Anda di halaman 1dari 7

Sifat Jaiz Bagi Allah

Allah memiliki sifat wajib, mustahil, dan jaiz. Sifat wajib dan mustahil Allah ada 20.
Sementara itu, sifat wajib Allah hanya satu, yaitu boleh (wenang) melakukan sesuatu atau
tidak melakukan sesuatu.1 Allah mau menjadikan seseorang itu kaya atau miskin, juga
bergantung kepada kehendak-Nya sendiri.2

A. Pengertian Sifat Jaiz Allah


Jaiz menurut bahasa artinya boleh atau mungkin. Jaiz bagi Allah artinya Allah
boleh (wenang) untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukannya.
Dalil atau alasan mengenai hal ini adalah seandainya melakukan sesuatu itu
wajib bagi Allah, berarti bukan jaiz (boleh) tetapi wajib (harus). Sementara itu, boleh
disebut wajib adalah hal yang tidak mungkin. Jadi, tidak ada yang berhak mewajibkan
(mengharuskan) sesuatu kepada Allah.

   


    
   
   

68. Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. sekali-kali
tidak ada pilihan bagi mereka[1134]. Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang
mereka persekutukan (dengan Dia). (QS Al-Qashash [28]: 68)3

[1134] Bila Allah telah menentukan sesuatu, Maka manusia tidak dapat memilih yang
lain lagi dan harus menaati dan menerima apa yang telah ditetapkan Allah.

B. Hubungan Sifat Jaiz dengan Af’al (Perbuatan) Allah


Sifat jaiz berkaitan erat dengan af’al (perbuatan) Allah swt.. Maksudnya,
Allah boleh atau bebas berbuat apa saja sesuai kehendak-Nya. Tidak ada yang
memaksa Allah untuk melaukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Hal itu karena
allah adalah satu-satunya Zat Yang Mahatinggi dan Mahakuasa.
Seandainya ada sesuatu yang memaksa atau mewajiban kepada Allah untuk
melakukan suatu perbuatan atau tidak melakukannya, berarti sesuatu itu lebih tinggi
dari Allah. Hal itu adalah mustahil.

C. Dalil-dalil Al-Qur’an tentang Sifat Jaiz Allah


Allah Swt. Adalah zat yang Maha Merajai seluruh alam semesta ini. Dia
mengatur segala sesuatu yang ada di dalam kerajaan-Nya dengan Kebijaksanaan dan
kehendak-Nya sendiri. Oleh karena itu, sesuatu yang terjadi di alam semesta ini
1
Drs. Mustopa Sayani, Hidayah Pendidikan Agama Islam, Bandung: CV. Thursina, 2009, hlm. 11.
2
HF. Rahardian, 20 Sifat Allah, Bandung: DAR! Mizan, 2003, hlm. 47
3
HF. Rahardian, 20 Sifat Allah, Bandung: DAR! Mizan, 2003, hlm. 47
semuanya berjalan sesuai dengan kehendak yang telah direncanakan sejak semula
oleh Allah swt. Semua itu juga mengikuti peraturan-peraturan yang telahditetapkan
oleh Allah pada alam ciptaan-Nya ini.
Allah swt. Berfirman:
    
   
    
  
8. Allah mengetahui apa yang dikandung oleh Setiap perempuan, dan kandungan
rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. dan segala sesuatu pada sisi-Nya
ada ukurannya. (QS Ar-Ra’d [13]: 8)4
Jadi Allah swt. tidak menanggung sesuatu kewajiban apapun dan tidak pula
melakukan sesuatu karena mengikuti dorongan kemauan atau perintah siapa pun.
Allah swt. berfirman:
    
     
   
    
    
  
107. Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, Maka tidak ada yang
dapat menghilangkannya kecuali Dia. dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi
kamu, Maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu
kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Yunus [10]: 107)5
Allah swt. berfirman:
   
   
     
    
   
   
    
  
   
    
  
17. Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah itu
ialah Al masih putera Maryam". Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat
4
Drs. Mustopa Sayani, Hidayah Pendidikan Agama Islam, Bandung: CV. Thursina, 2009, hlm. 12.
5
Drs. Mustopa Sayani, Hidayah Pendidikan Agama Islam, Bandung: CV. Thursina, 2009, hlm. 12.
menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al masih putera
Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi
kesemuanya?". kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada
diantara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu. (QS Al-Maidah [05]: 17)
Allah swt. berfirman:
  
   
  
   
    
   
    
26. Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan
kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang
Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS Al-Imran [03]: 26)

Dari ayat di atas jelaslah, bahwa Allah swt. mengatur dalam lingkungan
kerajaan-Nya menurut kehendak-Nya sendiri dengan mengikuti dasar kebijaksanaan
dan rahmat-Nya. Ini adalah hak Allah yang mutlak, tidak dapat diganggu gugat.
Oleh karena itu, apabila seseorang ditimpa suatu bencana, pasti tidak ada yang
menyelamatkannya selain Allah swt.. Sebaliknya, apabila Allah swt menghendaki
seseorang memperoleh kebaikan tidak seorang pun yang dapat menghalang-halangi
atau menolaknya.

D. Pandangan Hukum Syara Terhadap Sifat Jaiz bagi Allah


1. Pengertian Hukum Syara
Hukum Syara' adalah seperangkat peraturan dalam agama Islam, yang ditunjukkan
oleh Allah Swt yang diturunkan kepada nabi Muhammad sebagai rasulnya yang wajib
diikuti oleh setiap orang islam berdasarkan keyakinan dan ahlak baik dalam
hubungannya dengan Allah, manusia atau lingkungannya.. Oleh karenanya sebagai
umat mulsim, sangat penting diketahui oleh masing-masing agar terjaga dan yakin
didalam melakukan aktivitas keseharian sehingga dirinya senantiasa berada didalam
jalur hukum yang telah ditetapkan Allah SWT.
 Macam hukum Syara'
Hukum Syara' dalam agama Islam ada lima hal atau macam. Dan berikut kelima
hukum Islam ini yang diterangkan secara singkat dengan contohnya:

A- WAJIB (FARDHU)
Wajib merupakan suatu hal yang wajib atau harus dilakukan atas diri setiap muslim
mukallaf (akil dan baligh) baik laki-laki atau perempuan. Wajib atau Fardhu ialah
suatu hukum yang apabila dilakukan mendapat pahala atau balasan baik dari Allah
dan jika ditinggalkan maka akan berdosa dan mendapat ganjaran siksaan di akhirat.

Wajib ada dua macam:

1- WAJIB/FARDHU ’AIN

Wajib ‘Ain atau Fardhu ‘Ain: ialah wajib yang harus dilakukan atas diri setiap
muslim mukalaf (berakal sehat dan baligh) baik ia laki-laki atau perempuan. Karena
ia mengandung wajib yang berat, maka harus dilakukan dan tidak boleh ditinggalkan
terkecuali memiliki udzur yang kuat, itupun wajib dilakukan walaupun dengan
isyarat, atau menggantinya pada hari yang lain, atau membayar fidhyah. Contohnya
sholat lima waktu sehari semalam. Sholat ini wajib dilakukan oleh setiap muslim akil
dan baligh, laki laki atau perempuan dalam keadaan apapun sholat ini wajib
dilakukan, jika memiliki udhur sholatnya wajib atau harus dilakukan, walaupun
dengan isyarat hukum sholat ini wajib atau harus dilakukan. Jika sudah tidak mampu
sama sekali untuk dilakukan maka wajib diganti dengan membayar fidyah. Begitu
pula puasa pada bulan Ramadhan, membayar zakat setelah sampai nisabnya dan
melaksanakan ibadah haji jika mampu dan lain sebagainya.

