Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI TAHU DENGAN METODE LINE

BALANCING PADA PABRIK TAHU CV TIGA SAUDARA PRIMA


KABUPATEN MALANG
Disusun Oleh :
Ataabik Muktaman
Dosen Pembimbing:
Bayu Ilham Pradana, SE., MM
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Abstrak: Persaingan dunia industri manufaktur di ASEAN semakin terbuka lebar sejak dibukanya
MEA. Hal ini menuntut para pelaku bisnis dalam negeri untuk dapat mengembangkan serta
menjaga keberlanjutan bisnisnya sebagai penyeimbang dari penetrasi komoditas negara lain.
Khususnya bagi industri yang bergerak di sektor makanan. Dominasi bahan baku impor beserta
harga yang cenderung fluktuatif harus mampu diimbangi oleh sistem produksi yang efektif dan
efisien pada industri lokal. Salah satu cara untuk menciptakan efisiensi pada sistem produksi
adalah dengan merencanakan sistem tata letak yang baik agar waktu yang digunakan untuk
produksi efisien. Objek yang digunakan untuk diteliti adalah salah satu industri makanan yang
berada di Malang dan memiliki tingkat produksi dalam volume yang tinggi. Dengan menerapkan
metode penelitian berbasis operasional, yaitu line balancing, penelitian ini diharapkan mampu
mengetahui tingkat efisiensi suatu sistem produksi yang berhubungan dengan pola pengaturan tata
letak (layout) yang dijalankan. Oleh karena itu penelitian ini tergolong jenis penelitian deskriptif
kualitatif. Penggunaan metode analisis line balancing bertujuan untuk mengetahui keseimbangan
proses di setiap tugas maupun stasiun kerja pada suatu lintasan produksi sehingga dapat diketahui
tingkat efisiensi yang dihasilkan. Hasil yang ditemukan adalah mengetahui bentuk diagram
presedensi, jumlah stasiun kerja minimum, cycle time, idle time, balance delay, serta efisiensi
stasiun kerja dan lintasan produksi.
Kata Kunci: layout, sistem produksi, line balancing, efisiensi.
ANALYSIS ON THE EFFICIENCY OF TOFU PRODUCTION USING
LINE BALANCING METHOD IN CV TIGA SAUDARA PRIMA IN THE
REGENCY OF MALANG
Arranged by:
Ataabik Muktaman
Advisor:
Bayu Ilham Pradana, SE., MM
Economic and Business Faculty of Brawijaya University
ABSTRACT: Competition in manufacturing industry in ASEAN region has been widely open
since the establishment of MEA. This requires domestic business people to maintain and develop
the sustainability of their business as the counter measure for foreign countries' penetrating
commodities. This particularly applies to industries engaged in food sector. Domination of
imported raw materials and its fluctuating price must be offset by the application of effective and
efficient production systems by local industries. One way to create efficiency in the production
system is planning a good layout system aimed at efficiency in production time. The object this
study is a food industry located in Malang with high production volume. By applying operational-
based research method, that is line balancing, this research is expected to measure the efficiency
of a production system related to the pattern of its layout arrangement. Therefore, this research is
classified as descriptive qualitative research. The use of line balancing analysis method aims to
determine the balance of the process in each task or work station in a production path, so the
efficiency level can be identified. The results of this analysis are identification on the shape of the
precedence diagram, the number of minimum work stations, cycle time, idle time, balance delay,
and efficiency in work station and production path.
Keywords: layout, production system, line balancing, efficiency
PENDAHULUAN produksinya. Berdasarkan uraian diatas,
MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) penulis tertarik untuk melakukan penelitian
seperti yang telah berjalan pada saat ini tentang analisis efisiensi produksi pada
sangat berdampak besar bagi persaingan perusahaan CV Tiga Saudara Prima yang
dunia perdagangan di Indonesia. Perdagangan terletak di Kec. Karang Ploso, Kab. Malang
bebas regional Asia Tenggara memberikan yang bergerak di bidang industri produksi
peluang dan tantangan baru bagi para pelaku tahu dengan judul topik: “ANALISIS
bisnis. Persaingan komoditas perdagangan EFISIENSI PRODUKSI TAHU DENGAN
pada sektor manufaktur mulai terasa di METODE LINE BALANCING PADA
Indonesia dengan munculnya produk PABRIK TAHU CV TIGA SAUDARA
makanan, pakaian, dan kebutuhan rumah PRIMA”. Alasan mengapa penulis memilih
tangga dari negara ASEAN lain telah perusahaan tersebut untuk dijadikan sebagai
dipasarkan di supermarket atau toko besar. objek penelitian adalah ketertarikan penulis
Industri manufaktur di Indonesia pada saat ini untuk mengetahui secara langsung sistem
dihadapkan pada berbagai tantangan untuk produksi tahu serta bagaimana cara
dapat menjaga keberlanjutan usaha dengan perusahaan tersebut dapat mengimbangi
membaca kebutuhan serta keinginan permintaan pasar khususnya wilayah Malang
konsumen yang berubah-ubah atau dinamis. dengan kondisi global dalam menciptakan
Salah satu industri manufaktur yang efisiensi produksinya.
menghadapi persaingan dalam MEA ini
adalah industri makanan, dimana beberapa KAJIAN PUSTAKA
produk makanan dari Malaysia, Thailand, Definisi Manajemen Operasional
Vietnam telah masuk pasar indonesia. Menurut Heizer dan Render
Penguatan sektor industri makanan nasional (2011:36), manajemen operasi adalah
perlu dilakukan agar penetrasi komoditas serangkaian aktivitas yang menghasilkan
negara lain dapat diimbangi oleh produk nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan
nasional. Sektor industri makanan yang perlu mengubah input menjadi output. Stevenson
dikuatkan salah satunya adalah industri tahu. dan Chuong (2014) menjelaskan bahwa
Produk tahu merupakan salah satu komoditas manajemen operasi merupakan manajemen
yang menarik karena merupakan salah satu dari bagian operasi yang bertanggung jawab
makanan / lauk-pauk pokok sebagian besar untuk menghasilkan barang atau jasa.
masyarakat Indonesia selain tempe, daging Sedangkan Herjanto (2008) menegaskan
ayam, ikan dan sapi. Permintaan pasar yang bahwa manajemen operasi merupakan suatu
besar akan tahu tidak diimbangi dengan kegiatan yang berhubungan dengan
pasokan bahan baku yang mencukupi. pembuatan barang, jasa, atau kombinasinya,
Kondisi hari ini bahan baku kedelai sebagian melalui proses transformasi dari sumberdaya
besar dipasok dari impor, disamping itu produksi menjadi keluaran yang diinginkan.
harga kedelai yang relatif fluktuatif Definisi lain tentang manajemen
menyebabkan berkurangnya keuntungan bagi operasi dikemukakan pula oleh Russel dan
para perajin tahu (Tempo, 2016). Dengan Taylor (2011) bahwa manajemen operasi
kenaikan harga bahan baku tahu yaitu kedelai sering didefinisikan sebagai proses
maka para perajin usaha tahu dituntut mampu transformasi input, seperti bahan, mesin,
untuk menjaga keuntungan demi tenaga kerja, manajemen, dan modal yang
keberlangsungan industrinya. Salah satu cara diubah menjadi output (barang dan jasa).
untuk menjaga keuntungan serta Lalu Krajewsky dan Ritzman (2002)
keberlanjutan industri tahu adalah dengan mendefinisikan Operations Management
menciptakan efisiensi pada sistem produksi yaitu pengarahan dan pengawasan proses
agar dapat menekan biaya yang dikeluarkan. yang mengubah bentuk input menjadi barang
