Anda di halaman 1dari 11

Khutbah Jumat:

Bersyukur atas Nikmat Lahir dan Batin

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.


1
Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh
keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua
terutama kepada diri khatib pribadi untuk
senantiasa berusaha meningkatkan kualitas
keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah
subhanahu wata’ala dengan melakukan semua
kewajiban dan meninggalkan seluruh yang
diharamkan.

Kaum Muslimin jama’ah shalat Jumat


rahimakumullah.

Sudah selayaknya kita bersyukur kepada Allah atas


segala nikmat yang Ia anugerahkan kepada kita.
Tiada satu pun selain-Nya yang mampu
menghitungnya. Nikmat terbagi menjadi dua
macam, nikmat lahir dan nikmat batin. Allah ta’ala
berfirman:

Artinya: “Dan Allah telah menyempurnakan


nikmat-nikmat-Nya yang lahir dan batin untukmu.”
(QS. Luqman: 20)
2
Nikmat lahir adalah nikmat yang terlihat oleh mata
seperti harta, penghormatan orang, ketampanan,
kecantikan, diberi taufiq (kemudahan) untuk
melakukan amal ketaatan, kesehatan, keturunan,
harta, kedudukan, sungai, hujan, tanaman, hewan
ternak, air dingin dan banyak lagi lainnya.
Sedangkan nikmat batin adalah nikmat yang
didapati oleh seseorang dalam dirinya seperti
memiliki ilmu tentang Allah, kokohnya keyakinan
kepada Allah dan dijauhkan dari penyakit dan
berbagai marabahaya.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.


Kewajiban setiap mukallaf (baligh dan berakal)
adalah bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat
tersebut. Bersyukur kepada Allah adalah dengan
tidak menggunakan nikmat-nikmat dari Allah
untuk bermaksiat kepada-Nya, tidak kufur kepada
Allah dan para utusan-Nya. Barang siapa
melakukan syukur seperti ini, maka ia adalah
seorang hamba yang telah bersyukur kepada
Tuhannya. Sedangkan orang yang mengucap
syukur kepada Allah dengan lidahnya sebanyak
apapun namun masih menggunakan nikmat Allah
3
untuk berbuat maksiat kepada-Nya, maka
hakikatnya ia belumlah bersyukur kepada
Tuhannya sebagaimana yang diwajibkan.

Dan hendaklah diketahui bahwa kita semua di hari


kiamat akan dimintai pertanggungjawaban atas
nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Artinya: “Seorang hamba tidak akan berpindah dari


suatu fase ke fase yang lain di hari kiamat hingga
ditanya tentang umurnya dalam hal apa dihabiskan,
tentang ilmunya dalam hal apa digunakan, tentang
hartanya dari mana ia perolah dan dalam hal apa
disalurkan dan tentang jasadnya dalam hal apa
difungsikan.” (HR. at-Tirmidzi dan ia menilainya
shahih). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
juga bersabda:
4
Artinya: “Hal pertama yang seorang hamba akan
dihisab tentangnya di hari kiamat adalah dikatakan
kepadanya: Bukankah telah Aku sehatkan
badanmu dan aku hilangkan dahagamu dengan air
yang dingin?” (HR. al Hakim dan ia menilainya
shahih).

Karenanya, mari kita hisab diri kita. Mari kita


renungkan, sudahkah kita bersyukur atas berbagai
nikmat yang Allah kurniakan kepada kita
sebagaimana mestinya?

Saudara-saudara seiman,
di antara nikmat batin adalah nikmat teragung yang
tidak sebanding dengan nikmat apapun, yaitu
nikmat iman kepada Allah dan nikmat-nikmat yang
mengikutinya, yaitu berserah diri kepada Allah,
mencintai orang-orang shaleh, kokohnya
keyakinan kita kepada Allah, mengagungkan ilmu
5
agama dan semacamnya. Iman kepada Allah dan
Rasul-Nya adalah modal utama bagi seorang
muslim, sehingga ia adalah nikmat yang paling
agung, paling utama dan paling tinggi yang
diberikan kepada manusia. Orang yang diberi
dunia (harta, jabatan dan semacamnya) namun
tidak diberi iman, maka seakan ia tidak diberi
nikmat apapun. Sebaliknya, orang yang diberi iman
dan tidak diberi dunia, maka seakan ia tidak
terhalang dari satu nikmat pun.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda

Artinya: “Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla


memberikan (nikmat) dunia kepada orang yang Ia
cintai dan kepada orang yang tidak Ia cintai, dan
tidak memberikan nikmat agama kecuali kepada
orang yang Ia cintai.” (HR. Ahmad)

6
Di antara nikmat ada juga yang merupakan akibat
atau buah dari nikmat iman. Nikmat ini tampak
pada anggota badan seseorang, seperti
melaksanakan kewajiban, menjauhi perkara haram
dan memperbanyak amal sunnah. Nikmat iman
sebenarnya adalah nikmat batin, akan tetapi
pengaruhnya terlihat pada anggota badan. Iman
adalah syarat diterimanya amal shaleh. Tanpa
iman, bentuk amal kebaikan sebanyak apapun tidak
akan diterima oleh Allah ta’ala.

Orang yang mati dalam keadaan tidak iman akan


datang di hari kiamat tanpa memiliki sedikit pun
kebaikan, karena ia tidak mengenal Allah dan tidak
beriman kepada-Nya. Sedangkan seorang muslim
yang tidak bersyukur kepada Allah atas nikmat-
nikmat-Nya, lalu meninggal sebagai pelaku dosa
besar, maka ia tergantung pada kehendak Allah.
Jika Allah menghendaki, Ia akan menyiksanya dan
jika Allah menghendaki, Ia akan mengampuninya.
Sedangkan orang yang diberi taufiq untuk
bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya
yang lahir dan batin, dengan melaksanakan
perintah Allah, sehingga ia melaksanakan
kewajiban dan menjauhi perkara haram serta
7
menggunakan anugerah nikmat untuk menaati
Tuhannya, maka balasan dari Tuhannya adalah
kenikmatan yang abadi, yang tidak akan punah dan
sirna. Allah ta’ala berfirman:

Maknanya: “Sesungguhnya orang-orang yang


beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itulah
sebaik-baik makhluk. Balasan mereka dari
Tuhannya adalah surga ‘Adn yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Allah ridla terhadap
mereka dan mereka pun ridla kepada-Nya. Itu
adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada
Tuhannya.” (QS. al Bayyinah: 7-8).

Mereka adalah makhluk yang paling berbahagia,


karena Allah ridla terhadap mereka sebagaimana
8
mereka ridla kepada-Nya. Ridla Allah adalah salah
satu sifat-Nya, yang tidak menyerupai ridla
makhluk. Karena makna ridla Allah adalah
kehendak untuk memberikan nikmat. Sedangkan
ridla para hamba kepada Tuhannya adalah
berimannya mereka kepada Allah, menerima
ketetapan-Nya dan menyerahkan segala hal
kepada-Nya. Mereka tidak memprotes dan
menyalahkan Allah dalam satu pun musibah yang
menimpa mereka. Sebaliknya mereka bersabar
untuk tetap melaksanakan kewajiban dan menjauhi
perkara haram serta menahan diri dari
menggunakan nikmat Allah dalam perbuatan
maksiat kepada-Nya. Mereka juga bersabar atas
ujian-ujian yang menimpa mereka, sehingga
balasan untuk mereka adalah ridla Allah terhadap
mereka. Sungguh beruntung mereka. Alangkah
berbahagianya mereka.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Demikian khutbah singkat pada siang hari yang


penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan
membawa barakah bagi kita semua. Amin.

9
10
11

Anda mungkin juga menyukai