Anda di halaman 1dari 48

1|Page

BUKU PANDUAN FASILITATOR


SIMULASI PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI JAWA TENGAH

PANDUAN FASILITATOR PELATIHAN TTX DAN CPX ERUPSI MERAPI DIMASA PANDEMIK COVID-19
DI PROVINSI JAWA TENGAH

Roswanto & Utomo

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana

Sentul Bogor

2020

2|Page
PANDUAN FASILITATOR PELATIHAN TTX DAN CPX ERUPSI MERAPI DIMASA PANDEMIK COVID-19
DI PROVINSI JAWA TENGAH

Pengarah
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Penulis
Roswanto
Utomo

Kontributor
Theodora Eva, Anita, Wahyu, Apriyuanda G Bayu, Slamet Riyadi, Aditya Nugraha, Rizal, Karina, Syafrudin,
Kholid, Handoko, Adi W, Dian Fajarini, Fitriyati, Ikhsan Lutfi, Imam, Satro Atmodjo.

Design Cover
Roswanto dan Imam

Foto
Syafrudin, BNPB, BPBD Provinsi Jawa Tengah dan Sumber Lainnya

Diterbitkan oleh
Pusat Pendidikan dan Pelatihan BNPB
Kawasan Indonesia Peace dan Security Center (IPSC)
Sentul, Bogor, Jawa Barat

ISBN 978-602-51348-9-0
Hak Cipta@2020

Hak Cipta dilindungi Undang – Undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin
penulis dan penerbit.

3|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 5
DAFTAR ISI 4

BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang 6
B Dasar Hukum 6
C Informasi Geografis Wilayah Jateng 7
D Kerahasian 8
E Ikhtisar Pelatihan 8
F Tata Cara Pelaksanaan 10

BAB II SKENARIO & DATA PENDUKUNG


A Naratif Skenario Stategis 16
B Rencana Setting Taktis 17
C Foto Satelit Merapi 19
D MIP (Matrix Investasi Permasalahan) 20
E Data Pendukung 36

BAB III PENUTUP 47

4|Page
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa “Panduan Fasilitator
Pelatihan TTX dan CPX Erupsi Merapi Dimasa Pandemik Covid-19 di Provinsi Jawa Tengah” telah
selesai disusun. Panduan Fasilitator ini merupakan salah satu upaya dalam penyelenggraan
pendidikan dan pelatihan untuk memenuhi amanat Undang – Undang Nomor 4 Tahun 2015 dan
PP Nomor 11 Tahun 2018 dengan tujuan menghasilkan pelatihan yang inovatif, responsif, kreaktif,
terampil, berdaya saing, dan menguasai cabang ilmu pengetahuan.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana, sebagai tolak ukur pendidikan
bidang kebencanaan memiliki peran dalam meningkatkan kualitas pendidikan penanggulangan
bencana melalui implementasi strategi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan jaman
dan karaktersik generasi. Untuk itu, dalam rangka pengembangan strategi pembelajaran di
Pusdiklat BNPB, telah menggagas diselenggarakan pembelajaran Klasikal TTX dan CPX Erupsi
Merapi Dimasa Pandemik Covid-19 di Provinsi Jawa Tengah.

Panduan Fasilitator Table Top Exercise dan Commad Post Exercise ini memuat tujuan,
persyaratan, tata Cara dan mekanisme penyelenggaraan pembelajaran Klasikal Atas terbitnya
Panduan Fasilitator ini kami menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi
tingginya kepada semua Tim penyusun atas sumbangsih yang telah diberikan mulai dari
menggagas dan menyusun sampai dengan penerbitan.

Kami menyadari bahwa Panduan ini masih belum sempurna dan memadai, untuk itu
diharapkan saran dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan. Semoga Panduan ini dapat
digunakan sebagai acuan bagi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana dalam
menyelenggarakan pembelajaran melalui Klasikal TTX dan CPX Erupsi Merapi Dimasa Pandemik
Covid-19 di Provinsi Jawa Tengah.

Sentul, Agustus 2020


Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan PB

Berton Suar Pelita Panjaitan

5|Page
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sehubungan peningkatan kasus Infeksi Coronavirus Disease (Infeksi COVID-19), Kementerian
Kesehatan telah menetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor.
HK.01.07/MENKES/104/2020 tentang Penetapan Infeksi Corona Virus (Infeksi COVID-19).
Sebagai Penyakit yang Dapat Menimbulkan Wabah. Bahkan Word Health Organization
(WHO) telah menyatakan sebagai Pandemik pada tanggal 11 Maret 2020, sehingga
diperlukan antisipasi dampaknya. Terkait dengan penanganan wabah virus Corona tersebut,
Badan Nasional Penanggulangan Bencana telah menerbitkan Surat Keputusan Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 A/2020 tentang Perpanjangan Status Keadaan
Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona di Indonesia.

Atas dasar hal tersebut, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana (Pusdiklat
PB) perlu menyusun Panduan Fasilitator lebih lanjut dalam Pelatihan Table Top Exercise dan
Command Post Exercise.

Menindaklanjuti kedua Surat Edaran dimaksud, diperlukan Panduan Fasilitator Pelatihan.


Diharapkan melalui Pedoman Teknis ini, tujuan penyelenggaraan Pelatihan dimaksud pada
Table Top Exercise dan Commmad Post Exercise di masa pandemi Covid-19, tetap dapat
tercapai sesuai dengan tuntutan pembelajaran pada masing – masing program Pelatihan
tersebut.

B. DASAR HUKUM
Dasar Hukum Surat Edaran ini adalah
a) Undang – Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
b) Perka Nomor 14 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Pelatihan;
c) Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Adminmistrasi Pemerintah;
d) Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil;
e) Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2018 tentang Lembaga Administrasi Negara;
f) Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 1 Tahun 2019 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Lembaga Administrasi Negara;
g) Keputusan Menteri Kesehatan Corona Virus (Infeksi COVID – 19) sebagai Penyakit yang
Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulanggannya; dan

6|Page
h) Surat Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13.A Tahun
2020 tentang Perpanjangan Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit
Akibat Virus Corona di Indonesia.
i) Dipa BNPB Tahun 2020 tentang Simulasi Penanggulangan Bencana di Provinsi Jawa
Tengah.

Isi Edaran
a) Panduan Teknis Penyelenggaraan PKN Tingkat I, PKN Tingkat II, PKA, PKP Latsar CPNS dan
Diklat Prajabatan CPNS dalam masa pandemik Covid sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini;
b) Panduan Teknis ini merupakan acuan bagi Lembaga Penyelenggara PKN Tingkat I, PKN
Tingkat II, PKA, PKP, Latsar CPNS dan Diklat Prajabatan CPNS dalam masa pandemik Covid
– 19;
c) Bagi Lembaga Penyelenggara Pelatihan, Peserta Pelatihan dan Tenaga Pelatihan agar
mematuhi dan melaksanakan Panduan Teknis ini, dan
d) Panduan Teknis ini berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai dengan berakhirnya masa
pandemik COVID - 19

C. INFORMASI GEOGRAFIS WILAYAH JATENG


Kawasan Gunung Merapi di Provinsi Jawa Tengah meliputi 3 Kabupaten yaitu Megalang,
Boyolali dan Klaten. Kabupaten Magelang secara geografis terletak diantara 110º01‟51” dan
110º26‟58” Bujur Timur, 7º19‟33” dan 7º42‟16” Lintang Selatan. Batas administasi di sebelah
utara berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Semarang, sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali, di sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali, di sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Purworejo dan Daerah Istimewa Yogyakarta, di sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo dan di tengah –
tengah berbatasan dengan Kota Magelang. Luas Wilayah Kabupaten Magelang adalah
108.573 ha (1.085,73 km2).

Provinsi Jawa Tengah secara epidemilogis merupakan daerah endemis beberapa penyakit
menular (Deman Berdarah Dengue, Malaria, Leptospriosis, Filariasis, Tuberculosis, Human
Imunodefficiency Virus, Pneumonia, Kusta, Hepatitis dan Diare) disamping tingginya beberapa
penyakit tidak menular tertentu (Hipertensi, Diabetes Melitus dan Kanker Servik). Saat ini
selain jenis penyakit menular tersebut muncul pandemik penyakit menular yang baru yaitu
Corona Virus Disease (Covid-19).