Sedangkan cara untuk mengukur efisiensi dan jasa (output). Menurut Chase, Aquilano,
pada proses produksi dapat dilakukan dengan dan Jacobs yang dikutip oleh Melita
banyak hal, salah satunya dengan (2012:12) mengatakan manajemen operasi
menggunakan metode line balancing. Metode didefinisikan sebagai desain, operasi, dan
ini dapat digunakan untuk mengetahui tingkat perbaikan sistem yang menciptakan produk
efisiensi dari lintasan (line) produksi dan dan layanan utama perusahaan.
stasiun kerja. Metode analisis line balancing Dari beberapa pengertian yang telah
ini berkaitan juga dengan tata letak fasilitas, disebutkan diatas maka dapat disimpulkan
dimana tata letak letak fasilitas yang efektif bahwa terdapat beberapa pandangan
dapat berakibat pada efisiensi sistem manajemen operasi yang berbeda-beda
menurut para ahli. Hanya manajemen operasi things right”, yang berarti bahwa melakukan
hampir dimaksudkan sama dengan segala hal dengan cara yang tepat untuk
manajemen produksi. Oleh karena itu dalam mendapatkan hasil yang optimal.
buku yang ditulis oleh Sumayang (2003:4) Sedangkan definisi produksi, Yamit
dijelaskan bahwa manajemen operasi (2003) menyebutkan bahwa produksi dapat
merupakan istilah yang berubah dari didefinisikan sebagai suatu kegiatan dengan
manajemen produksi, sejak tahun 1970 melibatkan tenaga manusia, bahan serta
timbul dua hal yang mengubah pandangan peralatan untuk menghasilkan produk yang
selama ini yaitu: 1. Istilah “Manajemen berguna. Sedangkan produksi menurut Heizer
Produksi” berubah menjadi “Manajemen dan Render (2011:36) dalam bukunya yang
Operasi” seiring dengan pengembangan berjudul Operations Management
produk jasa yang jauh lebih mencolok bila menyatakan “Produksi adalah proses
dibandingkan dengan produk pabrikasi, penciptaan barang dan jasa”. Di sisi lain,
sehingga orientasi manajemen operasi definisi produksi menurut Assauri (2004:17),
menjadi lebih luas bukan saja pada bidang yaitu: “kegiatan yang mentransformasikan
pabrikasi tetapi juga pada pengelolaan produk masukan (input) menjadi keluaran (output),
pelayanan dan jasa. 2. Fungsi operasi yang meliputi seluruh aktivitas atau kegiatan
memberikan peranan baru sebagai bagian dari yang menghasilkan barang atau jasa, serta
strategi usaha. Peranan yang penting dan ikut kegiatan-kegiatan lain yang mendukung atau
menentukan keunggulan dalam menunjang usaha untuk menghasilkan produk
memenangkan persaingan. Sebelumnya tersebut yang berupa barang-barang atau
orientasi “Business Strategy” hanya pada jasa.”
bidang pemasaran dan bidang keuangan saja Oleh karena itu dari definisi produksi dan
dan kemudian baru disadari hal ini ternyata efisiensi diatas dapat diambil kesimpulan
memberikan dampak melemahnya dunia bahwa efisiensi produksi menurut beberapa
industri. pendapat dari para ahli menggambarkan
Pengertian Efisiensi Produksi terciptanya aktivitas suatu proses pengubahan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia input menjadi output dengan ketepatan
(2001:284) efisiensi adalah “Ketepatan cara waktu, tenaga, dan biaya yang terukur dan
(usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu tidak ada unsur kesia-siaan atau pembuangan
(dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan pada hal yang tidak berhubungan dengan
biaya), kedayagunaan, ketepatgunaan, aktivitas tersebut. Serta efisiensi dalam
kesangkilan serta kemampuan menjalankan produksi dibedakan menjadi dua macam,
tugas dengan baik dan tepat (dengan tidak yaitu efisiensi stasiun kerja dan efisiensi
membuang waktu, tenaga, biaya).” Dan lintasan produksi. Efisiensi stasiun kerja yaitu
menurut Kamus Besar Ekonomi (2003:178) rasio antara waktu operasi tiap stasiun kerja
pengertian efisiensi adalah: “Hubungan atau dan waktu operasi stasiun kerja terbesar.
perbandingan antara faktor keluaran (output) Sedangkan efisiensi lintasan produksi atau
barang dan jasa dengan masukan (input) yang line efficiency merupakan rasio dari total
langka di dalam suatu unit kerja, atau waktu stasiun kerja dibagi dengan siklus
ketetapan cara (usaha, kerja) dalam dikalikan jumlah stasiun kerja.(Baroto, 2002)
menjalankan sesuatu (dengan tidak Definisi Tata Letak Fasilitas
membuang-buang waktu, tenaga, biaya).” Tata letak merupakan keputusan yang
Mulyadi (2007:63) mendefinisikan efisiensi meliputi penempatan mesin pada tempat
dengan ketepatan cara (usaha, kerja) dalam terbaik (dalam pengaturan produksi), kantor,
menjalankan sesuatu dengan tidak dan meja-meja (pada pengaturan kantor) atau
membuang-buang waktu, tenaga dan biaya. pusat pelayanan (seperti dalam pengaturan
Efisiensi juga berarti rasio antara input dan rumah sakit atau supermarket). Sebuah tata
output atau biaya dan keuntungan letak yang efektif memfasilitasi terjadinya
Dari beberapa definisi mengenai efisiensi aliran bahan, manusia, dan informasi di
seperti yang tersaji diatas, maka kami dalam suatu wilayah dan antar wilayah
menyimpulkan bahwa para ahli (Heizer dan Render, 2011:376). Stevenson
menyandarkan pengertian efisiensi pada (2011:248) mendefinisikan tata letak (layout)
penyelesaian tugas atau kerja yang sebagai susunan departemen, tempat kerja,
berkualitas dengan hemat waktu, biaya, dan dan peralatan dengan perhatian utama pada
tenaga dalam rangka mencapai suatu tujuan gerakan kerja (pelanggan atau material)
tertentu. Karena dalam Karim (2006) melalui sistem tata letak tetap (fixed-position
disebutkan bahwa “Efficient is doing the layout), tata letak proses (process layout),
tata letak produk (product layout), atau tata proses perubahan dari bahan mentah menjadi
letak kombinasi (combination layout). barang jadi. (Herjanto, 2008:137)
Menurut Russel dan Taylor (2009), tata Tujuan Pengaturan Tata Letak Fasilitas
letak fasilitas (facility plant layout) adalah Heizer dan Render (2011:376)
susunan mesin, proses, departemen, tempat memberikan tujuan dari pengaturan tata letak
kerja, area penyimpanan, aliran/jalur yang strategis adalah untuk membangun tata
produksi dan fasilitas yang ada. Sedangkan letak yang efektif dan efisien yang dapat
menurut Wignjosoebroto (2000) yang dikutip memenuhi kebutuhan persaingan perusahaan.
dari Ridwan (2010), bahwa: “Tata letak Menurut Gitosudarmo (2002:186), beberapa
pabrik dapat didefinisikan sebagai tata cara tujuan pengaturan layout yang baik adalah
pengaturan fasilitas–fasilitas pabrik guna sebagai berikut:
menunjang kelancaran proses produksi. 1. Memaksimumkan pemanfaatan peralatan
Pengaturan tersebut akan memanfaatkan luas pabrik.
area (space) untuk penempatan mesin atau 2. Meminimumkan kebutuhan kerja.
fasilitas penunjang produksi lainnya, 3. Mengusahakan agar aliran bahan dan
kelancaran gerakan–gerakan material, produk lancar.
penyimpanan material (storage) baik yang 4. Meminimumkan hambatan pada
bersifat temporer maupun permanen, personil kesehatan.
pekerja dan sebagainya”. Tata letak pabrik 5. Meminimumkan usaha membawa barang.
ada dua hal yang diatur letaknya yaitu 6. Memaksimumukan pemanfaatan ruang
pengaturan mesin dan pengaturan departemen yang tersedia.
yang ada dari pabrik. Bilamana kita 7. Memaksimumkan keluwesan menghindari
menggunakan istilah tata letak pabrik hambatan operasi dan tempat yang terlalu
seringkali hal ini akan kita artikan sebagai padat.
