Anda di halaman 1dari 59

ABSTRAK

Kewajiban Setiap diri yang ingin mengenal Allah dengan baik, hendaknya dia mengenal
beberapa penghalang mengenal Allah. Allah sebagai pemberi anugerah, rahmat dan magfiroh
sangat menyayangi semua makhluknya. Karena itu Allah selalu memberikan yang terbaik pada
hamba-hambanya. Namun Rahman dan Rahimnya Allah kepada makhluk ciptaannya ini tidak
disukai oleh makhluk yang terbuat dari api yang terpancar. Makhluk inilah yang selalu berupaya
menjadi penghalang atau yang menghalangi taqarubnya makhluk kepada khaliq disamping hawa
nafsu manusia itu sendiri yang ada di dalam dirinya. Untuk lebih berma’rifat kepada Allah
dengan sebaik-baiknya hendaklah manusia mengenali hal-hal yang akan menjadi penghalangnya.
ABSTRACT

Obligations Every person who wants to know God well must be aware of some obstacles
to knowing God. God as the giver of grace, grace and magfiroh is very fond of all his creatures.
Therefore Allah always gives the best to His servants. But Rahman and his Mother God to this
creature of creation are not favored by creatures made from flames. It is this creature that always
strives to hinder or hinder the taqarub of its being to the khaliq as well as the lust of man within
himself. In order to better understand God, one must know the things that will hinder him.
DAFTAR ISI

ABSTRAK...................................................................................................................................1
ABSTRACT.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
KATA PENGANTAR.................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah....................................................................................................................5
C. Tujuan Pembahasan..................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................................16
B. Saran.........................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................17
KATA PENGANTAR

ِ ‫بِس ِْم هللاِ الرَّحْ مٰ ِن الر‬


‫َّحي ِْم‬

Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga  makalah yang
berjudul “AL-MAWANI 'FII MA'RIFATULLAH (Penghalang Mengenal Allah)” ini bisa
diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Makalah ini diajukan untuk memenuhi
tugas dari bapak Yamin Kamaludin s.pdi.,mm. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan
kepada Rasulullah SAW beserta keluarga.

Di dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari berbagai kesulitan-kesulitan dalam
menyelesaikannya. Namun berkat bantuan yang Maha Kuasa dan dari semua pihak serta dengan
usaha yang semaksimal mungkin, sehingga  makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Kami menyadari dalam penulisan  makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan
baik dari isi maupun dari tata cara penulisan. Untuk itu kami masih mengharapakan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga
bermanfaat bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengaruh Internal, Kewajiban Setiap diri yang ingin mengenal Allah dengan baik,
hendaknya dia mengenal beberapa penghalang mengenal Allah. Allah sebagai pemberi anugerah,
rahmat dan magfiroh sangat menyayangi semua makhluknya. Karena itu Allah selalu
memberikan yang terbaik pada hamba-hambanya. Namun Rahman dan Rahimnya Allah kepada
makhluk ciptaannya ini tidak disukai oleh makhluk yang terbuat dari api yang terpancar.
Makhluk inilah yang selalu berupaya menjadi penghalang atau yang menghalangi taqarubnya
makhluk kepada khaliq disamping hawa nafsu manusia itu sendiri yang ada di dalam dirinya.
Untuk lebih berma’rifat kepada Allah dengan sebaik-baiknya hendaklah manusia mengenali hal-
hal yang akan menjadi penghalangnya. Pengaruh eksternal Penyakit lain yang akan dapat
menghalangi seseorang dari mengenal Allah lebih dekat adalah adanya faktor luar. Faktor luar
adalah hal-hal atau unsur-unsur yang mempengaruhi hati dan pikiran seseorang untuk mengenal
Allah SWT lebih dekat. Faktor luar ini bisa berupa pengaruh manusia ataupun bentuk materi
lainnya. Besarnya pengaruh luar ini sangat tergantung dari kekuatan luar itu sendiri. Jika
kekuatannya lebih besar dari kekuatan hati seorang manusia. Maka seseorang akan sangat
terpengaruh dengan itu. Tetapi sekalipun kekautan itu besar namun kekautan ahti seseorang jauh
lebih besar, maka kekautan luar itu tidak akan mempengaruhinya. Bahkan semakin menekan
akan semakin kuat kekuatan hatinya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengaruh Internal

Kewajiban Setiap diri yang ingin mengenal Allah dengan baik, hendaknya dia mengenal
beberapa penghalang mengenal Allah. Allah sebagai pemberi anugerah, rahmat dan magfiroh
sangat menyayangi semua makhluknya. Karena itu Allah selalu memberikan yang terbaik pada
hamba-hambanya. Namun Rahman dan Rahimnya Allah kepada makhluk ciptaannya ini tidak
disukai oleh makhluk yang terbuat dari api yang terpancar. Makhluk inilah yang selalu berupaya
menjadi penghalang atau yang menghalangi taqarubnya makhluk kepada khaliq disamping hawa
nafsu manusia itu sendiri yang ada di dalam dirinya. Untuk lebih berma’rifat kepada Allah
dengan sebaik-baiknya hendaklah manusia mengenali hal-hal yang akan menjadi penghalangnya.
Ada dua hal yang kan menjadi penghalang mengenal Allah SWT yaitu: Sebagaimana diketahui
oleh kita bersama bahwa manusia terdiri dari dua unsur yaitu unsur ruhani dan jasmani. Di dalam
unusr ruhani sebagai lokomatif manusia yang mengendalikan jasmani terdapat dua unsur juga
yaitu unsur nafsu mutmainah dan unsur nafsu lawwamah. Nafsu mutmainah adalah unsur yang
menggerakkan manusia kepada kebaikan dan kebenaran, sedangkan unsur lawwah adalah nafsu
yang menggerakkan manusia melakukan keburukan dan kesalahan.

1. Hawa dan Nafsu

Pengertian Hawa maknanya adalah sebuah kecenderungan, kecondongan, ketertarikan


atau keinginan dalam diri manusia kepada sesuatu baik itu suatu kebaikan ataupun keburukan.
Kecenderung, condongnya, tertariknya jiwa untuk mengikuti sebuah keinginan yang muncul
dalam diri manusia. Jamak dari hawa adalah ahwa’. Hawa juga bisa dimaknai dengan hawa
nafsu, yaitu kemauan atau keinginan. Firman Allah:

“Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh

hawa nafsu mereka dan Sesungguhnya Telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan
mereka.” (QS An-Najm: 23).

Keinginan yang dimaksud di dalam ayat tersebut adalah sebuah keinginan yang buruk
atau keinginan yang berdasarkan hawa nafsu bukan keinginan yang sesuai dengankeinginan
Allah (wahyu). Yang pada akhirnya akan menyebabkan manusia terpelanting ke neraka jahanam.
Ibnu Abbas mengatakan “Dinamakan dengan hawa karena menjatuhkan pelakunya kepada
neraka”. Adapun nafs maknanya adalah jiwa atau ruh. Jamak dari nafs adalah nufus atau anfus
Namun kata nafs ini telah menjadi kalimat yang berkonotasi negative, yaitu yang bermakna
selalu mengajak kepada keburukan. Begitu juga dengan hawa. Hal ini juga sebagaimana telah
disinyalir dalam Al Quran surat, yang mana memang pada asalnya nafsu itu selalu menyuruh
kepada keburukan, “Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena Sesungguhnya
nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang.” (QS Yusuf: 53).

Ibnu Katsir berkata: “Yaitu (nafsu itu selalu menyuruh kepada keburukan) kecuali nafsu
yang Allah menjaganya (dari keburukan )”.

Sebgaiman firman Allah SWT:

“Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena Sesungguhnya nafsu itu selalu
menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.Sesungguhnya
Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang.” (QS Yusuf: 53) Jadi yang dimaksud
penghalang yang akan dapat menyebabkan manusia tidak bisa berma’rifat kepada Allah SWT
adalah hal-hal yang muncul dari hawa nafsu manusia dalam. Bentuk Penghalang Pengaruh
Internal dari Hawa nafsu

a. Fasiq (QS Al-Baqarah: 26, 27, 99)

Dalam kamus Al Munawir edisi kedua fasiq diartikan “ keluar dari jalan yang haq serta
kesalihan ). Orang fasik adalah orang yang mengetahui sesuatu kebenaran dan kesalihan namun
dia tidak melaksanakan apa yang diketahuinya bahkan meninggalkannya. Dengan kata lain orang
fasik adalah orang yang membuat kerusakan dimuka bumi Allah SWT. Mereka adalah orang-
orang yang meningalkan petunjuk Allah dan Rasulallah. Mereka adalah orang-orang yang
mengikuti hawa nafsunya. Orang seperti inilah yang tidak akan dapat mendekati Allah dan tidak
akan dapat melihat Allah sekalipun Allah nampak dihadapannya. Adapun ciri-ciri mereka adalah
seperti firman Allah SWT sebagai berikut:

- Melanggar janji
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih
rendah dari itu. adapun orang-orang yang beriman, Maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu
benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah
menjadikan Ini untuk perumpamaan?” dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan
Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak
ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.” (QS Al-Baqarah: 26)

“(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan
memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan
membuat kerusakan di muka bumi. mereka Itulah orang- orang yang rugi.” (QS Al-Baqarah: 27)

“Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas; dan tak ada yang
ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik.” (QS Al-Baqarah: 99)

“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, mereka akan ditimpa siksa disebabkan
mereka selalu berbuat fasik.” (QS Al -An'am: 49)

- Orang yang mengganti atau menukar hukum-hukum Allah

“Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak
diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang lalim itu siksa
dari langit, karena mereka berbuat fasik.” (QS Al-Baqarah: 59)

- Orang yang berpaling dari perjanjian kepada Allah

“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang
Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang
membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya
dan menolongnya". Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku
terhadap yang demikian itu?" mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau
begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu.” “Bagaimana
bisa (ada perjanjian dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang- orang musyrikin), padahal jika
mereka memperoleh kemenangan terhadap kamu, mereka tidak memelihara hubungan
kekerabatan terhadap kamu dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Mereka menyenangkan
hatimu dengan mulutnya sedang hatinya menolak. Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik (tidak menepati perjanjian).” (QS At-Taubah: 8)

“Dan Kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji. Sesungguhnya Kami
mendapati kebanyakan mereka orang-orang yang fasik.” (QS Al-A'raf: 102)

- Tidak mengagungkan perintah Allah

"Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika
menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan.
Sesungguhnya setan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu;
dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang
musyrik." (QS Al-An'aam: 121)

- Lebih Mencintai Keluarga, harta, pangkat dan jabatan dari pada Allah

“Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta


kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan
(dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS At-Taubah: 24)

- Memiliki karakter munafik dan mengajak kepada yang mungkar

“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah
sama, mereka menyuruh membuat yang mungkar dan melaran berbuat yang makruf dan mereka
menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka.
Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.” (QS At-Taubah: 67)

- Suka menuduh orang soleh dengan keji

“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak
mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali
dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah
orang-orang yang fasik.” (QSAn-Nuur: 4) Itulah beberapa ayat berkaitan dengan ciri fasik yang
dapt menyebabkan kita terhalang berma’rifat kepada Allah SWT. Adapun hukuman bagi orang
fasik ialah mendapatkan azab dan diakhirat kelak dimasukan kedalam neraka serta tidak diberi
petunjuk oleh Allah.

“Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS Al-Maidah: 108)

“(Orang-orang munafik itu) sama sahaja engkau meminta ampun untuk mereka atau engkau
tidak meminta ampun bagi mereka. Jika engkau (wahai Muhammad) meminta ampun bagi
mereka tujuh puluh kali (sekalipun) maka Allah tidak sekali-kali mengampunkan mereka; yang
demikian itu, kerana mereka telah kufur kepada Allah dan RasulNya; dan Allah tidak akan
memberi petunjuk hidayah kepada kaum yang fasiq.” (QS At-Taubah: 80). Allah memerintahkan
kepada kita agar berhati-hati terhadap orang yang fasik: “Wahai orang-orang yang beriman! Jika
datang kepada kamu seorang fasiq membawa sesuatu berita, maka selidikilah (untuk
menentukan) kebenarannya, supaya kamu tidak menimpakan sesuatu kaum dengan perkara yang
tidak diingini dengan sebab kejahilan kamu (mengenainya) sehingga menjadikan kamu
menyesali apa yang kamu telah lakukan.” (QS Al-Hujurat: 6)

b. Takabur/Sombong (QS An-Nahl: 22), (QS Al-Mu’minun: 35, 56), (QS Al-Araf: 12)

- Pengertian Takabur

Menurut kamus Al Bisri Takabbur artinya sombong, congkak atau membanggakan diri,
memandang dirinya lebih besar. Orang yang takabbur selalu merasa dirinya lebih baik dan
memandang remeh pada yang lainnya, dia lupa bahwa kelebihan yang dimilikinya bukanlah dari
yang diusahakannya, melainkan pemberian dari Allah, sehingga lupa bahwa semua yang
dimilikinya hanyalah karena karunia Allah SWT semata. Sedangkan menurut istilah takabur
adalah sikap merasa dirinya lebih baik,lebih mulia, lebih kuat, lebih hebat daripada orang lain
dan memandang rendah orang lain. Orang yang takabur enggan untuk mengakui kehebatan orang
lain, kekautan orang lain dan kemuliaan serta lkelebihan orang lain. Jangankan kepada manusia,
orang yang takabur itu bahkjan merasa lebih tinggi dari Allah dan mereka tidak mau taat, tunduk,
patuh kepada Allah SWT serta aturanNya. Penyebab sikap takabur ini bisa berupa Harta,
Pangkat, Jabatan, kedudukaan, ilmu & keturunan. Yang pertama memiliki sifat takabur dari
makhluk Allah adalah makhluk yang terbuat dari Api ( kelompok Jin) seperti yang di gambarkan
dalam surat Al Baqoroh ayat 32 dan surat Kahfi ayat 50. Ketika itu Allah memerintahkan kepada
para makhluq yang terbuat dari Nur dan Nar bersujud kepada Adam tetapi mereka menolak (QS
Al-Baqarah: 34) yang menolak itu dari kelompok Jin (QS Al-Kahf: 50), kenapa kelompok jin
menolak? Berdasarkan surat (QS Al-Baqarah: 34) mereka menolak disebabkan sifat takabur
mereka. Bahkan dijelaskan dalam surat Al-A’raf ayat 12, bahwa ketidakmauan mereka
disebabkan merasa lebih baik dari adam. Itulah penyakit pertama makhluk kepada khaliknya
yang menyebabkan seorang makhluk bila memiliki sifat yang demikian, maka akan
menyebabkan dia menjauh dari ridho Allah. Sifat takabbur hampir sama dengan sifat ujub.
Dimana sifat ujub adalah menganggap kelebihan yang ada pada dirinya adalah atas usahanya
sendiri. Sedangkan sifat takbbur mengganggap dirinya lebih mampu dan meremehkan orang lain.
Sebagaimana firman Allah swt berikut:

”Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Luqman: 18) “Dan sederhanalah kamu dalam
berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai.”
(QS Luqman: 19)

- Pembagian Takabur

Kalau dilihat dari perilaku seseorang yang takabur, maka dapat kita bagikan menjadi dua macam
perilaku sebagai berikut: Pertama perilaku takabur kepada Khaliq. Perilaku takabur kepada
khalik dilakukan oleh dua macam yaitu yang dilakukan oleh perorangan dan banyak orang
seperti berikut: Perilaku takabur yang ditujukan kepada khaliq atau kepada Allah SWT sebagai
pencipta langit dan bumi bisa dilakukan oleh perorangan ataupun oleh banyak. Perilaku yang
dilakukan oleh perorangan seperti ini di dalam alqur’an banyak diceritakan terutama berkaitan
dengan perilaku sebagaimana yang dilakukan oleh Raja Namrud (QS Al- Baqarah: 258), Raja
Fir’aun (QS Yunus: 83) dan Abu Lahab (QS Al-Lahab: 1-5). Mereka mensejajarkan dirinya
sekelas dengan”Allah SWT” mereka adalah orang-orang yang melampaui batas, tidak tahu diri,
dan sangat dibenci oleh Allah SWT. Sedangkan perilaku takabur yang ditujukan kepada Allah
SWT sebagai pencipta langit dan bumi oleh banyak orang, seperti yang di ceritakan dalam
qur’an tentang kaum ‘Ad (QS Al-Araf: 64-72), kaum Tsamud (QS Al-Araf: 73-79), kaum Nabi
Luth (7:80-84), Penduduk Madyan (7:85-93) Kedua perilaku takabur kepada sesama makhluk.
Perilaku takabur kepada sesame makhluk terbagi menjadi dua macam yaitu. Takabur kepada
utusan Allah atau kepada pemimpin umat dan takabur kepada sesama manusia seperti
berikut:Takabbur kepada Rasulullah atau kepada pemimpin umat terjadi ketika seorang Rasul
membawa perintah atau larangan dan anjuran dari Allah untuk disampaikan kepada umat, namun
mereka tidak mengerjakannya sehingga jauh dari taat kepada ajaran dan perilaku Rasulullah.
Hampir semua utusan Allah mendapatkan ujian yang berat dari kaumnya. Tidak sedikit dari
mereka mengalami cercaan, hinaan, ejekan bahkan tindakan fisik dengan menganiyaya sampai
pembunuhan banyak dilakukan oleh umatnya. (QS Al-Baqarah: 88) Takabur kepada sesama
makhluk dilakukan oleh seseorang kepada seseorang yang lainnya disebabkan karena merasa diri
lebih tinggi kedudukannya karena memiliki harta yang lebih banyak, lebih mulia tingkatannya
karena derajat nasab atau karena keturunan bangsawan, lebih kuat keadaannya karena pangkat
dan jabatan yang dimilikinya. Padahal perasaan yang demikian sama halnya dengan memandang
rendah dan merendahkan orang lain sebagaimana sabda Rasulallah: “Kesombongan adalah
menolak kebenaran dan merendahkan manusia”. (HR. Muslim)

- Tanda perilaku takabur pada seseorang

Perilaku takabbur seseorang dapat dilihat dari apa yang diucapkan oleh mulutnya ataupun oleh
tingkah lakunya seperti berikut: Seseorang dapat dikatakan takabbur jika dia memiliki perilaku
suka memuji diri sendiri dihadapan orang lain tentang kelebihan dirinya tanpa menyadari bahwa
kelebihan yang diberikan itu bukanlah karena usaha diri sendiri melainkan ada peran dari orang
lain, bahkan sebenarnya kelebihan itu adalah pemberian dari Allah SWT, Sikap ini muncul
karena merasa dirinya memiliki pangkat dan jabatan yang tinggi, kelebihan harta, ilmu
pengetahuan, dan keturunan atau nasab. Oleh karena itu ia merasa lebih hebat disbanding orang
lain. Padahal sebenarnya di atas langit masih ada langit dan diatas langit paling tinggi disitulah
Allah. Seseorang dapat dikatakan takabur jika dia memiliki perilaku suka memandang orang lain
dengan sinis, martabatnya direndahkan dan tidak mau memuliakan orang lain sehingga
senantiasa meremehkannya, Perilaku ini akan terlihat ketika bertemu dengan seseorang dia tidak
mau menjadi yang pertama memberi salam, dia tidak mau duduk diantara jajaran yang lebih
rendah derajatnya, inginnya selalu paling tinggi atau diantara orang-orang yang dianggap tinggi.
Dia selalu inginnya dilayani bukan melayani. Merasa terhina apabila orang tidak
menghormatinya. Seseorang dapat dikatakan takabur, sombong atau congkak apabila senantiasa
menghina atau pamer kekayaan dan kekuasan sehingga mencela orang-orang yang mempunyai
keterbatasan fisik,ilmu atau harta. Apabila seseorang berbuat kesalahan dia membesar-
besarkannya dengan senantiasa menceritakan kesalahan orang itu kepada yang lain, sementara
kalau dirinya salah dia diam saja dan tidak mau orang lain menegurnya atau menasehatinya.
Perilaku Orang yang takabbur selalu mengira dan meyakini bahwa dirinyalah yang paling benar
dalam segala hal, paling baik dalam segala sikap, dan paling mulia dalam segala tingkaatan, serta
merasa mampu mengerjakan segala sesuatu dan dianggapnya itu semua hasil usaha dan
pikirannya. Sedangkan orang lain dianggap tidak memiliki kemampuan, mereka rendah, mereka
kecil ,mereka hina dan tak mampu berbuat sesuatu. Bahkan orang lain dimatanya selalu berbuat
salah. Seseorang dikatakan takabur apabila dia merasa bahwa sesuatu tidak akan terjadi kecuali
atas peran dirinya. Apabila seorang boss menganggap bahwa pegawainya tidak akan punya
pekerjaan atau uang kalau bukan karena pekerjaan yang dia berikan.Apabila seorang guru
mengatakan kepada muridnya bahwa kamu tidak akan pernah tahu sesuatumkalau tidak
diberitahu aku. Kalau seorang yang kaya mengatkan kepada si miskin bahwa

kamu tidak akan bisa makan kalau tidak dibantu aku. Maka itu semua adalah ketakaburan.

- Bahaya Sikap Takabur:

 Tidak bisa taat kepada Allah ( QS Al-Baqarah: 34)


 Menyebabkan terbuka neraka jahanam (QS Al-Baqarah: 207 )
 Sikap tercela yang sangat dibenci oleh Allah SWT (QS An-Nisa: 36 )
 Dibenci oleh orang lain karena keangkuhannya ( QS Lukman: 18 )
 Dapat mematikan hati manusia ( QS Al Mukmin: 35)
 Tidak mensyukuri nikmat Allah SWT (QS Al-Isra: 83)
 Dibenci Allah (QS Al-Baqarah: 36)
 Akan dimasukan ke dalam neraka (QS An-Nahl: 29) Tertutupnya keimanan kepada
Allah (QS An-Nahl: 22)
 Menghindari Takabur

Menyadari sepenuhnya bahwa pujian itu milik Allah, tidak layaklah seorang manusia ingin
dipuji oleh manusia yang lainnya, sadar-sesadar sadarnya bahwa kesempurnaan milik Allah dan
menghinakan diri dihadapan Allah akan menyebabkan diangkatnya derajat oleh Allah SWT.
Belajar untuk menerima kelebihan orang lain dan menyadari kekurangan diri dan siap belajar
dari orang lain untuk memperbaiki diri. Dengan demikian kita akan sellau menghargai kelebihan
orang lain dan belajar menyempurnakan diri dengan melihat kekurangan diri sendiri. Mengakui
kepada diri sendiri bahwa apa yang dimilikinya berkaitan dengan iman,ilmu dan amal bukanlah
atas keberhasilan oleh dirinya tetapi ada peran orang lain yang menyebabkan dirinya terangkat.
Tidak serta merta menyalahkan orang lain dari setiap kegagalan dan tidak mengakui keberhasilan
yang diperoleh karena atas usahanya sendiri. Dia mengakui bahwa kegagalan yang didapat
akibat kesalahan dirinya sendiri dan kebeerhasilan akiabt peran dari orang lain. Karenanya setiap
dari kesalahan senantiasa istigfar dan dari setiap keberhasilan senantiasa bersyukur kepada Allah
swt. Senantiasa mengevaluasi diri dengan tafakur, tadzakur, tadabur dan tasyakur serta istigfar.
Malam-malamnya diisi dengan mentafakuri setiap yang telah dilakukannya. Jam-jamnya
senantiasa diisi dengan dzikir kepada Allah, menit-menitnya diisi dengan mentadaburi setiap
kejadian yang terjadi dihadapnnya dan meminta kepada Allah agar mampu mengambil
hikmanya. Dan detik-detiknya diisi dengan tasyakur kepada Allah dari setiap nikmat yang di
dapatnya sehingga seluruh kegiatan kehidupan dalam kesehariannya bermakna ibadah. “Dan
Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepadaku, niscaya akan kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk ke neraka Jahannam
dalam keadaan hina dina”. (QS Al-Mukmin: 60)

Rasulullah saw bersabda:

“Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepada saya supaya kalian bertawadluk hingga tidak
ada seorang pun yang menganiaya orang lain dan tidak ada seorangpun yang menyombongkan
diri atas orang lain”. (HR. Muslim) Menurut Imam Al- Ghazali ada tujuh kenikmatan yang
menyebabkan seseorang memiliki sifat takabbur yaitu:

- Ilmu pengetahuan, orang yang berilmu tinggi atau berpendidikan tinggi merasa dirinya orang
yang paling pandai bila dibandingkan dengan orang yang tidak berilmu atau berpendidikan.

- Amal ibadah yang tidak jelas dapat menyebabkan sifat takabbur apalagi bila mendapat
perhatian dari orang lain.

- Kebangsawanan, dapat menyebabkan takabbur karena menganggap dirinya lebih tinggi


derajadnya daripada kelompok atau kasta lain.

- Kecantikan dan ketampanan wajah, menjadikan orang merendahkan orang lain dan berperilaku
sombong.
- Harta dan kekayaan, dapat menjadikan orang meremehkan orang miskin.

- Kekuatan dan kekuasaan, dengan kekuatan dan kekuasaan yang dimilikinya ia dapat berbuat
sewenang-wenang terhadap orang lain tanpa melihat statusnya.

