Anda di halaman 1dari 8

Ikatan Dai Indonesia (IKADI)

Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta


Jalan Tasuro 42 Maguwoharjo Sleman DIY

MEMAKNAI SHALAT GERHANA MATAHARI


Oleh: Ust. Achmad Dahlan, Lc., MA.
(Wakil Ketua Ikadi DIY)

َ َ
‫ وأظهس شيئا ّمً قدزّج ّه‬،ًً‫ ال ّري أزطل آً ّاج ّه ّعبرة ّللمعخ ّب ّر‬،‫لِل ال ـم ّل ّك الح ّق ال ـم ّبين‬
ّ ّ ‫الحمد‬
َ َ ‫ مالك‬،‫ فظبداهه مً زب عظيم‬.ًً‫هداًت للمهخد‬
‫اب‬ّ ‫ ومج ّسي السح‬،ًٍ‫ض ّبغي ّر ق ّس‬ ّ ‫اث وْاز‬
ّ ‫الظمى‬ ّ ّ ّ ّ ّ ّ ّ
.‫السٍ ّاح ّبغي ّر م ّعين‬
ّ ‫و‬
َ
‫ وأشهد أ َن مدمدا عبده‬،ًٍ‫وأشهد أن ل ّإله ّإل للا وخده ل ش ّسٍك له ّإله ْا َو ّلين ولا ّخ ّس‬
َ َ
‫ صلى للا علي ّه وعلى ّآل ّه وأصح ّاب ّه والخ ّاب ّعين لهم ّب ّئخظان ّإلى‬،‫وزطىله ال ـمبعىث زخمت ّللعال ـ ّـمين‬
.ًً‫الد‬
ّ ‫ًى ّم‬
َ َ َ
َ ‫الليل و‬
‫ع ول ّللقم ّس‬
ّ ‫م‬‫لش‬ ‫ل‬ّ ‫وا‬ ‫د‬ ‫ج‬ ‫س‬ ‫ح‬ ‫ل‬ ‫س‬‫م‬‫ق‬ ‫ال‬‫و‬ ‫ع‬‫م‬‫الش‬‫و‬ ‫از‬ ‫ه‬‫الن‬ ‫ "و ّمً آً ّاج ّه‬:‫فقد قال ع َص وج َل‬
َ َ
".‫لِل ال ّري خلقه ًَ ّإن كىخم ّإ ًَاه حعبدون‬ ّ ّ ‫واسجدوا‬

Jama’ah shalat kusuf yang dirahmati Allah subhanahu wataala…

Pada hari ini, pada detik ini, kita berkumpul di tempat yang mulia dan dimuliakan

Allah ini, dengan hati yang penuh keikhlasan, dengan jiwa yang penuh pengharapan, dan

dengan semangat yang membuncah di dalam dada kita, hanya untuk mengagungkan

kebesaran Allah subhanahu wataala, serta menyaksikan salah satu dari tanda kekuasaan

dan keagungan-Nya.

Kita disini merasakan kebahagiaan yang tiada tara, karena Allah membukakan hati

kita untuk melaksanakan salah satu dari sunnah Rasul-Nya, untuk menjadi bagian dari

jutaan umat Islam lain yang ingin menjadikan momen yang jarang terjadi ini, dalam

rangka taqarrub ilallah, mendekatkan diri kepada Allah subhanahu watala. Sungguh kita

1
berharap, semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang disebut-

Nya dalam Surat Ali Imran, dalam firman-Nya:

،‫ض‬ ‫ز‬‫ْا‬‫و‬ ‫اث‬‫او‬ ‫م‬ َ ‫ وٍخف َكسون في خلق‬،‫َالرًً ًركسون ََّللا قياما وقعىدا وعلى جىىبهم‬
‫الظ‬
ّ ّ ّ ّ ّّ ّ ّ
َ َ
‫ طبداهك ف ّقىا عراب الى ّاز‬،‫اطل‬
ّ ‫زبىا ما خلقت هرا ب‬
“Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka.” (Q.S Ali Imran: 191)