pengaturan peralatan/fasilitas produksi yang 8. Memberikan kesempatan berkomunikasi
sudah ada ataupun bisa juga diartikan sebagai para karyawan dengan menempatkan
perencanaaan tata letak pabrik yang baru mesin dan proses secara benar.
sama sekali. Tata letak perlu dipandang 9. Memaksimumkan hasil produksi.
sebagai sistem yang dinamis karena pada 10. Meminimumkan kebutuhan akan
praktiknya akan mempertimbangkan pengawasan dan pengendalian dengan
peralatan yang minimalis, mudah menempatkan mesin, lorong/gang, dan
dipindahkan dan fleksibel sehingga dapat fasilitas penunjang agar diperoleh
merespon dengan cepat dan mudah terhadap komunikasi yang mudah.
perubahan-perubahan yang mungkin terjadi 11. Memaksimumkan pemanfaatan peralatan
saat proses produksi berjalan. Untuk pabrik.
menciptakan fleksibilitas dan efisiensi dalam 12. Meminimumkan kebutuhan kerja.
pengaturan tata letak, diperlukan adanya 13. Mengusahakan agar pengaliran bahan dan
keterampilan karyawan yang berkembang, produk itu lancar.
perawatan peralatan atau aset tetap 14. Meminimumkan hambatan pada
perusahaan, dan penempatan jarak sel-sel kesehatan.
kerja yang efektif. 15. Meminimumkan usaha membawa barang.
Keputusan mengenai tata letak meliputi 16. Memaksimumukan pemanfaatan ruang
penempatan mesin pada tempat yang terbaik yang tersedia.
(dalam pengaturan produksi), tata letak yang 17. Memaksimumkan keluwesan menghindari
mampu menciptakan situasi tanpa tekanan hambatan operasi dan tempat yang terlalu
bagi karyawan yang bekerja, pembagian padat.
wilayah kerja pabrik dengan ruang kerja 18. Memberikan kesempatan berkomunikasi
kantor, sistem pengaturan sumberdaya tetap para karyawan dengan menempatkan
seperti listrik dan air, serta gudang bahan mesin dan proses secara benar.
baku dan barang hasil produksi (storage). 19. Meminimumkan kebutuhan akan
Suatu sistem tata letak yang efektif dapat pengawasan dan pengendalian dengan
memfasilitasi adanya aliran bahan baku, menempatkan mesin, lorong/gang, dan
orang, dan informasi di dalam dan antar- fasilitas penunjang agar diperoleh
wilayah kerja (Heizer dan Render, 2011:376). komunikasi yang mudah.
Selain itu perencanaan tata letak mencakup
desain atau konfigurasi dari bagian-bagian,
pusat kerja, dan peralatan yang membentuk
Tipe Tata Letak Berdasarkan dibagikan pada seluruh operator sehingga
Orientasinya beban kerja operator merata. Jadi dalam
Orientasi tata letak menurut Heizer dan keseimbangan lini produksi kita dapat
Render (2011:377) dibagi menjadi tujuh, merancang bagaimana seharusnya suatu
yaitu: lintasan produksi sehingga dapat tercapai
1. Office Layout (Tata Letak yang keseimbangan beban yang dialokasikan pada
berorientasi Kantor). Tata letak ini setiap stasiun kerja dalam menghasilkan
memposisikan tenaga kerja, peralatan, dan produk. Keseimbangan lintasan yang baik
ruang/kantor untuk jalannya proses akan dapat meminimalkan waste. Waste
perpindahan informasi. merupakan suatu indikasi dari pemanfaatan
2. Retail Layout (Tata Letak yang sumberdaya yang tidak maksimal. Usaha
berorientasi Eceran). Tipe tata letak ini meminimalisali waste dapat meningkatkan
mengalokasikan ruang penyimpanan dan efisiensi sehingga dapat meningkatkan
ruang tanggapan untuk memberikan kapasitas dan kualitas output produksi.
feedback tentang perilaku pelanggan. Definisi Keseimbangan Lini (Line
3. Warehousing and Storage Layout (Tata Balancing)
Letak yang berorientasi pada Gudang). Heizer dan Render (2011) menjelaskan
Pengaturan tata letak yang berorientasi tentang assembly-line balancing atau lini
pada gudang dan penyimpanan perakitan yang seimbang yaitu dengan
membandingkan antara kelebihan dan menempatkan output pada setiap stasiun kerja
kekurangan antara ruang dan penanganan pada jalur produksi untuk meminimalkan
bahan baku/material. adanya penundaan. Keseimbangan lini dalam
4. Fixed Position Layout (Tata Letak dengan Stevenson (2011:259) menyebutkan bahwa
Posisi Tetap). Dalam tata letak dengan line balancing adalah proses pengelolaan
posisi tetap, penempatan proyek tetap tugas-tugas kerja pada stasiun-stasiun kerja
pada satu tempat, sementara para pekerja yang sedemikian rupa dengan waktu
dan peralatan datang pada tempat penyelesaian kerja yang seimbang atau equal.
tersebut. Biasanya tata letak dengan posisi Sedangkan Gaspersz (2004) mendefinisikan
tetap digunakan untuk proyek-proyek line balancing sebagai penyeimbangan
besar seperti proyek perkapalan dan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu
konstruksi bangunan. assembly line ke workstation untuk
5. Process Oriented Layout (Tata Letak meminimalkan banyaknya workstation dan
yang berorientasi pada Proses). Tata letak meminimalkan total idle time pada semua
yang berorientasi pada proses berurusan stasiun untuk tingkat output tertentu. Dalam
dengan produksi barang yang bervolume penyeimbangan tugas ini, kebutuhan waktu
tinggi. Tipe tata letak ini disebut juga per unit produk yang dispesifikasikan untuk
dengan “job shop” atau produksi setiap tugas dan hubungan sekuensial harus
berselang (intermittent). dipertimbangkan.
6. Work Cell Layout (Tata Letak yang Istilah-istilah dalam Line Balancing
berorientasi pada Sel-sel Kerja). Tipe tata 1. Diagram presedensi atau precedence
letak mengatur mesin dan peralatan kerja diagram. Diagram presedensi adalah
agar fokus dalam memproduksi satu diagram yang berfungsi untuk
produk atau kelompok produk lain yang menggambarkan urutan-urutan operasi.
masih terkait. 2. Siklus waktu kerja atau cycle time. Cycle
7. Product Oriented Layout (Tata Letak time adalah waktu maksimal dimana
yang berorientasi pada Produk). Tata letak produk dapat tersedia pada setiap stasiun
berorientasi produk mencari tenaga kerja setelah tingkat produksi tercapai.
terbaik dan mesin yang disesuaikan 3. Waktu menganggur atau idle time. Idle
dengan kebutuhan dalam produksi time adalah selisih atau perbedaan
repetitif atau berulang. antara cycle time dan station time.
Konsep Lini dalam Layout/Tata Letak 4. Keseimbangan waktu senggang atau
Berorientasi Produk balance delay. Balance delay merupakan
Di samping perencanaan mengenai tata ukuran dari ketidakefisienan lintasan yang
letak/layout, sistem produksi memerlukan dihasilkan dari waktu mengganggur
strategi dan perencanaan yang baik dalam sebenarnya yang disebabkan karena
keseimbangan lintasan. Keseimbangan pengalokasian yang kurang sempurna di
lintasan bermula dari lini produksi massal, antara stasiun-stasiun kerja.
dimana dalam proses produksinya harus
5. Stasiun kerja atau workstation. Work Waktu tersedia untuk produksi sehari (menit)
station merupakan tempat pada lini Jumlah output yang dihasilkan per hari (unit)
perakitan di mana proses perakitan
4. Mengakumulasi jumlah stasiun kerja
dilakukan.
minimum. Menurut Heizer (2011:395),
6. Efisiensi stasiun kerja atau workstation
menghitung jumlah stasiun kerja
efficiency. Efisiensi stasiun kerja
minimum dapat dihitung dengan membagi
merupakan rasio antara waktu operasi tiap
total durasi waktu tugas kerja yang
stasiun kerja dan waktu operasi stasiun
diperlukan untuk membuat produk dengan
kerja terbesar.
cycle time. Berikut rumus menentukan
7. Efisiensi lintasan produksi atau line
jumlah stasiun kerja minimum:
efficiency. Line efficiency merupakan
rasio dari total waktu stasiun kerja dibagi ∑ !
=
