BERHARGA
NAMA : AHMAD LUTFI SAHAL
NIM : 2015200059
KELAS : F (18.30 – 20.00)
TUGAS : ME – RESUME BAB 1-4 BUKU HUKUM PERBANKAN NASIONAL
INDONESIA.
A. SISTEM KEUANGAN
Sistem keuangan terdari dari dua kata, yaitu “sistem” da “keuangan”. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, sistm adalah perangkat unsur yang secara terstruktu saling berkaitan
sehingga membentuk suatu totalitas, sedangkan keuangan diartikan sebagai seluk-beluk uang
atau urusan uang. Menurut Dr. Insukindro, M.A., dalam bukunya, Ekomoni Uang dan Bank,
sitem keuangan (financial system) pada umumnya merupakan satu keatuan sistem yang
dibentuk dari semua lembanga keuangan yang ada dan yang kegiatan utamanya di bidang
keuangan adalah menarik dana dari dan menyalurkan kepada masyarakat.
Untuk mewujudukan sitem keuangan yang sehat dan efisien tentu bukanlah suatu
permasalahan yang mudah diwujudkan karena banyaknya yang harus dipenuhi. Prof. Dr.
Anwar Nasution, S.E., mengemukakan bahwa untuk menciptakan kondisi sektor keuangan
yang sehat dan stabil diperlukan beberapa prasyarat, sebagai berikut:
Pertama, lembaga keuangan yang sehat.
Pentingnya kesehatan lembaga keuangan, khususnya perbankan, dalam penciptaan
sistem keuangan yang sehat mempunyai beberapa alasan, antara lain:
1. Keunikan karakteristik perbankan yang rentan terhadap serbuan masyarakat yang
menarik dana secara besar-besaran (bank runs) sehingga berpotensi merugikan
deposan dan kreditur bank.
2. Penyebaran kerugian diantara bank-bank sangat cepat dilalui contagion effect
sehingga berpotensi menimnulkan system problem.
3. Proses penyelsaian bank-bank bermasalah mebutuhkan dana dengan jumlah yang
tiddak sedikit.
4. Hilangkanya kepercayaan masyarakat terhadapa perbankan sebagai lembaga
intermediasi akan menimbulkan tekanan-tekanan dalam sektor keuangan (finacial
disstress).
5. Ketidakstabilan sektor keuangan akan berdampak pada kondisi makroekonomi,
khususnya dikaitkan dengan tidak efektifnya transmisi kebijakan moneter.
Kedua, pasa keuangan yang stabil.
Kondisi pasar keuangan yang stabil dapat membangun keyakinan para pelaku pasar
untuk bertransaksi secara aktif, mendorong terbenetuknya tingkat harga pasar yang wajar,
mencerminkan kekuatan fundamental, serta memungkinkan para pelaku pasar mengukur dan
mengelola risiko-risiko pasar atas dasar informasi-informasi yang tersedia (full disclosures).
Ketiga, lembaga pengatuan dan pengawasan yang kompeten.
Lembaga-lembaga penyangga yang berwenang melakukan fungsi pengaturan dan
pengawasan sektor keuangan, moneter fiskal mampu memformulasikan, dan mencoba
menerapkan kebijakan yang:
a. Konsisten, intergrated, forward looking, dan cost effective.
b. Bisa mempertahankan tingkat kompetisi yang sehat.
c. Dapat mendukung inovasi pasar uang
Untuk mewujudkan pelaksanakan kebijajakan tersebut dibutuhkan adanya kolaborasi
yang erat antara pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadapat sektor keuangan, moneter,
dan fiskal tersebut. Seperti sistem moneter dan lembaga keuangan bukan bank.
1. Bank
Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang perseorangan,
badan usaha swasta, badan usaha milik negara bahkan lembaga pemerintahan
menyimpan dana-dana yang dimilikinya.
2. Asuransi
Usaha perasuransian adalah lembaga keuangan buan bank yang telah maki
berkembang seiring dengan adanya kesadaran dari masyarakat, terutama masyarakat
di perkotaan akan pentingnya hakikat dari asuransi tersebut dalam mengantisipasi
timbulnya kerugian, kerusakan barang yang dimilikinya, atau kehilangan keuntungan
dari suatu kegiatan usaha yang dijalankannya.
