ESOFAGUS
PENDAHULUAN
Kanker esofagus, yang terutama terbagi menjadi adenokarsinoma esofagus (OAC) dan
karsinoma sel skuamosa (SCC), merupakan kanker paling umum yang menduduki peringkat
ketujuh di seluruh dunia, yang menyebabkan sekitar 450.000 kematian setiap tahunnya.
Secara historis, meskipun kanker ini dipandang sebagai kanker dengan prognosis yang buruk,
namun beberapa tren yang positif kini mulai terlihat di beberapa bidang. Pertama, laporan
dari International Cancer Benchmarking Partnership (proyek ICBP-SURVMARK-2), yang
membandingkan periode penelitian tahun 1995-1999 hingga 2011-2014, menunjukkan
adanya peningkatan kelangsungan hidup lima tahun sebesar dua kali lipat pada OAC dan
SCC di tujuh negara yang berpenghasilan tinggi, dimana peningkatan terbesar terlihat pada
pasien yang berusia di bawah 75 tahun. Kedua, memasuki era di mana terapi kombinasi,
ketimbang tindakan pembedahan saja, merupakan pendekatan kuratif yang standar bagi
pasien dengan penyakit stadium lanjut, dengan patokan modern untuk kelangsungan hidup 5
tahun mencapai 50%, yang juga setara dengan peningkatan dua kali lipat dalam kurun waktu
20 tahun. Ketiga, meningkatnya kemampuan deteksi dini terhadap lesi mukosa dan
submukosa, melalui perpaduan antara peningkatan kesadaran terhadap kanker, surveilans
terhadap Barrett's oesophagus (prekursor kanker esofagus), manajemen penyakit refluks
gastroesofagus (GORD; GORD; sebuah faktor risiko untuk Barrett's oesophagus dan,
selanjutnya, untuk kanker esofagus) serta kemajuan pada penentuan stadium, memungkinkan
dilakukannya terapi yang berisiko relatif rendah pada beberapa pasien tertentu melalui
pendekatan endoterapi (endoscopic eradication therapy, EET), seperti endoscopic mucosal
resection (EMR), endoscopic submucosal dissection (ESD), dan radiofrequency ablation
(RFA) (Kotak 1).
Selain itu, berbagai perkembangan dalam penelitian genomik dan molekuler, serta
munculnya beberapa pendekatan imunoterapi dan pendekatan bertarget, semakin
meningkatkan pemahaman kita mengenai karsinogenesis esofagus serta biologi tumor, serta
memungkinkan dikembangkannya berbagai pendekatan baru yang mampu meningkatkan
luaran. Terakhir, kemajuan dalam bidang pembedahan, termasuk standarisasi tingkat reseksi
dan limfadenektomi, serta peningkatan dalam perawatan perioperatif, termasuk berbagai
teknik pembedahan, seperti teknik invasif minimal dan teknik berbantuan robotik, kini
membuka peluang untuk meningkatkan luaran onkologis dan operatif.
Meskipun demikian, terlepas dari berbagai kemajuan klinis dan ilmiah ini, ada
beberapa kekhawatiran yang timbul dalam setiap diskusi tim multidisiplin dan dalam
pengambilan keputusan terkait pasien yang memerlukan terapi kuratif. Beberapa masalah
tersebut meliputi kriteria untuk endoterapi, pilihan terapi neoadjuvan, pertimbangan
diferensial untuk SCC dan OAC, pertimbangan pendekatan surveilans non-operatif pada
pasien dengan respons klinis yang jelas dan komplit terhadap terapi neoadjuvan, pendekatan
pembedahan, serta peran imunoterapi dan terapi bertarget. Tinjauan ini berfokus secara
eksklusif terhadap topik-topik tersebut pada alur pengobatan kuratif, serta membahas standar
yang ada, kemajuan yang sedang berkembang, dan sejumlah kontroversi utama. Para penulis
menyadari adanya perkembangan yang signifikan dalam penentuan stadium, penilaian
respons pengobatan, perawatan perioperatif, radiasi bertarget dan terapi proton, pembedahan
untuk penyakit oligometastatik dan diagnostik, dan merekomendasikan pembaca untuk
membaca tinjauan yang relevan mengenai topik-topik ini. Namun demikian, karena
keterbatasan kata dan fokus klinis dan akademis kami, kami menyusun dan memprioritaskan
tinjauan ini ke dalam lima bagian utama.