dengan siklus dikalikan jumlah stasiun C
kerja. 5. Mencari idle time (waktu
(Sumber: Baroto, 2002) tunggu/menganggur). Idle time
Metode Keseimbangan Lini (Line merupakan waktu yang digunakan oleh
Balancing) operator atau pekerja untuk menunggu
Beberapa langkah yang biasanya melakukan proses kerja ataupun kegiatan
digunakan untuk menerapkan metode line operasi yang selanjutnya akan dikerjakan.
balancing adalah sebagai berikut: Idle time menghitung selisih atau
1. Mendefinisikan tugas, pekerjaan, urutan perbedaan antara cycle time (CT) dan
pekerjaan, dan waktu yang diperlukan station time (ST), atau CT dikurangi ST
dalam menyelesaikan tugas-tugas (Baroto, 2002). Berikut rumus mencari
tersebut. Dari data yang diperoleh, jika idle time:
diperlukan dalam pengolahannya maka Idle Time=n. #$ -∑%& ! #
dapat dipermudah dengan membuat 6. Menghitung keseimbangan waktu
diagram presedensi (precedence diagram). senggang/balance delay. Balance delay
2. Membuat diagram presedensi/precedence adalah ukuran dari ketidak-efisienan suatu
diagram. Diagram presedensi berfungsi lintasan stasiun kerja produksi yang
untuk menggambarkan urutan-urutan dihasilkan dari waktu menganggur
operasi. Diagram presedensi digunakan sebenarnya yang disebabkan karena
sebelum melangkah pada penyelesaian pengalokasian yang kurang sempurna
menggunakan metode keseimbangan diantara stasiun-stasiun kerja (Baroto,
lintasan. Precedence diagram sebenarnya 2002). Berikut rumus yang digunakan
merupakan gambaran secara grafis dari untuk menghitung balance delay:
urutan operasi kerja, serta ketergantungan .) −∑
'= x 100%
pada operasi kerja lainnya yang tujuannya ( . )
untuk memudahkan pengontrolan dan 7. Menghitung efisiensi stasiun kerja.
perencanaan kegiatan yang terkait di Efisiensi stasiun kerja adalah tingkat
dalamnya (Baroto, 2002). Gambar 2.1 efisiensi kerja dalam lingkup stasiun
dibawah ini adalah contoh bentuk kerja. Efisiensi stasiun kerja sendiri
diagram presedensi: merupakan rasio atau perbandingan antara
Gambar 2.1 Contoh Diagram Presedensi waktu operasi tiap stasiun kerja dan waktu
operasi stasiun kerja terbesar (Baroto,
2002). Dibawah ini adalah rumus untuk
menghitung tingkat efisiensi pada stasiun
kerja:
2
E0isiensi stasiun kerja = x 100%
2$
8. Menghitung efisiensi lintasan
Sumber: Jurnal Mirabedini, et al., produksi (Line efficiency). Line efficiency
(2013:2850) merupakan rasio dari total waktu stasiun
3. Menentukan cycle time atau siklus kerja dibagi dengan sikluis dikalikan jumlah
kerja. Cycle time adalah waktu maksimal stasiun kerja atau jumlah efisiensi stasiun
dimana produk dapat tersedia pada setiap kerja dibagi jumlah stasiun kerja. Fungsi dari
stasiun kerja setelah tingkat produksi menghitung line efficiency adalah untuk
tercapai. Berikut rumus menghitung cycle mengetahui tingkat efisiensi yang dicapai
time: oleh perusahaan dalam proses operasi pada
lingkup lintasan-lintasan produksi (Baroto, Lokasi Penelitian
2002). Berikut rumus yang digunakan untuk Lokasi penelitian adalah tempat dimana
menghitung line efficiency: penelitian berlangsung dan dilakukan oleh
∑ !# penulis dalam rangka mengumpulkan data
x 100% yang dibutuhkan sebagai penguat dan sebagai
( )())
9. Menentukan penugasan elemen-elemen bukti nyata dalam penulisan. Lokasi
kerja pada stasiun-stasiun kerja. Hal ini penelitian ini juga merupakan keadaan yang
dapat dilakukan dengan menggunakan sebenarnya dari obyek yang diteliti untuk
salah satu dari lima aturan penempatan mendapatkan tambahan data yang berkaitan
heuristik penyeimbangan lini. dengan masalah penelitian. Adapun lokasi
(Heizer, 2011:395) dalam penelitian ini adalah pabrik tahu CV
METODE PENELITIAN Tiga Saudara Prima yang terletak di Jalan
Metode penelitian merupakan suatu Nuri Kecamatan Karang Ploso, Kabupaten
teknik atau cara mencari, memperoleh, Malang.
mengumpulkan atau mencatat data, baik Jenis Penelitian
berupa data primer maupun data sekunder Penelitian ini menggunakan metode
yang digunakan untuk keperluan menyusun penelitian deskriptif-kualititatif. Menurut
suatu karya ilmiah yang kemudian Indriantoro dan Supomo (2009:26) penelitian
menganalisa faktor-faktor yang berhubungan deskriptif merupakan penelitian terhadap
dengan pokok-pokok permasalahan sehingga masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini
akan terdapat suatu kebenaran data-data yang dari suatu populasi. Penelitian kualitatif
akan diperoleh. Oleh karena itu, penulis akan merupakan penelitian yang memiliki sasaran
memaparkan beberapa definisi metode penelitian yang terbatas, tetapi dengan
penelitian menurut para ahli. Menurut keterbatasan tersebut digali sebanyak
Sugiyono (2009:2), metode penelitian adalah mungkin data mengenai sasaran penelitian
cara ilmiah untuk mendapatkan data yang (Bungin, 2001:29)
valid dengan tujuan dapat ditemukan, Sumber Data yang Digunakan
dibuktikan, dan dikembangkan suatu 1. Data Primer
pengetahuan sehingga gilirannya dapat 2. Data Sekunder
digunakan untuk memahami, memecahkan Metode Analisis dan Penerapan Konsep
dan mengantisifikasi masalah. Wirartha Line Balancing
(2006:68) menjelaskan bahwa metode Pabrik tahu CV Tiga Saudara Prima
penelitian adalah suatu cabang ilmu memiliki visi yaitu: “Membangun perubahan
pengetahuan yang membicarakan atau ekonomi masyarakat dan memperbaiki citra
mempersoalkan cara-cara melaksanakan tahu di Indonesia.” Sedangkan penjabaran
penelitian (yang meliputi kegiatan- dari visi tersebut dituangkan dalam tiga misi,
kegiatanmencari, mencatat, merumuskan, yaitu:
menganalisis sampai menyusun laporannya) 1. Menjadi salah satu pusat produksi tahu di
berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala Malang Raya yang higienis, ramah
secara ilmiah. Metode penelitian memberikan lingkungan, dan mampu menyediakan
panduan berfikir dalam kegiatan penelitian, produk tahu yang berkualitas kepada
sehingga penelitian dapat berjalan secara konsumen.
efektif dan sistematis. Metode akan 2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat
memberikan alur-alur yang harus dilalui oleh akan pentingnya rasa gotong-royong
seorang peneliti, sehingga konsistensi dalam peningkatan kualitas hidup
penelitian akan tetap terjaga. Metode bersama.
merupakan cara yang dipakai untuk mencapai 3. Menjadi agen perubahan untuk
tujuan, sedangkan penelitian berarti mengangkat dan mempromosikan tahu
penyelidikan dari suatu ilmu pengetahuan sebagai makanan sehat untuk berbagai
yang dilakukan untuk memperoleh fakta- kalangan baik di dalam maupun di luar
fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati- negeri.
hati serta sistematis. Metode penelitian Pabrik tahu CV Tiga Saudara Prima
digunakan sebagai acuan peneliti dalam memiliki tujuan strategis untuk mencapai visi
melakukan penelitianya hingga diperoleh dan misinya. Tujuan ini dibagi dalam dua
jawaban yang sesuai dengan permasalahan kategori, yaitu tujuan jangka pendek dan
dan kesimpulan yang tidak meragukan. tujuan jangka panjang. Adapun tujuan jangka
pendek Pabrik tahu CV Tiga Saudara Prima
adalah sebagai berikut:
1. Menjaga kelancaran proses produksi. Tata Letak Fasilitas Pabrik
2. Mencapai target sesuai kualitas dan Gambar Tata Letak Fasilitas Pabrik Tahu
mutu yang telah ditetapkan. CV Tiga Saudara Prima
Sedangkan tujuan jangka panjang yang KANTOR
ADMINISTRASI