Jama’ah shalat kusuf yang dirahmati Allah…

Gerhana matahari adalah ayat kauniyyah untuk menunjukkan kebesaran Allah. Dan

dalam setiap ayat yang Allah turunkan, -baik itu ayat qur’aniyyah yang berupa untaian

kata yang kita baca dalam al-Qur’an, maupun ayat kauniyyah yang kita saksikan dalam

keindahan alam-, Allah menginginkan kita mentadabburinya dan mengambil ibrah serta

pelajaran. Maka apakah kiranya ibrah dari peristiwa gerhana matahari ini?

Yang pertama; Allah ingin menunjukkan keagungan serta kekuasaan-Nya yang

tidak terbatas. Bayangkanlah bahwa matahari, bulan, bumi dan benda-benda langit yang

berjumlah miliaran, semuanya ada dalam genggamannya. Semua ada dalam keteraturan

yang ia ciptakan. Dan lebih dari semua itu, semuanya tunduk, bersujud, dan memuji

nama-Nya yang mulia. Allah berfirman:

َ ‫وما قدزوا ََّللا خ َق قدزه وْازض جميعا قبضخه ًىم القيامت و‬


‫الظماواث مط ّى ٍَاث ّبي ّمي ّى ّه طبداهه‬ ّ ّ ّ ّّ
‫وحعالى ع َما ٌش ّسكىن‬
“Dan manusia tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal
bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat, dan langit digulung dengan tangan
kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.(Q.S az-
Zumar: 67)

Allah juga berfirman:

2
ُّ َ َ ‫ألم جس أ َن ََّللا ٌسجد له مً في‬
‫ض والشمع والقمس والىجىم وال ّجبال‬
ّ ‫اث ومً ّفي ْاز‬
ّ ‫الظماو‬ ّ
َ ُّ َ َ
‫اض‬ّ ‫والشجس والدواب وك ّثير ّمً الى‬
“Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di
bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan
sebagian besar daripada manusia?...”(Q.S al-Hajj: 18).

Dengan melihat peristiwa gerhana matahari, kita semakin menyadari betapa

banyak manusia yang sombong dan ingkar. Juga betapa kecil dan hinanya mereka. Jika

benda-benda langit yang besarnya tidak bisa digambarkan dengan kata-kata, semuanya

tunduk dan bersujud kepada Allah Sang Maha Pencipta, lalu mengapakah manusia yang

diciptakan dari setetes nuthfah begitu angkuh dan juwama, sehingga melalaikan shalat

dan ibadah-ibadah lainnya dengan tanpa rasa berdosa? Bukankah ibadah adalah wujud

penghambaan manusia kepada Tuhan yang tidak pernah putus mengkaruniakan

kenikmatan kepadanya?

Yang kedua; Allah ingin melihat manakah hamba yang taat dengan mengikuti

sunnah Rasul, dan manakah hamba yang hanya mencari kesenangan dan kepuasan

hatinya. Jika pada hari ini kita melaksanakan sunnah-sunnah yang diajarkan oleh

Rasullah, berarti kita adalah pengikut Nabi yang sebenarnya. Namun jika dalam peristiwa

ini kita hanya sibuk mencari sudut yang paling ideal untuk bisa melihat gerhana

matahari, berarti kita hanya ingin mencari kepuasan diri.

Dan ketahuilah, bahwa diantara syarat utama untuk bisa masuk surga adalah taat

dan mengikuti sunnah-sunnah Nabi. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

َ َ َ َ
ّ ‫ ًا زطىل‬:‫ قالىا‬.‫ك ُّل أم ّتي ًدخلىن الجىت ّإل مً أبى‬
‫ مً أطاع ّني دخل‬:‫ ومً ًأبى؟ قال‬،‫َّللا‬
َ
.‫ ومً عص ّاوي فقد أبى‬،‫الجىت‬
“Semua umatku akan masuk surga kecuali orang yang enggan.” Para shahabat bertanya:

“Siapakah wahai Rasulullah orang yang enggan masuk surga?” Rasulullah menjawab: “Orang

yang taat kepadaku akan masuk surga, sedangkan orang yang tidak taat kepadaku berarti ia enggan

masuk surga.” (H.R. al-Bukhari)

3
Maka hendaknya kita selalu bertanya kepada diri kita, dalam setiap kejadian yang

dan peristiwa, apakah kiranya sunnah yang Rasulullah ajarkan dalam kondisi tersebut?

Apakah sikap dan perilaku yang kita ambil, sudah sesuai dengan petunjuk Nabi

Muhammad shallallahu alaihi wasallam? Dan adakah kiranya kita akan dipertemukan

dengan Baginda Rasulullah di akhirat sana, dan berjalan di dalam rombongannya untuk

masuk surga Allah subhanahu wataala karena kita menghidupkan sunnah-sunnahnya,

ataukah kita berada di rombongan orang-orang yang ingkar dan dijauhkan dari

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam?

Dengan ibadah shalah gerhana yang kita lakukan ini, kita berdoa semoga Allah

mengumpulkan kita bersama Baginda Nabi Muhammad, para shahabat, dan orang-orang

yang menghidupkan sunnah-sunnahnya. Rasulullah bersabda:

َ َ
‫ومً أخيا طى ّتي فقد أخ َب ّني ومً أخ َب ّني كان م ّعي ّفي الجى ّت‬
“Barang siapa menghidupkan sunnahku, berarti ia mencintaiku. Dan barang siapa

mencintaiku, maka ia akan bersamaku di surga.” (H.R at-Tirmidzi)

Jama’ah shalat kusuf yang dirahmati Allah…

Pelajaran yang ketiga yang bisa kita ambil dari peristiwa gerhana matahari ini

adalah: menambah kecintaan kita kepada Allah. Dengan melaksanakan shalat gerhana ini,

Insyallah pada hari ini kita semakin cinta kepada Allah. Cinta yang dilandasi rasa

kekaguman atas kekuasaan-Nya yang tak terbatas. Atas keteraturan alam yang Ia ciptakan

tanpa cacat dan cela. Cinta yang dilandasi ketakutan kepada Dzat Maha Agung, yang

mampu menimpakan bencana kepada siapa saja yang ingkar dalam sekejap mata. Cinta

yang dilandasi keinginan untuk menjadi hamba yang selalu dilihat berada bersama orang-

orang yang bersegera melakukan kebaikan, yang menjadikan setiap detik kehidupannya

sebagai aktifitas ibadah kepada Allah subhanahu wataala. Dalam setiap lembar kehidupan

yang kita lalui dan dalam setiap peristiwa besar yang kita kagumi. Karena kita telah

mengikrarkan dengan sepenuh keyakinan, bahwa shalat kita, ibadah kita, hidup dan mati

kita, semuanya kita persembahkan untuk Allah subhahanahu wataala:

4
‫ ل ش ّسٍك له و ّبر ّلك أ ّمسث و أها أ َول‬ ‫اَلين‬ َ َ
ّ ‫لِل ز ّب الع‬
ّ ّ ‫قل ّإن صل ّحي ووظ ّكي ومدياي ومم ّاحي‬
‫اَلظ ّل ّمين‬
“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. an-An’am: 162).

Alangkah indahnya perasaan cinta kepada Dzat Maha Mencintai atau al-Wadud.

Cinta kepada Allah adalah seagung-agungnya cinta. Dan orang yang belum merasakan

mencintai Allah dengan sebenarnya, maka berarti ia belum merasakan manisnya

keimanan. Rasulullah bersabda:

‫ وأن ً ّد َب‬،‫ أن ًكىن ََّللا وزطىله أخ َب ّإلي ّه ّم َما ّطىاهما‬،‫جلث مً ك ًَ ّف ّيه وجد خلوة ّْلاًم ّان‬
َ
‫ وأن ًكسه أن ٌعىد ّفي الكف ّس كما ًكسه أن ًقرف ّفي الى ّاز‬،‫لِل‬ َ َ ُّ
ّ ّ ‫اَلسء ل ً ّدبه ّإل‬
“Tiga hal yang apabila terdapat dalam diri seorang mukmin, maka ia telah merasakan
manisnya keimanan. Yang pertama: mencintai Allah dan Rasulnya lebih dari cintanya kepada
segala hal selain keduanya. Yang kedua: mencintai seseorang hanya karena Allah subhanahu
watala. Dan yang ketiga: ia membenci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci untuk
dilemparkan ke dalam neraka.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim).