Kotak 1: Endoterapi yang saat ini banyak digunakan pada kanker esofagus
Endoterapi Penggunaan Keunggulan Kelemahan
Ablasi Penggunaan arus Berpotensi untuk eradikasi Membutuhkan beberapa
radiofrekuensi alternating frekuensi Barrett's kali sesi
sedang untuk mengablasi Mencegah perkembangan Berpotensi membentuk
mukosa Barrett dengan menjadi keganasan invasif striktur
displasia tingkat rendah Mencegah morbiditas dan Berpotensi melewatkan
atau tinggi mortalitas yang sebelumnya lesi submukosa
terkait dengan esofagektomi
karena displasia
Reseksi mukosa Area mukosa terhisap ke Memungkinkan reseksi Komplikasi termasuk
endoskopi dalam tutup endoskopi, komplit pada kanker stadium perdarahan dan perforasi
ditangkap, dibedah, dan awal (T1a m1-3 dan sm1) Berpotensi
dikirim untuk analisis Dapat berfungsi sebagai menimbulkan
histologis prosedur penentuan stadium penyempitan
Dapat melakukan reseksi nodul Mungkin memerlukan
dan kemudian dilanjutkan beberapa kali tindakan
dengan RFA EMR
Membutuhkan
surveilans yang ketat
Tidak dapat
mengestimasi beban
nodal
Diseksi Lesi diangkat dengan Memungkinkan reseksi lesi Teknik yang cukup sulit
submukosa injeksi submukosa secara en-blok Risiko perdarahan dan
endoskopik kemudian direseksi secara Memungkinkan penilaian perforasi lebih tinggi
en-blok dan dikirim untuk margin dan potensi invasi yang dibandingkan dengan
analisis histologis lebih akurat EMR
Kromoendoskopi Penggunaan agen Memungkinkan deteksi dan Variabilitas inter-
pewarnaan seperti asam monitoring lesi mukosa dini observer
asetat atau yodium Lugol
untuk menemukan area
mukosa yang abnormal
Gbr. 1 Gambaran umum untuk penentuan stadium kanker esofagus dini berdasarkan
kedalaman invasi. Displasia tingkat rendah dan tingkat tinggi terbatas pada epitel. Tumor T1a
dikelompokkan berdasarkan kedalaman invasi (m1-3). Tumor T1b menginvasi lapisan
submukosa dan dibagi lagi berdasarkan kedalaman invasi (sm1-3).
ENDOSCOPIC FEATURES
Fitur pada pemeriksaan endoskopi dapat membantu dalam proses seleksi pasien untuk EMR
dan ESD. Klasifikasi Paris (Gbr. 2) dikembangkan dari klasifikasi Jepang sebelumnya, dan
menggambarkan lesi sebagai lesi yang berprotrusi, terekskavasi, atau datar (tidak berprotrusi
atau terekskavasi). Klasifikasi ini mencakup tipe 0-I, yang menunjukkan bentuk yang elevasi
atau polipoid (pedunculated (Ip) dan sessile atau broad-based (Is)); tipe 0-II, datar atau
superfisial (IIa datar dan terelevasi, IIb benar-benar datar, dan IIc depresi secara superfisial);
dan tipe 0-III, yang mengindikasikan ekskavasi atau ulserasi. Lesi tipe III dan, pada tahap
tertentu, tipe IIc, kemungkinan berhubungan dengan pertumbuhan tumor yang lebih agresif,
dan lesi yang mengalami ulserasi biasanya mencerminkan kondisi yang lebih dalam yang
kurang sesuai untuk terapi endoskopi dikarenakan oleh alasan teknis dan juga karena
merupakan proksi dari stadium yang lebih rendah.
OAC
Di beberapa bagian dunia - khususnya Inggris, Prancis dan Jerman - kemoterapi sebelum dan
sesudah operasi merupakan pendekatan yang dominan sebelum uji coba CROSS, dan
kemudian perlahan-lahan mulai berubah.