harus diperhatikan
iperhatikan oleh seluruh elemen
perusahaan adalah:
1. Mencapai keuntungan yang optimal.
o
2. Melaksanakan ekspansi perusahaan.
perusahaan Parkir Kendaraan
Transportasi
Gudang
Kayu
dan

3. Meningkatkan reputasi perusahaan. Karyawan


Bakar

Tujuan ini perlu untuk ditetapkan agar


segala aktivitas maupun kinerja yang

Tahu Bakso/Goreng
Area Penggorengan
Gudang
Kedelai
Area Pengemasan

dijalankan mengarah
arah pada satu visi atau Area Pemotongan
Tahu
Tahu jadi

Bak Air Bersih

pencapaian yang sama.

Area Penyaringan
Area Pencetakan

Area Perebusan
Bubur Kedelai
Tahu

Tahu
Struktur Organisasi Area Pencucian
Tahu Jadi

Bak Penyaringan
Mesin

Berikut adalah bagan struktur organisasi


o Penggiling
Kedelai (grinder)
Area Perendaman & Pencucian Kedelai
Mesin
Boiler/Ketel
Uap

CV Tiga Saudara Prima:


Sumber: Data diolah, 2017
Dengan pengaturan tata letak fasilitas
pabrik seperti diatas, aliran proses pembuatan
tahu pada pabrik tahu CV Tiga Saudara
Prima mulai dari awal pemrosesan sampai
dengan pengiriman ditunjukkan pada gambar
di bawah ini:
Gambar Aliran Proses Produksi Tahu
pada Layout
Keterangan:
Urutan Proses Pembuatan
Tahu Awal Sampai Pengiriman
1 = Kedelai dari Gudang KANTOR
2 = Perendaman dan ADMINISTRASI
Pencucian
HASIL PENELITIAN 3 = Penggilingan
4 = Perebusan
5 = Penyaringan
Sistem Produksi Tahu CV Tiga Saudara 6 = Pencetakan
7 = Pencucian Kedua