2- WAJIB/FARDHU KIFAYAH

Wajib Kifayah atau Fardhu Kifayah: yaitu pekerjaan yang wajib dilaksanakan oleh
setiap muslim mukallaf (berakal sehat dan baligh). Tetapi jika sudah ada satu diantara
sekian banyak orang yang sanggup melaksanakannya, maka terlepaslah kewajibannya
untuk dilakukan. Contohnya: mendirikan sholat jenazah. Sholat ini wajib dilakukan
oleh setiap muslim. Jika tidak dilakukan sholat bagi mayat maka semua muslim akan
berdosa dan jika salah seorang telah melakukanya maka terlepaslah kewajiban bagi
semuanya.

B- HARAM

Haram ialah suatu larangan yang apabila ditinggalkan mendapat pahala dan jika
dilakukan akan berdosa. Setiap pelanggaran dari perbuatan yang dilarang itu
dinamakan perbuatan ma’siat dan dosa, diantaranya: minum arak, berzina,
membunuh, berjudi, berdusta, menipu, mencuri, mencaci maki dan masih banyak lagi
contoh contoh lainnya. Dengan sangsi, jika seorang muslim mati dan belum sempat
bertaubat, menurut hukum syara’ ia akan disiksa karena dosa-dosa yang telah
diperbuatnya.

C- MANDUB (SUNNAH)

Mandub atau Sunnah ialah suatu pekerjaan yang apabila dikerjakan mendapat pahala
dan jika ditinggalkan tidak berdosa. Sesuatu yang mandub atau sunnah akan lebih
baik jika dilaksanakan karena bisa menambal sulam kekurangan ibadah kita. Mandub
atau Sunnat ini sering juga disebut Mustahab yaitu sesuatu perbuatan yang dicintai
Allah dan Rasul Nya.

Hukum Mandub /Sunnat terbagi 4 bagian:

1- Sunnah Hai-at atau Sunnat ‘Ain: yaitu suatu perbuatan yang dianjurkan untuk
dilaksanakan oleh setiap muslim, seperti sholat sunat rawatib. (sebelum atau sesudah
sholat fardhu), sholat tahajjut, sholat tasbih, sholat dhuha dan sholat-sholat yang
banyak lagi.

2- Sunnah Kifayah: yaitu suatu pekerjaan yang dianjurkan untuk dilaksanakan oleh
setiap muslim, namun sunnah ini cukup jika telah dilaksanakan oleh satu orang.
Misalnya memberi salam, menjawab orang yang bersin dan lain-lain.

3- Sunnah Muakkadah yaitu suatu pekerjaan yang selalu dilaksanakan oleh Rasulullah
saw seperti sholat Idul Fitri dan sholat Idul Adhha dan sebagainya.

4- Sunnah Ghairu Muakkadah: yaitu segala sunat yang tidak selalu dikerjakan oleh
Rasulullah saw, misalnya puasa tasua’ pada tanggal 9 Muharram yang ingin
dilaksanakan oleh Nabi saw namun belum sempat dilakukannya beliau keburu wafat,
kemudian para sahabat melanjutkannya berpuasa pada tanggal tersebut. Dan masih
banyak lagi yang kita bisa cari dalam kitab fiqih

D- MAKRUH

Makruh ialah sesuatu perbuatan yang dibenci didalam agama Islam, tetapi tidak
berdosa jika dilakukan, dan berpahala jika ditinggalkan, misalnya memakan makanan
yang membuat mulut menjadi bau seperti memakan bawang putih, jengkol dan petai,
juga merokok dan lain sebagainya.