- Banyak pengikut, teman sejati, karib kerabat yang mempunyai kedudukan dan pejabat-pejabat
tinggi. Dan orang-orang yang sombong adalah para penduduk neraka Jahannam, berdasarkan
sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Sesungguhnya penduduk neraka adalah semua orang yang kasar lagi keras, orang yang bergaya
sombong di dalam jalannya, orang yang bersombong, orang yang banyak mengumpulkan harta,
orang yang sangat bakhil. Adapun penduduk sorga adalah orang-orang yang lemah dan
terkalahkan”. (Hadits Shahih. Riwayat Ahmad, 2/114; Al-Hakim,2/499) Mereka akan merasakan
berbagai macam siksaan di dalam Jahannam, akan diliputi kehinaan dari berbagai tempat, dan
akan diminumi nanah penduduk neraka. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Pada hari kiamat orang-orang yang sombong akan digiring dan dikumpulkan seperti semut
kecil, di dalam bentuk manusia, kehinaan akan meliputi mereka dari berbagai sisi. Mereka akan
digiring menuju sebuah penjara di dalam Jahannam yang namanya Bulas. Api neraka yang
sangat panas akan membakar mereka. Mereka akan diminumi nanah penduduk neraka, yaitu
thinatul khabal (lumpur kebinasaan)”. (Hadits Hasan. Riwayat Bukhari di dalam al-Adabul
Mufrad, no. 557; Tirmidzi, no. 2492; Ahmad, 2/179; dan Nu’aim bin Hammad di dalam
Zawaid.) Demikianlah takabur sangat membahayakan bagi para pengidap penyakit ini. Siapa saja
yang mempunyai penyakit ini baik para tua, muda, lelaki, wanita, penguasa, hartawan, ilmuwan,
rohniawan, olahragawan, bangsawan, aristokrat, konglomerat maka mereka akan mengalami
hambatan untuk dapat bertaqorub pada Allah SWT kecuali mereka bertobat dengan taubatan
nasuha.

c. Dzalim (QS As-Shaff: 7) (QS As-Sajadah: 22)

- Pengertian Dzalim

Menurut kamus Al Bisri dan juga Al Munawwir kata dzolim bermakan gelap: “Makna asalnya
adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya.” Kata zalim berasal dari bahasa Arab, dengan
huruf “dho la ma” ( ‫( م ل ظ‬yang bermaksud gelap. Di dalam al-Qur’an sering menggunakan kata
zhulm selain itu juga digunakan kata baghy, yang artinya juga sama dengan zalim yaitu
melanggar hak orang lain. Akan tetapi pengertian zalim lebih luas maknanya ketimbang baghyu,
tergantung kalimat yang disandarkannya. Dalam kamus besar bahasa Indonesia zalim diartikan
bengis, tidak menaruh belas kasihan,tidak adil atau kejam. Zalim (Arab: ‫ ظلم‬,Dholim) menurut
para ulama adalah meletakkan sesuatu urusan,permasalahan,perkara bukan pada tempatnya.
Contoh sekalipun harga sebuah peci lebih murah dibandingkan dengan harga sepatu, namun pada
penempatannya tetaplah peci dipakai dikepala dan sepatu di kaki. Ketika peci dipasang di kaki
karena punya anggapan lebih murah, dan sepatu dipasang di kepala karena punya anggapan lebih
mahal dibanding dengan sepatu, maka itu adalah sebuah kedzoliman. Karena meletakkan sesuatu
bukan pada tempatnya. Lawan kata dari zalim adalah adil. Artinya menempatkan sesuatu pada
tempatnya. Sebagaimana karakter gelap, dia menutupi cahaya, menghalangi sinar yang akan
masuk ke dalam hati yang bersih. Disanalah suburnya keburukan. Ditempat itulah bibit kejahatan
ditanamkan.maka tidak heran kalau zalim adalah salah satu hal yang dapat menghalangi
taqarubnya seorang manusia kepada Allah, menghalangi mendekatnya makhluk kepada khaliq.
Ada seorang tokoh kafir quraisy yang sangat dihormati para pembesar quraisy lainnya. Namun
sayang karena memiliki sifat zolim pada dirinya dia tidak mampu menrima cahaya Allah orang
itu adalah AL walid bin Mughiroh. Suatu saat dia menemui Rasulallah dan meminta dibacakan
kalam Allah. Setelah dibacakan namapk raut mukanya menampakkan penghayatan yang
mendalam. Belaiua adalah seorang ahli syair tersohor di kaumnya.dia lah yang paling
ahli.setelah mendengar kalam Allah. Dia mengatkan kepada kaumnya dan memuji keindahan
qur’an baik dari segi bahasa, isi, suunan dan segalanya. Pujian ini mendapat kecaman dari
pembesar quraisy yang lain. Karena kalau al walid megatkan begitu pasti akan banyak orang
quraisy yang mengikutinya. Kemudin pembesar itu mendesak al walid untuk tidak memuji-muji
al qur’an. Karena Al Walidpun takut ditinggalkan para pemesar kaumnya maka diapun berbalik
bukan memuji tapi malah menghasut bahakan mengatkan bahwa al qur’an adalah sihir yang
dapat mebius manusia yang mendengarnya seperti dikatakn dalam al mudastir Ayat 11-31.

- Beberapa karakter zalim menurut Allah di dalam Al Quran

Kemusyrikan

“Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS Luqman: 13)
Kemusrikan adalah dosa yang paling besar karenanya Allah SWT tidak akan mengampuni dosa
tersebut selama pelakunya tidak bertobat dengan tobatannasuha. Kemusrikan adalah kesetiaan
ganda dan penyelewengan dari ketaatan dan kepatuhan. Dia adalah perselingkuhan aqidah dalam
ibadah. Mereka suka pada kehidupan yang gelap. Jangankan Allah, manusia saja tidak mau
dikhianati. Seorang suami atau seorang isteri akan murka ketika mengetahui pasangannya
melakukan perselingkuhan. Karena itu kemusrikan akan menutup hati seseorang dan menutup
hati yang lainnya yang pada akhirnya menutup kepada kebenaran. Pelakunya tidak akan dapat
mencapai kebenaran yang hakiki sehingga dia akan hidup dalam kegelapan di tengah-tengah
cahaya yang terang benderang.

“Dan kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah
makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu
dekati pohon ini , yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim”. (QS Al-Baqarah:
35) Sifat lalai adalah perilaku iblis yang menjelam pada manusia. Hakekatnya mereka adalah
tidak suka pada yang baik dan benar. Sehingga setiap mendengar yang baik dan benar hatinya
berat untuk melakukan. Sifat lalai adalah jalan lain iblis menggoda manusia untuk tidak patuh
dan tidak taat kepada Allah SWT. Jika iblis tidak mampu menggoda manusia untuk
meninggalkan kebaikan dan kebenaran. Iblis tidak akn berhennti menggoda, dia akan mencari
jalan lain yaitu dengan meniupkan ke dalam diri manusia dengan merasa berat melakukan
kebaikan dan kebenaran tersebut. Digantunginya mata manusia, ditindihnya badan manusia.
Ditariknya punggung manusia, ditahannya kaki dan tangan manusia melakukan segala kebaikan
dengan cara menghembus-hembuskan dan meniup-niupkan malas. Melalaikan untuk bersegera
melakukannya dengan membisikan, nanti sajalah, kamukan baru selesai dari pekerjaan yang
berat, kamukan lelah istirahlah dulu, tenanglah kan waktunya masih panjang, sabarlah dulu
orang lain juga belum ada, dan sederet alasan lain yang pada intinya manusia agar lalai. Lalai itu
membahayakan dan akan merusak diri seseorang. Lalai adalah tipuan iblis dan setan yang paling
ampuh. Tapi barang siapa terperangkap ke dalamnya, sebenarnya dia telah menceburkan ke
dalam neraka jahanam. Kaena itu lalai dapat menjauhkan dari cahaya Allah masuk kedalam jiwa
yang bersih.
Mengganti atau merubah perintah Allah “Lalu orang-orang yang zalim mengganti
perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. sebab itu kami
timpakan atas orang-orang yang zalim itu dari langit, Karena mereka berbuat fasik.” (QS Al-
Baqarah: 59) Penyakit manusia yang tertutup hatinya adalah kegemarannya merubah-rubah
perintah Allah. Perlu diketahui bahwa sebenarnya perbautan itu adalah perbuatan iblis
sebagaimana janjinya pada Allah:

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia,


dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa
yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-
jauhnya.” (QS An-Nisa: 116)

“Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah
berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang durhaka,”(QS An-Nisa: 117)

“Yang dilaknati Allah dan syaitan itu mengatakan: "Saya benar-benar akan mengambil dari
hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya),”(QS An-Nisa: 118)

“Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong
pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatangternak), lalu mereka
benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-
benar mereka meubahnya". Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain
Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.” (QS An-Nisa: 119)

“Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan- angan kosong
pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.”
(QS An-Nisa: 220)

“Mereka itu tempatnya Jahannam dan mereka tidak memperoleh tempat lari daripadanya.” (QS
An-Nisa: 221)

Janganlah merubah-rubah ayat-ayat Allah, hukum-hukum Allah, syari’at-syari’at Allah. Barang


siapa melakukannya maka dia sungguh telah tertutup hatinya dan tidak akn mampu menerima
cahaya Allah.

Menyembunyikan perintah Allah


“Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim,
Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?"
Katakanlah: "Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim dari
pada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?" dan Allah sekali-
kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan.” (QS Al- Baqarah: 140) Menyembunyikan
sesuatu yang baik dan benar agar tidak diketahui oleh orang lain adalah sebuah sikap buruk
manusia dalam perilaku kehidupannya.perbuatan seperti itu akan membuat orang lain yang tidak
mengetahuinya menjadi salah dalam melakukan sesuatu kebenaran dan kebaikan. Bahkan
buakan orang lain dia sendiri juga akan menjadi salah. Di beberapa ayat Allah justru
menyebutkan bahwa menyembunyikan sesuatu itu lebih zolim. Hidup dalam Kegelapan, seperti
ayat: “Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari
kegelapan(kekafiran) kepada cahaya (iman).” (QS Al Baqarah: 257) Tempat yang gelap. Suasana
yang gelap.Menggambarkan suasana yang menyeramkan dan menakutkan. Keadaan seperti itu
akan membawa seseorang kepada situasi yang penuh dengan kegelisahan dan tekanan jiwa yang
berat. Dan disanalah hidup subur biang kerok kejahatan, embah kezoliman. Di dalam gua yang
gelap biasanya hidup binatang-binatang buas dan menakutkan. Harimau,ular, kalajengking,
kelelawar. Karena itu di dalam hati yang gelap akan tumbuh sifat-sifat jahat dalam diri manusia.
Sifat buas,taring yang rakus, cengkeraman kezoliman, bisa lidah yang membahayakan. “Allah
tidak menyukai Ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang
dianiaya. Allah adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS An-Nisa: 148). Lilitan
dengki yang akan menjerat tubuh ke dalam neraka.sengatan fasik, munafik yang akan
menghitamkan wajah para pelakunya. Bergelantungannya sifat buruk; mata melihat yang tidak
hak, sifat buruk telinga suka mendengar gibah, sifat buruk lidah berkata

buruk dan bohong, sifat buruk tangan mengambil yang bukan hak, sifat buruk ahti dengan

su’udzonnya, sifat buruk kaki melangkah ke tempat maksiat. Jika itu terjadi maka kita akan

disusahkan mengambil cahaya Allah.

- Kekafiran:

“Orang-orang kafir Itulah orang-orang yang zalim.” (QS Al Baqarah:


254)

Penyakit lain yang akan dapat menghalangi orang untuk dapat berma’rifat kepada

Allah adalah kekafiran ( penolakan kepada kebenaran/ menutupi kebenaran). Orang-orang

yang lari dari kebenaran mereka adalah fir’aun-fir’aun yang bergentayangan di muka bumi

ini. Mengapa mereka disebut fir’aun ? kalau kita kiratakan ( dikira-kira tapi nyata) fir’aun

itu dua kata bahasa arab fir artinya lari ‘aun artinya pertolongan. Jadi fir’aun adalah orang-

orang yang lari dari pertolongan Allah SWT. Mereka tidak mau diselamatkan Allah,

bahkan mereka adalah orang-orang yang menentang kebenaran dari Allah. Setiap

penolakan yang dilakukan oleh manusia kepada aturan-aturan Allah adalah bentuk

penolakan atau bentuk kekafiran. Sehingga mereka akan hidup dalam kegelapan dan

kehancuran.

- Kemaksiatan

“Lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka

ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat

kebaikan dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang Amat besar.”

(QS Faathir: 32)

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan tentang “Orang yang menganiaya

diri sendiri”:
“Yaitu orang yang meremeh kan dari melakukan sebagian kewajiban dan melakukan

sebagian hal-hal yang diharamkan.” (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 6/546).

