Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN HASIL PENELITIAN

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS DALAM MENYIKAPI

KETIMPANGAN SOSIAL DI BIDANG PENDIDIKAN

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI

SULAWESI SELATAN

DISUSUN OLEH:

FELYA ANASTASIA

XII IPS 1

SMA NEGERI 1 KENDARI

2020/2021
ABSTRAK

Masalah yang dibahas dalam laporan penelitian ini adalah tentang

ketimpangan pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi

Sulawesi Selatan. Laporan ini bertujuan untuk menganalisis seberapa

besar ketimpangan pendidikan dan faktor-faktor apa saja yang

dominan mempengaruhinya serta seberapa besar pengaruhnya terhadap

pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan. Adapun metode

yang digunakan dalam laporan ini adalah metode kajian pustaka

dengan cara membaca artikel, mencari informasi di media sosial serta

peningkatan dan perkembangan mutu pendidikan di daerah Sulawesi

Selatan. Hasil Penelitian memperlihatkan bahwa ketimpangan

pendidikan di Provinsi Sulawesi Selatan berada pada tingkat

ketimpangan rendah.

Kata Kunci : Ketimpangan pendidikan.


ABSTRACK

The problem discussed in this research report concerns the inequality of

education on economic growth in the province of South Sulawesi. This

report aims to analyze how big the inequality in education is and what

factors predominantly influence it and how much influence it has on

economic growth in South Sulawesi Province. The method used in this

report is the literature review method by reading articles, searching for

information on social media and improving and developing the quality of

education in the South Sulawesi area. The results showed that education

inequality in South Sulawesi Province was at a low level of inequality.

Key words: Education inequality.

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan menjadikan pendidikan sebagai faktor yang

penting dalam pembentukan human capital. Human capital merupakan salah satu

faktor yang penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi selain faktor modal

fisik dan tenaga kerja. Penelitian sebelumnya cenderung menempatkan human

capital sebagai faktor tak langsung dalam pertumbuhan ekonomi karena dianggap

tergabung dengan kemajuan teknologi.

Pembangunan merupakan suatu kombinasi proses perubahan mendasar

atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi, infrastruktur dan lainnya,

Untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia. Proses pembangunan memiliki

tiga tujuan yaitu peningkatan standar hidup (pendapatan, penyediaan lapangan

kerja, perbaikan kualitas pendidikan, peningkatan perhatian atas nilai-nilai

kultural dan kemanusiaan) dan perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial.

Pendidikan merupakan modal utama untuk hidup di zaman yang penuh

persaingan seperti saat ini. Zaman modernisasi dan globalisasi dibutuhkan

keterampilan, wawasan dan pengetahuan agar bisa bersaing di dunia pendidikan

maupun dunia kerja. Ketiga hal tersebut dapat diperoleh melalui lembaga

pendidikan formal. Lembaga pendidikan formal merupakan lembaga utama

pengembangan pengetahuan, melatih kemampuan dan keahlian, menanamkan

sikap modern pada individu,dan lain-lain. Warga Indonesia masih banyak yang

tidak mengindahkan pentingnya pendidikan bagi kehidupannya. Masyarakat yang

tidak menyadari pentingnya pendidikan formal akan menjadi masyarakat minim

pengetahuan, kurang keterampilan, dan kurang keahlian.


Lembaga pendidikan adalah lembaga atau tempat berlangsungnya proses

pendidikan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku individu

ke arah yang lebih baik melalui interaksi dengan lingkungan sekitar.

UndangUndang No. 20 (2003:72), lembaga pendidikan formal adalah jalur

pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Lembaga pendidikan formal terdiri

dari lembaga pendidikan play group, taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah

menengah pertama, sekolah menengah atas, dan perguruan tinggi. 3 Lembaga

pendidikan formal berorientasi pada pengembangan manusia Indonesia seutuhnya.

Undang-Undang No. 20 (2003:72), lembaga pendidikan non formal

adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dilaksanakan secara

terstruktur dan berjenjang. Lembaga pendidikan nonformal adalah lembaga

pendidikan yang disediakan bagi warga negara yang tidak sempat mengikuti

ataupun menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu dalam pendidikan

formal.

Ketimpangan sosial merupakan fenomena masyarakat yang bersifat

global, terjadi baik di negara maju ataupun terbelakang. Bahkan proses integrasi

ekonomi global cenderung akan mempertajam perbedaan kelompok kaya dan

kelompok miskin.

Bagi negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia, ketimpangan

sosial merupakan ancaman keamanan nasional sebab ketimpangan sosial ini akan

berakumulasi dan bersinergi dengan berbagai persoalan masyarakat yang


kompleks yang dapat menjadi penghambat pembangunan negara (Rangga,

2009:3).

