Anda di halaman 1dari 5

Oleh karena itu, tidak boleh memalingkan segala bentuk ibadah apa

saja seperti doa dan shalat, rasa takut dan harapan, tawakal dan Is tighatsah

(meminta pertolongan), menyembelih hewan, bernadzar dan semacamnya,

kecuali hanya untuk Allah semata dan tidak kepada selain- Nya.

Barangsiapa memalingkan suatu bentuk ibadah sedikit pun kepada selain

Allah maka dia dianggap telah berbuat syirik dan kafir sebagaima- na

ditegaskan dalam firman Allah Ta’ala,

‫ﯥﯦ ﯧﯨ ﯩﯪ ﯫ ﯬ ﯭ ﯮﯯ ﯰ ﯱ ﯲ ﯳﯴ‬

‫ﯵﯶ ﯷ ﯸ‬

“Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain selain Allah, padahal tidak ada

suatu bukti pun baginya tentang itu, maka perhitungannya hanya pada

Tuhannya. Sungguh orangorang kafir itu tidak akan beruntung.” (QS. Al-

Mukminun: 117)

Hanya Allah Ta’ala yang sempurna di dalam Dzat, Asma` (Nama- nama),

Sifat dan perbuatan-Nya. Oleh karena adanya kesempurnaan, kemuliaan,

keindahan serta kebaikan-Nya, maka Dia berhak untuk di- sembah dan tidak

dipersekutukan dengan suatu apa pun.

Allah Ta’ala memiliki Asma` (nama-nama) yang indah dan sifat-si- fat

yang mulia, yang hal itu mengharuskan timbulnya rasa cinta dengan sebenar-

benarnya cinta, dan pengagungan dengan setinggi-tingginya serta

ketundukkan pada-Nya dengan sebenarnya.

Hanya Dialah yang berhak disembah, yang mana hati yang bertauhid akan
mempertuhankan-Nya, mencintai dan tunduk patuh kepada-Nya,

merendahkan diri, berharap dan takut, mengadu kepada-Nya di saat susah,

bertawakal kepada-Nya demi kemashlahatannya, bersandar dan kembali

kepada-Nya. Hati yang bertauhid itu juga merasa tenang dengan menyebut

nama-Nya saja tanpa ada unsur kemusyrikan sedikit pun, se- bagaimana

firman Allah Ta’ala, “(Yaitu) orangorang yang beriman dan hati mereka

menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat

Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du: 28)

Sementara itu, setan dan iblis akan terus berusaha merusak keyaki- nan

terhadap Dzat Allah, Asma`, Sifat dan perbuatan-Nya ini bagi manu- sia pada

umumnya.

Iblis pernah menjadikan terasa indah bagi Adam dan isterinya me- makan

buah dari pohon yang dilarang Allah. Iblis membisikkan dengan tipuan

kepada keduanya bahwa memakan buah tersebut akan menjadi- kan mereka

berdua kekal dan berkuasa sesuai dengan persangkaannya, sebagaimana

firman Allah tentang perkataan iblis,

‫ﮠ‬ ‫ﮟ‬ ‫ﮞ‬ ‫ﮝ‬ ‫ﮜ‬ ‫ﮛ‬ ‫ﮚ‬ ‫ﮙ‬ ‫ﮘ‬ ‫ﮗ‬

‫ﮡﮢ ﮣ ﮤ‬

“Kemudiansetanmembisikkan(pikiranjahat) kepadanya, denganberkata, “Wahai

Adam! maukah aku tunjukkan kepadamu pohon keabadian (khuldi) dan

kerajaan yang tidak akan binasa?” (QS. Thaahaa: 120)

Adam pun termakan rayuan Iblis, dia memakan buah tersebut dan
bermaksiat kepada Tuhannya, kemudian bertaubat kepada Allah, lalu Allah

menerima taubatnya sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah

Ta’ala,

‫ﯾﯿ ﰀ ﰁ ﰂ ﰃ ﰄ ﰅ ﰆ ﰇ ﰈ ﰉ ﰊ‬

“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun

menerima taubatnya. Sungguh, Allah Maha Penerima taubat, Maha Penyayang.”

(QS. Al-Baqarah: 37)

Setan juga menjadikan terasa indah bagi kaum Nuh untuk membuat patung

orang-orang shalih yang telah meninggal dunia, supaya mereka bisa

mengingat orang-orang shalih tersebut dan bisa mengambil pelaja- ran dengan

ibadah mereka, lantas bersemangat dalam beribadah ketika melihat patung

mereka. Selanjutnya setan menjadikan umat tersebut memandang baik

perbuatan mereka dengan rayuan bahwa mendirikan bangunan di atas kuburan

mereka. Setan juga menggoda mereka bahwa berdiri di kuburan merupakan

bagian dari mencintai ahli kubur dari ka- langan Nabi dan orang-orang shalih,

dan bahwasanya berdoa di sam- pingnya merupakan perbuatan yang

dianjurkan Setan terus mengarahkan mereka dari satu tingkatan kekufuran ke-

pada tingkatan lainnya hingga mereka mau berdoa dengan menyebut- kan

orang yang telah mati sebagai perantara, bersumpah dengan orang yang telah

meninggal dunia atas nama Allah untuk memenuhi keperlu- an-keperluannya,

dengan dalih kedudukan orang-orang shalih tersebut tinggi di sisi Allah.

Setelah hal itu mengakar pada diri mereka, lantas setan merayu mereka

untuk melakukan perbuatan yang lebih buruk; hingga meminta- minta kepada
orang mati dan beribadah kepadanya, meminta syafa’at kepadanya,

menjadikan kuburannya sebagai berhala yang dihiasi dengan lampu-lampu,

kelambu dan bunga-bunga, begitu juga mengelilinginya, menyentuhnya

dengan harapan mendapat keberkahan. Bahkan setan juga mengajak mereka

untuk berhaji dan menyembelih di sisi kuburan orang-orang yang shalih

menurut mereka.

Setelah hal itu menetap pada diri mereka dan mereka menjadi senang

dengannya, sementara setan-setan senantiasa membantu mereka pada perkara-

perkara yang membawa kepada kemusyrikan, maka setan pun mengajak

mereka untuk menyeru manusia agar menyembah kubur tersebut. Setelah itu

menjadikan kuburan sebagai tempat yang mesti di- kunjungi dalam waktu-

waktu tertentu dan sebagai tempat ibadah yang dijadikan rujukan orang-orang

dari berbagai penjuru.

Setan tidak berhenti menggoda mereka, dengan menjadikan amalan mereka itu baik

di pandangan mereka, lalu menancapkan pemahaman ke dalam hati mereka bahwa

orang yang melarang perbuatan mereka berarti telah berusaha mengurangi martabat

dan kedudukan para Nabi dan orang-orang shalih yang tinggi. Orang yang

melarangnya dianggap telah merendahkan kemuliaan mereka dan menyangka

bahwa orang tersebut tidak memiliki kehormatan terhadap orang-orang shalih dan

tidak memuliakannya. Hal itu merasuk kuat pada jiwa orang-orang bo- doh dan

dungu terhadap ajaran agama. Bahkan banyak di antara orang yang menisbatkan diri

mereka pada ilmu dan agama memusuhi orang- orang yang bertauhid; sampai

menjuluki mereka dengan istilah orang dungu. Mereka lebih memilih untuk loyal
kepada pelaku kemusyrikan dan mengagungkannya. Mereka menyangka bahwa

pelaku kemusyrikan adalah para wali Allah dan penolong agama-Nya, padahal Allah

menolak hal itu sama sekali sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Ta’ala,

“…Dan mereka bukanlah orangorang yang berhak menguasainya? Orang yang

berhak menguasai(nya), hanyalah orangorang yang bertakwa, tetapi

kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Al-Anfaal: 34)

Anda mungkin juga menyukai