E- MUBAH

Mubah dalam Syara’ ialah sesuatu pekerjaan yang boleh dilakukan atau boleh juga
ditinggalkan. Jika ditinggalkan tidak berdosa dan jika dikerjakan tidak berpahala,
misalnya makan, minum, tidur, mandi dan masih banyak lagi contoh contoh lainya.
Mubah dinamakan juga Halal atau Jaiz. Namun, kadang-kadang yang mubah itu, bisa
menjadi sunnah. Umpamanya, kita makan tetapi diniatkan untuk menguatkan tubuh
agar lebih giat beribadah kepada Allah, atau berpakaian yang bagus dengan niat untuk
menambah bersihnya dalam beribadah kepada Allah, bukan untuk ria’ atau
menunjukkan kesombongan dalam berpakaian, dan lain sebagainya.
2. Pandangan Hukum Syara terhadap Sifat Jaiz bagi Allah
Ketika Allah memerintahkan kepada manusia untuk melaksanakan suatu
perbuatan, maka perintah tersebut dimaknai dengan wajib hukumnya untuk
dilaksanakan dan apabila manusia yang diberi perintah itu enggan atau menolak untuk
melaksanakan perintah tersebut, maka manusia tersebut akan dinyatakan sebagai
makhluk durhaka yang telah melawan perintah Allah. Sehingga arti hukum wajib itu
dibatasi menjadi “ sesuatu yang apa bila dikerjakan akan mendapat pahala dan kalau
ditinggalkan akan mendapat dosa atau siksa “.
Ketika manusia telah selesai melaksanakan suatu perintah yang diperintahkan
Allah atau berhasil menghindari sesuatu yang dilarang Allah, maka pada tahapan ini,
manusia yang telah mengerjakan perintah dan atau berhasil menghindari suatu
larangan menjadi berhak untuk mendapat imbalan pahala dari Allah sebagai pemberi
perintah mengerjakan atau meninggalkan. Perintah yang sebelumnya wajib bagi
manusia sebagai makhluk untuk dikerjakan atau ditinggalkan, setelah dilaksanakan,
selanjutnya menjadi perintah wajib bagi Allah untuk memberikan imbalannya
Jadi, hukum wajib yang dimaknai dengan “ sesuatu yang apa bila dikerjakan
akan mendapat pahala dan kalau ditinggalkan akan mendapat dosa atau siksa “
hanyalah pemaknaan yang diberikan kepada kita oleh orang tua atau guru ketika kita
masih kanak – kanak, sehigga bahasa yang dipakai, maknanya telah disesuaikan
dengan tingkat pemikiran dan pemahaman seorang anak tentang perbutan yang baik
dan perbutan yang buruk
Pemahaman hukum wajib seperti tersebut diatas sudah seharusnya lebih
ditingkatkan dengan mengaitkan hukum wajib itu dengan sifat jaiz pada Allah yaitu,
mungkin saja ketika setiap manusia sudah berkelompok dan berada pada barisannya
masing – masing di padang masyhar kelak. Allah hanya mengambil salah satu atau
sebagian dari anggota kelompoknya untuk dihisab. Apabila didapatkan perhitungan
kebaikan dan keburukannya dianggap layak dan cukup untuk memasukkanya kedalam
surga, maka seluruh anggota dalam kelompoknya itu juga sudah dianggap layak untuk
masuk surga dengan memaafkan dan mengampuni seluruh anggota kelompok itu
Demikian juga terhadap satu barisan atau kelompok yang ketika diambil salah
satu atau sebagian yang dianggap mewakili seluruh keburukan yang dilakukan seluruh
anggota kelompoknya, setelah dihisap ternyata cukup untuk memasukkannya kedalam
neraka, maka seluruh anggota kelompok itu semuanya diputuskan untuk masuk
neraka dan tidak mustahil dan tidak tertutup kemungkinan, dengan hidayah – Nya,
Allah hanya memasukkan satu atau sebagian orang yang dianggap mewakili
kelompoknya itu saja yang dimasukkan ke dalam neraka, sedangkan anggota
kelompoknya yang lain dimaafkan dan diampuni
http://www.fiqihmuslim.com/2016/12/sifat-jaiz-bagi-allah-swt.html

https://hasanassaggaf.wordpress.com/2010/05/

http://www.myrazano.com/kajian-hakikat-tauhid/sifat-jaiz-allah-dalam-prespektif-hukum-wajib.html/

Drs. Mustopa Sayani, Hidayah Pendidikan Agama Islam, Bandung: CV. Thursina, 2009.
HF. Rahardian, 20 Sifat Allah, Bandung: DAR! Mizan, 2003.

Anda mungkin juga menyukai