Kemaksiatan adalah karya nyata manusia pendurhaka. Mereka adalah orang-orang

yang terobsesi dengan kesenangan dunia yang penuh dengan permainan tipuan. Siapa saja

yang menceburkan diri di dalamnya pasti akan mengalami kerugian dunia dan akhirat.

Kemaksiatan adalah seni mendurhakai perintah Allah. Mereka adalah manusia-manusia

bodoh yang menjadi sok pemberani.padahal keberanian yang dimiliknya akan menjadi

penyebab dari segala kerugian yang akan dialaminya kelakj di akhirat, bahkan mungkin

juga kerugian di dunia.

- Kezaliman menurut Rasulallah

“Berkata kepada kami Abu Daud, berkata kepada kami Ar Rabi’, dari Yazid, dari Anas,

katanya bersabda Rasulullah ‫ صلى هللا عليه وسلم‬:Kezaliman ada tiga;1. Kezaliman yang tidak akan
Allah

biarkan.2. Kezaliman yang akan diampuni.3. Kezaliman yang tidak akan diampuni.Ada

pun kezaliman yang tidak akan diampuni adalah kesyirikan, Allah tidak akan

mengampuninya. Lalu kezaliman yang diampuni adalah kezaliman seorang hamba jika dia

berbuat kesalahan antara dirinya dengan Rabbnya (baca: maksiat).Sedangkan kezaliman

yang tidak akan Allah biarkan adalah kezaliman sesama manusia (maksudnya Allah Ta’ala

akan memberikan balasan setimpal bagi pelakunya, pen).” (HR. Ath Thayalisi No. 2109,

2223)

Karena itu kita dilarang untuk melakuklan kezaliman kepada siapapun termasuk

kezaliman kepada diri sendiri. Bahkan tidak dibenarkan berbuat zalim kepada makhluk
apapun sekalipun dia lebih kecil, lebih lemah, lebih buruk, lebih kurang atau lebih segala-

galanya.Dalam hadits Qudsi disebutkan:

Dari Abu Dzar Radhiallahu ‘Anhu, dari Nabi ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersabda tentang apa yang Beliau

riwayatkan dari Allah ‫ جل جالله‬bahwa Dia berfirman: Wahai hamba Ku Aku haramkan zalim

atas diri-Ku.Dan kujadikan ia larangan bagimu, maka janganlah saling menzalimi. (HR.

Imam Muslim No. 2577, Al Bukhari dalam Adabul MufradNo. 490).

Karena itu setiap perilaku kezaliman hendaknya dijauhi dan ditinggalkan jangan

sampai ketika ada yang berbuat zalim kita membiarkanny atau bahkan kita ikut-ikutan

berbuat zalim. Allah telah menyuruh kita agar menjauhi orang-orang yang suka berbuat

zalim sebagaimana firman-Nya:

“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan

kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun

selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.” (QS Huud: 113)

Bahkan seharusnya setiap diri dari kita yang ingin menjadi seorang khalifah fil ardh

yang tulen, ketika melihat kezaliman harus berani mencegahnya sebagaimana sabda

Rasulallah SAW:

Dari Jabir Radhiallahu ‘Anhu, Rasulullah ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersabda:

“Hendaknya seseorang menolong saudaranya yang zalim atau yang dizalimi. Jika dia

pelaku kezaliman maka hendaknya mencegahnya, maka itu adalah pertolongan baginya.

Jika dia yang dizalimi, maka tolonglah dia.” (HR. Muslim No. 2584)

- Dusta (QS. 2:10, 77:10-19)


Pangkal dari segala dosa adalah dusta. Dusta adalah perbuatan yang dilakukan oleh

seseorang yang bertentangan dengan yang sebenarnya. Mengaku melakukan sesuatu

padahal tidak melakukan sesuatu. Mengatakan sesuatu tidak sesuai dengan yang

sebenarnya. Mengakui perbuatan yang tidak pernah dikerjakan. Setiap perbuatan dusta

adalah dosa kecuali dusta dikarenakan untuk menyelamatkan aqidah dan dusta untuk

kemaslahatan yang lebih besar. Serta dusta dalam peperangan.

Firman Allah swt. dalam Al-Qur’an surat Az-Zumar ayat 60 yang berbunyi:

“Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap

Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi

orang-orang yang menyombongkan diri.” (Az-Zu mar: 60)

Dusta itu perbuatan menumpuk-numpuk dosa yang jika terus dikerjakan maka akan

menutupi hati yang bersih menjadi kelam. Jika hati sudah hitam kelam maka sukar

kebenaran akan masuk ke dalamnya. Dusta adalah perbuatan yang seakan-akan bagi

pelakunya menguntungkan padahal akan merugikan dan membinasakannya. Mereka

adalah penikmat hidangan-hidangan kecil yang berujung pada kekecewaan dan

meninggalkan hidangan-hidangan yang besar dan lengkap serta sempurna yang akan

berujung pada kebahagian dan memuaskan.

Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

“Barang siapa berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaknya dia menyiapkan

tempat duduknya di dalam neraka”. (H.R Bukhari)


Hendaknya kita tidak dan jangan membiasakan dusta dalam keseharian kita hanya

ingin mengejer keuntungan yang kecil, ketenaran yang kecil, ingin disukai, ingin dikenal

dan lain sebagainya. Hendaknya kita sellau mecintai dan membiasakan kebenaran dalam

segala sisi kehidupan kita, Rasul bersabda:

“Dari ‘Abdullâh bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasûlullâh Shallallahu

‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran

membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan

apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi

Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta

membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke

Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan

dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).” (H.R Bukhari)

Sering orang ingin merasa terhormat dia rela melakukan dusta. Padahal

kebohongan itu tidak akan abadi. Cepat lambat kebohongan akan terungkap yang akhirnya

kehinaanlah yang didapat. Perbuatan dusta sangat dibenci oleh siapapun. Jangankan orang

beriman. Orang kafirpun tidak ingin di dustai sekalipun dia pelaku dusta yang sebenarnya.

Jadi jauhilah kebohongan dekatilah kebenaran maka akan sampai di surga.

- Banyak Dosa

“Dan tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu melainkan setiap orang yang

melampaui batas lagi berdosa.” (QS At-Thatif: 12)

Satu hal lagi yang akan menutupi hati kita dari cahaya Allah dan bisa berma’rifat
kepada Allah dengan benar adalah perbuatan dosa. Kebenaran adalah cahaya Allah dan

siapapun yang menjadi pelakunya maka dia termasuk orang yang mendapat karunia besar

dari Allah. Sedangkan dosa adalah tirai pekat yang akan menutup hati, siapapun pelakunya

dia akan mendapat kehinaan dan azab yagn pedih dari Allah SWT. Rasul bersabda tentang

kebenaran dan dosa sebagaimana diriwayatkan dalam hadist di bawah ini:

Dari an-Nawwâs bin Sam’ân Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Aku bertanya kepada

Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebajikan dan dosa, maka beliau

menjawab, “Kebajikan adalah akhlak yang baik dan dosa adalah apa yang membuat

bimbang (ragu) hatimu dan engkau tidak suka dilihat (diketahui) oleh manusia.” (HR.

Muslim)

Pelaku dosa adalah mereka yang gemar membuat istana di neraka yang lantainya

adalah suluh neraka dan hidangannya adalah darah dan nanah serta pelayannya adalah

malaikat-malaikat yang keras dan kasar. Tidak ada dosa besar kalau kita selalu bertobat

dengan tobat yang benar pasti Allah akan mengampuni.juga tidak ada dosa kecil kalau

seandainya kita gemar melakukan dosa dan tidak pernah mau bertobat, maka pintu surga

tertutup dan pintu neraka terbula lebar.

Penyakit-penyakit internal yang muncul di dalam diri ini hendaklah dibersihkan.

Selama penyakit ini hadir dalam diri kita, maka selama itu pulalah cahaya ma’rifat akan

sukar tembus ke dalam hati. Kekerasan dan kekotoran hati akibat unsur-unsur kotor

tersebut di atas harus dibersihkan sebagaimana diterangkan dalam buku mensucikan jiwa

karangan Said Hawa yang merupakan intisari dari buku karya Imam Al Ghazali yaitu Ihya’

Ulumuddin beliau menyebutkan bahwa penyalit tersebut harus dibersihkan dengan cara

muroqabah (memperbanyak mendekatkan diri kepada Allah), muhasabah (memperbanyak


evaluasi diri) , mujahadah (Bersunguh-sunguh dalam mendekatkan diri dan mengevaluasi

diri), mu’aqabah (menhukum diri bila tidak bersungguh-sungguh dalam mendekatkan diri

kepada Allah dan tidak bersungguh-sungguh dalam evaluasi dirinya).

- Jahil

Kata jahil berasal dari bahasa arab Jahala, Yajhalu, Jahlan wa jahaalatan yang

artinya itu tidak tahu, pandir atau bodoh. Dalam beberapa ayat yang berkaitan dengan jahil

ini ada dalam surat (QS Al-Baqarah: 67, 273), (QS An-Nisa: 17), (QS Al-Maidah: 50), (QS

An-An’am: 117, 138), (QS Yusuf: 89), (QS Al-Azhab: 72)

Kalau dilihat dari ayat-ayat di atas, maka sebutan jahil diatas bukanlah karena

mereka bodoh dalam artian tidak bisa menulis dan membaca tetapi bodoh karena tidak bisa

mau memahami ayat-ayat Allah SWT, mereka tidak bisa memahami kehendak Allah SWT.

Ketidak pahaman mereka disebabkan ketidakmauan memahamai dan menjalankan

kehendak Allah SWT. Sehingga mereka disebut bodoh disebabkan tidak bisa melihat

keuntungan yang besar yang ada dihadapannya. Yang Allah berikan itu yang akan

menguntungkan manusia bukan yang akan merugikan. Yang akan menyelamatkan mereka

dari siksa azab di dunia dan akhirat. sebagaimana firman Allah:

“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan

yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?” (QS As-Shaff: 10)

Para pembesar kaum terdahulu mereka bukanlah orang yang tidak menguasai

hukum-hukum yang berlaku diantara mereka, mereka sebenarnya adalah para bangsawan

diantara kaumnya. Mereka adalah orang-orang yang terdidik menurut kebiasaan kaumnya.

Namun ternyata ketinggian derajat ilmu dan harta yang dimilikinya itu tidak mampu

menerima cahaya Allah sehingga Allah menyebutnya mereka adalah kaum jahiliyah.
karena kejahiliannya, mereka tidak mampu menerima cahaya Al-Qur’an.

Beda sekali dengan bilal yang menurut ukuran saat itu adalah budak yang tidak

sama kadarnya dengan para pembesar kaumnya. Namun karena kecerdasannya mampu

menerima cahaya qur’an. Jadi kejahilan tidak identik dengan rendahnya derajat ilmu dan

harta yuang berlaku diantara mereka. Bisa jadi tinggi derajat harta ilmu dan amal diantara

kaumnya tetapi rendah deratnya dihadapan Allah. jadi kejahilan yang dimaksud diatas

adalah kejahilan menurut qur’an. Siapa saja yang mereka tidak mau menerima cahaya

Allah, maka mereka adalah para jahiliyah.

- Ragu-ragu

Yang tidak kalah penting penyakit yang ada dalam diri manusia yang dapat

menghalangi cahaya Allah menembus qolbu adalah sifat ragu-ragu. Ragu-ragu adalah

peluang besar terjadinya musibah bagi para pemiliknya. Ragu-ragu adalah penghalang

terbesar melangkah kepada kebenaran. Ragu-ragu adalah musuh besar manusia dalam

segala hal. Ragu-ragu adalah penyakit menular yang harus di berantas. Keberadaanya akan

menyebabkan terjangkitnya wabah perpecahan dalam kesatuan. Rasulalah telah

memerintahkan kepada umatnya untuk meninggalkan keraguan. Sebagaimana riwayat di

bawah ini:

Dari Abu Muhammad al-Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kesayangannya Radhiyallahu ‘anhuma, ia

berkata: “Aku telah hafal dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‘Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu’.”

(HR Bukhari)

Keraguan adalah ketidak pastian, kehilangan arah dan pegangan. Keraguan adalah
ketidakyakinan dan kekalutan serta kegoncangan jiwa dalam diri manusia. Mau jualan

ragu-ragu takut tidak laku. Mau silaturahmi ragu-ragu takut tidak ada orangnya. Mau

melamar kerja ragu-ragu takut tidak diterima. Mau mengerjakan kebaikan ragu-ragu takut

tidak dilihat orang....ya itulah ragu-ragu. Keraguan adalah sumber kegagalan dan

kekalahan. Sebaiknya seorang muslim yang baik meninggalkan keraguan sebagaimana

sabda rasul diatas.

