Anda di halaman 1dari 52

ASY-SYARIAH AL-ISLAMIYYAH

(HUKUM ISLAM)
ETIMOLOGI AD-DIEN

1. As-Sulthoh wal al-Qohru (Menguasai atau


memaksa)
 Perkataan orang Arab: dintu al-qouma
artinya aku paksa kaum itu atau aku kuasai.

 Ketika seseorang memeluk dan mengikuti suatu ad-dien,


maka ia telah menyerahkan dirinya untuk dikuasai olehnya,
kemudian pada gilirannya bersedia dipaksa untuk
menjalankan aturan-aturan yang ada pada dien tsb.
ETIMOLIGI AD-DIEN

  


    

 

“Maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Alloh)?


Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada
tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang
benar?” (Al-Waqi’ah: 85-86).
ETIMOLOGI AD-DIEN

2.Tunduk/Taat Kepada Kekuasaan Itu.


Aṭ-Ṭhobari:
ad-Dien: ketaatan (aṭ-ṭhooʿah) dan ketundukan (adẓ-
dẓillah)

                                                                                                                  
                      ‫إن الدين عند هللا اإلسالم‬ َ
Sesungguhnya ad-Dien (agama) yang diterima di sisi
Alloh hanyalah Islām. (QS. Al-Imron: 19)

 Dijelaskan juga bisa dari kata kerja Daana: tunduk


(dẓalla).
ETIMOLOGI AD-DIEN

Imam Ath-Thobari (838 M/224 H – 923 M/310 H):

Ad-Dien sama dengan makna al-Islam yang berarti


patuh atau taat dengan penuh ketundukan (al-
Inqiyād bil-tadẓallul) dan penuh kekhusyu’an (al-
Inqiyād bil-khusyūʿ).
Kata al-Islām berasal dari kata kerja aslama yang
berarti: “masuk ke dalam kepasrahan dan
ketundukan”. Oleh karena itu al-Islām bermakna
kepatuhan dengan penuh ketundukan (al-Inqiyād
bil-khuḍūʿ) tanpa melawan sedikit pun.
ETIMOLOGI AD-DIEN

Tunduk/Taat

‫اصبًا َأفَ َغ ْي َر هَّللا ِ تَتَّقُون‬ ُ ‫ض َولَهُ ال ِّد‬


ِ ‫ين َو‬ ِ ْ‫ر‬‫َأْل‬ ِ ‫َولَهُ َما فِي ال َّس َما َوا‬
‫ت َوا‬

“Dan kepunyaan-Nya-lah segala apa yang ada di


langit dan di bumi, dan untuk-Nya-lah ketaatan
itu selama-lamanya. Maka mengapa kamu
bertakwa kepada selain Allah? (QS. An-Nahl: 52)
ETIMOLOGI AD-DIEN
Kata Dien dalam perkataan seorang penyair:

‫ وكان الناس إال نحن دينا‬  ‫ويوم الحزن إذ حشدت معد‬


Dan di hari duka ketika kedua kaki kuda
dikumpulkan, sementara semua manusia tunduk
(Dienaa) kecuali kami.

Dienaa dalam syair di atas berarti taat dengan


penuh ketundukan.
ETIMOLOGI AD-DIEN

3. Undang-Undang Yang Bersumber Dari Kekuasaan Tsb.

‫ُف َما‬ َ ‫ك ِك ْدنَا لِيُوس‬ َ ِ‫فَبَ َدَأ بَِأ ْو ِعيَتِ ِه ْم قَ ْب َل ِو َعا ِء َأ ِخي ِه ثُ َّم ا ْستَ ْخ َر َجهَا ِم ْن ِو َعا ِء َأ ِخي ِه َك َذل‬
‫ق ُك ِّل‬َ ‫ت َم ْن نَ َشا ُء َوفَ ْو‬ ٍ ‫ان لِيَْأ ُخ َذ َأ َخاهُ فِي ِدي ِن ْال َملِ ِك ِإاَّل َأ ْن يَ َشا َء هَّللا ُ نَرْ فَ ُع َد َر َجا‬ َ ‫َك‬
‫ِذي ِع ْل ٍم َعلِي ٌم‬

Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum
(memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan
piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami atur untuk
(mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum
saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah
menghendaki-Nya. Kami tinggikan derajat orang yang Kami
kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada
lagi Yang Maha Mengetahui.” (QS. Yusuf: 76)
ETIMOLOGI AD-DIEN

