Anda di halaman 1dari 9

FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA

“ILMUAN ISLAM PENEMU KONSEP MATEMATIKA”

DI SUSUN OLEH:

FRISKA AIDILA ADHA PUTRI (211000484202002)

SUCI PERMATA SARI (211000484202007)

DOSEN PENGAMPU:

RITA OKTAVINORA,S.Pd,M.Pd.

UNIVERSITAS MAHAPUTRA MUHAMMAD YAMIN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI MATEMATIKA

TAHUN 2022
1. Al-Khawarizmi.
Beliau dilahirkan di Bukhara. Al-Khawarizmi adalah seorang tokoh Islam yang
berpengetahuan luas, bukan hanya dalam bidang syariat tapi di dalam bidang falsafah, logika,
aritmatika, geometri, musik, ilmu hitung, sejarah Islam dan kimia. Berikutnya Al-Biruni atau
Abu Raihan Al-Biruni merupakan matematikawan Persia, astronom, fisikawan, sarjana,
penulis ensiklopedia, filsuf, pengembara, sejarawan, ahli farmasi dan guru, yang banyak
menyumbang kepada bidang matematika, filsafat, obat-obatan. Abu Raihan Al-Biruni
dilahirkan di Khawarazmi, Turkmenistan atau Khiva di kawasan Danau Aral di Asia Tengah
yang pada masa itu terletak dalam kekaisaran Persia.
Mungkin kita sudah sering mendengar istilah algoritma, Dalam kamus besar bahasa
Indonesia algoritma berarti prosedur sistematis untuk memecahkan masalah matematis dalam
langkah-langkah terbatas. Sebenarnya nama algoritma diambil dari nama julukan penemunya
yaitu al-Khawarizmi seorang matematikawan muslim yang dilahirkan di Khawarizm,
Uzbekistan.
Al-Khawarizmi (Khawarizm,Uzbekistan, 194 H/780 M-Baghdad, 266 H/850 M).
Ilmuwan muslim, ahli di bidang ilmu matematika, astronomi, dan geografi. Nama lengkapnya
adalah Abu Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi dan di barat ia lebih dikenal dengan
nama Algoarisme atau Algorisme. Dalam bukunya al-Khawarizmi memperkenalkan kepada
dunia ilmu pengetahuan angka 0 (nol) yang dalam bahasa arab disebut sifr. Sebelum
al-Khawarizmi memperkenalkan angka nol, para ilmuwan mempergunakan abakus, semacam
daftar yang menunjukkan satuan, puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya, untuk menjaga
agar setiap angka tidak saling tertukar dari tempat yang telah ditentukan dalam hitungan.
Akan tetapi, hitungan seperti ini tidak mendapat sambutan dari kalangan ilmuwan Barat
ketika itu dan mereka lebih tertarik untuk mempergunakan raqam al-binji (daftar angka arab,
termasuk angka nol), hasil penemuan al-khawarizmi. Dengan demikian angka nol baru
dikenal dan dipergunakan orang Barat sekitar 250 tahun setelah ditemukan al-Khawarizmi.

2. Al-Battani (850-923)
Al Battani (sekitar 850 – 923) adalah seorang ahli astronomi dan matematikawan dari
Arab. Al Battani, lahir di Harran dekat Urfa. Beliau adalah seorang ahli astronomi dan
matematikawan dari Arab. Salah satu pencapaiannya yang terkenal adalah tentang penentuan
tahun matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik. Dalam bidang matematika, Al
Batani banyak berperan dalam hal trigonometri. Istilah, pengertian, dan sejumlah rumus sinus
dan cotangen berhasil diuraikannya dengan sempurna, lengkap dengan tabel-tabelnya dalam
bentuk derajat-derajat sudut.
Adapun persamaan trigonometri yang ditemukannya adalah:
Ia juga memecahkan persamaan sin x = a cos x dan menemukan rumus:
dan menggunakan gagasan al-Marwazi tentang tangen dalam mengembangkan
persamaan-persamaan untuk menghitung tangen, cotangen dan menyusun tabel perhitungan
tangen.

