KEREN ≠ NAKAL
2. Bryan Setyoputra
Sebelum melakukan Service Learning Project, saya tidak begitu khawatir akan
pendidikan di Indonesia. Saya mendapatkan kualitas edukasi yang cukup baik dengan
segala fasilitas yang memadai selama ini. Namun, setelah melakukan Service Learning
Project, saya melihat realita yang sesungguhnya bahwa pendidikan di Indonesia, terutama
pengetahuan terhadap edukasi seks masih sangat minim. Pemerataan edukasi pada
2
beberapa sekolah memang tidak sebaik itu. Selain itu, saya juga melihat problem-problem
lainnya yaitu seperti minimnya fasilitas yang berguna untuk menunjang proses pengajaran
yang ada pada sekolah Wijaya Kusuma Pratama. Selain itu, saya juga merasakan begitu
sulitnya untuk mengajar dan menjadi seorang guru. Mengajar bukanlah hal yang mudah,
apalagi apabila murid-murid sibuk sendiri dan tidak memperhatikan. Oleh karena itu, saya
merasa sangat bersyukur dengan kondisi yang saya miliki saat ini. Dengan segala hal yang
saya miliki saat ini dan edukasi yang saya miliki, saya merasa tergerak untuk memberikan
edukasi lebih banyak lagi kepada orang-orang. Saya harap nantinya di lain kesempatan
saya dapat memberikan edukasi kepada orang-orang agar saya bisa membagikan ilmu yang
saya dapatkan.
3. Celine Aurielle
Melalui project ini, saya merasa lebih bersimpati karena saya melihat anak-anak
kecil zaman sekarang mengasosiakan perilaku nakal dengan menjadi keren, seperti dengan
mengatakan kata kotor ataupun dengan berkelahi untuk melihat siapa yang lebih kuat.
Selain itu, kami juga melakukan sesi pengajaran tentang kesehatan sistem reproduksi.
Maka dari itu, saya juga melihat bahwa banyak anak yang tidak mengetahui cara menjaga
sistem reproduksinya karena mengalami menstruasi sejak usia dini. Maka dari itu, banyak
sekail anak-anak yang secara personal bertanya kepada saya terkait pengalaman atau
pertanyaan mereka seputar menstruasi. Secara keseluruhan, saya senang dan bangga karena
diberikan kesempatan untuk memberikan informasi baru dan dampak positif kepada
mereka yang membutuhkan.
3
Pemberian edukasi seksual pada murid usia pre-pubertas merupakan langkah yang
tepat. Tidak dapat dipungkiri, kami sempat terkejut dengan banyaknya murid-murid yang
mengucapkan kata kasar dan bergaul dengan tingkah dewasa. Maka dari itu, saya dan
teman-teman bersyukur dapat membawakan materi tentang pergaulan, terkhusus
pendidikan seksual. Terdapat beberapa kisah yang menjadi perhatian kami, salah satunya
adalah seorang anak yang bertanya "apakah boleh hubungan suami istri dilakukan bersama
bapak sendiri?". Usut punya usut, ternyata anak tersebut memiliki masalah dalam keluarga
dan diperlakukan dengan tidak senonoh di rumahnya.
Menurut saya, tidak terdapat banyak perubahan yang langsung terlihat pada murid
SD Wijaya Kusuma. Namun saya percaya bahwa ilmu yang kami sampaikan akan terus
diingat dan menjadi perubahan besar untuk hidup anak-anak di SD Wijaya Kusuma.
4
PEMASUKAN
Pemasukan Jumlah
PENGELUARAN
Transportasi
1 2 - Rp50.000,00 Rp100.000,00
(Toll)
Total Rp334.000,00
5
1.4 DOKUMENTASI