Pangkal dari keraguan adalah keterbatasan ilmu atau kurangnya ilmu. Sedangkan

kokohnya keyakinan dikarenakan dasar ilmu yang benar dan kuat. Pengetahuan berawal

dari sangkaan yang nilainya belum pasti benarnya. sedangkan ilmu adalah pengetahuan

yang sudah dibuktikan dalam kebenaran. Allah melarang manusia mengikuti persangkaan

“Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya

persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya

Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS Yunus: 36)

Begitu pula Allah Ta’ala berfirman,

“Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. Mereka tidak lain

hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah

sedikitpun terhadap kebenaran.” (QS An Najm: 28).

Karena itu jika kita dihadapkan dengan sebuah keraguan hendaklah kita berhenti

dipersimpangan pilihan itu (keraguan itu) kemudian berfikirlah dengan cermat minta
pertolongan kepada Allah agar diberikan kemudahan dan keyakinan yang kuat dalam

pilihan tersebut. Selanjutnya berserahdirilah dengan tawakal kepadanya. Adapaun hasilnya

tidak sesuai dengan yang diinginkan ingatlah bahwa semuanya sudah ada dalam

genggaman Allah segala urusan di dunia ini dengan selalu muhasabah diri dan

memperbanyak istigfar.

- Menyimpang

Perbuatan manusia dapat dikatakan menyimpang apabila tidak sesuai dengan

norma atau kaidah yang berlaku atau diberlakukan. Allah SWT sebagai khaliq telah

membuat sebuah aturan yang tertera dalam wahyu yang disampaikan kepada para

Rasulnya. Dan setiap rasul mempunyai kewajiban untuk menyampaikan semua itu.

Seorang rasul tidak diperkenankan menyimpang dari perintah Allah SWT sekalipun

menuntut resiko yang besar akibat dari perintah itu. Makanya tidak sedikit para Nabi dan

rasul serta orang yang menjalankan kehendak Allah di muka bumi ini bertemu dengan

kematian.

Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial

adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam

sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai

bagian daripada makhluk sosial.

Aturan adalah sebuah kesepakatan yang telah disepakati oleh seluruh orang-orang

yang ada pada sebuah tempat baik dibatasi oleh teritorial maupun oleh sebuah

kelembagaan. Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan

(norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh

masyarakat. Namun di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai


tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat,

misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan

mengganggu siswa lain.

Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi

(deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut

devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak

menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk

interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.

Allah sebagai Rabbunnaas, Maalikinnas dan Ilaahinnaas telah memberikan

petunjuk kepada manusia agar tidak tersesat dalam perjalanan di dunia menuju tempat yang

Mahqoman mahmudah. Bahkan dikirimnya juga seorang Rasul (utusan) sebagai penjelas

dari petunjuk yang diberikan agar manusia tidak tersesat di dunia ini. Agar manusia tidak

tertipu dan terpedaya oleh indahnya kehidupan dunia yang ditiupkan oleh sang pendusta

iblis la’natullah beserta jajarannya setan-setan yang berbentuk tahta.harta,jabatan dan

pasangan hidup.

Tidak sedikit manusia yang asalnya berorentasi hanya mengabdi kepada Allah

berubah seketika ketika melihat kesempatan untuk mendapatkan kesenangan hidup. Dia

menjadi menyimpang dari rel yang sebenarnya. Banyak orang yang berjatuhan di jalan

da’wah hanya urusan ini, padahal rasul telah memberitahukan bahwa indah dan lezatnya

dunia itu ibarat setitik air yang keluar dari telunjuk seseorang setelah telunjuk itu

dimasukkan ke dalam lautan yang besar.sangat jauh perbedaannya, namun kenyataannya

manusia banyak yang terpeleset di muka bumi ini sekalipun setiap zaman dan masa telah

banyak contoh yang mengalaminya.


Penyelewengan bisa terjadi dikarenakan kekuasaan yang tidak terbatas,

keterpaksaan tuntutan hidup dan pemaksaan kehendak oleh orang lain, yang kalau

dirangkum itu semua karena lemahnya iman dan ilmu serta amal yang kurang dibimbing

wahyu. Bagi yang kuat iman dan luasnya ilmu serta amalnya terbimbing dengan wahyu

maka kekuasaan akan menajdi bermanfaat bukan hanya bagi dirinya tapi juga orang lain

jangankan jadi presiden jadi ketua Rtpun warganya akan hidup rukun damai tentram.

Tetapi kalau tipis iman sempit ilmu dan amalnya digandeng dengan nafsu maka semakin

besar kekuasaan akan semakin banyak roang menderita. Lihatlah Raja Nabi Sulaiman yang

kekuasaannya sangat luas, kemudian bandingkan dengan Raja Fir’aun. Para Khalifah yang

empat Sayyidina Abu Bakar dengan gelarnya Assidiq, Sayyidina Umar Ibn Khatab dengan

gelarnya Al Faruq , Sayyidina Utsman Bin Affan dengan gelarnya Dzunur’ain dan

Sayyidina Ali bin Abi Thalib dengan gelarnya karomallahu wajhah. Bandingkan dengan

para pembesar tirani, tengoklah Al fatih dan lainnya. Mereka beda, sangat beda sekali.

Begitupula kalau kuat iman luas ilmu dan terbimbing wahyu amalnya, maka

walaupun begitu berat dan besarnya beban hidup dan goncangannya tidak akan pernah

digadaikan selamanya sekalipun dia harus menahan lapar atau bahkan lapar membawa

kepada kematiannya. Pemaksaan kehendak dari luar apakah dengan siksaan, ancaman,

fitnahan, ejekan, dan embargopun tidak akan melemahkan dirinya untuk senantiasa berada

dalam shirotol mustaqiim, Sedangkan kalau kulit imannya setipis kulit ari, sempit ilmunya

sebesar lubang jarum dan amalnya dikontrak dengan nafsu maka jangankan berat hidupnya

yang diiringi dengan guntur menggelegar kilat menyambar, cukup dengan angin sepoy

kesempitan hidup saja, maka dia akan terpelanting dengan penyelewengan. Lihatlah Bilal,

Khadijah sampai habis hartanya, Mus’ab Bin Umair putra bangsawan yang disiksa oleh
orang tuanya sendiri, mereka tidak mengeluh dan menukar akherat dengan dunia.

Semoga kita dijauhkan dari hati yang cenderung kepada penyelewengan dan

kemaksiatan. Karena setiap penyelewengan dan kemaksiatan akan menjauhkan dari rel

kebenaran yang telah digariskan Allah SWT.

- Lalai

Lalai adalah sifat manusia yang yang mempunyai arti kurang hati-hati; tidak

mengindahkan (kewajiban, pekerjaan, dsb) atau lengah kurang konsentrasi. Sikap tersebut

adalah sikap yang akan dapat membahayakan baik dirinya sendiri atupun orang lain.

Banyaknya kecelakaan yang terjadi baik di daratan, lautan ataupun udara

disebabkan oleh faktor manusia yang bernama lalai. Kelalaian itu berupa. Malas mengecek

sesuatu yang seharusnya dilakukan sesuai dengan SOP, lupa karena tidak melakukan

sesuatu yang seharusnya dilakukan atau kurang hati-hati ketika mengerjakan sesuatu yang

mengakibatkan masalah besar. Bisa juga disebabkan tidak mengindahkan kewajiban dlam

pekerjaan yang seharusnya dilakukan.

Pada setiap profesi yang dikerjakan oleh manusia menuntut totalitas dan

pengerjaan yang sungguh-sungguh dan dikerjakan dengan tulus hati dan punya tanggung

jawab yang tinggi pada profesi tersebut. Jika semua profesi yang ada dimuka bumi ini

dikerjakan seperti diatas. Maka masalah besar yang datang dari unsur manusia berupa

“Human Errors” tidak akan terjadi. Karenanya dituntut semua orang fokus, ikhlas, sabar,

bertanggungjawab dalam melakukan pekerjaannya.

Jika urusan dunia saja harus bersungguh-sungguh, fokus dan ikhlas. Apalagi untuk

urusan akhirat. Karena itu Allah dalam surat al’maun menyebutkan bahwa para penduta

agama adalah mereka yang lalai dalam sholatnya.


“Maka celakalah orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap

shalatnya.” (QS Al-Maun: 5)

Salah satu ciri rang yang lalai terhadap sholatnya adalah orang yang lalai pada saat

panggilan sholat datang dia malah tidak bersegera mengerjakan sholat, Padahal, sifat malas

untuk solat dan mengulur-ulur waktunya adalah sifat orang-orang munafik. Allah

berfirman:

“Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang Menipu

mereka. Apabila mereka berdiri untuk shalat mereka lakukan dengan malas. Mereka

bermaksud ria (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah

kecuali sedikit sekali.” (QS An-Nisa: 142)

Masalah mengulur waktu ternyata menjadi perilaku manusia yang sulit dihindari

terutama dalam mengerjakan perintah Allah. Padahal dengan menunda atau melailaikan

menandakan kita kurang patuh kepadaa Allah. Seorang Bos atau direktur tidak akan suka

jika para bawahannya atau stafnya menunda pekerjaan yang sudah menjadi

tanggungjawabnya. Apalagi Allah yang tidak pernah ingkar janji dan tidak akan pernah

bangkrut psti tidak suka melihat hamba-hambanya malas melaksanakan perintah Allah.

Setan tidak akan tinggal diam dan berusaha membuat solat menjadi beban yang begitu

berat. Tapi kita harus selalu sadar bahwa menunda waktu solat sama saja mengundang
celaka. Imam Ali bin Abi tholib pernah berpesan,

“Tidak ada amalan yang lebih dicintai Allah melebihi solat. Maka janganlah kalian

disibukkan dengan urusan dunia sehingga melalaikan waktunya. Karena Allah mencela

suatu kaum dalam firman-Nya (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya yaitu

mereka yang meremehkan waktu solat.”

Lalai dalam wudhu, saat dia wudhu tapi tidak memperhatikan kualitas wudhunya

dengan baik, lalai memperhatikan kualitas airnya,kualitas kafiatnya, atau lalai dalam

memperhatikan kualitas kebersihan bajunya, atau lalai dalam hal gerakan sholatnya. Tiba-

tiba begitu takbir selesai teringat hutang seseorang yang belum dibayar, mengingat-ingat

brang yang lupa menyimpannya, teringat rencana ingin pergi keluar kota dan berbagai

masalah tiba-tiba memenuhi pikiran. Bahkan sering kita lupa jumlah rokaat karena

memikirkan hal lain diluar solat.lalai dalam bacaan sholatnya ataupun lalai dalam

pengamalan sholatnya. Maka jauhilah sifat lalai dengan selalu

fokus,ikhlas,ridho,bertanggung ajwab dan punya integritas kepada diri kita sendiri.

Semua pengaruh internal dalam diri manusia yang menjadi penghalang seseorang

untuk mengenal Allah lebih dekat seperti yang disebut di atas yaitu fasiq, takabur, dzalim,

dusta, banyak dosa, jahil, ragu-ragu, menyimpang dan lalai harus lah segera diobati. Sebab

penyakit hati tersebut dapat menular dan menyebabkan komplikasi kekafiran dan

kemusyrikan. Membiarkannya dapat merusak organ ruhani dan kematian keimanan kepada
Allah.

1. Obat Penawar Penyakit Internal

Obat yang paling mujarab untuk mengobati penyakit diatas adalah memperbanyak

tazkiyatunnafs seperti yang disebutkan oleh Sa’id Hawa dalam bukunya Tazkiyatunnafs

karya ulama besar Al ghazali. Adapun sarana tazkiyatunnafs itu adalah dengan

memperbaiki kualitas ibadah kita seperti:

A. Sholat

Hendaknya sholat kita mulai diperbaiki dengan dimulai dari memperbaiki wudhu

kita berdasarkan ilmu yang telah kita pelajari dari buku atau bertanya kepada yang

akhlinya, bukan dari yang kita lihat semata. perhatikanlah syarat dan rukunnya bahkan

kaifiatnya juga termasuk pemaknaan dari doa yang dibaca ketika wudhu. Setelah itu

nikmati dan resapi setiap tetesan air membasuh setiap anggota badan kita. Kita berharap

kelak Allah mensucikan diri kita dari setiap penyakit yang timbul dari diri kita berupa

fasiq, takabur, dzalim,dusta, Banyak dosa, jahil, ragu-ragu, menyimpang dan lalai yang

akan menyebabkan diri kita terjerumus dalam neraka jahanam.

Setelah itu kita perbaiki juga sholat kita dari mulai niatnya, gerakannya, bacaannya,

kafiaatnya, sudah sesuai dengan syarat dan rukun serta ketentuan sunah? kalau sudah

kemudian kita tingkatkan sudah kita mengetahui bacaan dan pemahamannya terhadap

semua bacaan dan gerakan tersebut? bagaimana juga dengan pemkanaan dari simbol

silmbol seperti takbiratul ihrom, ruku, ‘itidal, duduk diantara dua sujud, tahiyah, salam

sudah kita ketahui dan rasakan? tidak kalah penting adalah dengan pengamalan kita dalam

seharian. Karena pada dasarnya shoalt adalah miniatur kehidupan. Yang pada akhirnya

bisa tidak sholat kita mencegah dari kemungkaran, fasiq, takabur, dzalim,dusta, banyak
dosa, jahil, ragu-ragu, menyimpang dan lalai yang sering dilakukan oleh kita?

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan

mungkar.” (QS Al ‘Ankabut: 45)

Hendaknya kita senantiasa meningkatkan kualitas sholat kita hingga ke taraf

khusyu’, semakin sholat kita berkualitas semakin bersih dan sehat ruhani kita. Semakin

kita dekat dengan Allah.

B. Zakat infaq dan shodaqoh

Kebersihan hati juga sangat dipengaruhi oleh kebiasaan kita untuk mengeluarkan

zakat infaq dan shodaqoh. Tidak sedikit orang yang mengakui beragama islam bahkan suka

mengerjakan sholat tetapi dia meninggalkan zakat infaq dan shodaqoh atau mungkin

melalaikan kewajiban tersebut. Padahal dari setia rezeqi yang didapatkan dari Allah

mereka diharuskan mengeluarkan zakat dan infaq serta shodaqohnya. Sebagaimana firman

Allah

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu

menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”

Ketika seseorang mengeluarkan zakat infaq dan shodaqoh berarti dia telah menjaga

kebersihan dan kesucian harta yang dimakan dan dimilikinya. Bagi orang yang

mengeluarkan infaq itu sendiri, Rasulullah SAW pernah bersabda melalui Sayyidina Ali

ra, bahwa harta yang di-infaq-kan itu sebelum sampai kepada yang menerimanya akan

menyampaikan 5 pernyataan kepada yang memberikan:


- Kuntu qalilatan fa katsartani (dulu aku sedikit, sekarang kau jadikan aku

banyak)

- Kuntu shaghiratan fa kabbartani (dulu aku kecil, sekarang kau jadikan aku

besar)

- Kuntu aduwwan fa ahbabtani (dulu aku musuh, sekarang kau jadikan aku yang

dicintai)

- Kuntu faniya fa abqaitani (dulu aku fana, sekarang aku kau kekalkan)

- Kuntu makhrus fal’an sirtu haritsan (dulu aku yang dijaga, sekarang aku yang

akan menjagamu).

Adapaun yang dimakan akan mempengaruhi hatinya. Ketika yang dimakan ada

kekotoran, maka hatinya akan ada kotor ketika kotor hatinya maka akan kotor segalanya.

Sabda nabi.

“Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya

terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh

orang banyak. Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah

menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam

perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan.

Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya disekitar

(ladang) yang dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan

memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah

adalah apa yang Dia haramkan. Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal

daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka

buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati.” ( H.R Bukhori dan
Muslim).

Karena itu jika ingin hati bersih dan semua penghalang ruhani untuk mengenal

Allah hilang, hendaknya kita sesering mungkin membiasakan kewajiban zakat dan infaq

apalagi disertai dengan kebioasaan shodaqoh insya Allah hati akn bersih ruhani akan suci

sehingga kita akan dapat mudah mengenal Allah dan Allah pasti akan mengenal kita

dengan baik.

C. Shaum

Ibadah shaum juga dapat mempengaruhi kebersihan hati dan kesucian ruhani yang

pada akhirnya akan membawa jiwa yang tenang ini berkenalan dengan Allah. Dengan

kebiasaan shaum yang kita jalani akan dapat melembutkan hati. Karena orang yang suka

menjalani shaum mereka adalah orang yang berusaha mengendalikan dirinya dengan

keinginan Allah. Dia akan berusaha seoptimal mungkin melaksanakan perintah Allah

dengan sebaik-baiknya. Apa saja yang akan mengotori ibadah shaum apoalagi

membatalkan maka akan dia akan menjauhinya. Maka tidak heran orang yang suka shaum

dia akan lebih dekat muroqobahnya dengan Allah. Allah berjanji akan memberikan berkah

kepada orang yang berpuasa. Seperti ditegaskan sabda Nabi Muhammad SAW yang

diriwayatkan oleh Ibnu Suny dan Abu Nu'aim: "Berpuasalah maka kamu akan sehat."

Maka orang yang shaum dia akan sehat jasmani dan ruhaninya. Artinya dia akan

mudah mengenal Allah bahkan bukan hanya mengenal Allah, diapun akan dapat

memahami kehendak Allah karena dia melihat dengan mata hati bukan mata dzohir.

D. Shaum

Ibadah haji adalah ibadah fisik dan ruhani. Siapapun yang menegrjakannya mereka

adalah orang-orang yang trelah mempunyai kesiapan fisk dan ruhani yang kuat. Haji
adalah perjalanan menuju rumah Allah (Baitullah) yang suci untuk melaksanakan ritual

ibadah yang terdiri dari perbuatan dan perkataan yang telah dicontohkan oleh Rasulullahs,

seperti ihram, thawaf di Baitullah Al-Haram sebanyak tujuh kali, Sa’i tujuh kali antara

bukit Shafa dan Marwa, wukuf di Arafah, dan melempar jumrah di Mina, serta ritual-ritual

lainnya.

Di dalam ritual haji, banyak manfaat yang bisa didapatkan oleh seorang hamba, di

antaranya ketika dia berniat haji dengan memakai pakaian ihram mengandung arti bahwa

dirinya telah mendeklarasikan tauhid kepada Allah, pakaian ihram menggambarkan niat

yang bersih dan suci,hati yang bersih dan suci,pikiran yang bersih dan suci, sebagaimana

pakaian adalah sesautu yang membungkus badan manusia di dalam rangka meminta

ampunan yang besar dari Allah bagi yang melaksanakan haji. Kesempurnaan itu harus

dimulai dari kebersihan dan kesempurnaan serta kesucian niat dan pakain yang dipakai.

Dilanjutkan dengan thawaf sebanyak 7 keliling mengelilingi ka’bah yang berbentuk 4

persegi dengan 3 putaran berlari kecil dan 4 putaran berjalan dengan melawan arah jarum

jam.

Artinya bahwa 7 keliling adalah kesempurnaan dan optimalisasi sebagaimana arti

7 lapis langit dan 7 lapis bumi. Bahwa kerja keras dan jihad menjadi motivasi bagi setiap

diri kaum muslimin kalau perlu melawan arus sekalipun. Sa’I dengan lari-lari kecil dari

bukit shafa ke marwah. Shafa artinya suci marwah artinya mulia. Hal ini menggambarkan

bahwa untuk mencapai derajat kemuliaan harus diawali dengan kesucian dan dengan

kesiapan lari untuk berjihad. Wukuf di arafah adalah sebuah fenomena berkumpulnya

semua perasaan,kekuatan,kebersamaan untuk saling mengenal dan memahami,menolong

dan meikul smeua beban diantara sesam muslim. Melempar jumrah adalah sebuh sikap
kebencian yang ditujukan kepada semua langkah-langkah setan laknatullah.

Semua hal diatas merupakan ritual yang akan dapat menghilangkan penyakit diri

dari seorang hamba Allah. Haji akan menghapuskan kesalahaan dan dosa-dosa. Dari Abu

Hurairah, ia berkata bahwa ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Siapa yang berhaji ke Ka’bah lalu tidak berkata-kata seronok dan tidak berbuat

kefasikan maka dia pulang ke negerinya sebagaimana ketika dilahirkan oleh

ibunya.” (HR. Bukhari no. 1521).

E. Tilawah qur’an

“Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka

membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya.

Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang

rugi.” (QS Al-Baqarah: 121)

Dari ayat di atas dapatlah disimpulkan bahwa orang yang suka bertilawah qur’an

adalah orang yang mempunyai keimanan yang tinggi sedangkan yang meningalkannya

adalah orang-orang yang akan merugi. Membaca dengan tilawah qur’an akan dapat

membawa suasan hati dan pikiran serta emosi jiwa terkendali.

“Banyak diantara saudara2 kita kaum muslimin, dia tidak membaca Al-Qur'an kecuali

dengan maksud untuk mendapatkan pahala dan ganjaran dikarenakan minimnya

pengetahuan mereka tentang betapa besarnya manfaat dari Al-Qur'an. Sesungguhnya

setiap kali seseorang membaca Al-Qur'an dengan niat tertentu maka akan mengalir

keutamaannya.” (HR Bukhari)


Sebagaimana sabda Nabi SAW: "Sesungguhnya setiap amal tergantung pada

niatnya. Dan sesungguhnya amal perbuatan seseorang tergantung pada niatnya.”

Al-Qur'an adalah pedoman hidup, dan niat adalah transaksinya orang berilmu.

Dengan landasan dan titik tolak ini, saya ingin mengingatka diri sendiri dan

saudar2ku dengan berbagai niat yg dapat dihadirkan ketika kita membaca Al-

Qur'an, diantaranya:

Saya membaca Al-Qur'an demi mengetahui dan mengamalkan isinya.

Saya membaca Al-Qur'an dengan tujuan mendapatkan hidayah dari Allah SWT.

Saya membaca Al-Qur'an dengan tujuan bermunajat kepada Allah.

Saya membaca Al-Qur'an dengan tujuan mengobati penyakit2 lahir dan batin dengan Al-

Qur'an.

Saya membaca Al-Qur'an tujuan agar Allah SWT mengeluarkanku dari kegelapan

menuju cahaya.

Saya membaca Al-Qur'an karena ia adalah pengobatan bagi hati yg keras. Dalam

membacanya terdapat ketenangan hati, hidupnya hati dan kokohnya bangunan hati.

Saya membaca Al-Qur'an dengan tujuan karena Al-Qur'an merupakan jamuan Allah

SWT.

Saya membaca Al-Qur'an sehingga saya tidak tercatat sebagai orang-orang yg lalai dan

saya termasuk orang-orang yang berdzikir.

Saya membaca Al-Qur'an dengan tujuan menambah iman dan keyakinan kepada Allah
SWT.

Saya membaca Al-Qur'an dengan tujuan memenuhi perintah Allah dengan tertib.

Saya membaca Al-Qur'an untuk mendapatkan pahala sehingga saya bisa meraih 10

kebaikan dari setiap huruf dan Allah akan melipatgandakannya kepada siapa saja yg Ia

kehendaki.

Saya membaca Al-Qur'an hingga saya mendapatkan syafa'at Al-Qur'anul Karim di hari

kiamat kelak.

Saya membaca Al-Qur'an dengan tujuan mengikuti wasiat Nabi SAW.

Saya membaca Al-Qur'an hingga Allah meninggikan derajat saya dan dengannya

derajat umat ini juga menjadi tinggi.

Saya membaca Al-Qur'an hingga saya naik -layak- mendapat derajat surga dan saya

memakai mahkota dan memakaikan pakaian kebesaran kepada kedua orang tua saya

yang tidak pernah mereka dapatkan pakaian itu di dunia.

Saya membaca Al-Qur'an dengan tujuan taqarrub mepada Allah melalui kalam-

Nya.

Saya membaca Al-Qur'an hingga saya menjadi ahlulloh wa khossotihi (keluarga Allah

dan mereka yg dekat dengan Allah).

Saya membaca Al-Qur'an dengan tujuan bahwa orang yang mahir membaca Al-Qur'an

akan bersama malaikat safarotil kiromim baroroh.

Saya membaca Al-Qur'an dengan tujuan agar selamat dari api neraka dan adzab Allah.

Saya membaca Al-Qur'an hingga saya berada dalam maiyyatulloh (kebersamaan dengan

Allah).
Saya membaca Al-Qur'an hingga saya tidak menjadi orang yg hina sehina-hinanya.

Saya membaca Al-Qur'an sehingga ia menjadi pembela saya bukan yg

menuntut/mencelakakan saya.

Saya membaca Al-Qur'an dengan tujuan bahwa memandang mushaf adalah ibadah.

Saya membaca Al-Qur'an hingga turun kepada saya ketenangan dan saya diliputi

rahmat dan Allah mengingat saya sebagai orang yg berada bersamaNya.

Saya membaca Al-Qur'an dengan tujuan mendapatkan kebaikan dan keutamaan disisi

Allah SWT.

Saya membaca Al-Qur'an hingga saya mendapatkan keuntungan yg baik.

Saya membaca Al-Qur'an hingga saya tidak tersesat di dunia dan tidak sengsara di akhirat.

Saya membaca Al-Qur'an karena dengannya Allah mengangkat kesedihan-kesedihan serta


menghilangkan resah dan gelisah.

Saya membaca Al-Qur'an agar dia menjadi teman dekat saya di dalam kubur dan cahaya

bagi saya diatas jalan kehidupan, menjadi petunjuk bagi saya di dunia dan penuntun

menuju surga.