3. Al-Qalasadi
Konstribusi Alqalasadi dalam mengembangkan matematika sungguh sangat tak
ternilai. Ia sang matematikus Muslim abad ke-15, kalau tanpa dia boleh jadi manusia tidak
mengenai simbol-simbol ilmu hitung. Sejarah mencatat Alqasadi merupakan salah seorang
matematikus muslim yang berjasa mengenalkan simbol-simbol Aljabar.
Al-Qalasadi dalam mengembangkan matematika sungguh sangat tak ternilai. Ia sang
matematikus Muslim di abad ke-15, kalau tanpa dia boleh jadi dunia dunia tak mengenal
simbol-simbol ilmu hitung. Sejarang mencatat, al Qalasadi merupakan salah seorang
matematikus Muslim yang berjasa memperkenalkan simbol-simbol Aljabar. Symbol-simbol
tersebut pertama kali dikembangkan pada abad 14 oleh Ibnu al-Banna kemudian pada abad
15 dikembangkan oleh al-Qalasadi, al-Qalasadi memperkenalkan symbol-simbol matematika
dengan menggunakan karakter dari alphabet Arab [3].
Ia menggunakan wa yang berarti “dan” untuk penambahan (+), untuk pngurangan (-),
al-Qalasadi menggunakan illa berarti “kurang”. Sedangkan untuk perkalian (x), ia
menggunakan fi yang berarti “kali”. Simbol ala yang berarti ”bagi” digunakan untuk
pembegian (/).

4. Al-Khazin atau Abu Ja’far Al-Khazin


Al-Khazin atau Abu Ja’far Al-Khazin Beliau seorang astronom dan ahli matematika
Muslim Persia dari Khurasan. Dia menguasai bidang astronomi dan teori bilangan. Beliau
merupakan salah satu ilmuwan yang dibawa ke Istana Rayy oleh penguasa Dinasti Buyid,
Adud ad-Dawlah. Sekitar tahun 959 – 960 al-Khazin diminta oleh wazir dari Rayy, untuk
mengukur arah miring ekliptika atau sudut di mana matahari muncul untuk membuat garis
khatulistiwa bumi. Dia dikatakan telah membuat pengukuran menggunakan cincin sekitar 4
meter.
5. Al-Karaji
Abu Bakar bin Muhammad bin Al Husain al-Karaj? atau al-Karkh? (953 di Karajatau
Karkh – 1029) adalah seorang matematikawan muslim Persia abad ke-10 dan insinyur. Tiga
karya utamanya adalah Al-Badi’ fi’l-hisab (perhitungan yang indah), Al-Fakhri fi’l-jabr
wa’l-muqabala (aljabar yang agung), dan Al-Kafi fi’l- hisab (perhitungan yang memadai).
Beliau lahir di Karajatau Karkh. Al-Karaji menulis tentang matematika dan teknik. Beberapa
menganggap dia hanya ulang ide-ide orang lain ia dipengaruhi oleh Diophantus tetapi
kebanyakan menganggapnya lebih orisinil, khususnya untuk membebaskan aljabar dari
geometri.
Muhammad al-Karaji adalah salah seorang ilmuwan Muslim yang berjasa mengembangkan
studi hidrologi, seorang saintis terkemuka dari Karaj, Persia. Lewat Kitab Inbat al-miyah
al-Khafiya, al-Karaji mengkaji dan menyumbangkan pemikirannya dalam ilmu ekstraksiair
bawah tanah. Berkat kehebatannya, ia bahkan mendapat julukan sebagai pelopor mesin
tenaga air. Penguasaan di bidang ini meliputi masalah penyediaan berbagai sarana air bersih,
pengendalian gerakan air, serta penemuan berbagai teknologi hidrologi. Teknologi
pengeolaan yang dikenalkan al Karaji merupakan metode pengelolaan air yang canggih yang
membuat pasokan air di kota-kota modern Islam tetap melimpah sehingga perkembangan
kota tetap pesat.
Di usianya yang masih muda, ia telah melanglangbuana ke Baghdad. Di pusat
pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah, yang saat itu dikuasai Dinasti Buwaih, ia memegang
posisi tinggi dalam bidang administrasi, sekitar tahun 402 H/1011-1012 M. Setelah itu dia
kembali ke tanah kelahirannya.
Hal itu diungkapkan Mohammed Abattouy dalam karyanya bertajuk Muhammad Al-Karaji:
A Mathematician Engineer from the Early 11th Century. Menurut Abattouy, pengusaan
teknologi mesin air di duniaIslam telah melahirkan sebuah revolusi pertanian yang berbasis
pada penguasaan di bidang hidrologi.
Abattouy mengungkapkan, salah seorang ilmuwan Muslim yang menjadi peristis di
bidang mesin air adalah Muhammad al-Karaji. Ia adalah seorang ahli matematika dan juga
ahli mesin. Menurut Abattouy, pada masa itu, al-Karaji sudah mampu menjelaskan tentang
air bawah tanah dan segala perlengkapannya.