Tafsir Jalalain (al-Imam Jalal al-Din al-Mahalli


(wafat 864 H/1460 M) dan al-Imam Jalal al-Din al-
Suyuthi (wafat 911 H/1505 M):

ّ ‫ ملكمصر‬P‫حكم‬
{ ‫لملك‬PP‫ى ِدينِا‬PPP‫ } ِف‬P‫لمسروقال‬PP‫ مثليا‬P‫ريم‬P‫لضربوتغ‬PP‫ ا‬P‫ عنده‬P‫زاؤه‬P‫ألنج‬
‫السترقاق‬PP‫ا‬

Dienul malik adalah ketentuan raja Mesir, karena hukuman


bagi pencuri menurut undang-undang raja Mesir ialah
dipukuli dan dikenai denda sebanyak dua kali lipat harga
barang yang dicurinya, bukan dijadikan sebagai budak.
ETIMOLOGI AD-DIEN

4. Balasan (Atas Ketaatan/Pelanggaran)


 
     

“Yang menguasai di hari Pembalasan.” (Al-Fathihah: 4)


AD-DIEN

ARTI TERMINOLOGI:
Sesuatu yang dijadikan jalan oleh manusia dan
diikuti (ditaati) baik berupa keyakinan, aturan,
ibadah, maupun yang semacamnya, benar maupun
salah.
    


“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”


(Al-Kafirun: 6)
AD-DIEN

Imam Aṭh-Ṭhobari (224 H/839 M – 310 H/923 M):

 Salah satu makna ad-Dien (agama) adalah ketaatan (aṭ-ṭhoʿah) dan


ketundukan (adẓ-dẓillah).

Pelajarannya adalah bahwa dalam menjalankan agama haruslah


dengan penuh keikhlasan dan kerelaan. Itulah mengapa seorang
muslim dinamai ʿAbdulloh atau Hamba Allah.

Bagi seorang Muslim agama bukan hanya seperangkat tata cara


peribadatan dalam menyembah kepada Tuhan atau sekadar
kumpulan nilai-nilai. Islam ialah juga keseluruhan cara pandang
terhadap realitas. Segala tindakan dan kehidupan seorang Muslim
harus senantiasa terikat kepada Alloh Ta’ala.
ASY-SYARIAH [‫ة‬P‫لشريع‬PP‫]ا‬

‫ك َعلَى َش ِري َع ٍة ِم َن اَأْل ْم ِر فَاتَّبِ ْعهَا‬


َ ‫ثُ َّم َج َع ْلنَا‬
“Kemudian Aku jadikan kamu berada di atas suatu
syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka
ikutilah syariat itu…” (QS. Al-Jatsiyah: 18).

“Aku jadikan kamu berada di atas manhaj (jalan


hidup) yang jelas dalam urusan agama, yang akan
mengantarkanmu menuju kebenaran.” (Tafsir Al-
Qurthubi, 16/163)
ASY-SYARIAH [‫ة‬P‫لشريع‬PP‫]ا‬

 Arti Etimologi:
 Jalan menuju sumber air. (Lisan Al-Arab, 8/175.
 Madzhab atau ajaran agama. (Tafsir Al-Qurthubi,
16/163).
 Aturan dan undang-undang.
 Apa yang Alloh tetapkan untuk hamba-hamba-Nya.
ASY-SYARIAH [‫ة‬P‫لشريع‬PP‫]ا‬

 Alasan Mengapa Aturan Islam Disebut


Dengan Syariat:

 Sangat jelas, dan mengumpulkan banyak hal. (Al-


Misbah Al-Munir, 1/310).

 Dia menjadi sumber yang didatangi banyak orang


untuk mengambilnya. Namun, dalam
perkembangannya, istilah syariat lebih akrab
untuk menyebut aturan Islam.
ASY-SYARIAH [‫ة‬P‫لشريع‬PP‫]ا‬

 Arti Terminologi:
Manna’ Qothon
Syariat islam adalah semua aturan yang Alloh
turunkan untuk para hamba-Nya, baik terkait
masalah aqidah, ibadah, muamalah, adab, maupun
akhlak. Baik terkait hubungan makhluk dengan
Alloh, maupun tatanan hidup antar berbagai suku
bangsa yang beraneka-ragam, untuk mengatur
hubungan manusia dg Alloh, serta hubungan antar
sesama mereka dalam rangka merealisasikan
kebahagiaan hidup mereka di dunia dan akhirat.
(Tarikh Tasyri’ Al-Islami, hlm: 13)
ASY-SYARIAH [‫ة‬P‫لشريع‬PP‫]ا‬

 Arti Terminologi:
Dr. Athiyah Fayyadh
Makna Umum:
Syariat mencakup seluruh hukum yang menjadi
ketetapan Alloh dan diwajibkan kepada hamba-
hamba-Nya. Hukum ini disampaikan melalui wahyu
yang turun atau melalui lisan rosul-Nya
ASY-SYARIAH [‫ة‬P‫لشريع‬PP‫]ا‬

 Arti Terminologi:
Dr. Athiyah Fayyadh
Makna Khusus:
Mencakup sebagian dari hukum – hukum syar’i karena adanya sebab
dan kebutuhan tertentu.

