Wakil Kepala BPIP Dalam KVKI 2021
Wakil Kepala BPIP Dalam KVKI 2021
Wakil Kepala BPIP Dalam KVKI 2021
Menurut Hariyono, kontribusi umat Katolik juga dirasakan pada Kongres Sumpah Pemuda
pada tanggal 27 Oktober 1928, yang berlangsung di area gedung Katedral Jakarta untuk
mendikusikan topik-topik bersama. Ini artinya, kata Hariyono, Katolik Indonesia bukan untuk
kekinian saja tetapi sudah dirintis di masa lampau. Maka, ia berharap Katolik Indonesia
tidak hanya berpartisipasi pada negeri di masa lampau sehingga hanya jadi catatan emas.
“Kami sadar bahwa komunitas Katolik itu juga subjek pembangunan dan peradaban
Indonesia, sehingga teman-teman komunitas Katolik tidak hanya mengenang masa lalu di
mana prestasi, partisipasi, dan kontribusinya kepada bangsa cukup signifikan. Tapi harus
kita teguhkan sehingga kontribusi kepada bangsa dan negara di masa kini dan masa depan
akan menjadi lebih baik,” tuturnya.
Bagi Hariyono, KVKI 2021 ikut membangun kebersamaan yang memperkokoh persatuan
dan mengembangkan kreasi, inovasi dan prestasi sebagai bagian dari aktualisasi nilai-nilai
keagamaan sekaligus kebangsaan. “Sehingga konteks yang dikembangkan oleh teman-
teman pemuda Katolik, bagaimana membangun warga Katolik untuk Indonesia melalui KVKI
tidak hanya mencerminkan kebersamaan dan toleransi, tetapi juga sudah menginisiasi
bagaimana kreasi, inovasi dan prestasi itu dikembangkan,” ujarnya.
Posisi Pancasila sebagai dasar negara harus dipahami bersama, karena hingga saat ini
masih tidak adanya kejujuran sebagai semua bangsa.
Hariyono berharap pemuda Katolik sebagai komunitas yang memiliki kualitas pendidikan di
atas rata-rata dapat menarasikan berbasis pada nilai-nilai Pancasila.
Ia juga mengajak umat Katolik sebagai aparatur negara bisa ikut terlibat mengembangkan
visi dan misi negara
Hariyono mengutip epatah Jawa, “watuk ada obatnya kalau watak tidak ada obatnya. “Saya
yakin seperti apa yang dilakukan teman-teman Katolik saat ini, acara ini mengubah watak
kita sebagai bangsa, yang kebetulan lebih ke internal yaitu bagaimana pemuda Katolik
memperbaiki watak agar bisa memberikan kontribusi pada negara lebih baik lagi. Kami
mengajak seluruh elemen bangsa untuk mengubah ucapan, tindakan, kebiasaan dan
karakter, bahwa orang beragama tidak hanya bisa toleran dan saling menghormati dengan
pemeluk agama lain, melainkan juga terus berjuang mengaktualisasikan nilai-nilai
kebenaran, keadilan, dan kasih sayang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,”
ujarnya.