Saya membaca Al-Qur'an agar Allah mendidik saya, menta'dib dengan akhlak yang

menjadi hiasan diri Rasulullah SAW.

Saya membaca Al-Qur'an agar jiwa saya sibuk dengan kebenaran sehingga kebatilan

tidak menyibukan saya.

Saya membaca Al-Qur'an untuk menempa diri, melawan setan dan hawa nafsu.

Saya membaca Al-Qur'an agar Allah menjadikan penghalang sebagai penutup antara

saya dengan orang kafir di hari akhir kelak.

Saya membaca Al-Qur'an kemudian menyampaikannya walau hanya satu ayat


sebagaimana diperintahkan oleh Nabj SAW .

Saya membaca Al-Qur'an agar saya berdakwah kepada umat untuk mengamalkan isi dan

hokum-hukum-Nya.

Saya membaca Al-Qur'an agar bertambah pengetahuan tentang agama saya.

Saya membaca Al-Qur'an hingga saya merasa bahwa Allah sedang berbicara kepada

saya. Saya membaca Al-Qur'an agar saya tahu darinya kondisi umat-umat terdahulu.

Saya membaca Al-Qur'an untuk menerima jamuan dari Allah SWT.

Saya membaca Al-Qur'an karena ia tidak diciptakan dengan keraguan.

Marilah kita menjadi ahlul Qur'an. Dan ini adalah bisnis kita dengan Allah yang

mencakup keuntungan yang Allah berikan karena keutamannya yg mulia dan

pemberiannya yang tidak pernah meleset.

F. Dzikir

Jika kita menginginkan ketenangan dalam hidup, maka perbanyaklah dzikir

sebagaimana firman Allah:

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir

(mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi

tenteram.” (QS Ar-Ra’d: 28).

Kenapa dengan berdzikir hati menjadi tenang ? lisan merupakan pancaran amalan

pikiran dan hati. Jika seseorang menyimpan sesuatu yang dicintai dan dirindukan dalam

hati dan pikirannya, maka dengan reflek lisan akan menyebut-nyebut nama yang

dicintainya. Dzikir adalah amalan lisan. Seseorang berdzikir menyebut nama Allah

dikarenakan ada sebuah kecintaan dan kebutuhan akan hadirnya yang dicintai. Orang yang
tidak menyukai sesuatu maka tidak akan pernah menghadirkan sesuatu tersebut dalam

pikiran dan hatinya.

Kerinduan dam kecintaan yang mendalam akan membawa suasana kedamaian bila

kita menyebutnya. Kenapa kita mencintai sesuatu. Seseorang mencintai sesuatu karena

yang dicintainya dianggap akan dapat memberikan sesuatu yang lebih kepada dirinya.

Apakah perasaan merasa aman, merasa terlindungi, merasa terjaga atau sesuatu tersebut

dapat memberikan yang dibutuhkan oleh orang tersebut. Sabda nabi : seseoranh akan

bersama dengan yang dicintainya

Allah yang Maha segala tahu, Maha segala punya, Maha segala kuasa, Maha segala

galanya adalah zat yang dapat memenuhi kebutuhan semua manusia yang mencintainya.

Ketika kita bergantung hanya kepada Allah maka kepuasan dan ketenangan akan

menghampirinya. Perbanyaklah zikir dan sebaik-baik zikir adalah sholat. Karenanya

peliharlah sholat qooimun dan daaimun. Sholat qooimun adalah sholat yang lima waktu.

Shalat daaimun adalah sholat yang gambaran hidup selama 24 jam kita melewatinya

kehidupan kita selalu dalam kehendak dan perintah Allah. Maka jika kita hidup selalu

dalam kehendak dan diatas perintah Allah pasti ketenangan akan menjadi milik kita dan

kita akan terhindar dari penghalang diri kita unutk mengenal dan mencintai Allah SWT.

G. Tafakur

Tafakur adalah sebuiah proses pengerahan pikiran kita dalam merenungi sesuatu

yang terjadi di dalam kehidupan kita. Proses perenungan ini adalah di dalam rangka

mencari kebenaran hakiki. Tafakur bisa dilakukan dalam keadaan berdiri,duduk ataupun

berbaring. Hsil dari tafakur ini akan samapai pada sbeuah kesimpulan bahwa tidak ada

sesautu yang batil dalam segala penciptaan Allah di seluruh jagat raya ini.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan

siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS Ali-Imran: 190)

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam

keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya

berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci

Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali-Imran: 191)

Dalam salah satu tafsir diceritakan bahwa Nabi Muhamad SAW pada suatu hari ia

keluar menuju suatu kaum. Mereka sedang bertafakur. Maka Nabi SAW bertanya, “Apa

yang kamu sedang kerjakan sehingga kamu tidak berbicara?” Mereka menjawab, “Kami

sedang memikirkan ciptaan Allah SWT.” Selanjutnya Nabi SAW bersabda, “Kalau begitu,

maka lakukanlah. Berpikirlah tentang ciptaan Allah, tetapi janganlah kamu memikirkan

tentang-Nya. Sesungguhnya di barat ini ada bumi yang putih cahayanya perjalanan

matahari empat puluh hari. Di dalamnya terdapat makhluk dari makhluk-makhluk Allah.

Mereka tidak pernah mendurhakai Allah sekejap mata pun. Mereka bertanya, “Wahai

Rasulullah, lalu dimana setan terhadap mereka? Beliau bersabda, “Mereka tidak tahu setan

diciptakan atau tidak.” Mereka berkata, “Bagaimana dengan anak Adam?” Beliau

bersabda, “Mereka tidak tahu Adam diciptakan atau tidak.”

Dari ‘Atha’: “Pada suatu hari aku dan ‘Ubaid bin ‘Umair pergi kepada ‘Aisyah ra.

Di antara kami dan ia dipisahkan hijab. “Aisyah bertanya, ‘Wahai ‘Ubaid, apa yang

menghalangimu dari mengunjungi kami?’ ‘Ubaid menjawab, ‘Sabda Rasulullah SAW.,

“Berkunjunglah, Tetapi jangan terlalu sering, niscaya hal itu akan menambah kepadamu

kecintaan.”

Selanjutnya Ibn ‘Umair berkata, “Ceritakanlah kepada kami hal yang paling
menakjubkanmu yang engkau lihat dari Rasulullah SAW.” Maka ‘Aisyah menangis, lalu

berkata, “Setiap ihwalnya menakjubkan. Pada malam giliranku, ia datang kepadaku

sehingga kulitnya menyentuh kulitku. Beliau berkata, ‘Biarkan aku shalat kepada

Tuhanku.’ Maka beliau pergi ketempat air, lalu berwudhu. Kemudian beliau shalat. Maka

beliau menangis sehingga basah janggutnya. Kemudian beliau sujud sehingga air matanya

membasahi tanah. Selanjutnya beliau berbaring pada salah satu sisinya hingga datang Bilal

menyeru shalat subuh. Maka Bilal bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apa yang menyebabkanmu

menangis? Padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu dan yang akan

datang.’ Beliau menjawab, ‘Bagaimana kamu ini, wahai Bilal, apa yang mencegahku untuk

menangis. Sesungguhnya pada malam ini Allah SWT telah menurunkan wahyu,

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang

terdapat tanda-tanda bagi orang-orang berakal.”Selanjutnya beliau bersabda, ‘Celakalah

orang yang membacanya tetapi tidak memikirkannya.’”

Semakin banyuak kita bertafakur akan semakin bersih pikiran dan hilangnya semua

penghambat diri yang mengotori pikiran dan hati manusia.bertafakur lebih baik dari

sebuah amal soleh yang dikerjakan dalam seharian. Karena bertafakur adalah pondasinya

amal soleh manusia.

H. Mengingat kematian dan pendek angan-angan

Mengingat kematian dan pendek angan-angan akan menyadarkan manusia dari

sebuah keinginan panjang yang tak bertepi.adalah setan yang selalu berusaha

memanjangkan angan-angan dan larut dalam lamunan, sehingga lupa melakukannya. Dia

hidup di alam langit sementara kakiknya tidak bertumpu di bumi. Orang-orang yang

panjang angan-angan adalah mereka yang menyangka hidupnya akan kekal dan melupakan
maut yang selalu mengintainya.

Rosulullaah SAW Bersabda kepada Abdullah bin Umar:

“Jika kamu sedang berada pada pagi hari, janganlah kamu berbicara kepada dirimu

sendiri tentang petang hari nanti. Jika kamu sedang berada pada petang hari, janganlah

kamu berbicara pada dirimu sendiri tentang pagi hari. Jadikan hidupmu sebagai modal

untuk menghadapi kematianmu, dan jadikan sehatmu sebagai modal untuk menghadapi

sakitmu. Sesungguhnya kamu, wahai Abdullah, besok sudah tidak tahu siapa namamu.”

(HR. Ibnu Hibban)

Diriwayatkan oleh ‘Ali Karromallaahu wajahahu., sesungguhnya Nabi SAW

bersabda:

“Ada dua hal yang paling aku takuti menimpa kalian, yaitu: menuruti hawa nafsu dan

banyak angan-angan. Sesungguhnya menuruti hawa nafsu itu dapat menghalangi dari

kebenaran, dan banyak angan-angan itu sama dengan mencintai dunia.”

Selanjutnya kata Beliau SAW:

“Sesungguhnya Allaah Ta’ala memberikan dunia kepada orang yang dicintai maupun

yang dibenci-Nya. Jika mencintai seorang hamba, Allaah memberinya iman. Ingat,

sesungguhya agama itu mempunyai anak. Jadilah kamu termasuk anak-anak agama, dan

janganlah kamu menjadi anak-anak dunia. Ingat, sesungguhnya dunia itu bergerak

pergi. Ingat, sesungguhnya akhirat itu bergerak maju (datang). Ingat, sesungguhnya

kalian berada pada zaman untuk beramal, bukan zaman untuk dihisab. Dan ingat,
sesungguhnya kalian hampir tiba pada zaman untuk dihisab yang sudah tidak berlaku

amal.” (HR. Ibnu Abi-d Dunya)

Karenanya untuk dapat kita mengenal Allah lebih dekat kita banyak mengingat

kematian dan pendek angan-angan. Ingatlah kehidupan dunia seolah-olah akan hidup

kekal tapi ingatlah akhirat seolah akan mati esok..yakini bahwa, kita hampir tiba pada

zaman untuk dihisab yang sudah tidak berlaku amal.”

7.2 Pengaruh Eksternal

Penyakit lain yang akan dapat menghalangi seseorang dari mengenal Allah lebih

dekat adalah adanya faktor luar. Faktor luar adalah hal-hal atau unsur-unsur yang

mempengaruhi hati dan pikiran seseorang untuk mengenal Allah SWT lebih dekat. Faktor

luar ini bisa berupa pengaruh manusia ataupun bentuk materi lainnya.

Besarnya pengaruh luar ini sangat tergantung dari kekuatan luar itu sendiri. Jika

kekuatannya lebih besar dari kekuatan hati seorang manusia. Maka seseorang akan sangat

terpengaruh dengan itu. Tetapi sekalipun kekautan itu besar namun kekautan ahti

seseorang jauh lebih besar, maka kekautan luar itu tidak akan mempengaruhinya. Bahkan

semakin menekan akan semakin kuat kekuatan hatinya.

7.2.1 Bentuk Penghalang Pengaruh Eksternal

A. Kekuatan manusia

Sejarah menunjukan bahwa orang-orang yang ingin mengenal dan mendekat Allah

serta berkomitment untuk menjalankan kehendak Allah dimuka bumi selalu berhadapan

dengan penghalang-penghalang yang tidak menginginkan kehendak Allah itu terwujud di


bumi Allah. Padahal bumi dan langit serta segala isinya adalah milik Allah.bukan bilik

manusia, manusia hanya punya hak guna pakai bukan hak milik. Namun anehnya manusia

merasa memiliki, sehingga dengan sombongnya setiap tanah yang ditempatinya dianggap

sebagai hak miliknya bahkan dibuat surat sertifikat hak milik.

Allah sebagai pemilik yang hak dan mempunyai otoritas tinggi dari setiap

kekuasaan serta kehendaknya, ingin semua tanah yang ada di bumi Allah ini diatur dengan

aturan Allah. Sebagaimana kita mempunyai rumah sendiri tentu kita juga tidak ingin rumah

kita diatur oleh orang lain. Namun ketika ada sebagian orang yang ingin menegakkannya

sebgian yang lain justru menghalanginya bahkan melakukan tindakan kekerasan.

