Anda di halaman 1dari 10

PENGENDALIAN MASALAH KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN

INFRASTUKTUR SERTA PENDIDIKAN DI KABUPATEN LEMBATA, PROVINSI NUSA


TENGGARA TIMUR DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN
PENDEKATAN TEORI MASALAH SOSIAL
Disusun untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Ganjil Mata Kuliah Sosiologi yang Diampu oleh
Bapak R. Derajad Sulistyo Widhyharto, S.Sos., M.Si.

Oleh
Qarra Salma Setiawan
( 20/463986/SV/18305 )

PEMBANGUNAN EKONOMI KEWILAYAHAN


DEPARTEMEN EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
ABSTRAK
Pembangunan ekonomi bertujuan untuk mengatasi masalah sosial dan ekonomi di suatu wilayah,
salah satunya mengatasi dan mengurangi kemiskinan dengan cara membangun daerah tersebut
supaya tidak menjadi daerah yang tertinggal, baik itu pendidikan, perekonomian, ataupun
pengetahuan dan perkembangan teknologi karena seluruh lapisan masyarakat berhak
mendapatkan hal yang sama, termasuk pemenuhan hak mereka untuk mendapatkan hidup yang
layak dan sejahtera. Dibutuhkan banyak disiplin ilmu untuk mengendalikan dan menyelesaikan
masalah sosial, tidak hanya disiplin ilmu ekonomi yang erat kaitannya dengan masalah
kemiskinan dan pembangunan infrastruktur serta pendidikan, sosiologi juga sangat berperan
penting dalam upaya pengendalian masalah sosial yang erat kaitannya dengan masyarakat.
Dalam perspektif sosiologi ada tiga teori yang berkorelasi dengan masalah sosial, di antaranya
yaitu teori fungsionalisme, teori konflik, dan teori interaksionalisme-simbolik. Masalah
kemiskinan dan ketimpangan infrastrukur serta pendidikan masih menjadi masalah yang krusial
di Indonesia bagian Timur, khususnya Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Permasalah
sosial tersebut disebabkan oleh pembangunan sosial, ekonomi, dan kualitas sumber daya
manusia masih terfokus di Pulau Jawa yang notabenenya kota metropolitan sekaligus menjadi
pusat pemerintahan di Indonesia. Oleh karena itu, untuk mengatasi dan mengendalikan masalah
kemiskinan dan ketimpangan pembangunan infrastruktur dan pendidikan dibutuhkan disiplin
ilmu atau pendekatan dari sisi sosiologi dan sisi ekonomi pembangunan.
LATAR BELAKANG
Menyelaraskan keinginan dan kebutuhan seluruh lapisan masyarakat dibutuhkan banyak
pendekatan disiplin ilmu untuk memecahkan permasalahan tersebut. Kemiskinan memang isu
yang erat kaitannya dengan ekonomi, namun disiplin ilmu lainnya tidak kalah penting dan
mempunyai peran serta pengaruh dalam menangani permasalahan sosial yang terjadi, salah
satunya adalah sosiologi yang erat kaitannya dengan pola perilaku manusia. Salah satu
permasalahan sosial yang masih menjadi fokus utama dan isu lanjutan di Indonesia adalah
kemiskinan karena memiliki jumlah penduduk keempat tertinggi di dunia. Menurut Badan Pusat
Statistik ( BPS ) tercatat persentase kemiskinan di Indonesia berdasarkan total keseluruhan
wilayah adalah 9,41%, sedangkan untuk tahun 2020 meningkat menjadi 9,78% , khususnya
Indonesia bagian Timur seperti Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua. Kabupaten Lembata
merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan persentase penduduk
miskin yang masih tinggi yaitu 26%. Hal itu terjadi karena Kabupaten Lembata menjadi salah
satu daerah tertinggal, sudah menjadi rahasia umum, bahwa pembangunan masih terfokus di
pulau Jawa.
Permasalahan ketimpangan pembangunan atau pembangunan yang belum merata di
seluruh wilayah Indonesia masih menjadi permasalahan dan menjadi fokus utama untuk
menangani permasalahan ketimpangan pembangunan, khususnya beberapa wilayah Indonesia
bagian Timur, khususnya Kabupaten Lembata. Pembangunan yang belum merata ini apabila
dikaitkan dengan disiplin ilmu sosiologi ada pada teori fungsionalisme, yaitu ada beberapa pihak
baik itu instansi pemerintahan, ataupun masyarakat yang belum menjalankan fungsi dan peran
mereka dengan baik. Ketimpangan pembangunan infrastruktur dan pendidikan di Kabupaten
Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur menyebabkan angka kemiskinan semakin meningkat,
tingkat kesejahteraan dan kehidupan yang layak pun terus menurun. Oleh karena itu, untuk
mengatasi permasalahan sosial dibutuhkan banyak disiplin ilmu untuk mengendalikan masalah
sosial, dalam penulisan paper ini saya mengangkat tema yang masih jadi sorotan pemerintah
untuk mengurangi angka kemiskinan dan ketimpangan pembangunan, selain itu kemiskinan dan
ketimpangan merupakan bagian dari masalah sosial yang merupakan bagian dari kajian sosiologi
serta menjadi isu atau masalah utama bagi pembangunan ekonomi.
TINJAUAN LITERATUR
Studi terdahulu yang diambil oleh penulis adalah pertama, karya dari Yanto Kambaru
Njuka Tehik dan Anastasia Diana Megawati Tumimomor yang berjudul “Analisis Determinan
Kemiskinan di Provinsi Nusa Tenggara Timur”. Hal ini sangat berkaitan dengan masalah
kemiskinan di Lembata yang merupakan bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jumlah
penduduk yang tinggi serta tidak diimbangi dengan penyediaan lapangan pekerjaan menjadi
alasan persentase kemiskinan tinggi. Hal ini berkaitan secara tidak langsung dengan
pembangunan dan penyediaan sarana dan prasarana yang jauh dari kata lengkap, jika
dibandingkan dengan pembangunan dan perkembangan di pulau Jawa masih sangat terlihat
adanya kesenjangan atau ketimpangan dalam hal pembangunan infrastruktur dan pendidikan,
sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keluar dari garis kemiskinan masyarakat
Provinsi Nusa Tenggara Timur, khususnya Kabupaten Lembata sangat sulit.
Studi terdahulu yang diambil oleh penulis yang kedua, karya dari Munifatuzzahra yang
berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Nusa Tenggara
Timur Tahun 2011-2015”. Sangat relevan dengan permasalahan sosial yang dibahas pada
penelitian ini, salah satu tolok ukur dalam keberhasilan pembangunan suatu Negara dapat dilihat
dari menurunnya jumlah penduduk miskin, begitupun sebalikanya menurunnya kemiskinan
dilihat dari tingkat keberhasilan suatu Negara untuk melakukan pembangunan di segala aspek,
termasuk pembangunan ekonomi, infrastruktur dan pendidikan.
Studi terdahulu yang diambil oleh penulis yang ketiga yang berjudul “Pengaruh Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Tingkat
Kemiskinan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)”. Untuk mengurangi dan mengendalikan
masalah kemiskinan kita dapat mengupayakan dari indikator IPM yakni pendidikan, kesehatan,
dan tingkat kemampuan ekonomi. Kemiskinan akan menurun apabila ketiga indikator IPM
berhasil mencapai target dan terealisasikan dengan baik, supaya tidak ada lagi ketimpangan. Dari
segi pendidikan utamanya sangat penting untuk membangun suatu daerah supaya tidak
tertinggal, sehingga untuk mengatasi masalah kemiskinan yang pertama adalah kualitas sumber
daya manusia harus terus ditingkatkan melalui pendidikan, sehingga masyarakat tradisional
sedikit demi sedikit akan memiliki pikiran terbuka dan mau menerima perubahan, supaya
kehidupan masyarakatnya lebih sejahtera.
Studi terdahulu yang diambil oleh penulis yang keempat, karya dari Muhamad Zuldin
yang berjudul “Ketimpangan Sebagai Penyebab Konflik : Kajian Atas Teori Sosial
Kontemporer”. Pada dasarnya konflik akan selalu ada dan melekat pada masyarakat, salah satu
penyebab konflik adalah membedakan orang lain berdasarkan kepemilikan modal, status,
prestise, pendidikan, dan kekayaan. Hal ini, akan menimbulkan kesenjangan sosial karena terjadi
ketimpangan di dalam kehidupan masyarakat yang disebabkan oleh stratifikasi. Apabila kita
fokuskan pada ketimpangan pembangunan di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur dengan
di Pulau Jawa terlihat sangat jelas perbedaan yang signifikan. Kondisi seperti ini yang akan
menimbulkan konflik, sebab keinginan masyarakat Kabupaten Lembata, untuk hidup lebih layak,
belum terpenuhi dengan baik.
Ada tiga teori dari beberapa perspektif tokoh sosiologi yang merumuskan mengenai
masalah sosial dalam sosiologi, pertama yaitu teori fungsionalisme yang merupakan hasil
pemikiran dan juga dikembangkan oleh tiga tokoh sosiologi yang pertama yaitu Emile Durkheim,
Talcott Parsons, dan Robert K. Merton. Fokus teori fungsionalisme adalah ancaman terhadap
tatanan sosial, menurut teori fungsionalisme masalah sosial terjadi karena kegagalan suatu
institusi sosial, kelompok, dan bagian lain masyarakat untuk menjalankan fungsi sesuai dengan
peran dan fungsi masing – masing. Teori konflik dikembangkan oleh Karl Max dan Ralf
Dahrendorf yang memfokuskan masalah sosial ada hubungannya atau berkontribusi dengan
konflik sosial. Konflik dapat menjadi salah satu pemicu masalah sosial, salah satunya ialah
pengaruh dan kekuasaan kelompok yang lebih kuat dari segi ekonomi atau kedudukan sehingga
kelompok kecil akan merasa tertindas, Selanjutnya, teori interaksionalisme-simbolik.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Data dan informasi tentang kondisi yang mempengaruhi angka kemiskinan di Kabupaten
Lembata. Angka kemiskinan dipengaruhi oleh beberapa indikator seperti tingkat pengangguran,
jumlah penduduk, dan pendidikan. Tingkat pendidikan di Kabupaten Lembata relatif masih
rendah pada tahun 2018 tingkat pendidikan di sembilan kecamatan Kabupaten Lembata yaitu 171
dari total keseluruhan jenjang pendidikan, persentase masyarakat menuntaskan pendidikan
( lulus ) rata – rata kebanyakannya hanya sampai tingkat SD, angka kemiskinan di Lembata 26%,
tingkat kesehatan penduduk relatif rendah karena sanitasi yang buruk menyebabkan penyakit
yang berhubungan dengan pencernaan ( diare ), selanjutnya yaitu kondisi perumahan di
Kabupaten Lembata masih ada satu rumah yang ditinggali oleh dua atau bahkan tiga kepala
keluarga, hal tersebut juga menjadi kategori suatu daerah dikatakan miskin, sanitasi di 83 Desa di
Kabupaten Lembata masih sangat buruk. Infrastruktur yang kurang kurang baik juga akan
menghambat kegiatan perekonomian. Jalan atau infrastruktur yang buruk membuat masyarakat
kesulitan mengembangkan potensi, biaya produksi menjadi mahal karena aksesibilitas dan
distribusi barang sampai ke tangan konsumen membutuhkan biaya yang mahal, hal ini membuat
Kabupaten Lembata kesulitan mencapai kesejahteraan karena kemiskinan yang tinggi dan
kurangnya kolaborasi atau koordinasi antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat
( provinsi NTT ) dalam menuntaskan permasalahan pembangunan yang layak dan merata
terutama untuk masalah sanitasi serta kemiskinan.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kemiskinan menjadi masalah sosial yang
kompleks, sebab dampaknya sangat luas tidak hanya mencakup satu aspek saja, tetapi sampai
bada kehidupan sosial, kebiasaan, bahkan budaya. Kemiskinan dan ketimpangan pembangunan
infrastruktur dan pendidikan di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur menjadi masalah
sosial yang krusial. Hal tersebut akan berimbas pada Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ) di
Provinsi Nusa Tenggara Timur yang masih di angka 63.08% yang masih rendah dan tertinggal
karena IPM secara nasional persentasenya sudah mencapai 71%. Persentase kemiskinan masih
belum ada perubahan selama satu dasawarsa, sangat sulit menurunkan angka kemiskinan di
Kabupaten Lembata, sebab ada empat belas indikator yang menjadi tolok ukur mengukur
kemiskinan terutama
yang berhubungan dengan masalah pembangunan infrastruktur, permukiman, pendidikan, dan
pemberdayaan kualitas sumber daya manusia. Faktor ekonomi yang memengaruhi di antaranya
distribusi kekayaan yang tidak merata, terlihat sangat jelas perbedaan antara tingkat pendapatan
masyarakat di Pulau Jawa dengan di Nusa Tenggara Timur, khususnya Kabupaten Lembata.
Padahal, apabila pemerintah daerah dan pemerintah pusat mampu untuk mengelola dan
mengoptimalkan potensi sumber daya alam Kabupaten Lembata, serta meningkatkan kualitas
sumber daya manusia di sana, maka pendapatan masyarakat di Kabupaten Lembata akan
mengalami progress dan pertumbuhan ekonomi. Ketimpangan pembangunan yang terjadi di
kawasan Indonesia Timur dapat dilihat dari pemerataan pembangunan infrastruktur seperti jalan,
jembatan, pelabuhan dan bandar udara yang masih sangat minim di wilayah Indonesia Timur.
Belum berkembangnya koordinasi, sinergitas, dan kerjasama di antara pelaku - pelaku
pengembangan kawasan baik pemerintah, swasta, lembaga non pemerintah, serta antara pusat,
provinsi, dan kabupaten atau kota dalam upaya peningkatan pembangunan infrastruktur. Hal
tersebut berkaitan erat dengan teori fungsionalisme yang merupakan hasil pemikiran dan juga
dikembangkan oleh tiga tokoh sosiologi yang pertama yaitu Emile Durkheim, Talcott Parsons,
dan Robert K. Merton. Fokus teori fungsionalisme adalah ancaman terhadap tatanan sosial,
menurut teori fungsionalisme masalah sosial terjadi karena kegagalan suatu institusi sosial,
kelompok, dan bagian lain masyarakat untuk menjalankan fungsi sesuai dengan peran dan fungsi
masing – masing. Seluruh lapisan masyarakat, termasuk dengan pemerintah ataupun lembaga
mempunyai tujuan yang sama yakni mengurangi masalah sosial dengan menjalankan peran serta
tugas sesuai dengan fungsinya. Berdasarkan patologi sosial, masalah sosial dianalogikan sebagai
penyakit terjadi karena salah satu sistem atau organ dalam tubuh manusia ada yang tidak
berfungsi dengan baik. Adanya ketidakselarasan dan regulasi yang baik antara peran dan fungsi
pemerintah daerah dengan pemerintah pusat.
Ketimpangan pembangunan infrastruktur dan pendidikan di Kabupaten Lembata, Nusa
Tenggara Timur akan membuat masyarakat setempat semakin tertinggal dari segi ilmu
pengetahuan dan teknologi. Jika kondisi tersebut dibiarkan berlarut maka akan timbul konflik,
seperti kecemburuan sosial karena merasa daerahnya dinomor duakan ( tidak diprioritaskan ).
Sehingga, hal ini berkaitan dengan teori konflik dikembangkan oleh Karl Max dan Ralf
Dahrendorf yang memfokuskan masalah sosial ada hubungannya atau berkontribusi dengan
konflik sosial. Konflik dapat menjadi salah satu pemicu masalah sosial, salah satunya ialah
pengaruh dan kekuasaan kelompok yang lebih kuat dari segi ekonomi atau kedudukan sehingga
kelompok kecil akan merasa tertindas, bahkan cara seseorang memperlakukan kelompok yang
mempunyai pengaruh dan kekuatan lebih tinggi akan lebih dihargai dan diperlakukan baik,
sebaliknya kelompok kecil akan merasa adanya ketidakadilan, hal ini juga termasuk ke dalam
masalah sosial.
Kriminalitas menjadi salah satu dampak dari kemiskinan dan ketimpangan pembangunan
infrastruktur dan pendidikan. Seperti pada teori interaksionalisme-simbolis yang dikembangkan
oleh George H. Mead, Charles Horton Couley, dan Erving Goffman, interaksi negatif
antarindividu. Dapat dikorelasikan dengan kriminalitas sebagai masalah sosial yang merupakan
dampak dari kemiskinan dan ketimpangan pembangunan infrastruktur serta pendidikan.
Kriminalitas meningkat sebagai akibat dari meningkatnya kemiskinan dan ketimpangan
pembangunan infrastruktur serta pendidikan, hal ini erat kaitannya dengan teori interaksionalisme
simbolis yang memnadang bahwa masalah sosial muncul karena pergaulan dengan pelanggar
hukum dan pelabelan karakter yang buruk, seperti kasus kriminalitas pencuri mempunyai label
buruk.
Permasalahan – permasalahan sosial seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat
diatasi dengan memperbaiki kualitas sumber daya manusia dengan cara lebih meningkatkan
pendidikan dan pengetahuan ilmu serta teknologi untuk membuat pola pikir masyarakat
Kabupaten Lembata lebih terbuka dan mau menerima perubahan sosial yang mengacu pada
modernitas. Hal ini akan sangat membantu meningkatkan kualitas dan taraf hidup masyarakat
Kabupaten Lembata. Melalui sosiologi, pendekatan penerapan pendidikan yang lebih
komprehensif dapat melalui sosialisasi kepada masyarakat tentang betapa pentingnya pendidikan.
Dari sisi ekonominya, pemerintah dapat memberikan bantuan biaya atau subsidi untuk anggaran
pendidikan, baik itu menyediakan tenaga pendidik yang berkualitas, ataupun bangunan sekolah
yang layak dan nyaman untuk belajar. Memberikan pelatihan dan pemberdayaan keterampilan
masyarakat Kabupaten Lembata supaya tetap dapat produktif dan menghasilkan pendapatan.
Pemerintah daerah dan SKPD dapat lebih memperhatikan dan memfokuskan pembangunan
infrastruktur, seperti perbaikan akses jalan, jembatan, dan sarana transportasi.
KESIMPULAN
Masalah merupakan situasi dan kondisi di mana harapan seseorang atau kelompok
masyarakat realitanya tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Namun, masalah sosial
dampaknya tidak hanya pada individu saja, tetapi berdampak pada masyarakat luas. Kemiskinan
dan ketimpangan infrastruktur serta pendidikan merupakan bagian dari masalah sosial krusial dan
menjadi sorotan di beberapa Negara berkembang, salah satunya Indonesia, khususnya Kabupaten
Lembata, Nusa Tenggara Timur. Ketimpangan pembangunan infrastruktur dan pendidikan di
Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur akan membuat masyarakat setempat semakin
tertinggal dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemiskinan merupakan masalah sosial yang
krusial dan kompleks karena berdampak tidak hanya pada satu hal saja, tetapi banyak dimensi
yang terkena dampak atau imbas dari kemiskinan yang notabenenya masalah sosial yang harus
diselesaikan bersama – sama antara pemerintah, masyarakat, ataupun pihak swasta. Pengendalian
permasalahan kemiskinan dan ketimpangan pembangunan infrastruktur serta pendidik, dapat
dengan cara mengoptimalkan peran dan fungsi pihak pemerintah, instansi, atau tokoh masyarakat
bahkan masyarakat itu sendiri. Pada hakikatnya keseluruhan pihak yang terlibat mempunyai fungsi
dan perannya masing – masing, maka ketika mereka menjalankan peran dan fungsi mereka dengan
baik tanpa terjadi penyimpangan, maka tujuan untuk mengatasi dan mengurangi angka kemiskinan
dan ketimpangan pembangunan insfrastruktur serta pendidikan di Kabupaten Lembata, Nusa
Tenggara Timur dapat dikendalikan sehingga mereka tidak lagi merasa ada ketimpangan
pembangunan.

CATATAN KRTIS
Untuk pemerintah daerah dan pemerintah pusat harus lebih meningkatkan integritas dan
koordinasi supaya apa yang menjadi visi dan misi seorang pemimpin pusat ataupun daerah
dengan memperhatikan pembangunan – pembangunan, baik dari sisi ekonomi, sosial, ataupun
budaya di setiap daerah, terutama daerah terpencil supaya menjadi daerah yang maju dan
sejahtera. Memberikan dana atau anggaran khusus untuk daerah yang tertinggal, seperti
Kabupaten Lembata untuk membangun sektor perekonomian yang lebih baik, contohnya
mengoptimalkan sumber daya alam, baik itu untuk kebutuhan sehari – hari bahkan sampai
menjadi objek pariwisata yang menarik wisatawan lokal, maupun mancanegara.

DAFTAR PUSTAKA

Sosiologi: Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial untuk SMA/MA ( Kun Maryati-Juju


Suryawati - Esis – 2014)
Munifatuzzahra. ( 2015 ) Jurnal Artikel Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan
Di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2011-2015

Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur ( 2015 ). Seri Analisis Pembangunan
Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur 2015

Pendidikan Kabupaten Lembata Posted Ntt -


https://kepulauanntt.blogspot.com/2016/09/pendidikan-kabupaten-lembata.html
Kesehatan Dan Kemiskinan Perburuk Ipm Di Lembata Mediaindonesia.com Developer –
https://mediaindonesia.com/nusantara/291265/kesehatan-dan-kemiskinan-perburuk-ipm-
di-lembata
Keindahan Di Balik Buruknya Infrastruktur Jalan Di Lembata
Chris Parera - https://news.detik.com/kolom/d-4659196/keindahan-di-balik-buruknya-
infrastruktur-jalan-di-lembata

Anda mungkin juga menyukai