FAKULTAS KEDOKTERAN
Disusun oleh :
Pembimbing :
i
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing Klinik:
Ditetapkan di : Maumere
ii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………………………...1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................2
2.1 Anatomi dan Fisiologi SSP........................................................................................ 2
2.2 Definisi Infeksi SSP ................................................................................................... 3
2.3 Meningitis................................................................................................................. 3
2.3.1 Meningitis Virus ..................................................................................................... 11
2.3.2 Meningitis Bakterial ............................................................................................... 13
2.3.3 Meningitis TB ......................................................................................................... 17
2.4 Ensefalitis ............................................................................................................... 22
2.4.1 Ensefalitis Bakterial (Abses Otak) .......................................................................... 22
2.4.2 Ensefalitis Viral ....................................................................................................... 26
2.4.3 Ensefalitis parasit (Toxoplasma Ensefalitis) .......................................................... 29
BAB III KESIMPULAN......................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 36
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi Sistem Saraf Pusat (SSP) merupakan infeksi yang melibatkan otak
(serebrum dan serebellum), spinal cord, dan struktur yang melindungi atau
menutupi organ tersebut (meningens). Penyebabnya bisa bakteri, jamur, virus dan
parasit. Infeksi SSP termasuk keadaan darurat medis yang perlu penanganan
segera dan efektif untuk mencegah komplikasi, seperti gejala sisa jangka panjang
parenkim atau jaringan otak. Pada sebagian kasus infeksi dapat terjadi pada
myelitis yaitu peradangan fokal pada spinal cord atau sumsum tulang belakang
sepanjang satu atau lebih level, tanpa ada penyebab kompresi. Adapun abses
pemeriksaan penunjang. Secara umum gejala klinis pada infeksi SSP ditandai oleh
adanya demam, sakit kepala, kesadaran menurun dan gejala spesifik berupa tanda
perangsangan selaput otak (kaku kuduk, kernig sign, brudzinski I-IV) pada
meningitis, kejang dan temuan defisit neurologis pada ensefalitis, serta tanda
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Kedua
organ ini merupakan organ lunak dengan fungsi yang sangat penting. Oleh sebab
itu, kedua organ ini perlu mendapatkan suatu mekanisme perlindungan khusus.
Berikut struktur yang dapat melindungi sistem saraf pusat dari cedera:
1. Sistem saraf pusat dibungkus oleh struktur tulang yang keras yaitu kranium
2. Antara tulang pelindung dan jaringan saraf terdapat 3 agen protektif dan
nutritif yang disebut dengan meninges. Ketiga membran itu adalah dura
3. Otak dan medula spinalis mengapung pada suatu bantalan cairan khusus
yang disebut dengan cairan serebrospinal (CSS). Fungsi utama CSS adalah
(meningitis), parenkim otak dan spinalis (ensefalitis atau myelitis), serta dapat
Penyebab infeksi SSP yaitu bakteri, virus, parasit dan jamur. Bakteri yang
virus rabies. Selain itu infeksi SSP yang disebabkan dari golongan jamur seperti
2.3 Meningitis
A. Definisi
membran yaitu duramater, araknoid, dan piamater yang membungkus otak dan
sumsum tulang belakang. Tanda dan gejala peradangan meningeal telah dicatat
dalam teks kuno yang tak terhitung jumlahnya sepanjang sejarah. Namun, istilah
4
'meningitis' mulai digunakan secara umum setelah ahli bedah John Abercrombie
pengobatan, dan vaksinasi, pada 2015 ada 8,7 juta kasus meningitis yang
jumlah kasus meningitis terjadi pada laki-laki sebanyak 12.010 pasien dan wanita
B. Etiologi
autoimun, kanker atau sindrom paraneuplastic, dan reaksi obat). Agen penyebab
infeksi meningitis yaitu bakteri, virus, jamur, dan lebih jarang parasit. [9]
Meningitis dapat terjadi karena terinfeksi oleh virus, bakteri, jamur maupun
parasit :[10,11]
1. Virus
Meningitis virus umumnya tidak terlalu berat dan dapat sembuh secara
beberapa kasus saja yang berkembang menjadi meningitis. Infeksi virus lain yang
Virus Mumps
2. Bakteri
3. Jamur
4. Parasit
echinococus, sisticercosis.
C. Faktor Risiko
d. Infeksi HIV
g. Talasemia mayor
j. Ventriculoperitoneal shunt
D. Patofisiologi
mengalir melalui ruang subarachnoid dan melindungi jaringan halus SSP. CSF
8
diproduksi dalam ventrikel otak dan mengalir ke bawah melalui tulang belakang,
patofisiologi dari bakteri meningitis dan infeksi SSP lainnya. Sawar darah otak
dan sawar darah-CSF terbuat dari jaringan kapiler khusus yang mengisolasi otak
dari zat yang beredar dalam aliran darah atau zat yang dapat menyebabkan infeksi
jaringan di dekatnya. Untuk memulai infeksi SSP, patogen harus masuk ke dalam
infeksi pada struktur yang berdekatan (seperti rongga sinus atau tengah telinga)
terjadi ketika infeksi disebabkan oleh benih dari CSF (seperti pneumokokus
pneumonia). Reaktivasi infeksi laten hasil dari aktif virus, jamur, atau patogen
mikobakteri di tulang belakang, otak, atau saluran saraf. Inokulasi langsung dari
bakteri ke dalam SSP adalah hasilnya trauma, cacat bawaan, atau komplikasi
bedah saraf.
Setelah melalui sawar darah otak, patogen berkembang dan mereplikasi saat
sistem imunitas inang terbatas dalam SSP. Kerusakan jaringan neurologis adalah
hasil dari reaksi imun host untuk komponen seluler bakteri (seperti
terutama tumor necrosis Faktor α (TNF-α) dan interleukin 1 (IL-1), serta mediator
darah otak, yang memungkinkan masuknya neutrofil dan pertahanan inang yang
darah dan kultur lain yang relevan, harus diperoleh sebelum memulai terapi
antimikroba. Namun, inisiasi terapi antimikroba tidak boleh ditunda jika pre-
normal memiliki komposisi karakteristik dalam hal protein dan kadar glukosa,
serta jumlah sel. Daftar temuan CSF dapat diamati pada tabel 67.2 pada pasien
E. Diagnosis
pemeriksaan penunjang:[2][9]
1. Anamnesis
kejang.
10
2. Pemeriksaan fisik
papiledema.
dan syok septik, seperti kulit teraba dingin atau kebiruan pada bibir,
3. Pemeriksaan penunjang
meliputi jumlah sel darah putih, glukosa, protein, kultur, dan dalam beberapa
kesadaran yang dalam dan progresif, kecurigaan lesi desak ruang, dan adanya
defisit neurologis fokal. Kontra indikasi relatif yaitu infeksi pada daerah tusukan,
Berikut respon sistem saraf pusat untuk infeksi (temuan cairan serebrospinal):
1. Definisi
sebutan umum yang menunjukkan respon selular non piogenik yang disebabkan
meningeal akut, demam, pleositosis LCS yang didominasi oleh limfosit. Setelah
ini kebanyakan berasal dari virus, di antaranya Enterovirus dan Herpes Simplex
Virus (HSV).[14]
2. Gejala klinis
Gejala klinis meningitis virus adalah demam, nyeri kepala, kaku kuduk,
fotofobia, dan dapat disertai gejala non-spesifik seperti malaise, myalgia, mual,
muntah, sakit perut atau diare. Khas pada meningitis virus adalah tidak ditemukan
12
gejala defisit neurologis dan perubahan status mental. Kaku kuduk pada
meningitis virus tidak seberat pada meningitis bakterialis. Petunjuk klinis lainnya
pleurodynia, dan painful ulcer oropharingeal. Hal lain yang perlu ditanyakan yaitu
riwayat lesi herpes genital (HSV) terpapar tikus (kecurigaan leptospirosis dan
LCMV, faringitis,)[1]
3. Diagnosis
Pada analisis CSF ditemukan cairan yang jernih dengan peningkatan PMN
didominasi oleh limfositik. Kadar protein umumnya meningkat dan kadar glukosa
normal. Pewarnaan gram CSF akan negatif dan biakan CSF rutin tidak akan
HSV yang berhubungan dengan infeksi sistemik seperti leptospirosis atau sifilis
4. Terapi
klinis yang ringan sehingga kebanyakan pasien tidak dirawat inap di rumah sakit,
simptomatis. Tidak ada obat khusus untuk infeksi enterovirus atau arbovirus.
Pasien biasanya sembuh dalam 7-10 hari. Untuk meningitis karena virus HSV
5. Prognosis
1. Definisi
leukosit ke dalam CSF. Biasanya inflamasi tidak terbatas hanya pada meningen,
dalam waktu kurang dari 3 hari. Meningitis bakterialis akut selalu bersifat
purulenta. Ada banyak bakteri yang dapat menyebabkan meningitis akut seperti
nasofaring.[11]
2. Gejala klinis
Gejala klinis meningitis bakterialis yaitu demam, sakit kepala, kaku kuduk,
fotofobia, adanya defisit neurologis fokal. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Durand dan coleganya, pada 493 pasien meningitis dijumpai 95% pasien demam
14
(suhu > 37,7 ℃), 88% kaku kuduk, 22 % pasien sadar, 51% pasien letargi, 29%
mungkin mengalami pneumonia atau bronchitis. Gejala lain juga dari faktor
kortikosteroid).[1]
dan syok septik, seperti demam, kulit teraba dingin atau kebiruan pada bibir, nyeri
pada lengan dan atau tungkai serta terdapat papul sampai ekimosis pada
ekstremitas. Perlu diketahui riwayat bepergian haji atau ada orang lain yang
mengalami hal yang sama karena penyakit ini dapat menyebabkan epidemic
meningitis.[2]
edema.[2]
15
3. Diagnosis
Plus:
Plus:
ATAU
Plus:
Parameter CSS abnormal: predominasi PMN, rasio glukosa CSS: darah <0,4
Plus :
Plus :
4. Terapi
vankomisin.
penderita.
status epileptikus.
Sedative dapat diberikan bila pasien gelisah dengan clobazam 2x10 mg.
dapat diberikan manitol 20%, diberikan dengan dosis awal 1-1,5 g/kg berat
badan selama 20 menit, dilanjutkan dosis 0,25-0,5 g/kg berat badan setiap 4-
menit.[2]
5. Prognosis
2.3.3 Meningitis TB
1. Definisi
dan parenkim otak yang telah muncul namun tanpa gejala untuk beberapa bulan
dan tahun setelah infeksi primer, atau karena pecahnya old tuberculous
infeksi tambahan pada pasien HIV, dapat pula terjadi pada pasien dengan faktor
nyeri kepala, penurunan kesadaran, dan tanda rangsang meningeal yang positif..
oleh bakteri Tuberculosis mycobacterium ini terjadi dalam dua langkah. Langkah
pertama adalah ketika bakteri masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi droplet, dan
langkah kedua adalah ketika fokus bakteri ruptur dan menyebar melalui spatium
subarachnoidea.
2. Gejala klinis
stadium prodormal selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan nampak seperti
gejala infeksi biasa. Pada anak-anak, permulaan penyakit bersifat subakut, sering
turun, mudah tersinggung, cengeng, opstipasi, pola tidur terganggu dan gangguan
kesadaran berupa apatis. Pada orang dewasa terdapat panas yang hilang
penderita mengalami nyeri kepala yang hebat, gangguan kesadaran dan kadang
intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah lebih hebat. Stadium III atau
kesadaran lebih berat sampai koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal
dunia dalam waktu tiga minggu bila tidak mendapat pengobatan sebagaimana
mestinya.[12]
3. Diagnosis
yang bersifat kronik (khas pada infeksi tuberkolosis atau jamur) yang dapat
pemeriksaan yang dapat dilakukan dalam waktu yang cepat yaitu PCR.[1]
4. Terapi
kgBB/hari (dosis normal) 20 mg/hari dibagi dalam 3 dosis selama 2-4 minggu
mg setiap 4-6 jam. Pemberian deksametason ini terutama bila ada edema otak.
Apabila keadaan membaik maka dosis dapat diturunkan secara bertahap sampai 4
5. Prognosis
1. Definisi
neoformans yang mengenai sistem saraf pusat dengan gejala meningitis dan
mengenai penderita dengan sistem imun rendah lainnya seperti pasien dengan
limforetikular.[16]
2. Gejala Klinis
prodromal dijumpai 2-4 minggu. Gejala penyakit: sakit kepala hebat, demam,
mual, muntah, fotofobia, kaku kuduk. Tanda gangguan neurologis seperti letargi,
3. Diagnosis
4. Terapi
Dapat pula diberikan sebagai follow-up golongan azol seperti flukonazol dan
itrakonazol.[15]
5. Prognosis
2.4 Ensefalitis
1. Definisi
Abses otak adalah infeksi supuratif terlokalisir pada parenkim otak. Insiden
dalam populasi diperkirakan sebanyak 1,3-100.000 orang per tahun, yang mana
lebih sering terjadi pada anak usia 5 sampai 9 tahun dan lansia (>60 tahun).
dalam otak dari otitis media, mastoiditis, sinusitis, atau dari piamia yang berasal
peredaran darah dalam bentuk sepsis atau berasal dari radang fokal di bagian lain
alba, karena bagian ini kurang mendapat suplai darah. Proses peradangan ini
dindingnya tidak begitu kuat, kemudian terbentuk dinding yang kuat dengan
polimorfonuklear, sel-sel plasma dan limfosit. Semua proses ini memakan waktu
kurang lebih 2 minggu. Abses dapat membesar, kemudian pecah dan masuk ke
Akibat proses ensefalitis supuratif akut akan terbentuk abses serebri yang
kuman yang bersarang adalah edema dan kongesti yang disusul dengan
24
dengan proliferasi. Bila kapsul abses pecah, nanah masuk ke ventrikel dan
menimbulkan kematian.[1]
3. Manifestasi klinis
Tanda & gejala penting abses otak adalah demam, kejang, dan kesadaran
tekanan intrakranial yaitu nyeri kepala yang hebat, muntah, penglihatan kabur,
kejang, kesadaran menurun. Tanda dan gejala lain seperti menggigil, mual,
muntah, adanya defisit neurologis fokal dan kejang. Kaku kuduk mungkin ada
Sakit kepala merupakan gejala yang paling konsisten diantara pasien dengan
abses otak. Sakit kepala umumnya tidak terlokalisir dengan baik dan sulit
Demam muncul pada 40-50% kasus. Gejala defisit neurologis fokal seperti
hemiparesis, afasia, ataxia, dan defisit sensorik muncul pada sepertiga sampai
sebagian kasus. Papil edema sebagai salah satu tanda peningkatan tekanan
kejang umum dan dikaitkan dengan lokasi abses yaitu lobus frontal. Temuan
lainnya yaitu perubahan status mental dan kesadaran seperti letargi dan somnolen.
Gejala lain yang dapat muncul sesuai dengan lokasi abses. Bila pada
cerebellar, maka akan dijumpai gejala nistagmus, ataksia, muntah, dan gangguan
disertai dengan afasia sensorik dan disfasia. Bila abses pada lobus ocipital
mungkin hadir dengan gejala hemianopsia homonym. Bila terjadi pada lobus
dan muncul dengan gangguan lapang pandang dan kelainan endokrin. Sedangkan
bila abses terjadi pada batang otak biasanya akan menunjukkan paresis nervus
4. Diagnosis
Kriteria diagnosis:[2]
Pada pemeriksaan darah rutin, 50-60% didapati leukositosis, 70-95% LED
meningkat.
Ditemukan fokus seperti otitis media, sinusitis, endocarditis, pneumonia,
dan selulitis.
CT-Scan kepala dengan kontras ditemukan massa hipodens dengan
penyangatan cincin pada tepinya. (ring enhanced lesion)
5. Terapi
Terapi kausal:
Terapi empirik:
hasil tes sensitivitas kuman yang diisolasi dari abses atau dari sumber
infeksi. Jika hasil isolasi tidak ditemukan kuman penyebab, maka terapi
Operasi bila tindakan konservatif gagal atau abses berdiameter >2,5 cm.[2]
6. Prognosis
1. Definisi
disebabkan oleh virus. Ensefalitis virus dibagi menjadi dua yaitu ensefalitis
timbul sebagai komplikasi penyakit virus lain seperti parotitis epidemica, herpes
2. Gejala Klinis
kesadaran. Tanda lain seperti malaise, flu like syndrome, fotofobia, kadang
disertai kejang.
dan gustatorik.
genital.
yaitu ditemukan adanya demam exhantem. Setelah demamnya turun atau sekitar
3. Diagnosis
Pada analisis CSF didapatkan pleiositosis, dominan sel limfosit, total protein
sedikit meningkat dan kadar glukosa yang normal. Kriteria diagnosis ditegakkan
Pada infeksi HSV dilakukan pemeriksaan seorlogi yang diperiksa saat fase
akut dan konvalensi. Biasanya yang diperiksa complement fixation antibodies dan
28
simpleks yang semula saat akut 1:8 lalu menjadi 1:80 sewaktu konvalensensi
4. Terapi
selama 2 minggu.
jam.
Terapi pemeliharaan:
Gansiklovir 5 mg/kg/hari
Sedatif dapat diberikan bila pasien gelisah dengan clobazam 2x10 mg.
kepala.
maka dapat diberikan manitol 20%, diberikan dengan dosis awal 1-1,5
29
g/kg berat badan selama 20 menit, dilanjutkan dosis 0,25-0,5 g/kg berat
badan setiap 4-6 jam atau dengan menggunakan cairan hypertonic saline
selama 15 menit.[2]
5. Prognosis
1. Definisi
otak atau dapat berupa peyakit sistemik. Faktor resiko utama terjadinya
2. Gejala
kranial) dan kesadaran menurun merupakan manifestasi klinis utama. Gejala lain
lapangan pandang.
3. Diagnosis
Secara praktis semua ODHA dengan lesi massa intrakranial dengan gejala
2 minggu, walaupun serologinya negatif atau lesinya tunggal. Bila tidak terdapat
untuk biopsi. Syarat pemberian terapi empirik anti-toksoplasma yaitu: pasien HIV
positif, terdapat gejala neurologis fokal yang progresif, terdapat lesi fokal pada
pemeriksaan imajing .
CD4 >200 sel/mm3, IgG antitoksoplasma (-), telah menerima terapi profilaksis
4. TERAPI
• Pirimetamin loading 200 mg, lalu dilanjutkan, jika BB <50 kg: 2x25 mg
per hari per oral dan jika BB >50 kg: 3x25 mg per hari per oral
• Klindamisin 4x600 mg
− Fase rumatan:
• Pirimetamin dan klindamisin dengan dosis ½ dari dosis fase akut atau
• Fase rumatan diteruskan hingga pasien mencapai nilai CD4 > 200
31
waktu singkat pada terapi fase akut, terutama bila dijumpai efek massa yang
signifikan.
dalam 7 hari. Respon radiologik berupa berkurangnya ukuran lesi dan dan
5. PROGNOSIS
2.5 Myelitis
1. Definisi
tahun 2012, myelitis adalah kelainan neurologi pada medulla spinalis (myelopati)
yang disebabkan proses inflamasi. Serangan inflamasi pada medulla spinalis dapat
merusak atau menghancurkan mielin yang merupakan selubung serabut sel saraf.
Kerusakan ini menyebabkan jaringan parut pada sistem saraf yang menganggu
hubungan antara saraf pada medulla spinalis dan tubuh. Beberapa literatur sering
pasca trauma, neoplasma, iskemik atau perdarahan saraf tulang belakang dan
32
jarang penyebab iatrogenik. Pada kasus dimana penyebab dari myelitis tidak dapat
Selama terjadi inflamasi pada saraf tulang belakang, akson yang bermyelin
seperti kelumpuhan, disfungsi sensori seperti rasa nyeri dan rasa kebas, dan
disfungsi otonom seperti retensi urin. Sedangkan prognosis dari myelitis adalah
buruk. Prognosis setelah serangan myelitis sangat bervariasi antara dewasa dan
anak.[21]
2. Gejala klinis
Myelitis dapat terjadi secara akut (dalam beberapa jam sampai beberapa
hari) atau subakut (terjadi dalam satu atau dua minggu). Gejala umum yang
juga melaporkan mengalami spasme otot, gelisah, sakit kepala, demam, dan
hilangnya selera.
Dari beberapa gejala yang muncul, empat gejala klasik myelitis yaitu
kelemahan otot atau paralisis kedua lengan atau kaki, nyeri, kehilangan rasa pada
kaki dan jari–jari kaki, disfungsi kandung kemih dan buang air besar. Nyeri
3. Diagnosis
terutama jenis limfosit, protein sedikit meninggi (50-120 mg/100 ml) dan kadar
peningkatan kadar protein tanpa disertai pleositosis. Dan pada sindrom Guillain
4. Terapi
5. Prognosis
Prognosis : ad bonam.
34
BAB III
KESIMPULAN
(meningitis), parenkim otak dan spinalis (ensefalitis dan myelitis), serta dapat
atau parasit.
Untuk memulai infeksi SSP, patogen harus masuk ke dalam SSP dengan
struktur yang berdekatan (seperti rongga sinus atau tengah telinga) menyerang
secara langsung melalui sawar darah otak. Penyebaran hematogen terjadi ketika
Reaktivasi infeksi laten hasil dari aktif virus, jamur, atau patogen mikobakteri di
tulang belakang, otak, atau saluran saraf. Inokulasi langsung dari bakteri ke dalam
SSP adalah hasilnya trauma, cacat bawaan, atau komplikasi bedah saraf.
dijumpai gejala demam, nyeri kepala, kaku kuduk dan tanda rangsang meningeal
lain positif. Sedangkan pada ensefalitis atau infeksi yang melibatkan parenkim
otak dijumpai gejala demam, nyeri kepala, gejala defisit neurologis global seperti
penurunana kesadaran, dan kejang. Pada myelitis dijumpai nyeri punggung serta
gangguan motoric, sensorik, dan otonom. Gejala lain yang menyertai seperti
35
malaise, myalgia, mual, muntah, sakit perut atau diare. Pada infeksi yang
gejala seperti nyeri kepala yang hebat, muntah, penglihatan kabur, kejang,
kesadaran menurun.
Saat anamnesis penting untuk memastikan onset. Infeksi akut biasa terjadi
karena infeksi bakteri dan virus, sedangkan infeksi sub-akut atau kronik biasa
terjadi karena infeksi jamur dan TB. Selain itu ditanyakan faktor risiko atau
Infeksi bakteri biasanya didapatkan fokus infeksi lain seperti sinusitis, caries gigi,
disebabkan oleh bakteri. Untuk infeksi virus biasanya ditemukan Petunjuk klinis
(HSV), leptospirosis dan faringitis. Pada infeksi karena jamur biasanya terjadi
pada pasien imunokompromise dengan gejala infeksi jamur dibagian tubuh yang
lain misalnya kandidiasis oral. Sedangkan pada infeksi parasit misalnya pada
toxoplasmosis ensefalitis yang biasanya dijumpai pada pasien HIV akan didapati
neuroimaging dengan CT-Scan atau MRI. Analisis CSF yang dinilai kadar WBC
dan jenis sel dominan, kadar protein dan kadar glukosa. Pemeriksaan lain yaitu
darah lengkap yang dapat membantu mengetahui kecurigaan etiologi dari infeksi.
36
DAFTAR PUSTAKA