Tabel 1. Laporan uji coba terkontrol acak (RCT) pada pasien dengan OAC, menekankan
kelangsungan hidup keseluruhan yang setara setelah kemoterapi saja atau rejimen
multimodal, meskipun dengan tingkat respons lengkap patologis (pCR) yang lebih tinggi dan
margin reseksi negatif (R0) dengan terapi multimodal
Kelangsungan Kelangsunga
hidup n hidup
Uji coba Perbandingan R0 pCR
keseluruhan keseluruhan
Kelompok A Kelompok B
POET Arm A: CF/w x 24% 5 years 40% 5 years, 79% versus 2% versus 12%
(n = 119) 14 versus P = 0.0055 88% (1/59 versus
Arm B: Same + 41/52 versus 7/60),
30 Gy+ CEt 43/49 P = 0.03
AUSTRALIA Arm A: CF/q21d 36% 5 years 45% 5 years 88% versus 0 versus 13%
N x2 versus 100% (0/36 versus
(n = 75) Arm B: Same + 29/33 versus 5/39),
35 Gy 33/33 P = 0.05
NEORES I Arm A: CF/q21d 49% 3 years 47% 3 years 74% versus 8% versus 24%
(n = 181) x 3 versus 87% 58/78 (7/91 versus
72% Adeno Arm B: Same + versus 68/78, 22/90),
40 Gy P = 0.042 P = 0.002
Gbr. 3 Uji coba penting yang sedang berlangsung untuk terapi perioperatif dan neoadjuvan
untuk adenokarsinoma esofagus. FLOT fluorourasil, leucovorin, oxaliplatin dan docetaxel,
CROSS paclitaxel, karboplatin dan fraksi 41,4 Gy/23, EOX epirubisin, oxaliplatin,
capecitabine, EC (O) F (X) epirubisin, cisplatin (atau oxaliplatin), fluorourasil (atau
capecitabine).
SCC
Meskipun sebagian besar uji coba pada kanker esofagus melibatkan pasien OAC dan SCC
secara bersamaan, namun tingkat pCR setelah kemoradioterapi neoadjuvant masing-masing
sebesar 49% dan 23% untuk SCC dan adenokarsinoma dalam uji coba CROSS menunjukkan
tingginya tingkat kepekaan SCC terhadap rejimen radiasi. Meskipun jumlah pasien SCC yang
diterapi cukup kecil (n = 41), namun tingkat respons dan kelangsungan hidup yang luar biasa
ini telah menjadi tolok ukur modern. Di sebuah pusat nasional dengan volume pasien yang
tinggi, terapi multimodal dikaitkan dengan tingkat kelangsungan hidup spesifik penyakit
selama 5 tahun sebesar 62% pada sebuah serial terhadap 75 pasien SCC. Sebuah RCT
internasional (NEOCRTE5010) terhadap 451 pasien dengan SCC menemukan tingkat
kelangsungan hidup median selama 100 bulan dibandingkan 66,5 bulan untuk terapi
multimodal, dengan tingkat pCR 43,2% (P = 0,025).
Pendekatan alternatif
Karena SCC lebih jarang terjadi pada pasien di Barat, sebuah RCT yang diajukan yang
menggunakan pembedahan sebagai komponen kontrol mengalami kesulitan untuk merekrut
pasien yang memenuhi syarat. Berdasarkan aplikasi pedoman, preferensi sentra, kesesuaian
atau preferensi pasien, beberapa pasien yang mengalami kekambuhan secara lokal mungkin
cocok untuk menjalani tindakan yang disebut esofagektomi salvage. Menariknya, dalam
sebuah studi populasi besar, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam median kelangsungan
hidup pasien yang menjalani kemoradioterapi neoadjuvant ditambah pembedahan
dibandingkan dengan pasien dengan kekambuhan lokal yang menjalani salvage
oesophagectomy (36 bulan versus 35,5 bulan, P = 0,8). Hasil perioperatif juga serupa, dengan
tidak ada perbedaan untuk mortalitas perioperatif. Hasil ini relatif lebih baik dibandingkan
dengan penelitian sebelumnya yang melaporkan angka mortalitas hingga 25% pada pasien
yang menjalani prosedur salvage. Terakhir, terapi sinar proton (PBT) kini muncul sebagai
alternatif yang menarik untuk rejimen terapi radiasi standar, meskipun data uji coba saat ini
masih kurang. PBT berpotensi mengurangi efek samping off-target dengan tetap
mempertahankan distribusi dosis ke tumor primer. Penelitian awal menunjukkan bahwa PBT
mungkin efektif pada OAC dan SCC.
TERAPI BERTARGET
Beberapa uji coba utama terkait terapi bertarget adalah TOGA, di mana trastuzumab, suatu
antibodi monoklonal yang menargetkan HER2, yang dikombinasikan dengan kemoterapi,
dapat meningkatkan luaran dibandingkan dengan kemoterapi saja pada pasien dengan tumor
HER2+; serta REGARD dan RAINBOW, di mana inhibitor reseptor vascular endothelial
growth factor (VEGF), ramucirumab, ditemukan bermanfaat sebagai agen tunggal atau
dikombinasikan dengan paclitaxel. PETRARCA melaporkan adanya peningkatan tingkat
kelangsungan hidup bebas penyakit dan kelangsungan hidup secara keseluruhan dengan
penambahan trastuzumab dan antibodi monoklonal penargetan HER2 lainnya, yaitu
pertuzumab, pada rejimen FLOT pada pasien dengan kanker esofagogastrik HER2+ yang
dapat direseksi pada uji coba fase II, dengan pCR yang luar biasa yaitu 35% untuk terapi
kombinasi.
IMUNOTERAPI
Terapi imun yang menargetkan 'immune checkpoint', seperti programmed cell death protein 1
(PD-1) dan ligan PD-L1, atau cytotoxic lymphocyte antigen 4 (CTLA-4), kini sangat banyak
digemari. Tingkat respons sebesar 10-15% pada terapi imun telah dilaporkan pada pasien
dengan kanker esofagus rekuren atau metastasis. Kemajuan dalam penggunaan inhibitor
immune checkpoint untuk kanker esofagus diperoleh dari hasil studi kombinasi pada lini
pertama. Dalam KEYNOTE-590, kombinasi antara inhibitor PD-1 pembrolizumab dengan
kemoterapi menunjukkan peningkatan kelangsungan hidup dibandingkan dengan kemoterapi
saja pada pasien dengan OAC atau SCC, terutama pada tumor dengan skor kombinasi positif
(CPS, berdasarkan jumlah sel positif PD-L1 dalam kaitannya dengan jumlah total sel tumor)
≥10. Dalam CHECKMATE-649, di mana pasien dengan kanker lambung dan OAC diacak
untuk menerima kemoterapi atau kemoterapi plus nivolumab, ditemukan adanya manfaat
kelangsungan hidup secara keseluruhan dengan penambahan inhibitor PD-1, terutama pada
pasien dengan CPS ≥ 5. Uji coba monoterapi penting lainnya, termasuk ATTRACTION-3,
merupakan penelitian internasional pada pasien dengan SCC stadium lanjut, yang
melaporkan peningkatan tingkat kelangsungan hidup dengan nivolumab dibandingkan
dengan kemoterapi pilihan peneliti pada lini kedua, sedangkan KEYNOTE 181 menunjukkan
manfaat pembrolizumab dibandingkan kemoterapi pada lini kedua untuk pasien dengan SCC
dan CPS ≥ 10, tetapi tidak untuk pasien dengan OAC. Menariknya, kombinasi
pembrolizumab dan trastuzumab dengan kemoterapi menghasilkan tingkat kelangsungan
hidup bebas perkembangan yang sangat baik pada pasien HER2+, dan sedang dievaluasi
dalam uji coba fase III secara acak. Biomarker optimal untuk respons terhadap inhibisi
immune checkpoint masih belum diketahui; selain overekspresi PD-L1, instabilitas
mikrosatelit (MSI), beban mutasi yang tinggi, dan defek pada perbaikan mismatch DNA juga
dapat memprediksi respons yang bertahan lama.
Table 2. Penelitian acak terkontrol (RCT) utama yang membandingkan esofagektomi invasif
minimal (MIO), pendekatan hibrida, dan esofagektomi invasif minimal berbantuan robot
(RAMIE) dengan bedah transthoracic terbuka
Uji coba Perbandingan Kelompok A Kelompok B p Komentar
MIRO Kelompok A: 64% komplikasi 36% komplikasi <0.001 Kecenderungan peningkatan
N = 207 open TTO mayor mayor kelangsungan hidup dengan
Kelompok B: 30% komplikasi 18% komplikasi pendekatan hibrida,
Hybrid 2 pulmonal pulmonal kelangsungan hidup 3 tahun 67%
resection hibrida berbanding 55% terbuka,
NS
TIME Kelompok A: 34% infeksi Infeksi 0.005 Kelangsungan hidup 3 tahun
N = 115 MIO pulmonal (pada pulmonal 9% 51,5% MIO versus 40,4%
Kelompok B: 30 hari) (pada 30 hari) terbuka (P = 0,02)
open TTO
ROBOT Kelompok A: 80% komplikasi 59% komplikasi 0.02 Berkurangnya kehilangan darah
N = 112 open TTO keseluruhan keseluruhan (P <0,001) dan komplikasi paru
Kelompok B: (P = 0,005), dan pemulihan
RAMIE fungsional yang lebih baik (P =
0,03) dengan RAMIE.
Kelangsungan hidup 5 tahun
41% RAMIE, 40% terbuka, NS
KESIMPULAN
Terlepas dari besarnya hambatan dalam menyembuhkan kanker, yang biasanya ditemukan
pada stadium lanjut dan disertai dengan fitur biologis yang merugikan sehingga menimbulkan
resistensi terhadap terapi standar, namun terdapat sejumlah perkembangan yang signifikan
yang telah dicapai terkait pendekatan kuratif terhadap kanker esofagus. Meningkatnya jumlah
RCT yang hampir selesai, serta kemajuan dalam endoterapi, penentuan stadium,
pembedahan, dan analisis ilmiah tingkat tinggi, serta peningkatan pemahaman tentang
genomik dan lingkungan mikro tumor, semakin memberikan harapan terkait penemuan baru
yang lebih lanjut dan peningkatan tingkat kesembuhan. Metode pendekatan kuratif untuk
kanker esofagus local stadium lanjut kemungkinan besar akan berubah dalam waktu yang
dekat. Informasi mengenai status HER2, ekspresi PD-L1, MSI, dan beban mutasi secara
keseluruhan - yang saat ini merupakan bagian dari algoritme penyakit metastasis -
kemungkinan besar akan semakin mendukung untuk menyertakan metode terapi bertarget
dalam rencana terapi, dan dapat membantu dalam menentukan respons terhadap terapi.
Namun demikian, masih terdapat beberapa kendala, yaitu sedikitnya mutasi pada kanker
esofagus yang dapat ditargetkan, dan frekuensi mutasi yang tinggi pada tumor heterogen.
Faktor biaya juga menjadi masalah, seperti halnya sekuensing high-throughput yang efisien
dan terjangkau dengan aplikasi klinis yang jelas, baik dalam stratifikasi prognosis maupun
dalam penyesuaian terapi. Selain itu, penentuan biomarker juga diperlukan dan, dalam
konteks ini, DNA tumor yang bersirkulasi juga telah menunjukkan beberapa potensi yang
menjanjikan. Seiring dengan berkembangnya teknologi dan teknik dalam EET dan Teknik
pembedahan, termasuk potensi peningkatan penggunaan kecerdasan artifisial, akan ada
tantangan yang signifikan dalam memperkenalkan teknologi ini. Selain implikasi biaya yang
signifikan, diperlukan akses yang merata terhadap teknik-teknik baru tersebut untuk
memastikan semua pasien mendapatkan manfaat yang setara. Tinjauan ini, yang ditulis
berdasarkan sudut pandang ahli bedah dan ahli onkologi akademis, meskipun difokuskan
pada lima tema utama, juga membahas perkembangan penting dalam bidang kedokteran dan
ilmu pengetahuan, serta berbagai harapan baru yang semakin meningkatkan optimisme.