Anda di halaman 1dari 5

Sementara itu, hal-hal yang buruk, penyakit dan hal-hal yang men-

datangkan kebinasaan, seluruhnya membahayakan bagi makhluk hidup namun

manakala datang perintah Allah kepadanya untuk memberikan manfaat, maka

ia pun akan mendatangkan manfaat. Ia tunduk dan taat terhadap perintah

Tuhannya.

Hakekat tauhid adalah selalu terkait dengan Allah semata Yang memiliki

kekuasaan, kebesaran dan keagungan serta tidak bergantung pada selain-Nya

atau menoleh kepada selain-Nya untuk beribadah.

Manfaat dan mudharat, bergantinya malam dan siang, berubahnya panas

dan dingin, adanya rasa lapar dan kenyang, datangnya rasa aman dan takut,

sehat dan sakit, kemuliaan dan kehinaan, serta kemiskinan dan kekayaan

tidaklah terjadi karena dengan sendirinya. Semua terjadi berdasarkan perintah

Allah dan tidak ada satu sekutu pun bagi-Nya se- bagaimana ditegaskan dalam

firman Allah Ta’ala,

"‫"ﮙ‬
‫"ﮕ"ﮖ" ﮗﮘ‬
‫"ﮒ"ﮓﮔ‬
‫"ﮑ‬‫ﮏﮐ‬

“Allah Pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara atas segala sesuatu.”

(QS. Az-Zumar: 62)

Orang yang bertauhid tidak akan bergantung kepada sebab-sebab yang

memberikan manfaat seperti makanan dan obat-obatan, tidak pula bergantung

pada sebab-sebab yang mendatangkan kemudharatan se- perti api dan racun,

akan tetapi hatinya senantiasa hanya terpaut kepada Allah semata. Dialah yang

memiliki kerajaan, bagi-Nya segala pujian dan Dia berkuasa atas segala sesuatu,
di tangan-Nya kunci berbagai urusan. Allah Ta’ala,

MilikNyalah kerajaan langit dan bumi. Dan hanya kepada Allah segala urusan

dikembalikan.” (QS. Al-Hadiid: 5)

Allah Azza wa Jalla Menguji Manusia dengan Tiga Hal

• Pertama, Allah menguji manusia dengan musibah, agar bisa diketa- hui ke

mana hatinya menghadap pada setiap keadaan, apakah meng- hadap

kepada Allah atau kepada sebab-sebab yang dapat menghi- langkan

musibah itu.

Seorang mukmin akan menghadapkan hatinya hanya kepada Allah saat

tertimpa lapar dan pada saat sakit. Sedangkan hati orang kafir, maka ketika

lapar akan menghadapkan hatinya kepada makanan dan ketika sakit hanya

terpaut pada obat-obatan, dan seterusnya.

• Kedua, Allah menguji manusia dengan syahwat untuk melakukan

kemaksiatan dan perintah untuk melakukan kebaikan agar diketahui

siapakah yang mengedepankan perintah Allah di atas syahwat. Seorang

mukmin akan mengedepankan perintah Allah di atas hal- hal yang mubah

dan hal-hal yang disukai jiwa, sedangkan orang kafir akan

mengedepankan kesenangan jiwa dan syahwatnya di atas segala sesuatu.

• Ketiga, Allah Ta’ala menguji manusia dengan halal dan haram, untuk

diketahui siapakah yang takut terhadap perkara ghaib. Hal ini sebagaimana

ditegaskan Allah Ta’ala dalam firman-Nya,

"
‫" ﮩﮪ‬
‫"ﮨ‬‫"ﮧ‬
‫"ﮦ‬‫"ﮥ‬
‫"ﮤ‬‫"ﮣ‬
‫ﮠﮡ"ﮢ‬
"
‫"ﯘ"ﯙ‬
‫"ﯖ"ﯗ‬
‫"ﯔ"ﯕ‬
‫ﮫﮬﮭ"ﮮ"ﮯ"ﮰﮱ"ﯓ‬

“Wahai orangorang yang beriman! Allah pasti akan menguji kamu

dengan hewan buruan yang dengan mudah kamu peroleh dengan tangan

dan tombakmu agar Allah mengetahui siapa yang takut kepadaNya,

meskipun dia tidak melihatNya. Barangsiapa melampaui batas setelah itu,

maka dia akan mendapat adzab yang pedih.” (QS. Al-Maa`idah: 94)

Keimanan seorang mukmin akan mendorongnya untuk mengambil manfaat dari hal-

hal yang dihalalkan Allah dan menjauhi hal-hal yang diharamkan Allah dalam setiap

keadaan. Sedangkan orang kafir justru akan melakukan perkara-perkara yang haram

dan dosa-dosa besar; ka- rena dia tidak memiliki iman yang akan menghalanginya

dari perkara- perkara haram dan dosa-dosa besar itu Tauhid Diwujudkan dengan Tiga

Hal

• Pertama: Yakin dan percaya dengan keesaan Allah, dan tempatnya adalah

hati.

• Kedua: Mengucapkan dan mengakuinya, dan tempatnya adalah lisan.

• Ketiga: Beramal yaitu melaksanakan perintah-perintah dan menjau- hi

larangan-larangan Allah. Ini dapat dilihat dari anggota badan.

Ketika seorang hamba meninggalkan salah satu dari tiga hal di atas maka

dia bukanlah seorang muslim yang sebenarnya. Jika seseorang mengakui

tauhid dengan lisannya namun tidak beramal dengannya maka dia masih

termasuk dalam kategori orang kafir, pembangkang dan sombong seperti

Fir’aun dan Iblis.


Jika hanya mengamalkan tauhid secara lahir, namun tidak meyaki- ninya

secara batin, maka dia adalah munafik yang kedudukannya lebih buruk

daripada orang kafir.

Tauhid yang Diserukan Oleh Para Rasul dan Disebutkan Dalam Kitab-kitab Suci Ada

Dua Macam:

• Pertama: Tauhid dalam mengetahui dan menetapkan keesaan Allah.

Maksudnya mengesakan Allah pada nama-nama, sifat-sifat dan per-

buatan-Nya. Allah Ta’ala yang sempurna dan tiada duanya di dalam Dzat,

Nama, Sifat dan perbuatan-Nya. Dia Maha berkehendak dan Berkuasa

terhadap segala sesuatu. Dia mengetahui apa saja, di ta- ngan-Nya segala

hal. Dia Pencipta segala sesuatu, Penguasa setiap hal, dan Dia meliputi

segala sesuatu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, Dia

memiliki nama-nama yang indah dan sifat- sifat yang tinggi. Allah Ta’ala

berfirman,

‫ﭡﭢ ﭣﭤﭥﭦ ﭧﭨ‬

“…Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha

Mendengar, Maha Melihat.” (QS. Asy-Syuuraa: 11)

Kedua: Tauhid dalam tujuan dan permintaan. Maksudnya tauhid ibadah yakni

mengesakan Allah pada semua jenis ibadah seperti doa dan shalat, rasa takut dan

menggantungkan harapan. Seorang ham- ba mesti mempunyai keyakinan dan

mengakui bahwasanya hanya Allah yang memiliki sifat Uluhiyyah bagi seluruh

makhluk-Nya dan bahwasanya hanya Dia saja yang berhak disembah dan tidak yang
lain-Nya

Anda mungkin juga menyukai