Dalam hal Covid-19, pertanggal 8 juli 2020 diantara 68.079 kasus positif di Indonesia dan di
Jawa Tengah 5.462 kasus positif (8 %) dan dari 3,359 kasus kematian, 225 (6,7%) diantaranya
ada di Jawa Tengah. Berkaitan dengan corona virus disease (Covid-19), sejak diumumkan
sebagai PHEIC (Public Health emergency of International Concenrn) tanggal 30 Januari 2020,
secara komulatif telah diidentifikasi 11.591.595 orang terkonfirmasi positif Covid-19,

7|Page
sementara itu 537.859 orang (4,6%) dinyatakan meninggal dengan Covid-19 positif. Dari data
diatas, kasus kematian di Provinsi Jawa Tengah sebesar 8,2 % lebih tinggi kasus kematian
nasional 4,9 %.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan tanggap darurat pemerintah daerah
serta masyarakat dalam menghadapi bencana Pusdiklat BNPB merencanakan melaksanakan
latihan/simulasi atau sering juga disebut geladi penanggulangan bencana. Geladi
penanggulangan bencana secara umum terbagi dua yaitu geladi ruang (TTX dan CPX) dan
geladi lapang (FTX). Khusus dalam kegiatan ini akan dilaksanakan geladi ruang berupa
kegiatan Table Top Exercise (TTX) dan Comand Post Exercise (CPX) atau yang lebih dikenal
dengan geladi posko. Diharapkan melalui TTX dan CPX ini pemahaman, pengetahuan serta
kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah daerah terhadap potensi kejadian bencana akan
semakin meningkat dan pemerintah daerah mampu untuk menginisiasi dan memfasilitasi
secara mandiri pelaksanaan TTX dan CPX di waktu yang akan datang. Pusdiklat PB sudah
melaksanakan kegiatan serupa sejak 3 tahun terakhir ini di beberapa kab kota seluruh
Indonesia dengan tingkat risiko ancaman bencana yang tinggi. Khusus untuk tahun 2020,
Pusdiklat PB akan melaksanakan simulasi penanggulangan bencana di 6 (Enam) lokasi yaitu
Aceh, NTT, Papau, Sumatera Barat, Jawa Tengah dan Yogyakarta.

D. KERAHASIAAN
Jenis Latihan
Latihan unsur pimpinan tanpa pasukan dengan bentuk diskusi dan simulasi keadaan
sebenarnya
Metode
Table Top Exercise (TTX) Geladi Ruang dan Command Post Exercise (CPX) Geladi Posko
Sifat
Satu pihak dikendalikan
Tingkat
1(satu) Tingkat

E. IKHTISAR PELATIHAN

 Table Top Exercise atau Latihan Geladi Ruang adalah suatu bentuk latihan yang
dilaksanakan dengan cara mendiskusikan skenario hipotetik dalam bentuk pertemuan
yang informal. Latihan ini digunakan untuk menilai sebuah rencana, kebijakan, dan
prosedur, serta dapat juga menilai sistem kesiapsiagaan melalui respon terhadap sesuatu,
dan sistem yang memandu pemulihan dari suatu kejadian bencana. Selama latihan TTX,
staf senior menunjuk staf lainnya atau tokoh kunci untuk bertemu dan mendiskusikan
situasi yang akan disimulasikan. TTX biasanya ditujukan untuk memfaslitasi saling
pengertian tentang suatu konsep, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, dan/atau
mencapai suatu perubahan perilaku. Pelaku didorong untuk mendiskusikan isu secara
mendalam dan mencari solusinya secara perlahan dan tidak terburu-buru atau mengambil

8|Page
keputusan secara spontan yang biasanya sering terjadi pada siatuasi darurat yang
sebenarnya.

Tujuan latihan ini antara lain adalah memvalidasi pemikiran/ide untuk memecahkan suatu
permasalahan dalam menjalankan suatu perencanaan dan prosedur sehingga
menghasilkan umpan balik untuk evaluasi dan revisi SOP; dan mengukur kesiapsiagaan
dari kelompok pemangku kepentingan yang terlibat dalam penanggulangan bencana
sehingga dapat meningkatkan kapasitas pengendalian dan koordinasi antar pemangku
kepentingan yang terkait dalam sistem komando, kendali, koordinasi, dan komunikasi
dalam penanggulangan bencana, serta mengeksplorasi proses pengambilan keputusan
dan konsekuensi dari keputusan yang diambil.

Diharapkan setelah latihan ini akan tercapai sasaran yaitu meningkatnya sinergitas
sumberdaya dalam satu SKTD dan meningkatnya kapasitas pelaku dalam mekanisme
komando, kendali, komunikasi, dan koordinasi dalam tanggap darurat bencana.

 Command Post Exercise (CPX) atau Latihan Geladi Posko adalah suatu kegiatan latihan
interaktif yang melibatkan satu atau multi-pihak dari lembaga/instansi terkait situasi
darurat bencana untuk menguji kapasitas dan respon dari berbagai fungsi dalam sistem
manajemen darurat bencana seperti halnya dalam latihan geladi lapang, namun dengan
biaya dan risiko bahaya yang lebih rendah.

Latihan Geladi Posko bertujuan untuk melatih kemampuan dan keterampilan unsur
pimpinan dan pembantu pimpinan pada suatu unit/satuan tugasnya, dalam mengambil
keputusan dalam suatu konsep rencana operasi, kebijakan dan prosedur dalam tanggap
darurat bencana.

Setelah latihan dilaksanakan, diharapkan akan tercapai peningkatan kapasitas unsur


komando dan staf dalam proses pengambilan keputusan yang terdapat dalam sistem
komando penanganan darurat bencana (SKPDB), selain itu akan tercapai peningkatan
kemampuan dalam menyusun rencana aksi melalui proses hubungan Komando dan staf
dalam operasi penanggulangan darurat bencana, meningkatnya komando, kontrol dan
koordinasi antar lembaga dalam proses penyusunan perencanaan, prosedur dan kebijakan
untuk operasi penanggulangan darurat bencana dan tercapainya mekanisme information
sharing yang efektif dalam penanggulangan darurat bencana, termasuk untuk system
peringatan dini dan respons bencana.

9|Page
F. TATA CARA PELAKSANAAN
TABLE TOP EXERCISE
a) Pembukaan
Pada bagian pembukaan ini akan dilakukan hal-hal sebagai pertanda dimulainya
pelaksanaan latihan. Namun beberapa aspek menjadi penting sebagai informasi bagi
pelaku dalam mengikuti pelaksanaan latihan. Proses pembukaan suatu latihan dapat
dilakukan dengan tahapan:

 Penyiapan Pelaku Latihan


Pelaku latihan disiapkan untuk mengikuti upacara pembukaan di bawah kendali Bagian
Teknis Latihan

 Penyampaian Laporan Kegiatan oleh Ketua Penyelenggara Latihan


Laporan kegiatan berisi dasar pelaksanaan latihan, tujuan yang ingin dicapai, bentuk
latihan, pelaku latihan, serta keterlibatan pemangku lainnya

 Arahan dan Pembukaan Resmi Latihan


Pembukaan latihan secara resmi oleh Pejabat Tertinggi yang diminta untuk membuka
latihan. Jika latihan diselenggarakan oleh BNPB, maka Pejabat Tertinggi oleh BNPB
yang akan membuka latihan. Jika latihan diselenggarakan oleh BPBD/Institusi daerah
lain, maka Pejabat Daerah yang membuka latihan tersebut.

b) Pelaksaaan Latihan
Materi yang diberikan dalam Latihan Geladi Ruang disusun berdasarkan kurikulum yang
mengacu pada pedoman materi latihan penangulangan bencana sesuai tingkatan
kompetensinya. Cara pemberian materi latihan tersebut disesuaikan dengan metode
latihan yang dilaksanakan. Dalam Latihan Geladi Ruang biasanya terdapat tiga tahapan
pemberian materi, yaitu:

 Bagian Akademik/Pembekalan
Pada tahap ini biasanya digunakan metode ceramah dan diskusi. Tahap ini bertujuan
untuk menyampaikan review hal-hal dasar terkait penangulangan bencana sebagai
bekal pengetahuan bagi pelaku latihan. Informasi yang perlu diketahui oleh pelaku
antara lain ancaman nyata bencana yang dihadlongsor masyarakat di lokasi sasaran
dalam skenario, sistem kesiapsiagaan yang ada, sitem komando kedaruratan yang
ada,serta mekanisme penanggulangan kedaruratan bencana yang ada. Mekanisme
latihan hanya berupa paparan dan tanya jawab singkat.

