Anda di halaman 1dari 4

Dengan demikian seorang hamba akan memahami nama-nama dan sifat-sifat Allah,

memahami segala perintah dan larangan-larangan Allah, memahami qadha dan qadar Allah,

memahami hukum agama dan syari- at serta memahami hukum alam dan takdir. Allah

Ta’ala berfirman,

‫ﮣﮤ ﮥ ﮦ ﮧ ﮨ ﮩﮪ ﮫ ﮬﮭ ﮮ‬

“…Itulah karunia Allah, yang diberikan kepada siapa yang Dia kehenda ki. Dan Allah

mempunyai karunia yang besar.” (QS. Al-Hadiid: 21).

Allah Ta’ala adalah penguasa alam ini, Dia Yang Maha Mengatur se- suai hikmah-Nya,

mengurusi sesuai kehendak-Nya, dan Dia senantiasa berada dalam kebenaran ketika

berfirman, berbuat, memutuskan, mene- tapkan, memerintah, melarang, memberi pahala

maupun menghukum.

Semua berita yang disampaikan-Nya adalah benar, semua keputu- san-Nya adil,

semua perintah-Nya mendatangkan kemaslahatan, selu- ruh larangan-Nya menimbulkan

kerusakan jika dilakukan. Pahala yang Allah berikan kepada orang yang berhak sesuai

dengan keutamaan dan rahmat-Nya. Hukuman yang Allah timpakan kepada yang berhak

mene- rimanya sesuai dengan keadilan dan hikmah-Nya.

Hukum Allah pada hamba-hamba-Nya ada dua macam

• Pertama, hukum agama dan syariat.

• Kedua, hukum alam dan takdir.

Kedua hukum tersebut akan berlaku pada setiap hamba, berjalan mengiringinya, baik

dia mau atau enggan, hanya saja hukum alam dan takdir tidak mungkin menyimpang

darinya, sedangkan hukum agama dan syariat bisa saja dia melanggarnya.

Sementara keputusan adalah sebagai penyempurna dan pelengkap, ia ada setelah

terjadi dan berlalunya sesuatu. Hukum yang Allah tetap- kan bagi hamba-Nya adalah
sebagai bentuk keadilan dari-Nya, dan hal itu meliputi seluruh keputusan yang

berlaku bagi para hamba dari sega- la segi: baik itu berupa kesehatan maupun rasa

sakit, kekayaan maupun kemiskinan, mendapat nikmat maupun penderitaan,

kehidupan mau- pun kematian, hukuman dan ampunan. Hal ini sebagaimana

diterang- kan dalam firman Allah Ta’ala, Tidaklah seorang hamba tertimpa

kegundahan dan tidak pula kesedi han lantas ia mengucapkan, “Ya Allah, sesungguhnya

aku adalah ham baMu, anak dari hambaMu yang lakilaki dan anak dari hambaMu yang

perempuan, ubunubunku ada di tanganMu, hukumMu berlaku padaku, ketetapanMu

sangat adil padaku.…” (HR. Ahmad)2

Di sini dijelaskan bahwa sesuatu yang telah berlaku adalah hukum Allah dan sesuatu

yang adil adalah ketetapan Allah.

Hukum yaitu sesuatu yang Allah jadikan sebagai ketetapan, terka- dang Allah

berkehendak untuk menjalankannya dan terkadang tidak melaksanakannya. Apabila

berupa hukum agama maka itu berlaku pada hamba-Nya. Adapun hukum alam, jika Allah

kehendaki maka akan ber- laku pada hamba-Nya, namun jika tidak Dia kehendaki maka

tidak ber- laku pada hamba-Nya.

Allah Ta’ala berkuasa atas segala sesuatu, apa yang menjadi keteta- pan-Nya berlaku

pada hamba-Nya. Adapun makhluk-Nya, bisa saja me- mutuskan ketetapan, memiliki

kemampuan memerintah, namun tidak bisa menjalankannya. Allah Ta’ala memutuskan

dan melakukan sesuai kehendak-Nya kapan saja dan di mana saja.

Kehidupan yang baik dan seimbang akan menjadi sempurna apabila pemberi perintah

dalam kekuasaan hanya ada satu, namun apabila yang memberi perintah dalam

pergerakan itu banyak maka gerakan manusia akan saling bertentangan dan berselisih

satu sama lainnya sehingga ke- hidupan menjadi rusak. Oleh karena itu, adanya satu

perintah dan larangan merupakan asas keseimbangan dalam gerak kehidupan.

Sebagaimana kita mengesakan Allah Ta’ala dalam nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-
perbuatan- Nya, kita juga mesti mengesakan-Nya dalam ibadah dan ketaatan kepa- da-

Nya tanpa dicampuri dengan unsur kemusyrikan sedikit pun Kita hanya mematuhi

perintah Allah saja, menjauhi larangan-Nya semata, beriman kepada-Nya saja,

bertawakal, menyembah dan memin- ta pertolongan hanya kepada-Nya.

Supaya tidak ada pertentangan dalam ucapan, perbuatan, perintah dan pergerakan,

maka harus memiliki satu tujuan dan yang memerintah juga satu. Namun manakala

tujuan itu bercabang-cabang dan pemberi perintah juga banyak maka yang terjadi adalah

kerusakan dan keka- cauan.

Definisi Ibadah

Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah,

baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang batin.

Seorang ahli ibadah yang sejati adalah orang yang melaksanakan perintah-

perintah Allah di setiap keadaan dan syiar seperti shalat dan dzikir yang akan

membantumu dan memberimu kekuatan dan menam- bah keimananmu, sehingga

memudahkan bagimu untuk mengaplikasi- kan perintah-perintah Allah dalam setiap

kondisi.

Tauhid adalah pondasi umum yang berkaitan dengan seluruh ama- lan. Tauhid

merupakan penopang (kaidah) yang semua beban dan ke- wajiban-kewajiban merujuk

kepadanya, sebagaimana pula hak-hak dan kewajiban-kewajiban disandarkan kepadanya.

Maka yang wajib dilaku- kan sebelum mengetahui perintah dan larangan Allah, sebelum

menge- tahui beban dan kewajiban beragama dan sebelum mengetahui syariat dan hukum

Allah, maka hendaknya manusia mengakui sifat Rububiyyah Allah (sebagai Pencipta dan

pengatur alam semesta) dalam kehidupan mereka sebagaimana mereka mengakui

Uluhiyyah Allah (sebagai Tuhan yang harus disembah) dalam akidah mereka.

Mereka sama sekali tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun dalam sifat

Uluhiyyah, demikian pula tidak menyekutukan Allah de- ngan siapa pun dalam sifat
Rububiyyah.

Kemusyrikan dalam segala bentuk dan macamnya merupakan per- buatan haram

pertama yang akan menyeret pelakunya kepada setiap perkara yang haram. Syirik juga

merupakan kemungkaran pertama yang akan menyeret pelakunya pada kemungkaran

lainnya.

Oleh karena itu, kita wajib bersegera mengingkari seluruh bentuk perbuatan syirik,

hingga manusia mengakui bahwa tidak Tuhan yang patut disembah bagi mereka selain

Allah. Tidak ada Tuhan yang Maha Mengatur kehidupan alam semesta selain Allah,

tidak ada hakim bagi mereka selain Allah dan tidak ada yang menetapkan syariat untuk

me- reka selain Allah.

Oleh karenanya, mengetahui tauhid adalah kewajiban yang perta- ma kali, bahkan

kewajiban paling agung yang dibebankan kepada setiap orang, sebagaimana ditegaskan

dalam firman Allah Ta’ala,

‫ﰒ ﰓﰔ ﰕ‬ ‫ﰑ‬ ‫ﰐ‬ ‫ﰊ ﰋ ﰌ ﰍ ﰎ ﰏ‬

‫ﰖﰗ ﰘ ﰙ‬
“Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Tuhan (yang patut disembah) selain Allah, dan mohonlah

ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orangorang mukmin, lakilaki dan perempuan. Dan Allah

mengetahui tempat usaha dan tempat tinggalmu.” (QS. Muhammad: 19)

Anda mungkin juga menyukai