Daya paksa atau daya yang memaksa secara mutlak sehingga tidak dapat
menghindarinya tersebut dapat berupa paksaan fisik yang disebut "vis absoluta" dapat
juga berupa paksaan psykhis atau "vis compulsiva"
Keadaan daya paksa vis compulsiva dibagi 2 :
1. Daya paksa dalam arti sempit (overmacht in enge zin), dimana sumber atau
musababnya paksaan keluar dari orang lain/datang dari orang yang memberi
tekanan.
2. Daya paksa keadaan darurat (nood toestand), dimana daya paksa tadi tidak
disebabkan oleh orang lain, tetapi timbul dari keadaan-keadaan yang tertentu
atau orang yang terkena, bebas untuk memilih perbuatan mana yang akan
dilakukan, inisiatif ada pada dirinya sendiri.
a. Dalam keadaan darurat biasanya timbul 3 kemungkinan perbuatan :
a. Terjepit antara dua kepentingan (---alasan pembenar). Disini ada dua konflik
kepentingan yang satu dengan kepentingan yang lain. (---misal contoh klasik
papan Karneades (Yunani Kuno). Begitu kapalnya pecah Karneades bersama
seorang lainnya berpeganagan sebuah papan yang hanya mampu menopang
satu orang, kemudian Karneades mendorong orang itu dan tenggelam di laut.
b. Terjepit antara kepentingan dan kewajiban (---alasan pembenar) Miasal karena
sudah tidak makan beberapa hari, tak tahan lapar maka ia mencuri roti. ---------
Disini, disatu sisi dia berkepentingan untuk makan, disisi lain ida punya
kewajiban mentaati peraturan tidak boleh mencuri.
c) Terjepit diantara dua kewajiban (---alasan pemaaf ) Disini ada konflik dua
kewajiban yang sama-sam,a harus dijalani pada waktu yang bersamaan,
sehingga dia terpaksa mengabaikan kewajiban yang satu untuk memenuhi
kewajiban yang satunya lagi.
Perbuatan untuk membela yang dimaksud pasal 49 (1) tersebut meliputi tiga
persoalan pokok yang menyangkut perbuatan untuk membela, yaitu :
a) harus berupa pembelaan, artinya harus ada hal-hal memaksa terdakwa
melakukan perbuatannya ;
b) kepentingan macam apa saja yang harus diserang (diri atau badan orang ;
kehormatan-kesusilaan ; harta benda orang )
c) serangannya harus bersifat melawan hukum.
Bagaimana kalau ada orang mengira ada serangan, padahal senyatanya tidak, dan dia
melakukan pembelaan terpaksa menurut pasal 49 ayat (1) tersebut ? ---- Perbuatan ini
dinamakan pembelaan terpaksa yang putatif yang hanya dalam pikirannya sendiri saja
tapi sesungguhnya tidak ada apa-apa. Perbuatan ini tetap salah, hanya saja 'salah
sangka' atau salah terkanya' harus dibuktikan dulu.
Pasal 49 (2) KUHP: Melampaui batas pertahanan yang sangat perlu, jika perbuatan
itu dengan sekonyong-konyong dilakukan karena perasaan tergoncang dengan segera
pada saat itu juga, tidak boleh dihukum
Dalam noodweer-ekses tidak ada salah terka, tidak ada salah sangka, disini betul-
betul ada serangan yang bersifat melawan hukum, tetapi reaksinya keterlaluan /
melampaui batas, tidak seimbang dengan sifat seranagannya. Dalam hal ini terdakwa
dapat dihindari dari pidana apabila dapat dibuktikan bahwa eksesnya tadi langsung
disebabkan oleh kegoncangan jiwa yang hebat, sehingga karena ada tekanan dari luar
itu fungsi bathinnya menjadi tidak normal lagi (---- alasan pemaaf).