dari amalan sehingga setiap amalan yang tidak disertai tauhid maka amalan
itu batil meskipun secara zhahir sesuai dengan sunnah. Hal ini karena
amalan yang diterima Allah hanya yang mencakup dua syarat, yaitu:
Sallam. Kedua syarat ini dapat dipahami dari firman Allah Ta’ala yang
berbunyi,
ﰐ ﰑ ﰒﰓ ﰔ ﰕ ﰖ ﰗ ﰘ ﰙ ﰚ ﰛ ﰜ ﰝ
Oleh karena itu, hati yang mengesakan Allah akan tunduk kepada Allah
semata dalam segala hal. Hati ini tidak akan tunduk kepada selain Allah, tidak
meminta sesuatu apa pun kepada selain-Nya, dan tidak pula bersandar kepada
siapa pun selain-Nya. Bagi pemilik hati ini, hanya Allah saja yang Mahakuat,
Dia Yang berkuasa atas para hamba-Nya, se- dangkan para hamba seluruhnya
lemah lagi hina, mereka sama sekali tidak memiliki manfaat dan tidak pula
kemudharatan bagi diri mereka sendiri. Oleh karena itu, pemilik hati yang
bertauhid tidak akan tunduk kepada satu pun dari makhluk, sebab mereka
sama saja sepertinya; ti- dak memiliki manfaat dan tidak pula kemudharatan
bagi diri mereka sendiri. Hanya Allah saja yang Mahakaya, sedangkan selain-
Nya adalah mis- kin dan memerlukan-Nya. Allah melapangkan rezeki bagi siapa
yang Dia kehendaki dan membatasi bagi siapa yang Dia kehendaki pula. Allah
Ta ’ala berfirman,
''ﮩ'ﮪ'ﮫﮬﮭ'ﮮ'ﮯ'ﮰ
'ﮨ'ﮧ
ﮥﮦ
“Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang
Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji” (QS. Fa- thir: 15)
semata Tuhan yang mengatur segala yang ada di alam semesta. Hati ini tidak
akan memilih selain apa yang telah dipilih oleh Allah, berupa hu- kum-hukum
dengan seluruh apa yang diciptakan Allah berupa benda mati dan benda
hidup. Hati ini lalu merasa senang karena kedekatannya dengan Allah, lalu
menyakiti siapa pun, atau merusak sesuatu apa pun, atau berbuat melakukan
sesuatu kecuali dengan izin Allah. Allah Ta’ala adalah Pencipta segala
Hati yang beriman dengan hakikat tauhid adalah hati yang benar- benar
mengenal Allah dan bergantung kepada-Nya serta tidak akan me- noleh
kepada siapa pun selain-Nya dalam beribadah. Pemilik hati yang beriman
akan menempuh perjalanan di muka bumi ini di atas dasar pe- tunjuk dan
ilmu, karena hatinya dan pandangannya berkait dengan satu arah, dan karena
dia tidak mengetahui kecuali satu sumber kehidupan dan rezeki, satu sumber
yang mendatangkan manfaat dan mudharat, serta satu sumber yang bisa
tersebut dan menyembah satu Tuhan saja. Dia mengetahui segala hal yang
Seluruh makhluk dari awal hingga akhir, kecil dan besar, tidak akan
itu bagaikan mayat yang tidak bisa beramal dan tidak bisa bergerak kecuali
dengan izin Allah. Hal yang sama dengannya adalah bebatuan yang tidak
memberikan manfaat dan mudharat, tidak pula bisa bergerak kecuali apabila
datang kekuatan luar yang lebih kuat darinya lalu meng- gerakkannya.
Demikian halnya seluruh makhluk yang ada, mereka tidak memiliki manfaat
• Kedua, makhluk yang memberi kemudharatan seperti api dan ra- cun.
mudharatan kecuali dengan izin Allah, bukan makhluk itu sendiri; se- bab
makhluk berada dalam kekuasaan Allah, serta diperintah dan diatur oleh Allah
Ta’ala.
asli api itu diciptakan. Api itu justru memberikan manfaat dan menjadi dingin
Air yang diminum kaum Nuh secara zhahir memberikan manfaat, lantas
perintah Allah datang kepadanya untuk memberikan mudharat. Air itu pun
menenggelamkan orang-orang kafir yang sombong dari ka- langan kaum Nabi
Nuh Alaihissalam.
Semua hal yang baik dapat memberikan manfaat, namun apabila perintah
Allah datang kepadanya untuk suatu kemudharatan, maka hal itu akan tunduk,
taat dan patuh kepada-Nya hingga ia dapat membaha- yakan siapa pun di
mudharat, sebab ia hanyalah makhluk yang tidak memiliki daya apa pun.
Makhluk kecil menjadi besar dengan memakannya, yang lemah menjadi kuat
bahkan tidak bertambah dan tidak pula berkurang, sebab Yang Maha Berbuat
tidak lain adalah Allah sendiri yang tidak ada sekutu bagi-Nya.
Makanan diciptakan oleh Allah. Allah mengaruniakannya kepada para makhluk-
Nya, dan itu merupakan sebab mereka bisa menikmati kelezatannya, sebab mereka
makanan hanyalah makhluk yang di- kuasai dan diatur oleh Allah Ta’ala, yang tidak