 Bagian Latihan/Exercise
Sebelum kegiatan latihan dilaksanakan, maka beberapa hal penting perlu disampaikan
terlebih dahulu. Hal-hal yang disampaikan pada bagian ini adalah:
o Perkenalan narasumber & Fasilitator

10 | P a g e
o Penjelasan latar belakang atau alasan diselenggarakannya latihan, maksud dan
tujuan latihan
o Penjelasan metode penyampaian permasalahan
o Penjelasan tata tertib pelaksanaan latihan

Pada tahap ini latihan menggunakan metode simulasi berdasarkan suatu skenario
yang menjadi dasar atau konteks diskusi dan mengikutsertakan pelaku untuk secara
aktif terlibat dalam diskusi. Bagian ini merupakan bagian inti dari Latihan Geladi
Ruang. Bagian ini dipandu oleh fasilitator. Beberapa metode dapat digunakan oleh
fasilitator untuk menyampaikan pesan atau permasalahan, antara lain dengan cara:
Fasilitator dapat menyampaikan permasalahan kepada forum, kemudian dibahas
secara bersama-sama;

o Fasilitator dapat menanyakan suatu permasalahan kepada seseorang kemudian


baru dilemparkan secara terbuka;
o Membagi pelaku dalam beberapa kelompok diskusi, mencatat semua
permasalahan yang ada, kemudian mendiskusikannya dalam kelompok
o Pelaku menerima permasalahan masing –masing, dijawab masing – masing,
dan kemudian didiskusikan bersama – sama untuk mencari keputusan terbaik;
o Fasilitator menggunakan metode gabungan dari metode 2, 3, atau 4 di atas

Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh fasilitator dalam memandu diskusi
antara lain adalah:
o Fasilitator menyampaikan gambaran umum tentang skenario latihan dan SOP
yang akan digunakan pada pelaku.
o Fasilitator melemparkan beberapa pertanyaan pada pelaku, dan pelaku
menjawabnya.
o Fasilitator dapat mengarahkan jalannya diskusi dengan memberikan
pertanyaan pada pelaku tertentu, dan pelaku lain menangglongsornya.
o Fasilitator menyampaikan pesan-pesan atau permasalahan secara mengalir
sesuai dengan metode yang telah disampaikan di awal pembukaan dan
mencatat setiap hasil dan keputusan yang dibuat;
o Bagi fasilitator, akan lebih baik bila memberikan waktu yang cukup dalam
pemecahan suatu masalah sebelum memberikan permasalahan lainnya.

Skenario dalam Latiahan Geladi Ruang biasanya dalam bentuk narasi yang tidak terlalu
panjang. Skenario ini dapat diberikan pada pelaku dalam bentuk tulisan,
dipresentasikan pada layar/TV/video, atau diperdengarkan dalam bentuk audio. Jika
tujuan latihan ini untuk melihat respon dari suatu permasalahan yang kompleks, maka
skenario dapat disampaikan per bagian dan langsung disambung dengan diskusi
permasalaha yang ada, setelah itu dapat disampaikan permasalahan berikutnya dan
disambung lagi dengan diskusi, hingga semua permasalahan selesai dibahas dan
didiskusikan.

11 | P a g e
Di pihak lain, pelaku perlu punya pemahaman yang memadai tentang referensi-
referensi dan peraturan yang ada terkait penanggulangan bencana (PB). Ini akan
sangat membantu pelaku dalam memecahkan masalah yang dilemparkan oleh
fasilitator. Kadang - kadang pelaku yang menerima pertanyaan dari fasilitator harus
menangani permasalahan yang dilemparkan tersebut secara individual terlebih
dahulu dan membuat keputusan untuk organisasi/instansi yang diwakilinya. Baru
Setelah itu semua pelaku bersama-sama saling membagi informasi dan
mengkoordinasikan keputusan masing-masing.

c) Penilaian
Pada bagian latihan ini dilakukan pula penilaian/kaji ulang terhadap jalannya pelaksanaan
latihan oleh tim penilai. Kaji ulang bertujuan untuk mengevaluasi singkat proses latihan
yang telah dilaksanakan guna mengulas hal-hal yang telah sesuai dengan rencana latihan
ataupun yang perlu diperbaiki ke depannya.

d) Penutupan
Pada akhir latihan dilakukan pembacaan semua hasil latihan berupa hal-hal penting yang
menjadi isu utama hasil diskusi pelaku. Begitu pun hasil evaluasi disampaikan oleh tim
evaluasi sebelum penyelenggaraan latihan berakhir. Kegiatan latihan ini diakhiri dengan
sesi penutupan. Penutupan dilakukan oleh pejabat berwenang yang hadir.

e) Rapat Internal Tim Evaluasi


Tim evaluasi mengadakan rapat internal untuk mengkompilasi dan menganalisa isian
formulir evaluasi latihan dan hasil kaji ulang dari tim penilai menggunakan hot wash atau
debrief untuk disampaikan pada rapat evaluasi latihan dan dan digunakan dalam
penyusunan laporan hasil evaluasi setelah latihan selesai. Formulir evaluasi latihan disusun
berdasarkan beberapa indikator yang perlu dicermati dalam suatu latihan.
Indikator Evaluasi Minimal 4:
o Prosedur yang dilatih
o Koordinasi lintas sektor
o Ketangguhan sarana prasarana pendukung
o Kualitas penyelenggaraan latihan
Tim Evaluasi akan menyampaikan hasil kajian mereka terutama yang terkait dengan hal-
hal berikut:
o Tercapainya atau tidaknya tujuan yang telah ditentukan dalam penyelanggaraan
Latihan Geladi Ruang
o Isu – Isu utama yang diangkat oleh pelaku utama selama latihan berlangsung
o Rekomendasi

12 | P a g e
Alur Pelaksanaan TTX

COMMAND POST EXERCISE (CPX)


a) Pembukaan
Proses pembukaan suatu latihan Geladi Posko dapat dilakukan dengan tahapan:
o Penyiapan Pelaku Latihan Pelaku latihan disiapkan untuk mengikuti upacara
pembukaan di bawah kendali Bidang Teknis Latihan.
o Penyampaian Laporan Kegiatan oleh Ketua Pelaksana Latihan
o Laporan kegiatan berisi dasar pelaksanaan latihan, tujuan yang ingin dicapai,
bentuk latihan, pelaku latihan, serta keterlibatan pemangku lainnya.
o Arahan dan Pembukaan Resmi Latihan
o Pembukaan latihan secara resmi oleh pejabat tertinggi yang diminta untuk
membuka latihan. Jika latihan diselenggarakan oleh BNPB, maka pejabat tertinggi
dari BNPB yang akan membuka latihan. Jika latihan diselenggarakan oleh BPBD
atau institusi daerah lain, maka pejabat daerah yang membuka latihan tersebut.

b) Pelaksanaan Latihan
Materi yang diberikan dalam latihan Geladi Posko disusun berdasarkan skenario yang
telah dibuat.
 Paparan & Diskusi
13 | P a g e
Pada bagian ini, materi disampaikan oleh narasumber sebagai bekal informasi bagi
pelaku. Melalui kegiatan ini, dihatapkan terdapat pemahaman yang sama dan selaras
dari para pelaku tentang sesuatu hal yang disampaikan oleh narasumber.

 Operasi Latihan
Bagian ini merupakan latihan inti, dimana pelaku melakukan aksi dalam merespon
skenario latihan yang telah disusun dan disampaikan. Hal yang difokuskan pada
bagian ini adalah proses pengambilan keputusan oleh pelaku dan mekanisme yang
berjalan dengan adanya keputusan. Situasi dikendalikan oleh tim pengendali dengan
dukungan dari tim bulsi dan kurir untuk menyampaikan pesan terkait kondisi yang
terjadi berdasarkan skenario yang telah disusun. Dukungan logistik dan komunikasi
sangat diperlukan pada tahap ini.

 Kaji Ulang
Bagian ini merupakan tahap peninjauan singkat yang dilakukan oleh tim evaluasi
terhadap proses operasi latihan yang telah dilaksanakan untuk mendapatkan masukan
perbaikan selanjutnya.

c) Penutupan Latihan
 Penutupan Latihan
Latihan secara resmi ditutup oleh Pejabat berwenang yang hadir

 Rapat Internal Tim Evaluasi


Bertujuan untuk mengkompilasi dan menganalisa isian Formulir Evaluasi Latihan guna
disampaikan pada Rapat Evaluasi Latihan dan penyusunan laporan.

14 | P a g e
Alur Pelaksanaan CPX

15 | P a g e
BAB II
SKENARIO & DATA PENDUKUNG

A. Naratif Skenario Strategis

Pada tanggal 21 September 2017 BPPTKG meningkatkan status merapi menjadi “Siaga” (Level
III) untuk Daerah KRB III. Merapi menunjukkan peningkatan aktifitas seismik, yaitu gempa fase
banyak dengan 38 kejadian/hari, gempa vulkanik 11 kejadian/hari terjadi adanya
penghancuran sumbatan lava dengan erupsi vulkanik VEI=1-2

Pada 23 Oktober 2017 status merapi ditetapkan “Awas” (Level IV), dengan kondisi akan segera
meletus, ataupun keadaan kritis yang dapat menimbulkan bencana setiap saat. Aktivitas yang
teramati secara visual yaitu, adanya longsoran tebing pertumbuhan kubah lava mencapai
10.000.000 m3, tanpa lava pijar guguran – guguran besar. Sedangkan seismisitasnya
meningkat menjadi 588 kejadian/hari gempa fase banyak, 80 kejadian/harian gempa vulkanik,
194 kejadian/hari gempa guguran, dengan laju deformasi 42 cm/hari. Radius aman ditetapkan
dari puncak merapi

Pada 26 Oktober 2017 pukul 00:30 WIB terjadi letusan pertama. Letusan bersifat eksposif
disertai dengan awan panas dan dentuman. Pada tanggal 27 Oktober 2017 terjadi rentetan
runtuhnya kubah lava yang menghasilkan awan panas sejauh 10 km. Melalui pengukuran
dengan mini DOAS (Deferensi Optical Absorption Spectroscopy/Alat Ukur Emisi Sulfir Dioksida
SO2) diketahui bahwa terjadi peningkatan flukus SO2 yang mencapai 500 ton/hari. Pada pukul
16:05 ditetapkan radius aman di luar 10 km dari puncak merapi

Kepanikan warga terlihat hampir di semua ruas jalan, pada umumnya mereka berlarian dan
menggunakan berbagai macam kendaraan menuju daerah yang tinggi ke arah bypass.
Gedung-gedung yang tinggi yang masih bertahan terhadap letusan gunung merapi dipenuhi
oleh warga yang ingin meyelamatkan diri dari ancaman merapi. Kondisi luluh lantak,
kehidupan dan penghidupan lumpuh.

Situasi tersebut semakin rumit karena terjadi di masa pandemik Covid-19 di mana setiap
orang seharusnya melakukan sosial distancing dan menjaga hidup sehat. Pengungsi tidak lagi
menghiraukan protokol kesehatan karena nyawa mereka lebih dalam bahaya akibat letusan
gunung merapi. Tempat karantina Covid-19 dipakai sebagai pengungsian. Tim kaji cepat
Kabupaten Magelang tidak sanggup mendata perkiraan pengungsi, korban jiwa, dan data-
16 | P a g e
data bencana, akhirnya menyerahkan wewenang penanganan bencana kepada pemerintah
Provinsi Jawa Tengah.

Kaji cepat dampak bencana dilakukan oleh Tim Kaji Cepat Pemerintah Provinsi Jawa Tengah,
untuk mengumpulkan data-data mengenai dari bencana yang baru saja terjadi, yaitu:
 Perkiraan Korban Jiwa
 Perkiraan Pengungsi
 Perkiraan Kerusakan Rumah
 Kerusakan Berat Fasilitas Umum

B. Rencana Setting Taktis (detail cerita latihan untuk setiap Move).


1) Move I (Sistim Peringatan Dini)
o Peringatan dini dari Instansi yang berwenang dan/atau diseminasi informasi bencana
- Mekanisme aktivitas peringatan dini gunung api pada level Waspada, Siaga
sampai dengan Awas dan SOP Peringatan dini/Mekanisme rantai peringatan dini
(Diseminasi Informasi)
- Level Siaga
- Persiapan tempat evakuasi sementara dan tempat evakuasi akhir yang memenuhi
protokol Covid-19
- Kesiapsiagaan pemerintah daerah dalam melakukan penanganan pengungsi
dalam masa pandemik covid-19

2) Move II (Siaga Darurat Gunung Merapi Pada Masa Pandemik Covid-19)


o Penetapan status siaga darurat erupsi gunung merapi
- Kriteria status siaga darurat bencana gunung merapi
- Mekanisme penetapan komandan pada status siaga darurat
- Pengaktifan pos pendamping
o Transformasi rencana kontijensi erupsi gunung merapi menjadi rencana operasi erupsi
gunung merapi
- Apakah komandan PDB memanfaatkan rencana kontijensi erupsi gunung merapi
menjadi rencana operasi gunung merapi

3) Move III (Tanggap Darurat Bencana Erupsi Gunung Merapi Pada masa Pandemik
Covid-19
o Respon awal penanganan erupsi gunung merapi
- Kejelasan Legalitas (SK) TIM TRC Provinsi di daerah
- Kejelasan tugas & Fungsi TIM TRC Provinsi di daerah (SOP)
- Kejelasan mekanisme penugasan sampai dengan pelaporan TIM TRC Provinsi
- Kejelasan Alur Infromasi Hasil Kaji Cepat
- Kejelasan Mekanisme Operasi Gabungan Pencarian, Pertolongan dan Evakuasi
17 | P a g e
- Pemahaman Undang – Undang, dan Pengetahuan tentang SAR

o Mobilisai SDM/SDA
- Sistim Alur SDM/SDA Penanganan Bencana
o Perlindungan Pengungsi
- Ketersediaan SDM, Regulasi dan Sarana Prasarana (Tempat Pengungsian, Listrik,
Air Bersih, Sanitasi)
- Validasi Data Pengungsi
- Perlindungan Pengungsi
- Pemenuhan Kebutuhan Dasar (Sandang, Pangan dan Peralatan)
o Logistik dan Peralatan
- Terjaminanya pasokan logistik selama massa tanggap darurat
- Pengelolaan logistik (penerimaan, penyimpanan dan distribusi)
- Ketersediaan SDM, Regulasi dan Sarana Prasarana Logistik
o Pemulihan fungsi fasilitas vital
- Kegiatan pemulihan sarana prasarana vital dalam waktu cepat
-
4) Move IV (Peralihan status dan pengakhiran tanggap darurat)
o Kegiatan pengakhiran tanggap darurat bencana erupsi merapi di massa pandemik covid-
19
- Penanganan pengungsi dan masyarakat terdampak erupsi merapi di masa
pandemik covid-19
- Normalisasi kegiatan pasca bencana erupsi merapi di massa pandemik covid-19
- Pencabutan ketetapan status tanggap darurat bencana erupsi merapi di masa
pandemik covid -19
o Dukungan Anggaran PDB
- Syarat dan prosedur mengakses dukungan anggaran
- Kejelasan prosedur dalam menerima dan mengakses anggaran dari sumber lain
(CSR dan dana bantuan Masyarakat)
o Pertanggung jawaban Anggaran
- Mekanisme pertanggungjawaban untuk penggunaan BTT dan DSP
- Pendampingan dalam penggunaan BTT dan DSP

18 | P a g e
C. FOTO SATELIT MERAPI

19 | P a g e
D. MIP (MATRIX INVESTASI PERMASALAHAN)

Matrix Inventarisasi Permasalahan dan Pertanyaan Table Top Exercise


“Erupsi Gunung Merapi Masa Pandemi Covid-19 di Provinsi Jawa Tengah”
Tahun 2020

Pertanyaan apa yang


Corrective Actions
Move & perlu diberikan dalam
Permasalah utama yang perlu Apa yang perlu
Topik Uraian Move TTX agar menjawab
diangkat dalam TTX dilakukan untuk
Utama permasalahan yang
menjawab permasalah
diangkat
Move 1 Informasi BPPTKG Mekanisme aktivitas peringatan Mekanisme penyampaian  Informasi pertama dari
Peringatan dini gunung api ada level informasi peringatan dini BPPTKG?
Dini dari waspada, siaga sampai dengan  Bagaimana proses
Instansi awas dan SOP peringatan Disimenasi?
yang dini/mekanisme rantai  Dasar Penetapan
berwenang peringatan dini (diseminasi Status?
informasi)  Tanda – Tanda Alam
(Visual)?
 Lokasi Pemasangan
Alat di Lokasi?

Perencanaan Evakuasi Bagaimana tindakl anjut awal Informasi tindaklanjut  Bagaimana langkah
Mandiri evakuasi mandiri evakuasi mandiri awal tindaklanjut
evakuasi mandiri
masyarakat?
 Lokasi evakuasi
masyarakat, sesuai
standar kesehatan
dalam masa pandemik
covid
20 | P a g e
 Bagaimana Alur
kesiapaan Pemerintah
Daerah di Lokasi
terdampak bencana
erupsi gunung api
pada masa pandemik
covid?

Move 2 Informasi Awal Kriteria dan Mekanisme Alur Sistem Informasi  Bagaimana sistem/alur
Penetapan Pemberian Status Penetapan Status Siaga Darurat Pemberian Status penetapan status
Status Siaga Bencana siaga/awas
Darurat  Apakah ada ruang
Bencana rapat koordinasi
Erupsi (muspida) dalam
Gunung infromasi penetapan
Merapi status
 Langkah APA yang
dilakukan Pemerintah
Daerah, setelah
mendapat informasi
penentapan status oleh
Bupati?
 Dilokasi terdampak
bencana, siapa yang
menjadi IC dalam
tindaklanjut
penanganan darurat
bencana?

Pengaktifan Pos Bagaimana Alur/ Sistem Alur/Sistem  Bagaimana Mekanisme


Komando pengaktifan Pos Komando pengaktifan Pos Poskomando di masing
21 | P a g e
Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota Komando – masing Daerah
terdapak
(Kabupaten/Kota)
sesuai Renkon erupsi
merapi
 Setelah ditetapkan
Keputusan terkait
pemberian Status oleh
pemangku kebijakan,
rencana kerja apa yang
harus disiapkan dalam
penanganan erupsi
merapi

Pengaktifan Pos Pengaktifan Pos Pendamping Legalitas Pengaktifan Pos  Bagaimana Indikator
Pendamping Provinsi Pendamping pembentukan pos
pendamping, dilihat
disisi GAP/Tingkatan
Bencana yang terjadi?
 Bagaimana Alur
Infromasi Pemberian
Legalitas Hukum dalam
Pos Pendampingan?
 Bagaimana TIM Kaji
Cepat dalam pemberian
informasi kajian
bencana yang
terdampak di wilayah,
dan langkah apa yang
harus disampaikan
kepada Pemangku
Daerah dalam hasil
kajian tersebut
22 | P a g e
 Ketika status siaga
gunung berapi sdh
aktif, langkah atau
tindakan apa yang
dilakukan untuk
progres kerja di Pos
Pendamping
 Dimana Lokasi
Pendirian Pos
Pendamping yang telah
diberikan Keputusan
Gubernur dalam Pos
Cepat Penanganan
Bencana?
 Bagaimana Kriteria
Pendirian Pos
Pendampingan?

 Bagaimana Kaitan
a. Kaitan antara POSKO PDB Diskusi tentang dukungan antara POSKO PDB
Kabupaten/Kota dengan kepada POSKO PDB Kabupaten/Kota
PUSDALOPS Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota dari dengan PUSDALOPS
dan PUSDALOPS Provinsi PUSDALOPS Kabupaten/Kota dan
Kabupaten/Kota dan Prov PUSDALOPS Provinsi?

Diskusi
b. Identifikasi hal2 yang sering kendala/tantangan dalam  Hal apa yang sering
menjadi kendala/tantangan menjalankan peran & menjadi
dalam menjalankan peran & fungsi pendampingan dan kendala/tantangan
fungsi pendampingan Propinsi opsi2 solusinya dalam menjalankan
serta opsi2 solusinya peran & fungsi
Pendampingan Propinsi
23 | P a g e
dan apa solusinya?

Diskusi Mekanisme  Siapa Yang mengubah


Mekanisme Rencana Kontijensi Ke Rencana Kontijensi Ke Rencana kontijensi
Rencon Ke Renops Rencana Operasi Rencana Operasi kepada Renops?

 Kapan Sebenarnya
Renkon ke renops
diaktifkan?

Move 3 Respon Awal 1. Kejelasan legalitas (SK) Tim 1. Penetapan legalitas Tim 1. Siapa personil/tim yang
Penanganan Penanganan Erupsi TRC Provinsi di daerah TRC Provinsi di daerah ditugaskan untuk
Darurat Gunung Merapi 2. Kejelasan tugas & fungsi Tim 2. Pemahaman tugas & melakukan kajian
(Provinsi & TRC Provinsi di daerah (SOP) fungsi Tim TRC situasi, dampak dan
Kabupaten) 3. Kejelasan mekanisme Provinsi (respon awal kebutuhan di tiap-tiap
penugasan sampai dengan dan kaji cepat) kabupaten/kota
pelaporan Tim TRC Provinsi 3. Pemahaman tentang  apakah tim tersebut
4. Kejelasan alur informasi hasil mekanisme penugasan merupakan tim
kaji cepat sampai dengan gabungan dari dinas
5. Kejelasan mekanisme operasi pelaporan Tim TRC dan lembaga terkait?
gabungan pencarian, Provinsi (dari unsur/dinas
pertolongan dan evakuasi 4. Alur informasi hasil mana saja)
6. Pemahaman Undang-Undang, kaji cepat  apakah tim TRC
dan pengetahuan tentang SAR 5. Pencarian dan tersebut sudah
Penyelamatan Penyitas ditetapkan melalui SK
6. Pemahaman tugas &  apakah sudah ada
fungsi Tim TRC yang SOP yang mengatur
terlibat (respon awal tugas dan fungsi tim
dan kaji cepat) TRC?
7. Mekanisme
pengumpulan data 2. Data dan informasi apa
pelaporan saja yang dikumpulkan
oleh tim kaji cepat
24 | P a g e
 Kebutuhan data dan
informasi apa saja yg
dibutuhkan oleh
pelaku PDB
 Bagaimana BPBD
menidentifikasi OPD
lain yang melakukan
kaji cepat dan
bagaimana
mekanisme
pengumpulan
datanya

3. Bagaimana alur
pengumpulan dan
pelaporan informasi
kaji cepat
 tingkat RT/RW,
kelurahan, kecamatan,
kabupaten/kota dan
provinsi

4. Bagaimana
mengkoordinasi (proses
check in, briefing dan
mobilisasi) potensi SAR
lainnya yang terlibat
dalam kegiatan
pencarian, pertolongan
dan evakuasi?
 Bagaimana
mengendalikan
25 | P a g e
potensi (teknis
operasi SAR) SAR
lainnya ?

5. Apakah ada format


laporan situasi yang
digunakan oleh potensi
SAR?
Apakah sudah
dilakukan sosialisasi
tentang mekanisme
operasi SAR untuk
potensi SAR lainnya

 Bagaimana Alur Sistem


Mobilisasi SDM/SDA
Mobilisasi SDM/SDA Sistem Alur SDM/SDA SDM/SDA apa yang dalam Penanganan
penanganan bencana dimiliki Kabupaten/Kota Erupsi di Wilayah
yang terdampak sesuai Terdampak, termasuk
Struktur Organisasi Sistem Penanganan
Penanganan Bencana di Covid 19
Wilayah Terdampak  Bagaimana Mekanisme
SDM/SDA dalam Pos
Pendampingan sesuai
Renkon yang telah
disahkan secara
hukum?

1. Penentuan tempat
perlindungan
26 | P a g e
Perlindungan Ketersedian SDM, regulasi,  Memahami kesenjangan pengungsi mengacu
Pengungsi dan sarana prasarana (tempat yang ada terkait sumber kepada lokasi yang
pengungsian, listrik, air bersih, daya manusia dan dibangun warga
sanitasi) sarana prasarana yang terdampak yang
diperlukan (terpal, tersebar sporadis atau
tenda, matras, selimut, punya pertimbangan
listrik, air bersih dan dan mekanisme
sanitasi) sendiri?
 Memahami efektifitas 2. Sarana dan prasarana
penerapan regulasi yang apa saja yang yang
ada serta dukungan dapat segera
kebijakan lainnya yang dilengkapi
diperlukan (tenda/terpal, matras,
air bersih, listrik dan
sanitasi)?
3. Siapa saja
personil/relawan yang
dapat dimobilisir untuk
membantu mengelola
perlindungan
pengungsi?
4. Bagaimana pola
koordinasi antar
pemangku kepentingan
yang terlibat dalam
perlindungan
pengungsi?
5. Bagaimana mekanisme
untuk memenuhi
ketersediaan terpal,
tenda, matras, selimut,
air bersih, listrik,
sanitasi?
27 | P a g e
6. Bagaimana pola
koordinasi dan
pelaporan kepada
anggota Bidang
Organisasi PP dan
kepada Komandan
PDB?

1. Bagaimana alur dan


mekanisme validasi
untuk mendapatkan
 Memahami mekanisme data pilah pengungsi?
Validitas data pengungsi akurasi dan keterpilahan 2. Siapakah yang
data pengungsi berwenang merilis data
 Memahami Kompetensi pilah pengungsi?
dan kapasitas personil 3. Apakah sudah
yang diperlukan menggunakan
 Adanya pembagian teknologi untuk
wilayah kerja untuk validasi data tsb?
pendataan 4. Bagaimana SOP nya
jika media dan
Donatur/Responder
akan mengakses data
pilah tersebut?

1. Bagaimana tata kelola


tempat perlindungan
Perlindungan pengungsi Memahami penerapan pengungsi tsb?
SOP Perlindungan 2. Apa saja peran/fungsi
Pengungsi personil pengamanan
di tempat
28 | P a g e
pengungsian?
3. Bagaimana memastikan
adanya privasi untuk
tempat pengungsian
berdasarkan gender
dan disabilitas serta
warga terdampak yang
membutuhkan
perawatan medis?

1. Siapa saja yang akan


membangun dapur
umum untuk
Pemenuhan kebutuhan dasar Memahami tata kelola kebutuhan pengungsi?
(Sandang, Pangan dan pemenuhan kebutuhan 2. Bagaimana pola
Peralatan) dasar pengungsi pembagian wilayah/
(sandang, pangan dan cakupan layanannya
peralatan) makanan siap saji
selama tanggap
darurat?
3. Bagaimana pemenuhan
kebutuhan dasar untuk
Pos Pengungsi yang
tidak mendapat
layanan makanan siap
saji?
4. Bagaimana mekanisme
pengadaan dan
distribusi bantuan
sandang dan peralatan
dapur umum?

29 | P a g e
1. Siapa saja yang akan
mengelola data
kebutuhan,
Logistik dan Peralatan Terjaminnya pasokan logistik  Memahami tata kelola ketersediaan dan
selama masa tanggap darurat data dan pola kekurangan logistic di
koordinasi antara para masing-masing Pos
pihak pengelola Pengungsi?
logistic dan pengelola 2. Bagaimana pola
pengungsi koordinasi antara
pengelola Logistik di
 Pelaku menyepakati Posko PDB dan Pos
bahwa harus ada Pengungsian?
coordinator di setiap 3. Apakah peta sebaran
pos pengungsian agar kebutuhan,
pendataan dan ketersediaan dan
pemenuhan kebutuhan kekurangan logistic di
pengungsi terjamin masing-masing Pos
Pengungsi dapat dibuat
secara Digital dan
dapat diakses Publik?
4. Siapa saja yang akan
menangani
pengamanan pasokan
logistic selama masa
tanggap darurat?

1. Dari mana sajakah


pintu-pintu akses
logistik akan datang?
Pengelolaan logistik (penerimaan, Memahami penerapan 2. Apakah sudah ada
penyimpanan, dan distribusi) SOP tata kelola logistic kerjasama antar pihak
(penerimaan, penyortiran,
yang dipakai untuk
penyimpanan dan
30 | P a g e
distribusi) pengiriman logistik
dan
penerima/pengelola?
3. Siapa saja yang dapat
mengelola
pergudangan dan
distribusi logistic?
4. Apa saja pertimbangan
pemilihan tempat
pergudangan logistik?
5. Apakah sudah ada
panduan tata kelola
logistic pada masa
PDB?

1. Dari unsur mana saja


Ketersedian SDM, regulasi, dan  Memahami kesenjangan personil/ relawan yang
sarana prasarana logistik yang ada terkait SDM & bisa bantu mengelola
sarana prasarana logistic bidang operasi Logistik
yang diperlukan. ini?
 Memahami efektifitas 2. Apa saja
penerapan regulasi yang sarana/prasarana
ada serta dukungan logistic yang
kebijakan lainnya yang diperlukan dan
diperlukan
bagaimana mekanisme
pengadaannya?

31 | P a g e
3. Apa saja regulasi yang
sudah ada untuk
menjalankan operasi
logistic?
4. Apa saja regulasi yang
perlu dibuat untuk
optimalisasi operasi
logistic?

Pemulihan Fungsi kegiatan pemulihan sarana Memastikan sektor terkait


Fasilitas vital pasarana vital dalam watu cepat memiliki kesiapan dalam Upaya apa yang
pemulihan fasilitas vital dilakukan Institusi/pihak
setelah bencana terkait untuk kegiatan
pemulihan sarana
pasarana vital dalam watu
cepat
 listrik
 komunikasi
 akses darat
 sumber air dan sanitasi,
perbankan
 suplai BBM
 limbah B3

Move 4 Kegiatan Pengakhiran o Penanganan pengungsi dan o Pencabutan status  Bagaimana mekanisme
Pengakhiran Tanggap Darurat masyarakat terdampak Erupsi keadaan darurat pencabutan status
Tanggap Bencana Erupsi Merapi Merapi di Masa Pandemi bencana jika Erupsi keadaan darurat
Darurat di Masa Pandemi Covid-19 Merapi di Masa bencana Erupsi Merapi
Bencana Covid-19 o Normalisasi kegiatan pasca Pandemi Covid- 19 di Masa Pandemi
Erupsi bencana Erupsi Merapi di sudah mereda dan Covid-19
Gunung Masa Pandemi Covid-19 tidak mengganggu  Bagaimana penanganan
32 | P a g e
Merapi o Pencabutan ketetapan status aktivitas masyarakat kesehatan,
tanggap darurat bencana o Penanganan kesehatan pemerintahan,
Erupsi Merapi di Masa masyarakat terdampak pendidikan dan
Pandemi Covid-19 Erupsi Merapi di Msa ekonomi pasca
Pandemi Covid- 19 bencana?
o Normalisasi
pemerintahan,
pendidikan dan
ekonomi pasca
bencana Erupsi Merapi
dimasa Pandemi
Covid-19

Kejelasan syarat syarat


Dukungan Anggaran Syarat dan prosedur mengakses dan prosedur dalam 1. Apa saja persyaratan
PDB dukungan anggaran mengakses dukungan yang harus dipenuhi
anggaran BTT dan DSP agar anggaran BTT &
DSP dapat digunakan?
2. Apakah BTT/DAK/DSP
dapat mengakomodir
semua kebutuhan
Penanganan Darurat
Bencana gempabumi
tsunami yang
menyebabkan bencana
industri?
3. Berdasarkan
pengalaman
penanganan darurat
bencana, manakah yang
lebih mudah diakses,
33 | P a g e
anggaran DSP atau BTT?
4. Apa kelebihan dan
kekurangan dari kedua
anggaran tersebut?
Selain BTT dan DSP
apakah ada
sumberdana lain yang
bisa digunakan untuk
mendukung
penanganan PDB
Pertanggung Jawaban 1. Mekanisme Pemahaman daerah dalam (misalnya dari CSR)?
Anggaran pertanggungjawaban untuk Pertanggung Jawaban
penggunaan BTT dan DSP untuk penggunaan BTT 1. Bagaimana mekanisme
dengan akuntabilitas yang pertanggungjawaban
2. Pendampingan dalam baik untuk penggunaan BTT
penggunaan BTT dan DSP dan DSP yang
akuntabel?
2. Permasalahan apa saja
yang biasanya dihadapi
dalam pengajuan,
pengelolaan dan
pertanggungjawaban
dalam penggunaan
anggaran Penanganan
Darurat Bencana?
3. Adakah pendampingan
dalam penggunaan BTT
dan DSP?
 Kalau ada, bagaimana
bentuk
pendampingan
penggunaan anggaran
34 | P a g e
PDB dan Monev?
4. Di tahap mana mulai
dilakukan
pendampingan?

35 | P a g e
E. DATA PENDUKUNG

Untuk bencana erupsi Gunung Merapi dengan status keadaan darurat bencana Kabupaten
Boyolali, Magelang dan Klaten, maka pelaksanaan operasional sistem komando penanganan
darurat bencana menjadi kewenangan pemerintah kabupaten terdampak. Dalam
pelaksanaannya di koordinasikan oleh Kepala BPBD Kabupaten yang bersangkutan dengan
melibatkan seluruh potensi sumber daya perangkat kerja daerah/lembaga terkait, dunia usaha
dan organisasi kemasyarakatan yang ada.

Dalam hal kejadian bencana yang waktunya bersamaan dan cakupan wilayahnya lebih dari
satu kabupaten dalam satu Provinsi, maka selama status keadaan darurat bencana yang
diberlakukan merupakan status keadaan darurat bencana kabupaten masing-masing tentunya
tanggungjawab penyelenggaraan sistem komando penanganan darurat bencananya berada di

36 | P a g e
pemerintah kabupaten masing-masing yang terdampak.Sedangkan peran pemerintah provinsi
adalah melakukan pendampingan penanganan darurat bencana bilamana diperlukan.

A. Mekanisme Pelaksanaan
Pada status keadaan darurat bencana kabupaten diberlakukan maka mekanisme
pelaksanaan Sistim Komando Penanganan Darurat Bencana adalah sebagai berikut:
o BPBD Kabupaten terdampak sesuai kewenangannya menginisiasi dan memimpin
penyelenggaraan penanganan darurat bencana dengan melakukan rapat koordinasi
untuk aktivasi sistem komando penanganan darurat bencana dengan melibatkan
perangkat kerja daerah/lembaga terkait, dunia usaha dan organiasi kemasyarakatan
setempat. Agenda utama rapat koordinasi dimaksud adalah membentuk Pos Komando
Penanganan Darurat Bencana (Posko PDB) Kabupaten yang berperan sebagai
pengendali operasi penanganan darurat bencana.
o Posko PDB yang dibentuk dapat berkedudukan di ibukota kabupaten atau di wilayah
lain dalam kabupaten terdampak dengan pertimbangan efektivitas penanganan,
keamanan dan terbebas dari ancaman bencana.
o Posko PDB Kabupaten terdampak berwenang membentuk Pos Lapangan PDB yang
berperan sebagai pelaksana operasi di lapangan.Pos Lapangan PDB dapat didirikan di
lokasi bencana, disekitar lokasi bencana dan lokasi pengungsian dengan jumlah Pos
tergantung kebutuhan penanganan darurat bencana.
o Posko PDB Kabupaten terdampak dapat membentuk Pos Lapangandi bawah kendali
Posko PDB Kabupaten bersangkutan.
o BPBD Kabupaten secara hirarki bertanggungjawab kepada KepalaDaerah yang
bersangkutan
o Perangkat kerja daerah/lembaga terkait Kabupaten berwenang melakukan pembinaan
dan fasilitasi kepada Posko PDB Kabupaten.
o Bupati berwenang melakukan pengendalian dan pembinaan kepada BPBD Kabupaten
ter Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui koordinasi BPBD Provinsi Jawa Tengah
dengan melibatkan perangkat kerja daerah/lembaga terkait, dunia usaha dan organisasi
kemasyarakatan di tingkat provinsi dapat melakukan pembinaan dan pendampingan
bantuan sumber daya termasuk teknis penanganan kepada Posko PDB kabupaten
terdampak bilamana diperlukan
o Pemerintah Provinsi jika diperlukan terkait pelaksanaan pendampingan penanganan
darurat bencana dapat membentuk Pos Pendamping PDB Provinsi
o Pos Pendamping PDB Provinsi Jawa Tengah yang dibentuk dapat berkedudukan di
ibukota provinsi atau di wilayah lain dalam provinsi dengan pertimbangan efektivitas
penanganan, keamanan dan terbebas dari ancaman bencana.
o Pemerintah melalui koordinasi BNPB dengan melibatkan Kementerian/Lembaga terkait,
dunia usaha dan organisasi kemasyarakatan di tingkat nasional dapat melakukan

37 | P a g e
pembinaan dan pendampingan bantuan sumber daya termasuk teknis penanganan
kepada pemerintah provinsi dan Posko PDB kabupaten terdampak bilamana diperlukan
o Jika Pos Pendamping PDB provinsimemerlukan Pos Pendukung PDB nasional yang
dapat membantuakses bantuan darurat bencana yang berasal dari sumber daya tingkat
nasional dan komunitas internasional, maka dapat membentuk Pos Pendukung PDB
atau memanfaatkan Pos Pendukung PDB yang dimiliki Posko PDB Kabupaten
terdampak. Jika memanfaatkan Pos Pendukung PDB yang dimiliki Posko PDB
Kabupaten terdampak maka pengendalian pengelolaan akses bantuan yang bersumber
dari sumber daya tingkat nasional dan komunitas internasional tetap menjadi
tanggungjawab Pos Pendukung PDB nasional.

B. Mekanisme Permintaan Bantuan Sumber Daya


Bila dalam pelaksanaan operasi penanganan darurat bencana terjadi kekurangan
sumberdaya, maka dalam Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana dimungkinkan
untuk mengajukan permintaan bantuan sumber daya yang diatur melalui mekanisme
seperti skema berikut ini.

38 | P a g e
Skema Mekanisme Permintaan Bantuan Sumber Daya Dalam Penanganan Darurat
Bencana.

Dari skema di atas permintaan bantuan dalam penanganan darurat bencana dapat
dijelaskan sebagai berikut:

o Permintaan bantuan sumber daya disusun secara jelas dengan menuliskan jenis dan
jumlah yang dimintakan seperti formulir dibawah
o Pos Lapangan PDB mengajukan permintaan bantuan sumber daya kepada Posko PDB
Kabupaten.
o Komandan Posko PDB Kabupaten dapat mengajukan permintaan bantuan kepada
BPBD maupun satuan kerja perangkat daerah/lembaga terkait di Kabupaten
bersangkutan dengan mengkoordinasikan permintaan bantuan sumber daya tersebut
melalui perwakilan instansi/lembaga terkait yang ada di dalam Posko PDB Kabupaten
o Bila kebutuhan sumber daya tidak dapat dipenuhi di tingkat kabupaten, maka Posko
PDB Kabupaten dapat mengajukan permintaan bantuan sumber daya kepada BPBD
Provinsi melalui BPBD Kabupaten
o BPBD Provinsi berkewajiban untuk memenuhi permintaan bantuan sumber daya
dimaksud dan dimungkinkan untuk meneruskan permintaan mobilisasi bantuan

39 | P a g e
sumber daya ke Kabupaten/Kota lain yang tidak terdampak yang masih dalam satu
wilayah kerja provinsi dan memiliki kemampuan untuk membantu.
o Bila permintaan bantuan sumber daya belum dapat sepenuhnya dipenuhi dari sumber
daya provinsi dan kabupaten/kota lain yang tidak terdampak, maka BPBD Provinsi
dapat mengajukan permintaan bantuan sumber daya kepada BNPB.
o BNPB berkewajiban untuk memenuhi permintaan sumber daya bantuan yang
diperlukan dan dimungkinkan untuk meneruskan permintaan bantuan sumber daya
dimaksud ke provinsi lain yang memiliki kemampuan untuk membantu.
o Bila Pos Pendamping PDB Provinsi dibentuk, maka BPBD Kabupatendapat mengajukan
permintaan bantuan sumber daya kepada Pos Pendamping PDB Provinsi.
o Bila Pos Pendamping PDB Provinsi tidak dapat memenuhi permintaan bantuan sumber
daya, maka Pos Pendamping PDB Provinsi dapat mengajukan permintaan bantuan
kepada BNPB melalui BPBD Provinsi.
o Bila Pos Pendamping Nasional PDB dibentuk, maka BPBD Provinsi dapat mengajukan
permintaan bantuan sumber daya kepada Pos Pendukung Nasional PDB.

FORMULIR PERMINTAAN BANTUAN PERSONIL


No.

Ditujukan Kepada :
Dari :
Rincian yang
dimintakan :

No Klasifikasi Tenaga Jumlah Penjelasan Lokasi Keterangan


Penugasan

Jumlah Keseluruhan

…………………,……………………
…………….
Yang Meminta
(Komandan/Koordinator/Kepala……
………………………………………
…..………………)

40 | P a g e
FORMULIR PERMINTAAN BANTUAN LOGISTIK DAN PERALATAN
No.

Ditujukan Kepada :
Dari :
Rincian yang
dimintakan :

No Jenis Barang/Alat Satuan Jumlah Penjelasan Keterangan


Penggunaan

…………………,……………………
…………….
Yang Meminta
(Komandan/Koordinator/Kepala……
………………………………………
…..………………)

………………………………………
………………

41 | P a g e
FORMULIR PERMINTAAN BANTUAN PEMBIAYAAN
No.

Ditujukan Kepada :
Dari :

Rincian yang dimintakan:

No Uraian Kegiatan Volume Satuan Biaya Jumlah Pembiayaan Keterangan


(Rp) (Rp)

…………………,……………………
…………….
Yang Meminta
(Komandan/Koordinator/Kepala……
………………………………………
…..………………)

………………………………………
………………

42 | P a g e
C. Mekanisme Mobilisasi dan Distribusi Bantuan Sumber Daya

Mobilisasi dan distribusi bantuan sumber daya atas permintaan bantuan dalam Sistem
Komando Penanganan Darurat Bencana untuk status keadaan darurat bencana kabupaten
diatur melalui mekanisme sebagai berikut.

Dengan penjelasan sebagai berikut:


o Posko PDB Kabupaten memobilisasi dan mendistribusikan bantuan sumber daya
yang ada untuk memuhi kebutuhan operasi lapangan penanganan darurat bencana
yang dilakukan oleh Pos Lapangan PDB
o BPBD dan perangkat kerja daerah/lembaga terkait di Kabupaten bersangkutan
memobilisasi bantuan sumber daya yang diminta oleh Posko PDB Kabupaten.
o Bila kebutuhan sumber daya tidak dapat terpenuhi pada tingkat Kabupaten
terdampak, maka BPBD Kabupaten/Kota lain dalam satu wilayah provinsi dapat

43 | P a g e
memobilisasi bantuan langsung ke Posko PDB Kabupaten terdampak di bawah
koordinasi BPBD Provinsi bersangkutan.
o Bila jarak Pos Lapangan PDB berlokasi lebih dekat dengan Kabupaten/Kota lain
yang akan memberikan bantuan dibanding jarak dari Posko PDB, maka BPBD
Kabupaten/kota lain tersebut dapat langsung menyerahkan bantuan darurat
bencana ke Pos Lapangan PDB dimaksud atas petunjuk dari Posko PDB Kabupaten
terdampak.
o Bila ada kebutuhan penanganan darurat bencana yang tidak dapat dipenuhi oleh
Pemerintah Provinsi bersangkutan, maka BNPB dapat memobilisasi bantuan di
tingkat nasional untuk mendukung penanganan darurat bencana yang
dilaksanakan oleh Posko PDB Kabupaten terdampak, dengan tembusan dokumen
pengiriman kepada BPBD Provinsi Jawa Tengah.
o Bila kebutuhan sumber daya belum dapat terpenuhi dari Kabupaten/Kota maupun
Provinsi Jawa Tengah, maka BPBD Provinsi lainnya (termasuk BPBD Kabupaten/Kota
di wilayah kerjanya) dapat pula memobilisasi bantuan sumber daya kepada Posko
PDB Kabupaten terdampak di bawah koordinasi BNPB.
o Bila Pos Pendamping PDB Provinsi dibentuk, maka mobilisasi bantuan sumber daya
dapat dilakukan oleh Pos Pendamping PDB Provinsi ke Posko PDB Kabupaten
terdampak.
o Bila Pos Pendukung Nasional PDB dibentuk, maka mobilisasi bantuan sumber daya
dapat dilakukan oleh Pos Pendukung Nasional melalui Pos Pendamping Provinsi
PDB atau langsung ke Posko PDB Kabupaten terdampak dengan pertimbangan
efektifitas dan tembusan dokumen pengiriman kepada BPBD Provinsi/Pos
Pendamping Provinsi PDB yang bersangkutan.
o Pos Pendukung PDB yang di bentuk oleh BNPB dapat memobilisasi bantuan
darurat bencana yang diterimanya ke Pos Pendamping PDB Provinsi Jawa Tengah

D. Mekanisme Pengelolaan Informasi dan Pelaporan


Pengelolaan informasi dan pelaporan dalam Sistem Komando Penanganan Darurat
Bencana untuk status keadaan darurat bencana kabupaten diatur melalui mekanisme
seperti berikut:

44 | P a g e
Dengan penjelasan sebagai berikut:
o Pos Lapangan PDB mengumpulkan data dan Informasi terkait perkembangan
situasi dan penanganan darurat bencana yang dilakukan di wilayah kerjanya.
o Pos Lapangan PDB berkewajiban menyampaikan laporan (laporan harian, tertentu,
dan akhir kegiatan) sesuai kebutuhan tentang perkembangan situasi dan
pelaksanaan operasi penanganan darurat bencana kepada Posko PDB Kabupaten.
o Bagian Pengelolaan Data, Informasi, dan Komunikasi pada Posko PDB
Kabupatenberkewajiban untuk membuat data salinan dari seluruh informasi yang
disampaikan oleh Pos Lapangan PDB.
o Komandan Posko PDB Kabupaten berwenang untuk mengeluarkan informasi ke
publik dan media masa.
o Posko PDB Kabupaten berkewajiban menyampaikan informasi dan laporan (laporan
harian, tertentu, dan akhir kegiatan) sesuai kebutuhan tentang perkembangan
situasi dan pelaksanaan operasi penanganan darurat bencana kepada BPBD
Kabupaten dengan tembusan kepada perangkat kerja daerah/lembaga terkait di
tingkat kabupaten.
o BPBD Kabupaten berkewajiban menyampaikan informasi dan laporan (laporan
harian, tertentu, dan akhir kegiatan) sesuai kebutuhan tentang perkembangan
situasi dan pelaksanaan operasi penanganan darurat bencana kepada Bupati
dengan tembusan kepada perangkat kerja daerah/lembaga terkait di tingkat
kabupaten, BPBD Provinsi/Pos Pendamping Provinsi PDB, dan BNPB/Pos
Pendukung Nasional PDB.
o Pos Pendamping PDB Provinsi berkewajiban menyampaikan informasi dan laporan
(laporan harian, tertentu, dan akhir kegiatan) sesuai kebutuhan tentang
pelaksanaan pendampingan operasi penanganan darurat bencana kepada BPBD
Provinsi dengan tembusan kepada perangkat kerja daerah/lembaga terkait Provinsi
dan BNPB.
o BPBD Provinsi berkewajiban menyampaikan informasi dan laporan (laporan harian,
tertentu, dan akhir kegiatan) sesuai kebutuhan tentang perkembangan situasi dan
pelaksanaan operasi penanganan darurat bencana serta pelaksanaan
pendampingan yang dilakukan oeh Provinsi kepada Gubernur dengan tembusan
BNPB/Pos Pendukung Nasional PDB.

Demikian PedomanPelaksanaan Sistem Komando Penanganan Darurat untuk Bencana


Erupsi Merapi pada Status Keadaan Darurat Bencana Kabupatendan Provinsi sebagai Pos
Pendamping, untuk digunakan sebagai acuan bagi penyelenggara penanganan darurat
45 | P a g e
bencana erupsi merapi di provinsi Jawa Tengah. Dengan adanya pedoman ini diharapkan
upaya penanganan darurat bencana erupsi gunung merapi dapat terlaksana secara
terpadu, efektif, efisien, berdaya guna dan berhasil guna.

46 | P a g e
BAB III
PENUTUP

Demikian Panduan Pembelajaran Fasilitator berjudul: Table Top Exercise dan Command Post
Exercise dimasa pandemik Covid-19 di Provinsi Jawa Tengah, Penyusun berharap adanya
persetujuan atas panduan yang telah penyusun ajukan ini. Terimakasih yang sebesar – besarnya
penyusun sampaikan.

Sentul, Agustus 2020

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan PB

Berton Suar Pelita Panjaitan

47 | P a g e
48 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai