Anda di halaman 1dari 7

Bab IV

RESIKO, EVENEMEN DAN GANTI KERUGIAN

o Pengertian Resiko
Risiko merupakan beban kerugian yang diakibatkan karena suatu peristiwa yang tidak
diinginkan. Besarnya risiko tersebut dapat diukur dengan nilai barang yang dapat merugikan
pemiliknya. Dalam hukum asuransi, bahaya yang menjadi beban penanggung merupakan
peristiwa penyebab timbulnya kerugian, cacat badan atau kematian atas obyek asuransi.
Resiko juga dapat diartikan sebagai berikut:
a. ketidakpastian suatu peristiwa yang menimbulkan kerugian ekonomis atau keadaan
yang memburuk,
b. ketidakpastian suatu peristiwa dalam waktu tertentu mengakibatkan kegagalan dalam
mencapai target yang sudah direncanakan,
c. jika resiko menimpa aset maka nilai ekonomis aset tersebut akan berkurang bahkan
hilang/lenyap.

Jenis-jenis risiko asuransi :

1. Risiko murni atau pure risk


risiko dirasakan ketika kerugian terjadi. Jika tidak terjadi, maka tidak akan ada keuntungan
maupun kerugian.Contohnya, kebakaran menyebabkan kehilangan harta benda, sehingga
membuat kita merugi secara finansial. Jika tidak terjadi kebakaran, maka kita tidak
mendapatkan keuntungan maupun kerugian

2. Risiko spekulatif atau speculative risk 


Jenis risiko ini memiliki dua kemungkinan, yaitu menimbulkan kerugian atau keuntungan. Jenis
risiko ini baru bisa dikatakan risiko bila sudah benar-benar terjadi. Contohnya, ketika
menginvestasikan sebagian uang ke saham, maka akan ada risiko untung dan rugi yang mungkin
terjadi. Karena itu, investasi memiliki risiko spekulatif yang perlu dipertimbangkan. 

3. Risiko fundamental atau fundamental risk 


yaitu jenis risiko yang berasal dari lingkungan sekitar atau alam dan risiko ini bisa menciptakan
dampak secara luas. Risiko fundamental merujuk pada risiko yang timbul karena penyebab yang
tidak berada di bawah kendali individu sehingga sifatnya impersonal. Misalnya, bencana alam
yang tentu saja akan memberikan dampak kerugian finansial hingga jiwa pada masyarakat luas.
Contoh lainnya adalah perusahaan pailit sehingga harus “merumahkan” seluruh pekerja yang
artinya merugikan orang dalam jumlah banyak. 

4. Risiko khusus atau particular risk


Risiko khusus merupakan risiko yang timbul terutama karena tindakan atau intervensi individu
atau kelompok tertentu.Risiko khusus atau particular risk berkaitan dengan suatu peristiwa
atau kondisi yang spesifik atau khusus, yang hanya berdampak pada individu atau kelompok
tertentu.Misalnya, barang yang kita miliki dicuri oleh orang lain, artinya dampak dari pencurian
tersebut hanya akan merugikan kita sendiri secara pribadi, bukan orang lain. 

5. Risiko individu atau individual risk


Yaitu, Kerugian yang terjadi memberikan dampak finansial pada diri sendiri dan kalangan kecil.
Salah satu contohnya, jika kepala keluarga meninggal dunia dan tidak memiliki asuransi jiwa,
maka akan berpengaruh pada  finansial keluarga yang ditinggalkan.
Contoh lainnya, ketika cedera fisik dan tidak bisa bekerja lagi, juga akan memengaruhi finansial
diri sendiri dan tanggungan orang tersebut. 

6. Risiko harta atau property risk


Risiko harta atau property risk adalah risiko yang terkait dengan kerusakan, kehilangan, atau
kehancuran suatu properti atau aset. Misalnya, kebakaran rumah yang merusak harta benda di
dalamnya.Secara umum, jenis risiko properti dapat dikategorikan menjadi dua jenis yakni
kerugian secara langsung (direct losses) dan kerugian tak langsung (consequential losses).
Kerugian secara langsung dapat berupa kerusakan, kehilangan, atau kehancuran yang dapat
diukur secara langsung. Sementara kerugian tak langsung yakni kerugian yang tidak terukur
pada kegiatan atau bisnis yang terkait dengan properti atau aset tersebut. 

7. Risiko tanggung gugat atau liability risk 


Risiko tanggung gugat atau liability risk merupakan risiko yang terkait dengan tuntutan hukum
atau gugatan hukum yang diajukan terhadap individu maupun perusahaan karena kerugian
yang disebabkan pada pihak ketiga.Liability risk cenderung berkaitan dengan masalah hukum,
contohnya jika kamu menabrak seseorang dengan mobil dan korban terluka, kamu tentu harus
bertanggung jawab secara hukum terhadap orang tersebut.

Contoh risiko asuransi:


1. Asuransi Kesehatan, objek yang ditanggung oleh adalah biaya kesehatan.
2. Asuransi Jiwa, pertanggungan atas nilai ekonomi hidup seseorang.
3. Asuransi Mobil, kerugian ringan seperti lecet, baret, hingga kerusakan total seperti
terperosok dan pencurian.
4. Asuransi Melahirkan, biaya melahirkan, keguguran, perawatan pra dan pasca
melahirkan, hingga meninggalnya ibu dan/atau janin
5. Asuransi Pendidikan, santunan berupa pertanggungan biaya sekolah anak anak yang
ditinggalkan. 
6. Asuransi property, biaya ganti rugi atas rumah tinggal yang terbakar, kebanjiran, dan
lain sebagainya.
7. Asuransi Proyek, mencakup tanggung jawab hukum pihak ketiga, kecelakaan kerja,
kerusakan alat berat, dan lain sejenisnya. 
KRITERIA RESIKO YANG DITANGGUNG ASURANSI Yaitu:
 Risiko yang gak bisa diprediksi dan gak disengaja.
 Bersifat umum dan lumrah terjadi. 
 Terdapat objek yang bisa dipertanggungkan dalam risiko tersebut, misalnya jiwa, atau
kendaraan bermotor.
 Objek tersebut tidak melanggar aturan hukum, misalnya narkoba.
 Kerugian yang terjadi harus bisa dikonversi ke dalam nominal uang.
 Premi yang dibayarkan nasabah harus sebanding sama risiko yang ditanggung. Makanya
ada batas uang pertanggungan yang bisa kamu ambil.

Resiko Dapat di Asuransi kan apabila:


1. Kapan terjadinya tidak dapat dipastikan sebelumnya,
2. Jika terjadi, pasti menimbulkan kerugian yang bisa dinilai dengan uang (Pasal 268
KUHD),
3. Terjadinya tiba-tiba,
4. Tanpa direncanakan,
5. Terdapat upaya untuk mengindari/melakukan pencegahan,
6. Dapat dilihat secara fisik,
7. Bisa juga tidak terlihat yaitu hilangnya keuntungan yang diharapkan sebagai dampak dari
terjadinya kejadian.
8. Memenuhi hukum bilangan besar.

Pentingnya manajemen risiko dalam asuransi

Dalam asuransi, contoh manajemen risiko bisa dibedakan menjadi:

1. Menghindari risiko: misalnya menghindari risiko cacat berarti menghindari pekerjaan


atau profesi yang memiliki tingkat kecelakaan tinggi.
2. Mengendalikan risiko: bertujuan untuk mencegah terjadinya kerugian, misalnya tidak
membuat rumah dari material kayu agar tidak mudah terbakar.
3. Menunda risiko: menunda suatu kegiatan untuk meminimalisir terjadinya kerugian,
misalnya tidak memperbaiki rumah saat musim hujan.
4. Mengalihkan risiko: pengalihan risiko pada perusahaan asuransi dan membayar sejumlah
dana atau premi pada perusahaan asuransi tersebut.

 Evenemen

Evenemen merupakan istilah yang diadopsi dari bahasa Belanda evenement yang berarti
peristiwa tidak pasti, yang dalam bahasa Inggris disebut fortuitous event. Evenemen adalah
peristiwa yang menjadi sebeb asuransi diadakan, tidak dapat dipastikan kapan terjadinya dan
diharapkan tidak akan terjadi. Secara lengkap, Abdulkadir Muhammad memberikan definisi
sebagai berikut: “Evenemen adalah peristiwa yang menurut pengalaman manusia normal
tidak dapat dipastikan terjadi, atau walaupun sudah pasti terjadi saat terjadinya itu tidak dapat
ditentukan dan juga tidak diharapkan akan terjadi. Jika terjadi juga, mengakibatkan
kerugian”.

Berkaitan dengan jenis-jenis evenemen, Abdulkadir Muhammad menuliskan dalam bukunya


bahwa hal tersebut bergantung pada jenis asuransi yang diadakan, sehingga penanggung dan
tertanggung yang akan menentukan peristiwa-peristiwa apa saja yang merupakan evenemen dan
harus dicantumkan dengan tegas dalam polis.

Dalam hal ini unsur-unsur evenemen adalah a. Peristiwa yang terjadi itu menimbulkan kerugian;
b. Terjadinya itu tidak diketahui, tidak dapat diprediksi terlebih dahulu;
c. Berasal dari faktor ekonomi, alam dan manusia;
d. Kerugian terhadap diri, kekayaan, dan tanggung jawab seseorang.
Jenis evenemen ditentukan oleh Penanggung dan Tertanggung di dalam Polis dan harus ada
hubungan antara evenemen dan kerugian yang dialami oleh Tertanggung (Teori Kausalitas) serta
adanya keseimbangan antara ganti kerugian dengan pembayaran premi.

 Asas subrogasi

Menurut ketentuan Pasal 284 KUHD: “penanggung yang telah membayar ganti kerugian atas
benda yang diasuransikan menggantikan tertanggung dalam segala hak yang diperolehnya
terhadap pihak ketiga yang telah menimbulkan kerugian tersebut, dan tertanggung bertanggung
jawab untuk setiap perbuatan yang dapat merugikan hak penanggung terhadap pihak ketiga itu”.
Penggantian kedudukan semacam ini dalam hukum perdata disebut subrogasi (subrogation).

Berdasarkan ketentuan pasal ini dapat dipahami supaya ada subrogasi dalam asuransi diperlukan
2 (dua) syarat, yaitu:

a) Tertanggung mempunyai hak terhadap Penanggung dan terhadap pihak ketiga.


b) Adanya hak tersebut karena timbul kerugian sebagai akibat perbuatan pihak ketiga.

Dalam hukum asuransi, apabila Tertanggung telah mendapatkan hak ganti kerugian dari
Penanggung, dia tidak boleh lagi mendapatkan hak dari pihak ketiga yang telah
menimbulkan kerugian itu. Hak terhadap pihak ketiga beralih kepada Penanggung yang
telah memenuhi ganti kerugian kepada Tertanggung. Ketentuan ini bertujuan untuk
mencegah jangan sampai terjadi bahwa Tertanggung memperoleh ganti kerugian berlipat
ganda, yang bertentangan dengan asas keseimbangan atau memperkaya diri tanpa hak.
Asas ini dipegang teguh dalam hukum asuransi. Dalam pelaksanaan hak subrogasi,
Tertanggung tidak boleh merugikan hak Penanggung, misalnya Tertanggung
membebaskan pihak ketiga dari kewajiban membayar ganti kerugian atau membebaskan
pihak ketiga dengan kompensasi hutangnya, sehingga ketika Penanggung akan
melaksanakan hak subrogasinya terhadap pihak ketiga, yang bersangkutan ini tidak ada
sangkut-paut lagi dengan Tertanggung. Dalam hal ini, Tertanggung harus bertanggung
jawab atas perbuatannya yang merugikan Penanggung terhadap pihak ketiga
Aturan dari subrogasi terdapat pada Pasal 1400 KUH Perdata. Pasal tersebut berisi bahwa
subrogasi merupakan adanya pergantian hak yang dilakukan oleh pihak ketiga kepada kreditur.
Asas subrogasi adalah salah satu dari enam asas asuransi. Dalam asuransi ada dua pihak yang
terlibat yaitu penanggung/ perusahaan asuransi dan tertanggung/ nasabah.

Hubungan ini dilandasi dengan prinsip-prinsip asuransi. Asas subrogasi merupakan hak dari
penanggung untuk menuntut pihak ketiga yang menyebabkan tertanggung menderita kerugian.
Setelah penanggung menyelesaikan kewajibannya, maka perusahaan asuransi dapat menuntut
pihak yang membuat tertanggung merugi.

Contohnya, sebuah mobil yang diasuransikan mengalami kerusakan akibat ditabrak oleh pihak
lain. Setelah perusahaan asuransi membayarkan penggantian untuk kerusakan tersebut, pihak
asuransi dapat menuntut pihak penabrak karena telah menyebabkan kerugian. Jadi peran dari
asas subrogasi dalam hal ini adalah membatasi tertanggung agar tidak mendapatkan ganti rugi
melebihi kerugian yang dideritanya, biasanya hal ini sering disebut sebagai corollary on
indemnity.

Penerapan asas subrogasi

Seperti yang terdapat pada Pasal 1365 Staatsblad Nomor 23 Tahun 1847
mengenai Burgelijk Weboek voor Indonesie (BW) atau KUH Perdata yang mengatur bahwa:

“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan
orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”

Prinsip subrogasi ini berfungsi untuk mendukung agar indemnitas tidak dilanggar, maka seorang
penanggung tidak akan menikmati recovery lebih besar dari pada nilai kerugian yang telah
dibayarkan atau diselesaikan oleh pihak penanggung kepada tertanggung sehubungan dengan
kerugian tersebut.

Ada 4 (empat) keadaan atau sumber-sumber dimana seorang penanggung memperoleh hak
subrogasi, yaitu:

1. T O R T (Perbuatan Melanggar Hukum)


2. Contract (Perjanjian atau Kontrak)
3. Law (undang-undang)
4. Subject Matter of Insurance (Pokok Pertanggungan)

Pokok Pertanggungan Asas Subrogasi ada 3, yaitu:

 Jika tertanggung mengalami kerugian total, maka tertanggung akan mendapatkan ganti
rugi secara penuh.
 Jika dalam peristiwa tak terduga menghasilkan sisa barang (salvage) maka akan diberikan
kepada pihak penanggung setelah membayar klaim kerugian kepada tertanggung.
 Apabila sisa barang mempunyai harga jual atau nilai ekonomis, maka bisa dijual oleh
pihak penanggung. Hal ini termasuk pada claim recovery yang termasuk pada salah satu
hak subrogasi.

Daftar Pustaka
https://lifepal.co.id/media/risiko-asuransi/ (muhammad, 2023)

Rusli, T. (2009). Klausul Evenemen All Risk dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen. Pranata
Hukum, 4(2).

Junaedy Ganie, Hukum Asuransi di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2013

https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP/article/view/32722/17642 (Arikha Saputra, 2021)

(Armiyanto, 2007)

C.S.T. Kansil. (1996). Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia cetakan ke-IV, Sinar
Grafika, Jakarta. hlm. 429.

https://an-nur.ac.id/asuransi-jiwa-pengertian-polis-premi-uang-santunan-dan-berakhirnya-
asuransi/5/ (Universitas lampung, 2022)

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-asas-subrogasi/

https://finansial.bisnis.com/read/20211006/215/1451082/pengertian-asas-subrogasi-pada-
asuransi

Anda mungkin juga menyukai