ِ‫آياا ِت‬

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para

nabi yang memang tidak dibenarkan, serta membunuh orang-orang yang menyuruh

manusia berbuat adil, sampaikanlah kepada mereka kabar gembira yaitu siksa yang

pedih. Mereka itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya di dunia dan di akhirat,

dan mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong.” (QS Ali Imran: 20-21)

Tidak sedikit orang mengurungkan keinginan berjuang dari Allah dikarenakan

takut kepada kekuatan kekuasaan manusia yang lain. Karena ancaman kekuatan mereka

bisa menimbulkan hilangnya nyawa.

B. Indahnya kehidupan dunia

Hal lain yang dapat mempengaruhi jauhnya manusia untuk mengenal Allah adalah

kekuatan indahnya kehidupan dunia. Dunia dan segala isinya adalah ibarat permata yang

bergemerlapan sehingga menimbulkan dorong untuk memilikinya. Ketika manusia

berusaha mati-matian untuk mendapatkannya terkadang melupakan Allah sebagai


pemiliknya. Padahal mengejar indahnya dunia ibarat mengejar bayangan diri sendiri.

Semakin dikejar semakin jauh bayangan tersebut. Seharusnya jika kita menginginkan

indahnya kehidupan dunia, bukan dengan mengejar bayangannya tetapi mengejar

cahayanya maka bayangan akan mengikuti kita.

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,

yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda

pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia,

dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS Ali Imran: 14)

Sadarilah bahwa kehidupan akhirat lebih indah dari pada kehidupan dunia. Maka

berjuang keraslah untuk menghindari tarikan dunia yang akan menyebabkan jauhnya dari

Allah. Ingatlah bahwa kita penduduk langit bukan penduduk bumi. Rumah abadi kita di

langit bukan dibumi.

C. Tunduk pada kekuatan nasab

Keluarga bisa menjadi penyebab jauh kita dari keinginan untuk mengenal Allah.

Karena itu Allah mengancam kepada mereka yang lebih mencintai keturunan atau nasab

dari pada Allah. Firman Allah:

“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-

saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan

dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-

orang yang zalim.” (QS At-Taubah: 23)

“Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum

keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah

dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah

mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang

yang fasik.” (QS At-Taubah: 24)

Adalah sahabat nabi Mus’ab bin Umair yang dengan rela beliau meninggalkan

kelaurga dan segala kekayaannya hanya untuk lebih mendekatkan dirinya kepada Allah

dan Rasulallah sekalipun ancaman bahkan siksaa datang dari keluarganya sendiri.

D. Tunduk pada kebiasaan

“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,”

mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati

dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga),

walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat

petunjuk?” (QS Al-Baqarah: 170)

Hal lain yang dapat menjauhkan manusia dari menghenal Allah adalah dengan

tunduknya manusia kepada kebiasaan atau pengaruh adat istiadat nenek

moyangnya.padahal apa yang dilakukan oleh orang dahulu belum tentu kebenarannya.

Boleh saja kita melakukan kebiasaan nenek moyang kita, selama apa yang dilakukan oleh

nenek moyang kita itu berasal dari Allah SWT. Tidak sedikit di dalam islam syari’at yang

dijalankan berasal dari nenek moyang kita seperti ibadah haji, shaum,khitan dan ibadah

lainnya.

Kebiasaan yang tidak ada hujjahnya hendaknya dijauhi karena akan dapat
mengotori hubungan kita dengan Allah.firman Allah:

“Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan ternak yang

telah diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan mereka: "Ini

untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami". Maka saji-sajian yang diperuntukkan

bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah; dan saji-sajian yang

diperuntukkan bagi Allah, maka sajian itu sampai kepada berhala-berhala mereka. Amat

buruklah ketetapan mereka itu.” (QS Al-An’am: 136)

“Dan demikianlah pemimpin-pemimpin mereka telah menjadikan kebanyakan dari

orang-orang musyrik itu memandang baik membunuh anak-anak mereka untuk

membinasakan mereka dan untuk mengaburkan bagi mereka agama-Nya. Dan kalau

Allah menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggallah mereka dan

apa yang mereka ada-adakan.” (QS Al-An’am: 137)

7.2.2 Obat Penghancur Penghalang Eksternal

Semua penghalang cahaya yang masuk ke dalam qolbu seorang muslim baik

melalui pengaruh internal maupun eksternal, dapat membahayakan muslim tersebut.

Karena itu hendaknya semua orang harus menghancurkan semua penghalang yang akan

dapat mengahlangi cahaya Allah masuk kedalam pikiran,jiwa dan qolbu manusia. Adapun obat
nya sebagai berikut:

A. Penghalang kekuatan Manusia Vs kekuatan Jama’ah


Allah memerintahkan kepada kita agar kita memerangi orang yang memerangi

Allah dengan cara mereka memerangi Allah:

“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah

kamu melampaui batas.” (QS Al Baqarah: 190)

“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) agama itu

hanya untuk Allah belaka.” (QS. Al Baqarah: 193)

Menegakkan ayat-ayat Allah tidak bisa dilakukan oleh sendiri-sendiri. Sistemlah

yang harus bekerja mengerahkan kekuatan dan kekuasaan. Karena hakekatnya aturan bisa

tegak apabila didukung oleh kekuatan kekuasaan. Apalagi kekautan kejahatannya sudah

tersistem pula. Kebenaran yang tidak terkoordinir akan kalah oleh kejahatan yang

terkoordinir. Karena itu kekuatan jama’ah harus mampu mewujudkan gelombang tsunami

umat untuk menghancurkan sitem Dazal.

B. Penghalang Indahnya Dunia VS Indahnya Akhirat

Salah satu kenapa manusia susah menghancurkan pikiran dan perasaan terhadap

indahnya dunia, dikarenakan manusia tidak mampu mengabtraksi kehidupan akhirat.

Selama manusia tidak bisa melihat pandangannya menembus batas kehidupan akhirat

selama itupula pemikirannya akan terhalang oleh kehidupan dunia. Jika begitu, maka

manusia akan susah memahami mendalam arti dari, balasan, berkah,pahala, Ridho,

Magfiroh.

Kemampuan manusia membayangkan dalam pikiran dan merasakan di dalam hati


indahnya kehidupan akhirat, akan dapat membawa kepada ketentraman hidup. Mereka

akan punya sifat mawas diri, hati-hati dan tanggungjawab. Tidak akan mudah terpikat

dengan sesuatu yang menarik hatinya,jika yang menarik aitu akan membahayakan dirinya.

Kemampuan menghindari dari ajakan dan bisikan setan akan semakin ditingkatkan karena

dia menyadari bahwa setan adalah penipu dan penggoda serta penipu ulung. Berapa banyak

korbanyang telah ditipunya, friman Allah:

“Dan (ingatlah) pada hari ketika Dia (Allah) mengumpulkan mereka semua (dan Dia

berfirman), "Wahai golongan jin! Kamu telah banyak menyesatkan manusia." Dan

kawan-kawan meraka dari golongan manusia berkata, "Ya Tuhan Kami, sebagian kami

telah saling mendapatkan kesenangan dari sebagian (yang lain) dan sekarang waktu

yang telah Engkau tentukan datang ." Allah berfirman, "Nerakalah tempat kamu selama-

lamanya, kecuali jika Allah menghendaki lain ” Sungguh, Tuhanmu Mahabijaksana lagi

Maha Mengetahui.” (QS Al-An’am: 128)

Yang indah itu bukan megah dan banyaknya rumah atau gedung, banyak dan

mewahnya mobil, terhamparnya tanah,sawah dan binatang ternak,bergulirnya nilai

deposito di bank, tinggi harkat pangkat,gelar dan jabatan serta strata sosial kita dihadapan

manusia. Yang indah itu adalah ketika kita berada dalam naungan rahmat dan magfiroh

Allah karena kita istiqomah di jalan Allah. Yang indah itu adalah ketika semua harta yang

kita miliki habis di jalan Allah seperti khadijah isteri nabi. yang istimewa itu adalah ketika
semua tenaga dan pikiran ini tercurah dan tertumpah ruah habis dipakai untuk

mendakwahkan ayat-ayat Allah.

Manusia suka membagus-baguskan rumah yang akan kita tinggalkan didunia dan

melupakan rumah yang akan kita tempati di akherat. Hancurnya penghalang indahnya

dunia hanya akan mampu kita hancurkan ketika kita mampu membayangkan bahwa

sebesar apapun keindahan dunia tidak lebih dari air yang keluar dari telunjuk setelah

telunjuk itu dicelupkan kedalam samudra diiringi dengan kesiapan jihad amwal wa anfus

untuk mendapatkan kehidupan akhirat yang indah itu.

C. Penghalang kekuatan Cinta Nasab VS Kekuatan Cinta Allah dan Rasulnya.

Tiada cinta tanpa perjuangan, tiada perjuangan tanpa pengorbanan. Perjuangan dan

pengorbanan adalah dua sisi mata uang yang mutlak harus ada dalam cinta. Seseorang yang

mencintai sesuatu dengan sungguh-sungguh, maka apapun resiko untuk mendapatkanny

akan ditempuh sekalipun harus keluar keringat air ataupun banjir darah. Bohonglah orang

yang mengatakan cinta tanpa bukti perjuangan dan pengorbanan. Bohonglah orang yang

mencintai tetapi tidak mau mengikuti apa yang menjadi keinginan yang dicintainya.

“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya

Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang.” (QS Ali Imran: 31)

Keluarga adalah salah satu cobaan yang harus dihadapi dalam da’wah. Bisa jadi

keluarga menjadi salah satu tumpuan dalam da’wah. Bisa pula terjadi justru kelaurga

menjadi salah satu penyebab da’wah jadi tidak lancar. Nabi Muhamad da’wahnya
mendapat dukungan penuh dari keluarga nasabnya, tapi mendapat halangan dari keluarga

kerabatnya, justru paman-pamannya sendirilah yang begitu gencar memeranginya.

Hanya dengan kekuatan cinta kepada Allah dan rasulnyalah penghalang nasab itu

akan hancur, kekautan cinta kepada Allah dan rasullah yang akan menjadi obat penawar

dari racun yang ditebar keluarga untuk menjauh dari Allah SWT.Dalam sebuah hadits

qudsi, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam hadist kudsi:

“Dan tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada Ku dengan sesuatu yang lebih

Aku cintai dari pada kewajiban yang Aku wajibkan kepadanya dan senantiasalah

hamba-Ku mendekatkan diri kepada Ku dengan sunnah-sunnah sehingga Aku

mencintainya. Maka bila Aku mencintainya, Aku jadi pendengarannya yang dia

mendengar dengannya dan penglihatannya yang ia melihat dengannya, dan tangannya

yang ia menyerang dengannya, dan kakinya yang ia berjalan dengannya. Apabila ia

meminta kepada Ku, pasti Aku memberinya, dan jika ia meminta perlindungan kepada

Ku pasti Aku melindunginya. Aku belum pernah ragu-ragu menghadapi jiwa hamba-Ku

yang beriman seperti Aku menghadapi hamba-Ku yang beriman yang tidak suka mati

sedang Aku tidak suka menyakitinya.” (H.R. Bukhari)

D. Tunduk Kepada Kebiasaan VS Tunduk Kepada Kemestian

Ibadah yang harus dilakukan manusia hendaknya bukan bertumpu kepada

kebiasaan tetapi harus tunduk kepada kemestian. Ibadah yang benar bukan bagaimana

biasanya tetapi harus bagaimana mestinya. Jika ibadah didasarkan kepada kebiasaan maka

yang terjadi adalah hanya taklid buta. Tetapi jika ibadah didasarkan kepada kemestian

maka yang akan terjadi adalah pencerahan. Allah berfirman:


“Dan apabila dikatakan kepada mereka "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah"

mereka menjawab, "(Tidak), Kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari

nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang

mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?

(QS Al-Baqarah: 170)

Ibadah berdasarkan kebiasaan tanpa didasari ilmu sedangkan ibadah yang

berdasarkan kemestian akan bertumpu pada ilmu.

“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan

agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR. Bukhari

no. 2697 dan Muslim no. 1718)

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka

amalan tersebut tertolak” (HR. Muslim no. 1718)

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
bahwa semestinya ibadah yang dikerjakan oleh setiap muslim yang taat harus didasarkan
kepada ketentuan yang benar. Bukan didasarkan kepada kebiasaan-kebiasaan yang tidak
didukung dengan dalil yang kuat. Ketika semua ibadah dilakukan dengan sesuai sunah nabi,
maka ibadah itu akan berefek baik kepada kebersihan hati dan pikiran. Setiap ibadah yang dapat
menghidupkan hati dan akal akan dapat menambah kecintaan kepada Allah SWT. Setiap rasa
cinta bertambah akan bertambah pula kesiapan berjuang dan berkorban hingga kalau harta dan
nyawapun habis tidak peduli yang penting sang kekasih hati dimiliki.

DAFTAR PUSTAKA

E-BOOK menjadi khalifah fill ardh.

Anda mungkin juga menyukai