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dengan latar belakang diatas, maka pertanyaan untuk

penelitian ini adalah :

Apakah ada pengaruh ketimpangan pendidikan terhadap pertumbuhan

ekonomi di provinsi Sulawesi Selatan ?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Untuk Mengetahui apakah ada pengaruh ketimpangan pendidikan

terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi Sulawesi Selatan.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi

yang dapat dimanfaatkan masyarakat dalam usaha mengurangi ketimpangan

pendidikan di provinsi sulawesi selatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sebagaimana tercermin dari rumusan masalah yang telah di kemukakan pada

bab sebelumnya, laporan ini akan mendeskripsikan mengenai pengaruh

pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

1. Pertumbuhan Ekonomi

Salah satu teori pertumbuhan ekonomi yang menjadi rujukan adalah teori

pertumbuhan Solow-Swan. Model Solow dirancang untuk menunjukkan

bagaimana pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja,

dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam perekonomian, serta

bagaimana pengaruhnya terhadap output barang dan jasa suatu negara

secara keseluruhan. Teori pertumbuhan neoklasik Solow merupakan pilar

yang sangat memberi kontribusi terhadap teori pertumbuhan neoklasik,

Model Solow merupakan pengembangan dari formulasi Harrod-Domar

dengan menambahkan kedua yakni tenaga kerja dengan menambahkan

variabel independen teknologi kedalam persamaan pertumbuhan. Namun,

berbeda dengan Harrod- Domar yang mengasumsikan skala hasil tetap

(constant return to scale) dengan koefisien baku, model Solow berpegang

pada konsep skala hasil yang terus berkurang (diminishing return to scale)

dari input tenaga kerja dan modal jika keduanya dianalisis terpisah. Pada

teori pertumbuhan neoklasik Solow, kemajuan teknologi mengarah ke

pertumbuhan yang berkelanjutan dalam output per pekerja. Sebaliknya,

tingkat tabungan mengarah ke tingkat pertumbuhan yang tinggi hanya

jika kondisi mapan tercapai. Model Solow menganggap kemajuan

teknologi sebagai variabel eksogen. Salah satu kritik terhadap model


pertumbuhan Solow adalah penggunaan asumsi perbaikan teknologi yang

kurang spesifik, memicu munculnya konsep teori pertumbuhan endogen.

2. Pendidikan

pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk mempersiapkan

generasi muda melalui peningkatan pengetahuan diri dalam menghadapi

dunia kerja. Secara umum dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan adalah kebutuhan manusia

yang paling esensial, karena pendidikanlah yang membuat manusia

tumbuh dan berkembang baik fisik, psikis maupun akal pikirannya.

Pendidikan membuat manusia menjadi mahkluk yang beradab, dengan

pendidikan manusia memakmurkan kehidupan di atas bumi ini,

membangun peradaban, mengembangkan kepribadiannya serta

memahami posisinya sebagai mahkluk Tuhan.

3. Ketimpangan Pendidikan

Ketimpangan pendidikan merupakan suatu kondisi yang menggambarkan

pemerataan pendidikan yang diterima oleh masyarakat. Ketimpangan

pendidikan menjadi sangat penting dalam mengetahui efektifitas dari

sistem pendidikan dan sebagai alat ukur untuk mengevaluasi proses


pendidikan. Ketimpangan pendidikan dapat diakibatkan oleh berbagai

macam faktor yang terkait dengan akses terhadap jenjang pendidikan.

Yagami (2013) menyatakan bahwa ketimpangan pendidikan merupakan

adanya ketidaksesuain antara apa yang seharusnya atau apa yang

diharapkan dengan apa yang terjadi. Artinya pembangunan pendidikan

harus merata tanpa perbedaan apapun, agar rakyat atau masyarakat dapat

menikmati pendidikan yang layak dan bermutu.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif

kualitatif. Sebagaimana menurut Sugiyono (2010,13) penelitian kualitatif

dilakukan pada kondisi alami dan menghasilkan data berupa kata-kata,

bukan menekankan pada angka. Berkaitan dengan konteks penelitian, data

yang berupa kata-kata tersebut digunakan dalam penelitian ini untuk

menggambarkan mengenai pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi di

daerah yang diteliti.


B. Lokasi dan Informasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

Alasannya, di daerah ini terdapat kesenjangan peluang (meskipun kurang

nampak) antara keluarga yang memiliki akses terhadap pendidikan dengan

keluarga pendidikan ekonomi lemah.

Informasi dalam penelitian ini di dapatkan dari beberapa situs web yang

membahas ketimpangan sosial dibidang pendidikan terhadap pertumbuhan

ekonomi didaerah Provinsi Sulawesi Selatan. Selain itu, data dari laporan ini

di dapatkan dengan menonton beberapa tayangan berita ditelevisi yang

menggambarkan atau yang sedang mengilustrasikan mengenai pendidikan

terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini juga di buat berdasarkan

rasional yang dimana maksudnya penelitian atau data-datanya harus masuk

akal sehingga dapat dijangkau oleh nalar pembaca.

C. Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini berasal dari sumber primer, yaitu di kumpulkan dari

hasil pengamapatan beberapa informan yang membahas akan masalah dari

laporan ini. Data tersebut di peroleh dengan menggunakan teknik pengamatan

non-partisipan tak berstruktur dan menganalisis data dari informan.

Berdasarkan aspek-aspek yang ingin dikaji, kegiatan wawancara di fokuskan

untuk menggali informasi mengenai pertumbuhan ekonomi dibidang

pendidikan didaerah Provinsi Sulawesi Selatan.

D. Teknik Analisis Data


Data yang terkumpul melalui berbagai metode sebagaimana diuraikan di

atas selanjutnya diolah dengan menggunakan teknik analisis kualitatif. Proses

analisis data dalam penelitian ini meliputi pemilahan, kategorisasi, evaluasi,

pembandingan, dan sintesis dari semua data yang di peroleh beberapa informan.

Data yang telah di analisis tersebut selanjutnya di sajikan dalam bentuk narasi

secara deskriptif sehingga di peroleh jawaban dan gambaran terhadap aspek-aspek

penelitian sebagaimana dikemukakan dalam rumusan masalah.

BAB IV

PEMBAHASAN

Pendidikan yang telah diatur oleh Undang-Undang Dasar Republik Indonesia


Tahun 1945 menjadi hak dasar bagi seluruh warga negara Indonesia untuk
mendapatkan pendidikan secara merata dan maksimal, sebagai hak dasar maka
negara yang dalam hal ini pemerintah yang menjadi penanggung jawab harus
memenuhi hak mendapatkan pendidikan tersebut dengan baik.
Di Indonesia telah menyatakan pentingnya pendidikan terhadap seluruh warga
negara Indonesia, hal ini sebagaimana telah diamanatkan di dalam Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yakni setiap warga negara
berhak mendapatkan pendidikan dan Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan, dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.

Fungsi pendidikan nasional yang ditegaskan dalam UU Sisdiknas


mengisyaratkan tiga ranah tujuan sebagai tujuan utuh pendidikan yang harus
di
capai. Ketiga ranah itu adalah pengembangan watak dan peradaban bangsa,
pencerdasan kehidupan bangsa, dan pengembangan potensi peserta didik.
(Sunaryo, 2009). Oleh karena itu, perlu dikemukakan mengenai faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya ketimpangan sosial dalam bidang pendidikan.
Beberapa faktor tersebut secara lengkap dijelaskan sebagai berikut :

1. Rendahnya kualitas sarana sekolah.


Sarana sebagai salah satu penunjang kebutuhan keberlangsungan pendidikan
menjadi bagian penting, seperti gedung sekolah, media belajar, fasilitas
perpustakaan, laboratorium, dan lain-lain. Sarana pembelajaran menjadi
terpuruk atau rendah terutama bagi penduduk yang di daerah
terpencil/pelosok. Jika dibandingkan dengan dengan kualitas fisik yang berada
di kota-kota besar, mereka memiliki fasilitas-fasilitas yang memadai, mulai
dengan pembangunan gedung, media belajar yang lengkap, dan sebagainya.
Berkenaan dengan pemikiran yang disampaikan oleh penulis dimana
rendahnya kualitas sarana sekolah dapat menyebabkan ketimpangan sangat
jelas terlihat dari sekolah yang ada di kota maupun di desa yang dilihat dari
fasilitas sekolah yang mereka miliki.

