Blok Neuropsychiatry
Oleh :
Airi Firdausia Kudsi
1218011006
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
Secara
histologis,
schwannoma
terbentuk atas sel berbentuk spindle dengan
ekstensi sitoplasma yang saling bertaut,
terlihat pada mikroskop cahaya dan electron.
Dua subtype histologic telah ditentukan : (1)
Antoni tipe A dengan sel spindle yang
tersusun padat (badan Verocay), (2) dan
Antoni tipe B dengan sel spindle yang
tersusun longgar (tidak adanya badan
Verocay) pada stroma miksoid. Studi
imunohistokimia
dibutuhkan
untuk
membedakan antara kedua tipe berbeda.
Desmin dan aktin yang positif menandakan
lesi otot polos seperti leiomyoma atau
leiomiosarkoma, sedangkan CD34 dan
CD117
menandakan
adanya
GIST.
Spesimen S199 menandakan schwannoma.
Pada kasus kami, pemeriksaan patologis lesi
menandakan adanya sel spindle, dan positif
untuk S100, dan negative untuk CD117,
CD34, dan aktin/desmin, mengonfirmasikan
diagnosis schwannoma.
Walaupun jinak, tatalaksana definitive
schwannoma gastrointestinal pada pasien
adalah eksisi dengan batas tegas, dimana
seringkali sulit untuk memebdakan tumor ini
dengan tumor mesenkim lain, yang bersifat
malignan atau punya potensi maligna. Selain
itu, respon terhadap kemoterapi dan
radioterapi masih belum pasti. Pendekatan
operatif bergantung pada lokasi dan ukuran
tumor. Lesi biasanya berkapsul dan tak
memiliki sifat ganas agresif, dapat diterima
modalitas invasive minimal, dimana
biasanya digunakan teknik operasi terbuka.
Hal ini termasuk microsurgery endoskopi
transanal (TEM), dimana eksisi local
berhasil dilakukan melalui peregang rektal
dengan atau tanpa penggunaan skapel
ultrasonic. TEM tidak ditawarkan pada
pasien kasus 1 karena adanya kecurigaan
metastasis limfatik pada MRI. Kami juga
tidak melakukan reseksi laparoskopi pada
Kesimpulannya,
schwannoma
gastrointestinal adalah tumor jinak langka
pada traktus gastrointestinal yang biasanya
asimtomati. Diagnosis preoperative sulit
dilakukan, dan tatalaksana definitive
melibatkan reseksi operatif dengan batas
tegas. Hasil setelah operasi sangat baik
dimana lesi secara umum tetap bersifat
jinak.
Laporan Kasus
Astrositoma Pilomiksoid yang memiliki presentasi sindrom diensepalik
Kami melaporkan kasus anak dengan sindrom diensepalik. Saat
pemeriksaan diagnostik, ditemukan tumor hipotalamus suprasellar.
Pemeriksaan histopatologis tumor menunjukan bahwa hal itu adalah
astrositoma pilomiksoid, tumor grade II WHO, sebelumnya dianggap
termasuk spectrum astrositoma pilositik grade I WHO. Namun karena ciri
histopatologisnya, maka di segregasi dari astrositoma pilositik. Dalam
kasus ini, kami mendiskusikan ciri sitologis dan histopatologis dari tumor
ini dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran ahli histopatologi
terhadap tumor ini, untuk menerangkan pentingnya diferensiasi ini dari
astrositoma pilositik dari segi sifat yang berbeda, treatment dan prognosis
yang berbeda dan harus termasuk sebaai diagnosis banding sindrom
diensepalik
Kata kunci : sindrom dienspalik, astrositoma pilositik, tumor hipotalamus
suprasellar, astrositoma pilositik
Pendahuluan
Astrositoma
pilomiksoid
(PMA)
adalah tumor otak anak yang langka.
Awalnya dipertimbang sebagai varian dari
astrositoma pilositik. Namun kemudian
disadari bahwa dengan banyaknya kesamaan
dan overlap, PMA berbeda dari pilositik
astrositoma dari morfologi dan sikapnya.
PMA
memiliki
tampilan
istologis
monomorf, dan latar miksoid, penyakit
dengan perjalanan yang lebih agresif dan
rekurensi yang lebih sering dan tingkat
diseminasi SSP lebih dari astrositoma
pilositik (PA). kemudian diketahui bahwa
perbedaan tumor pada klasifikasi WHO
edisi 2007 pada tumor SSP dan astrositoma
grade II (dalam sistem grading empat
tingkat), sehingga segregasi dari PA grade I.
Pada kasus ini, fitur sitologis (apusan
intraoperative) dan histopatologis (potongan
beku dan permanen) dibahas. Sehingga pada
satu sisi, ahli histopatologis harus lebih
sadar dan menegekkan diagnosis yang lebih
tepat mengingat bahwa PA dan PMA adalah
dua wujud yang berbeda dengan sikap yang
berbeda, spesialis anak arus sadar akan
kesatuan ini dan meliputi dalam diagnosis
banding sindrom diensepalik
Laporan kasus
Kami melaporkan kasus anak laki-laki
18 bulan dibawa ke klinik pediatric karena
gerak mata abnormal bilateral, gagal tumbuh
dan tertundanya perkembangan. Menurut
sang ibu, anak mulai memiliki gerak mata
anan abnormal pada umur 6 bulan, diikuti 2
minggu kemudian dengan gerakan yang
serupa di mata kontralatera. Hal ini
berhubungan dengan muntah, penurunan
nafsu makan, dan penurunan berat badan
yang secara bertahap membaik dengan obat
simtomatik. Riwayat kelahiran pasien sangat
lahir
kg
tanpa
PA,
Sindrom
diensepalik
pertama
dijabarkan oleh RUssel pada tahun 1951
yang ditandai oleh pengurusan badan parah,
pertumbuh linear, nistagmus dan muntah,
jarang namun berpotensi letal pada anak
anak dan dapat terjadi dengan atau tanpa
tumor hipotalamus atau kiasma. Tumor
biasanya
berpredileksi
di
daerah
hipotalamus/kiasma (menyebabkan sindrom
diensepalik)
termasuk
PA,
PMA,
gangliositoma,
xanthoastrocytoma
pleomorfik, astroblastoma, disembrioplastik
neuroepitel tumor dan tumor plekus koroid.