6. Al-Abbas ibn Said al-Jawhari atau Al-Jawhari


Al-Abbas ibn Said al-Jawhari atau Al-Jawhari adalah seorang matematikawan Arab
dan astronom yang menulis tentang Euclid’s Elements dan menjadi yang pertama untuk
mencoba bukti dalil paralel. Beliau adalah seorang ahli geometri yang bekerja di Rumah
Kebijaksanaan di Baghdad dan dalam waktu singkat di Damaskus di mana ia membuat
pengamatan astronomi.
Beliau lahir di Baghdad, al-Jawhari adalah anggota sebuah lembaga ulama yang
didirikan oleh Khalifah al-Ma’mun (sekitar 813-833). Dalam bukunya Commentary on
Euclid’s Elements, al-Jawhari menyajikan sekitar 50 dalil selain yang ditawarkan oleh Euclid,
ia berusaha meskipun tidak berhasil untuk membuktikan postulat paralel.

7. Abd al-Hamid ibn Turki


Beliau yang dikenal juga sebagai Abd al-Hamid bin Wase bin Turk Jili adalah
matematikawan muslim Turki pada abad kesembilan.Dia menulis sebuah karya pada aljabar
yang hanya terdiri dari bab “Kebutuhan Logika dalam Persamaan Campuran”, pada
solusi persamaan kuadrat, dan masih ada sampai saat ini.
Dia menulis sebuah naskah berjudul Kebutuhan logis dalam Persamaan Campuran,
yang sangat mirip dengan al-Khwarzimi Al-Jabr dan diumumkan di sekitar waktu yang sama,
atau bahkan mungkin lebih awal dari Al-Jabr. Naskahnya memberikan persis demonstrasi
geometris yang sama seperti yang ditemukan di Al-Jabr, dan dalam satu kasus contoh yang
sama seperti yang ditemukan di Al-Jabr, dan bahkan melampaui Al-Jabr dengan memberikan
bukti geometris bahwa jika determinan negatif maka persamaan kuadrat tidak memiliki solusi
. Kesamaan antara dua karya tersebut telah menyebabkan beberapa sejarawan untuk
menyimpulkan aljabar yang mungkin telah dikembangkan dengan baik pada saat
al-Khwarizmi dan ‘Abd al-Hamid.

8. Yaqub ibn Ishaq al-Kindi


Abu lahir pada tahun 801 dan wafat pada tahun 873 M ini juga dikenal sampai ke
Barat oleh versi nama Latinnya “Alkindus”. Alkindus dikenal di barat sebagai seorang
polymath Arab Irak, filsuf Islam, ilmuwan, ahli astronomi, kosmologi, kimia, ahli logika,
matematikawan, musisi, dokter, ahli fisika, psikolog, dan meteorologi.
Al-Kindi adalah yang pertama dari para filsuf Peripatetik Muslim, dan dikenal atas
usahanya untuk memperkenalkan filsafatYunani dan Helenistik ke dunia Arab. Beliau dikenal
sebagai filsuf pertama yang lahir dari kalangan Islam. Semasa hidupnya, selain bisa
berbahasa Arab, ia mahir berbahasa Yunani. Banyak karya-karya para filsuf Yunani
diterjemahkannya dalam bahasa Arab; antara lain karya Aristoteles dan Plotinos. Sayangnya
ada sebuah karya Plotinus yang diterjemahkannya sebagai karangan Aristoteles yang berjudul
Teologi menurut Aristoteles, yang di kemudian hari menimbulkan sedikit kebingungan.
Ia adalah filsuf berbangsa Arab dan dipandang sebagai filsuf Muslim pertama. Secara
etnis, al-Kindi lahir dari keluarga berdarah Arab yang berasal dari suku Kindah, salah satu
suku besar daerah Jazirah Arab Selatan. Salah satu kelebihan al-Kindi adalah menghadirkan
filsafat Yunani kepada kaum Muslimin setelah terlebih dahulu mengislamkan pikiran-pikiran
asing tersebut.
Al Kindi telah menulis banyak karya dalam pelbagai disiplin ilmu, dari metafisika,
etika, logika dan psikologi, hingga ilmu pengobatan, farmakologi, matematika, astrologi dan
optik, juga meliputi topik praktis seperti parfum, pedang, zoologi, kaca, meteorologi dan
gempa bumi.
Di antaranya ia sangat menghargai matematika. Hal ini disebabkan karena
matematika, bagi al-Kindi, adalah mukaddimah bagi siapa saja yang ingin mempelajari
filsafat. Mukaddimah ini begitu penting sehingga tidak mungkin bagi seseorang untuk
mencapai keahlian dalam filsafat tanpa terlebih dulu menguasai matematika. Matematika di
sini meliputi ilmu tentang bilangan, harmoni, geometri dan astronomi.
Yang paling utama dari seluruh cakupan matematika di sini adalah ilmu bilangan atau
aritmatika karena jika bilangan tidak ada, maka tidak akan ada sesuatu apapun.
Al-Kindi membagi daya jiwa menjadi tiga: daya bernafsu (appetitive), daya pemarah
(irascible), dan daya berpikir (cognitive atau rational). Sebagaimana Plato, ia
membandingkan ketiga kekuatan jiwa ini dengan mengibaratkan daya berpikir sebagai sais
kereta dan dua kekuatan lainnya (pemarah dan nafsu) sebagai dua ekor kuda yang menarik
kereta tersebut. Jika akal budi dapat berkembang dengan baik, maka dua daya jiwa lainnya
dapat dikendalikan dengan baik pula. Orang yang hidupnya dikendalikan oleh
dorongan-dorongan nafsu birahi dan amarah diibaratkan al-Kindi seperti anjing dan babi,
sedang bagi mereka yang menjadikan akal budi sebagai tuannya, mereka diibaratkan sebagai
raja.
Menurut al-Kindi, fungsi filsafat sesungguhnya bukan untuk menggugat kebenaran
wahyu atau untuk menuntut keunggulan yang lancang atau menuntut persamaan dengan
wahyu. Filsafat haruslah sama sekali tidak mengajukan tuntutan sebagai jalan tertinggi
menuju kebenaran dan mau merendahkan dirinya sebagai penunjang bagi wahyu.
Ia mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan tentang segala sesuatu sejauh jangkauan
pengetahuan manusia. Karena itu, al-Kindi dengan tegas mengatakan bahwa filsafat memiliki
keterbatasan dan bahwa ia tidak dapat mengatasi problem semisal mukjizat, surga, neraka,
dan kehidupan akhirat. Dalam semangat ini pula, al-Kindi mempertahankan penciptaan dunia
ex nihilio, kebangkitan jasmani, mukjizat, keabsahan wahyu, dan kelahiran dan kehancuran
dunia oleh Tuhan.
Al-Kindi mengumpulkan berbagai karya filsafat secara ensiklopedis, yang kemudian
diselesaikan oleh Ibnu Sina (Avicenna) seabad kemudian. Ia juga tokoh pertama yang
berhadapan dengan berbagai aksi kejam dan penyiksaan yang dilancarkan oleh para
bangsawan religius-ortodoks terhadap berbagai pemikiran yang dianggap bid’ah, dan dalam
keadaan yang sedemikian tragis (terhadap para pemikir besar Islam), al Kindi dapat
membebaskan diri dari upaya kejam para bangsawan religius-ortodoks itu.

9. Banu Musa
Banu Musa terdiri dari tiga bersaudara yang bekerja di Rumah Kebijaksanaan di
Baghdad. Risalah matematika paling terkenal mereka adalah kitab dari pengukuran pesawat
dan angka bulat, yang dianggap masalah yang sama seperti Archimedes lakukan pada
pengukuran lingkar, pada bola dan silinder.
Banu Musa melihat daerah lingkaran sedikit berbeda dari orang-orang Yunani
lakukan. Dalam penelitian mereka menerjemahkan, orang-orang Yunani memandang volume
dan area yang lebih dalam hal rasio, daripada memberikan mereka sebuah nilai angka yang
sebenarnya. Sebagian besar dari mereka berdasarkan pengukuran tersebut relatif pada ukuran
benda lain. Dalam salah satu publikasi yang masih hidup mereka Kitab marifat masakhat
al-ashkal Kitab Pengukuran Pesawat dan Angka Bulat) Banu Musa memberi volume dan luas
jumlah nilai. Ini adalah bukti bahwa tidak hanya menerjemahkan materi Yunani dan
menciptakan. Mereka benar-benar membangun konsep dan datang dengan beberapa karya
asli mereka sendiri.
Yang paling populer dari publikasi mereka adalah Kitab al-hiyal, yang sebagian besar
karya A?mad, saudara tengah, adalah sebuah buku yang penuh dengan seratus perangkat
mekanik. Ada beberapa penemuan yang nyata praktis dalam buku ini termasuk lampu dengan
mekanis redup, bolak air mancur, dan ambil clamshell. Delapan puluh dari perangkat ini
digambarkan sebagai “kapal trik” yang menunjukkan penguasaan nyata mekanika, dengan
fokus nyata pada penggunaan tekanan ringan. Beberapa perangkat tampaknya ulangan dari
karya-karya Yunani sebelumnya, tapi sisanya yang jauh lebih maju dari apa yang orang-orang
Yunani yang telah lakukan.
10. Abu Abd Allah Muhammad ibn Isa Al-Mahani
Beliau adalah salah satu penulis modern yang dikandung gagasan pemecahan teorema bantu
yang digunakan oleh Archimedes dalam proposisi keempat buku kedua dari risalah tentang
bola dan silinder aljabar.
Abu-Abdullah Muhammad bin Isa Mahani adalah seorang Muslim Persia,
matematikawan dan astronom dari Mahan, Kerman,Persia. Serangkaian pengamatan gerhana
bulan dan matahari dan konjungsi planet, yang dibuat oleh dia 853-866, ternyata digunakan
oleh Ibn Yunus. Dia menulis komentar tentang Euclid dan Archimedes, dan meningkatkan
terjemahan Ishaq bin Hunain tentang Menelaus dari Alexandria Spherics. Dia mencoba
sisa-sisa untuk memecahkan masalah Archimedes: untuk membagi bola dengan cara pesawat
menjadi dua segmen berada dalam rasio tertentu volume. Masalah yang menyebabkan
persamaanhkubik, yang disebut persamaan al-Mahani itu.

11. Umar Kayyam


Beliau lahir pada tahun 1048 di Khurasan. Nama lengkapnya adalah Ghyasiddin Abul
Fatih ibn Ibrahim al-Khayyam. Umar Khayyam dikenal sebagai ilmuwan cerdas abad
pertengahan. Ia memiliki nama besar di bidang matematika, astronomi dan sastra. Adapun di
bidang matematika, khususnya mengenai aljabar, ia juga menghasilkan sebuah karya, seperti
al-Jabr (Algebra). Al-Hajjaj bin Yusuf bin Matar adalah seorang matematikawan Arab yang
pertama kali menerjemahkan Elemen Euclid dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab.
Selain sebagai seorang matematikawan dia juga terkenal sebagai astronom yang
memperhitungkan bagaimana mengoreksi kalender Persia. Pada 15 Maret 1079, Sultan
Jalaluddin Maliksyah Saljuqi(1072-1092) memberlakukan kalender yang telah diperbaiki
Umar, seperti yang dilakukan oleh Julius Caesar di Eropa pada tahun 46 SM dengan koreksi
terhadap Sosigenes, dan yang dilakukan oleh Paus Gregorius XIII pada Februari 1552 dengan
kalender yang telah diperbaiki Aloysius Lilius (meskipun Britania Raya baru beralih dari
Kalender Julian kepada kalender Gregorian pada 1751, dan Rusiabaru melakukannya pada
1918). Dia pun terkenal karena menemukan metode memecahkan persamaan kubik dengan
memotong sebuah parabola dengan sebuah lingkaran.
Itu adalah sebagian kecil ilmuwan matematika, masih banyak ilmuwan matematika
muslim dan banyak juga ilmuwan muslim di bidang lain seperti fisika, kimia, biologi,
kedokteran, filsafat, dll. Bagi umat muslim, mari kita jadikan ilmuwan-ilmuwan muslim ini
sebagai salah satu motivasi kita bahwa kita sebagai seorang muslim bisa juga menjadi
ilmuwan penemu konsep, terutama konsep matematika.

Anda mungkin juga menyukai