Prima 8 = Pemotongan
9a = Pengemasan
9b = Penggorengan

Parkir Kendaraan Gudang


Transportasi Kayu
dan Bakar
Karyawan

Tahu Bakso/Goreng
Area Penggorengan

Gudang 1
Kedelai 9a 9b
Area Pengemasan
Tahu jadi

Area Pemotongan Bak Air Bersih


8
Area Penyaringan
Area Pencetakan

Area Perebusan
Bubur Kedelai
Tahu

Tahu

7 6 5

Area Pencucian
Tahu Jadi 4

Mesin Bak Penyaringan

Sumber: Data diolah, 2017 Penggiling


Kedelai (grinder)
Area Pencucian Kedelai
Mesin
Boiler/Ketel
Uap

3 2

Sumber: Data diolah, 2017


Analisis Penerapan Metode Line Balancing D. Menghitung Idle Time
Langkah penerapan metode line Idle time merupakan waktu yang
balancing pada sistem produksi tahu CV Tiga digunakan oleh operator atau pekerja untuk
Saudara Prima diawali dengan menjelaskan menunggu melakukan proses kerja ataupun
daftar tugas produksi, waktu pengerjaan kegiatan operasi yang selanjutnya akan
masing-masing
masing tugas produksi, lalu dikerjakan. Idle time menghitung selisih atau
menggambarkan urutan tugas dengan perbedaan antara cycle time (C) dan station
diagram presedensi. Berikut adalah tabel time (ST), atau C dikurangi
dikur ST (Heizer
daftar tugas produksi: 2011:396). Maka dengan cycle time sebesar
Daftar Tugas Produksi Tahu 16 menit, stasiun 1 memiliki idle time sebesar
No. Tugas Waktu 16–10=
10= 6 menit, stasiun 2: 16–15=
16 1 menit,
Pencucian Biji Kedelai 10 stasiun 3: 20–16=
16= 4 menit, stasiun 4: 10+15-
10+15
1.
16= 9 menit, stasiun 5: 16-10=
16 6 menit, dan
2. Penggilingan 15
stasiun 6: 16-10= 6 menit. Dengan demikian
3. Perebusan 20
total keseluruhan idle time/waktu
4. Penyaringan 10
menganggur di tiap stasiun kerja adalah
5. Pengendapan & Pencetakan 15 6+1+4+9+6+6 = 32 menit. Supaya lebih
6. Pemotongan 10 jelas, penghitungan idle time ditunjukkan
7. Penggorengan 10 pada tabel 4.6 berikut:
90 Tabel 4.6 Akumulasi Idle Time/Waktu
Sumber: Data diolah, 2017 Menganggur Stasiun Kerja
Berikut adalah penggunaan metode line Sumber: Data diolah, 2017
balancing sesuai dengan hasil penelitian E. Menghitung Keseimbangan Waktu
A. Membuat Diagram Presedensi Senggang/Balance Delay
Diagram presedensi menunjukkan aturan Balance delay adalah ukuran dari
urutan pengerjaan tugas dari keseluruhan ketidakefisienan suatu lintasan stasiun kerja
tugas produksi. Berdasarkan data dari daftar produksi yang dihasilkan dari waktu
tugas diatas, maka kita dapat membuat menganggur sebenarnya yang disebabkan
diagram presedensi sebagai berikut: karena pengalokasian
kasian yang kurang sempurna
Diagram Presedensi dari Tugas Produksi diantara stasiun-stasiun
stasiun kerja (Baroto: 2002).
Tahu Idle
Tugas Stasiun Cycle Waktu
No. Time
Produksi Kerja Time (menit)
1. A 1 16 10 6
2. B 2 16 15 1
3. C 3 16 20 4
Sumber: Data diolah, 2017 D
4. 4 16 25 9
E
B. Menghitung Cycle Time 5. F 5 16 10 6
6. G 6 16 10 6
Total 90 32
34567 89:7 (3)
;<=>? >@AB@CD< ?E>?= FAGC?=BD
FAGC?=BD B@K<AD (I@ED>) Berikut rumus yang digunakan untuk
= menghitung balance delay:
H?IJ<K G?>F?> L<EM CDK<BDJ=<E
CDK<BDJ=<E F@A K<AD (?ED>)
(I@ED>)
NOP (I@ED> .) −∑
34567 89:7 (3) = '= x 100%
(?ED>)
QP (?ED> ( . )
= RS I@ED>
I@ED> F@A ?ED>
C. Menghitung Jumlah Stasiun Kerja Penghitungan Rata-Rata
Rata Balance Delay
Minimum pada Lintasan Produksi
Balance Delay (average)
∑[9 R Z9
T:9U = Stasiun Waktu Balance
\
VP Kerja Delay
T:9U = = W, SYW <><? S B><BD?E
SYW 1 10 10 %
RS
Diagram Presedensi Penugasan Elemen 2 15 6%
Kerja ke Stasiun Kerja
3 20 5%
4 25 4%
5 10 10 %
6 10 10 %
Sumber: Data diolah, 2017 Total Average 7,5%
F. Menghitung Efisiensi pada Stasiun Kerja memiliki angka terendah atau tidak lebih
2 besar dari stasiun kerja lainnya agar efisien.
E0isiensi stasiun kerja
kerja = x 100% Dengan an demikian, maka tingkat efisiensi
2$
Tabel Penghitungan Rata-Rata
Rata Efisiensi pada stasiun kerja akan diperoleh seperti
Stasiun Kerja tabel di bawah ini:
Efisiensi Stasiun Kerja Rata-Rata Efisiensi Stasiun Kerja dengan Usulan
Rata Perbaikan
Stasiun Waktu Efisiensi Efisiensi Stasiun Kerja
Stasiun
Kerja Stasiun No. Kondisi Usulan
Kerja
Kerja Awal Perbaikan
1 10 40 % 1. 10 40 % 40 %
2 15 60 % 2. 15 60 % 60 %
3. 20 80 % 80 %
3 20 80 % 4. 25 100 % 100 %
4 25 100 % 5. 10 40 %
80 %
5 10 40 % 6. 10 40 %
Total Average 60 % 72%
6 10 40 %
Sumber: Data diolah, 2017
Total Average 60 % Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa
Sumber: Data diolah, 2017 jumlah stasiun kerja pada kondisi awal adalah
G. Menghitung Efisiensi pada Lintasan 6 stasiun dengan efisiensi stasiun kerja 60%,
Produksi sedangkan jumlah stasiun kerja pada usulan
Berikut rumus yang digunakan untuk perbaikan adalah 5 stasiun dengan
menghitung line efficiency:
efficiency penggabungan stasiun ke--5 dan ke-6 menjadi
∑ !# satu stasiun, maka efisiensi stasiun kerja
] ^ _`` a ^ ab = x 100% meningkat menjadi 72%. Dengan perbaikan
( )())
)(
ini maka kita dapat mengurangi jumlah
∑ !#
] ^ _`` a ^ ab (]_) = x 100% stasiun yang diperlukan untuk pembuatan
( )()) tahu serta dapat meningkatkan produktivitas
10 c 15 c 20 c 25 c 10 c 10 sebesar 12%.
= x 100%
(6)(16) 2. Dengan pengurangan jumlah stasiun kerja
90 menjadi 5 stasiun, maka efisiensi lini atau
= x 100%
96 efisiensi lintasan produksi juga berubah
= 0,9375 x 100% sebagaimana perubahan penghitungan
= 93,75% data berikut:
H. Usulan Perbaikan dengan Menerapkan ∑ !#
Metode Line Balancing ] ^ _`` a ^ ab (]_) = x 100%
( )())
Sesuai dengan hasil penelitian yang telah 10 c 15 c 20 c 25 c 20
dibahas diatas, ada beberapa hal yang ]_ = x 100%
(5)(16)
menjadi sebab adanya ketidakseimbangan
90
persentase nilai efisiensi produksi pada ]_ = x 100%
pabrik tahu CV Tiga Saudara Prima, antaraanta 80
lain: ]_ = 1,125 x 100%
1. Stasiun kerja minimum yang berjumlah 6 ]_ = 112,5%
stasiun yang didapat dari pendekatan Pada penghitungan diatas dapat dilihat
angka 5,625 stasiun. Jika dengan bahwa dengan jumlah stasiun kerja 5 stasiun
menggunakan 5 stasiun kerja, maka efisiensi lintasan meningkat menjadi 112,5%,
gambar diagram presedensi dengan usulan lebih tinggi daripada kondisi awal yang
perbaikan: hanya 93,75% dengan jumlah stasiun kerja
sebanyak 6 stasiun. Dengan kondisi ini maka
tingkat produktivitas meningkat sebesar
18,75%. Selain dari hasil penggunaan metode
line balancing untuk meningkatkan efisiensi
efisi
stasiun kerja dan lini produksi, metode ini
juga dapat meminimalisasi idle time (waktu
Perbedaan dengan diagram presedensi
menganggur) dan balance delay
pada kondisi awal adalah tugas kerja F dan G
(keseimbangan waktu senggang) dengan
yang dapat dihitung menjadi satu stasiun
menggunakan 5 stasiun kerja. Tabel 4.12 di
kerja dengan dasar pemilihan penggabungan
bawah ini menunjukkan perbandingan idle Tabel Idle Time dan Balance Delay pada
time pada kondisi awal dan usulan perbaikan: Kondisi Awal dan Usulan Perbaikan
Tabel Idle Time dengan Usulan Perbaikan Kondisi Idle Time Balance Delay
Kondisi Awal 32 7,5%
Idle Time
Waktu Usulan
SK (C) 24 -14,2%
(menit) Kondisi Usulan Perbaikan
Awal Perbaikan Sumber: Data diolah, 2017
1 16 10 6 6 Pada kondisi awal sebelum adanya
2 16 15 1 1 perbaikan stasiun kerja, banyak terjadi
3 16 20 4 4 kemacetan pada lintasan produksi sehingga
4 16 25 9 9 mengakibatkan waktu menunggu di stasiun
lain. Waktu menganggur (idle time) yang
5 16 10 6 dapat menghambat laju produksi mengalami
4
6 16 10 6 penurunan yang signifikan sebesar 8 menit.
Total 90 32 24 Pada kondisi awal sebesar 32 menit dan pada
Sumber: Data diolah, 2017 usulan perbaikan 24 menit. Sedangkan
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jika Balance Delay pada kondisi awal sebesar
menggunakan 6 stasiun total idle time adalah 7,5% dan setelah usulan perbaikan turun
32 menit, sedangkan jika menggunakan 5 menjadi -14,2%. Dengan demikian maka
stasiun maka total idle time atau waktu efisiensi laju produksi pada stasiun kerja dan
menganggur berkurang menjadi 24 menit. lintasan produksi semakin efektif karena
Dengan berkurangnya waktu menganggur adanya penurunan waktu menganggur (idle
maka penggunaan 5 stasiun kerja lebih efektif time) dan keseimbangan waktu senggang
dibandingkan dengan menggunakan 6 stasiun (balance delay).
kerja. I. Usulan Perbaikan pada Layout
Pada lintasan produksi, juga dapat Berdasarkan observasi yang dilakukan
dihitung persentase rata-rata balance delay oleh peneliti, tata letak yang diterapkan oleh
yang berbeda dengan menggunakan 5 stasiun pabrik tahu CV Tiga Saudara Prima memiliki
kerja. Adanya balance delay yang penempatan yang acak sehingga banyak
menghitung sebab ketidakefisienan suatu proses yang membutuhkan banyak waktu
lintasan stasiun kerja produksi dapat juga untuk perpindahan. Oleh karena itu, peneliti
memberi gambaran untuk mencari faktor mengusulkan adanya perbaikan pada
penyebab dari ketidakefisienan suatu lintasan pengaturan tata letak fasilitas pabrik
yang disebabkan oleh adanya pengalokasian sebagaimana gambar di bawah ini:
yang kurang sempurna diantara stasiun- Gambar Usulan Perbaikan pada Layout
stasiun kerja. Tabel dibawah ini
menunjukkan perbandingan rata-rata balance
delay pada kondisi awal dengan usulan
perbaikan:
Perbandingan Balance Delay dengan
Usulan Perbaikan
Waktu Balance Delay
pada
No. Kondisi Usulan
Stasiun
Awal Perbaikan
Kerja
1. 10 10% -20%
2. 15 6% -13%
3. 20 5% -10%
4. 25 4% -8%
5. 10 10%
-20%
6. 10 10%
Total rata-rata 7,5% -14,2%
Sumber: Data diolah, 2017
Berikut adalah tabel konklusi dari idle Sumber: Data diolah, 2017
time dan balance delay pada kondisi awal dan Sesuai gambar diatas, proses perpindahan
setelah adanya usulan perbaikan: barang menjadi berurutan dan saling
berdekatan, mulai dari pengolahan pertama
bahan baku kedelai hingga menjadi produk agar setelah kedelai selesai digiling dapat
tahu yang siap jual. dengan waktu singkat untuk dipindahkan
KESIMPULAN DAN SARAN ke kawah uap untuk proses perebusan.
Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA
1. Tipe layout yang digunakan oleh pabrik Adrian Sutawijaya dan Etty Puji Lestari,
tahu CV Tiga Saudara Prima memiliki 2009, Efisiensi Teknik Perbankan
orientasi produk karena proses Indonesia Pascakrisis Ekonomi:
produksinya yang berurutan, memiliki Sebuah Studi Empiris Penerapan
variasi produk yang rendah, namun Model DEA, Jurnal Ekonomi
volume produksinya tinggi. Pembangunan, Fakultas Ekonomi
2. Proses produksi tahu pada pabrik tahu CV Universitas Terbuka: Jakarta.
Tiga Saudara Prima dibagi menjadi 7 Amrin, 2015, Analisis Line Balancing untuk
tahap, yaitu: pencucian, penggilingan, Keseimbangan Proses Produksi di
perebusan, penyaringan, pengendapan dan Line WRE PT Gemala Kempa Daya,
pencetakan, pemotongan, serta Skripsi Universitas Darma Persada:
penggorengan. Jakarta.
3. Hasil analisis metode line balancing Ardana, K.I., Mujiati N., Utama, M.W., 2012.
menunjukkan diagram presedensi yang Manajemen Sumber Daya Manusia,
linear, waktu siklus produksi sebesar 16 Cetakan Pertama, PT. Graha Ilmu:
menit, jumlah stasiun kerja minimum Yogyakarta.
adalah 6 stasiun, memiliki idle time Boone, Louis E dan Kurtz, David L, 2002,
(waktu menganggur) selama 32 menit, Pengantar Bisnis, Jilid 1, Erlangga:
balance delay (keseimbangan waktu Jakarta.
senggang) rata-rata 7,5%, dan diperoleh Burhan Bungin, 2007, Analisis Data
rata-rata efisiensi stasiun kerja aktual Penelitian Kualitatif, Rajagrafindo
sebesar 60% serta efisiensi lintasan Persada: Jakarta.
produksi 93,75%. Boysen, N.; M. Fliedner and A. School, 2007,
4. Hasil penerapan metode line balancing A Classification of Assembly Line
memberikan usulan perbaikan dengan Balancing Problems, Journal of
menggunakan 5 stasiun kerja yang Operational Research: Europe.
menunjukkan peningkatan efisiensi Chase, R. B., Jacobs, F. R., dan Aquilano, N.
stasiun kerja menjadi 72%, efisiensi J., 2006, Operations Management
lintasan produksi 112,5%, serta For Competitive Advantage, 9th ed.,
meminimumkan idle time menjadi 24 McGraw-Hill: New York.
menit, dan balance delay rata-rata adalah Dermawan Wibisono, 2003, Riset Bisnis,
-14,2%. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Saran Eddy Herjanto, 2008, Manajemen Operasi,
1. Sesuai dengan hasil penelitian mengenai Edisi Ketiga, Grasindo: Jakarta.
efisiensi stasiun kerja sebesar 60% dan Fauzia Dinar, 2012, Analisis Efisiensi Layout
efisiensi lintasan produksi 93,75%, maka Fasilitas Produksi PT. Vinsa
hendaknya saat produksi berjalan waktu Mandira Utama Sukoharjo, Skripsi
menganggur yang dihasilkan di tiap Universitas Sebelas Maret:
stasiun kerja dapat diminimalisasi. Di lain Surakarta.
sisi, penyebab adanya perbedaan efisiensi Gasperz, Vincent, 2004, Production Planning
stasiun kerja dan lintasan produksi yang And Inventory Control, PT
terlampau jauh biasanya terjadi karena Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
ketidakseimbangan antara mesin atau Hari Purnomo, 2004, Pengantar Teknik
pekerja dengan beban tugas produksi. Industri, Graha Ilmu: Yogyakarta.
2. Diperlukan adanya perubahan pada tata Heizer, Jay dan Barry Render, 2011,
letak fasilitas produksi dengan Operations Management, Tenth
mempertimbangkan waktu perpindahan Edition, Pearson: New Jersey USA.
antar bahan, seperti peletakan gudang Hendra Kusuma, 2007, Manajemen
kedelai hendaknya berdekatan dengan Produksi, Andi: Yogyakarta.
tempat pencucian kedelai agar pada Herdavia D Priska, 2010, Perencanaan Line
proses pemindahan dapat lebih mudah Balancing dengan metode RPW
dan efisien, serta pemindahan tempat Guna Meningkatkan Hasil Produksi
penggilingan tahu yang seharusnya dekat dan Disimulasikan dengan Software
dengan tempat perebusan atau kawah uap
Arena, Skripsi Universitas Stevenson, J., William, Chuong, Chee., Sum,
Muhammadiyah: Malang. 2014, Manajemen Operasi, Buku 2,
I Made Wirartha, 2006, Metodologi Edisi 9, Salemba Empat: Jakarta.
Penetilian Sosial Ekonomi, CV Andi Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Bisnis,
Offset: Yogyakarta. Alfabeta: Bandung.
Krajewsky, Lee J., Larry P. Ritzman, 2002, Syahrul Ramadhan, 2012, Analisis
Operations Management (Strategy Penerapan Konsep Penyeimbangan
and Analysis), Edisi 6, Prentice Hall: Lini pada Sistem Produksi
New Jersey. Percetakan Harian Tribun Timur di
Lalu Sumayang, 2003, Dasar-Dasar Makassar, Skripsi Universitas
Manajemen Produksi dan Operasi, Hasanuddin: Makassar.
Salemba Empat: Jakarta. Teguh Baroto, 2002, Perencanaan dan
Malave, Cesar, 2000, Approach to Line Pengendalian Produksi, Ghalia
Balancing Comsoal & RPW, A&M Indonesia: Jakarta.
University: Texas. Tempo, 7 Desember 2016, Harga Kedelai
Marzuki, 2001, Metodologi Riset, BPFE UII: Naik, Laba Perajin Tahu Turun 30
Yogyakarta. Persen,(online),
Mirabedini, Seyed N., Hassan Mina, Seyed (https://m.tempo.co/read/news/2016/
Hossein Iranmanesh, and Babak 12/07/090825962, diakses 23
Saleckpay, 2015, Optimization of a Januari 2017).
Single Model USLAB with Uma Sekaran, 2009, Research Methods for
Stochastic Duration with Integration Business (Metodologi Penelitian
of Generic Algorithm and Computer untuk Bisnis), Salemba Empat:
Simulation, (online), Jakarta.
(https://www.researchgate Zulian Yamit, 2003, Manajemen Produksi
.net/publication/275949167, diakses dan Operasi, Edisi kedua, Ekonisia:
6 Mei 2017). Yogyakarta.
Mulyadi, 2007, Sistem Perencanaan dan
Pengendalian Manajemen, Edisi 3,
Salemba Empat: Jakarta.
Ni Wayan Eka Wiyandani, 2008, Analisis
Efisiensi Layout Proses Produksi-
Studi Kasus pada PT Pabrik Gula
Madu Baru Madukismo Kasihan,
Skripsi Universitas Sanata Dharma:
Yogyakarta.
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2009,
Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen, Edisi
Pertama, BPFE Yogyakarta.
Pangestu Subagyo, 2000, Riset Operasi, edisi
1, BPFE Yogyakarta.
Russell, Roberta S., and Bernard W. Taylor,
2011, Operations Management,
Edisi 7, Kendallville Courier: USA.
Sly, Dave and Prem Gopinath, 2007, A
Practical Approach to Solving
Multi-Objective Line Balancing
Problem, (online),
(http:www.proplanner.net, diakses
14 April 2017).
Sofjan Assauri, 2008, Manajemen Produksi
dan Operasi, LPFEUI: Jakarta.
Sritomo Wignjosoebroto, 2009, Tata Letak
Pabrik dan Pemindahan Bahan,
Guna Widya: Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai