiliki muatan etika konsep diri negatif. Dengan mengetahui
yang kuat, yakni adab pergaulan hidup kedua perbedaan dari pengertian konsep diri
sehari-hari, baik antara orang tua dengan tersebut, kiranya akan lebih membantu dan
anak, suami dengan isteri, sesama saudara memberi kemampuan dalam penilaian ke
dan antara seseorang dengan orang lain arah mana condongnya konsep diri seorang
dalam masyarakat (Sutan Tinggi Barani individu (Iskandar Zulkarnain, 2016: 5095-
Siregar, 2005: 81). Menurut aturan nilai 5099).
Tutur, setiap orang dalam menjalankan Konsep diri seseorang didasarkan
kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat pada persepsi dari reaksi-reaksi orang lain
harus dibangun dengan landasan: terhadap dirinya. (George Herbert Mead,
1. Marsihaholongan (saling mengasihi); 1972: 186 199; John Kinch dalam Fitts,
2. Marsipagodakkon (saling 1971: 12 13). Berbagai aspek tentang diri
membesarkan/saling mengangkat); yang telah dikemukakan saling tergantung
3. Marsihapadean (saling berbuat baik satu dengan yang lainnya. Secara bersama
antara satu dengan lainnya); mereka menampilkan suatu kesatuan yang
4. Marsibegean (saling mendengarkan), utuh dari pengertian diri, dan meski manusia
Marsilehenan (saling memberi); berubah dari situasi yang satu ke situasi
5. Marsipagabean (saling yang lain, diri juga memiliki kontinuitas dan
membahagiakan), Marsipangiboan kedinamisan.
(saling memberi belas kasihan);
6. Marsitolongan (saling menolong), 3. Psikologi Komunikasi
Marsilehenan (saling memberi); Dalam ilmu komunikasi, keterkaitan
7. Marsihargaan (saling menghargai); psikologi memang tidak bisa ditinggalkan.
8. Marsipaingotan (saling mengingatkan). Berdirinya ilmu komunikasi bahkan tidak
terlepas dari sumbangan para pakar
2. Konsep Diri psikologi seperti Kurt Lewin, Paul
Pengertian umum dari konsep diri Lazarzfeld dan Carl I Hovland. Meskipun
dalam psikologi adalah konsep pusat demikian, komunikasi bukanlah subdisiplin
(central construct) untuk dapat memahami dari ilmu psikologi. Komunikasi sebagai
manusia dan tingkah lakunya serta sebuah ilmu tersendiri memang menembus
merupakan suatu hal yang dipelajari banyak disiplin ilmu, seperti politik,
manusia melalui interaksinya dengan sosiologi, antropologi, dan bahasa.
dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungan Psikologi komunikasi mempunyai
nyata di sekitarnya. Konsep diri adalah batasan makna yang sangat luas, meliputi
pandangan dari diri setiap individu tentang segala penyampaian energi, gelombang
dirinya sendiri. Potret diri mental ini, suara, tanda diantara tempat, sistem atau
menurut Calhoun (1990: 67) memiliki 3 organisme. Kata komunikasi sendiri
dimensi, yaitu (1) pengetahuan individu dipergunakan sebagai proses, sebagai pesan,
tentang dirinya sendiri, (2) pengharapan sebagai pengaruh atau secara khusus sebagai
individu terhadap dirinya sendiri, dan (3) pesan pasien dalam psikoterapi.
penilaian individu tentang dirinya sendiri. Jadi psikologi komunikasi adalah
Pandangan seorang individu ilmu yang berusaha menguraikan,
terhadap dirinya sendiri, yang diperolehnya meramalkan dan mengendalikan peristiwa
dari informasi melalui interaksinya dengan mental dan behavioral dalam komunikasi.
orang-orang lain, yang dikenal dengan Peristiwa mental adalah internal mediation
3
https: www.ejurnal.stikpmedan.ac.id
Vol. 2 No.1 Oktober 2019
e-ISSN LIPI: 2622-7290
fisik dan psikis. Dalam perspektif psikologi, sesuatu seringkali seseorang harus
identitas fisik semua orang adalah berbeda melakukan sesuatu, dan dengan melakukan
satu sama lain, bahkan kembar identik sesuatu, seringkali individu harus menjadi
sekalipun memiliki perbedaan antara sesuatu.
mereka. Namun, psikis yang juga berbeda Dalam penelitian, peneliti
saat ditempatkan dalam konteks manusia melakukan wawancara kepada 3 orang
sebagai mahluk sosial, mau tidak mau yakni seorang Hatobangon (Tetua Adat),
membuat seseorang harus mentaati kaidah, Alak na Tobang (Orang Tua), dan Orang
peraturan, batasan, yang ada dalam pendatang yang menikahi perempuan
masyarakat untuk penerimaan dirinya dalam kelurahan Pasar Maga. Dalam hasil
kehidupan masyarakat. wawancara, Hatobangon Bapak Indra
Suku Mandailing yang Maulana Nasution mengatakan bahwa
mengamalkan filosofi masyarakat adat dalam konteks relasi sosial semua orang
Dalihan na Tolu sangat menjunjung tinggi Mandailing sudah memiliki identitas
kesetaraan dan penghargaan antara masing-masing sesuai dengan
kelompok dalam adat Dalihan na Tolu. kedudukannnya dalam masyarakat adat
Internalisasi nilai-nilai Dalihan na Tolu Dalihan na Tolu, seseorang bisa memiliki
termasuk diantaranya adalah nilai Tutur identitas diri sebagai bagian dari unsur
ditanamkan sejak dini kepada generasi Kahanggi, Mora, atau sebagai Anak Boru.
penerus suku Mandailing, hal yang sama Jika seseorang dari unsur Kahanggi maka
juga berlaku kepada orang yang menjadi dia akan menjadi orang yang berlaku dari
tamu atau pendatang diluar suku pihak laki-laki dalam keluarga, jika dia dari
Mandailing. unsur Mora maka dia akan berlaku sebagai
Dari hasil wawancara kepada pihak keluarga dari pihak perempuan dalam
Hatobangon (Tetua Adat) Pasar Maga yakni keluarga, sebaliknya jika seseorang berasal
bapak Indra Maulana Nasution beliau dari pihak Anak Boru maka dia akan
menuturkan bahwa penerapan adat Dalihan memerankan identitas sebagai pihak
na Tolu dan termasuk nilai Tutur, adalah menantu dari anak perempuan yang
wajib diajarkan dan diterapkan dalam dinikahinya.
kehidupan sehari-hari. Pembiasaan Dalam wawancara dengan Alak na
menggunakan Tutur dalam keluarga Tobang, Bapak Saleh Rangkuti menyatakan
Mandailing lazimnya dilakukan secara bahwa Tutur yang digunakan akan berbeda
informal, artinya pengajaran mengenai dengan identitas yang melekat pada diri
sapaan kepada orang lain itu diajarkan orang mereka masing-masing, penghormatan dan
tua kepada anak-anak mereka sendiri di penghargaan kepada pihak lain dari unsur
rumah. Dalihan na Tolu wajib dilakukan, dan tentu
saja syarat utama untuk mengetahui Tutur
1. Identitas Diri yang digunakan adalah dengan memahami
Identitas diri berkaitan erat dengan Dalihan na Tolu, sapaan kepada orang lain
diri sebagai pelaku. Identitas diri sangat juga wajib diketahui.
mempengaruhi tingkah laku seorang Febry Ichwan orang yang bersuku
individu, dan sebaliknya identitas diri juga Jawa yang menikahi perempuan dari
dipengaruhi oleh diri sebagai pelaku. Sejak kelurahan Pasar Maga menyatakan bahwa
kecil, individu cenderung untuk menilai atau dirinya sebagai orang dari luar suku
memberikan label pada orang lain maupun Mandailing serta berasal dari unsur Anak
pada dirinya sendiri berdasarkan tingkah Boru memerlukan waktu dan pengalaman
laku atau apa yang dilakukan seseorang. untuk bisa menyerap dan menginternasilisai
Dengan kata lain, untuk dapat menjadi nilai-nilai Dalihan na Tolu termasuk nilai
6
https: www.ejurnal.stikpmedan.ac.id
Vol. 2 No.1 Oktober 2019
e-ISSN LIPI: 2622-7290
Tutur yang digunakan dalam masyarakat Pelaku. Struktur masyarakat adat Dalihan
desa Pasar Maga. na Tolu juga memberikan kode etik perilaku
Bagi Febry, nilai Tutur ini berlaku dan peranan semua pihak dalam masyarakat.
secara universal, dan pengaplikasiannya Peranan berbeda melekat pada setiap orang
berlaku sama baik dalam aktifitas formal dalam relasi sosial dan diri dalam
maupun informal. Febry bercerita bermasyarakat, termasuk juga penggunaan
“Saya pernah ditegur oleh mertua Tutur. Patuturon antara orang perorang
perempuannya karena saya memanggil dalam masyarakat adat Dalihan na Tolu
ibu kepadanya. Mertua mengatakan tidak hanya memberikan nama sapaan
bahwa sapaan yang benar adalah kepada seseorang, namun juga memberikan
memanggilnya dengan sebutan landasan posisi dan peranannya dalam
Natulang. Mertuaku mengatakan masyarakat.
karena beliau bukan orang tua sedarah Dalam kajian literatur, posisi Mora
dari Anak Boru-nya, maka baiknya dalam masyarakat adat Dalihan na Tolu
dirinya wajib memanggilnya dengan mempunyai kedudukan tertinggi. Mereka
sapaan Natulang.” selalu dihormati, ucapan mereka selalu
berisikan doa dan nasehat-nasehat untuk
Febry juga menceritakan anak boru-nya dan mereka didudukkan
pengalaman lainnya ketika dirinya selalu di tempat terhormat dalam setiap
berbincang dengan saudara laki-laki dari acara adat, termasuk dalam menyelesaikan
mertua laki-lakinya. Febry memanggil berbagai permasalahan dan sengketa di
Abang kepada dia, namun dia marah karena tengah-tengah masyarakat (M. Zen Harahap
merasa ditempatkan tidak hormat karena Gelar Daulat Patuan H. Mulia
dipanggil dengan sapaan Abang, beliau Parlindungan).
mengatakan bahwa Febry mesti memanggil Dalam setiap acara adat, posisi mora
dirinya dengan sebutan Tulang. adalah penuntun dan penasehat (pangidoan
Pengalaman empirik tersebut poda) untuk suksesnya acara sebuah acara
merupakan pelajaran dan acuan bagi Febry (D.J. Gultom Raja Marpodang, 1992: 53).
sebagai pendatang. Internalisasi nilai-nilai Dalam adat, mora harus dihormati dengan
Partuturon dalam masyarakat adat Dalihan baik dan jika tidak diperdulikan dan
na Tolu merupakan sebuah keharusan dan dihormati, ibarat menantang matahari,
wajib diamalkan kepada semua orang yang sehingga akibatnya mata bisa menjadi gelap
berasal dari dalam maupun orang dari luar dan tidak tahu arah. Menurut paradaton
yang berhubungan dengan masyarakat adat pihak mora-lah tempat meminta berkah dan
Mandailing. Sapaan yang diterima Febry tuah, dan merekalah yang memberi doa restu
juga banyak kepada dirinya saat dirinya atas upacara adat, merekalah dongan tumahi
melakukan interaksi dengan orang lain atau teman meminta nasehat (Chairul
dalam masyarakat adat Mandailing, dirinya Anwar, 1997: 17).
disapa Bere oleh mertuanya; dirinya disapa Kedudukan dan peranan setiap pihak
amang boru oleh anak dari adik istrinya, dalam masyarakat adat Dalihan na Tolu
dirinya disapa Lae oleh Kahanggi; dan pada dasarnya telah menegaskan konsep diri
banyak sapaan lainnya. mereka sebagai pelaku aktivitas sosial baik
pada kegiatan formal maupun informal.
2. Diri Sebagai Pelaku Bapak Karto, perantauan asal Jawa Tengah
Penggunaan Partuturon dalam yang telah hampir 15 tahun menetap di
masyarakat adat Mandailing juga memiliki kelurahan Pasar Maga dalam wawancara
korelasi kepada pembentukan konsep diri dengan peneliti menyatakan bahwa dirinya
yang dipandang dari perspektif Diri sebagai menilai konsepsi adat Dalihan na Tolu
7
https: www.ejurnal.stikpmedan.ac.id
Vol. 2 No.1 Oktober 2019
e-ISSN LIPI: 2622-7290
pengajaran mengenai sapaan kepada orang Tutur, seseorang akan mampu mengemas
lain itu diajarkan orang tua kepada anak- pesan baik secara verbal maupun non verbal
anak mereka sendiri di rumah. dengan baik. Seseorang akan bisa memilah
Penguasaan Tutur penting bagi suku memilih kata yang tepat dan sopan, serta
Mandailing. Tutur merupakan konsepsi menempatkan lawan bicaranya secara tepat
budaya Mandailing berhubungan mengenai dan benar sesuai dengan kedudukan dan
panggilan keakraban atau sapaan keakraban peranannya.
antara seseorang dengan orang lain. Tutur Patuturon antara orang perorang
adalah hata bona atau kata dasar yang dalam masyarakat adat Dalihan na Tolu
menurut ilmu tata bahasa disebut sebagai tidak hanya memberikan nama sapaan
kata benda abstrak. Tutur merupakan kata- kepada seseorang, namun juga memberikan
kata kunci kekerabatan. Kata kunci itu landasan posisi dan peranannya dalam
menentukan posisi setiap orang dalam masyarakat. Internalisasi nilai-nilai
jaringan kekerabatan Dalihan na Tolu. Partuturon dalam masyarakat adat Dalihan
Setiap Tutur mengandung nilai na Tolu merupakan sebuah keharusan dan
moral, nilai etika, dan budi pekerti yang wajib diamalkan kepada semua orang yang
sangat tinggi nilai spritualnya, sehingga berasal dari dalam maupun orang dari luar
dengan mengamalkan makna setiap Tutur yang berhubungan dengan masyarakat adat
dapat memelihara keharmonisan, kerukunan Mandailing.
dan keakraban dalam rumah tangga dan
masyarakat. Dengan penguasaan kepada
Mead, G. H. (1972). Mind, Self & Society
Daftar Pustaka from the Stand-Point of a Social
Burns, R.B. 1993. Konsep Diri, Teori, Behaviorist. University of Chic. Press.
Pengukuran, Perkembangan, dan Moleng, Lexy J. (1995). Metodologi
Perilaku. Jakarta, Penerbit Arcan. Penelitian Kualitatif. Bandung:
Desa, Raja Imbang. (2010), Pelaksanaan Remaja Rosda Karya.
Perkawinan Melalui Norma Adat Nasution, Pandapotan. (2005), Adat
Dalihan na Tolu, cet. 1, Budaya Mandailing dalam Tantangan
Padangsidimpuan, Usaha Mandiri. Zaman, Cetakan Pertama, Medan,
Fitts, William H. 1971. The Self Concept FORKALA.
and Self Actualization. Los Angeles, Rahmat, Jalalludin. (2004). Psikologi
California, Western Psychological Komunikasi. Bandung, Remaja
Services A Division of Manson Rosdakarya.
Western Corporation. Siregar, Taufik. (2003), Keberadaan
G. Siregar Baumi Glr Ch. Sutan Tinggi Dalihan na Tolu di Tengah Kehidupan
Barani Perkasa Alam, (1984), Surat Berkeluarga, Laporan Penelitian
Tumbaga Holing Adat Batak Angkola Mandiri, Tidak Diterbitkan.
Mandailing. Padangsidimpuan, Firma. Zulkarnain, Iskandar. (2016) Interpersonal
Harahap, Basyral Hamidy. (2004), Siala Communication Effectiveness and the
Sampagul, Padangsidimpuan, Pustaka. Development of Self-Concept Through
Huitema, B.E (1990). The Analysis of a Self-Adjustment Amongst Disabled
Covarience and Alternatives. New Persons. The Social Science Journal.
York: Medwell Journals Publisher, Vol 11
McGraw-Hill. Issue 21. Page No: 5095-5099.