Anda di halaman 1dari 5

Tauhid adalah asas segala perbuatan.

Tauhid adalah inti, hati dan ruh

dari amalan sehingga setiap amalan yang tidak disertai tauhid maka amalan

itu batil meskipun secara zhahir sesuai dengan sunnah. Hal ini karena

amalan yang diterima Allah hanya yang mencakup dua syarat, yaitu:

• Pertama, dilakukan atas dasar ikhlas karena Allah semata.

• Kedua, dilakukan sesuai cara yang diajarkan Nabi Shallallahu Alaihi wa

Sallam. Kedua syarat ini dapat dipahami dari firman Allah Ta’ala yang

berbunyi,

‫ﰐ ﰑ ﰒﰓ ﰔ ﰕ ﰖ ﰗ ﰘ ﰙ ﰚ ﰛ ﰜ ﰝ‬

“…Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka

hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia

mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada

Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi: 110).

Oleh karena itu, hati yang mengesakan Allah akan tunduk kepada Allah

semata dalam segala hal. Hati ini tidak akan tunduk kepada selain Allah, tidak

meminta sesuatu apa pun kepada selain-Nya, dan tidak pula bersandar kepada

siapa pun selain-Nya. Bagi pemilik hati ini, hanya Allah saja yang Mahakuat,

Dia Yang berkuasa atas para hamba-Nya, se- dangkan para hamba seluruhnya

lemah lagi hina, mereka sama sekali tidak memiliki manfaat dan tidak pula

kemudharatan bagi diri mereka sendiri. Oleh karena itu, pemilik hati yang

bertauhid tidak akan tunduk kepada satu pun dari makhluk, sebab mereka

sama saja sepertinya; ti- dak memiliki manfaat dan tidak pula kemudharatan
bagi diri mereka sendiri. Hanya Allah saja yang Mahakaya, sedangkan selain-

Nya adalah mis- kin dan memerlukan-Nya. Allah melapangkan rezeki bagi siapa

yang Dia kehendaki dan membatasi bagi siapa yang Dia kehendaki pula. Allah

Ta ’ala berfirman,

'‫'ﮩ'ﮪ'ﮫﮬﮭ'ﮮ'ﮯ'ﮰ‬
‫'ﮨ‬‫'ﮧ‬
‫ﮥﮦ‬

“Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang

Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji” (QS. Fa- thir: 15)

Hati yang mentauhidkan Allah akan mengimani bahwa hanya Allah

semata Tuhan yang mengatur segala yang ada di alam semesta. Hati ini tidak

akan memilih selain apa yang telah dipilih oleh Allah, berupa hu- kum-hukum

dan syariat-Nya, tetapi akan senantiasa mematuhi perintah dan syariat-Nya.

Hati yang mentauhidkan Allah akan mengetahui kedekatan antara dirinya

dengan seluruh apa yang diciptakan Allah berupa benda mati dan benda

hidup. Hati ini lalu merasa senang karena kedekatannya dengan Allah, lalu

merenungkan penciptaan makhluk-makhluk Allah. Pemilik hati ini tidak akan

menyakiti siapa pun, atau merusak sesuatu apa pun, atau berbuat melakukan

sesuatu kecuali dengan izin Allah. Allah Ta’ala adalah Pencipta segala

sesuatu, Pemelihara segala sesuatu dan Penguasa segala sesuatu.

Hati yang beriman dengan hakikat tauhid adalah hati yang benar- benar

mengenal Allah dan bergantung kepada-Nya serta tidak akan me- noleh

kepada siapa pun selain-Nya dalam beribadah. Pemilik hati yang beriman

akan menempuh perjalanan di muka bumi ini di atas dasar pe- tunjuk dan
ilmu, karena hatinya dan pandangannya berkait dengan satu arah, dan karena

dia tidak mengetahui kecuali satu sumber kehidupan dan rezeki, satu sumber

yang mendatangkan manfaat dan mudharat, serta satu sumber yang bisa

memberi dan membatasi rezeki.

Orang ini pun akan memantapkan langkahnya menuju satu sumber

tersebut dan menyembah satu Tuhan saja. Dia mengetahui segala hal yang

diridhai Allah lantas melakukannya. Dia juga mengetahui semua yang

dimurkai Allah kemudian menjauhinya.

Seluruh makhluk dari awal hingga akhir, kecil dan besar, tidak akan

mendatangkan manfaat maupun kemudharatan kecuali dengan izin Allah. Hati

itu bagaikan mayat yang tidak bisa beramal dan tidak bisa bergerak kecuali

dengan izin Allah. Hal yang sama dengannya adalah bebatuan yang tidak

memberikan manfaat dan mudharat, tidak pula bisa bergerak kecuali apabila

datang kekuatan luar yang lebih kuat darinya lalu meng- gerakkannya.

Demikian halnya seluruh makhluk yang ada, mereka tidak memiliki manfaat

dan kemudharatan kecuali dengan izin dan kehendak Allah.

Makhluk Terbagi Dua

• Pertama, makhluk yang memberi manfaat seperti makanan dan air

• Kedua, makhluk yang memberi kemudharatan seperti api dan ra- cun.

Seluruh makhluk tidak bisa mendatangkan manfaat maupun ke-

mudharatan kecuali dengan izin Allah, bukan makhluk itu sendiri; se- bab

makhluk berada dalam kekuasaan Allah, serta diperintah dan diatur oleh Allah
Ta’ala.

Api yang membakar Nabi Ibrahim Alaihissalam secara zhahir akan

membahayakannya, akan tetapi manakala perintah Allah datang kepa- danya

untuk menolong wali-Nya, maka keadaannya berbalik tidak seba- gaimana

asli api itu diciptakan. Api itu justru memberikan manfaat dan menjadi dingin

lalu memberi keselamatan bagi Ibrahim.

Air yang diminum kaum Nuh secara zhahir memberikan manfaat, lantas

perintah Allah datang kepadanya untuk memberikan mudharat. Air itu pun

menenggelamkan orang-orang kafir yang sombong dari ka- langan kaum Nabi

Nuh Alaihissalam.

Semua hal yang baik dapat memberikan manfaat, namun apabila perintah

Allah datang kepadanya untuk suatu kemudharatan, maka hal itu akan tunduk,

taat dan patuh kepada-Nya hingga ia dapat membaha- yakan siapa pun di

antara makhluk yang Allah kehendaki.

Lihat saja makanan yang sejatinya memberikan manfaat, namun pada

hakekatnya bukan makanan itu sendiri yang memberikan manfaat dan

mudharat, sebab ia hanyalah makhluk yang tidak memiliki daya apa pun.

Makhluk kecil menjadi besar dengan memakannya, yang lemah menjadi kuat

dengan memakannya, namun kadang-kadang yang besar menjadi lemah

setelah memakannya. Terkadang anak muda memakan- nya kemudian

bertambah kuat, namun kadang-kadang pula berkurang kekuatannya, atau

bahkan tidak bertambah dan tidak pula berkurang, sebab Yang Maha Berbuat

tidak lain adalah Allah sendiri yang tidak ada sekutu bagi-Nya.
Makanan diciptakan oleh Allah. Allah mengaruniakannya kepada para makhluk-

Nya, dan itu merupakan sebab mereka bisa menikmati kelezatannya, sebab mereka

menjalankan perintah-perintah Allah ketika memakannya. Namun demikian,

makanan hanyalah makhluk yang di- kuasai dan diatur oleh Allah Ta’ala, yang tidak

memberikan manfaat dan tidak pula kemudharatan sebagaimana makhluk lainnya

kecuali dengan izin Allah.

Anda mungkin juga menyukai