3. Lemabaga Pembiayaan
Di Indonesia, lembaga pembiayaan ini diatur dalam Keputusan Presiden No. 62
Tahun 1988. Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
usaha pembiayaan dalam bentuk penyedia dana atau barang modal.
4. Pegadaian
Pegadaian adalah suatu lembaga keuangan bukan bank yang memberikan kredit
kepada masyarakat dengan corak khusus yang telah dikenal di Indonesia sejak tahun
1901.
5. Dana Pensiun
Dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang
menjadikan manfaat pensiun bagi pesertanya.
B. SISTEM PERBANKAN
Sistem perbankan di Indonesia tentu segala sesuatunya dapat dilihat dalam Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana tellah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998.
1. Asas, Fungsi, dan tujuan Perbankan
Mengenai asa perbankan yang dianut di Indoensia dapat kita ketahui dari ketentuan
Pasal 2 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan bahwa, “Perbankan di
Indonesia dalam melakukan usahanya berasakan demokrasi ekonomi dengan menggunaka
prinsip kehati-hatian.” Menurut penjelasan resminya yang dimaksud dengan demokrasi
ekonomi adalah demokrasi ekonimi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.
2. Jenis dan Usaha Bank
Lebih lanjut dikemukakan bahwa bank umum (commercial banks) itu terdiri dari bank
devisa nasional baik pemerintah maupun swasta, bank nondevisa swasta nasional dan
bank asing atau campuran.
a. Jenis Bank
Mengenai jenis bank yang dikenal di Indoensia dapat dilihat dari ketentuan Pasal
5 ayat (1) Undang-Undang Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang Perbankan yang
membagi banl dalam dua jenis, yaitu bank umum, dan bank perkreditan rakyat.
b. Usaha Bank
1. Mengghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
2. Memberikan kredit.
3. Menerbitkan surat pengakuan utang.
4. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan
dan atas perintah nasabahnya.
2. Perizinan, Bentuk Hukum Bank, dan Kepemilikan
a. Perizinan
Dalam Undang-Undang Perbankan telah sedemikian rupa diatur mengenai
perizinan untuk menjalankan kegiatan usaha bank sebagai mana yang ditentukan
dalam Pasal 16 ayat (1), (2), dan (3).
b. Bentuk Hukum Bank
untuk bank umum dikenal tiga bentuk hukum sebagaimana ditentukan oleh pasal
21 ayat (1), yaitu perseroan terbatas, dan perusahan daerah, sedangkan bentuk
hukum bank perkreditan rakyat yang diataur dalam pasal 21 ayat (2) adalah
perusahaan daerah, koperasi, perseroan terbatas. Dan bentuk hukum dikantor
perwakilan dan kantor cabang bank yang berkududukan di luar negeri yaitu
mengikuti bentuk hukum kantor pusatnya sebagaimana ditentukan oleh pasal 21
ayata (3).
c. Kepemilikan
Sebagaimana diatur dalam Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Perbankan, bahwa
bank umum hanya dapat didirikan oleh warga negara Indonesia, badan hukum
Indonesia, warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia dengan
warga asing dan/atau badan hukum asing secara kemitraan (join venturer).
3. Persyaratan dan Prosedir Pendirian Bank
Pendirian bank harus memenuhi persyaratan yang tekah ditetapkan dalam UU No. 7
Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 tahun
1998.
C. HUKUM PERBANKAN
Secara umum dapat dikatakan bahwa hukum perbankan dalah hukum yang mengatur
segala sesuatu yang berhubungan dengan perbankan.
Untuk menciptakan stabilitas moneter, Bank Indonesia telah menerapkan suatu kebijakan
yang disebut inflation tergeting framework (ITF). Kerangka feleksibel ITF dibangun
berdasarkan lima elemenpokok, yaitu:
BAB 2
Menurut Thomas Suyatno, secara garis besar sumber dana bagi sebuah bank dibagi
menjadi tiga macam yaitu:
Berdasarkan pendapat diatas penulis berpendapat bahwa pada prinsipnya sumber dana
dari suatu bank itu sendiri terdiri dari empat sumber dana, yaitu:
Dana yang bersumber dari bank itu sendiri adalah dana berbentuk modar sektor yang
berasal dari para pemegang saham dan cadangan-cadangan setor keuntungan bank yang
belum dibagikan kepada para cadangan serta keuntungan bank yang belum dibagikan kepada
para pemegang saham. Dana ini adalah dana murni dimiliki oleh bank yang telah ada sejak
bank tersebut memulai kegaitan usahanya, bahkan sejak bank tersebut memperoleh izin usaha
dari Bank Indoensia.
Dana yang berasal dari masyarakat luas adalah dana yang berhsil dihimpun dari
masyarakat dalam bentuk simpanan yang diwujudkan dalam berbagai bentuk seperti:
Simpanan giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya bisa
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya, atau
dengan cara pemindahbukuan. Seperti pada Pasa 1 butir 6 Undang-Undang No. 10 Tahun
1988 yang dimaksud dengan giro adalah simpanan penarikannya dapat dilakukan setiap
saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau
dengan pemindahbukuan.
2. Deposito (Time Deposit)
Menurut ketentuan Pasal 1 butir 7 ditentuan bahwa deposito adalah simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah
penyimpanan dengan bank.
3. Sertifikat Deposito
Menurut ketentuan Pasal 1 butur 8 Undang-Undang No. 10 Tahun 1988 tentang
Perbankan dikemukakan baghwa yang dimaksud dengan sertifikat deposito adalah
simpanan dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti penyimpanannya dapat
dipindahtangankan.
4. Tabungan
Pasal 1 UU No. 10 tahun 1988 butir 9 mengemukakan, bahwa tabungan adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang
disepakati, tetepi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
C. DAN YANG BERSUMBER DARI BANK INDONESIA SEBAGAI BANK
SENTRAL
Dana yang bersumber dari Bank Indonesia adalah dana yang dikucurkan oleh Bank
Indonesia melalui fasilitas kredit kepada bank-bank yang mengalami kesulitan pendanaan
jangka pendek dan dijamin dengan agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan.
Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 2004, fungsi the lender of the the last resort itu
memungkinkan Bank Indonesia Memberikan fasilitas pembiayaan darurat yang
pendanaannya menjadi beban pemerintah, dalam hal suaru bak mengalami kesulitan
keuangan yang berdampak sistematis dan berpontensi mengakibatkan krisis yang
membahayakan sistem keuangan.
Adapun dana yang bersumber dari Bank Indonesia, yang dikucurkan kepada bank-bank
yang mengalami kesulitan pendanaan, berbentuk:
1. Kredit likuiditas Bank Indonesia (KLBI)
2. Bantuan likuiditas Bank Indonesia (BLBI)
3. Kredit atas pembiayaan berdasarkan prinsip syariah jangka pendek dari Bank
Indonesia
A. PENGERTIAN KREDIT
Pada Pasal 1 butir 11 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 dirumuskan bahwa kredit
adalah penyediaan uang tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga.
B. UNSUR-UNSUR KREDIT
Dalam buku Drs. Thomas Suyatno yang berjudul Dasar-Dasar Perkreditan,
mengemukakan bahwa unsur-unsur kredit terdiri atas:
1. Kepercayaan
2. Tenggang waktu
3. Degree of risk
4. Prestasi atau objek kredit.
C. JENIS KREDIT
1. Kredit investasi
Kredit jangka menengah atau panjang yang ditujuannya dipembelian barang, moda,
dan jasa yang diperlukan untuk rehabilitasi, modernisasi, perluasan, proyek penempatan
kembali dan/atau pembuatan proyek baru.
2. Kredit Modal Kerja
Merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai modal kerja dan modal kerja
adalah jenis pembiayaannya diperlukan oleh perusahaan untuk operasi perusahaan sehari-
hari.
3. Kredit Konsumsi
Kredit jangka pendek atau panjang yang diberikan kepada debitur untuk membiayai
barang-barang kebutuhan atau konsumsi dalam skala kebutuhan rumah tangga yang
pelunasannya dari penghasilan bulanan nasabah debitur yang bersangkutan.
D. KETENTUAN PERSYARATAN UMUM KREDIT
1. Mempunyai feasibility study, yang dalam penyusunannya melibatkan konsultan yang
terkait.
2. Mempunyai dokumen administrasi dan izin-izin usaha misalnya akta perusahaan,
NPWP, SIUP, dan lain-lain.
3. Maksimum jangka waktu kredit adalah 15 tahun dan masa tenggang waktu (grace
period) maskimum 4 tahun.
4. Agunan utama adalah usaha yang dibiayai.
5. Maksimum pembiayaan bank adalah 65% dan self-vinancing adalah sebesar 35%.
6. Penarikan atau pencairan kredit biasanya didasarkan atas dasar prestasi proyek yang
melibatkan konsultan pengawas independen untuk menetukan progres proyek.
7. Pencairan biasanya dipindahbukukan ke rekening giro.
8. Rencana angsuran ditetapkan atas dasar cash flow yang disusun berdasarkan analisis
dalam feasibilty study.
9. Pelunasan sesuai dalam jangka wwaktu yang telah ditetapkan.
I. MASALAH JAMINAN
1. Pengertian jaminan dan agunan
Menurut ketentuan Pasal 2 ayat 1 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.
23/69/KEP?DIR Tanggal 28 Februari 1991 tentang jaminan pemberian kredit, bahwa
yang dimaksud dengan jaminan adalah suatu keyakinan bank atas kesanggupan debitur
untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan. Adapaun menurut ketentuan
Pasal 1 butir 23 yang dimaksud dengan agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan
nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan
berdasarkan prinsi syariah.
2. Fungsi jaminan
Berdasarkan pada pengertian jaminan diatas maka dapat dikemukakan bahwa fungsi
utama dari jaminan adalahutnuk meyakinkan bank atau kreditur bahwa debitur
mempunyai kemampuan untuk melunasi kredit yang diberikan kepadanya sesuai
perjanjianyang telah disepakati bersama.
3. Macam-macam jaminan
a. Jaminan perorangan (personal gaurantee)
b. Jaminan kebendaan
J. PENYELAMAT DAN PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH
Dalam menyelesaikan kredit bermasalah dapat ditempuh dua cara atau strategi yaitu
penyelamatan kredit dan penyelesaian kredit. Mengenai penyelamatan kredit bermasalah
dapat dilakukan dengan berpedoman kepada surat edaran Bank Indonesia No. 26/4/BPPP
tanggal 29 Mei 1993 yang pada prinsipnya mengatur penyelamatan kredit bermasalah
sebelum diselesaikan melalui lembaga hukum adalah melalui alternatif penanganan secara
penjadwalan kembali (re-scheaduling), persyaratan kembali (re-conditioning), penataan
kembali (re-structuring).
Beranjak dari uraian di atas dapat dikatan bahwa dalam penyelesaian kredit bermasalah
melalui lembaga hukum itu dapat berupa penyelesaian melalui Panitia Urusan Piutang
Negara (PUPN) dan Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara (DJPLN), melalui badan
peradilan dan melalui arbitrase atau badan aternatif penyelesaian sengketa.
Berkaitan dengan upaya penyelamatan dan penyelesaian kredit macet tersebut dalam
ketentuan Pasal 7 butir C Undang-Undang No. 10 tahun 1998 dikemukakan bahwa:
Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasala 6, bank umum
dapat pula:.......melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat
kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, dengan syarat
harus menarik kembali pernyataannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh
ketentuan Bank Indonesia.
Dalam bagian penjelasannya dikatakan bahwa pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia memuat antara lain:
1. Penyertaan modal sementara oleh bank yang berasal dari konversi kegagalan kredit
atau kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah pada perusahaan yang
bersangkutan.
2. Persyaratan kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
yang dapat dikonfersi menjadi pepenyertaan modal.
3. Pernyertaan modal tersebut wajib ditarik kembali jika telah melebihi jangka waktu
paling lama 5 tahun atau perusahaan telah memperoleh laba.
4. Penyertaan sementara tersebut wajib dihapusbukukan dari neraca bank, apabila dalam
jangka waktu paling lama 5 tahun, bank belum berhasil menarik penyertaannya.
5. Pelaporan kepada Bank Indonesia mengenai peneyrtaan modal sementara oleh bank.