2. Rendahnya kualitas guru.


Kualitas pendidikan dapat ditentukan dengan sumber daya manusia
(pengajar/guru/dosen) yang memiliki kompetensi dalam menjalankan
pendidikan kepada peserta didik. Tenaga pengajar (guru) menjadi harapan
bagi peserta didik untuk dapat mentransfer ilmu pengetahuan. Secara kualitas
mutu guru di negara ini pada umumnya masih rendah. Para guru di Indonesia
kurang bisa memainkan fungsinya dengan optimal. Kurangnya pengoptimalan
yang dilakukan guru disebabkan karena pemerintah masih kurang
memperhatikan para pengajar, khususnya dalam upaya meningkatkan
profesionalismenya. Sedangkan secara kuantitatif sebenarnya jumlah guru di
Indonesia relatif tidak buruk. (Anwar, 2017)

3. Rendahnya kesadaran kebersihan sekolah


Selain itu juga disebutkan oleh (Hidayat, M 2014) bahwa kebersihan kantin
sekolah masih jauh dari prinsip hygiene sanitasi makanan. Selain itu akibat
tidak cukup tersedianya fasilitas dasar sanitasi tersebut akan mempengaruhi
aspek lingkungan fisik sekolah yang lain seperti pengelolaan sampah yang
tidak benar. Dampak lain dari tidak tersedianya tempat sampah yang
disebutkan penulis menyebabkan sampah berserakan dan halaman sekolah
menjadi kotor dan meningkatkan distribusi lalat, tikus dan vektor penyakit
lainnya.

4.Faktor infrastruktur.
Infrastruktur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan. Aspek infrastruktur yang berkaitan dengan
tercapainya pendidikan tidak hanya jumlah dan kondisi fisik sekolah, akan
tetapi mengenai aksesibilitas menuju lokasi sekolah yang memberikan
kemudahan bagi peserta didik (Anwar, 2017). Hal ini menjadi bertolak
belakang dengan daerah yang berada di pelosok, sehingga akses menuju
sekolah sulit untuk ditempuh dan cenderung menghambat kelancaran proses
belajar dari peserta didik.

5 Jumlah dan kualitas buku (referensi).


Buku atau referensi merupakan unsur yang mampu membantu peserta didik
dan tenaga pengajar untuk memudahkan proses belajar mengajar.
Ketersediaan
dan kualitas buku menjadi penting untuk keberlangsungan pendidikan,
sebagaimana disebutkan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki
sarana
yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya,
bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. (Riana, 2015)

6. Mahalnya biaya pendidikan.


Biaya pendidikan menjadi acuan dalam mendapatkan pendidikan dengan
kualitas masing-masing, seperti biaya sekolah yang mahal akan mendapatkan
banyak fasilitas yang sangat memadai sebagai penunjang, sebaliknya biaya
yang murah hanya terdapat fasilitas penunjang seadanya. Adanya anggaran
yang diberikan oleh pemerintah diharapkan dapat memberikan keringanan
biaya khususnya bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Namun
realitasnya, selama ini belum dapat dimaksimalkan anggaran tersebut dan
belum ada pemerataannya.

7. Standarisasi Pendidikan yakni Sekolah Berstandar Nasional (SBN) dan


Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).
Faktor ini menjadi sorotan yang berdampak pada kesenjangan sosial yang
terjadi di masyarakat. Adanya pengelompokan sekolah tersebut berdampak
pada mutu dan pelayanan yang diberikan, pemerintah sebagai pemangku
kebijakan harus berdasar pada landasan konstitusional bahwa pendidikan
adalah hak warga negara, artinya pemenuhan hak pendidikan tersebut
harusnya sama tidak ada perbedaan satu dengan lainnya. Kebijakan
pemerintah mengenai RSBI justru menciptakan kesenjangan yang mencolok
mengenai mutu dan pelayanan pendidikan. Pada dasarnya mutu pendidikan
yang baik bukan hanya untuk sekelompok orang, melainkan untuk semua anak
bangsa. (Hidayat, 2017)

Terjadinya ketimpangan sosial dari faktor ekonomi

Karena adanya perbedaan batas kemampuan finansial dan status sosial di antara

masyarakat yang hidup di sebuah lingkungan tertentu. Ketimpangan sosial

bertolak belakang dengan sila ke-5 Pancasila yang berbunyi “Keadilan Sosial

bagiSeluruh Rakyat Indonesia.” Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia berarti

seluruh masyarakat Indonesia harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk

menjadi individu yang memiliki akses ke faktor-faktor ekonomi dengan prinsip

kesetaraan, akses pendidikan yang memadai, dan terutama penghidupan yang

layak bagi masyarakat.

Penyebab ketimpangan ekonomi dibedakan menjadi dua yakni:

 Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu dan

masyarakat. Faktor internal penyebab ketinmpangan sosial adalah tingkat

pendidikan, sikap mudah menyerah, apatis, mudah menyalahkan orang

lain sebagai penyebab dan tidak punya keyakinan terhadap masa depan.

Korupsi, kolusi dan nepotisme juga menjadi penyebab ketimpangan sosial

dan ekonomi yang terjadi di masyarakat.