Yang keempat; Untuk menguji manusia, apakah diantara mereka masih ada yang

menimbun sisa-sisa ke-jahiliyyah-an dalam hatinya, sehingga mempercayai hal-hal yang

mistis dan mengaitkannya dengan gerhana matahari. Jauh-jauh hari Rasulullah sudah

mengingatkan kepada kita, bahwa gerhana matahari tidak terjadi karena kematian atau

kelahiran orang yang agung. Gerhana adalah murni tanda kekuasaan Allah untuk

menakut-nakuti hamba-Nya. Maka tidak sepantasnya, sebuah peristiwa yang Allah

jadikan sebagai bukti keagungan-Nya, justru kita kaitkan dengan kekuatan-kekuatan

mistik yang tidak jelas dasar logika dan penalarannya.

Dahulu beberapa orang shahabatpun pernah melakukan kesalahan tersebut. Ketika

putra Nabi Muhammad yang bernama Ibrahim meninggal di usia 18 bulan, dan

berbarengan dengan peristiwa gerhana matahari, sebagian kaum muslimin menyangka

bahwa gerhana matahari terjadi karena meninggalnya putra Nabi tersebut. Rasulullahpun

segera berkhutbah dan menjelaskan bahwa kepercayaan itu tidak benar. Rasulullah

bersabda:

5
ُّ َ
‫ ف ّئذا زأًخم فصلىا وادعىا ََّللا‬،‫ّإ َن الشمع والقمس ل ًىك ّظف ّان َّلى ّث أخد ول ّلحي ّاج ّه‬
“Sesungguhnya gerhana matahari dan bulan tidak terjadi karena kematian atau lahirnya
seseorang. Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka shalat dan berdo’alah” (HR. Bukhari).

Dalam sebagian masyarakat kita juga pasti terdapat berbagai kepercayaan-

kepercayaan mistis yang dihubung-hubungkan dengan gerhana matahari. Maka marilah

kita kikis habis semua kepercayaan thakayyul dan khurafat yang tidak ada dasarnya dalam

agama Islam. Mari kita bebaskan pemikiran kaum muslimin dari residu peradaban

lampau yang sudah tidak sesuai dengan zaman kekinian. Sudah bukan zamannya lagi

kita percaya kepada hal-hal mistis yang merusak pikiran dan melemahkan hati. Sumber

kekuatan kita adalah Allah dan hanya Allahlah yang mampu menguatkan kita.
َ َ َ َ
ّ ّ ‫أًبخغىن ّعىدهم ال ّعصة ف ّئن ال ّعصة‬
‫لِل ج ّميعا‬
“Apakah mereka mencari kekuatan dari mereka? Sesungguhnya semua kekuatan hanyalah
kepunyaan Allah semata.”(Q.S. an-Nisa: 139)

Jama’ah shalat kusuf yang dirahmati Allah…

Hal yang terakhir yang bisa kita ambil pelajaran dari peristiwa gerhana ini adalah:

menjadikannya sebagai momentum untuk bertaubat dan meminta ampun sebanyak-

banyaknya kepada Allah.

Kita adalah makhluk yang selalu berbuat salah dan melakukan dosa. Sudah tidak

terhitung dosa yang kita lakukan. Seandainya dosa itu berbau busuk, pastilah tidak ada

satu orangpun yang mau mendekati kita, begitu ungkapan salah seorang ulama salaf.

Maka solusi dari dosa yang kita lakukan adalah melakukan taubat dan meminta ampun

kepada Allah.

Rasulullah telah menegaskan bahwa moment gerhana matahari adalah saat yang

tepat untuk berdoa kepada Allah. Maka ia menyuruh kita untuk memperbanyak dzikir

dan doa. Rasulullah bersabda:

6
َ
‫ ول ّك ًَ ََّللا ًس ّطلها ًخ ّىف ّبها‬،‫اث ال ّتى ًس ّطل ََّللا ل جكىن َّلى ّث أخد ول ّلحي ّاج ّه‬ َ
ّ ً‫ّإن ه ّر ّه لا‬
‫ ف ّئذا زأًخم ّمنها شيئا فافصعىا ّإلى ّذك ّس ّه ودع ّائ ّه واط ّخغفا ّز ّه‬،‫ّعباده‬
”Sesungguhnya tanda-tanda kekuasaan Allah yang ditunjukkan-Nya ini bukanlah karena
kematian atau kelahiran seseorang. Akan tetapi Allah menjadikan demikian untuk menakuti
hamba-hamba-Nya. Jika kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk
berdzikir, berdo’a dan memohon ampun kepada Allah.” (HR. Muslim).

Dan tidak mungkin Rasulullah menyuruh melakukan sesuatu tanpa alasan. Maka

ini menunjukkan bahwa berdoa pada waktu gerhana akan di-ijabah oleh Allah subhanahu

wataala jika dilakukan dengan melaksanakan syarat-syaratnya.

Maka, marilah kita menengadahkan tangan kepada Allah. Bersamaan dengan

peristiwa alam yang jarang terjadi ini, mari kita merendahkan diri di depan Allah

subhanahu wataala. Memohon seluas-luasnya ampunan untuk semua dosa kita. Berharap

bahwa shalat gerhana yang kita lakukan ini diterima-Nya. Dan meminta agar kita selalu

diberikan taufik dan hidayah agar selalu menjadi hamba-Nya yang taat, ikhlas, dan

berguna untuk agama-Nya.

ُّ َ َ ُّ َ ‫﴿إ َن‬
﴾‫َّللا ومل ّئكخه ًصلىن على الى ّب ّي ًا أ ُّيها ال ّرًً آمىىا صلىا علي ّه وط ّلمىا حظ ّليما‬ ّ
َ ُّ َ َ َ
‫ ًا زبىا لك‬،‫ خمدا ًى ّافى ّوعمه وٍك ّافئ م ّصٍده‬،‫اع ّمين‬ ّ ‫ خمد الى‬،ًٍ‫لِل خمد الش ّاك ّس‬ ّ ّ ‫الحمد‬
.‫الحمد كما ًيب ّغي ّلجل ّلك الك ّسٍ ّم وع ّظي ّم طلط ّاهك‬
َ َ َ
‫الله َم ص ّل على مد َمد وعلى ّآل مد َمد كما صليت على ّإبس ّاهيم وعلى ّآل ّإبس ّاهيم إهك خ ّميد‬
َ ً‫ وع‬،‫ أبي بكس وعمس وعثمان وعلي‬،ًً‫الساشد‬ َ ‫الله َم عً الـخلف ّاء‬ َ
‫الصحاب ّت‬ ّ ّ ّ ّ ّ ّ ‫ وازض‬،‫م ّـجيد‬
َ
. ‫ وعىا معهم ّبمىّـك وك ّس ّمك ًا أكسم ْاكس ّمين‬،‫أجمعين‬
َ َ َ
‫ ّإهك ط ّميع‬،‫اث‬ ّ ‫ى‬ ‫م‬ ‫ْا‬ ‫و‬ ‫م‬‫ه‬‫ن‬ ‫م‬ ‫اء‬
ّ ّ ‫ي‬ ‫خ‬‫ْا‬ ،‫اث‬
ّ ّ ‫ى‬ ‫م‬‫ؤ‬‫اَل‬‫و‬ ‫ن‬ ‫ي‬‫ى‬ ‫م‬
ّّ ‫ؤ‬ ‫اَل‬ ‫و‬ ، ‫اث‬ ‫م‬
ّ ّ‫ل‬ ‫ظ‬ ‫اَل‬ ‫و‬ ‫ن‬ ‫ي‬‫م‬ ‫ل‬ ‫ظ‬
ّّ ّ ّ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫س‬ ‫ف‬ ‫اغ‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫ال‬
.‫اث‬ َ
ّ ‫اض ي الحاج‬ ّ ‫ وٍا ق‬،‫اث‬ ّ ‫ق ّسٍب م ّجيب الدعى‬
ًٍ‫ وج ّبت أقدامىا و اهصسها على القى ّم الكا ّف ّس‬،‫زَبىا اغ ّفس لىا ذهىبىا و ّإطس افىا ّفي أم ّسها‬
َ َ َ َ
ً‫ ول خاجت ّم‬،‫ ول دًىا ّإل قضيخه‬،‫ ول ه ًّما ّإل ف َسجخه‬،‫الله َم ل جدع لىا ذهبا ّإل غفسجه‬
.‫اخ ّمين‬ َ ‫الدهيا ولا ّخس ّة إ َل قضيتها ًا أزخم‬
ّ ‫الس‬
ُّ ‫خى ائج‬
ّ ّّ

7
‫ًّ َ‬ ‫َ‬
‫زَبىا اغ ّفس لىا و ّإلخى ا ّهىا ال ّرًً طبقىها ّبا ّإلًم ّان‪ ،‬ول ججعل ّفي قلى ّبىا ّغل ّلل ّرًً ءامىىا زَبىا‬
‫َ‬
‫ّإهك زءوف َز ّخيم‪.‬‬
‫اط ّسًٍ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫زبىا ظلمىا أهفظىا و ّإن لم حغ ّفسلىا وجسخمىا لىكىهً ّمً الخ ّ‬
‫َ‬
‫الله َ‬ ‫َ‬
‫الله َ‬
‫ىب‪ ،‬ص ّسف قلىبىا‬ ‫ّ‬ ‫ل‬ ‫ق‬ ‫ال‬ ‫ف‬‫س‬‫ّ‬ ‫ص‬ ‫م‬ ‫ا‬‫ً‬ ‫م‬ ‫ك‪،‬‬ ‫ى‬
‫ّ‬ ‫ً‬‫د‬‫ّ‬ ‫ى‬‫ل‬‫ع‬ ‫ا‬‫ى‬ ‫ىب‬ ‫ل‬ ‫ق‬ ‫ف‬‫س‬‫ّ‬ ‫ص‬ ‫‪،‬‬ ‫ىب‬
‫ّ‬ ‫ل‬ ‫ق‬ ‫ال‬ ‫ف‬ ‫س‬ ‫ّ‬ ‫ص‬ ‫م‬ ‫ا‬‫ً‬ ‫م‬
‫على طاع ّخك‬
‫َ‬
‫الخ َىاب َ‬ ‫َ‬ ‫زَبىا جق َبل م َىا إ َهك أهت َ‬
‫الس ّخيم‬ ‫الظ ّميع الع ّليم وجب عليىا ّإهك أهت‬ ‫ّ ّ‬
‫َ‬
‫اجىا وذ ّزٍَا ّجىا ق َسة أعين واجعلىا ّللمخ ّقين ّإماما‬ ‫زبىا هب لىا ّمً أشو ّ‬
‫َ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُّ‬ ‫َ‬
‫اَلين‪،‬‬
‫لِل ز ّب الع ّ‬ ‫زبىا ّآجىا ّفي الدهيا خظىت و ّفي لا ّخس ّة خظىت و ّقىا عراب الى ّاز‪ .‬والحمد ّ ّ‬
‫اَلين‪.‬‬ ‫َ‬
‫لِل ز ّب الع ّ‬
‫آخسدعى اها أ ّن الحمد ّ ّ‬ ‫و ّ‬

‫‪8‬‬

Anda mungkin juga menyukai