Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Khalifah Putra Munggaran

NPM : 110110190217

Mata Kuliah : Hukum Pidana

Kelas :E

Dosen : - Dr. Lies Sulistiani, S.H., M.H.

- Ajie Ramdan, S.H., M.H.

Berikan Analisis dan Penerapan Overmacht, Noodtoestand,


Noodweer Dalam Kasus, Sehingga Jelas Perbedaannya!

Overmacht atau yang bisa disebut juga sebagai daya paksa/keadaan


memaksa diatur dalam Pasal 48 KUHP. Dalam memori penjelasan Pasal 48
KUHP, daya paksa adalah “setiap daya, setiap dorongan, atau setiap paksaan
yang tidak dapat dilawan”. Sedangkan bunyi dari Pasal 48 KUHP adalah “Orang
yang melakukan tindak pidana karena pengaruh daya paksa, tidak dapat
dipidana”1. Van Bemmelen mengatakan bahwa daya paksa (overmacht) itu
merupakan suatu pengertian normatif. Itu meliputi hal-hal di mana seseorang
karena ancaman terpaksa melakukan delik.

Dari pasal 48 KUHP dapat dilihat Overmacht dapat menjadi dasar


peniadaan penghapusan hukuman. Namun dalam KUHP dan undang-undang lain
tidak ada yang menjelaskan lebih lanjut mengenai Overmacht sehingga terdapat
berbagai penelaahan terhadap Overmacht ini oleh para pakar hukum. Overmacht
sendiri dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu yang bersifat absolut, yang
bersifat relatif, dan yang merupakan suatu keadaan darurat. Namun terdapat
perbedaan pendapat dari para pakar hukum mengenai Overmacht ini, apakah
masuk kedalam dasar pembenar atau dasar pemaaf, tetapi pendapat yang umum

1
Andi Sofyan, 2016.Hukum Pidana, Pustaka Pena, Makassar, hal.143
ialah daya paksa itu dapat berupa dasar pembenar dan dapat pula berupa dasar
pemaaf.

Noodtoestand adalah jenis overmacht yang bukan terjadi karena


perbuatan-perbuatan manusia, tapi ada karena keadaan-keadaan atau macam
ketiga dari Overmacht yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu suatu keadaan
darurat. Menurut Prof. Simons Noodtoestand merupakan salah satu dasar yang
meniadakan hukuman (strafuitsluitingsgrond). Namun Vos mengatakan bahwa
keadaan darurat (noodtoestand) tidak selalu berupa dasar pembenar, kadang-
kadang berupa dasar pemaaf. Jadi Noodtoestand itu merupakan jenis overmacht
yang bersifat keadaan memaksa dan timbul bukan karena adanya suatu perbuatan
yang dilakukan manusia, tapi terjadi karena beberapa keadaan memaksa2.

Noodweer atau yang bisa disebut juga pembelaan terpaksa diatur dalam
Pasal 49 Ayat (1) KUHP yang berbunyi “ Tidak dipidana, barang siapa
melakukan perbuatan pembelaan terpaksa untuk diri sendiri maupun untuk orang
lain, kehormatan kesusilaan atau harta benda sendiri maupun orang lain, karena
ada serangan atau ancaman serangan yang sangat dekat pada saat itu yang
melawan hukum“. Noodweer juga memiliki unsur-unsur, yaitu pembelaannya
bersifat terpaksa, yang dibela ialah diri sendiri, orang lain, kehormatan
kesusilaan, atau harta benda sendiri atau orang lain, ada serangan sekejap atau
ancaman serangan yang sangat dekat pada saat itu, dan serangan itu melawan
hukum3.

Contoh penerapan overmacht dalam kasus, Aran dengan menggunakan


pisau dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa Ifah untuk melakukan
tindak pidana. Jadi Ifah tidak dapat dipidana karena melakukan tindak pidana
karena pengaruh daya paksa (overmacht) sehingga unsur pertanggungjawaban
pidananya tidak terpenuhi.

Contoh Noodtoestand menurut Vos, jika seseorang menghilangkan nyawa


beberapa orang untuk menyelamatkan jiwa nya sendiri, maka perbuatan itu tidak
2
Lamintang. 2011, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya, Bandung, hlm. 441
3
Amir Ilyas. 2012, Asas-asas Hukum Pidana, Rangkang Education, Yogyakarta, hlm. 67
dapat dibenarkan tetapi orangnya tidak dapat dipertanggungjawabkan, hal ini
karena keadaan darurat merupakan salah satu dasar pemaaf. Sebaliknya jika
seseorang meninggalkan pos penjagaan karena pergi melaporkan tentang
terjadinya permufakatan untuk melakukan kejahatan, maka di sini ada dasar
pembenar.

Contoh Noodweer, seorang maling seorang diri ingin merampok rumah


Aran, ketika sedang mengambil barang-barang berharga yang ada Aran
memergokinya, karena takut akhirnya maling tesebut mengambil pisau dari
dapur dan menyerang Aran. Disini Aran boleh melawan untuk mempertahankan
diri atas barangnya yang ingin diambil, sebab maling tersebut telah menyerang
dengan melawan hak.

Referensi
Ilyas, A. (2012). Asas-asas Hukum Pidana. Yogyakarta: Rangkang Education.

Lamintang. (2011). Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung: Citra Aditya.

Sofyan, A. (2016). Hukum Pidana. Makassar: Pustaka Pena.

Anda mungkin juga menyukai