 Syariat dg Aqidah:
hal – hal yang berkaitan dengan hukum – hukum fisik. Seperti
hubungan antara manusia dengan Robbnya, dengan sesama manusia,
dengan alam, dan juga dengan kehidupan.

 Syariat dg Fiqh:
syariat merujuk kepada hukum yang berasal dari wahyu atau Alloh
Ta’ala. Sedangkan fiqh merujuk kepada hukum yang merupakan hasil
dari ijtihad para mujtahid
Pembagian Syariat/Hukum Islam/ Hukum
Amaliyyah (Makna Khusus)
Pembagian Syariat/Hukum Islam/
Hukum Amaliyyah (Makna Khusus)
Pembagian Syariat/Hukum Islam/
Hukum Amaliyyah (Makna Khusus)
Pembagian Syariat/Hukum Islam/
Hukum Amaliyyah (Makna Khusus)
1. Hukum Taklifi
Tuntutan Alloh Ta’ala yang berkaitan dengan perintah dan
larangan atau (titah ) Alloh Ta’ala yg berhubungan dg
perbuatan mukallaf (muslim, baligh, dan berakal sehat), baik
berupa tuntutan, pilihan.

Ulama Ushul Fiqh:


Syariah adalah (titah ) Alloh yg berhubungan dg perbuatan
mukallaf (muslim, baligh, dan berakal sehat), baik berupa
tuntutan, pilihan (taklifi) atau perantara (sebab, syarat, atau
penghalang) (wadz’i).  
Jadi konteksnya adalah hukum-hukum yang bersifat praktis
(amaliyah).
Pembagian Syariat/Hukum Islam/
Hukum Amaliyyah (Makna Khusus)

 Macam Hukum Taklifi


 Wajib (Fardhu): perbuatan yang diberi pahala
jika dikerjakan, disiksa jika ditinggalkan.
 Sunah (Mandhub): perbuatan yang diberi
pahala jika dikerjakan, namun tidak disiksa jika
ditinggalkan.
 Mubah: perbuatan yang tidak diberi pahala jika
dikerjakan, dan tidak disiksa jika ditinggalkan.
 Haram (Mahdzur): perbuatan yang diberi siksa
jika dikerjakan dan diberi pahala jika ditinggalkan.
 Makruh: perbuatan yang diberi pahala jika
ditinggalkan, namun tidak disiksa jika dilakukan.
Pembagian Syariat/Hukum Islam/
Hukum Amaliyyah (Makna Khusus)

2. Hukum Wadz’i
Adalah perintah Alloh Ta’ala yang berkaitan
dengan sebab, syarat, atau penghalang bagi
adanya sesuatu.
Dalam ushul fikih, hukum wadz’i terdiri dari,
sebab (sabab), syarat (syarth), penghalang
(mani’), rukhsoh (keringanan), azimah (hukum
yang tidak berubah), shohih (sah), dan batal (batil
atau fasid).
Pembagian Syariat/Hukum Islam/
Hukum Amaliyyah (Makna Khusus)
 Macam-Macam Hukum Wadz’i
 Sebab (Sabab)
Kondisi atau sifat yang menjadikan suatu sebab atau
tanda keberadaannya karena ada hukum syariat.
Misalnya, datangnya Idul Fitri ditandai dengan
kemunculan hilal.
 Syarat (Syarth)
Sesuatu keberadaan hukum yang syariatnya
tergantung kepadanya. Misalnya, setelah
melaksanakan wudlu seseorang belum dikatakan
bahwa sholatnya sah karena untuk melaksanakan
sholat ada berbagai syarat lain yang harus terpenuhi.
Pembagian Syariat/Hukum Islam/
Hukum Amaliyyah (Makna Khusus)

 Macam-Macam Hukum Wadz’i

 Penghalang (Mani’)
Segala sesuatu yang dapat menyebabkan batalnya
hukum ataupun meniadakan hukum. Misalnya,
seseorang perempuan yang sedang haid tidak boleh
melakukan sholat.

 Rukhsoh (Keringanan)
Suatu perubahan dari yang berat menjadi ringan atau
juga  yang lebih mudah. Alloh Ta’ala memberikan
keringanan dalam suatu kondisi dan situasi khusus.
Pembagian Syariat/Hukum Islam/
Hukum Amaliyyah (Makna Khusus)
 Macam-Macam Hukum Wadz’i
 Shohih (Benar/Tepat)
Kondisi yang terkait dengan keberlangsungan atau
keteranggapan.
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dalam Asy-Syakhshiyyah
al-Islâmiyah juz III menyatakan ash-shihhah adalah
muwâfaqoh amri asy-syâri’ (sesuai ketentuan Asy-Syâri’).
Secara faktual, suatu perbuatan dikatakan absah jika
memenuhi semua rukun dan syarat-syaratnya.
Wahbah az-Zuhaili dalam Ushûl al-Fiqhî al-Islâmi
menyatakan, ash-shahîh adalah perbuatan mukallaf yang
memenuhi syarat-syarat dan rukunnya berdasarkan
tatacara yang dituntut dan memberikan implikasi secara
syar’i.
Pembagian Syariat/Hukum Islam/
Hukum Amaliyyah (Makna Khusus)
 Macam-Macam Hukum Wadz’i
 Batal/Batil (Sia-Sia)
al-buthlân (al-bâthil) adalah lawan dari ash-shihhah (ash-shahîh),
yakni lawan dari absah.
 bâthil bermakna: ‘adamu muwâfaqah amri asy-syâri’ (tidak
sesuai ketentuan Asy-Syâri’).
 Maksudnya, tidak terwujudnya hasil dari perbuatan itu di dunia,
yakni:
• tidak mendatangkan balasan (ghayru mujzi`in),
• tidak membebaskan dari tanggungan (ghayr mubri`i li adz-
dzimmah)
• tidak menggugurkan qadhâ’ (ghayr musqithin li al-qadhâ’)
serta mendatangkan sanksi di akhirat.
Dengan kata lain batal adalah kondisi yang tidak terkait dengan
keberlangsungan atau keteranggapan,
Pembagian Syariat/Hukum Islam/
Hukum Amaliyyah (Makna Khusus)

 Macam-Macam Hukum Wadz’i


 Fasad/Fasid (Rusak)
Apa saja yang pada asalnya tidak memenuhi ketentuan asy-Syari, tetapi
sifatnya tidak terkait dengan pokok (substansi) akad. Fasad tidak ada dalam
ibadah. Fasad hanya ada dalam muamalah.
 Penyebabnya:
Terdapat cacat pada suatu sifat yang ada di luar pokok akad (zat akad atau
rukun).

 Contohnya:
1. Majhul (ketidakjelasan) harga. Jika disebutkan harganya, maka fasad
menjadi hilang.
2. Gharar (penyesatan atau penipuan),
3. Ikroh (paksaan)
 Implikasinya: akad tidak sah dan haram untuk dilakukan karena adanya
kekurangan dalam akad. Jika telah terjadi, kedua belah pihak boleh
memfasakh (dibatalkan).
Pembagian Syariat/Hukum Islam/
Hukum Amaliyyah (Makna Khusus)

 Perbedaan Batal dan Fasad:


 Batil itu tidak sesuai ketentuan Asy-Syâri’ dari sisi asal (pokok)-
nya, yakni asalnya memang dilarang seperti jual-beli ghoror;
atau syarat yang tidak terpenuhi menyebabkan cacat pada
asalnya.

 Fasâd pada asal (pokok)-nya sesuai ketentuan Asy-Syâri’, tetapi


sifatnya (yang tidak menyebabkan cacat pada asal/pokok)
menyalahi ketentuan Asy-Syâri’.
 Hal pokok dalam akad adalah rukun beserta syarat-syarat dari
rukun itu, dan syarat-syarat sah akad.
 Jadi jika hal itu tidak terpenuhi maka batil. Jika yang tidak
sesuai di luar rukun beserta syarat-syarat rukun itu dan bukan
syarat sahnya maka menjadi fâsid.
Pembagian Syariat/Hukum Islam/
Hukum Amaliyyah (Makna Khusus)

 Perbedaan Batal dan Fasad:


 Batal tidak tergambar ada pada ibadah.
Jika ditelaah rukun dan syarat-syarat dalam ibadah,
bisa didapati bahwa semuanya berkaitan dengan
asal atau pokok.
 Fasâd itu mungkin ada dalam muamalah.
Fasâd bisa terjadi pada akad-akad yang
memunculkan komitmen timbal-balik atau
pertukaran kepemilikan seperti jual-beli, ijârah,
hawâlah, syirkah, dan sebagainya.
KESATUAN AJARAN
SELURUH NABI & ROSUL

ٰ
ِ ‫ُول ِإاَّل نُو ِحي ِإلَ ْي ِه َأنَّهُ اَل ِإلَهَ ِإاَّل َأنَا فَا ْعبُ ُد‬
‫ون‬ َ ِ‫َو َما َأرْ َس ْلنَا ِم ْن قَ ْبل‬
ٍ ‫ك ِم ْن َرس‬

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu


melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak
ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah
olehmu sekalian akan Aku". (QS. Al Anbiya: 25)

Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda:

“Para rosul tak ubahnya bagaikan saudara sebapak, ibunya


(syariahnya) berbeda-beda sedangkan dinnya (tauhidnya)
satu.” (HR Bukhori, Abu Dawud, dan Ahmad)
Rincian Syariat Para Nabi
Berbeda-Beda
‫لِ ُكلٍّ َج َع ْلنَا ِم ْن ُك ْم ِشرْ َعةً َو ِم ْنهَاجًا‬
Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan
aturan dan jalan yang terang. (QS. Al-Maidah: 48)

Rincian syariat yang Alloh turunkan, berbeda-beda


antara satu umat dengan umat lainnya, disesuaikan
dengan perbedaan waktu dan keadaan masing-
masing umat. Dan semua syariat ini adalah adil
ketika dia diturunkan. Meskipun demikian, bagian
prinsip dalam syariat, tidak berbeda antara satu
umat satu nabi dengan umat nabi lainnya.(Tafsir As-
Sa’di, hlm. 234)
Syariat dan Kedaulatan

Teori Kedaulatan

Plato; Filsuf Yunani (427 SM-347 SM)


 Sumber kekuasaan negara bukanlah pangkat,
kedudukan atau jabatan, juga bukan harta yang
dimiiki dan kekayaan, dan bukan pula dewa atau
apapun yang dianggap ilahi.

Aristoteles; Murid Plato dan Guru Iskandar


Agung (384 SM-322 SM)
 Sumber kekuasaan negara berasal dari hukum.
Syariat dan Kedaulatan

KEDAULATAN

Arti Etiologi;
• Arab; Daulah> Kekuasaan/Kewenangan
• Latin; Supremus> tertinggi

Arti Terminologi/Istilah:
KBBI:
 Kekuasaan tertinggi yang dimiliki atas pemerintahan negara,
daerah dan sebagainya.
Miriam Budiardjo:
 Kekuasaan tertinggi yang ada pada suatu negara dan memiliki
tujuan untuk membuat undang-undang serta mengatur bagaimana
pelaksanaan maupun penerapan dari undang-undang yang sudah
dibuat tersebut.
Syariat dan Kedaulatan

 Macam-Macam Teori Kedaulatan

1. Teori Kedaulatan Tuhan


 Kekuasaan Gereja
2. Teori Kedaulatan Raja (Niccolo Machiavelli, Thomas Hobbes)
 Monarki
3. Teori Kedaulatan Rakyat (Moestesquieu, Jean Jacques
Rousseau, John Locke)
 Demokrasi
4. Teori Kedaulatan Negara (Negara mempunyai hak membuat
aturan hukum)
5. Teori Kedaulatan Hukum (Immanuel Kant)
Hak Membuat Syariat/Hukum
(Musyarri’) / Hak Tasyri’

‫اس‬َّ ‫ن‬‫ال‬ ِٰ .‫ ملِ ِك النَّاس‬.‫ب النَّاس‬


‫ه‬ َ ‫ل‬ ِّ ‫ر‬
َ ‫ب‬ ُ
‫ذ‬ ‫و‬ ُ
‫ع‬ ‫َأ‬ ‫قُ ْل‬
ِ ‫ِ ِإ‬ َ ِ ِ

1. Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan


(yang memelihara dan menguasai) manusia.
2. Raja manusia.
3. Sembahan manusia.
Hak Membuat Syariat/Hukum
(Musyarri’) / Hak Tasyri’

ؕ‌‫َما تَ ۡعبُ ُد ۡو َن ِم ۡن ُد ۡونِ ٖۤه اِاَّل ۤ اَ ۡس َمٓا ًء َس َّم ۡيتُ ُم ۡوهَ ۤا اَ ۡنـتُمۡ َو ٰابَٓاُؤ ُكمۡ َّم ۤا اَ ۡن َز َل هّٰللا ُ بِهَا ِم ۡن س ُۡل ٰط ٍن‬
‫اس اَل‬ َّ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ر‬ َ ‫ث‬‫ك‬ۡ َ ‫ا‬ َّ
‫ن‬ ‫ك‬ ‫ـ‬‫ل‬ٰ ‫و‬ ‫م‬ ِّ ‫ي‬َ ‫ق‬ ۡ
‫ال‬ ُ
‫ن‬ ۡ
‫ي‬ ِّ
‫د‬ ‫ال‬ ‫ك‬
َ ‫ل‬‫ذ‬ٰ ؕ‌
‫ه‬ ‫َّا‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ۤ ‫اَّل‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫و‬ۤ ۡ ُ
‫د‬ ُ ‫ب‬ ۡ
‫ع‬ َ ‫ت‬ ‫اَّل‬َ ‫ا‬ ‫ر‬ ‫م‬َ ‫ا‬ ؕ‌ ‫ان ۡالح ۡكم ااَّل هّٰلِل‬
ِ َ ِ َ ُ ِ ُ ِ ِ َ َ ِ ِ ُ ُ ِ ِ
‫يَ ۡعلَ ُم ۡو َن‬

Kamu tidak menyembah yang selain Alloh kecuali


hanya (menyembah) Nama-nama yang kamu dan
nenek moyangmu membuat-buatnya. Alloh tidak
menurunkan suatu keteranganpun tentang Nama-
nama itu. keputusan itu hanyalah kepunyaan Alloh.
Dia telah memerintahkan agar kamu tidak
menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS.
Yusuf: 40)
Hak Membuat Syariat/Hukum
(Musyarri’) / Hak Tasyri’

Sunnatulloh Syariatulloh
Hak Membuat Syariat/Hukum
(Musyarri’) / Hak Tasyri’

 Alloh adalah Sang Pencipta manusia, atas dasar ini secara umum
manusia tidak dibolehkan untuk membuat aturan tanpa petunjuk
dari syariat Alloh Subhanahu wa Ta’ala, oleh karena itu Alloh juga
disebut dengan nama al-Hakam

 Hak tasyri' hanyalah milik Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Dia adalah


Musayrri‘ (pembuat aturan) yang pertama, aturan-aturan-Nya itulah
yang disebut dengan syariat.

 Ibadah itu harus bedasarkan tuntunan dan petunjuk Allah dan Rasul-
Nya. Tidak ada wilayah akal dan tradisi dalam masalah ibadah. Ini
merupakan hak dan keputusan Allah. Tugas kita tunduk dan patuh
terhadap hukum Allah yang diberlakukan sesuai fitrah manusia dan
demi merealisasikan kemaslahatan hamba-Nya.
Kedudukan Syariat Islam Terhadap Syariat Samawi yang Lain

 Manusia diciptakan dengan dibekali kecenderungan


beriman kepada Tuhan-Nya

‫ين ْٱلقَيِّ ُم َو ٰلَ ِك َّن‬ َ ِ‫ق ٱهَّلل ِ ۚ ٰ َذل‬


ُ ‫ك ٱل ِّد‬ ِ ‫يل لِ َخ ْل‬ َ َ‫ت ٱهَّلل ِ ٱلَّتِى ف‬
َ َّ‫ط َر ٱلن‬
َ ‫اس َعلَ ْيهَا ۚ اَل تَ ْب ِد‬ ْ ِ‫ين َحنِيفًا ۚ ف‬
َ ‫ط َر‬ ِ ‫ك ِلل ِّد‬َ َ‫فََأقِ ْم َوجْ ه‬
ِ َّ‫َأ ْكثَ َر ٱلن‬
َ ‫اس اَل يَ ْعلَ ُم‬
‫ون‬

Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama


Alloh; (tetaplah atas) fitrah Alloh yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah
Alloh. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui (QS. Ar-Rum: 30)
Kedudukan Syariat Islam Terhadap Syariat Samawi yang
Lain

 Kesamaan Prinsip Ajaran Para Nabi Dan


Rosul

‫َأ‬ ‫اَّل‬ ٰ ‫وحي لَ ْي ِه َأنَّهُ اَل‬ َ ِ‫َو َما َأرْ َس ْلنَا ِم ْن قَ ْبل‬
‫ون‬
ِ ُ
‫د‬ ُ ‫ب‬ ْ
‫ع‬ ‫ا‬َ ‫ف‬ ‫ا‬َ ‫ن‬ َ ‫ه‬
‫ِإ ِإ‬َ ‫ل‬ ‫ُول ِإاَّل نُ ِ ِإ‬
ٍ ‫ك ِم ْن َرس‬
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun
sebelum kamu melainkan Kami wahyukan
kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang
hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu
sekalian akan aku".(al-Anbiya: 25)
Kedudukan Syariat Islam Terhadap Syariat Samawi
yang Lain

 Setiap Umat Telah Diutus Seorang Rosul


Dengan Syariatnya Masing-Masing

ْ ‫ْط َوهُ ْم اَل ي‬


َ ‫ُظلَ ُم‬
‫ون‬ ِ ُ‫َولِ ُك ِّل ُأ َّم ٍة َرسُو ٌل ۖ فَِإ َذا َجا َء َرسُولُهُ ْم ق‬
ِ ‫ض َي بَ ْينَهُ ْم بِ ْالقِس‬

Tiap-tiap umat mempunyai rasul; Maka apabila


telah datang Rasul mereka, diberikanlah keputusan
antara mereka[695] dengan adil dan mereka
(sedikitpun) tidak dianiaya. (QS. Yunus: 47)
Kedudukan Syariat Islam Terhadap Syariat Samawi yang
Lain

 Syariat Islam Untuk Segenap Manusia Hingga Akhir


Zaman

‫ض ۖ اَل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل هُ َو‬ِ ْ‫ت َواَأْلر‬ ِ ‫ك ال َّس َما َوا‬ ُ ‫قُلْ يَا َأيُّهَا النَّاسُ ِإنِّي َرسُو ُل هَّللا ِ ِإلَ ْي ُك ْم َج ِميعًا الَّ ِذي لَهُ ُم ْل‬
َ ‫يت ۖ فَآ ِمنُوا بِاهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه النَّبِ ِّي اُأْل ِّم ِّي الَّ ِذي يُْؤ ِم ُن بِاهَّلل ِ َو َكلِ َماتِ ِه َواتَّبِعُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْهتَ ُد‬
‫ون‬ ُ ‫يُحْ يِي َويُ ِم‬

Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan


Alloh kepadamu semua, Yaitu Alloh yang mempunyai
kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan,
Maka berimanlah kamu kepada Alloh dan Rasul-Nya, Nabi
yang Ummi yang beriman kepada Alloh dan kepada kalimat-
kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu
mendapat petunjuk". (al-A'rof: 158)
Perbedaan Antara Syariat Samawi (Wahyu) Dengan
Syariat Buatan Manusia

‫يف ْٱل َخبِي ُر‬ َ َ‫َأاَل يَ ْعلَ ُم َم ْن َخل‬


ُ ‫ق َوهُ َو ٱللَّ ِط‬
Apakah Alloh yang menciptakan itu tidak mengetahui
(yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia
Maha Halus lagi Maha Mengetahui? (QS. Al-Mulk:
14)
Tidak sebanding antara
Perbedaan Antara ciptaan
Syariat Samawi al-Kholiq dengan
(Wahyu) Dengan makhluk
Syariat Buatan Manusia
 
Kemampuan dan pengetahuan manusia terbatas, kadang dipengaruhi
kepentingan dan hawa nafsu, adapun hukum Alloh pasti sesuai dengan
tabiat dan keadaan manusia.
Aturan buatan manusia tidak mengandung keadilan yang hakiki, karena
dibuat oleh manusia yang penuh nafsu dan kepentingan, adapun syariat
Islam bersumber dari Alloh Ta'ala Yang Maha Kaya dan tidak butuh
kepada makhluk-Nya, sehingga keadilan adalah satu kepastian.
Manusia tidak tahu pasti apa yang akan terjadi di masa mendatang,
sehingga selalu membutuhkan perubahan dari masa ke masa.
Aturan buatan manusia hanya mengatur hubungan sesamanya, tanpa
memiliki konsep keimanan kepada Alloh Ta'ala, akibatnya celah-celah
hukum menjadi jalan keluar bagi orang yang ingin lari dari hukuman.
Aturan manusia mengabaikan faktor-faktor akhlaq, pelanggar hukum
adalah mereka yang melanggar kepentingan individu, masyarakat dan
golongan saja.
KEISTIMEWAAN SYARIAH ISLAM SEBAGAI
JALAN HIDUP (WAY OF LIFE)

Mutlak benar ; Bersumber dari Sang


Pencipta.
Terjaga dari perubahan.
Menjadi keputusan adil untuk
setiap kasus sengketa manusia.
KEISTIMEWAAN SYARIAH ISLAM SEBAGAI
JALAN HIDUP (WAY OF LIFE)
1) Syamil (Sempurna)
 Syumuliyatul Minhaj (Sempurna Sebagai
Pedoman Hidup)
 Risalah Islam meliputi;
 al-asas (pondasi),
 al-bina (dinding bangunan),
 danal-mu'ayyidat (satu dengan yang lainnya saling
menopang dan menguatkan).

 Al-asas (fondasinya) adalah al-aqidah (keyakinan/


keimanan).
 Al-bina (dinding bangunannya) adalah al-akhlaq
(akhlak) dan al-'ibadah (ibadah).
KEISTIMEWAAN SYARIAH ISLAM SEBAGAI
JALAN HIDUP (WAY OF LIFE)
 Syumuliyatuz Zaman wal Makan (Kesempurnaan waktu
dan ruang serta tempat)/Universal
 Risalah Islam berlaku untuk semua zaman dan generasi hingga
hari kiamat, bukan risalah yang terbatas oleh masa tertentu.

‫ي‬P‫ ِإاَّل هُ َو يُحْ ِي‬P‫ ۖ اَل ِإ ٰلَ َه‬P‫ض‬


ِ ْ‫ت َواَأْلر‬ ِ ‫اوا‬ َ ‫َّ َم‬P‫ الس‬P‫ك‬ ُ ‫ُ ُم ْل‬P‫ا الَّ ِذي لَه‬Pً‫ َج ِميع‬P‫ُ و ُل هَّللا ِ ِإلَ ْي ُك ْم‬P‫ي َرس‬Pِّ‫ ِإن‬P‫اس‬ ُ َّ‫ا الن‬Pَ‫ا َأ ُّيه‬Pَ‫ ي‬P‫قُ ْل‬
َ ‫يت ۖ فَآ ِمنُوا بِاهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه النَّبِ ِّي اُأْل ِّم ِّي الَّ ِذي يُْؤ ِم ُن بِاهَّلل ِ َو َكلِ َما ِت ِه َواتَّ ِبعُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْهتَ ُد‬
‫ون‬ ُ ‫َويُ ِم‬

“Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah


kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan
bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang
menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada
Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah
dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia,
supaya kamu mendapat petunjuk". (QS. Al A’rof 158)
KEISTIMEWAAN SYARIAH ISLAM SEBAGAI
JALAN HIDUP (WAY OF LIFE)
 Syumuliyatuz Zaman wal Makan (Kesempurnaan waktu
dan ruang serta tempat)/Universal
 Islam merupakan pedoman hidup yang tidak dibatasi oleh batas-
batas geografis tertentu. Islam adalah adalah agama yang
disyariatkkan untuk seluruh umat manusia yang meliputi berbagai
ras, suku dan bangsa.

َ ‫ لِتَ َع‬P‫ا َوقَبَاِئ َل‬Pً‫ ُشعُوب‬P‫ َو َج َع ْلنَا ُك ْم‬P‫ َذ َك ٍر َوُأ ْنثَ ٰى‬P‫ ِم ْن‬P‫ا َخلَ ْقنَا ُك ْم‬Pَّ‫س ِإن‬
َ ‫ن هَّللا‬Pَّ ‫ ۚ ِإ‬P‫ ِع ْن َد هَّللا ِ َأ ْتقَا ُك ْم‬P‫ن َأ ْك َر َم ُك ْم‬Pَّ ‫ارفُوا ۚ ِإ‬ ُP ‫ا النَّا‬Pَ‫ا َأيُّه‬Pَ‫ي‬
‫َعلِي ٌم َخبِي ٌر‬

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang


laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Al Hujurat: 13)
KEISTIMEWAAN SYARIAH ISLAM SEBAGAI
JALAN HIDUP (WAY OF LIFE)

2) Mutakamil/Komprehensif (Menyeluruh)
 Ajaran Islam menyeluruh meliputi semua sisi
kehidupan, dan eksistensi manusia. Ia
mengatur mulai urusan pribadi, keluarga,
masyarakat, hingga urusan negara. Islam juga
mengatur masalah sosial, budaya, ekonomi,
politik, hukum, keamanan, pendidikan, bahkan
masalah lingkungan.
ALHAMDULILLAH

َ ‫ب ْال َعالَ ِم‬


‫ين‬ ِّ ‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َر‬
SYUKRON KATSIRON...
JAZAKUMULLOHU KHOIRON KATSIRON

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai