Anda di halaman 1dari 10

KONSEP DAN PERLINDUNGAN ANAK DI NEGARA BELANDA

DOSEN PENGAMPU: Munawarrah, S.Pd.i.,M.Pd

DI
S
U
S
U
N
OLEH:

FENI HAPPYNIS BR ARITONANG

NIM:
220210043

PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
TAHUN 2023
1. LATAR BELAKANG NEGARA BELANDA
Belanda negara yang sebagian besar terletak di Benua Eropa. Belanda
merupakan bagian dari Kerajaan Belanda, sebuah negara monarki konstitusional
yang mencakup seluruh bagian Belanda Eropa serta Belanda Karibia. Belanda
terdiri dari dua belas provinsi di Eropa Barat dan tiga pulau teritori di Karibia.
Belanda Eropa berbatasan dengan Laut Utara di utara dan barat, Belgia di selatan,
dan Jerman di timur, serta berbagi perbatasan maritim dengan Belgia, Jerman, dan
Britania Raya. Belanda menganut sistem pemerintahan demokrasi arlementer yang
disusun sebagai negara kesatuan. Ibu kota dan kota terbesarnya adalah Amsterdam,
sedangkan pusat pemerintahan dan kedudukan monarkinya berada di Den Haag.
Belanda sebagai keseluruhan sering kali disebut Holland meskipun istilah tersebut
hanya mencakup provinsi Holland Utara dan Holland Selatan.

Belanda memiliki ekonomi yang maju dan telah memainkan peran khusus
dalam ekonomi Eropa selama berabad-abad. Sejak abad ke-16, pelayaran,
perikanan, pertanian, perdagangan, dan perbankan telah menjadi sektor utama
perekonomian Belanda. Belanda memiliki tingkat kebebasan ekonomi yang tinggi.
Belanda adalah salah satu negara teratas dalam Global Enabling Trade Report (2nd
in 2016), dan menduduki peringkat kelima ekonomi paling kompetitif di dunia oleh
Swiss International Institute for Management Development pada 2017. Selain itu,
negara ini menduduki peringkat kedua negara paling inovatif di dunia dalam Global
Innovation Index 2018.

Pendidikan di Belanda adalah wajib antara usia 5 dan 16 tahun. Jika seorang
anak tidak memiliki "kualifikasi awal" (gelar HAVO, VWO atau MBO 2+) mereka
masih harus untuk menghadiri kelas sampai mereka mencapai kualifikasi atau
pencapaian tersebut usia 18. Semua anak di Belanda biasanya bersekolah di sekolah
dasar dari (rata-rata) usia 4 sampai 12. Ini terdiri dari delapan kelas, yang pertama
adalah fakultatif. Berdasarkan tes bakat, rekomendasi guru kelas delapan dan
pendapat orang tua atau wali murid, pilihan dibuat untuk salah satu dari tiga aliran
utama pendidikan menengah. Setelah menyelesaikan aliran tertentu, seorang murid
masih dapat melanjutkan di tahun kedua dari belakang aliran berikutnya. VMBO
(pendidikan menengah pra-kejuruan) memiliki empat tingkatan dan dibagi lagi
menjadi beberapa tingkatan. Berhasil menyelesaikan VMBO menghasilkan gelar
kejuruan tingkat rendah yang memberikan akses ke MBO.
MBO (pendidikan terapan tingkat menengah) adalah bentuk pendidikan
yang terutama berfokus pada pengajaran perdagangan praktis atau gelar kejuruan.
Dengan sertifikasi MBO, seorang siswa dapat mendaftar untuk HBO. HAVO
memiliki 5 nilai dan memungkinkan untuk masuk ke HBO. HBO (pendidikan
profesional yang lebih tinggi) adalah universitas pendidikan profesional (ilmu
terapan) yang memberikan gelar sarjana profesional; mirip dengan gelar politeknik.
Gelar HBO memberikan akses ke sistem universitas. VWO (persiapan pendidikan
ilmiah, terdiri dari atheneum dan gimnasium) memiliki 6 kelas dan bersiap untuk
belajar di universitas riset. Universitas menawarkan gelar sarjana tiga tahun, diikuti
oleh gelar master satu atau dua tahun, yang pada gilirannya dapat diikuti oleh
program gelar doktor empat atau lima tahun. Belanda berada di peringkat ke-5
dalam Indeks Inovasi Global pada tahun 2020, turun dari peringkat ke-4 pada tahun
2019. Kandidat doktor di Belanda pada umumnya adalah pegawai universitas yang
tidak tetap. Semua sekolah dan universitas Belanda didanai dan dikelola oleh
publik, kecuali sekolah agama yang didanai publik tetapi tidak dikelola oleh negara
meskipun diperlukan persyaratan agar pendanaan dapat disahkan. Universitas
Belanda memiliki biaya kuliah sekitar 2.000 euro per tahun untuk mahasiswa dari
Belanda dan Uni Eropa. Jumlahnya sekitar 10.000 euro untuk siswa non-UE.

2. PERLINDUNGAN ANAK DI NEGARA BELANDA

Secara umum dapat dijelaskan bahwa anak harus diberlakukan dengan tidak
membedakan perlakuan dalam segala hal yang berhubungan dengan warga negara
atas dasar suku, ras, agama, golongan, jenis kelamin dan gender. Segala
pengambilan keputusan harus selalu mempertimbangkan kelangsungan hidup dan
tumbuh kembang anak. Hak asasi yang paling mendasar bagi anak yang dilindungi
oleh negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua. Penghormatan atas
hak anak untuk berpartisipasi dan menyatakan pendapatnya dalam pengambilan
keputusan, terutama jika menyangkut hal yang memengaruhi kehidupan anak.
Perlindungan Anak itu sendiri meliputi ruang lingkup yang cukup luas, dalam arti
bahwa perlindungan anak tidak hanya mengenai perlindungan atas jiwa dan raga si
anak, tapi mencakup pula perlindungan atas semua hak serta kepentingannya yang
dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan yang wajar, baik secara rohani,
jasmani, maupun sosialnya.
Belanda membentuk sistem perlindungan anak berbasis hukum yang
mengakui kewajiban Negara (pemerintah) untuk memastikan bahwa anak-anak
akan menerima perlindungan bila diperlukan. Seiring waktu, tanggung jawab
perlindungan anak dibagi dengan organisasi masyarakat sipil yang didanai oleh
Negara, dan perlindungan anak menjadi profesional dan semakin terspesialisasi.
Memang perkembangan organisasi khusus di bidang perawatan kesehatan fisik dan
mental serta pekerjaan sosial menghasilkan tambal sulam lembaga dan layanan
tanpa atau sedikit berbagi informasi. Situasi ini berarti bahwa orang tua harus
berbagi masalah dan tantangan mereka berkali-kali kepada individu dalam berbagai
organisasi, yang semuanya memberikan sedikit dukungan untuk mengatasi akar
penyebab masalah yang mereka alami dalam mengasuh anak mereka. Beberapa
kejadian yang sangat tragis, beberapa mengakibatkan kematian anak yang
sebenarnya dapat dicegah, menyadarkan masyarakat dan lembaga terkait (Negara
dan non-Negara) akan urgensi untuk meningkatkan efisiensi operasional dan
efektivitas sistem perlindungan anak. Misalnya di Inggris dan Belanda,2019 ;
Badan Keamanan Belanda, 2011 ; Langeland et al., 2015 ; Tinjauan Munro, 2011 ;
van Nijnatten et al.2014).

Perlu dicatat bahwa sejak awal abad lalu, perhatian eksplisit terhadap
pelecehan dan penelantaran anak agak terbatas. Pengecualian adalah Inggris, di
mana National Society for the Prevention of Cruelty against Children (NSPCC)
pada tahun 1889. Organisasi ini diberi (oleh hukum) kekuatan undang-undang
untuk mengajukan perintah perawatan dan pengawasan anak-anak yang berisiko.
Catatan kakil dan mendirikan pusat layanan lokal di seluruh Inggris. Pada tahun
2006, organisasi tersebut membentuk jalur anak untuk memberikan suara kepada
kaum muda ketika tidak ada yang mendengarkan.

3. ASAS DAN TUJUAN PERLINDUNGAN ANAK


Hukum internasional mensyaratkan negara untuk memberikan perlindungan
hukum dan penghormatan terhadap anak yang berhadapan dengan hukum melalui
pengembangan hukum, prosedur, kewenangan, dan institusi (kelembagaan).

Pasal 1 angka (1) Undang-undang Nomor 3 tahun 1997 tentang pengadilan


anak menyatakan bahwa anak adalah orang yang dalam perkara anak telah
mencapai umur 8 tahun tetapi belum mencapai 18 tahun dan belum
kawin.Ketentuan pasal ini mendapat pengecualiaan apabila seorang yang belum
mencapai 18 tahun tetapi telah melakukan perkawinan/pernikahan, maka anak
tersebut tetap dianggap telah dewasa walaupun umurnya belum mencapai 18 tahun.
Menurut Undang-undang No 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Pasal 1 Ayat 3, Anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut anak
adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18
(delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (1) menyatakan bahwa segala


warga Negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintah dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintah itu dan tidak ada kecualinya. Namun terhadap
seorang anak sebagai pelaku tindak pidana berlaku perlindungan khusus dengan
tujuan melindungi kepentingan anak dan masa depan anak.

Di jelaskan juga dalam pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 tahun


2002 tentang perlindungan anak, bahwa “perlindungan anak adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh
berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.5
Setiap anak berhak memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum. Penangkapan,
penahanan, atau sangsi pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan
hukum yang berlaku hanya dapat dilakukan sebagai upaya

terakhir. Perlindungan hukum anak merupakan upaya perlindungaan hukum


terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak. 6 Bentuk perlindungan hukum
terhadap anak misalnya pendampingan dari petugas kemasyarakatan, masa
penahanan yang lebih singkat di banding orang dewasa, fasilitas oleh aparat
penegak hukum khusus anak, termasuk pemisahan tahanan anak dari tahanan orang
dewasa merupakan salah satu bentuk perlindungan hukum terhadap anak.

4. HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DI NEGARA BELANDA


Dua prinsip pertama adalah prinsip menyeluruh yang mengikuti langsung
dari dua dari empat fundamental prinsip-prinsip Konvensi PBB tentang Hak Anak
1989 (UNCRC): kepentingan anak dan hak anak untuk didengar. Hak-hak ini
memiliki efek dalam prinsip-prinsip lainnya. Prinsip lainnya adalah juga
berdasarkan hak-hak dalam UNCRC dan peraturan perundang-undangan lainnya.
Kode ini terbatas pada undang-undang dan peraturan tersebut, dan khususnya pada
ketentuan yang ditetapkan di dalamnyaanak-anak khususnya dilindungi (mis.
ketentuan yang berkaitan dengan pemrosesan data pribadi, tidak adil praktik
komersial atau konten berbahaya) atau di mana kepentingan anak dimasukkan
dalam interpretasi dari aturan.

Anak-anak tidak selalu secara khusus disebutkan dalam undang-undang


konsumen, tetapi 'kepentingan terbaik anak' prinsip mensyaratkan, dalam hal
dampak (diduga) pada anak-anak, bahwa undang-undang konsumen ditafsirkan
perkembangan dan kesejahteraan anak harus diperhatikan. Pengecualian dalam
undang-undang konsumen di mana anak-anak telah diperhitungkan secara eksplisit
adalah dalam peraturan tentang praktik perdagangan yang tidak adil (6:193a Dutch
Civil Code (DCC) et seq.) (lihat prinsip 8). Undang-undang ini melindungi
konsumen rata-rata terhadap praktik komersial yang mengganggu perilaku
ekonominya, misalnya, menjadimenyesatkan atau dengan mengerahkan tekanan.
Tingkat pengaruh dapat diukur dengan mengambil rata-rata fiktif konsumen
sebagai titik awal. Jika praktik komersial ditujukan untuk kelompok konsumen
tertentu, seperti anak-anak, efek dari praktik dinilai dari perspektif rata-rata anggota
kelompok yang bersangkutan (Pasal 6:193a(2) DCC). Dalam konteks ini, anak-
anak dapat dianggap sangat rentan, mengingat usia dan kemampuan mereka
pembangunan khusus (Pasal 5 UNCRC). Oleh karena itu, jika suatu aplikasi atau
game ditujukan untuk anak-anak, rata-rata anak pada kelompok usia yang relevan
adalah tolak ukur untuk tingkat perlindungan.

5. KEWAJIBAN ORANG TUA, PEMERINTAH DAN MASYARAKAT


DALAM PERLINDUNGAN ANAK

Perlindungan Anak tersebut adalah segala kegiatan untuk menjamin dan


melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Perlindungan anak terkait
erat dengan lima pilar yakni, orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah,
pemerintah daerah dan negara. Kelimanya memiliki keterkaitan satu sama lain
sebagai penyelenggara perlindungan anak. Dalam bentuknya yang paling
sederhana, perlindungan anak mengupayakan agar setiap hak anak tidak dirugikan.
Dalam mukaddimah Konvensi Hak Anak 20 November1989 yang telah diratifikasi
oleh Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990, dijelaskan
bahwa anak harus sepenuhnya dipersiapkan untuk menjalani kehidupan. Pengertian
anak dalam sistem hukum Indonesia belum ada keseragaman, tiap peraturan
perundang-undangan memberikan batasan usia anak yang berbeda. Jadi dari
berbagi defenisi tentang anak di atas sebenarnya dapatlah diambil suatu benang
merah yang menggambarkan apa atau siapa sebenarnya yang dimaksud dengan
anak dan berbagai konsekwensi yang diperolehnya sebagi penyandang gelar anak
tersebut. Pengertian anak secara hukum, dimana pengertian anak diletakkan sebagai
objek sekaligus subjek utama dalam suatu proses legitimasi, generalisasi dan
sistematika aturan yang mengatur tentang anak. Negara dan pemerintah juga
menjamin anak untuk menggunakan haknya dalam menyampaikan pendapat sesuai
dengan usia dan tingkat kecerdasan anak. Jaminan yang diberikan oleh negara dan
pemerintah tersebut diikuti pula dengan pengawasan dalam penyelenggaraan
perlindungan anak. Kewajiban dan tanggung jawab masyarakat atas perlindungan
anak sebagaimana diatur dalam Pasal 25. Kewajiban dan tanggung jawab
masyarakat terhadap perlindungan anak dilaksanakan melalui kegiatan peran
masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan anak.

Ketentuan Pasal 72 ayat (2) Undang-Undang tentang Perlindungan Anak


menyebutkan bahwa peran masyarakat dilakukan oleh orang perseorangan,
lembaga perlindungan anak, lembaga sosial kemasyarakatan, lembaga swadaya
masyarakat, lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, badan usaha, dan media
massa. Pasal 26 Undang-Undang tentang Perlindungan Anak mengatur mengenai
kewajiban dan tanggung jawab keluarga dan orang tua. Orang tua berkewajiban dan
bertanggungjawab untuk :

A. mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak;


B. menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan anak, bakan dan
minatnya;
C. mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.
D. Memberikan pendidikan karakter dan penanaman budi pekerti pada anak.
Penyelenggaraan perlindungan Undang-Undang tentang Perlindungan
Anak. Perlindungan terhadap anak diselenggarakan dalam bidang agama,
kesehatan, pendidikan, sosial, serta perlindungan khusus kepada anak yang
tercantum pada Pasal 59 angka 2 UUPA.. Negara sebagai organisasi tertinggi dan
terkuat juga memiliki andil yang besar dalam melindungi hak-hak anak yang
diwujudkan dengan mengeluarkan peraturanperaturan tentang pemberian
perlindungan terhadap anak sehingga ada jaminan hukum bagi kegiatan
perlindungan anak yang nantinya berdampak pada kelangsungan kegiatan
perlindungan anak dan mencegah penyelewengan dalam pelaksanaan perlindungan
anak. Tindakan perlindungan terhadap anak yang dilaksanakan oleh pemerintah
merupakan bagian dari tujuan negara yaitu untuk melindungi bangsa dan negara
serta demi kesejahteraan umum. Orang tua memang memiliki andil yang lebih besar
dalam melindungi anak karena mereka adalah bagian dari keluarga inti sehingga
setiap kebutuhan anak baik jasmani atau rohani haruslah mereka cukupi, namun
masyarakat juga turut berperan serta dalam melindungi hak anak. Peran serta
masyarakat dapat diwujudkan dengan tetap menjaga hak-hak anak ketika mereka
berada diluar lingkungan rumah sehingga mereka tetap akan merasa nyaman berada
diluar rumah.

6. SEKOLAH RUMAH ANAK

Panduan Sekolah Ramah Anak yang disusun oleh Kemen PPPA tahun 2015
menyebutkan bahwa definisi Sekolah Ramah Anak adalah satuan pendidikan
formal, nonformal, dan informal yang aman, bersih dan sehat, peduli dan berbudaya
lingkungan hidup, mampu menjamin, memenuhi, menghargai hak-hak anak dan
perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya. Serta
mendukung partisipasi anak di satuan pendidikan, terutama dalam perencanaan,
kebijakan, pembelajaran, pengawasan, dan mekanisme pengaduan terkait
pemenuhan hak dan perlindungan anak.

7. CONTOH KASUS DI NEGARA BELANDA

Monitor korban kekerasan seksual terhadap anak 2017-2021 yang


diterbitkan oleh pelapor nasional tentang perdagangan manusia dan kekerasan
seksual terhadap anak pada 8 November menunjukkan “gambaran yang
mengkhawatirkan tentang kekerasan seksual dan pelecehan seksual terhadap anak
muda antara usia 15 dan 17″ di Belanda. Berdasarkan data dari Statistics
Netherlands, diperkirakan 95.000 anak perempuan (37,8 persen) dan 34.500 anak
laki-laki (13,4 persen) berusia antara 15 dan 17 tahun telah mengalami beberapa
bentuk kekerasan seksual atau pelecehan seksual. Apalagi, anak-anak yang
teridentifikasi sebagai korban kekerasan seksual cenderung menjadi korban lagi.
Tak kurang dari 35 persen anak usia 13 hingga 17 tahun kembali diidentifikasi
sebagai korban oleh polisi dalam kurun waktu lima tahun. Lebih dari separuh kasus,
mereka kembali menjadi korban kekerasan seksual atau mengalami kekerasan yang
serius. Risiko menjadi korban lagi lebih rendah, 14 persen, ketika korban berusia di
bawah 12 tahun. Sebuah laporan yang diterbitkan tahun lalu tentang korban
perdagangan manusia di Belanda menunjukkan bahwa 50 persen dari mereka
menjadi korban kejahatan lagi dalam tujuh tahun berikutnya, dan 45 persen dalam
lima tahun berikutnya. Namun hanya delapan persen yang kembali menjadi korban
perdagangan manusia. Laporan itu juga menunjukkan bahwa “siklus
ketidakamanan dan kekerasan” semakin sulit diputus ketika para korban masih
muda. Pemantauan kekerasan seksual terhadap anak juga menunjukkan bahwa
efektivitas sebagian besar intervensi pencegahan yang ada tidak diketahui.
“Penggunaan intervensi yang tidak efektif dapat menjadi sia-sia atau bahkan
memiliki efek sebaliknya,” kekhawatiran Conny Rijken, pelapor nasional
perdagangan manusia dan kekerasan seksual terhadap anak.

DAFTAR PUSTAKA

Jauhari, Iman. 2003, Hak-Hak Anak Dalam Hukum Islam, Jakarta: Pustaka Bangsa

Kelsen, Hans. 2011, General Theory of Law and State (terjemahan), Bandung: Nusa
Media

Abdussalam, Hukum Perlindungan Anak, Restu Agung, Jakarta, 2007

Undang-Undang Dasar 1945. Perumusan Harmonisasi Hukum Bidang Penyerasian


KUHAP denganKUHP Baru, Jakarta; Badan Pembinaan Hukum nasional
Departemen Kehakiman. 1998/1999. Undang-undang No 11 tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 153. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak,
lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2002.

https://codevoorkinderrechten.nl/wp-content/uploads/2021/07/Code-voor-
Kinderrechten-Wordversie_EN.pdf

Beni Ahmad, Sosiologi Hukum, Pustaka Setia, Jakarta 2007.

Hardjon, Perlindungan Hukum Terhadap Anak, Eresco, Jakart, 2007.

https://www.newsendip.com/one-in-3-girls-aged-15-to-17-has-faced-sexual-
harassment-or-sexual-violence-in-the-netherlands/

Anda mungkin juga menyukai