 Faktor Eksternal
Faktor eksternal berasal dari luar kontrol dan kemampuan setiap individu

dan masyarakat. Faktor eksternal merupakan sistem yang menghambat

serta globalisasi yang menjadi penyebab ketimpangan ekonomi sosial.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran keberhasilan suatu negara.


Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tenaga kerja,
modal, dan kemajuan teknologi. Tenaga kerja yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi adalah dari segi jumlah (kuantitas) dan kualitasnya. Kualitas tenaga kerja
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pendidikan dan kesehatan (Idin,
2016). Di antara berbagai aspek ini, pendidikan dianggap yang memiliki peranan
paling penting dalam menentukan kualitas manusia. Implikasinya, dengan
semakin tinggi pendidikan, maka hidup manusia akanmenjadi semakin
berkualitas. Dalam kaitannya dengan pereko- nomian secara nasional, semakin
tinggi kualitas hidup suatu bangsa, maka akan semakin tinggi tingkat
pertumbuhan dan kesejahteraan bangsa tersebut. Makin tinggi tingkat pendidikan
tenaga kerja maka akan makin tinggi produktivitasnya dan dengan demikian juga
akan makin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara (Nugroho, 2016).

Peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah tugas pendidikan. Pendidikan


bertujuan untuk mengembangkan kemapuan dan kepribadian manusia untuk
memenuhi harapan masyarakat (Fauzi, 2018). Upaya tersebut dapat melalui
pendidikan sekolah (pendidikkan formal) atau pendidikan luar sekolah
(pendidikan nonformal).

Masalah pendidikan sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari masalah ekonomi.


Baik secara langsung maupun tidak langsung, kontribusi pendidikan terhadap
ekonomi dan pembangunan harus diakui. Dengan demikian, tidak selamanya
pendidikan dianggap sebagai konsumsi atau pembiayaan. Sudah saatnya,
pendidikan harus dipandang sebagai investasi, yang secara jangka panjang
kontribusinya dapat dirasakan (Lisnawati, 2007; Winarsih, 2016).

Pendidikan merupakan bentuk investasi sumber daya manusia yang harus lebih
diprioritaskan sejajar dengan investasi modal fisik karena pendidikan merupakan
investasi jangka panjang (Aidar & Muhajir, 2014).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diangkat, maka dapat
disimpulkan bahwa ketimpangan pendidikan yang terjadi di Sulawesi Selatan
dapat
disebabkan oleh faktor ekonomi dan faktor-faktor seperti rendahnya kualitas
sarana sekolah,
rendahnya kualitas guru, adanya faktor infrasrukur, terbatasnya jumlah dan
kualitas buku, mahalnya biaya pendidikan, standarisasi pendidikan yakni Sekolah
Berstandar Nasional(SBN).

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian ini, maka penulis

dapat mengemukakan saran yaitu Pemerintah Sulawesi Selatan harus mampu

memperkecil tingkat ketimpangan pendidikan atau minimal mempertahankannya.

Hal ini dikarenakan distribusi pendidikan berdampak kepada petumbuhan

ekonomi. disisi lain juga berdampak pada tingkat kemiskinan, semakin tinggi

tingkat kemiskinan tinggi pula ketimpangan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

(Rangga, 2009:3), Yagami (2013), Sugiyono (2010,13), (Sunaryo, 2009)

(Anwar, 2017), (Hidayat, M 2014), (Riana, 2015), (Hidayat, 2017)

(Idin, 2016), (Nugroho, 2016), (Fauzi, 2018), (Lisnawati, 2007; Winarsih, 2016).

(Aidar & Muhajir, 2014)


https://www.neliti.com/id/publications/25108/pengaruh-pendidikan-terhadap-
pertumbuhan-ekonomi

https://www.ruangguru.com/blog/masalah-ketimpangan-sosial-di-bidang-
pendidikan?hs_amp=true

https://amp.kompas.com/skola/read/2020/01/24/100000469/pemberdayaan-
komunitas-pengertian-proses-prinsip-dan-contohnya

https://mahasiswaindonesia.id/rendahnya-kualitas-pendidikan/amp/

http://eprints.ums.ac.id/34000/5/BAB%20I.pdf

http://eprints.ums.ac.id/28812/2/04._BAB_I.pdf

http://eprints.uny.ac.id/9812/1/BAB%201%20-%2008110241024.pdf

https://core.ac.uk/download/pdf/322468389.pdf

http://digilib.uinsgd.ac.id/8696/4/4_bab1.pdf

http://digilib.unimed.ac.id/4419/10/10.%208126162015%20Bab%20V.pdf

Anda mungkin juga menyukai